PERAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN TERHADAP PE

PERAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN TERHADAP
PERTUMBUHAN EKONOMI SEKTORAL DI INDONESIA:
BUKTI DATA EMPIRIS PROPINSI TAHUN 2004-2010
(Role of the Education on Economics Growth in Indonesia:
Evidence of the Empirical Data Provinces)
Gatot Subroto
Peneliti pada Pusat Penelitian Kebijakan, Badan Penelitian dan Pengembangan,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Email: gatsu28@yahoo.com
Abstract
This research aims to: analyze the impact of elementary, secondary and tertiary level of education in
the economic growth sectoral; compare the government’s spending on education, health and
infrastructure in every sector of economic growth; formulate the alternatives of government policies
for education in economic growth at national and sectoral level. Secondary data were gathered from
BPS as results of SUSENAS, SAKERNAS, SENSUS and others that are form of pooled data are
combinations of time series data (2004-2010) and cross section data of 33 provinces. The
combinations of all the provinces during 7 years has yield to 231 records data. They had been
analyzed using 2SLS (two stage least squares) with SIMLIN and SYSLIN procedure. The increase in
spending of central and local government and the incoming investment will result in a bigger
proportion of spending on economic activities. The increase government spending on health and
infrastructures will also give stimulation of production development, which sends incentives to

businesses in investing their capitals. The increase spending as a whole in any sectors (agricultures,
industries and services) will push the development of respective sectors, which leads to employment
opportunity. Thus, the government’s output will increase art local and national level.
Keywords: education, public expenditure, economic growth.
Abstrak
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi. Menurut teori
human capital, pendidikan merupakan salah satu bentuk investasi manusia dengan menanamkan ilmu
pengetahuan, keterampilan/keahlian, nilai, norma, sikap, dan perilaku yang berguna bagi manusia
sehingga manusia tersebut dapat meningkatkan kapasitas belajar dan produktifnya. Penelitian ini
bertujuan untuk: 1) menganalisis pengaruh jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi tenaga kerja dalam pertumbuhan ekonomi sektoral; 2) membandingkan pengeluaran
pemerintah bidang pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur dalam pertumbuhan ekonomi masingmasing sektor; serta 3) memformulasikan alternatif kebijakan Pemerintah bidang pendidikan dalam
pertumbuhan ekonomi nasional dan sektoral. Data sekunder atau data publikasi yang berasal dari
BPS hasil SUSENAS, SAKERNAS, SENSUS dan lain-lain berbentuk pooled data merupakan
gabungan antara data time series (2004-2010) dan cross section terdiri atas 33 propinsi. Gabungan
seluruh propinsi selama 7 tahun menghasilkan data sebanyak 231 record. Peningkatan pengeluaran
pemerintah pusat dan daerah serta masuknya investasi akan mengakibatkan semakin besarnya
pengeluaran pemerintah dalam berbagai kegiatan sektor ekonomi. Peningkatan pengeluaran
pemerintah bidang kesehatan dan infrastruktur ekonomi juga memberikan stimulasi perkembangan
produksi serta menjadi insentif bagi para pengusaha untuk menanamkam modalnya. Peningkatan

besaranya pengeluaran berbagai sektor (pertanian, industri, dan jasa) akan mendorong
berkembangnya kegiatan sektor tersebut, sehingga terjadi penyerapan tenaga kerja. Akhirnya terjadi
peningkatan ouput baik di daerah maupun nasional.
Keywords: education, public expenditure, economic growth.
-o-

1

PENDAHULUAN
Pembangunan merupakan rangkaian proses kegiatan perubahan yang lebih baik
sebagai upaya peningkatan kondisi masyarakat ke arah lebih sejahtera. Samuelson dan
Nordhaus (2004), menyatakan salah satu indikator makro keberhasilan pembangunan
diantaranya terlihat dari pertumbuhan ekonomi yang menunjukkan barang dan jasa yang
dihasilkan oleh suatu daerah.
Faktor yang dapat mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi, antara lain kualitas
sumberdaya manusia, sumberdaya alam, pembentukan modal, dan teknologi. Upaya
pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi diantaranya melalui kebijakan
pengeluaran untuk pembelian barang dan jasa yang mendorong peningkatan permintaan
produksi dalam perekonomian.
Penerapan otonomi daerah sejak tahun 2001 sampai sekarang pada dasarnya bertujuan

untuk mengefisienkan segala kebijakan yang berkaitan tentang urusan daerah, dengan
harapan agar kebijakan yang diambil dapat lebih tepat sasaran dan mampu menghasilkan
manfaat yang lebih besar bagi masing-masing daerah, sehingga mampu mengalami
percepatan pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. Salah satu tujuannya adalah untuk
menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat.
Senada dengan hal itu, salah satu indikator pembangunan yang dinyatakan Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono adalah pencapaian pertumbuhan ekonomi 7 persen atau lebih
pada tahun 2014. Program pengurangan angka kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja
untuk mengurangi pengangguran harus berjalan efektif. Penegakan hukum dan
pemberantasan korupsi harus menjadi prioritas. Lebih lanjut, ditekankan pula masalah
pembangunan inklusif dan berkeadilan antarsektor dan antardaerah (Pidato sidang kabinet
paripurna pertama Jumat, 23/10/2009).
Marris 1982 (dalam Suryadi, 1999:231) dalam studinya di 66 negara berkembang
menyimpulkan bahwa pendidikan bukan hanya kuat pengaruhnya terhadap pertumbuhan
ekonomi, tetapi juga diterangkan bahwa efek dari investasi bentuk lain (industri, pertanian,
dan sebagainya) akan melemah jika tidak didukung oleh investasi pendidikan. Lau (1982)
juga telah menemukan bahwa investasi dalam pengembangan bibit tanaman, irigasi, dan
penggunaan pupuk ternyata lebih produktif dalam menghasilkan output tanaman oleh para
petani yang berpendidikan SD dibandingkan dengan petani-petani yang tidak berpendidikan.

Easterlin 1981 (dalam Suryadi, 1999:231) mengkaji hubungan antara pendidikan dan
pertumbuhan ekonomi di 25 negara terbesar penduduknya. Hasilnya adalah bahwa
penyebaran pendayagunaan teknologi modern untuk pertumbuhan ekonomi sangat
bergantung pada potensi, kapasitas, dan motivasi belajar masyarakat yang dikembangkan di
dalam sistem pendidikan formal.
Dari uraian di atas, pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam
pertumbuhan ekonomi. Menurut teori human capital, pendidikan merupakan salah satu
bentuk investasi manusia yang menanamkan ilmu pengetahuan, keterampilan/keahlian, nilai,
norma, sikap, dan perilaku yang berguna bagi manusia sehingga manusia tersebut dapat

meningkatkan kapasitas belajar dan produktifnya. Dengan peningkatan kapasitas belajar dan
kapasitas produktif, produktivitas seseorang akan meningkat sehingga akan mendongkrak
pendapatan orang tersebut dan meningkatkan output berupa barang dan jasa bagi masyarakat,
secara keseluruhan berarti pertumbuhan ekonomi akan naik.
Namun demikian, pentingnya peranan pendidikan dalam pertumbuhan ekonomi
tersebut mengisyaratkan sejumlah asumsi. Asumsi tersebut di antaranya adalah bahwa sistem
pendidikan yang berlaku dapat menghasilkan output pendidikan, khususnya lulusan, yang
sesuai dengan kebutuhan dunia kerja dan masyarakat, baik pengetahuan dan keterampilan
maupun sikap dan perilakunya, baik jumlah, jenjang, maupun jenisnya. Di samping itu,
sistem dan keadaan perekonomian yang ada dapat memanfaatkan dan mengomptimalkan

potensi dan kapasitas keluaran pendidikan tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, muncul beberapa permasalahan atau pertanyaan penelitian
sebagai berikut: (1) jenjang pendidikan (dasar/menengah/tinggi) yang paling berpengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi nasional/propinsi/sektoral? (2) bagaimana peranan
pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional/propinsi/sektoral? dan (3) bagaimana
alternatif kebijakan Pemerintah khususnya peranan pendidikan yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi nasional?
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis jenjang atau jenis pendidikan yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan nasional/propinsi/sektoral, (2) mengidentifikasi peranan
pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional/propinsi/sektoral alternatif, dan (3)
menganalisis kebijakan Pemerintah untuk memformulasikan peranan pendidikan terhadap
pertumbuhan ekonomi nasional/propinsi/sektoral.
PERAN PENDIDIKAN DALAM PERTUMBUHAN EKONOMI
Publikasi United Nations Development Programme (UNDP) tahun 1990-an dengan
tegas menjelaskan betapa pentingnya pembangunan manusia (human development), manusia
merupakan kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Disebutkan bahwa tujuan utama
pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya untuk
menikmati usia panjang, badan sehat, dan menjalankan kehidupan yang produktif. Hal ini
tampaknya merupakan suatu kenyataan sederhana, meskipun seringkali terlupakan oleh
kesibukan jangka pendek misalnya mengumpulkan harta dan uang.

Laporan tersebut juga menyatakan bahwa pembangunan manusia sebagai perluasan
merupakan pilihan bagi penduduk (enlarging the choice of people). Perluasan pilihan yang
terpenting adalah keadaan yang menjadikan penduduk paling tidak memiliki beberapa hal;
peluang berumur panjang dan sehat, pengetahuan dan keterampilan yang memadai, dan
menikmati standar hidup layak. Pilihan-pilihan lainnya meliputi kebebasan politik, jaminan
hak azasi manusia, dan menghormati diri sendiri.
Human Development Report 1996 dari UNDP, menjelaskan pembangunan berpusat
pada manusia dipromosikan melalui penegasan bahwa pembangunan manusia adalah tujuan
akhir pembangunan (the ultimate end), sedangkan pertumbuhan ekonomi adalah sarana (the
principal means) untuk mencapai tujuan akhir pembangunan tersebut.
3

Semakin jelas bahwa perluasan pilihan dimaksud berada pada tataran proses dan
tataran hasil akhir pembangunan. Perluasan pilihan dalam tataran proses disediakan untuk
manusia dalam perannya sebagai pelaku pembangunan, sedangkan perluasan pilihan dalam
tataran hasil akhir disediakan untuk manusia dalam perannya sebagai penikmat
pembangunan. Pembangunan manusia pada dasarnya adalah suatu upaya dalam rangka
membangun kemampuan manusia, tidak perduli apakah mereka miskin atau kaya, melalui
perbaikan taraf kesehatan, pengetahuan dan keterampilan, sekaligus sebagai pemanfaatan
(utilizing) kemampuan atau keterampilan mereka tersebut.

Konsep pembangunan manusia (Qureshi, 2010) seperti ini jauh lebih luas
pengertiannya dibandingkan dengan konsep pembangunan ekonomi yang menekankan
kepada pertumbuhan ekonomi (economic growth), kebutuhan dasar (basic needs),
kesejahteraan masyarakat (social welfare), atau pengembangan sumberdaya manusia (human
resource development).
Uraian-uraian di atas semakin memperkokoh paradigma pembangunan berpusat pada
manusia (people centered development) yang menempatkan manusia sebagai tujuan akhir
pembangunan dan bukan hanya sebagai alat pembangunan. Untuk mewujudkan tujuan akhir
pembangunan dimaksud, terdapat empat hal pokok yang harus diperhatikan sebagai
komponen kunci pembangunan manusia, yaitu: pertama, produktivitas (productivity),
mengandung makna bahwa manusia yang produktif akan mampu menghasilkan pendapatan
bagi dirinya dan bagi keluarganya serta bagi bangsanya. Oleh karena itu pertumbuhan
ekonomi merupakan bagian dari model pembangunan manusia, dan merupakan variabel
endogen yang akan berpengaruh terhadap indeks pembangunan manusia.
Kedua, keadilan (equality), mengandung makna bahwa manusia sebagai mahluk
sosial harus memiliki kesempatan yang sama untuk hidup lebih baik. Praktik monopoli,
seperti monopoli ekonomi dan monopoli politik, harus dihapuskan melalui pengaturanpengaturan yang dilakukan secara demokratis. Semua orang boleh memilih apa yang terbaik
bagi kehidupannya sepanjang tidak melanggar aturan main yang telah disepakati bersama
secara konstitusional dan demokratis.
Ketiga, keberlanjutan (sustainability), mengandung makna bahwa sumberdaya yang

tersedia dapat digunakan secara bijaksana untuk kepentingan manusia, baik generasi masa
kini maupun generasi masa yang akan datang. Generasi masa kini harus sadar dan menjamin
ketersediaan sumberdaya yang sama-sama diperlukan oleh generasi masa yang akan datang.
Sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui hanya digunakan secara hemat sambil
menanamkan kewajiban bagi generasi sekarang untuk mencari alternatif sumberdaya
substitusi dari sumberdaya yang dapat diperbaharui.
Keempat, pemberdayaan (empowerment), mengandung arti bahwa adalah fitrah
manusia yang tidak selalu memiliki kemampuan untuk mengakses peluang dan kesempatan
yang sama untuk mensejahterakan diri dan keluarganya. Karena itu perlu adanya
pemberdayaan agar pembangunan manusia dapat dilakukan oleh semua orang, bukan sematamata dilakukan untuk semua orang. Dengan pemberdayaan, maka semua orang dapat
berpartisipasi penuh dalam pengambilan keputusan dan proses mempengaruhi kesejahteraan
mereka (UNDP, 1995).

Meskipun demikian, ada studi yang menemukan hubungan yang lemah antara
pendidikan dan pertumbuhan --Bils dan Klenow (2000); bahkan Prichett (2001) menemukan
tidak hubungan sama sekali antara sekolah dan pertumbuhan ekonomi. Hubungan antara
kualitas pendidikan dan pertumbuhan ekonomi yang teruji merupakan hasil karya Barro
(1999), Hanushek dan Kimko (2000), Hanushek dan Kim (1995), Hanushek dan Woessmann
(2007). Studi tersebut mengembangkan pengukuran kualitas tenaga kerja berdasarkan
keterampilan kognitif dalam matematika dan ilmu pengetahuan, hal ini dianggap memiliki

pengaruh yang kuat terhadap pertumbuhan ekonomi. Selanjutnya, Barro (1999)
menggunakan data pada nilai ujian siswa internasional untuk mengukur kualitas sekolah,
ditemukan hubungan positif antara kualitas pendidikan dan pertumbuhan ekonomi.
Lebih lanjut, pendidikan yang mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan
ekonomi, dalam perkembangannya pendidikan seyogyanya harus dipahami sebagai proses
atau alat untuk mencapai tujuan utama manusia. Wujud peningkatan pendidikan pada
umumnya akan terlihat dari perkembangan politik, ekonomi, sosial dan budaya. Hanya saja,
perkembangan pendidikan dapat dipandang sebagai faktor paling utama dalam meningkatkan
sektor-sektor lain, termasuk di dalamnya pertumbuhan ekonomi. Hubungan pendidikan dan
ekonomi ini menjadi demikian erat, bahkan pendidikan merupakan faktor yang sangat
menentukan (major determinant). Di luar itu, pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh
faktor-faktor lainnya. Meski hubungan pendidikan dengan pertumbuhan ekonomi demikian
kuat, tetapi harus diakui bahwa untuk menjelaskannya diperlukan sejumlah keterangan dan
pengertian yang mendalam. Hal itu mengingat sifat hubungan tersebut yang kompleks.
Hubungan pendidikan dan pertumbuhan ekonomi ini secara garis besar dapat
dijelaskan melalui teori pertumbuhan ekonomi dan teori human kapital berikut ini.Semacam
konsensus umum bahwa modal manusia merupakan faktor utama di balik pertumbuhan
ekonomi jangka panjang. Meskipun, pada tingkat makro, hasil empiris tidak selalu sesuai
dengan pandangan ini. Untuk menjelaskan hal kesenjangan antara teori dan empiris, secara
terfokus lebih telah diletakkan pada kesalahan pengukuran dan kualitas data. Hasil tulisan

Van Leeuwen (2008), menggunakan perkiraan alternatif modal manusia, berdasarkan Judson
(2002), menemukan bukti bahwa dua pandangan utama tentang peran modal manusia dalam
pembangunan ekonomi oleh Lucas (1988) dan Romer (1990) dapat diterima secara
berdampingan dan bukan berarti saling menolak satu sama lain.
Selanjutnya, dengan menggunakan uji kointegrasi Johansen, Van Leeuwen (2008)
menemukan bahwa di India dan Indonesia tingkat modal manusia adalah cointegrated dengan
tingkat pendapatan agregat selama abad ke-20 secara keseluruhan, yang menegaskan teori
Lucas (1988). Namun di Jepang, pendekatan Lucasian dapat diverifikasi hanya untuk paruh
awal abad ini, sementara setelah 1950 ada kointegrasi antara tingkat pertumbuhan pendapatan
agregat dan tingkat modal manusia, yang sejalan dengan pandangan Romer's.
Karena itu, investasi di bidang pendidikan tidak saja berfaedah bagi perorangan, tetapi
juga bagi komunitas bisnis dan masyarakat umum. Pencapaian pendidikan pada level
tertinggi niscaya akan meningkatkan pendapatan dan produktivitas masyarakat. Pendidikan
merupakan jalan menuju pencapaian kesejahteraan sosial dan ekonomi. Sedangkan kegagalan
membangun pendidikan akan melahirkan berbagai problem krusial: pengangguran,
5

kriminalitas, narkoba, dan welfare dependency yang menjadi beban sosial politik bagi
pemerintah.
Mengingat investasi pendidikan merupakan investasi jangka panjang, maka

pelaksanaan pembangunan pendidikan memerlukan semacam idiologi. Idiologi yang
melandasi pembangunan selama ini yang digunakan, seperti diamanatkan dalam pembukaan
UUD 1945, yaitu “.....mencerdaskan kehidupan bangsa...” Oleh karena itu, perwujudan
amanat tersebut lebih berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan. Disamping itu juga
harus “...memajukan kesejahteraan umum dan ikut melaksanakan ketertiban dunia...” dengan
demikian arah pembangunan jangka penjang mencakup bukan hanya peningkatan mutu
melainkan mencakup juga peningkatan taraf hidup masyarakat secara keseluruhan sejalan
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Para ekonom sepakat bahwa sumber daya manusia dari suatu bangsa --bukan hanya
modal fisik atau sumber daya material-- merupakan faktor paling menentukan karakter dan
kecepatan pembangunan sosial dan ekonomi suatu bangsa bersangkutan (Todaro, 2009). Hal
tersebut dengan kondisi mempunyai minimal dua syarat pokok, yaitu; a) adanya SDM yang
cukup baik secara kuantitas maupun kualitasnya serta semangat kerja guna mengolah dan
memanfaatkan sumberdaya lain dalam proses pembangunan, dan b) adanya pasar yang
mendukung untuk menjual barang dan jasa yang dihasilkan dalam pembangunan.
Sebenarnya, kesesuaian antara pendidikan dengan kebutuhan lapangan kerja hampir
dapat dipastikan bakal selalu mengalami kesenjangan. Hal demikian disebabkan oleh karena
pendidikan dan masalah kerja memang dua hal yang memiliki ranah serta karakteristik
berbeda. Di antara perbedaan yang mencolok dan selalu menciptakan gap adalah sifat
pendidikan yang merupakan faktor demografis. Sementara lapangan kerja adalah faktor
ekonomis (sebagian dari tujuan pendidikan).
Pendidikan memiliki tujuan yang meluas (akademik dan vokasional), sedang kerja
adalah sebagian kecil dari tujuan itu. Tidak mengherankan kalau karakter dunia kerja bersifat
spesifik sedangkan pendidikan bersifat umum (dalam arti mengikuti variasi lapangan kerja).
Variasi jenis kerja sendiri teramat beragam dan dinamis sehingga tidak mungkin senantiasa
diikuti pendidikan. Keterampilan kerjapun cenderung simply-aplicable (instant), sedang
dalam pendidikan masih banyak nuansa teori sebab belum jelas akan diaplikasikan di mana.
Jika kesenjangan antara pendidikan dan kebutuhan kerja melebar, maka hal ini akan
mengancam produktivitas individu dan selanjutnya mempengaruhi pertumbuhan, sehingga
yang harus dilakukan adalah upaya-upaya yang dapat mempersempit kesenjangan itu. Selain
itu, pendidikan juga berupaya membangun kepribadian peserta didik dengan membekali
sikap dan sifat yang menunjang kesuksesan dunia kerja.
Pendidikan mempunyai peranan yang positif dan signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi. Pendekatan makro dilakukan untuk mengetahui peranan pendidikan, secara umum
dan menurut jenjang pendidikan, terhadap pertumbuhan ekonomi untuk tingkat nasional dan
regional.
Pendekatan ini menggunakan model fungsi produksi yang mula-mula
diperkenalkan oleh Cobb dan Douglas, yang fokus pada pentingnya peranan modal manusia
(human capital) dalam fungsi produksi itu mula-mula dikembangkan oleh Solow dan

argumennya dikembangkan oleh Becker, dan terakhir model itu dikembangkan oleh Lucas,
yang diterapkan dan dikembangkan lagi salah satunya oleh McMahon.
Dalam model yang terakhir ini, produk domestik brutto (PDB) merupakan fungsi dari
faktor-faktor produksi yang terdiri dari modal, tenaga kerja (baik kuantitas dan kualitas yang
dapat diwakili oleh pendidikan), teknologi, dan kualitas masyarakat (yang dapat diwakili oleh
pendidikannya). PDB akan meningkat atau pertumbuhan eknomi akan terjadi apabila faktorfaktor produksi ini meningkat. Dengan menggunakan data sekunder yang dibutuhkan dan
menerapkan metode ekonometrika, dapat diketahui peranan masing-masing faktor produksi,
termasuk faktor produksi yang berupa pendidikan (baik secara umum atau vokasi maupun per
jenjang pendidikan) tenaga kerja dan masyarakat, terhadap pertumbuhan ekonomi.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian dan Sumber Data
Penggunaan data dalam pendekatan makro yaitu data sekunder atau data publikasi
yang berasal dari BPS hasil SUSENAS, SAKERNAS, SENSUS dan lain-lain berbentuk
pooled data yang merupakan gabungan antara data time series (2004-2010) dan cross section
terdiri atas 33 propinsi. Mengingat masalah ketersediaan data, dalam penelitian ini
mengasumsikan intersep dan slop tetap sepanjang waktu serta individu, perbedaan intersep
dan slop dijelaskan oleh residual. Penelitian ini menggunakan teknik common effect dalam
memberikan estimasi data panel, sehingga tidak memperhatikan dimensi individu maupun
waktu. Diasumsikan bahwa perilaku data antar individu sama dalam berbagai kurun waktu.
Gabungan seluruh propinsi selama (2004-2010) 7 tahun menghasilkan data sebanyak 231.
Kerangka Pemikiran
Selama empat belas tahun terakhir setelah reformasi, Indonesia merupakan salah satu
negara yang mempunyai pertumbuhan ekonomi cukup baik, serta mampu mempertahankan
berbagai tekanan ekonomi akibat krisis global. Bahkan dengan adanya bonus demografi
dalam 30 tahun mendatang Indonesia berpotensi untuk menempati urutan lima besar dunia.
Hal ini bukan berarti dapat terjadi dengan sendirinya, namun perlu adanya kerja keras dari
berbagai komponen bangsa. Jika tidak, bonus demografi tersebut dapat menjadi ‘bencana’
dalam perkembangan Indonesia mendatang. Salah satunya bidang pendidikan merupakan
bidang yang sangat strategis, sebagai pendorong dan mobilitas vertikal secara sosial,
ekonomi, dan budaya setiap warga negara untuk lebih produktif.
Peranan pendidikan dalam pertumbuhan ekonomi dapat terjadi secara timbal balik.
Peningkatan pendidikan secara menyeluruh merupakan perwujudan cita-cita dari Indonesia
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut membawa akibat terjadinya penetapan
anggaran pendidikan sebesar 20% dari APBN. Secara konsekuensi logis anggaran tersebut
tumbuh seiring dengan berkembangnya perekonomian nasional.
Peningkatan pengeluaran pemerintah pusat dan daerah serta masuknya investasi akan
mengakibatkan pengeluaran dalam berbagai sektor ekonomi. Peningkatan pengeluaran
terhadap kesehatan dan infrastruktur ekonomi memberikan stimulasi perkembangan produksi
dan menjadi insentif bagi para pengusaha untuk menanamkam modalnya. Peningkatan
pengeluaran berbagai sektor (pertanian, industri, dan jasa) akan mendorong berkembangnya
7

sektor tersebut, sehingga pada gilirannya akan terjadi penyerapan tenaga kerja yang
Kewenangterjadinya peningkatan ouput baik daerah maupun nasional. Adam Smith
mengakibatkan
an
menyatakan
bahwa pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh kapital (K) dan tenaga kerja (L)
Penyperanan dalam meningkatkan kualitas para
perencan
atau
Q=f (K,L). Dimana pendidikan mempunyai
erapa
aankerja untuk lebih produktif. Berdasarkan
tenaga
uraian tersebut dibuatlah kerangka pemikiran
n
Lemba
penelitian
dalam gambar berikut.
daerah

Tenag
Pengelola
ga
a
Pertu
an
Pendidi
Kerja
Kesej
sumber
mbuh
kan
menu
ahter
daya
an
rut
daerah
aan
Ekon
sekto
Struk
Penentua
Masy
Produ
omi
r dan
tur
n
ktivit
araka
jenja
Pener
pengelola
as
t:
Struk
ng
imaan
an
Tenag
tur
(Pen
pendi
anggaran
a
Peng
dikan
didik
Kewenang
Kerja
eluar
an,
an
menu
an
menyusu
Kese
rut
n
struktur
hatan
sekto
Gambar: Kerangka pemikiran penelitian
kelembag
r
,
aan
Model Peran Pendidikan terhadap Pembangunan PerekonomianKemi
Indonesia
pemerinta
1. A. Penyerapan Tenaga Kerja berdasarkan jenjang pendidikan dasar dan sektor
hanit = a0 + a1*WAit + a2*APSPDit + a3*PDRBAit + a4*GEEDUit + a5*LJTKAPDit +skina
JTKAPD
a6*DOILit
n)
JTKMPD
=
b
+
b
*WM
+
b
*APSPD
+
b
*PDRBM
+
b
*GEEDU
+
b
*LJTKMPD
+
b6*DOILit;
it
0
1
it
2
it
3
it
4
it
5
it
daerah

JTKSPDit = c0 + c1*WS it+ c2*APSPDit + c3*PDRBSit + c4*GEEDUit + c5*LJTKSPDit + c6*DOILit;
JTKPD it = JTKAPD it + JTKMPD it + JTKAPD it
Hipotesa/ Tanda yang diharapkan dari parameter: a1, b1, c1, a2, b2, c2, a3, b3, c3, a4, b4, c4, a5, b5, c5 > 0

.... (1)
.... (2)
.... (3)
.... (4)

1. B. Penyerapan Tenaga Kerja berdasarkan jenjang pendidikan menengah dan sektor
JTKAPMit = d0 + d1*WAit + d2*APSPMit + d3*PDRBA it + d4*GEEDU it + d5*LJTKAPM it + d6*DOIL it;
JTKMPMit = e0 + e1*WM it + e2*APSPM it + e3*PDRBM it + e4*GEEDU it + e5*LJTKMPM it + e6*DOIL it;
JTKSPMit = f0 + f1*WSit + f2*APSPM it + f3*PDRBS it + f4*GEEDU it + f5*LJTKSPM it + f6*DOILit;
JTKPM it = JTKAPM it + JTKMPM it + JTKAM it
Hipotesa/Tanda yang diharapkan dari parameter: d1, e1, f1, d2, e2, f2, d3, e3, f3, d4, e4, f4, d5, e5, f5 > 0

.... (5)
.... (6)
.... (7)
.... (8)

1. C. Penyerapan Tenaga Kerja berdasarkan jenjang pendidikan tinggi dan sektor
JTKAPTit = g0 + g1*WA it + g2*APSPTit + g3*PDRBA it + g4*GEEDU it + g5*LJTKAPT it + g6*DOIL it;
JTKMPTit = h0 + h1*WM it + h2*APSPT it + h3*PDRBM it + h4*GEEDU it + h5*LJTKMPT it + h6*DOIL it;
JTKSPTit = i0 + i1*WS it + i2*APSPT it + i3*PDRBS it + i4*GEEDU it + i5*LJTKSPT it + i6*DOIL it;
JTKPT it = JTKAPT it + JTKMPT it + JTKAPT it
Hipotesa/Tanda yang diharapkan dari parameter: g1, h1, i1, g2, h2, i2, g3, h3, i3, g4, h4, i4, g5, h5, i5 > 0

.... (9)
.... (10)
.... (11)
.... (12)

2. Produktivitas
PRODVAit = j0 + j1*JLPD it + j2*JLPM it + j3*JLPT it + j4*LPDRBA it + j5*PAD it + j6*DOIL it;
PRODVMit = k0 + k1*JLPD it + k2*JLPM it + k3*JLPT it + k4*LPDRBM it + k5*PAD it + k6*DOIL it;
PRODVSit = l0 + l1*JLPD it + l2*JLPM it + l3*JLPT it + l4*LPDRBS it + l5*PAD it + l6*DOIL it;
PRODV it = PRODVA it + PRODVM it + PRODVS it
Hipotesa/Tanda yang diharapkan dari parameter: j1, k1, l1, j2, k2, l2, j3, k3, l3, j4, k4, l4, > 0

.... (13)
.... (14)
.... (15)
.... (16)

3. Output / Pertumbuhan Ekonomi
PDRBAit = m0+m1*JTKAPDit +m2*JTKAPMit + m3*JTKAPTit +m4*LPDRBAit + m5*DPBit + m6*DOILit;
PDRBMit = n0+n1*JTKMPDit +n2*JTKMPM it + n3*JTKMPT it +n4*LPDRBM it + n5*DPB it + n6*DOIL it;
PDRBSit = o0+o1*JTKSPD it +o2*JTKSPMit + o3*JTKSPT it + o4*LPDRBS it + o5*DPB it + o6*DOIL it;
PDRB it = PDRBA it + PDRBM it + PDRBS it
Hipotesa/Tanda yang diharapkan dari parameter: m1, n1, o1, m2, n2, o2, m3, n3, o3, m4, n4, o4, > 0

.... (17)
.... (18)
.... (19)
.... (20)

4. Kesra (Pendidikan, Kesehatan, Kemiskinan)
RLSit = p0+p1*APSPDit +p2*APSPMit +p3*APSPTit +p4*GEEDUit +p5*LGEHEALit +p6*AHHit+p7*PDRBYit +p8*DPBit; .... (21)

BHit = q0+q1*PDRBYit +q2*IPMit +q3*POORit +q4*GEEDUit +q5*LGEHEAL it +q6*LBH it +q7*DPB it;
.... (22)
POORit = r0 + r1*PDRB it + r2*WAGE it + r3*PCAP it + r4*LPDRB it + r5*DPB it + r6*DOILit;
.... (23)
Hipotesa/Tanda yang diharapkan dari parameter: p1, q1, r1, p2, q2, r2, p3, q3, r3, p4, q4, r4, p5, q5, r5 > 0
5. Penerimaan
TAXit= s0 + s1*PDRB it + s2*GEINF it + s3*APSPD it + s4*APSPM it + s5*DPB it + s6*DOIL it;
NTAXit= t0 + t1*PDRB it + t2*IPM it + t3*POOR it + t4*DPB it + t5*DOIL it;
GTR it = TAX it + NTAX it
Hipotesa/Tanda yang diharapkan dari parameter: s1, t1, s2, t2, w2, s3, t3 > 0

.... (24)
.... (25)
.... (26)

6. Pengeluaran
GEEDUit = u0 + u1*PDRB it + u2*LGEEDU it + u3*APSPD it + u4*APSPM it + u5*DPB it + u6*DOIL it;
GEHEALit= v0 + v1*PDRB it + v2* LGEHEAL it + v3*POOR it + v4*DPB it + v5*DOIL it;
GEINFit = w0 + w1*PDRBY it + w2*LGEINF it + w3*DPB it + w4*DOIL it;
GE it = GEEDU it + GEHEAL it + GEINF it +GEOTH it
Hipotesa/Tanda yang diharapkan dari parameter: u1, v1, w1, u2, v2, w2, u3, v3, w3 > 0

.... (27)
.... (28)
.... (29)
.... (30)

Seluruh persamaan model dinyatakan over identified, sehingga dapat diestimasi
parameter-parameternya. Estimasi menggunakan 2SLS (Two Stage Least Square). Validasi
menggunakan kriteria statistik Root Mean Square Error (RMSE) dan Root Mean Square
Percentage Error (RMSPE), dan Theil’s Inequality Coefficient (U-Theil’s).
Analisis simulasi diterapkan untuk periode 2004-2010, berikut justifikasi berdasarkan
perkembangan realisasi pengeluaran pemerintah bidang pendidikan, kesehatan, dan
infrastruktur untuk propinsi selama periode tersebut. Simulasi dimaksud sebagai berikut:
1. Pengeluaran pemerintah bidang pendidikan dinaikkan 10%
2. Pengeluaran pemerintah bidang kesehatan dinaikkan 10%
3. Pengeluaran pemerintah bidang infrastruktur dinaikkan 10%.
4. Pengeluaran pemerintah bidang pendidikan dan kesehatan dinaikkan 10% bersama.
5. Pengeluaran pemerintah bidang pendidikan, kesehatan, infrastruktur dinaikkan 10%
bersama.
9

HASIL DAN PEMBAHASAN
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian
Tabel 1. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Pertumbuhan Ekonomi Nasional Sektor
Pertanian (PDRBA)
Parameter
E. Jk.
E. Jk.
Variable
Pr > |t|
Keterangan
Estimate
Pendek
Panjang
Intercept
614277.9
0.4124
TK Pertanian Dikdas
JTKAPD
2.496449
0.0005 ****)
0.2240
0.4331
TK Pertanian Dikmen
JTKAPM
2.545788
0.7963 **)
0.0244
0.0472
***
TK Pertanian Dikti
JTKAPT
121.3742
0.0727
)
0.1090
0.2108
Lag PDRB Pertanian
LPDRBA
0.482758

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

EFEKTIFITAS BERBAGAI KONSENTRASI DEKOK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Colletotrichum capsici SECARA IN-VITRO

4 157 1

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

PENGEMBANGAN TARI SEMUT BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER DI SD MUHAMMADIYAH 8 DAU MALANG

57 502 20

STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN MALANG KOTA LAYAK ANAK (MAKOLA) MELALUI PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN

73 431 39

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENGARUH DIMENSI KUALITAS LAYANAN TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN DI CAFE MADAM WANG SECRET GARDEN MALANG

18 115 26