Identifikasi Boraks Dan Formalin Pada Mie Kuning Yang Beredar Di Pasaran Secara Kualitatif

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Makanan yang kita makan sehari-hari tentu saja mempunyai risiko

menjadi tidak aman untuk di konsumsi karena kemungkinan dicemari bahanbahan yang berbahaya seperti mikroba, bahan kimia atau benda-benda lainnya
yang dapat meracuni, atau dapat mengakibatkan kecelakaan. Karena itu, tindakantindakan untuk mencegah timbulnya bahaya dalam makanan baik kimia, fisik,
maupun mikrobiologi, dalam seluruh rantai pangan harus di pahami sepenuhnya.
Salah satu aspek yang harus di perhatikan dalam konstalasi ini adalah bahanbahan yang ditambahkan terhadap bahan pangan, yang kemudian di kenal dengan
Bahan Tambahan Pangan (BTP) (Wahyu, 2000).
Dalam kehidupan sehari-hari BTP sudah digunakan secara umum oleh
masyarakat, termasuk dalam pembuatan makanan jajanan. Dalam kesehariannya
masih banyak produsen pangan yang menggunakan bahan tambahan yang beracun
atau berbahaya bagi kesehatan yang sebenarnya tidak boleh digunakan dalam
makanan. Hal ini terutama disebabkan oleh produsen pangan, baik mengenai sifatsifat dan keamanan BTP. Pengaruh BTP pada kesehatan umumnya tidak langsung
dapat dirasakan atau dilihat, maka produsen sering kali tidak menyadari bahaya
penggunaan BTP yang tidak sesuai dengan peraturan (Wahyu, 2000).
Untuk menghindarkan masyarakat dari resiko gangguan kesehatan akibat
penyalah gunaan BTP, melalui permenkes No. 772/menkes/per/IX/88, pemerintah

Indonesia telah menetapkan sejumlah BTP yang aman untuk ditambahkan
kedalam produk pangan, selain menetapkan BTP yang aman, peraturan tersebut

juga menetapkan daftar BTP yang dilarang digunakan. BTP tersebuat adalah asam
borat; asam salisilat; dietilpirokarbonat; dulsin; kaliumklorat; kloramfenikol;
minyak nabati yang dibrominasi; nitrofurazon dan formalin (Wahyu, 2000).
Pengunaan BTP dalam proses produksi pangan perlu diwaspadai
bersama, baik oleh produsen maupun oleh konsumen. Dampak penggunaanya
dapat berakibat positif maupun negatif bagi masyarakat. Dibidang pangan kita
memerlukan sesuatu yang lebih baik untuk masa yang akan datang, yaitu pangan
yang aman untuk dikonsumsi, lebih bermutu, bergizi, dan lebih mampu bersaing
secara pasar global (Cahyadi, 2009).
Formalin merupakan zat pengawet terlarang yang paling banyak
disalahgunakan untuk produk pangan. Zat ini termasuk bahan beracun dan
berbahaya bagi kesehatan manusia, jika kandungannya dalam tubuh tinggi, akan
bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat didalam sel sehingga menekan
fungsi sel dan menyebabkan kematian sel yang menyebabkan keracunan pada
tubuh (Nurchasanah, 2008).
Dalam industri makanan, bahan tambahan pangan seperti boraks juga
banyak disalahgunakan dalam pembuatan berbagai makanan, seperti bakso, mie

basah, pisang molen, siomay, lontong, ketupat, pangsit, dan lemper. Penggunaan
boraks oleh pedagang atau produsen yang curang dimaksudkan sebagai pengawet.
Boraks dapat membuat bahan menjadi lebih kenyal dan memperbaiki penampilan
(Rosmauli dan Wuri, 2014).

1.2

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui apakah mie kuning yang

beredar di pasaran sampel yang diperoleh dari POLDA SUMUT mengandung
formalin dan boraks.
1.3

Manfaat Penelitian
Dapat mengetahui bahaya dari kandungan bahan tambahan pangan seperti

formalin dan boraks yang terkandung didalam mie kuning yang beredar di pasaran
bebas.