Analisa Zat Pengotor Dari Minyak Sawit Mentah Terhadap Waktu Penimbunan Pada Bak Penampungan PT. SaranaAgro Nusantara Unit Belawan Chapter III V

BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metodologi
Pada penentuan kadar kotoran, sampel yang digunakan yaitu CPO yang diambil
dari tangki timbun. CPO yang digunakan harus yang segar dan belum mengalami
proses transportasi dan penyimpanan yang lama. Sampel yang diambil dari bak
penampungan dengan variasi waktu penimbunan 1-5 hari.
3.1.1. Alat–alat
-

Beaker glass

-

Neraca analitik

-

Corong


-

Kertas saring whatman No. 41

-

Oven

-

Desikator

100mL

Pyrex

3.1.2. Bahan
-

N-Heksan


-

Minyak CPO

Universitas Sumatera Utara

3.1.3. Pengambilan Sampel
Sampel CPO yang digunakan merupakan sampel dari industri pengolah CPO yang
belum mengalami proses transportasi dan penyimpanan dalam waktu yang lama.
Dengan demikian, diharapkan komposisi kimia dan kondisi kristal lemak
didalamnya belum mengalami perubahan akibat terjadinya pelelehan dan
kristalisasi lemak yang berulang. Analisis mutu CPO yang baik untuk kadar
kotoran adalah kurang dari 0,027%.

3.2. Prosedur Percobaan
3.2.1. Penentuan Kadar Kotoran
-

Dipanaskan kertas saring kedalam oven selama ± 15 menit


-

Didinginkan didalam desikator

-

Ditimbang berat kertas saring tersebut

-

Ditimbang sampel ± 10 g

-

Dilarutkan sampel dengan n-heksan

-

Disaring sampel tersebut


-

Disiram beaker glass tempat sampel tadi dan kertas saring guna untuk
melarutkan minyak yang menempel (penyiraman dihentikan sampai
minyak larut sempurna)

-

Dimasukkan kertas saring tersebut kedalam oven selama 10 menit

-

Didinginkan didalam desikator

-

Ditimbang berat kertas saring

-


Dihitung kadar kotorannya

Universitas Sumatera Utara

Kadar kotoran/impuritis dinyatakan dengan % berat sebagai berikut :

% kadar kotoran =

� −�


x 100 %….. (2.2)

Keterangan :
C : berat kertas saring dan sisa tidak larut
A : berat kertas saring
S : berat contoh minyak

Universitas Sumatera Utara


BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
4.1.1. Data
Berdasarkan percobaan yang dilakukan diperoleh data kadar kotoran dari
CPO yang berasal dari bak penampungan. Analisis dilakukan dengan variasi
waktu penimbunan 1-5 hari dan dapat dilihat pada Tabel 4.1 di bawah ini.

Tabel 4.1 Data analisa kadar kotoran dari minyak sawit (CPO) pada bak
penampungan dengan variasi waktu penimbunan 1-5 hari
No

Berat Sampel

Berat Kertas

Berat Kertas


Gram

%

Saring

Saring

Kotoran

Kotoran

Sebelum

Setelah

Dikeringkan

Dikeringkan


(g)

(g)

(g)

1

10,0044

0,7190

0,7215

0,0025

0,024

2


10,0123

0,7068

0,7094

0,0026

0,025

3

10,1358

0,7023

0,7049

0,0026


0,025

4

10,2142

0,7011

0,7036

0,0025

0,024

5

10,3527

0,7014


0,7041

0,0027

0,026

Universitas Sumatera Utara

4.1.2 Perhitungan
1. Persentase Kadar Kotoran
% Kadar Kotoran

=

=

0,7190 - 0,7215
10,0044

0,0025
10,0044

� 100%

� 100%

= 0,024 %
Prosedur yang sama diulangi untuk data yang selanjutnya.
4.2. Pembahasan
Dari Tabel 4.1 hasil analisa kadar kotoran pada CPO yang terdapat pada
bak penampungan rata–rata 0,024% sesuai dengan standar mutu yang ada di
pabrik tetapi tidak sesuai dengan standar mutu final produksi.
Penentuan kadar kotoran secara gravimetri, dimana kadar pengotor
dianggap sebagai kotoran dan bahan asing lainnya yang tidak larut dengan pelarut
N–heksan. Namun hasil yang diperoleh setiap kali percobaan mengalami nilai
yang berbeda-beda, yang disebabkan oleh penambahan n–heksan yang berlebih
yang mengakibatkan CPO ada yang keluar dari tempat penyaringannya yang
mengakibatkan nilai kadar kotorannya berkurang. Penentuan kadar kotoran secara
gravimetri dapat dilakukan dengan cara melarutkan CPO dengan pelarut organik,
dimana kotoran yang larut dalam pelarut organik dianggap sebagai zat pengotor
yang terdapat pada CPO. Hal ini dapat terjadi karena adanya perbedaan berat jenis
antara kotoran dan pelarut organik CPO.

Universitas Sumatera Utara

Tingginyakadar kotoran pada bak penampungan disebabkan karena tempat
penimbunantidak dijaga kebersihan atau tidak dijaga dari faktor-faktor pengotor
yang dapat merusak mutu CPO dengan tingginya kadar kotoran CPO pada bak
tersebut. Hal ini dapat dilihat pada CPO yang semakin lama ditimbun pada bak
penampungan semakin tinggi kadar kotorannya. Penimbunan CPO pada bak
penampungan bertujuan untuk mengumpulkan losis minyak dari hasil proses
produksi yang kemudian akan dikembalikan ke stasiun klarifikasi. Waktu
penimbunan yang terlalu lama mengakibatkan peningkatan kadar kotoran karena
minyak sawit mentah yang terdapat dalam bak penampungan terkontaminasi oleh
pengotor–pengotor baik yang berasal dari luar maupun pengotor yang tercampur
dalam minyak sawit mentah itu sendiri. Waktu penimbunan yang lama pada bak
penampungan mengakibatkan sludge atau lumpur yang telah diendapkan
bercampur kembali bersama minyak karena adanya guncangan saat sludge atau
lumpur dari hasil proses produksi masuk kebak penampungan. Selain sludge dan
lumpur yang bercampur kembali dengan minyak, pengotor–pengotor dari
lingkungan juga mengakibatkan peningkatan kadar kotoran minyak sawit mentah
padabak penampungan.
Dari

hasil

percobaan

yang

dilakukan

di

PT.SARANA

AGRO

NUSANTARA UNIT BELAWAN maka diperoleh data hasil kadar kotoran dari
bak penampungan seperti tertera pada lampiran, yang menunjukkan kualitas
minyak sawit. Kualitas minyak sawit cenderung naik turun, tetapi mutu minyak
sawit masih dalam standar mutu yang ditetapkan oleh pabrik.

Universitas Sumatera Utara

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis yang dilakukan dengan metode gravimetri, diperoleh rata–rata
maksimal kadar kotoran dalam CPO pada bak penampungan dengan variasi waktu
penimbunan 1-5 hari adalah hari pertama kadar kotorannya 0,024 %, hari kedua
kadar kotorannya 0,025 %, hari ketiga kadar kotorannya 0,025 %, hari keempat
kadar kotorannya 0,024 % dan hari kelima kadar kotorannya 0,026 %. Semakin
lama waktu penimbunan semakin banyak kadar kotoran yang terdapat pada
minyak sawit mentah.

5.2 Saran
Untukmemperoleh hasil yang lebih baik, pekerjaan selanjutnya disarankan untuk
melakukan hal-hal berikut :
1.Diharapkan agar penentuan kadar kotoran pada minyak sawit mentah tidak
hanya dilakukan dengan metode gravimetri, tetapi dengan menggunakan alat
yang lebih tinggi ketelitiannya seperti spektrofotometer agar hasil yang
diperoleh lebih akurat.
2.Diharapkan agar dilakukan pembersihan secara berkala pada bak penampungan
agar tidak merusak minyak sawit mentah yang terdapat dalam bak
penampungan.

Universitas Sumatera Utara