PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL KOMPONE. docx
PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
KOMPONEN PEMODELAN TERHADAP KEMAMPUAN
MENULIS PUISI PADA SISWA KELAS VIII SEKOLAH
MENENGAH PERTAMA NEGERI 6 SINTANG
TAHUN PELAJARAN
2015/2016
Gloria Angelina
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Persada Khatulistiwa Sintang 2017
ABSTRAK
Latar belakang dari penelitian ini didasarkan pada hasil pra observasi pada
siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Sintang, yang menunjukkan bahwa
kemampuan siswa dalam menulis puisi tidak begitu baik; sulit bagi mereka
untuk menulis kata pertama dan untuk menemukan ide. Masalah umum dari
penelitian ini adalah bagaimana penerapan pendekatan kontekstual
komponen pemodelan terhadap kemampuan menulis puisi pada siswa kelas
VIII SMP Negeri 6 Sintang, tahun pelajaran 2015/2016. Sementara itu,
tujuan dari penelitian ini ini untuk menentukan apakah ada perbedaan yang
signifikan antara kelas yang menggunakan pendekatan kontekstual
komponen pemodelan dan kelas yang menggunakan metode pembelajaran
konvensional menyangkut kemampuan siswa untuk menulis puisi. Selain itu,
metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperimen,
sedangkan desain penelitian ini adalah Nonequivalent Control Group
Design. Untuk mendapatkan sampel peneliti menggunakan purposive
sampling. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII SMP Negeri
6 Sintang, siswa dibagi menjadi dua sampel, sampel pertama sebagai kelas
eksperimen yang diambil dari kelas VIII A, sedangkan sampel kedua sebagai
kelas kontrol diambil dari kelas VIII B. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah observasi, mengukur, komunikasi tidak langsung, dan
dokumentasi. Sedangkan instrumen yang digunakan dalam pengumpulan
data adalah lembar observasi, lembar tes, lembar kuesioner, dan dokumen.
Diperoleh hasil dari analisis data adalah sebagai berikut: (1). Proses belajar
siswa yang menggunakan pendekatan kontekstual dalam komponen
pemodelan adalah sekitar 70% - 100%, sehingga dikategorikan baik. (2).
Ada perbedaan antara pre test dan post test di kelas kontrol sekitar 10, 6. (3).
Ada perbedaan antara pre test dan post test di kelas eksperimen itu sekitar
20, 1. (4). Ada perbedaan yang signifikan antara kelas yang menggunakan
pendekatan kontekstual komponen pemodelan dan kelas yang menggunakan
metode pembelajaran konvensional. Hal ini dapat dilihat dari data berikut:
nilai signifikansi a = 5% dan dk = n1 + n2 - 2 itu berarti t hitung> t tabel atau
3.891> 2.000. (5). Siswa respon positif terhadap penggunaan pendekatan
kontekstual komponen pemodelan dalam menulis puisi. Hal itu dibuktikan
oleh lembar kuesioner siswa, dengan jawaban "Ya" adalah 85% dan jawaban
"Tidak" adalah 15%, jadi karena ya jawabannya termasuk dalam kisaran
76% sampai 100% sehingga dikategorikan baik.
Kata kunci: Kontekstual, Komponen Pemodelan, Menulis Puisi
ABSTRACT
Background of this study is based on the result of pre observation on the
students of state junior high school 6 Sintang, grade VIII which showed that
the student’s ability in writing poetry is not so good; it is difficult for them to
write the first word and to find the idea. The common problem of this
research is how does the application of contextual approach of modeling
component toward the ability to write poetry for the student in state junior
high school 6 Sintang grade VIII, academic year 2015/2016. Meanwhile, the
aim of this study this to determine whether there are significant differences
between the class which used contextual approach of modeling component
and the class which used conventional learning method concerning with the
student’s ability to write poetry. Moreover, the method used in this research
was Quasi Experiment, while the design of this research was Nonequivalent
Control Group Design. To get the sample researcher applied purposive
sampling. Population of this research were all students of State Junior High
School 6 Grade VIII, further, the students are divided into two sample, the
first sample as the experiment class taken from class VIII A, while the
second sample as the control class taken from class VIII B. The data
collection techniques used was observation, measuring, indirect
communication, and documentation. While the instruments used in data
collecting were observation sheet, test sheet, questionnaire sheet, and
document. The finding of the data analysis are as follow: (1). Student’s
learning process which used contextual approach in modeling component is
about 70% - 100%, so it is categorized as good. (2). There were differences
between pre test and post test in controlled class about 10, 6. (3). There were
differences between pre test and post test in experiment class it was about
20, 1. (4). There are significant differences between the class which used
contextual approach of modeling component and the class which used
conventional learning method. It can be seen from the following data:
significance value a = 5% and dk = n 1+n2 – 2 it means t count> t table or 3,891 >
2,000. (5). Students response positively toward the use of contextual
approach of modeling component in material writing poetry. It was proved
by the students questionnaire sheet, the answer “Yes” was 85% and the
answer “No” was 15%, so because the answer yes is included in range 76%
to 100% so it categorized as good.
Keywords: Contextual, Modeling Component, Writing Poetry
PENDAHULUAN
Pengajaran bahasa Indonesia ini pada
hakekatnya
terdapat
empat
keterampilan
berbahasa
yaitu
mendengar, membaca, berbicara, dan
menulis (Tarigan, 2008:1). Empat
aspek tersebut tidak dapat dipisahkan
antara satu dengan yang lainnya.
Dalam
pelaksanaannya,
keempat
keterampilan itu harus mendapatkan
porsi pembelajaran yang seimbang
dalam konteks yang alami, dan secara
terpadu. Keterampilan menulis perlu
mendapat perhatian khusus, sebab
memang sulit menumbuhkan tradisi
atau
kebiasaan
menulis
atau
mengarang. Dipihak lain, karena kita
hidup dalam tradisi lisan, pelatihan
mendengar dan berbicara siswa cukup
banyak mendapat kesempatan dan
rangsangan di luar kelas. Menulis
merupakan wujud kemahiran berbahasa
yang mempunyai manfaat besar bagi
kehidupan manusia, khususnya para
siswa. Menurut Tarigan (2008: 22)
“Menulis
sangat
penting
bagi
pendidikan karena memudahkan para
pelajar berfikir. Juga dapat menolong
kita berfikir secara kritis”.
Pelajaran bahasa Indonesia terutama
pada materi menulis adalah salah satu
materi yang tidak hanya sekedar
menguasai materi atau teori saja
melainkan menuntut siswa mampu
menuangkan pikiran, ide dan perasaan
dalam bentuk tulisan. Khusus tentang
kemampuan
menulis
puisi
ini,
hambatan
yang
dialami
adalah
penuangan ide berupa penulisan kata
pertama untuk mengawali tulisan.
Kesulitan dalam menuangkan ide
ternyata juga sering dialami oleh siswa.
Kemudian, pembelajaran menulis puisi
selama ini masih dilaksanakan dengan
menggunakan
pendekatan
dan
penilaian tradisional, yang dapat
menghambat siswa untuk belajar secara
aktif dan kreatif karena, guru
mendominasi sebagian besar aktivitas
proses belajar mengajar dan penilaian
sehingga siswa cenderung pasif. Hal
tersebut yang membuat siswa merasa
kesulitan.
Akibatnya,
siswa
menampakkan sikap acuh dan malas.
Perilaku siswa yang demikian tentu
saja menunjukkan motivasi mereka
terhadap
pembelajaran
bahasa
Indonesia masih rendah.
Berdasarkan hasil pra observasi pada
siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Sintang
diperoleh bahwa kemampuan siswa
dalam menulis masih kurang. Terlebih
lagi dalam kegiatan menulis puisi,
mereka kesulitan dalam menulis kata
pertama dan menuangkan ide. Adapun
rendahnya
kemampuan
tersebut
disebabkan karena siswa tidak terbiasa
menuangkan ide dalam bentuk tulisan
sehingga hasil yang dibuat tidak
memuaskan.
Selain
itu,
proses
pembelajaran materi menulis puisi
kurang kreatif, kurangnya interaksi
guru
dengan
siswa,
proses
pembelajaran dilakukan hanya satu
arah, model dan strategi yang
digunakan guru kurang menarik
perhatian siswa. Agar dapat memahami
cara menulis puisi dengan baik dan
benar, siswa perlu dimotivasi dengan
menggunakan model pembelajaran
yang tepat. Untuk itu guru perlu
mencari dan menggunakan model
pembelajaran yang dapat membuat
siswa
tertarik,
terutama
pada
pembelajaran menulis puisi. Oleh
karena itu, kemampuan serta kesiapan
guru dalam mengajar memegang
peranan penting bagi keberhasilan
proses pembelajaran pada siswa.
Dalam interaksi belajar mengajar
terdapat berbagai macam model dan
metode pembelajaran yang bertujuan
agar proses belajar mengajar dapat
berjalan baik. Hal ini juga bertujuan
untuk menciptakan proses belajar
mengajar aktif dan kreatif serta
memungkinkan
timbulnya
sikap
keterkaitan siswa untuk mengikuti
kegiatan belajar mengajar secara
menyeluruh. Perlunya dikembangkan
pengajaran yang dapat membangun
keaktifan, motivasi dan kreatifitas
siswa dalam proses belajar mengajar
adalah sebagai alternatif model dan
metode pembelajaran yang baru.
Pembelajaran yang efektif tersebut
harus diimbangi dengan kemampuan
guru
dalam
menguasai
model
pembelajaran dan materi yang akan
diajarkan.
Proses pembelajaran yang baik adalah
yang dapat menciptakan pembelajaran
yang efektif dengan adanya komunikasi
dua arah antara guru dengan peserta
didik yang tidak hanya menekan pada
apa yang dipelajari tetapi menekan
bagaimana ia harus belajar. Dalam
usaha untuk meningkatkan motivasi
siswa
maka
dapat
digunakan
pendekatan kontekstual. Pembelajaran
pendekatan
kontekstual
dapat
membantu guru mengaitkan antara
materi pembelajaran dengan situasi
dunia nyata siswa, dan mendorong
siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka
sehari-hari. Menurut Taniredja (2011:
53) “kontekstual dikembangkan dengan
tujuan agar pembelajaran berjalan lebih
produktif dan bermakna”. Di samping
itu pendekatan kontekstual bisa
membantu meningkatkan peran serta
siswa dalam pembelajaran di kelas,
sehingga siswa tidak mudah jenuh.
Salah
satu
komponen
model
pembelajaran pendekatan kontekstual
adalah komponen pemodelan.
Komponen
pemodelan
pada
pembelajaran maksudnya yaitu bahwa
dalam
sebuah
pembelajaran
keterampilan
berbahasa
atau
keterampilan tertentu ada model yang
ditiru. Pemodelan pada dasarnya
membahas gagasan yang dipikirkan,
mendemonstrasikan bagaimana guru
menginginkan para siswanya untuk
belajar, dan melakukan apa yang guru
inginkan
agar
siswa-siswinya
melakukannya dengan kata lain, model
itu bisa berupa gambar yang ditiru,
benda, atau pun manusia yang menjadi
modelnya. Cara pembelajaran semacam
ini akan lebih cepat dipahami siswa
daripada hanya bercerita atau memberi
penjelasan
kepada
siswa tanpa
ditunjukkan modelnya atau contohnya
(Muslich, 2011: 46).
Melalui
komponen
pemodelan
diharapkan siswa akan termotivasi
dalam mengikuti proses pembelajaran
Bahasa Indonesia. Siswa dituntut untuk
berperan aktif
dalam proses
pembelajaran sehingga tidak mudah
merasa bosan dan tetap berkonsentrasi
selama pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan hal itu lah, penulis tertarik
untuk meneliti bagaimana penerapan
pendekatan kontekstual komponen
pemodelan
dalam
pembelajaran
menulis puisi.
Berdasarkan pemaparan tersebut dapat
dideskripsikan bahwa penulis memilih
judul
“Penerapan
Pendekatan
Kontekstual Komponen Pemodelan
Terhadap Kemampuan Menulis Puisi
pada Siswa Kelas VIII Sekolah
Menengah Pertama Negeri 6 Sintang
Tahun Pelajaran 2015/2016”.
Masalah umum dari penelitian ini
adalah “Bagaimanakah Penerapan
Pendekatan Kontekstual Komponen
Pemodelan terhadap Kemampuan
Menulis Puisi pada Siswa Kelas VIII
Sekolah Menengah Pertama Negeri 6
Sintang Tahun Pelajaran 2015/2016?”
Berdasarkan masalah umum tersebut,
maka dapat dibagi menjadi beberapa
sub masalah sebagai berikut:
a.
Bagaimanakah
proses
pembelajaran
dengan
penerapan
pendekatan kontekstual komponen
pemodelan
terhadap
kemampuan
menulis puisi pada siswa kelas VIII
Sekolah Menengah Pertama Negeri 6
Sintang Tahun Pelajaran 2015/2016?
b.
Bagaimanakah
kemampuan
menulis puisi siswa sebelum dan
sesudah
menerapkan
pendekatan
kontekstual komponen pemodelan di
kelas VIII Sekolah Menengah Pertama
Negeri 6 Sintang Tahun Pelajaran
2015/2016?
c.
Bagaimanakah
kemampuan
menulis puisi siswa sebelum dan
sesudahpembelajaran dengan metode
konvensional di kelas VIII Sekolah
Menengah Pertama Negeri 6 Sintang
Tahun Pelajaran 2015/2016?
d.
Apakah terdapat perbedaan
kemampuan menulis puisi antara kelas
eksperimen
yang
menggunakan
pendekatan kontekstual komponen
pemodelan dengan kelas kontrol
yangmenggunakan konvensional?
e.
Bagaimanakah respon siswa
terhadap
penerapan
pendekatan
kontekstual komponen pemodelan
terhadap kemampuan menulis puisi
pada siswa
kelas VIII Sekolah
Menengah Pertama Negeri 6 Sintang
Tahun Pelajaran 2015/2016?
Berdasarkan dengan sub masalah
tersebut, maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
1.
Untuk mendeskripsikan proses
pembelajaran
dengan
penerapan
pendekatan kontekstual komponen
pemodelan
terhadap
kemampuan
menulis puisi pada siswa kelas VIII
Sekolah Menengah Pertama Negeri 6
Sintang Tahun Pelajaran 2015/2016.
2.
Untuk
mendeskripsikan
kemampuan menulis puisi siswa
sebelum dan sesudah menerapkan
pendekatan kontekstual komponen
pemodelan di kelas VIII Sekolah
Menengah Pertama Negeri 6 Sintang
Tahun Pelajaran 2015/2016.
3.
Untuk
mendeskripsikan
kemampuan menulis puisi siswa
sebelum dan sesudah pembelajaran
dengan metode konvensional di kelas
VIII Sekolah Menengah Pertama
Negeri 6 Sintang Tahun Pelajaran
2015/2016.
4.
Untuk
mendeskripsikan
perbedaan kemampuan menulis puisi
antara
kelas
eksperimen
yang
menggunakan pendekatan kontekstual
komponen pemodelan dengan kelas
kontrol
yang
menggunakan
konvensional.
5.
Untuk
mendeskripsikan
respon siswa terhadap penerapan
pendekatan kontekstual komponen
pemodelan
terhadap
kemampuan
menulis puisi pada siswa kelas VIII
Sekolah Menengah Pertama Negeri 6
Sintang Tahun Pelajaran 2015/2016.
METODOLOGI PENELITIAN
Pendekatan penelitian dalam proposal
ini
adalah
dengan
pendekatan
kuantitatif, karena analisis data dalam
penelitian ini berupa angka-angka.
Menurut
Sugiyono
(2015:
13)
menyatakan bahwa “Metode ini disebut
metode
kuantitatif
karena
data
penelitian berupa angka-angka dan
analisis
menggunakan
statistik”.
Sedangkan menurut Arikunto (2010:
27) mengatakan bahwa kuntitatif
dituntut menggunakan angka, mulai
dari pengumpulan data, penafsiran data
tersebut, serta penampilan hasil data
tersebut. Demikian juga pemahaman
akan kesimpulan penelitian, akan lebih
baik apabila juga disertai dengan tabel,
grafik, bagan, gambar atau atau
tampilan lainnya. Dari beberapa
pendapat tersebut dapat disimpulkan
bahwa kuantitatif merupakan penelitian
yang berupa angka, dan terdapat tabel,
grafik, gambar dan sebagainya yang
dianalisis menggunakan statistik.
Menurut
Sugiyono
(2015:3),
menyatakan,
“metode
penelitian
diartikan sebagai cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan
kegunaan tertentu”. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
metode
penelitian
Eksperimen.
Menurut kamus Webster (Suwanda,
2011: 1) “Eksperimen dipadankan
dengan kata percobaan yang berarti
suatu uji coba (trial) atau pengamatan
khusus yang dibuat untuk menegasi
atau membuktikan keadaan yang
sebaliknya
dari
sesuatu
yang
meragukan, di bawah kondisi-kondisi
khusus
yang
ditentukan
oleh
peneliti”.Bentuk
penelitian
yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
bentuk Quasi-Eksperimen (eksperimen
semu) karena pada penelitian ini pada
bidang pendidikan. Dimana penelitian
ini bertujuan untuk mengungkapkan
pengaruh antara variabel bebas (model
pembelajaran Kontekstual Komponen
Pemodelan) dan variabel terikat
(kemampuan menulis puisi). Desain
penelitian yang digunakan adalah
Nonequivalent Control Group Design,
pada desain ini kelompok eksperimen
maupun kelompok kontrol tidak dipilih
secara random. (Sugiyono, 2015:116)
Menurut Arikunto (2010:
173)
mengatakan bahwa populasi adalah
“keseluruhan subjek penelitian. Apabila
seseorang ingin meneliti semua elemen
yang ada dalam wilayah penelitian,
maka
penelitiannya
merupakan
penelitian
populasi”.
Sedangkan
Sukardi (Purba, 2013) mengemukakan
bahwa “Populasi pada prinsipnya
adalah semua anggota kelompok
manusia, binatang, peristiwa, atau
benda yang tinggal bersama dalam satu
tempat dan secara terencana menjadi
target kesimpulan dan hasil akhir suatu
penelitian”.Populasi penelitian ini
adalah siswa kelas VIII SMPNegeri 6
Sintang yang dibagi menjadi dua kelas,
yaitu kelas VIIIA, dan VIIIB.
Menurut Arikunto (2010:
174)
mengatakan bahwa “Sampel adalah
sebagian atau wakil populasi yang
diteliti”. Teknik dalam pengambilan
sampel ini digunakan secara sampling
jenuh. Menurut Sugiyono (2015: 124)
Mengatakan bahwa “Sampling Jenuh
adalah teknik penentuan sampel bila
semua anggota populasi digunakan
sebagai sampel”. Kemudian kedua
kelompok memiliki kemampuan yang
setara, dengan jumlah siswa < 30
orang, sehingga peneliti memilih kedua
kelas tersebut menjadi kelas kontrol
dan kelas eksperimen atau sebagai
sampel dalam penelitian. Kelas VIII A
sebagai kelas eksperimen atau yang
diberi perlakuan dan kelas VIII B
sebagai kelas kontrol atau pembanding.
Menurut Sugiyono (2015: 308) “Teknik
pengumpulan data merupakan langkah
yang paling utama dalam penelitian,
karena tujuan utama dari penelitian
adalah mendapatkan data”. Menurut
Ali (2013: 83) ada beberapa teknik
yang digunakan untuk penelitian yaitu
seperti wawancara, obeservasi, angket,
dan alat pengukuran. Sedangkan
menurut Zuriah (2009: 168) terdapat
beberapa teknik pengumpul data yaitu
dengan
observasi,
komunikasi
langsung, komunikasi tidak langsung,
pengukuran,
sosiometris
dan
dokumentasi. Berdasarkan beberapa
teknik tersebut, penulis memilih
beberapa teknik yang dibutuhkan untuk
pengumpulan data yaitu teknik
observasi, pengukuran, angket dan
dokumentasi.
Menurut Ali (2013: 90) “alat yang
digunakan dalam mengumpulkan data
tidak dapat dipisahkan dengan teknik
pengumpulan data .... sebab antara
keduanya ada saling ketergantungan
satu sama lain”. Menurut Sukardi
(2015: 82) media atau alat yang
digunakan dalam pengumpul data ialah
lembar
kuesioner,
wawancara,
observasi,
dan
dokumentasi.
Sedangkan menurut Zuriah (2009: 172)
ada beberapa alat pengumpul data yaitu
lembar pernyataan (lembar angket),
lembar pengamatan (lembar observasi),
soal tes, dan dokumen. Oleh karena itu,
berdasarkan teknik pengumpul data,
penulis memilih menggunakan lembar
observasi, soal tes, lembar angket, dan
dokumen sebagai alat pengumpul data.
Menurut Arikunto
(2010:
211)
menyatakan bahwa “validitas adalah
suatu ukuran yang menunjukan tingkattingkat kevalidan atau kesahihan suatu
instumen”. Suatu instrumen yang valid
mempunyai
validitas
tinggi.
Sebaliknya, instrumen yang kurang
valid berarti memiliki validitas rendah.
Sesuatu yang dikatakan valid apabila
mampu mengukur apa yang diinginkan.
Sesuatu dikatakan valid apa bila dapat
mengungkap data dari variabel yang
diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya
validitas
instrumen
menunjukkan
sejauh mana data yang terkumpul tidak
menyimpang dari gambaran tentang
validitas yang dimaksud.
Uji validitas yang digunakan dalam
penelitian ini hanya menggunakan
validitas kontruk. Validitas kontruk ini,
yaitu akan dikonsultasikan atau
divalidasi oleh para ahli. Para ahli
diminta pendapatnya tentang instrumen
yang telah disusun tersebut. Para ahli
akan memberi pendapat, instrumen
dapat digunakan tanpa perbaikan, ada
perbaikan, dan mungkin dirombak total
sehingga instrumen dapat dikatakan
valid dan bisa digunakan. Instrumen
hanya divalidasi kontruk karena,
jumlah soal yang divalidasi yaitu 1
soal. Soal yang diberikan tersebut
dalam bentuk essay yang diberikan
pada 30 orang siswa.
HASIL
PENELITIAN
DAN
PEMBAHASAN
Observasi dilakukan selama kegiatan
pembelajaran berlangsung. Kegiatan
observasi dilakukan oleh guru mata
pelajaran. Berdasarkan hasil observasi
kinerja guru pada pertemuan pertama
dan kedua diperoleh persentase sebesar
100% masuk dalam kategori baik.
Artinya pada kategori ini guru
melaksanakan semua aspek kegiatan
dalam proses pembelajaran dengan
baik. Sedangkan pada hasil observasi
siswa pada pertemuan pertama
diperoleh persentase sebesar 80% dan
pertemuan kedua sebesar 90% masuk
dalam kategori baik. Artinya semua
siswa melaksanakan pembelajaran
dengan sungguh-sungguh. Jadi rata-rata
aktivitas guru dan siswa pada proses
pembelajaran masuk dalam kategori
baik yaitu: 76%-100%. Masuk dalam
kategori baik di sini, artinya dengan
menggunakan pendekatan kontekstual
komponen pemodelan siswa lebih
tertarik
untuk
melaksanakan
pembelajaran dengan sungguh-sungguh
dan dapat membantu guru dalam setiap
proses pembelajaran. Hal ini akan
berpengaruh terhadap hasil belajar
siswa, khususnya terhadap hasil
kemampuan menulis puisi.
Proses pembelajaran dapat berjalan
dengan baik dan lancar karena kinerja
guru dalam proses pembelajaran masuk
pada kategori baik yaitu sebesar 100%.
Sehingga siswa dapat mengikuti
pembelajaran
dengan
sungguhsungguh, dapat dilihat dari hasil
persentase sebesar 80-90% masuk
kategori baik.
Berdasarkan hasil pre test dan post test
yang diperoleh siswa pada kelas
kontrol diperoleh nilai rata-rata yaitu
pre test sebesar 53 dan post test 63,6.
Sedangkan hasil pre test 53,5 dan post
test kelas eksperimen diperoleh nilai
rata-rata yaitu sebesar 73,6. Dari tabel
di atas dapat dilihat hasil perolehan
mean dari perbedaan pre test dengan
post test pada kelas kontrol yaitu
sebesar 10,6. Sedangkan mean dari
perbedaan pre test dengan post test
pada kelas eksperimen yaitu 20,1. Dari
hasil mean pre test dan post test pada
kelas kontrol dan kelas eksperimen
peneliti dapat menyimpulkan bahwa
kemampuan menulis puisi siswa pada
kelas
eksperimen
lebih
tinggi
dibandingkan kemampuan menulis
siswa pada kelas kontrol.
Berdasarkan hasil perhitungan statistik
uji normalitas pada kelas eksperimen
diperoleh nilai X2hitung< X2tabel atau 7,88
< 12,592 dan pada kelas kontrol
diperoleh nilai X2hitung< X2tabel atau 4,048
< 12,592 dengan dk= k-1 dan α = 5%
dari
hasil
perhitungan
tersebut
diketahui
kedua
kelas
tersebut
berdistribusi normal. Sedangkan pada
uji homogenitas diketahui kedua kelas
tersebut homogen yaitu diperoleh F
hitung< F tabel, atau 0,88 < 1,85. Uji
normalitas menggunakan dk=K-1, Uji
homegenitas menggunakan db=N-1
dan α = 5%. Karena kelas eksperimen
maupun
kelas
kontrol
sudah
berdistribusi normal dan homogen
maka dilanjutkan dengan pengujian
hipotesis.
Pengujian
hipotesis
menggunakan rumus t-test separated,
karena n1 = n2, dan varians homogen.
Untuk melihat harga t tabel digunakan
dk = n1+n2-2. Dari hasil pengujian
hipotesis diperoleh t hitung> t tabel, atau
3,891 > 2,000, maka Ha diterima dan
Ho ditolak. Jadi terdapat perbedaan
yang signifikan antara kelas yang
menggunakan pendekatan kontekstual
komponen pemodelan dengan kelas
yang menggunakan pembelajaran yang
konvensional terhadap kemampuan
menulis puisi.
Pengujian hipotesis menggunakan
rumus t-tes separated, karena n1 = n2,
dan varians homogen. Untuk melihat
harga t tabel digunakan dk= n1+n2 – 2.
Berdasarkan hasil perhitungan statistik
yang telah dilakukan dengan dk =
30+30-2 = 58 (untuk melihat t tabel =
2,000), diperoleh t hitung> t tabel, atau
3,891> 2,000 maka Ha diterima dan Ho
ditolak. Terdapat perbedaan yang
signifikan
antara
kelas
yang
menggunakan pendekatan kontekstual
komponen pemodelan dengan kelas
yang
menggunakan
pembelajaran
konvensional terhadap kemampuan
menulis puisi.
Setelah pre test dan post test selesai
dilaksanakan, maka siswa diberikan
angket untuk mengetahui respon siswa
terhadap
penggunaan
pendekatan
kontekstual komponen pemodelan.
Setiap siswa memperoleh satu lembar
angket yang berisi tentang pernyataan
siswa terhadap pendekatan kontekstual
komponen pemodelan yang telah
digunakan
dalam
pembelajaran
membaca kritis. Angket terdiri dari 14
pernyataan. Yang berisikan jawaban
“Ya”
dan
“Tidak”
menurut
kehendaknya sendiri. Angket yang
telah diisi oleh siswa kemudian
dianalisis, dari analisis data tersebut
diperoleh bahwa adanya respon positif
siswa terhadap pendekatan kontekstual
komponen
pemodelan
terhadap
kemampuan menulis puisi, dengan
jumlah persentase rata-rata kategori
“Ya” adalah (85%) dan jumlah rata-rata
kategori “Tidak” adalah (15%).
PENUTUP
Berdasarkan analisis data yang telah
dilakukan dalam penelitian ini, maka
secara umum dapat ditarik kesimpulan
bahwa
menggunakan
pendekatan
kontekstual komponen pemodelan
sangat
berpengaruh
terhadap
kemampuan menulis puisi di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 6 Sintang.
Berdasarkan rumusan masalah yang
ada, maka diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
1. Proses belajara siswa dengan
menggunakan
pendekatan
kontekstual
komponen
pemodelan diperoleh dengan
persentase rata-rata aktivitas
guru dan siswa pada proses
pembelajaran masuk dalam
kategori baik yaitu: 76%100%. Masuk dalam kategori
baik di sini, artinya dengan
menggunakan
pendekatan
kontekstual
komponen
pemodelan siswa lebih tertarik
untuk
melaksanakan
pembelajaran
dengan
sungguh-sungguh dan dapat
membantu guru dalam setiap
proses pembelajaran.
2. Terdapat perbedaan pre test
dan post test yang diperoleh
siswa pada kelas kontrol
diperoleh nilai rata-rata yaitu
pre test sebesar 53 dan post
test 63,6. Dari hasil pre test
dan
post
test
tersebut
diperoleh mean dari perbedaan
pre test dengan post test pada
kelas kontrol yaitu sebesar
10,6. Dari hasil mean pre test
dan post test pada kelas
kontrol
peneliti
dapat
menyimpulkan
bahwa
kemampuan menulis puisi
siswa pada hasil post test lebih
tinggi dari pada hasil pre test
di kelas kontrol.
3. Terdapat perbedaan pre test
dan post test yang diperoleh
siswa pada kelas eksperimen
diperoleh nilai rata-rata yaitu
pre test 53,5 dan post test
kelas eksperimen diperoleh
nilai rata-rata yaitu sebesar
73,6.Dari hasil pre test dan
post test tersebut diperoleh
mean dari perbedaan pre test
dengan post test pada kelas
eksperimen yaitu 20,1.Dari
hasil mean pre test dan post
test pada kelas eksperimen
peneliti dapat menyimpulkan
bahwa kemampuan menulis
puisi siswa pada hasil post test
lebih tinggi dari pada hasil pre
test di kelas eksperimen.
4. Terdapat perbedaan yang
signifikan antara kelas yang
menggunakan
pendekatan
kontekstual
komponen
pemodelan dengan kelas yang
menggunakan pembelajaran
yang konvensional terhadap
kemampuan menulis puisi.
Hal ini terbukti dari hasil tes
siswa yaitu, skor rata-rata post
test siswa kelas kontrol adalah
63,6 dan kelas eksperimen
sebesar 73,6 dapat dikatakan
bahwa rata-rata kemampuan
siswa pada kelas eksperimen
lebih tinggi dibandingkan
dengan rata-rata kemampuan
siswa pada kelas kontrol.
Kemudian dari hasil analisis
statistik data hasil post test
pada kelas eksperimen dan
kelas
kontrol,
diperoleh
ternyata t hitung lebih besar >
dari pada t tabel, atau 3,891 >
2,000, maka Ha diterima dan
Ho ditolak.
5. Respon siswa sangat positif
terhadap
penerapan
pendekatan
kontekstual
komponen pemodelan pada
materi menulis puisi. Hal ini
terbukti dari hasil angket
siswa
diperoleh
rata-rata
persentase kategori
“Ya”
adalah 85% dan jumlah ratarata
persentase
kategori
“Tidak” adalah 15% yang
secara umum tergolong kuat.
Tergolong
kuat
disini,
maksudnya siswa merasa
senang dengan penerapan
pendekatan
kontekstual
komponen
pemodelan
tersebut,
karena
dapat
mempermudah siswa dalam
memahami
materi
yang
diajarkan dan mempermudah
siswa dalam menulis puisi.
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan maka peneliti
memberikan
saran
sebagai
berikut:
1. Kepada peneliti lain, agar
dapat
mengembangkan
model, metode atau strategi
pembelajaran yang bervariasi
sesuai dengan materi yang
diajarkan, agar siswa tidak
merasa bosan dan jenuh
dalam proses pembelajaran.
2. Kepada guru terkhususnya
mata
pelajaran
Bahasa
Indonesia
agar
dapat
menggunakan
pendekatan
kontekstual
komponen
pemodelan sebagai jembatan
untuk mendapatkan nilai
yang
maksimal,
karena
pendekatan
kontekstual
komponen pemodelan adalah
strategi pembelajaran yang
dapat
membantu
guru
mengaitkan antara materi
pembelajaran dengan situasi
dunia nyata siswa, dan
mendorong siswa membuat
hubungan
antara
pengetahuan
yang
dimilikinya
dengan
penerapannya
dalam
kehidupan mereka seharihari,
sehingga
dapat
membantu siswa dalam
memahami
materi
dan
mengerjakan tugas. Selain
itu, strategi ini sangat mudah
dipahami dan dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA
Ali,
M. 2013. Penelitian
Kependidikan Prosedur &
Strategi.
Bandung:
Angkasa
Arikunto, S. 2010. Prosedur
Penelitian. Yogyakarta:
Rineka Cipta
Muslich, M. 2011. KTSP
Pembelajaran Berbasis
Kompetensi
dan
Kontekstual.
Jakarta:
Bumi Aksara.
Purba, R.E. 2013. Pengaruh
Model Reflektif Terhadap
Kemampuan
Menulis
Puisi Pada Siswa Kelas
VIII Smp Swasta Masehi
Berastagi Tahun Pelajaran
2013/2014. Jurnal Sasindo.
Volume
2,
No
1.
(http://jurnal.unimed.ac.id/2
012/index.php/sasindo/articl
e/view/620, diakses 11
Maret 2016)
Sugiyono.
2015.
Metode
Penelitian
Pendidikan
Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta..
Sukardi. 2015.
Penelitian
Kompetensi
Metodologi
Pendidikan
dan
Praktiknya. Yogyakarta:
Bumi Aksara
Suwanda.
2011.
Eksperimen.
Alfabeta.
Desain
Bandung:
Tarigan, H. G. 2008. Menulis.
Bandung: Angkasa.
Taniredja. dkk. 2011. ModelModel
Pembelajaran
Inovatif.
Bandung:
Alfabeta.
Zuriah, N. 2009. Metodologi
Penelitian Sosial dan
Pendidikan.
Jakarta:
Bumi Aksara.
KOMPONEN PEMODELAN TERHADAP KEMAMPUAN
MENULIS PUISI PADA SISWA KELAS VIII SEKOLAH
MENENGAH PERTAMA NEGERI 6 SINTANG
TAHUN PELAJARAN
2015/2016
Gloria Angelina
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Persada Khatulistiwa Sintang 2017
ABSTRAK
Latar belakang dari penelitian ini didasarkan pada hasil pra observasi pada
siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Sintang, yang menunjukkan bahwa
kemampuan siswa dalam menulis puisi tidak begitu baik; sulit bagi mereka
untuk menulis kata pertama dan untuk menemukan ide. Masalah umum dari
penelitian ini adalah bagaimana penerapan pendekatan kontekstual
komponen pemodelan terhadap kemampuan menulis puisi pada siswa kelas
VIII SMP Negeri 6 Sintang, tahun pelajaran 2015/2016. Sementara itu,
tujuan dari penelitian ini ini untuk menentukan apakah ada perbedaan yang
signifikan antara kelas yang menggunakan pendekatan kontekstual
komponen pemodelan dan kelas yang menggunakan metode pembelajaran
konvensional menyangkut kemampuan siswa untuk menulis puisi. Selain itu,
metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperimen,
sedangkan desain penelitian ini adalah Nonequivalent Control Group
Design. Untuk mendapatkan sampel peneliti menggunakan purposive
sampling. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII SMP Negeri
6 Sintang, siswa dibagi menjadi dua sampel, sampel pertama sebagai kelas
eksperimen yang diambil dari kelas VIII A, sedangkan sampel kedua sebagai
kelas kontrol diambil dari kelas VIII B. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah observasi, mengukur, komunikasi tidak langsung, dan
dokumentasi. Sedangkan instrumen yang digunakan dalam pengumpulan
data adalah lembar observasi, lembar tes, lembar kuesioner, dan dokumen.
Diperoleh hasil dari analisis data adalah sebagai berikut: (1). Proses belajar
siswa yang menggunakan pendekatan kontekstual dalam komponen
pemodelan adalah sekitar 70% - 100%, sehingga dikategorikan baik. (2).
Ada perbedaan antara pre test dan post test di kelas kontrol sekitar 10, 6. (3).
Ada perbedaan antara pre test dan post test di kelas eksperimen itu sekitar
20, 1. (4). Ada perbedaan yang signifikan antara kelas yang menggunakan
pendekatan kontekstual komponen pemodelan dan kelas yang menggunakan
metode pembelajaran konvensional. Hal ini dapat dilihat dari data berikut:
nilai signifikansi a = 5% dan dk = n1 + n2 - 2 itu berarti t hitung> t tabel atau
3.891> 2.000. (5). Siswa respon positif terhadap penggunaan pendekatan
kontekstual komponen pemodelan dalam menulis puisi. Hal itu dibuktikan
oleh lembar kuesioner siswa, dengan jawaban "Ya" adalah 85% dan jawaban
"Tidak" adalah 15%, jadi karena ya jawabannya termasuk dalam kisaran
76% sampai 100% sehingga dikategorikan baik.
Kata kunci: Kontekstual, Komponen Pemodelan, Menulis Puisi
ABSTRACT
Background of this study is based on the result of pre observation on the
students of state junior high school 6 Sintang, grade VIII which showed that
the student’s ability in writing poetry is not so good; it is difficult for them to
write the first word and to find the idea. The common problem of this
research is how does the application of contextual approach of modeling
component toward the ability to write poetry for the student in state junior
high school 6 Sintang grade VIII, academic year 2015/2016. Meanwhile, the
aim of this study this to determine whether there are significant differences
between the class which used contextual approach of modeling component
and the class which used conventional learning method concerning with the
student’s ability to write poetry. Moreover, the method used in this research
was Quasi Experiment, while the design of this research was Nonequivalent
Control Group Design. To get the sample researcher applied purposive
sampling. Population of this research were all students of State Junior High
School 6 Grade VIII, further, the students are divided into two sample, the
first sample as the experiment class taken from class VIII A, while the
second sample as the control class taken from class VIII B. The data
collection techniques used was observation, measuring, indirect
communication, and documentation. While the instruments used in data
collecting were observation sheet, test sheet, questionnaire sheet, and
document. The finding of the data analysis are as follow: (1). Student’s
learning process which used contextual approach in modeling component is
about 70% - 100%, so it is categorized as good. (2). There were differences
between pre test and post test in controlled class about 10, 6. (3). There were
differences between pre test and post test in experiment class it was about
20, 1. (4). There are significant differences between the class which used
contextual approach of modeling component and the class which used
conventional learning method. It can be seen from the following data:
significance value a = 5% and dk = n 1+n2 – 2 it means t count> t table or 3,891 >
2,000. (5). Students response positively toward the use of contextual
approach of modeling component in material writing poetry. It was proved
by the students questionnaire sheet, the answer “Yes” was 85% and the
answer “No” was 15%, so because the answer yes is included in range 76%
to 100% so it categorized as good.
Keywords: Contextual, Modeling Component, Writing Poetry
PENDAHULUAN
Pengajaran bahasa Indonesia ini pada
hakekatnya
terdapat
empat
keterampilan
berbahasa
yaitu
mendengar, membaca, berbicara, dan
menulis (Tarigan, 2008:1). Empat
aspek tersebut tidak dapat dipisahkan
antara satu dengan yang lainnya.
Dalam
pelaksanaannya,
keempat
keterampilan itu harus mendapatkan
porsi pembelajaran yang seimbang
dalam konteks yang alami, dan secara
terpadu. Keterampilan menulis perlu
mendapat perhatian khusus, sebab
memang sulit menumbuhkan tradisi
atau
kebiasaan
menulis
atau
mengarang. Dipihak lain, karena kita
hidup dalam tradisi lisan, pelatihan
mendengar dan berbicara siswa cukup
banyak mendapat kesempatan dan
rangsangan di luar kelas. Menulis
merupakan wujud kemahiran berbahasa
yang mempunyai manfaat besar bagi
kehidupan manusia, khususnya para
siswa. Menurut Tarigan (2008: 22)
“Menulis
sangat
penting
bagi
pendidikan karena memudahkan para
pelajar berfikir. Juga dapat menolong
kita berfikir secara kritis”.
Pelajaran bahasa Indonesia terutama
pada materi menulis adalah salah satu
materi yang tidak hanya sekedar
menguasai materi atau teori saja
melainkan menuntut siswa mampu
menuangkan pikiran, ide dan perasaan
dalam bentuk tulisan. Khusus tentang
kemampuan
menulis
puisi
ini,
hambatan
yang
dialami
adalah
penuangan ide berupa penulisan kata
pertama untuk mengawali tulisan.
Kesulitan dalam menuangkan ide
ternyata juga sering dialami oleh siswa.
Kemudian, pembelajaran menulis puisi
selama ini masih dilaksanakan dengan
menggunakan
pendekatan
dan
penilaian tradisional, yang dapat
menghambat siswa untuk belajar secara
aktif dan kreatif karena, guru
mendominasi sebagian besar aktivitas
proses belajar mengajar dan penilaian
sehingga siswa cenderung pasif. Hal
tersebut yang membuat siswa merasa
kesulitan.
Akibatnya,
siswa
menampakkan sikap acuh dan malas.
Perilaku siswa yang demikian tentu
saja menunjukkan motivasi mereka
terhadap
pembelajaran
bahasa
Indonesia masih rendah.
Berdasarkan hasil pra observasi pada
siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Sintang
diperoleh bahwa kemampuan siswa
dalam menulis masih kurang. Terlebih
lagi dalam kegiatan menulis puisi,
mereka kesulitan dalam menulis kata
pertama dan menuangkan ide. Adapun
rendahnya
kemampuan
tersebut
disebabkan karena siswa tidak terbiasa
menuangkan ide dalam bentuk tulisan
sehingga hasil yang dibuat tidak
memuaskan.
Selain
itu,
proses
pembelajaran materi menulis puisi
kurang kreatif, kurangnya interaksi
guru
dengan
siswa,
proses
pembelajaran dilakukan hanya satu
arah, model dan strategi yang
digunakan guru kurang menarik
perhatian siswa. Agar dapat memahami
cara menulis puisi dengan baik dan
benar, siswa perlu dimotivasi dengan
menggunakan model pembelajaran
yang tepat. Untuk itu guru perlu
mencari dan menggunakan model
pembelajaran yang dapat membuat
siswa
tertarik,
terutama
pada
pembelajaran menulis puisi. Oleh
karena itu, kemampuan serta kesiapan
guru dalam mengajar memegang
peranan penting bagi keberhasilan
proses pembelajaran pada siswa.
Dalam interaksi belajar mengajar
terdapat berbagai macam model dan
metode pembelajaran yang bertujuan
agar proses belajar mengajar dapat
berjalan baik. Hal ini juga bertujuan
untuk menciptakan proses belajar
mengajar aktif dan kreatif serta
memungkinkan
timbulnya
sikap
keterkaitan siswa untuk mengikuti
kegiatan belajar mengajar secara
menyeluruh. Perlunya dikembangkan
pengajaran yang dapat membangun
keaktifan, motivasi dan kreatifitas
siswa dalam proses belajar mengajar
adalah sebagai alternatif model dan
metode pembelajaran yang baru.
Pembelajaran yang efektif tersebut
harus diimbangi dengan kemampuan
guru
dalam
menguasai
model
pembelajaran dan materi yang akan
diajarkan.
Proses pembelajaran yang baik adalah
yang dapat menciptakan pembelajaran
yang efektif dengan adanya komunikasi
dua arah antara guru dengan peserta
didik yang tidak hanya menekan pada
apa yang dipelajari tetapi menekan
bagaimana ia harus belajar. Dalam
usaha untuk meningkatkan motivasi
siswa
maka
dapat
digunakan
pendekatan kontekstual. Pembelajaran
pendekatan
kontekstual
dapat
membantu guru mengaitkan antara
materi pembelajaran dengan situasi
dunia nyata siswa, dan mendorong
siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka
sehari-hari. Menurut Taniredja (2011:
53) “kontekstual dikembangkan dengan
tujuan agar pembelajaran berjalan lebih
produktif dan bermakna”. Di samping
itu pendekatan kontekstual bisa
membantu meningkatkan peran serta
siswa dalam pembelajaran di kelas,
sehingga siswa tidak mudah jenuh.
Salah
satu
komponen
model
pembelajaran pendekatan kontekstual
adalah komponen pemodelan.
Komponen
pemodelan
pada
pembelajaran maksudnya yaitu bahwa
dalam
sebuah
pembelajaran
keterampilan
berbahasa
atau
keterampilan tertentu ada model yang
ditiru. Pemodelan pada dasarnya
membahas gagasan yang dipikirkan,
mendemonstrasikan bagaimana guru
menginginkan para siswanya untuk
belajar, dan melakukan apa yang guru
inginkan
agar
siswa-siswinya
melakukannya dengan kata lain, model
itu bisa berupa gambar yang ditiru,
benda, atau pun manusia yang menjadi
modelnya. Cara pembelajaran semacam
ini akan lebih cepat dipahami siswa
daripada hanya bercerita atau memberi
penjelasan
kepada
siswa tanpa
ditunjukkan modelnya atau contohnya
(Muslich, 2011: 46).
Melalui
komponen
pemodelan
diharapkan siswa akan termotivasi
dalam mengikuti proses pembelajaran
Bahasa Indonesia. Siswa dituntut untuk
berperan aktif
dalam proses
pembelajaran sehingga tidak mudah
merasa bosan dan tetap berkonsentrasi
selama pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan hal itu lah, penulis tertarik
untuk meneliti bagaimana penerapan
pendekatan kontekstual komponen
pemodelan
dalam
pembelajaran
menulis puisi.
Berdasarkan pemaparan tersebut dapat
dideskripsikan bahwa penulis memilih
judul
“Penerapan
Pendekatan
Kontekstual Komponen Pemodelan
Terhadap Kemampuan Menulis Puisi
pada Siswa Kelas VIII Sekolah
Menengah Pertama Negeri 6 Sintang
Tahun Pelajaran 2015/2016”.
Masalah umum dari penelitian ini
adalah “Bagaimanakah Penerapan
Pendekatan Kontekstual Komponen
Pemodelan terhadap Kemampuan
Menulis Puisi pada Siswa Kelas VIII
Sekolah Menengah Pertama Negeri 6
Sintang Tahun Pelajaran 2015/2016?”
Berdasarkan masalah umum tersebut,
maka dapat dibagi menjadi beberapa
sub masalah sebagai berikut:
a.
Bagaimanakah
proses
pembelajaran
dengan
penerapan
pendekatan kontekstual komponen
pemodelan
terhadap
kemampuan
menulis puisi pada siswa kelas VIII
Sekolah Menengah Pertama Negeri 6
Sintang Tahun Pelajaran 2015/2016?
b.
Bagaimanakah
kemampuan
menulis puisi siswa sebelum dan
sesudah
menerapkan
pendekatan
kontekstual komponen pemodelan di
kelas VIII Sekolah Menengah Pertama
Negeri 6 Sintang Tahun Pelajaran
2015/2016?
c.
Bagaimanakah
kemampuan
menulis puisi siswa sebelum dan
sesudahpembelajaran dengan metode
konvensional di kelas VIII Sekolah
Menengah Pertama Negeri 6 Sintang
Tahun Pelajaran 2015/2016?
d.
Apakah terdapat perbedaan
kemampuan menulis puisi antara kelas
eksperimen
yang
menggunakan
pendekatan kontekstual komponen
pemodelan dengan kelas kontrol
yangmenggunakan konvensional?
e.
Bagaimanakah respon siswa
terhadap
penerapan
pendekatan
kontekstual komponen pemodelan
terhadap kemampuan menulis puisi
pada siswa
kelas VIII Sekolah
Menengah Pertama Negeri 6 Sintang
Tahun Pelajaran 2015/2016?
Berdasarkan dengan sub masalah
tersebut, maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
1.
Untuk mendeskripsikan proses
pembelajaran
dengan
penerapan
pendekatan kontekstual komponen
pemodelan
terhadap
kemampuan
menulis puisi pada siswa kelas VIII
Sekolah Menengah Pertama Negeri 6
Sintang Tahun Pelajaran 2015/2016.
2.
Untuk
mendeskripsikan
kemampuan menulis puisi siswa
sebelum dan sesudah menerapkan
pendekatan kontekstual komponen
pemodelan di kelas VIII Sekolah
Menengah Pertama Negeri 6 Sintang
Tahun Pelajaran 2015/2016.
3.
Untuk
mendeskripsikan
kemampuan menulis puisi siswa
sebelum dan sesudah pembelajaran
dengan metode konvensional di kelas
VIII Sekolah Menengah Pertama
Negeri 6 Sintang Tahun Pelajaran
2015/2016.
4.
Untuk
mendeskripsikan
perbedaan kemampuan menulis puisi
antara
kelas
eksperimen
yang
menggunakan pendekatan kontekstual
komponen pemodelan dengan kelas
kontrol
yang
menggunakan
konvensional.
5.
Untuk
mendeskripsikan
respon siswa terhadap penerapan
pendekatan kontekstual komponen
pemodelan
terhadap
kemampuan
menulis puisi pada siswa kelas VIII
Sekolah Menengah Pertama Negeri 6
Sintang Tahun Pelajaran 2015/2016.
METODOLOGI PENELITIAN
Pendekatan penelitian dalam proposal
ini
adalah
dengan
pendekatan
kuantitatif, karena analisis data dalam
penelitian ini berupa angka-angka.
Menurut
Sugiyono
(2015:
13)
menyatakan bahwa “Metode ini disebut
metode
kuantitatif
karena
data
penelitian berupa angka-angka dan
analisis
menggunakan
statistik”.
Sedangkan menurut Arikunto (2010:
27) mengatakan bahwa kuntitatif
dituntut menggunakan angka, mulai
dari pengumpulan data, penafsiran data
tersebut, serta penampilan hasil data
tersebut. Demikian juga pemahaman
akan kesimpulan penelitian, akan lebih
baik apabila juga disertai dengan tabel,
grafik, bagan, gambar atau atau
tampilan lainnya. Dari beberapa
pendapat tersebut dapat disimpulkan
bahwa kuantitatif merupakan penelitian
yang berupa angka, dan terdapat tabel,
grafik, gambar dan sebagainya yang
dianalisis menggunakan statistik.
Menurut
Sugiyono
(2015:3),
menyatakan,
“metode
penelitian
diartikan sebagai cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan
kegunaan tertentu”. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
metode
penelitian
Eksperimen.
Menurut kamus Webster (Suwanda,
2011: 1) “Eksperimen dipadankan
dengan kata percobaan yang berarti
suatu uji coba (trial) atau pengamatan
khusus yang dibuat untuk menegasi
atau membuktikan keadaan yang
sebaliknya
dari
sesuatu
yang
meragukan, di bawah kondisi-kondisi
khusus
yang
ditentukan
oleh
peneliti”.Bentuk
penelitian
yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
bentuk Quasi-Eksperimen (eksperimen
semu) karena pada penelitian ini pada
bidang pendidikan. Dimana penelitian
ini bertujuan untuk mengungkapkan
pengaruh antara variabel bebas (model
pembelajaran Kontekstual Komponen
Pemodelan) dan variabel terikat
(kemampuan menulis puisi). Desain
penelitian yang digunakan adalah
Nonequivalent Control Group Design,
pada desain ini kelompok eksperimen
maupun kelompok kontrol tidak dipilih
secara random. (Sugiyono, 2015:116)
Menurut Arikunto (2010:
173)
mengatakan bahwa populasi adalah
“keseluruhan subjek penelitian. Apabila
seseorang ingin meneliti semua elemen
yang ada dalam wilayah penelitian,
maka
penelitiannya
merupakan
penelitian
populasi”.
Sedangkan
Sukardi (Purba, 2013) mengemukakan
bahwa “Populasi pada prinsipnya
adalah semua anggota kelompok
manusia, binatang, peristiwa, atau
benda yang tinggal bersama dalam satu
tempat dan secara terencana menjadi
target kesimpulan dan hasil akhir suatu
penelitian”.Populasi penelitian ini
adalah siswa kelas VIII SMPNegeri 6
Sintang yang dibagi menjadi dua kelas,
yaitu kelas VIIIA, dan VIIIB.
Menurut Arikunto (2010:
174)
mengatakan bahwa “Sampel adalah
sebagian atau wakil populasi yang
diteliti”. Teknik dalam pengambilan
sampel ini digunakan secara sampling
jenuh. Menurut Sugiyono (2015: 124)
Mengatakan bahwa “Sampling Jenuh
adalah teknik penentuan sampel bila
semua anggota populasi digunakan
sebagai sampel”. Kemudian kedua
kelompok memiliki kemampuan yang
setara, dengan jumlah siswa < 30
orang, sehingga peneliti memilih kedua
kelas tersebut menjadi kelas kontrol
dan kelas eksperimen atau sebagai
sampel dalam penelitian. Kelas VIII A
sebagai kelas eksperimen atau yang
diberi perlakuan dan kelas VIII B
sebagai kelas kontrol atau pembanding.
Menurut Sugiyono (2015: 308) “Teknik
pengumpulan data merupakan langkah
yang paling utama dalam penelitian,
karena tujuan utama dari penelitian
adalah mendapatkan data”. Menurut
Ali (2013: 83) ada beberapa teknik
yang digunakan untuk penelitian yaitu
seperti wawancara, obeservasi, angket,
dan alat pengukuran. Sedangkan
menurut Zuriah (2009: 168) terdapat
beberapa teknik pengumpul data yaitu
dengan
observasi,
komunikasi
langsung, komunikasi tidak langsung,
pengukuran,
sosiometris
dan
dokumentasi. Berdasarkan beberapa
teknik tersebut, penulis memilih
beberapa teknik yang dibutuhkan untuk
pengumpulan data yaitu teknik
observasi, pengukuran, angket dan
dokumentasi.
Menurut Ali (2013: 90) “alat yang
digunakan dalam mengumpulkan data
tidak dapat dipisahkan dengan teknik
pengumpulan data .... sebab antara
keduanya ada saling ketergantungan
satu sama lain”. Menurut Sukardi
(2015: 82) media atau alat yang
digunakan dalam pengumpul data ialah
lembar
kuesioner,
wawancara,
observasi,
dan
dokumentasi.
Sedangkan menurut Zuriah (2009: 172)
ada beberapa alat pengumpul data yaitu
lembar pernyataan (lembar angket),
lembar pengamatan (lembar observasi),
soal tes, dan dokumen. Oleh karena itu,
berdasarkan teknik pengumpul data,
penulis memilih menggunakan lembar
observasi, soal tes, lembar angket, dan
dokumen sebagai alat pengumpul data.
Menurut Arikunto
(2010:
211)
menyatakan bahwa “validitas adalah
suatu ukuran yang menunjukan tingkattingkat kevalidan atau kesahihan suatu
instumen”. Suatu instrumen yang valid
mempunyai
validitas
tinggi.
Sebaliknya, instrumen yang kurang
valid berarti memiliki validitas rendah.
Sesuatu yang dikatakan valid apabila
mampu mengukur apa yang diinginkan.
Sesuatu dikatakan valid apa bila dapat
mengungkap data dari variabel yang
diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya
validitas
instrumen
menunjukkan
sejauh mana data yang terkumpul tidak
menyimpang dari gambaran tentang
validitas yang dimaksud.
Uji validitas yang digunakan dalam
penelitian ini hanya menggunakan
validitas kontruk. Validitas kontruk ini,
yaitu akan dikonsultasikan atau
divalidasi oleh para ahli. Para ahli
diminta pendapatnya tentang instrumen
yang telah disusun tersebut. Para ahli
akan memberi pendapat, instrumen
dapat digunakan tanpa perbaikan, ada
perbaikan, dan mungkin dirombak total
sehingga instrumen dapat dikatakan
valid dan bisa digunakan. Instrumen
hanya divalidasi kontruk karena,
jumlah soal yang divalidasi yaitu 1
soal. Soal yang diberikan tersebut
dalam bentuk essay yang diberikan
pada 30 orang siswa.
HASIL
PENELITIAN
DAN
PEMBAHASAN
Observasi dilakukan selama kegiatan
pembelajaran berlangsung. Kegiatan
observasi dilakukan oleh guru mata
pelajaran. Berdasarkan hasil observasi
kinerja guru pada pertemuan pertama
dan kedua diperoleh persentase sebesar
100% masuk dalam kategori baik.
Artinya pada kategori ini guru
melaksanakan semua aspek kegiatan
dalam proses pembelajaran dengan
baik. Sedangkan pada hasil observasi
siswa pada pertemuan pertama
diperoleh persentase sebesar 80% dan
pertemuan kedua sebesar 90% masuk
dalam kategori baik. Artinya semua
siswa melaksanakan pembelajaran
dengan sungguh-sungguh. Jadi rata-rata
aktivitas guru dan siswa pada proses
pembelajaran masuk dalam kategori
baik yaitu: 76%-100%. Masuk dalam
kategori baik di sini, artinya dengan
menggunakan pendekatan kontekstual
komponen pemodelan siswa lebih
tertarik
untuk
melaksanakan
pembelajaran dengan sungguh-sungguh
dan dapat membantu guru dalam setiap
proses pembelajaran. Hal ini akan
berpengaruh terhadap hasil belajar
siswa, khususnya terhadap hasil
kemampuan menulis puisi.
Proses pembelajaran dapat berjalan
dengan baik dan lancar karena kinerja
guru dalam proses pembelajaran masuk
pada kategori baik yaitu sebesar 100%.
Sehingga siswa dapat mengikuti
pembelajaran
dengan
sungguhsungguh, dapat dilihat dari hasil
persentase sebesar 80-90% masuk
kategori baik.
Berdasarkan hasil pre test dan post test
yang diperoleh siswa pada kelas
kontrol diperoleh nilai rata-rata yaitu
pre test sebesar 53 dan post test 63,6.
Sedangkan hasil pre test 53,5 dan post
test kelas eksperimen diperoleh nilai
rata-rata yaitu sebesar 73,6. Dari tabel
di atas dapat dilihat hasil perolehan
mean dari perbedaan pre test dengan
post test pada kelas kontrol yaitu
sebesar 10,6. Sedangkan mean dari
perbedaan pre test dengan post test
pada kelas eksperimen yaitu 20,1. Dari
hasil mean pre test dan post test pada
kelas kontrol dan kelas eksperimen
peneliti dapat menyimpulkan bahwa
kemampuan menulis puisi siswa pada
kelas
eksperimen
lebih
tinggi
dibandingkan kemampuan menulis
siswa pada kelas kontrol.
Berdasarkan hasil perhitungan statistik
uji normalitas pada kelas eksperimen
diperoleh nilai X2hitung< X2tabel atau 7,88
< 12,592 dan pada kelas kontrol
diperoleh nilai X2hitung< X2tabel atau 4,048
< 12,592 dengan dk= k-1 dan α = 5%
dari
hasil
perhitungan
tersebut
diketahui
kedua
kelas
tersebut
berdistribusi normal. Sedangkan pada
uji homogenitas diketahui kedua kelas
tersebut homogen yaitu diperoleh F
hitung< F tabel, atau 0,88 < 1,85. Uji
normalitas menggunakan dk=K-1, Uji
homegenitas menggunakan db=N-1
dan α = 5%. Karena kelas eksperimen
maupun
kelas
kontrol
sudah
berdistribusi normal dan homogen
maka dilanjutkan dengan pengujian
hipotesis.
Pengujian
hipotesis
menggunakan rumus t-test separated,
karena n1 = n2, dan varians homogen.
Untuk melihat harga t tabel digunakan
dk = n1+n2-2. Dari hasil pengujian
hipotesis diperoleh t hitung> t tabel, atau
3,891 > 2,000, maka Ha diterima dan
Ho ditolak. Jadi terdapat perbedaan
yang signifikan antara kelas yang
menggunakan pendekatan kontekstual
komponen pemodelan dengan kelas
yang menggunakan pembelajaran yang
konvensional terhadap kemampuan
menulis puisi.
Pengujian hipotesis menggunakan
rumus t-tes separated, karena n1 = n2,
dan varians homogen. Untuk melihat
harga t tabel digunakan dk= n1+n2 – 2.
Berdasarkan hasil perhitungan statistik
yang telah dilakukan dengan dk =
30+30-2 = 58 (untuk melihat t tabel =
2,000), diperoleh t hitung> t tabel, atau
3,891> 2,000 maka Ha diterima dan Ho
ditolak. Terdapat perbedaan yang
signifikan
antara
kelas
yang
menggunakan pendekatan kontekstual
komponen pemodelan dengan kelas
yang
menggunakan
pembelajaran
konvensional terhadap kemampuan
menulis puisi.
Setelah pre test dan post test selesai
dilaksanakan, maka siswa diberikan
angket untuk mengetahui respon siswa
terhadap
penggunaan
pendekatan
kontekstual komponen pemodelan.
Setiap siswa memperoleh satu lembar
angket yang berisi tentang pernyataan
siswa terhadap pendekatan kontekstual
komponen pemodelan yang telah
digunakan
dalam
pembelajaran
membaca kritis. Angket terdiri dari 14
pernyataan. Yang berisikan jawaban
“Ya”
dan
“Tidak”
menurut
kehendaknya sendiri. Angket yang
telah diisi oleh siswa kemudian
dianalisis, dari analisis data tersebut
diperoleh bahwa adanya respon positif
siswa terhadap pendekatan kontekstual
komponen
pemodelan
terhadap
kemampuan menulis puisi, dengan
jumlah persentase rata-rata kategori
“Ya” adalah (85%) dan jumlah rata-rata
kategori “Tidak” adalah (15%).
PENUTUP
Berdasarkan analisis data yang telah
dilakukan dalam penelitian ini, maka
secara umum dapat ditarik kesimpulan
bahwa
menggunakan
pendekatan
kontekstual komponen pemodelan
sangat
berpengaruh
terhadap
kemampuan menulis puisi di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 6 Sintang.
Berdasarkan rumusan masalah yang
ada, maka diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
1. Proses belajara siswa dengan
menggunakan
pendekatan
kontekstual
komponen
pemodelan diperoleh dengan
persentase rata-rata aktivitas
guru dan siswa pada proses
pembelajaran masuk dalam
kategori baik yaitu: 76%100%. Masuk dalam kategori
baik di sini, artinya dengan
menggunakan
pendekatan
kontekstual
komponen
pemodelan siswa lebih tertarik
untuk
melaksanakan
pembelajaran
dengan
sungguh-sungguh dan dapat
membantu guru dalam setiap
proses pembelajaran.
2. Terdapat perbedaan pre test
dan post test yang diperoleh
siswa pada kelas kontrol
diperoleh nilai rata-rata yaitu
pre test sebesar 53 dan post
test 63,6. Dari hasil pre test
dan
post
test
tersebut
diperoleh mean dari perbedaan
pre test dengan post test pada
kelas kontrol yaitu sebesar
10,6. Dari hasil mean pre test
dan post test pada kelas
kontrol
peneliti
dapat
menyimpulkan
bahwa
kemampuan menulis puisi
siswa pada hasil post test lebih
tinggi dari pada hasil pre test
di kelas kontrol.
3. Terdapat perbedaan pre test
dan post test yang diperoleh
siswa pada kelas eksperimen
diperoleh nilai rata-rata yaitu
pre test 53,5 dan post test
kelas eksperimen diperoleh
nilai rata-rata yaitu sebesar
73,6.Dari hasil pre test dan
post test tersebut diperoleh
mean dari perbedaan pre test
dengan post test pada kelas
eksperimen yaitu 20,1.Dari
hasil mean pre test dan post
test pada kelas eksperimen
peneliti dapat menyimpulkan
bahwa kemampuan menulis
puisi siswa pada hasil post test
lebih tinggi dari pada hasil pre
test di kelas eksperimen.
4. Terdapat perbedaan yang
signifikan antara kelas yang
menggunakan
pendekatan
kontekstual
komponen
pemodelan dengan kelas yang
menggunakan pembelajaran
yang konvensional terhadap
kemampuan menulis puisi.
Hal ini terbukti dari hasil tes
siswa yaitu, skor rata-rata post
test siswa kelas kontrol adalah
63,6 dan kelas eksperimen
sebesar 73,6 dapat dikatakan
bahwa rata-rata kemampuan
siswa pada kelas eksperimen
lebih tinggi dibandingkan
dengan rata-rata kemampuan
siswa pada kelas kontrol.
Kemudian dari hasil analisis
statistik data hasil post test
pada kelas eksperimen dan
kelas
kontrol,
diperoleh
ternyata t hitung lebih besar >
dari pada t tabel, atau 3,891 >
2,000, maka Ha diterima dan
Ho ditolak.
5. Respon siswa sangat positif
terhadap
penerapan
pendekatan
kontekstual
komponen pemodelan pada
materi menulis puisi. Hal ini
terbukti dari hasil angket
siswa
diperoleh
rata-rata
persentase kategori
“Ya”
adalah 85% dan jumlah ratarata
persentase
kategori
“Tidak” adalah 15% yang
secara umum tergolong kuat.
Tergolong
kuat
disini,
maksudnya siswa merasa
senang dengan penerapan
pendekatan
kontekstual
komponen
pemodelan
tersebut,
karena
dapat
mempermudah siswa dalam
memahami
materi
yang
diajarkan dan mempermudah
siswa dalam menulis puisi.
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan maka peneliti
memberikan
saran
sebagai
berikut:
1. Kepada peneliti lain, agar
dapat
mengembangkan
model, metode atau strategi
pembelajaran yang bervariasi
sesuai dengan materi yang
diajarkan, agar siswa tidak
merasa bosan dan jenuh
dalam proses pembelajaran.
2. Kepada guru terkhususnya
mata
pelajaran
Bahasa
Indonesia
agar
dapat
menggunakan
pendekatan
kontekstual
komponen
pemodelan sebagai jembatan
untuk mendapatkan nilai
yang
maksimal,
karena
pendekatan
kontekstual
komponen pemodelan adalah
strategi pembelajaran yang
dapat
membantu
guru
mengaitkan antara materi
pembelajaran dengan situasi
dunia nyata siswa, dan
mendorong siswa membuat
hubungan
antara
pengetahuan
yang
dimilikinya
dengan
penerapannya
dalam
kehidupan mereka seharihari,
sehingga
dapat
membantu siswa dalam
memahami
materi
dan
mengerjakan tugas. Selain
itu, strategi ini sangat mudah
dipahami dan dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA
Ali,
M. 2013. Penelitian
Kependidikan Prosedur &
Strategi.
Bandung:
Angkasa
Arikunto, S. 2010. Prosedur
Penelitian. Yogyakarta:
Rineka Cipta
Muslich, M. 2011. KTSP
Pembelajaran Berbasis
Kompetensi
dan
Kontekstual.
Jakarta:
Bumi Aksara.
Purba, R.E. 2013. Pengaruh
Model Reflektif Terhadap
Kemampuan
Menulis
Puisi Pada Siswa Kelas
VIII Smp Swasta Masehi
Berastagi Tahun Pelajaran
2013/2014. Jurnal Sasindo.
Volume
2,
No
1.
(http://jurnal.unimed.ac.id/2
012/index.php/sasindo/articl
e/view/620, diakses 11
Maret 2016)
Sugiyono.
2015.
Metode
Penelitian
Pendidikan
Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta..
Sukardi. 2015.
Penelitian
Kompetensi
Metodologi
Pendidikan
dan
Praktiknya. Yogyakarta:
Bumi Aksara
Suwanda.
2011.
Eksperimen.
Alfabeta.
Desain
Bandung:
Tarigan, H. G. 2008. Menulis.
Bandung: Angkasa.
Taniredja. dkk. 2011. ModelModel
Pembelajaran
Inovatif.
Bandung:
Alfabeta.
Zuriah, N. 2009. Metodologi
Penelitian Sosial dan
Pendidikan.
Jakarta:
Bumi Aksara.