Pendidikan dalam Pandangan Islam (1)

KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Kami Panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya lah kami dapat menyusun makalah ini yang berjudul “
Hubungan manusia dengan pendidikan ”
Tidak dapat dipungkiri hubungan manusia dengan pendidikan sangatlah erat, dalam
arti luas dari pendidikan yaitu segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan
individu sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan
sepanjang hidup. Manusia bukan hanya mempunyai kemampuan-kemampuan, tetapi juga
mempunyai keterbatasan-keterbatasan, dan juga tidak hanya mempunyai sifat-sifat yang baik,
namun juga mempunyai sifat-sifat yang kurang baik. Tampaklah bahwa manusia itu sangat
membutuhkan pendidikan. Karena melalui pendidikan manusia dapat mempunyai
kemampuan-kemampuan mengatur dan mengontrol serta menentukan dirinya sendiri.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca,
Khususnya para calon pendidik.Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari
pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Samata, 7 Maret 2014
Penyusun

Kelompok 2


1

DAFTAR ISI
Kata pengantar...................................................................................................................

i

Daftar isi............................................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar belakang....................................................................................................

3

2. Rumusan masalah...............................................................................................

3

3. Tujuan.................................................................................................................


3

BAB II PEMBAHASAN
Hubungan manusia dengan pendidikan :
1. Pendidikan dalam pandangan islam...................................................................

4

2. Mengapa manusia perlu pendidikan.................................................................

5

3. Manusia sebagai makhluk pendidikan..............................................................

9

BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan........................................................................................................ 12
2. Saran.................................................................................................................. 12
Daftar pustaka......................................................................................................... .......... 13


2

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Potensi kemanusiaan merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia.
Manusia memiliki ciri khas yang secara prinsipiil berbeda dari hewan. Ciri khas manusia
yang membedakannya dari hewan terbentuk dari kumpulan terpadu dari apa yang di sebut
sifat hakikat manusia. Disebut sifat hakikat manusia karena secara hakiki sifat tersebut hanya
dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan. Oleh karena itu, strategis jika
pembahasan tentang hakikat manusia ditempatkan pada seluruh pengkajian tentang
pendidikan, dengan harapan menjadi titik tolak bagi paparan selanjutnya.
Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu peserta didik
menumbuh kembangkan potensi kemanusiaannya. Tugas pendidik hanya mungkin dilakukan
jika pendidik memiliki gambaran yang jelas tentang siapa manusia itu sebenarnya.
Dalam kenyataannya masih banyak pendidik yang belum mengetahui gambaran
tentang siapa manusia itu sebenarnya dan sifat hakikat apa saja yang dimiliki manusia yang
membedakannya dengan hewan sehingga dalam melaksanakan pendidikan belum
mendapatkan hasil yang memuaskan. Melihat kenyataan inilah penulis memandang perlunya

dibahas tentang hubungan manusia dengan pendidikan
B. Rumusan masalah :
Hubungan manusia dengan pendidikan :
a. Pendidikan dalam Pandangan Islam
b. Mengapa manusia perlu pendidikan
c. Manusia sebagai makhluk pendidikan

C. Tujuan :

3

Mengetahui hubungan manusia dengan pendidikan, yang mana hubungan antara
manusia dengan pendidikan sangatlah erat, sekarang ini tidak bisa dipungkiri bahwa masih
banyak calon pendidik yang belum mengetahui lebih luas tentang hubungan ini.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendidikan dalam Pandangan Islam.
Secara kodrati anak memerlukan pendidikan atau bimbingan dari orang dewasa.
Dasar kodrati dapat dimengerti dari kebutuhan dasar yang dimiliki oleh setiap anak yang

hidup di dunia ini. Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW bersabda:

‫عاءء‬
‫جءسامنمه ك ءءماتءن دتءسح البءمهيدءمسة ءجدمءعاسءءهدل تسمح سسدوءن ممدن ءجدد ء‬
‫ءماممدن ءمدول سدوددمإل سءيسدول ءسد ء‬
‫عءلىدالمفدطءرمةءفأ ءبءءواسه يسسهمسوءدامنمه أ ءدويسءم م س‬
‫خل دمق اللمه ذلمءك المسديدسن‬
‫عل ءيدءهال ءتءبدمديدءل ل ء ء‬
‫ ءوادقءرسءدوامإدن مشئدتسدم مفدطءرءةاللمه ال سءمتى ءفءطءر ال سءناءس ء‬,‫ثسسمء يءقسدوسل أ ءبسدوسهءريدءرءة‬,
‫دالءق ميسسم‬
Artinya:
“Tiadalah seorang yang dilahirkan melainkan menurut fitrahnya, maka akibat kedua
orang tuanyalah yang men-Yahudikan atau men-Nasranikannya atau me-Majusikannya.
Sebagaimana halnya binatang yang dilahirkan dengan sempurna, apakah kamu lihat binatang
itu tiada berhidung dan bertelinga? Kemudian Abi Hurairah berkata, apabila kau mau bacalah
lazimilah fitrah Allah yang telah Allah ciptakan kepada manusia di atas fitrahNya. Tiada
penggantian terhadap ciptaan Allah. Itulah agama yang lurus (Islam).”( H.R Muslim).
Dari Hadits tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa manusia itu untuk dapat
menentukan status manusia sebagaimana mestinya adalah harus mendapatkan pendidikan.
Dalam hal ini keharusan mendapatkan pendidikan itu jika diamati lebih jauh sebenarnya

mengandung aspek-aspek kepentingan yang antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut:
 Aspek Pedagogis.
Dalam aspek ini para ahli didik memandang manusia sebagai animal educandum
(makhluk yang memerlukan pendidikan). Dalam kenyataanya manusia dapat dikategorikan
sebagai animal, artinya binatang yang dapat dididik. Sedangkan binatang pada umumnya

4

tidak dapat dididik, melainkan hanya dilatih secara dressur, artinya latihan untuk
mengerjakan sesuatu yang sifatnya statis, tidak berubah.
 Aspek Sosiologis dan Kultural.
Menurut ahli sosiologi pada prinsipnya, manusia adalah homosocius, yaitu makhluk
yang berwatak dan berkemampuan dasar atau memiliki gazirah (instink) untuk hidup
bermasyarakat. Sebagai makluk sosial manusia harus memiliki rasa tanggung jawab sosial
(social responsibility) yang diperlukan dalam mengembangkan hubungan timbal balik (inter
relasi) dan saling pengaruh mempengaruhi antara sesama anggota masyarakat dalam kesatuan
hidup mereka.
 Aspek Tauhid.
Aspek tauhid ini adalah aspek pandangan yang mengakui bahwa manusia itu adalah
makhluk yang berketuhanan yang menurut istilah ahli disebut homo divinous (makhluk yang

percaya adanya Tuhan) atau disebut dengan homo religious (makhluk yang beragama).
Adapun kemampuan dasar yang menyebabkan manusia menjadi makhluk yang berketuhanan
atau beragama adalah karena di dalam jiwa manusia terdapat instink yang disebut instink
religious atau gazirah diniyah (instink percaya kepada agama). Itu sebabnya, tanpa melalui
proses pendidikan instink religious dan gazirah diniyah tersebut tidak akan mungkin dapat
berkembang secara wajar. Dengan demikian pendidikan keagamaan mutlak diperlukan untuk
mengembangkan instink religious atau gazirah diniyah tersbut.
B. Mengapa manusia membutuhkan pendidikan ?
Pertanyaan ini sepintas mudah untuk dijawab akan tetapi jawaban tersebut terkadang
masih mengambang dan tidak memberikan jawaban sesuai dengan subtansi pertanyaan.
Manusia sebagai makhluk yang diberikan kelebihan oleh Allah dengan suatu bentuk akal
pada diri manusia yang tidak dimiliki makhluk Allah yang lain dalam kehidupannya, bahwa
untuk mengolah akal pikirannya manusia memerlukan pola pendidikan melalui suatu proses
pembelajaran. Manusia sebagai makhluq paedagogik yang dilahirkan membawa potensi dapat
dididik dan dapat mendidik. Mahluk itu adalah manusia. Sehingga mampu menjadi kholifah
di bumi, pendukung dan pengembang kebudayaan. Ia dilengkapi dengan fitrah Allah berupa
bentuk yang dapat berkembang, sesuai dengan kedudukannya sebagai mahluk yang mulia,
pikiran, perasaan dan kemampuannya berbuat merupakan komponen dari fitrah itu. Fitrah
inilah yang membedakan manusia dengan mahluq yang lain dan membuat manusia itu
istimewa dan lebih mulia dan sekaligus berarti bahwa manusia adalah makhluk paedagogik.


5

Manusia membutuhkan pendidikan disebabkan manusia sangat labil dan dinamis.
Labil karena manusia sejak pertama dilahirkan belum memiliki kemapuan untuk dapat
mempertahankan dan memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga dengan pendidikan manusia
dapat dengan serta merta menguasai berbagai kompotensi yang dapat dimanfaatkan untuk
kehidupannya. Manusia bersifat dinamis karena manusia selalu termotivasi untuk senantiasa
melakukan perubahan dalam kehidupannya.
Sebagai illustrasi manusia dibandingkan dengan binatang, manusia lahir tidak
mempunyai kemampuan untuk berjalan sendiri, makan sendiri dan memenuhi kebutuhannya
sendiri akan tetapi masih mebutuhkan bantuan orang lain yang ada disekitaranya. Berbeda
dengan binatang, Ikan misalnya sejak telur ikan menetas maka ikan tersebut secara spontan
dapat berenang dan mencari makanan sendiri, sehingga biatang seperti ikan tersebut tidak
membutuhkan pendidikan khusus untuk dapat menjaga dan mempertahankan kelangsungan
hidupnya. Hal ini tentu sangat berbeda dengan manusia. Persoalannya kemudian bahwa
kemampuan ikan berenang apakah dapat dikategorikan sama dengan kemampuan manusia
menangis ketika lahir. Manusia sejak lahir telah memiliki kemampuan untuk menangis
sebagai bentuk, dasar dari respon manusia terhadap hal-hal tertentu. Dan hal tersebut tidak
melalui proses pendidikan. Akan tetapi secara spontanitas semua bayi “menangis” ketika

lahir.
Dari asumsi tersebut, kami masih beranggapan bahwa sesungguhnya manusia
membutuhkan pendidikan selain karena memang manusia memiliki sikap labil dan statis juga
karena potensi kemanusiaan yang dimilikinya (Akal) Sehingga dengan potensi tersebut
manusia dapat dididik dan dilatih untuk mengambangkan kemampuan dan potensinya yang
berkaitan dengan Cipta, Rasa dan Karsa Manusia. Manusia disebut “Homo Sapiens”. Artinya,
makhluk yang mempunyai kemampuan untuk berilmu pengetahuan. Salah satu insting
konsep manusia dalam pendidikan adalah selalu cenderung ingin mengetahui segala sesuatu
disekelilingnya, yang belum diketahuinya. Berawal dari rasa ingin tahu maka timbulah ilmu
pengetahuan. Dalam hidupnya manusia digerakan sebagian oleh kebutuhan untuk mencapai
sesuatu, dan sebagian lagi oleh tanggung jawab sosial dalam masyarakat. Manusia bukan
hanya

mempunyai

kemampuan-kemampuan,

tetapi

juga


mempunyai

keterbatasan-

keterbatasan, dan juga tidak hanya mempunyai sifat-sifat yang baik, namun juga mempunyai
sifat-sifat yang kurang baik.
Menurut pandangan pancasila, manusia mempunyai keinginan untuk mempertahankan
hidup dan menjaga kehidupan lebih baik. Ini merupakan naluri yang paling kuat dalam diri
manusia. Pancasila sebagai falsafah hidup manusia Indonesia, memberikan pedoman bahwa

6

kehidupan manusia didasarkan atas keselarasan, keserasian, dan keseimbangan, baik dalam
hidup manusia sebagai individu, hubungan manusia dengan masyarakat, hubungan manusia
dengan alam, hubungan bangsa dengan bangsa, dan hubungan manusia dengan Tuhannya,
maupun manusia dalam mengejar kemajuan lahiriah dan kebahagiaan rohaniah. Melalui
pendidikan pula perkembangan kepribadian manusia dapat diarahkan kepada yang lebih baik.
Dan melalui pendidikan kemampuan tingkah laku manusia dapat didekati dan di analisis
secara murni. Kemampuan seperti itulah yang tidak dimiliki oleh makhluk Tuhan yang

lainnya. Manusia dapat tumbuh dan berkembang melalui pendidikan, karena manusia dapat
tumbuh berkembang melalui suatu proses alami menuju kedewasaan baik itu bersifat jasmani
maupun bersifat rohani. Oleh sebab itu manusia memerlukan pendidikan demi mendapatkan
perkembangan yang optimal sebagai manusia. Berdasarkan undang – undang Sisdiknas No
20 tahun 2003 BAB I, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Ajaran Islam memandang manusia sebagai tubuh, akal dan hati nurani. Potensi dasar
manusia yang dikembangkan itu, tidak lain adalah bertuhan dan cenderung kepada kebaikan
bersih dari dosa, berilmu pengetahuan serta bebas memilih dan berkreasi. kemampuan kreatif
manusia pun berkembang secara bertahap sesuai ukuran tingkat kekuatan dan kelemahan
unsur penunjang kreativitas seperti pendengaran, penglihatan serta pikiran. Sebagai khalifah
Allah SWT di muka bumi, manusia dituntut mampu mengelola alam dengan beragam ilmu
pengetahuan.
Tampaklah bahwa manusia itu sangat membutuhkan pendidikan karena melalui
pendidikan manusia dapat mempunyai kemampuan-kemampuan mengatur dan mengontrol
serta menentukan dirinya sendiri. Melalui pendidikan pula perkembangan kepribadian
manusia dapat diarahkan kepada yang lebih baik. Dan melalui pendidikan kemampuan
tingkah laku manusia dapat didekati dan dianalisis secara murni. Jika merujuk pada definisi
yang dipahami, maka kebutuhan manusia akan pendidikan merupakan sebuah kebutuhan
primer. Herbert Spencer, seperti dikutip dari Jumransyah, mengemukakan bahwa Pendidikan
adalah mempersiapkan manusia untuk hidup sempurna. Kebutuhan manusia terhadap
pendidikan merupakan kebutuhan asasi dalam rangka mempersiapkan setiap insan sampai
pada suatu tingkat di mana mereka mampu menunjukkan kemandirian yang bertanggung
jawab, baik terhadap dirinya maupun terhadap lingkungannya. Dalam konteks ini, pendidikan

7

melatih manusia untuk memiliki tingkat penyesuaian diri yang baik dalam berinteraksi
dengan lingkungan (baik dengan sesama manusia maupun dengan lingkungan alam). Bahwa
pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses penyesuaian diri secara timbal balik dari
seseorang dengan manusia lainnya dan dengan lingkungannya.
Dari ungkapan Brubacher tadi, jelas bahwa dengan adanya penyesuaian-penyesuaian
tersebut akan membawa manusia kepada terbentuknya suatu kemampuan dan peningkatan
kapasitas individual yang secara perlahan menunjukkan adanya perubahan-perubahan. Dalam
konteks pendidikan, perubahan-perubahan tersebut merupakan proses yang terjadi pada
potensi yang telah ada, untuk selanjutnya menjadi nyata, berkembang dan menjadi lebih baik.
Sejalan dengan pendapat di atas, M.J.Adler, mengemukakan bahwa pendidikan pada
manusia bertujuan untuk melatih dan membiasakan manusia sehingga potensi, bakat dan
kemampuannya menjadi lebih sempurna. Ini menggambarkan bahwa manusia membutuhkan
pendidikan untuk menjadikan manusia lebih baik, lebih maju dan lebih sempurna.
Berbagai pendapat yang mengemukakan kebutuhan manusia akan pendidikan yang
telah dikemukakan di atas, bermuara pada satu pandangan bahwa melalui pendidikan,
manusia membuktikan diri sebagai makhluk yang paling sempurna, dari sebelumnya hanya
memiliki potensi (yang belum memiliki arti apa-apa), tetapi dengan pendidikan mereka
berkembang menjadi lebih sempurna dan terus menyempurnakan diri.
Manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang dalam pendidikan.
Pendidikan secara umum mempunyai arti suatu proses kehidupan dalam mengembangkan diri
tiap individu untuk dapat hidup dan melangsungkan kehidupan. Sehingga menjadi seorang
yang terdidik itu sangat penting. Pendidikan pertama kali yang kita dapatkan di lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
Seorang anak yang disayangi akan menyayangi keluarganya ,sehingga anak akan
merasakan bahwa anak dibutuhkan dalam keluarga. Sebab merasa keluarga sebagai sumber
kekuatan yang membangunya.Dengan demikian akan timbul suatu situasi yang saling
membantu,saling menghargai,yang sangat mendukung perkembangan anak. Di dalam
keluarga yang memberi kesempatan maksimum pertumbuhan,dan perkembangan adalah
orang tua. Dalam lingkungan keluarga harga diri berkembang karena dihargai, diterima,
dicintai, dan dihormati sebagai manusia. Itulah pentingnya mengapa kita menjadi orang yang
terdidik di lingkungan keluarga. Orang tua mengajarkan kepada kita mulai sejak kecil untuk
menghargai orang lain.
Sedangkan di lingkungan sekolah yang menjadi pendidikan yang kedua dan
apabila orang tua mempunyai cukup uang maka dapat melanjutkannya ke jenjang yang lebih

8

tinggi dan akan melanjutkan ke Perguruan Tinggi kemudian menjadi seorang yang terdidik.
Alangkah pentingnya pendidikan itu. Guru sebagai media pendidik memberikan ilmunya
sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Peranan guru sebagai pendidik merupakan peran
memberi bantuan dan dorongan ,serta tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan
anak agar anak dapat mempunyai rasa tanggung jawab dengan apa yang dia lakukan. Guru
juga harus berupaya agar pelajaran yang diberikan selalu cukup untuk menarik minat anak .
Selain itu peranan lingkungan masyarakat juga penting bagi anak didik. Hal ini
berarti memberikan gambaran tentang bagaimana kita hidup bermasyarakat. Dengan
demikian bila kita berinteraksi dengan masyarakat maka mereka akan menilai kita, bahwa
tahu mana orang yang terdidik,dan tidak terdidik. Di zaman era globalisasi diharapkan
generasi muda bisa mengembangkan ilmu yang didapat sehingga tidak ketinggalan dalam
perkembangan zaman. Itulah pentingnya menjadi seorang yang terdidik baik di lingkungan
Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat.
C. Manusia sebagai makhluk pendidikan
Manusia adalah makhluk yang paling sempurna diantara mahkluk yang lain ciptaan
Allah SWT. Salah satu kelebihan yang di miliki oleh manusia ialah manusia diberi akal
pikiran dan nafsu yang tidak dimiliki oleh malaikat, jin dan binatang. Dengan akal ini lah di
harapkan manusia bisa menggelola bumi ini dengan baik, untuk melakukan tugas yang berat
tersebut maka manusia membutuhkan ilmu pengetahuan, hal ini lah yang menyebabkan
manusia menjadi objek pendidikan, atau mahluk yang membutuhkan pendidikan. Untuk
meningkatkan kualitas hidup, manusia memerlukan pendidikan, baik pendidikan yang formal,
informal maupun nonformal. Pendidikan merupakan bagian penting dari kehidupan manusia
yang sekaligus membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. "Hewan" juga belajar,
tetapi lebih ditentukan oleh instinknya, sedangkan manusia belajar berarti merupakan
rangkaian kegiatan menuju pendewasaan guna menuju kehidupan yang lebih berarti. Anakanak menerima pendidikan dari orang tuanya dan manakala anak-anak ini sudah dewasa dan
berkeluarga, mereka akan mendidik anak-anaknya. Begitu juga di sekolah dan perguruan
tinggi, para siswa dan mahasiswa diajar oleh guru dan dosen.
Manusia di lahirkan ke dunia ini pertama kalinya tidak mengetahui apa-apa. Teori
behaviorisme dalam psikologi beranggapan bahwa manusia bukan baik dan bukan juga jahat
semenjak lahir. Dia adalah tabula rasa, putih seperti kertas. Maka pendidikan lah yang
memegang peranan membentuk pribadinya.

9

Kita tahu bahwa manusia terdiri dari unsur biologis dan fsikologis, maka sudah
barang tentu pendidikan harus berpijak pada pertimbangan tersebut sehingga pada akhirnya
didapat hasil yang optimal. Dengan potensi yang dimilikinya, Allah menempatkan manusia
pada posisi yang mulia, tetapi dengan hal yang sama manusia juga dapat menjadi lebih
rendah dari binatang. Dari itu sudah seyogyanya pendidikan haruslah mampu mengarahkan
dan mengoptimalkan potensi tersebut kearah yang positif dan meminimalisasi perkembangan
negativitas perilaku sebagai efek dari perkembangan manusia yang salah.
Dari potensi-potensi dasar tersebut juga menunjukkan pada kita akan pentingnya
pendidikan untuk mengembangkan dan mengolah sampai di mana titik optimal itu dapat
capai. Apalagi kita saksikan kondisi manusia pada waktu dilahirkan di dunia ini, mereka
dalam keadaan yang sangat lemah , yang secara tidak langsung membutuhkan pertolongan
dari kedua orangtuanya.
Dengan demikian, pendidikan merupakan faktor yang sangat menentukan kepribadian
manusia, potensi jasmaniah dan rohaniah tidak secara otomatis tumbuh dan berkembang
dengan sendirinya, tetapi membutuhkan adanya bimbingan, arahan, dan pendidikan.
Kewajiban belajar dan belajar
Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan
pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya, sebab
tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Dengan
demikian pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang
berkualitas dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral
yang baik.
Tujuan pendidikan yang kita harapkan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap, mandiri serta rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan". Pendidikan harus mampu mempersiapkan
warga negara agar dapat berperan aktif dalam seluruh lapangan kehidupan, cerdas, aktif,
kreatif, terampil, jujur, berdisiplin dan bermoral tinggi, demokratis, dan toleran dengan
mengutamakan persatuan bangsa dan bukannya perpecahan.
Mempertimbangkan pendidikan anak-anak sama dengan mempersiapkan generasi
yang akan datang. Hati seorang anak bagaikan sebuah plat fotografik yang tidak bergambar
apa-apa, siap merefleksikan semua yang ditampakkan padanya.

10

Empat pilar pendidikan sekarang dan masa depan yang dicanangkan oleh UNESCO
yang perlu dikembangkan oleh lembaga pendidikan formal, yaitu:
1) learning to Know (belajar untuk mengetahui),
2) learning to do (belajar untuk melakukan sesuatu) dalam hal ini kita dituntut untuk
terampil dalam melakukan sesuatu,
3) learning to be (belajar untuk menjadi seseorang), dan
4) learning to live together (belajar untuk menjalani kehidupan bersama).
Dalam rangka merealisasikan 'learning to know', guru seyogyanya berfungsi sebagai
fasilitator. Di samping itu guru dituntut untuk dapat berperan sebagai teman sejawat dalam
berdialog dengan siswa dalam mengembangkan penguasaan pengetahuan maupun ilmu
tertentu.
Learning to do (belajar untuk melakukan sesuatu) akan bisa berjalan jika sekolah
memfasilitasi siswa untuk mengaktualisasikan keterampilan yang dimilikinya, serta bakat dan
minatnya. Walaupun bakat dan minat anak banyak dipengaruhi unsur keturunan namun
tumbuh berkembangnya bakat dan minat tergantung pada lingkungannya. Keterampilan dapat
digunakan untuk menopang kehidupan seseorang bahkan keterampilan lebih dominan
daripada penguasaan pengetahuan dalam mendukung keberhasilan kehidupan seseorang.
Pendidikan yang diterapkan harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau
kebutuhan dari daerah tempat dilangsungkan pendidikan. Unsur muatan lokal yang
dikembangkan harus sesuai dengan kebutuhan daerah setempat. learning to be (belajar untuk
menjadi seseorang) erat hubungannya dengan bakat dan minat, perkembangan fisik dan
kejiwaan, tipologi pribadi anak serta kondisi lingkungannya. Bagi anak yang agresif, proses
pengembangan diri akan berjalan bila diberi kesempatan cukup luas untuk berkreasi.
Sebaliknya bagi anak yang pasif, peran guru dan guru sebagai pengarah sekaligus fasilitator
sangat dibutuhkan untuk pengembangan diri siswa secara maksimal.
Kebiasaan hidup bersama, saling menghargai, terbuka, memberi dan menerima (take
and give), perlu ditumbuhkembangkan. Kondisi seperti ini memungkinkan terjadinya proses
"learning to live together" (belajar untuk menjalani kehidupan bersama). Penerapan pilar
keempat ini dirasakan makin penting dalam era globalisasi/era persaingan global. Perlu
pemupukkan sikap saling pengertian antar ras, suku, dan agama agar tidak menimbulkan
berbagai pertentangan yang bersumber pada hal-hal tersebut.
Dengan demikian, tuntutan pendidikan sekarang dan masa depan harus diarahkan
pada peningkatan kualitas kemampuan intelektual dan profesional serta sikap, kepribadian
dan moral manusia Indonesia pada umumnya. Dengan kemampuan dan sikap manusia

11

Indonesia yang demikian diharapkan dapat mendudukkan diri secara bermartabat di
masyarakat dunia di era globalisasi ini.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manusia sebagai Makhluk yang perlu dididik (Animal Educandum) dan dapat
dididik (Animal Educabile) ‫ االحاحيااوانن نا اططقق‬Manusia adalah makhluk Allah SWT, sebagai
kesatuan badani-rohani, manusia hidup dalam ruang dan waktu, memiliki kesadaran
(consciousnesss), memiliki penyadaran diri (self-awareness), mempunyai berbagai
kebutuhan, instink, nafsu, serta mempunyai tujuan. Manusia mempunyai potensi untuk
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, memiliki potensi untuk berbuat baik dan
untuk berbuat jahat; memiliki potensi untuk mampu berpikir (cipta), potensi
berperasaan (rasa), potensi berkehendak (karsa), dan potensi untuk berkarya.
Dimensi eksistensi manusia meliputi individualitas/personalitas, sosialitas, moralitas,
keberbudayaan

dan

keberagamaan.

karakteristiknya bahwa manusia adalah

manusia

adalah

individual/

personal,

adapun

satu kesatuan yang tak dapat dibagi, memiliki

perbedaan dengan yang lainnya sehingga bersifat unik, dan merupakan subjek yang
otonom, serta berada dalam pertumbuhan dan perkembangan.
B. Saran
Demikian makalah ini kami susun,semoga apa yang telah kami uraikan diatas
mengenai hubungan manusia dengan pendidikan memberi manfaat bagi kita semua. Dan
kami menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah kami. Untuk itu,kritik dan saran
yang membangun sangat kami harapkan demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

12

DAFTAR PUSTAKA

Ekosusilo, M dan Kasihadi, R.B. 1993. Dasar-dasar pendidikan, Semarang:Effhar Publishing
http://hadirukiyah.blogspot.com/2010/07/hubungan-manusia-dengan-pendidikan.html
Wahyudin, D. dkk. ( 2010 ) Pengantar Pendidikan. Jakarta : Universitas Terbuka.

13