perawatan anak dengan kejang demam
A. Pengertian kejang
Kejang merupakan gangguan neurologis yang lazim pada kelompok umur pediatrik dan
terjadi dengan frekuensi 4 sampai 6 kasus/1000 anak. Kejang ini merupakan penyebab yang
paling lazim untuk rujukan pada praktek neurologi anak.Kejang didefinisikan sebagai
gangguan fungsi otak tanpa sengaja paroksismal yang dapat nampak sebagai gangguan atau
kehilangan kesadaran, aktivitas motorik abnormal, kelainan perilaku, gangguan sensoris, atau
disfungsi autonom. Beberapa kejang ditandai oleh gerakan abnormal tanpa kehilangan atau
gangguan kesadaran (Behrman, Robert , Kliegman, Arvin, 2000).
Kejang demam merupakan salah satu kelainan saraf yang paling sering dijumpai pada
bayi dan anak. Biasanya antara usia 3 bulan sampai 5 tahun. Sekitar 2 sampai 5% anak
pernah mengalami kejang demam sebelum usia 5 tahun (Ngastiyah, 2005).
Pengobatan segera atau terapi sangat penting, untuk mencegah terjadinya kejang
berulang. Sekitar sepertiga pasien kejang demam akan mengalami kekambuhan sebesar 44%
pada pasien yang tidak diobati dan pada pasien yang mendapat terapi Fenobarbital maupun
terapi Diazepam per rektal kekambuhan sebesar 21%. Ada 3 hal yang perlu dikerjakan dalam
penatalaksanaan kejang demam, yaitu : pengobatan fase akut, mencari dan mengobati
penyebab,
serta
pengobatan
profilaksis
untuk
mencegah
berulangnya
demam
(Soetomenggolo, 2005).
Menurut Doenges (1993), kejang (konvulsion) adalah aktifitas motorik dan gangguan
fenomena sensorik akibat dari pelepasan muatan listrik secara tiba-tiba yang tidak terkontrol
dari sel saraf korteks serebral yang ditandai dengan serangan tiba-tiba dan disertai gangguan
kesadaran.
Kejang demam sering berhubungan dengan infeksi virus penyebab demam pada anak,
seperti herpes simpleks-6 (HHSV-6), Shigella, dan influenza A. Penyakit yang mendasari
demam berupa infeksi saluran pernapasan atas, otitis media, gastroenteritis, dan infeksi
saluran kemih. Risiko berulangnya kejang demam akan meningkat pada anak dengan riwayat
orangtua dan saudara kandungnya juga pernah menderita kejang demam. Kejang demam
diturunkan secara autosomal dominan sederhana (Soetomenggolo et all., 2005)
B. Tujuan
1. Untuk mengatasi serangan kejang.
2. Untuk mencegah atau meminimumkan cedera akibat kejang.
1
C. Diagnosa keperawatan
Diagnosa Keperawatan kejang demam pada anak menurut (Riyadi, Sujono & Sukarmin,
2009) :
1. Hipertermi berhubungan dengan infeksi kelenjar tonsil, telinga, bronkus, atau
pada tempat lain.
2. Risiko tinggi obstruksi jalan nafas berhubungan dengan penutupan faring oleh
lidah, spasme otot bronkus.
3. Risiko gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan oksigen darah.
4. Risiko gangguan perkembangan (kepercayaan diri) berhubungan dengan
peningkatan frekuensi kekambuhan.
5. Risiko cedera (terjatuh, terkena benda tajam) berhubungan dengan penurunan
respon terhadap lingkungan.
D. Prosedur Perawatan pada anak dengan kejang
NO.
A.
ASPEK YANG DINILAI
1
Pengkajian
1. Kaji
fungsi
respiratori
:
frekuensi
pernafasan dan irama pernafasan.
2. Kaji suhu anak.
3. Kaji riwayat kejang anak.
4. Kaji tingkat perkembangan anak terutama
kepercayaan diri dan frekuensi demam.
Perencanaan
B.
5. Cek instruksi dokter :
6. Persiapan alat :
a. Kasur atau matras lembut
b. Bantalan empuk (selimut
yang
terlipat)
c. Obat diazepam rectal (stesolid) dan
obat antipiretik (aspirin)
7. Cuci tangan
Implementasi
2
PENILAIAN
2
3
4
KET
8. Menjelaskan
C.
tindakan
yang
akan
dilakukan kepada orang tua/anak.
9. Menempatkan anak pada tempat yang
aman dengan posisi ditidurkan dilantai
yang dialas dengan kasur atau matras
lembut, bagian kepala jangan sampai
terbentur atau terjatuh untuk mencegah
terjadinya resiko pada anak.
10.
Meletakkan bantalan empuk yang
terlipat dibawah kepala anak seperti
selimut yang terlipat, jika memungkinkan.
11.
Melepaskan pakaian anak terutama
pada leher anak agar memudahkan anak
bernapas untuk mendapat oksigen lebih
banyak.
12.
sisi
Memiringkan tubuh anak ke salah satu
untuk
saluran
menghindari
pernafasan
akibat
terhalangnya
tertelannya
cairan air liur atau muntah.
13.
Mengatur
suhu
ruangan
untuk
menurunkan demam anak dengan jendela
yang terbuka agar sirkulasi dalam ruangan
cukup baik.
14.
Mengkompres
bagian
kepala
dan
tubuh anak (leher, ketiak, paha) dengan
handuk yang telah direndam air hangat
untuk menurunkan panasnya.
3
15.
Menjauhkan
benda-benda
yang
berbahaya dari anak (sendok, kayu, kain,
dll) karena beresiko membahayakan anak
(tertelan, merusak gigi, cedera rongga
mulut, dll) termasuk memberi obat atau
memberi minum air.
16.
Memasukkan benda yang lunak ke
mulut anak agar lidah tidak tergigit, jika
memungkinkan.
17.
Memberikan obat diazepam rectal
misalnya
stesolid
pada
anak
untuk
menghilangkan kejang dan obat antipiretik
(aspirin) untuk menurunkan panas anak.
18.
Membaringkan anak kembali pada
posisi
pemulihan
saat
kejang
sudah
berhenti dan menutupi badan anak dengan
selimut yang tipis.
Evaluasi
D.
19.
Mengevaluasi respon anak.
20.
Mengevaluasi jalan nafas anak tiap 15
menit.
21.
Mengevaluasi suhu anak tiap setengah
jam.
Dokumentasi
E.
Melakukan pendokumentasian dengan tepat.
4
Sumber :
Alo Dokter. 2015. http://www.alodokter.com/kejang.html. Diakses pada tanggal 21
September 2015.
Bambang
Warsita.
2014.
Tips-Ampuh-Dan-Paling-Manjur.
http://bambang-
warsita.blogspot.co.id/2014/04/15-tips-ampuh-dan-paling-manjur.html. Diakses pada tanggal
21 September 2015.
Behrman, Robert M, Kliegman, Ann M.Arvin, 2000, Ilmu Kesehatan Anak Nelson Volume 3
Edisi 15 .Jakarta: EGC.
Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Geissler, A. C. 1993. Nursing care plans: guidelines for
planning and documenting patient care. (3rd edition). Philadelphia, Peensylvania, U.S.A.:
F.A. Davis Company.
Kautsar. 2009. Mengatasi-Kejang-Pada-Bayi-Dan-Balita.
https://kautsarku.wordpress.com/2009/08/11/mengatasi-kejang-pada-bayi-dan-balita.html.
Diakses pada tanggal 21 September 2015.
Mejayan
Puskesmas.
2013.
Cara-Mengatasi-Anak-Saat-Kejang.
puskesmas.blogspot.co.id/2013/08/cara-mengatasi-anak-saat-kejang.html.
http://mejayanDiakses
pada
tanggal 21 September 2015.
Ngastiyah, 2005, Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. EGC. Jakarta.
Riyadi, Sujono & Sukarmin, 2009, Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi 1. Graha Ilmu.
Yogyakarta.
Soetomenggolo TS. Kejang Demam. Dalam : Soetomenggolo TS, Ismael S, penyunting.
Buku Ajar Neurologi Anak. Edisi ke-1. Jakarta: BP IDAI; 2005.
5
Kejang merupakan gangguan neurologis yang lazim pada kelompok umur pediatrik dan
terjadi dengan frekuensi 4 sampai 6 kasus/1000 anak. Kejang ini merupakan penyebab yang
paling lazim untuk rujukan pada praktek neurologi anak.Kejang didefinisikan sebagai
gangguan fungsi otak tanpa sengaja paroksismal yang dapat nampak sebagai gangguan atau
kehilangan kesadaran, aktivitas motorik abnormal, kelainan perilaku, gangguan sensoris, atau
disfungsi autonom. Beberapa kejang ditandai oleh gerakan abnormal tanpa kehilangan atau
gangguan kesadaran (Behrman, Robert , Kliegman, Arvin, 2000).
Kejang demam merupakan salah satu kelainan saraf yang paling sering dijumpai pada
bayi dan anak. Biasanya antara usia 3 bulan sampai 5 tahun. Sekitar 2 sampai 5% anak
pernah mengalami kejang demam sebelum usia 5 tahun (Ngastiyah, 2005).
Pengobatan segera atau terapi sangat penting, untuk mencegah terjadinya kejang
berulang. Sekitar sepertiga pasien kejang demam akan mengalami kekambuhan sebesar 44%
pada pasien yang tidak diobati dan pada pasien yang mendapat terapi Fenobarbital maupun
terapi Diazepam per rektal kekambuhan sebesar 21%. Ada 3 hal yang perlu dikerjakan dalam
penatalaksanaan kejang demam, yaitu : pengobatan fase akut, mencari dan mengobati
penyebab,
serta
pengobatan
profilaksis
untuk
mencegah
berulangnya
demam
(Soetomenggolo, 2005).
Menurut Doenges (1993), kejang (konvulsion) adalah aktifitas motorik dan gangguan
fenomena sensorik akibat dari pelepasan muatan listrik secara tiba-tiba yang tidak terkontrol
dari sel saraf korteks serebral yang ditandai dengan serangan tiba-tiba dan disertai gangguan
kesadaran.
Kejang demam sering berhubungan dengan infeksi virus penyebab demam pada anak,
seperti herpes simpleks-6 (HHSV-6), Shigella, dan influenza A. Penyakit yang mendasari
demam berupa infeksi saluran pernapasan atas, otitis media, gastroenteritis, dan infeksi
saluran kemih. Risiko berulangnya kejang demam akan meningkat pada anak dengan riwayat
orangtua dan saudara kandungnya juga pernah menderita kejang demam. Kejang demam
diturunkan secara autosomal dominan sederhana (Soetomenggolo et all., 2005)
B. Tujuan
1. Untuk mengatasi serangan kejang.
2. Untuk mencegah atau meminimumkan cedera akibat kejang.
1
C. Diagnosa keperawatan
Diagnosa Keperawatan kejang demam pada anak menurut (Riyadi, Sujono & Sukarmin,
2009) :
1. Hipertermi berhubungan dengan infeksi kelenjar tonsil, telinga, bronkus, atau
pada tempat lain.
2. Risiko tinggi obstruksi jalan nafas berhubungan dengan penutupan faring oleh
lidah, spasme otot bronkus.
3. Risiko gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan oksigen darah.
4. Risiko gangguan perkembangan (kepercayaan diri) berhubungan dengan
peningkatan frekuensi kekambuhan.
5. Risiko cedera (terjatuh, terkena benda tajam) berhubungan dengan penurunan
respon terhadap lingkungan.
D. Prosedur Perawatan pada anak dengan kejang
NO.
A.
ASPEK YANG DINILAI
1
Pengkajian
1. Kaji
fungsi
respiratori
:
frekuensi
pernafasan dan irama pernafasan.
2. Kaji suhu anak.
3. Kaji riwayat kejang anak.
4. Kaji tingkat perkembangan anak terutama
kepercayaan diri dan frekuensi demam.
Perencanaan
B.
5. Cek instruksi dokter :
6. Persiapan alat :
a. Kasur atau matras lembut
b. Bantalan empuk (selimut
yang
terlipat)
c. Obat diazepam rectal (stesolid) dan
obat antipiretik (aspirin)
7. Cuci tangan
Implementasi
2
PENILAIAN
2
3
4
KET
8. Menjelaskan
C.
tindakan
yang
akan
dilakukan kepada orang tua/anak.
9. Menempatkan anak pada tempat yang
aman dengan posisi ditidurkan dilantai
yang dialas dengan kasur atau matras
lembut, bagian kepala jangan sampai
terbentur atau terjatuh untuk mencegah
terjadinya resiko pada anak.
10.
Meletakkan bantalan empuk yang
terlipat dibawah kepala anak seperti
selimut yang terlipat, jika memungkinkan.
11.
Melepaskan pakaian anak terutama
pada leher anak agar memudahkan anak
bernapas untuk mendapat oksigen lebih
banyak.
12.
sisi
Memiringkan tubuh anak ke salah satu
untuk
saluran
menghindari
pernafasan
akibat
terhalangnya
tertelannya
cairan air liur atau muntah.
13.
Mengatur
suhu
ruangan
untuk
menurunkan demam anak dengan jendela
yang terbuka agar sirkulasi dalam ruangan
cukup baik.
14.
Mengkompres
bagian
kepala
dan
tubuh anak (leher, ketiak, paha) dengan
handuk yang telah direndam air hangat
untuk menurunkan panasnya.
3
15.
Menjauhkan
benda-benda
yang
berbahaya dari anak (sendok, kayu, kain,
dll) karena beresiko membahayakan anak
(tertelan, merusak gigi, cedera rongga
mulut, dll) termasuk memberi obat atau
memberi minum air.
16.
Memasukkan benda yang lunak ke
mulut anak agar lidah tidak tergigit, jika
memungkinkan.
17.
Memberikan obat diazepam rectal
misalnya
stesolid
pada
anak
untuk
menghilangkan kejang dan obat antipiretik
(aspirin) untuk menurunkan panas anak.
18.
Membaringkan anak kembali pada
posisi
pemulihan
saat
kejang
sudah
berhenti dan menutupi badan anak dengan
selimut yang tipis.
Evaluasi
D.
19.
Mengevaluasi respon anak.
20.
Mengevaluasi jalan nafas anak tiap 15
menit.
21.
Mengevaluasi suhu anak tiap setengah
jam.
Dokumentasi
E.
Melakukan pendokumentasian dengan tepat.
4
Sumber :
Alo Dokter. 2015. http://www.alodokter.com/kejang.html. Diakses pada tanggal 21
September 2015.
Bambang
Warsita.
2014.
Tips-Ampuh-Dan-Paling-Manjur.
http://bambang-
warsita.blogspot.co.id/2014/04/15-tips-ampuh-dan-paling-manjur.html. Diakses pada tanggal
21 September 2015.
Behrman, Robert M, Kliegman, Ann M.Arvin, 2000, Ilmu Kesehatan Anak Nelson Volume 3
Edisi 15 .Jakarta: EGC.
Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Geissler, A. C. 1993. Nursing care plans: guidelines for
planning and documenting patient care. (3rd edition). Philadelphia, Peensylvania, U.S.A.:
F.A. Davis Company.
Kautsar. 2009. Mengatasi-Kejang-Pada-Bayi-Dan-Balita.
https://kautsarku.wordpress.com/2009/08/11/mengatasi-kejang-pada-bayi-dan-balita.html.
Diakses pada tanggal 21 September 2015.
Mejayan
Puskesmas.
2013.
Cara-Mengatasi-Anak-Saat-Kejang.
puskesmas.blogspot.co.id/2013/08/cara-mengatasi-anak-saat-kejang.html.
http://mejayanDiakses
pada
tanggal 21 September 2015.
Ngastiyah, 2005, Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. EGC. Jakarta.
Riyadi, Sujono & Sukarmin, 2009, Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi 1. Graha Ilmu.
Yogyakarta.
Soetomenggolo TS. Kejang Demam. Dalam : Soetomenggolo TS, Ismael S, penyunting.
Buku Ajar Neurologi Anak. Edisi ke-1. Jakarta: BP IDAI; 2005.
5