HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERAN SERTA
MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN SAMPAH (NON-ORGANIK DAN
RESIDU)
Disusun Oleh:
1
Chaula Intan Charir
(05)
2
Evi Fitria
(08)
3
Indriani
(12)
4
Lailatul Fitria
(17)
5
Naila Nahdiyah
(25)
6
Soca Alifia B.
(28)
7
Uliyatul Faizzah
(32)
Kelas XI IPA 1
KEMENTERIAN AGAMA
MADRASAH ALIYAH NEGERI GONDANGLEGI
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan
hidayah yang telah diberikan-Nya sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini dengan judul “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Terhadap Peran Serta
Masyarakat Dalam Penanggulangan Sampah (Non-Organik dan Residu)”.
Bersama ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini terutama kepada Ibu Laila Fauziah, S.Pd.
selaku guru pembimbing mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kami dan tidak lupa
kepada teman-teman yang telah memberi dukungan dalam proses pembuatan Karya Tulis
Ilmiah ini.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu kami tetap mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun demi
peningkatan kualitas Karya Tulis Ilmiah ini.
Malang, 17 Maret 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………..
i
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………… ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………...
BAB I
iii
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................
1.3 Tujuan ................................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sampah...........................................................................
2.2 Perbedaan Sampah Non-Organik dan Residu...............................
2.3 Pengolahan Sampah.........................................................................
2.4 Peran Masyrakat dalam Penanggulangan Sampah .....................
2.4.1
Kriteria Peningkatan Peran Serta Masyarakat........................
2.4.2
Strategi Peningkatan Peran Serta Masyarakat........................
2.4.3
Program peningkatan peran
serta masyarakat dalam bidang
persampahan.................................................................
2.5 Hubungan Pengetahuan dan Sikap terhadap Peran serta Masyarakat
dalam Pengelolaan Sampah ..............................................................
2.5.1
Hubungan
antara
Tingkat
Pengetahuan
terhadap
Pengelolaan
Samapah..................................................................................
2.5.2
Hubungan antara Sikap Masyarakat terhadap Pengelolaan Sampah
.................................................................................................
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan .......................................................................................
3.2 Saran...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kebersihan pangkal kesehatan, kata mutiara ini tentunya tak asing lagi bagi kita.
Di lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat seringkali mengalami
permasalahan tentang kebersihan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya etika siswa dan
masyarakat dalam membuang sampah.
Sampah merupakan masalah yang dihadapi hampir seluruh Negara di dunia. Tidak
hanya di Negara-negara berkembang, tetapi juga di Negara-negara maju, sampah
selalu menjadi titik pengusik kenyamanan suatu Negara. Seperti halnya di Indonesia,
setiap harinya kota-kota besar di Indonesia menghasilkan puluhan ton sampah,
kemudian diangkut oleh truk-truk khusus dan dibuang atau ditumpuk begitu saja
tanpa diapa-apakan lagi. Dari hari ke hari sampah itu terus menumpuk dan terjadilah
bukit sampah seperti yang sering kita lihat.
Fenomena tersebut pastilah mengganggu penduduk yang tinggal di sekitarnya.
Selain baunya yang tidak sedap, sampah menjadi tempat berkembangnya organisme
patogen1 yang berbahaya bagi kesehatan manusia, seperti sarang lalat, tikus, dan
hewan liar lainnya. Air lindi2 juga dapat menimbulkan pencemaran air, seperti sumur,
sungai, dan air tanah. Sampah yang berserakan juga sangat mengganggu
pemandangan dan dapat menyumbat saluran drainase3 sehingga dapat menyebabkan
bahaya banjir. Dengan demikian sampah berpotensi sebgai sumber penyakit.
1
Patogen adalah agen biologis yang menyebabkan penyakit pada inang yang ditungganginya atau
mikroorganisme seperti bakteri, jamur, dan virus yang bersifat parasite dan menyebabkan penyakit.
2
Air lindi adalah cairan yang merembes ke bawah dari tumpukan sampah yang terbentuk karena proses
pembusukan oleh aktivitas mikroba.
3
Drainase adalah pembuangan massa air secara alami atau buatan dari permukaan atau bawah permukaan dari
suatu tempat.
Apabila hal ini tidak dikupas secara tuntas, maka sampah akan menjadi bencana
alam yang nantinya berpotensi menimbulkan kerusakan sosial, kesenjangan sosial,
dan peneybaran penyakit. Pada akhirnya, sampah juga akan memicu suatu ancaman
tersendiri bagi Negara Indonesia, dengan alas an sampah yang menumpuk di
pemukiman padat dan kota adalah ancaman yang tidak mudah ditangani karena
jumlahnya yang tidak sedikit. Keadaan ini secara terus-menerus akan mengancam
kesehatan penduduk pemukiman kumuh hingga menyebabkan kematian karena
terserangnya penyakit menular seiring dengan meningkatnya jumlah sampah.
Namun, walaupun terbukti sampah dapat merugikan, tetapi sampah juga memiliki
beberapa manfaat jika dikelola dengan baik dan tepat. Sebab, selain dapat
mendatangkan bencana bagi masyarakat, sampah juga dapat diubah menjadi barang
yang bermanfaat. Pemanfaatan sampah ini tentunya tidak terlepas dari penggunaan
ilmu pengetahuan dan teknologi dalam menanganinya.
Dari pemaparan di atas, penulis mengangkat judul dalam penelitian ini
“HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERAN SERTA
MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN SAMPAH (NON-ORGANIK
DAN RESIDU)”.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sampah?
2. Apa perbedaan antara sampah non-organik dengan residu?
3. Bagaiaman cara pengolahan sampah yang benar agar tidak mengakibatkan bencan
bagi kehidupan?
4. Bagaimana peran serta siswa dan masyarakat dalam penanggulangan sampah?
5. Apa hubungan pengetahuan dan sikap terhadap peran serta masyarakat dalam
penanggulangan sampah?
1.3
Tujuan
1. Memahami apa itu sampah dan pengaruhnya.
2. Mengetahui perbedaan sampah non-organik dan residu.
3. Mengetahui cara pengolahan sampah yang benar dan ancaman yang ditimbulkan
oleh sampah.
4. Diharapkan agar semua pihak baik lingkungan sekolah atau masyarakat bisa
mengelola sampah dengan baik, sehingga jumlah sampah yang ada bisa berkurang
dan lingkungan menjadi asri bersih, dan lestrai.
5. Mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap terhadap peran serta masyarakat
masyarakat dalam penanggulangan sampah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sampah
Sampah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik (rumah tangga). Sementara didalam UU No 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah, disebutkan sampah adalah sisa kegiatan sehari hari manusia atau
proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik atau anorganik
bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi
dan dibuang kelingkungan.
Sampah berasal dari beberapa tempat, yakni :
1. Sampah dari pemukiman penduduk pada suatu pemukiman biasanya sampah
dihasilkan oleh suatu keluarga yang tinggal disuatu bangunan atau asrama. Jenis
sampah yang dihasilkan biasanya cendrung organik, seperti sisa makanan atau
sampah yang bersifat basah, kering, abu plastik dan lainnya.
2. Sampah dari tempat-tempat umum dan perdagangan tempat tempat umum adalah
tempat yang dimungkinkan banyaknya orang berkumpul dan melakukan kegiatan.
Tempat-tempat tersebut mempunyai potensi yang cukup besar dalam memproduksi
sampah termasuk tempat perdagangan seperti pertokoan dan pasar. Jenis sampah
yang dihasilkan umumnya berupa sisa-sisa makanan,sayuran busuk, sampah
kering, abu, plastik, kertas, dan kaleng-kaleng serta sampah lainnya.
1)
2)
3)
4)
5)
Penggolongan sampah dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu:
Sampah B3 (baterai, kabel, bohlam lampu, dll)
Sampah Residu (pembalut, putung rokok, permen karet, popok bayi)
Sampah Non-Organik (bungkus kemasan makanan, plastik, kaleng makanan)
Sampah Organik (sisa makanan, tulang, daun)
Sampah Kertas (karton makanan, kardus, koran, buku bekas)
Dampak yang ditimbulkan oleh sampah antara lain:
a. Dampak terhadap kesehatan
Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah
yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme
dan menarik bagi berbagai binatang seperti, lalat dan anjing yang dapat
menjangkitkan penyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah
sebagai berikut :
1) Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal
dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum.
Penyakit demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga meningkat dengan
cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai.
2) Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).
3) Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salahsatu contohnya
adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita(taenia). Cacing ini
sebelumnya masuk kedalam pencernakan binatang ternak melalui makanannya
yang berupa sisa makanan/sampah.
b. Dampak terhadap lingkungan
Cairan rembesan sampah yang masuk kedalam drainase atau sungai akan
mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa
spesien akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan
biologis. Penguraian sampah yang di buang kedalam air akan menghasilkan asam
organik dan gas cair organik, seperti metana. Selain berbau kurang sedap, gas ini
pada konsentrasi tinggi dapat meledak.
c. Dampak Terhadap Keadaan Sosial dan Ekonomi
Dampak-dampak tersebut adalah sebagai berikut :
1) Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat
kesehatan masyarakat. Hal penting disini adalah meningkatnya pembiayaan
(untuk mengobati kerumah sakit).
2) Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak
memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. Jika
sarana penampungan sampah kurang atau tidak efisien, orang akan cenderung
membuang sampahnya dijalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu lebih sering
dibersihkan dan diperbaiki.
2.2 Perbedaan Sampah Non-Organik dan Residu
Sampah Anorganik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan non hayati,
baik berupa produk sintetik maupun hasil proses teknologi pengolahan bahan tambang.
Sampah anorganik dibedakan menjadi : sampah logam dan produk-produk olahannya,
sampah plastik, sampah kertas, sampah kaca dan keramik, sampah detergen. Sebagian
besar anorganik tidak dapat diurai oleh alam/ mikroorganisme secara keseluruhan
(unbiodegradable). Sementara, sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu
yang lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga misalnya botol plastik, botol
gelas, tas plastik, dan kaleng.
Sampah residu adalah bahan yang sudah tidak bisa diolah lagi atau tidak ada nilai
apapun lagi. Biasanya berbahan anorganik; tidak bisa jadi kompos dan tidak ada nilai
ekonomis lagi. Sebaiknya dilenyapkan dengan proses yang aman. Contohnya
pembalut, putung rokok, permen karet, popok bayi.
2.3 Pengolahan Sampah
Pengelolaan SAMPAH yang baik harus memenuhi 4R, yaitu:
1) Reuse
: menggunakan kembali sampah yang masih dapat digunakan untuk
fungsi yang sama atau fungsi yang lainnya.
a) Penggunaan serbet dari kain daripada menggunakan tissue.
b) Botol bekas minuman digunakan kembali untuk tempat minyak goreng.
c) Gunakan sisi kertas yang masih kosong untuk menulis.
2) Reduce
: mengurangi segala sesuatu yang mengakibatkan sampah.
a) Pilih produk dengan kemasan yang dapat didaur ulang.
b) Gunakan produk yang dapat diisi ulang.
c) Hindari membeli dan memakai barang yang kurang perlu.
3) Recycle
: mengolah kembali sampah menjadi barang atau produk baru yang
bermanfaat.
a) Olah sampah kertas menjadi kertas atau karton kembali.
b) Lakukan pengolahan sampah organik menjadi kompos.
c) Lakukan pengolahan sampah non-organik menjadi barang yang bermanfaat.
4) Replace
: mengganti barang-barang yang sulit diuraikan atau mengganti
barang-barang sampah.
a) Mengganti Styrofoam dengan kertas minyak.
b) Mengganti tissue dengan sapu tangan.
2.4 Peran Serta Masyrakat dalam Penanggulangan Sampah
2.4.1 Kriteria Peningkatan Peran Serta Masyarakat
Kriteria yang perlu diperhatikan untuk menumbuhkan, mengembangkan,
dan membina peran serta masyarakat adalah sebagai berikut :
1. Untuk menumbuhkan, mengembangkan, dan membina peran serta
masyarakat secara terarah diperlukan program yang dilaksanakan secara
intensif dan berorientasi kepada penyebar luasan pengetahuan, penanaman
kesadaran, peneguhan sikap dan pembentukan perilaku.
2. Produk perancangan program diharapkan dapat membentuk perilaku
sebagai berikut:
1) masyarakat mengerti dan memahami masalah kebersihan lingkungan.
2) masyarakat turut serta secara aktif dalam mewujudkan kebersihan
lingkungan.
3) masyarakat bersedia mengikuti prosedur/ tata cara pemeliharaan
kebersihan.
4) masyarakat bersedia membiayai pengelolaan sampah.
5) masyarakat turut aktif menularkan kebiasaan hidup bersih pada
anggota masyarkat lainnya.
6) masyarakat aktif memberi masukan ( saran-saran ) yang membangun.
2.4.2
Strategi Peningkatan Peran Serta Masyarakat
Pengembangan peran serta masyarakat dibidang kebersihan diterapkan
dengan pendekatan secara edukatif dengan strategi 2 tahap, yaitu
pengembangan petugas dan pengambangan masyarakat.
Kunci pengembangan petugas ialah keterbukaan, dan pengembangan
komunikasi timbal balik (unsur petugas sendiri, antara petugas dan atau
masyarakat dan atau anggota masyarakat), horizontal maupun vertikal.
Kunci pengembangan masyarakat ialah pengembangan kesamaan persepsi,
antara masyarakat dan petugas. Suatu komunikasi dikatakan berhasil, bila
menimbulkan umpan balik dan pesan yang diberikan.
Isi adalah informasi, penjelasan dan penyuluhan, sedangkan umpan balik
berupa ketentuan masyarakat untuk memenuhi kewajiban (membayar
retribusi, memelihara kebersihan lingkungan dan dukungan moril kepada
petugas kebersihan).
Penjabaran strategi peningkatan peran serta masyarakat:
1. menyampaikan informasi, atau meneruskan informasi melalui media masa
2. membujuk dan menghukum, bertujuan untuk mempengaruhi (kepercayaan,
nilai, cara bertindak) pihak yang diajak berkomunikasi. Bila bujukan
belum berhasil, dilakukan hukuman yang merupakan senjata terakhir
untuk memaksa masyarakat berubah sikap.
3. mengadakan dialog.
2.4.3
Program Peningkatan Peran
Serta Masyarakat dalam Bidang
Persampahan
Dalam penyusunan program peningkatan peran serta masyarakat dalam
bidang persampahan, harus memuat komponen-komponen sebagai berikut:
1. Teknis
Teknis peran serta masyarakat dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
1) Individual
Peran serta masyarakat dapat dimulai dari skala individual rumah
tangga yaitu dengan mereduksi timbulan sampah rumah tangga. Teknik
reduksi sampah ini dikenal dengan nama metoda 3R (reduce, reuse,
recycle). Sebagai contoh penerapan metoda 3R dalam kehidupan
sehari-hari , misalnya :
a. Reduce
a) Untuk
pembelian
produk-produk,
tidak
perlu
meminta
bungkusan ganda, sudah masuk kardus tidak perlu dibungkus
lagi dengan kertas, kemudian masuk ke dalam kantong plastik.
b) Memilih produk yang kemasannya cenderung menimbulkan
sampah paling kecil / sedikit.
b. Reuse
a) Menghindari pemakaian produk sekali pakai, misal dengan
pemakaian baterai yang dapat diisi kembali (recharge),
penggunaan pena / ballpoint yang dapat diisi lagi (refill).
b) Menggunakan kembali botol-botol tempat minyak atau bahan
makanan.
c) Menggunakan wadah yang dapat dipakai berulang kali.
c. Recycle
a) Memisahkan sampah basah (organik, sampah dapur, sayur, sisa
makanan ) dengan sampah kering (anorganik, kertas, plastik,
botol ).
b) Menjual atau menyumbangkan barang-barang yang tidak
dipakai, kepada orang yang memerlukan.
c) Pinjam meminjam atau sewa-menyewa barang-barang yang
yang jarang pemakaiannya, seperti meja kursi pesta.
2) Kelompok
Secara berkelompok (komunal), masyarakat dapat ikut berperan
dalam pengelolaan sampah pengolahan sampah skala lingkungan,
misalnya :
a. Reduce
a) Memberi kemasan hanya untuk produk yang benar-benar
memerlukan
bungkus
atau
kemasan,
dan
menghindari
pemberian bungkus sebagai penghias.
b) Menyediakan jaringan informasi dengan komputer, tanpa
terlalu banyak kertas yang setelah dibaca akan dibuang.
b. Reuse
a) Memakai halaman belakang kertas untuk surat-surat di kantor.
b) Membudayakan pemakaian kantong belanja yang dapat
digunakan berulang-ulang.
c. Recycle
a) Pendirian UDPK (Usaha Daur Ulang dan Pembuatan Kompos),
yang akan sangat tinggi manfaatnya dalam mereduksi timbulan
sampah.
b) Mengadakan tempat jual beli barang bekas.
2. Penyuluhan dan Bimbingan
Penyuluhan dan bimbingan masyarakat merupakan alternatif yang
dapat dipergunakan untuk mengajak masyarakat bersama pemerintah
dalam upaya kebersihan/ menanggulangi persampahan yang merupakan
salah satu permasalahan yang dihadapi saat ini
Tujuan penyuluhan terbagi kedalam tiga (3) bagian yaitu:
1) Tujuan jangka pendek, terciptanya suatu masyarakat yang mengerti,
memahami akan masalah kebersihan.
2) Tujuan jangka menengah, terciptanya suatu masyarakar yang
mempunyai kesadaran akan kebersihan.
3) Tujuan jangka panjang, terciptanya suatu masyarakat yang menjadikan
kebersihan sebagai suatu kebutuhan.
Materi penyuluhan kebersihan, adalah semua bahan topik yang akan
disampaikan kepada masyarakat penerima penyuluhan kebersihan. Topik
atau materi yang disampaikan adalah :
a) Pengertian sampah, jenis- jenis sampah.
b) Memberikan petunjuk tata cara pengelolaan berbagai jenis sampah.
c) Cara membuang dan memusnahkan sampah.
d) Dampak dan ancaman bila sampah dibiarkan berserakan.
e) Pentingnya membuang sampah pada tempatnya.
f) Pentingnya peran serta masyarakat dalam menanggulangi masalah.
2.5
Hubungan Pengetahuan dan Sikap terhadap Peran serta Masyarakat dalam
Pengelolaan Sampah
2.5.1 Hubungan antara Tingkat Pengetahuan terhadap Pengelolaan Sampah
Tidak terdapat hubungan atau hubungan lemah antara tingkat pengetahuan
dengan pengelolaan sampah di lingkungan masyarakat. Tidak ada hubungan
antara kedua variabel ini dikarenakan responden yang pengetahuannya baik ada
yang pengelolaan sampahnya buruk, tetapi responden yang pengetahuannya
kurang baik ada yang pengelolaan sampahnya sudah baik.
Menurut tim ahli WHO (1984) bahwa pengetahuan diperoleh dari
pengalaman sendiri ataupun pengalaman orang lain. Masyarakat akan
melakukan pengelolaan sampah dengan baik jika melihat tetangganya
melakukan hal serupa. Menurut Lerik (2008) meskipun ibu rumah
tangga
telah mengetahui, belumlah menjamin bahwa ibu tersebut telah melakukan
2.5.2
praktik dengan baik.
Hubungan antara Sikap Masyarakat terhadap Pengelolaan Sampah
Terdapat hubungan antara sikap dengan pengelolaan sampah rumah tangga
di lingkungan masyarakat. Semakin baik sikap, maka disertai juga dengan
semakin baik tindakan. Dapat disimpulkan bahwa hubungan antara sikap
dengan tindakan pengelolaan sampah menunjukkan hubungan rendah.
Menurut Newcomb dalam Notoatmodjo (2007), sikap merupakan kesiapan
atau kesediaan untuk bertindak, dan
bukan
merupakan pelaksana motif
tertentu.
Menurut hasil penelitian masyarakat telah sadar dan memiliki sikap positif
terhadap pemilahan sampah dan daur ulang sampah. Partisipasi rumah
tangga
dalam pemilahan
sampah
tidaklah
terlalu tinggi, tapi jika
disosialisasikan, dapat menghasilkan keuntungan yang besar. Perlu adanya
usaha dari pemerintah untuk menata ulang pemilahan sampah. Untuk meraih
ini, pemerintah harus melakukan kampanye kesadaran tentang konsekuensi
dari kesalahan pengelolaan sampah dan keuntungan dari pemilahan sampah.
.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
1. Tidak terdapat hubungan atau hubungan lemah antara tingkat pengetahuan dengan
pengelolaan sampah di lingkungan masyarakat. Tidak ada hubungan antara kedua
variabel ini dikarenakan responden yang pengetahuannya baik ada yang
pengelolaan sampahnya buruk, tetapi responden yang pengetahuannya kurang
baik ada yang pengelolaan sampahnya sudah baik.
2. Terdapat hubungan antara sikap dengan pengelolaan sampah rumah tangga di
lingkungan masyarakat. Semakin baik sikap, maka disertai juga dengan semakin
baik tindakan. Dapat disimpulkan bahwa hubungan antara sikap dengan tindakan
pengelolaan sampah menunjukkan hubungan rendah.
3.2
Saran
1. Masyarakat perlu lebih meningkatkan kepedulian mengenai masalah sampah yang
dihasilkan oleh tiap-tiap rumah tangga, khususnya mengenai pengelolaan sampah
(non-organik dan residu) sesuai dengan prinsip 4R.
2. Penyuluhan oleh Dinas Kebersihan dan Kesehatan sangat dibutuhkan oleh
masyarakat, mengingat masalah sampah adalah masalah bersama dan sumber
sampah adalah masyarakat.
3. Pemerintah setempat seyogyanya lebih memperhatikan potensi pemanfaatan
sampah rumah tangga, dan menyediakan sarana dan prasarana bagi pemilahan
sampah tingkat desa sebagai sumbangsih meminimalisasi penumpukan sampah di
TPA dan TPS serta mengurangi pencemaran lingkungan akibat sampah.
4. Memberikan penghargaan kepada desa terbersih untuk meningkatkan semangat
masyarakat dalam memelihara kebersihan.
5. Adanya bank sampah disetiap kelurahan.
6. Adanya peraturan disetiap rumah untuk menyetorkan sampah yang dihasilkan
setiap hariya kepada bank sampah.
DAFTAR PUSTAKA
_______. 2010. “Korelasi antara Pengetahuan Masyarakat terhadap Pemilahan Sampah”.
(https://zaifbio.wordpress.com/2010/01/25/korelasi-antara-pengetahuan-dan
sikap-masyarakat-terhadap-pemilahan-sampah-kering-dan-basah-di-desapendem-kecamatan-junrejo-kota-batu/ Online) diakses pada tanggal 15 Maret
2017, pukul 19.05
_______.2012.”Peran
Serta
Masyarakat
dalam
Pengelolaan
Sampah”.
(http://jujubandung.wordpress.com/ Online) diakses pada tanggal 17 Maret
2017, pukul 12:09
Apriliani, Windi. 2016. “Pengertian Sampah dan Jenis-Jenis Sampah”.
(http://ppkmb15tiusd.blogspot.co.id/Online) diakses pada tanggal 10 Maret
2017, pukul 20:15
Lampiran 1
Hasil Wawancara Mengenai Informasi Pengelolaan Sampah (Tim Perwakilan Jambore
Sampah MAN 1 KABUPATEN MALANG)
Narasumber: Shofi Hidayatur Rohmah
Pewawancara : Menurut anda apakah sampah non-organik dapat didaur ulang?
Narasumber
: Menurut saya sampah non-organik dapat di daur ulang kembali, sebagaimana
sampah-sampah lainnya.
Pewawancara : Bagaimana cara pengolahan sampah non-organik?
Narasumber
: Menurut saya cara mengolah sampah non-organik adalah dengan cara
mendaur ulang sampah tersebut, contohnya plastik dapat didaur ulang menjadi
sebuah kerajinan tangan, misalnya payung dari plastik bekas makanan ringan,
tas, bunga, dan sebagainya.
Di Jogja ada cara lain untuk mengolah sampah dengan meniru di daerah
Canada yaitu dengan cara sampah dari bungkus makanan ringandimasukkan
ke dalam sampah botol plastic sampai penuh selanjutnya akan dipipihkan
menggunakan alat yang nantinya akan dijadikan kursi atau meja.
Di daerah lain sampah diolah dengan diambil gas amoniaknya dan gas
tersebut ditampung disebuah tabung besar dan bisa disalurkan kepada
masyarakat sekitar untuk dijadikan pengganti gas LPG.
Pewawancara : Menurut anda apakah sampah residu dapat didaur ulang?
Narasumber
: Sampah residu tidak dapat di daur ulang tapi dapat dimanfaatkan dengan cara
diambil gas amoniaknya digunakan sebgai pengganti LPG.
MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN SAMPAH (NON-ORGANIK DAN
RESIDU)
Disusun Oleh:
1
Chaula Intan Charir
(05)
2
Evi Fitria
(08)
3
Indriani
(12)
4
Lailatul Fitria
(17)
5
Naila Nahdiyah
(25)
6
Soca Alifia B.
(28)
7
Uliyatul Faizzah
(32)
Kelas XI IPA 1
KEMENTERIAN AGAMA
MADRASAH ALIYAH NEGERI GONDANGLEGI
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan
hidayah yang telah diberikan-Nya sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini dengan judul “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Terhadap Peran Serta
Masyarakat Dalam Penanggulangan Sampah (Non-Organik dan Residu)”.
Bersama ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini terutama kepada Ibu Laila Fauziah, S.Pd.
selaku guru pembimbing mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kami dan tidak lupa
kepada teman-teman yang telah memberi dukungan dalam proses pembuatan Karya Tulis
Ilmiah ini.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu kami tetap mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun demi
peningkatan kualitas Karya Tulis Ilmiah ini.
Malang, 17 Maret 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………..
i
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………… ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………...
BAB I
iii
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................
1.3 Tujuan ................................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sampah...........................................................................
2.2 Perbedaan Sampah Non-Organik dan Residu...............................
2.3 Pengolahan Sampah.........................................................................
2.4 Peran Masyrakat dalam Penanggulangan Sampah .....................
2.4.1
Kriteria Peningkatan Peran Serta Masyarakat........................
2.4.2
Strategi Peningkatan Peran Serta Masyarakat........................
2.4.3
Program peningkatan peran
serta masyarakat dalam bidang
persampahan.................................................................
2.5 Hubungan Pengetahuan dan Sikap terhadap Peran serta Masyarakat
dalam Pengelolaan Sampah ..............................................................
2.5.1
Hubungan
antara
Tingkat
Pengetahuan
terhadap
Pengelolaan
Samapah..................................................................................
2.5.2
Hubungan antara Sikap Masyarakat terhadap Pengelolaan Sampah
.................................................................................................
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan .......................................................................................
3.2 Saran...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kebersihan pangkal kesehatan, kata mutiara ini tentunya tak asing lagi bagi kita.
Di lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat seringkali mengalami
permasalahan tentang kebersihan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya etika siswa dan
masyarakat dalam membuang sampah.
Sampah merupakan masalah yang dihadapi hampir seluruh Negara di dunia. Tidak
hanya di Negara-negara berkembang, tetapi juga di Negara-negara maju, sampah
selalu menjadi titik pengusik kenyamanan suatu Negara. Seperti halnya di Indonesia,
setiap harinya kota-kota besar di Indonesia menghasilkan puluhan ton sampah,
kemudian diangkut oleh truk-truk khusus dan dibuang atau ditumpuk begitu saja
tanpa diapa-apakan lagi. Dari hari ke hari sampah itu terus menumpuk dan terjadilah
bukit sampah seperti yang sering kita lihat.
Fenomena tersebut pastilah mengganggu penduduk yang tinggal di sekitarnya.
Selain baunya yang tidak sedap, sampah menjadi tempat berkembangnya organisme
patogen1 yang berbahaya bagi kesehatan manusia, seperti sarang lalat, tikus, dan
hewan liar lainnya. Air lindi2 juga dapat menimbulkan pencemaran air, seperti sumur,
sungai, dan air tanah. Sampah yang berserakan juga sangat mengganggu
pemandangan dan dapat menyumbat saluran drainase3 sehingga dapat menyebabkan
bahaya banjir. Dengan demikian sampah berpotensi sebgai sumber penyakit.
1
Patogen adalah agen biologis yang menyebabkan penyakit pada inang yang ditungganginya atau
mikroorganisme seperti bakteri, jamur, dan virus yang bersifat parasite dan menyebabkan penyakit.
2
Air lindi adalah cairan yang merembes ke bawah dari tumpukan sampah yang terbentuk karena proses
pembusukan oleh aktivitas mikroba.
3
Drainase adalah pembuangan massa air secara alami atau buatan dari permukaan atau bawah permukaan dari
suatu tempat.
Apabila hal ini tidak dikupas secara tuntas, maka sampah akan menjadi bencana
alam yang nantinya berpotensi menimbulkan kerusakan sosial, kesenjangan sosial,
dan peneybaran penyakit. Pada akhirnya, sampah juga akan memicu suatu ancaman
tersendiri bagi Negara Indonesia, dengan alas an sampah yang menumpuk di
pemukiman padat dan kota adalah ancaman yang tidak mudah ditangani karena
jumlahnya yang tidak sedikit. Keadaan ini secara terus-menerus akan mengancam
kesehatan penduduk pemukiman kumuh hingga menyebabkan kematian karena
terserangnya penyakit menular seiring dengan meningkatnya jumlah sampah.
Namun, walaupun terbukti sampah dapat merugikan, tetapi sampah juga memiliki
beberapa manfaat jika dikelola dengan baik dan tepat. Sebab, selain dapat
mendatangkan bencana bagi masyarakat, sampah juga dapat diubah menjadi barang
yang bermanfaat. Pemanfaatan sampah ini tentunya tidak terlepas dari penggunaan
ilmu pengetahuan dan teknologi dalam menanganinya.
Dari pemaparan di atas, penulis mengangkat judul dalam penelitian ini
“HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERAN SERTA
MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN SAMPAH (NON-ORGANIK
DAN RESIDU)”.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sampah?
2. Apa perbedaan antara sampah non-organik dengan residu?
3. Bagaiaman cara pengolahan sampah yang benar agar tidak mengakibatkan bencan
bagi kehidupan?
4. Bagaimana peran serta siswa dan masyarakat dalam penanggulangan sampah?
5. Apa hubungan pengetahuan dan sikap terhadap peran serta masyarakat dalam
penanggulangan sampah?
1.3
Tujuan
1. Memahami apa itu sampah dan pengaruhnya.
2. Mengetahui perbedaan sampah non-organik dan residu.
3. Mengetahui cara pengolahan sampah yang benar dan ancaman yang ditimbulkan
oleh sampah.
4. Diharapkan agar semua pihak baik lingkungan sekolah atau masyarakat bisa
mengelola sampah dengan baik, sehingga jumlah sampah yang ada bisa berkurang
dan lingkungan menjadi asri bersih, dan lestrai.
5. Mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap terhadap peran serta masyarakat
masyarakat dalam penanggulangan sampah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sampah
Sampah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik (rumah tangga). Sementara didalam UU No 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah, disebutkan sampah adalah sisa kegiatan sehari hari manusia atau
proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik atau anorganik
bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi
dan dibuang kelingkungan.
Sampah berasal dari beberapa tempat, yakni :
1. Sampah dari pemukiman penduduk pada suatu pemukiman biasanya sampah
dihasilkan oleh suatu keluarga yang tinggal disuatu bangunan atau asrama. Jenis
sampah yang dihasilkan biasanya cendrung organik, seperti sisa makanan atau
sampah yang bersifat basah, kering, abu plastik dan lainnya.
2. Sampah dari tempat-tempat umum dan perdagangan tempat tempat umum adalah
tempat yang dimungkinkan banyaknya orang berkumpul dan melakukan kegiatan.
Tempat-tempat tersebut mempunyai potensi yang cukup besar dalam memproduksi
sampah termasuk tempat perdagangan seperti pertokoan dan pasar. Jenis sampah
yang dihasilkan umumnya berupa sisa-sisa makanan,sayuran busuk, sampah
kering, abu, plastik, kertas, dan kaleng-kaleng serta sampah lainnya.
1)
2)
3)
4)
5)
Penggolongan sampah dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu:
Sampah B3 (baterai, kabel, bohlam lampu, dll)
Sampah Residu (pembalut, putung rokok, permen karet, popok bayi)
Sampah Non-Organik (bungkus kemasan makanan, plastik, kaleng makanan)
Sampah Organik (sisa makanan, tulang, daun)
Sampah Kertas (karton makanan, kardus, koran, buku bekas)
Dampak yang ditimbulkan oleh sampah antara lain:
a. Dampak terhadap kesehatan
Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah
yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme
dan menarik bagi berbagai binatang seperti, lalat dan anjing yang dapat
menjangkitkan penyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah
sebagai berikut :
1) Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal
dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum.
Penyakit demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga meningkat dengan
cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai.
2) Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).
3) Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salahsatu contohnya
adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita(taenia). Cacing ini
sebelumnya masuk kedalam pencernakan binatang ternak melalui makanannya
yang berupa sisa makanan/sampah.
b. Dampak terhadap lingkungan
Cairan rembesan sampah yang masuk kedalam drainase atau sungai akan
mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa
spesien akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan
biologis. Penguraian sampah yang di buang kedalam air akan menghasilkan asam
organik dan gas cair organik, seperti metana. Selain berbau kurang sedap, gas ini
pada konsentrasi tinggi dapat meledak.
c. Dampak Terhadap Keadaan Sosial dan Ekonomi
Dampak-dampak tersebut adalah sebagai berikut :
1) Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat
kesehatan masyarakat. Hal penting disini adalah meningkatnya pembiayaan
(untuk mengobati kerumah sakit).
2) Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak
memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. Jika
sarana penampungan sampah kurang atau tidak efisien, orang akan cenderung
membuang sampahnya dijalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu lebih sering
dibersihkan dan diperbaiki.
2.2 Perbedaan Sampah Non-Organik dan Residu
Sampah Anorganik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan non hayati,
baik berupa produk sintetik maupun hasil proses teknologi pengolahan bahan tambang.
Sampah anorganik dibedakan menjadi : sampah logam dan produk-produk olahannya,
sampah plastik, sampah kertas, sampah kaca dan keramik, sampah detergen. Sebagian
besar anorganik tidak dapat diurai oleh alam/ mikroorganisme secara keseluruhan
(unbiodegradable). Sementara, sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu
yang lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga misalnya botol plastik, botol
gelas, tas plastik, dan kaleng.
Sampah residu adalah bahan yang sudah tidak bisa diolah lagi atau tidak ada nilai
apapun lagi. Biasanya berbahan anorganik; tidak bisa jadi kompos dan tidak ada nilai
ekonomis lagi. Sebaiknya dilenyapkan dengan proses yang aman. Contohnya
pembalut, putung rokok, permen karet, popok bayi.
2.3 Pengolahan Sampah
Pengelolaan SAMPAH yang baik harus memenuhi 4R, yaitu:
1) Reuse
: menggunakan kembali sampah yang masih dapat digunakan untuk
fungsi yang sama atau fungsi yang lainnya.
a) Penggunaan serbet dari kain daripada menggunakan tissue.
b) Botol bekas minuman digunakan kembali untuk tempat minyak goreng.
c) Gunakan sisi kertas yang masih kosong untuk menulis.
2) Reduce
: mengurangi segala sesuatu yang mengakibatkan sampah.
a) Pilih produk dengan kemasan yang dapat didaur ulang.
b) Gunakan produk yang dapat diisi ulang.
c) Hindari membeli dan memakai barang yang kurang perlu.
3) Recycle
: mengolah kembali sampah menjadi barang atau produk baru yang
bermanfaat.
a) Olah sampah kertas menjadi kertas atau karton kembali.
b) Lakukan pengolahan sampah organik menjadi kompos.
c) Lakukan pengolahan sampah non-organik menjadi barang yang bermanfaat.
4) Replace
: mengganti barang-barang yang sulit diuraikan atau mengganti
barang-barang sampah.
a) Mengganti Styrofoam dengan kertas minyak.
b) Mengganti tissue dengan sapu tangan.
2.4 Peran Serta Masyrakat dalam Penanggulangan Sampah
2.4.1 Kriteria Peningkatan Peran Serta Masyarakat
Kriteria yang perlu diperhatikan untuk menumbuhkan, mengembangkan,
dan membina peran serta masyarakat adalah sebagai berikut :
1. Untuk menumbuhkan, mengembangkan, dan membina peran serta
masyarakat secara terarah diperlukan program yang dilaksanakan secara
intensif dan berorientasi kepada penyebar luasan pengetahuan, penanaman
kesadaran, peneguhan sikap dan pembentukan perilaku.
2. Produk perancangan program diharapkan dapat membentuk perilaku
sebagai berikut:
1) masyarakat mengerti dan memahami masalah kebersihan lingkungan.
2) masyarakat turut serta secara aktif dalam mewujudkan kebersihan
lingkungan.
3) masyarakat bersedia mengikuti prosedur/ tata cara pemeliharaan
kebersihan.
4) masyarakat bersedia membiayai pengelolaan sampah.
5) masyarakat turut aktif menularkan kebiasaan hidup bersih pada
anggota masyarkat lainnya.
6) masyarakat aktif memberi masukan ( saran-saran ) yang membangun.
2.4.2
Strategi Peningkatan Peran Serta Masyarakat
Pengembangan peran serta masyarakat dibidang kebersihan diterapkan
dengan pendekatan secara edukatif dengan strategi 2 tahap, yaitu
pengembangan petugas dan pengambangan masyarakat.
Kunci pengembangan petugas ialah keterbukaan, dan pengembangan
komunikasi timbal balik (unsur petugas sendiri, antara petugas dan atau
masyarakat dan atau anggota masyarakat), horizontal maupun vertikal.
Kunci pengembangan masyarakat ialah pengembangan kesamaan persepsi,
antara masyarakat dan petugas. Suatu komunikasi dikatakan berhasil, bila
menimbulkan umpan balik dan pesan yang diberikan.
Isi adalah informasi, penjelasan dan penyuluhan, sedangkan umpan balik
berupa ketentuan masyarakat untuk memenuhi kewajiban (membayar
retribusi, memelihara kebersihan lingkungan dan dukungan moril kepada
petugas kebersihan).
Penjabaran strategi peningkatan peran serta masyarakat:
1. menyampaikan informasi, atau meneruskan informasi melalui media masa
2. membujuk dan menghukum, bertujuan untuk mempengaruhi (kepercayaan,
nilai, cara bertindak) pihak yang diajak berkomunikasi. Bila bujukan
belum berhasil, dilakukan hukuman yang merupakan senjata terakhir
untuk memaksa masyarakat berubah sikap.
3. mengadakan dialog.
2.4.3
Program Peningkatan Peran
Serta Masyarakat dalam Bidang
Persampahan
Dalam penyusunan program peningkatan peran serta masyarakat dalam
bidang persampahan, harus memuat komponen-komponen sebagai berikut:
1. Teknis
Teknis peran serta masyarakat dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
1) Individual
Peran serta masyarakat dapat dimulai dari skala individual rumah
tangga yaitu dengan mereduksi timbulan sampah rumah tangga. Teknik
reduksi sampah ini dikenal dengan nama metoda 3R (reduce, reuse,
recycle). Sebagai contoh penerapan metoda 3R dalam kehidupan
sehari-hari , misalnya :
a. Reduce
a) Untuk
pembelian
produk-produk,
tidak
perlu
meminta
bungkusan ganda, sudah masuk kardus tidak perlu dibungkus
lagi dengan kertas, kemudian masuk ke dalam kantong plastik.
b) Memilih produk yang kemasannya cenderung menimbulkan
sampah paling kecil / sedikit.
b. Reuse
a) Menghindari pemakaian produk sekali pakai, misal dengan
pemakaian baterai yang dapat diisi kembali (recharge),
penggunaan pena / ballpoint yang dapat diisi lagi (refill).
b) Menggunakan kembali botol-botol tempat minyak atau bahan
makanan.
c) Menggunakan wadah yang dapat dipakai berulang kali.
c. Recycle
a) Memisahkan sampah basah (organik, sampah dapur, sayur, sisa
makanan ) dengan sampah kering (anorganik, kertas, plastik,
botol ).
b) Menjual atau menyumbangkan barang-barang yang tidak
dipakai, kepada orang yang memerlukan.
c) Pinjam meminjam atau sewa-menyewa barang-barang yang
yang jarang pemakaiannya, seperti meja kursi pesta.
2) Kelompok
Secara berkelompok (komunal), masyarakat dapat ikut berperan
dalam pengelolaan sampah pengolahan sampah skala lingkungan,
misalnya :
a. Reduce
a) Memberi kemasan hanya untuk produk yang benar-benar
memerlukan
bungkus
atau
kemasan,
dan
menghindari
pemberian bungkus sebagai penghias.
b) Menyediakan jaringan informasi dengan komputer, tanpa
terlalu banyak kertas yang setelah dibaca akan dibuang.
b. Reuse
a) Memakai halaman belakang kertas untuk surat-surat di kantor.
b) Membudayakan pemakaian kantong belanja yang dapat
digunakan berulang-ulang.
c. Recycle
a) Pendirian UDPK (Usaha Daur Ulang dan Pembuatan Kompos),
yang akan sangat tinggi manfaatnya dalam mereduksi timbulan
sampah.
b) Mengadakan tempat jual beli barang bekas.
2. Penyuluhan dan Bimbingan
Penyuluhan dan bimbingan masyarakat merupakan alternatif yang
dapat dipergunakan untuk mengajak masyarakat bersama pemerintah
dalam upaya kebersihan/ menanggulangi persampahan yang merupakan
salah satu permasalahan yang dihadapi saat ini
Tujuan penyuluhan terbagi kedalam tiga (3) bagian yaitu:
1) Tujuan jangka pendek, terciptanya suatu masyarakat yang mengerti,
memahami akan masalah kebersihan.
2) Tujuan jangka menengah, terciptanya suatu masyarakar yang
mempunyai kesadaran akan kebersihan.
3) Tujuan jangka panjang, terciptanya suatu masyarakat yang menjadikan
kebersihan sebagai suatu kebutuhan.
Materi penyuluhan kebersihan, adalah semua bahan topik yang akan
disampaikan kepada masyarakat penerima penyuluhan kebersihan. Topik
atau materi yang disampaikan adalah :
a) Pengertian sampah, jenis- jenis sampah.
b) Memberikan petunjuk tata cara pengelolaan berbagai jenis sampah.
c) Cara membuang dan memusnahkan sampah.
d) Dampak dan ancaman bila sampah dibiarkan berserakan.
e) Pentingnya membuang sampah pada tempatnya.
f) Pentingnya peran serta masyarakat dalam menanggulangi masalah.
2.5
Hubungan Pengetahuan dan Sikap terhadap Peran serta Masyarakat dalam
Pengelolaan Sampah
2.5.1 Hubungan antara Tingkat Pengetahuan terhadap Pengelolaan Sampah
Tidak terdapat hubungan atau hubungan lemah antara tingkat pengetahuan
dengan pengelolaan sampah di lingkungan masyarakat. Tidak ada hubungan
antara kedua variabel ini dikarenakan responden yang pengetahuannya baik ada
yang pengelolaan sampahnya buruk, tetapi responden yang pengetahuannya
kurang baik ada yang pengelolaan sampahnya sudah baik.
Menurut tim ahli WHO (1984) bahwa pengetahuan diperoleh dari
pengalaman sendiri ataupun pengalaman orang lain. Masyarakat akan
melakukan pengelolaan sampah dengan baik jika melihat tetangganya
melakukan hal serupa. Menurut Lerik (2008) meskipun ibu rumah
tangga
telah mengetahui, belumlah menjamin bahwa ibu tersebut telah melakukan
2.5.2
praktik dengan baik.
Hubungan antara Sikap Masyarakat terhadap Pengelolaan Sampah
Terdapat hubungan antara sikap dengan pengelolaan sampah rumah tangga
di lingkungan masyarakat. Semakin baik sikap, maka disertai juga dengan
semakin baik tindakan. Dapat disimpulkan bahwa hubungan antara sikap
dengan tindakan pengelolaan sampah menunjukkan hubungan rendah.
Menurut Newcomb dalam Notoatmodjo (2007), sikap merupakan kesiapan
atau kesediaan untuk bertindak, dan
bukan
merupakan pelaksana motif
tertentu.
Menurut hasil penelitian masyarakat telah sadar dan memiliki sikap positif
terhadap pemilahan sampah dan daur ulang sampah. Partisipasi rumah
tangga
dalam pemilahan
sampah
tidaklah
terlalu tinggi, tapi jika
disosialisasikan, dapat menghasilkan keuntungan yang besar. Perlu adanya
usaha dari pemerintah untuk menata ulang pemilahan sampah. Untuk meraih
ini, pemerintah harus melakukan kampanye kesadaran tentang konsekuensi
dari kesalahan pengelolaan sampah dan keuntungan dari pemilahan sampah.
.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
1. Tidak terdapat hubungan atau hubungan lemah antara tingkat pengetahuan dengan
pengelolaan sampah di lingkungan masyarakat. Tidak ada hubungan antara kedua
variabel ini dikarenakan responden yang pengetahuannya baik ada yang
pengelolaan sampahnya buruk, tetapi responden yang pengetahuannya kurang
baik ada yang pengelolaan sampahnya sudah baik.
2. Terdapat hubungan antara sikap dengan pengelolaan sampah rumah tangga di
lingkungan masyarakat. Semakin baik sikap, maka disertai juga dengan semakin
baik tindakan. Dapat disimpulkan bahwa hubungan antara sikap dengan tindakan
pengelolaan sampah menunjukkan hubungan rendah.
3.2
Saran
1. Masyarakat perlu lebih meningkatkan kepedulian mengenai masalah sampah yang
dihasilkan oleh tiap-tiap rumah tangga, khususnya mengenai pengelolaan sampah
(non-organik dan residu) sesuai dengan prinsip 4R.
2. Penyuluhan oleh Dinas Kebersihan dan Kesehatan sangat dibutuhkan oleh
masyarakat, mengingat masalah sampah adalah masalah bersama dan sumber
sampah adalah masyarakat.
3. Pemerintah setempat seyogyanya lebih memperhatikan potensi pemanfaatan
sampah rumah tangga, dan menyediakan sarana dan prasarana bagi pemilahan
sampah tingkat desa sebagai sumbangsih meminimalisasi penumpukan sampah di
TPA dan TPS serta mengurangi pencemaran lingkungan akibat sampah.
4. Memberikan penghargaan kepada desa terbersih untuk meningkatkan semangat
masyarakat dalam memelihara kebersihan.
5. Adanya bank sampah disetiap kelurahan.
6. Adanya peraturan disetiap rumah untuk menyetorkan sampah yang dihasilkan
setiap hariya kepada bank sampah.
DAFTAR PUSTAKA
_______. 2010. “Korelasi antara Pengetahuan Masyarakat terhadap Pemilahan Sampah”.
(https://zaifbio.wordpress.com/2010/01/25/korelasi-antara-pengetahuan-dan
sikap-masyarakat-terhadap-pemilahan-sampah-kering-dan-basah-di-desapendem-kecamatan-junrejo-kota-batu/ Online) diakses pada tanggal 15 Maret
2017, pukul 19.05
_______.2012.”Peran
Serta
Masyarakat
dalam
Pengelolaan
Sampah”.
(http://jujubandung.wordpress.com/ Online) diakses pada tanggal 17 Maret
2017, pukul 12:09
Apriliani, Windi. 2016. “Pengertian Sampah dan Jenis-Jenis Sampah”.
(http://ppkmb15tiusd.blogspot.co.id/Online) diakses pada tanggal 10 Maret
2017, pukul 20:15
Lampiran 1
Hasil Wawancara Mengenai Informasi Pengelolaan Sampah (Tim Perwakilan Jambore
Sampah MAN 1 KABUPATEN MALANG)
Narasumber: Shofi Hidayatur Rohmah
Pewawancara : Menurut anda apakah sampah non-organik dapat didaur ulang?
Narasumber
: Menurut saya sampah non-organik dapat di daur ulang kembali, sebagaimana
sampah-sampah lainnya.
Pewawancara : Bagaimana cara pengolahan sampah non-organik?
Narasumber
: Menurut saya cara mengolah sampah non-organik adalah dengan cara
mendaur ulang sampah tersebut, contohnya plastik dapat didaur ulang menjadi
sebuah kerajinan tangan, misalnya payung dari plastik bekas makanan ringan,
tas, bunga, dan sebagainya.
Di Jogja ada cara lain untuk mengolah sampah dengan meniru di daerah
Canada yaitu dengan cara sampah dari bungkus makanan ringandimasukkan
ke dalam sampah botol plastic sampai penuh selanjutnya akan dipipihkan
menggunakan alat yang nantinya akan dijadikan kursi atau meja.
Di daerah lain sampah diolah dengan diambil gas amoniaknya dan gas
tersebut ditampung disebuah tabung besar dan bisa disalurkan kepada
masyarakat sekitar untuk dijadikan pengganti gas LPG.
Pewawancara : Menurut anda apakah sampah residu dapat didaur ulang?
Narasumber
: Sampah residu tidak dapat di daur ulang tapi dapat dimanfaatkan dengan cara
diambil gas amoniaknya digunakan sebgai pengganti LPG.