Analisa Mutu Produk Minyak Sawit Berdasarkan Metode Kaizen di PT. Perkebunan Nusantara III Pabrik Kelapa Sawit Aek Nabara Selatan

(1)

ANALISA MUTU PRODUK MINYAK SAWIT

BERDASARKAN METODE KAIZEN DI PT. PERKEBUNAN

NUSANTARA III PABRIK KELAPA SAWIT

AEK NABARA SELATAN

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

IRMA JULIYANTY SIREGAR

NIM. 080423007

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2011


(2)

ANALISA MUTU PRODUK MINYAK SAWIT

BERDASARKAN METODE KAIZEN DI PT. PERKEBUNAN

NUSANTARA III PABRIK KELAPA SAWIT

AEK NABAPRA SELATAN

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

Irma Juliyanty Siregar

NIM. 080423007

Disetujui Oleh:

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

(Ir. Khawarita Siregar, MT) (Buchari, ST, M.Kes)

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2011


(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur yang tidak terhingga penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas sarjana ini yang berjudul “Analisa Mutu Produk Minyak Sawit Berdasarkan Metode Kaizen di PT. Perkebunan Nusantara III Pabrik Kelapa Sawit Aek Nabara Selatan”.

Tugas sarjana ini dibuat sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian Sarjana pada Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Penulis sadari bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan sehingga penulis mengharapkan saran dari berbagai pihak demi kesempurnaan laporan Tugas Sarjana ini. Penulis berharap agar Tugas Sarjana ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Penulis Medan, Juni 2011


(4)

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji dan syukur yang tidak terhingga penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas sarjana ini dengan baik. Selesainya laporan ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dengan baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada:

1. Ibu Ir. Khawarita, MT, selaku Ketua Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT, selaku Sekretaris Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Ir. Khawarita, MT selaku dosen pembimbing I dan Bapak Buchari,ST,M.Kes selaku dosen pembimbing II yang selalu membantu dan memberikan bimbingan yang sangat berarti demi terselesainya Tugas Sarjana ini.

4. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

5. Ir. Amri Siregar, selaku Direktur Utama di PT. Perkebunan Nusantara III. 6. Bapak Lukman Panjaitan, selaku Manajer Unit PT. Perkebunan Nusantara

III Pabrik Kelapa Sawit Aek Nabara Selatan.

7. Bapak Bambang Listiobudi, selaku Masinis Kepala PT. Perkebunan Nusantara III Pabrik Kelapa Sawit Aek Nabara Selatan.


(5)

8. Seluruh Karyawan / karyawati di PT.Perkebunan Nusantara III Pabrik Kelapa Sawit Aek Nabara Selatan yang telah banyak membantu dan memberikan keterangan secara langsung.

9. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Drs. Hamkanuddin Siregar dan Ibunda Nurminah Daulay BA serta adek-adekku M.Syukri Hanafiah Siregar dan Fahmi Hasian Siregar dan keluarga lainnya yang telah memberikan dukungan, materi, motivasi dan doa tulus yang sangat berarti bagi saya dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.

10.Teman-teman seperjuangan di Teknik Industri : Rina, Yanti, Siska, Fery, Hendra, Doly, Hasan serta teman-teman mahasiswa Teknik Industri Ekstensi stambuk 2008 yang tidak tersebutkan satu persatu lagi, terima kasih atas dukungannya selama ini. Semuanya harus semangat.

11.Teman-teman lain yang diluar kampus yang telah memberikan motivasi kepada penulis. Terima kasih atas dukungannya

12.Kepada Ali Mashur Jamhuri yang telah memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis.

13.Kepada Sri, wilda, Yusmi, dan tuti yang telah memberikan dukungan selamana ini.

14.Seluruh teman-teman mahasiswa Teknik Industri Ekstensi stambuk 2008.

Medan, Juni 2011


(6)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL DAFTAR ISI ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

I PENDAHULUAN ... I-1

1.1. Latar Belakang Permasalahan ... I-1 1.2. Perumusahan Masalah. ... I-4 1.3. Tujuan Penelitian ... I-5 1.4. Manfaat Penelitian ... I-5 1.5. Asumsi dan Batasan Masalah ... I-6 1.6. Sistematika Penulisan Tugas Sarjana ... I-6

II GAMBARAN PERUSAHAAN ... II-1

2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1 2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-2


(7)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

2.3. Lokasi Perusahaan ... II-2 2.4. Daerah Pemasaran ... II-2 2.5. Proses Produksi ... II-3 2.5.1. Standard Mutu Produk ... II-4 2.5.2. Bahan yang Digunakan ... II-7 2.5.2.1. Bahan Baku ... II-7 2.5.2.2. Bahan Tambahan ... II-8 2.5.2.3. Bahan Penolong ... II-8 2.5.3. Uraian Proses Produksi ... II-9 2.5.3.1. Stasiun Penerimaan TBS (Tandan Buah Segar) ... II-10 2.5.3.2. Stasiun Loading Ramp ... II-13 2.5.3.3. Stasiun Rebusan (Sterilizer) ... II-14 2.5.3.4. Stasiun Penebah (Theressing) ... II-18 2.5.3.5. Stasiun Pengempaan (Pressing) ... II-21 2.5.3.6. Stasiun Klarifikasi (Clarification Station) ... II-24 2.5.3.7. Stasiun Kernel (Kernel Plant) ... II-29 2.5.4. Mesindan Peralatan ... II-37 2.5.4.1. Mesin ... II-37 . 2.5.4.2. Peralatan ... II-51


(8)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

2.6. Organisasi dan Manajemen ... II-52 2.6.1. Struktur Organisasi Perusahaan ... II-52 2.6.2. Pembagian Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab ... II-54 2.6.3. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-73 2.6.3.1. Jumlah Tenaga Kerja ... II-73 2.6.3.2. Jam Kerja ... II-74 2.6.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya ... II-74

III LANDASAN TEORI ... III-1

3.1. Kualitas ... III-1 3.2. Pengendalian Kualitas ... III-2 3.3. Alat Pengendalian Kualitas ... III-5 3.4. Pengertian Kaizen ... III-11 3.5. GembaKaizen ... III-13 3.5.1. Konsep Utama Kaizen ... III-13 3.5.1.1. Kaizen dan Manajemen ... III-14 3.5.1.2. Siklus PDCA/SDCA ... III-15 3.5.1.3. Proses Versus Hasil ... III-16 3.5.1.4. Mengutamakan Kualitas ... III-16 3.5.1.5. Berbicara Dengan Data ... III-17


(9)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

3.5.1.6. Proses Berikut Adalah Konsumen ... III-17 3.6. Prinsip-prinsip GembaKaizen ... III-19 3.7. Ancangan Kaizen Dalam Pemecahan Masalah ... III-20 3.8. Implikasi Pengendalian Mutu Dalam Kaizen ... III-21 3.8.1. Kaizen dan Pengendalian Mutu Terpadu (PMT) ... III-23 3.8.2. Kaizen dan Sistem Saran ... III-24 3.8.3. Kaizen dan Persaingan ... III-26 3.9. Langkah-langkah Pemecahan Masalah Dengan Metode Kaizen ... III-26 3.10 Langkah-langkah Pemeliharaan Tempat Kerja (5S). ... III-28 3.11. Implementasi GembaKaizen ... III-32

IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... IV-1 4.2. Rancangan Penelitian ... IV-1 4.3. Instrumen Penelitian ... IV-1 4.4. Variabel Penelitian ... IV-2 4.5. Objek Penelitian ... IV-2 4.6. Pengumpulan Data ... IV-2 4.7. Pengolahan Data ... IV-3


(10)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

4.8. Analisa Pemecahan Masalah ... IV-4 4.9. Kesimpulan dan Saran ... IV-5 4.10. Kerangka Konseptual ... IV-7

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1

5.1. Pengumpulan Data ... V-1 5.2. Pengolahan Data ... V-3

VI ANALISA PEMECAHAN MASALAH ... VI-1

6.1. Analisis ... VI-1 6.1.1. Analisis Histogram ... VI-1 6.1.2. Analisis Pareto Diagram ... VI-1 6.1.3. Analisis Scatter Diagram ... VI-3 6.1.4. Analisis Cause and Effect Diagram ... VI-4 6.2. Evaluasi ... VI-7 6.2.1. Evaluasi Histogram ... VI-7 6.2.2. Evaluasi Pareto Diagram ... VI-7 6.2.3. Evaluasi Scatter Diagram ... VI-8 6.2.4. Evaluasi Cause and Effect Diagram ... VI-8 6.3. Usulan Perencanaan Perbaikan ... VI-9


(11)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

6.4. Siklus PDCA (Plan-Do-Check-Action) ... VI-10 6.5. Langkah-langkah Pemecahan Masalah ... VI-13 6.6. Penerapan 5S di Lingkungan Pabrik ... VI-17 6.7. Penghapusan (Muda) ... VI-23 6.8. Standarisasi ... VI-24

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1 7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-5

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

2.1. Standar Mutu Minyak Sawit ... II-5 2.2. Standar Mutu Inti Sawit ... II-6 2.3. Kriteria Kematangan TBS, Persyaratan Mutu dan Komposisi

Panen yang Ideal ... II-12 2.4. Susunan dan Jumlah Tenaga Kerja PTPN III PKS Aek Nabara

Selatan ... II-73 5.1. Jumlah Kerusakan Minyak Kelapa Sawit ... V-2 5.2. Total Kerusakan Untuk Produk Minyak Kelapa Sawit ... V-3 5.3. Check Sheet Kerusakan Minyak Kelapa Sawit ... V-4 5.4. Pengurutan Total Jumlah Kerusakan Minyak Kelapa Sawit ... V-7 5.5. Jumlah Kerusakan Kadar ALB yang Tinggi dan Kadar Air yang

Tinggi Pada Minyak Kelapa Sawit... V-8 5.6. Data Perhitungan Koefisien Korelasi Antara Kerusakan Minyak

Akibat Kadar ALB Tinggi dan Kadar Air Tinggi ... V-10 6.1. Pengurutan Jumlah Kerusakan Minyak Kelapa Sawit ... VI-2 6.2. Rencana Penanggulangan Jenis Kerusakan Minyak Kelapa Sawit... VI-14 6.3. Pelaksanaan Penanggulangan Jenis Kerusakan Minyak Kelapa


(13)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Block Diagram Uraian Proses Pengolahan Minyak Kelapa

sawit ... II-9 2.2. Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara III Pabrik

Kelapa Sawit Aek Nabara Selatan ... II-53 3.1. Histogram ... III-6 3.2. Pareto Diagram ... III-6 3.3. Scatter Diagram ... III-7 3.4. Cause and Effect Diagram ... III-8 3.5. Siklus PDCA (plan-do-check-action) ... III-15 3.6. Siklus SDCA (standardize-do-check-action)... III-15 3.7. Pandangan Terhadap Fungsi Tugas, Inovasi dan Kaizen ... III-19 3.8. Bangunan Manajemen Gemba ... III-32 4.1. Block Diagram Pengolahan Data ... IV-4 4.2. Diagram Langkah Penelitian ... IV-6 4.3. Kerangka Konseptual ... IV-8 5.1. Histogram Kerusakan Minyak Kelapa Sawit... V-6 5.2. Diagram Pareto Kerusakan Minyak Kelapa Sawit ... V-7 5.3. Scatter Diagram Kerusakan Minyak Akibat Kadar ALB Tinggi

Dan Kadar Air Tinggi ... V-12 5.4. Cause and Effect Diagram Kerusakan Kadar ALB Tinggi ... V-13


(14)

DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)

GAMBAR HALAMAN

5.5. Cause and Effect Diagram Kerusakan Kadar Air Tinggi ... V-13 5.6. Peta Kontrol Kadar ALB Tinggi ... V-15 5.7. Peta Kontrol Kadar Kotoran Tinggi ... V-17 5.8. Peta Kontrol Kadar Air Tinggi ... V-18 6.1. Histogram Kerusakan Minyak Kelapa Sawit... VI-1 6.2. Diagram Pareto Kerusakan Minyak Kelapa Sawit ... VI-2 6.3. Cause and Effect Diagram Kerusakan Kadar ALB Tinggi ... VI-4 6.4. Cause and Effect Diagram Kerusakan Kadar Air Tinggi ... VI-6 6.5. Siklus PDCA ... VI-10


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

1. Surat Permohonan Tugas Sarjana ... L.1 2. Surat Penjajakan ke Perusahaan ... L.2 3. Surat Balasan dari Perusahaan ... L.3 4. SK Tugas Sarjana ... L.4 5. Lembar Asistensi Dosen Pembimbing ... L.5


(16)

ABSTRAK

Perkembangan industri pengolahan kelapa sawit di wilayah Sumatera Utara saat ini meningkat dengan sangat cepat. Perkembangan antar industri pabrik kelapa sawit ini memunculkan persaingan yang sangat kompetitif antar perusahaan. Salah satunya adalah kualitas produk yang sangat mempengaruhi kedudukan perusahaan dalam persaingan industri. Untuk menghadapi persaingan yang sangat ketat ini, setiap perusahaan dituntut untuk perlu melakukan pemeriksaan yang ketat terhadap kualitas produk. PT. Perkebunan Nusantara III Pabrik Kelapa Sawit Aek Nabara Selatan adalah perusahaan yang bergerak dalam industri manufaktur yang memproduksi Minyak Kelapa Sawit. Permasalahan yang sering timbul di lantai produksi terutama di bagian pengolahan yaitu, produk jadi yang tidak memenuhi standar (rusak).

Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengurangi kerusakan produk di proses-proses pengolahan produksi selanjutnya, memberikan usulan dan rencana perbaikan mutu produk jadi.

Untuk mendukung pemecahan masalah ini, peneliti menggunakan metode

kaizen. Kaizen merupakan konsep Jepang yang berarti perbaikan proses secara terus menerus untuk selalu meningkatkan mutu dan produktivitas output. Penelitian ini dilakukan terbatas pada studi penerapan kaizen menggunakan seven tools pada bagian proses produksi dan analisis penerapan 5S, pemborosan (Muda), serta standarisasi yang dapat diterapkan perusahaan di lantai pabrik.

Dari hasil diperoleh pada histogram yang diperoleh dari check sheet,

pareto diagram terlihat kerusakan yang terjadi dibagian pengolahan kerusakan terbesar adalah adanya kadar asam lemak bebas (ALB) yang tinggi (40,11%), dan diikuti dengan kadar air yang tinggi (33,86%) dan kadar kotoran yang tinggi (26,03%). Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapati kerusakan yang paling besar adalah adanya kadar asam lemak bebas (ALB) yang tinggi. Serta adanya penerapan 5 S, penghapusan pemborosan (Muda) dan pembuatan standarisasi. Faktor penyebab terjadinya kerusakan minyak kelapa sawit ini adalah faktor bahan baku, manusia, lingkungan, mesin dan metode kerja.


(17)

ABSTRAK

Perkembangan industri pengolahan kelapa sawit di wilayah Sumatera Utara saat ini meningkat dengan sangat cepat. Perkembangan antar industri pabrik kelapa sawit ini memunculkan persaingan yang sangat kompetitif antar perusahaan. Salah satunya adalah kualitas produk yang sangat mempengaruhi kedudukan perusahaan dalam persaingan industri. Untuk menghadapi persaingan yang sangat ketat ini, setiap perusahaan dituntut untuk perlu melakukan pemeriksaan yang ketat terhadap kualitas produk. PT. Perkebunan Nusantara III Pabrik Kelapa Sawit Aek Nabara Selatan adalah perusahaan yang bergerak dalam industri manufaktur yang memproduksi Minyak Kelapa Sawit. Permasalahan yang sering timbul di lantai produksi terutama di bagian pengolahan yaitu, produk jadi yang tidak memenuhi standar (rusak).

Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengurangi kerusakan produk di proses-proses pengolahan produksi selanjutnya, memberikan usulan dan rencana perbaikan mutu produk jadi.

Untuk mendukung pemecahan masalah ini, peneliti menggunakan metode

kaizen. Kaizen merupakan konsep Jepang yang berarti perbaikan proses secara terus menerus untuk selalu meningkatkan mutu dan produktivitas output. Penelitian ini dilakukan terbatas pada studi penerapan kaizen menggunakan seven tools pada bagian proses produksi dan analisis penerapan 5S, pemborosan (Muda), serta standarisasi yang dapat diterapkan perusahaan di lantai pabrik.

Dari hasil diperoleh pada histogram yang diperoleh dari check sheet,

pareto diagram terlihat kerusakan yang terjadi dibagian pengolahan kerusakan terbesar adalah adanya kadar asam lemak bebas (ALB) yang tinggi (40,11%), dan diikuti dengan kadar air yang tinggi (33,86%) dan kadar kotoran yang tinggi (26,03%). Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapati kerusakan yang paling besar adalah adanya kadar asam lemak bebas (ALB) yang tinggi. Serta adanya penerapan 5 S, penghapusan pemborosan (Muda) dan pembuatan standarisasi. Faktor penyebab terjadinya kerusakan minyak kelapa sawit ini adalah faktor bahan baku, manusia, lingkungan, mesin dan metode kerja.


(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan

Di era globalisasi saat ini setiap perusahaan baik perusahaan yang bergerak

dibidang manufaktur maupun jasa harus mampu bersaing dalam menghadapi pasar

yang kompetitif, Karena itu perusahaan dituntut untuk selalu meningkatkan

kinerjanya agar dapat beroperasi pada tingkat biaya yang rendah sehingga dapat terus

bertahan dan berkembang. Perbaikan proses produksi juga perlu dilakukan secara

berkesinambungan dan terus-menerus agar pemborosan material dan waktu dapat

diperkecil. Dalam persaingan global, konsumen menginginkan produk yang bermutu

tinggi, sangat fungsional, dan berharga murah.

Mutu merupakan syarat utama bagi konsumen dalam pemilihan barang untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kemampuan daya belinya. Perusahaan harus dapat memenuhi mutu diinginkan pelanggan untuk dapat bersaing dengan perusahaan lain yang sejenis. Perusahaan harus berusaha untuk menjaga standar mutu yang ada untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Apabila mutu produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar mutu, maka akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan dan juga bagi pelanggan. Akibat yang lebih parah adalah akan menyebabkan turunnya kepercayaan pelanggan terhadap produk yang dihasilkan oleh perusahaan.

Peningkatan kualitas produksi perusahaan keseluruhan dapat dilakukan dengan penurunan jumlah produk yang mengalami kerusakan atau cacat produk


(19)

serta menghilangkan pemborosan berupa pengerjaan ulang akibat kerusakan produk secara terus menerus. Dengan demikian proses produksi yang memperhatikan kualitas akan menghasilkan produk berkualitas yang bebas dari kerusakan, ini berarti menghindarkan dari terjadinya pemborosan dan efisiensi sehingaan ongkos produksi akan menjadi rendah, yang pada gilirannya akan membuat harga produk menjadi lebih kompetitif.

Namun pada kenyataannya di PT. Perkebunan Nusantara III Pabrik Kelapa Sawit Aek Nabara Selatan masih ada produk-produk yang tidak memenuhi standar dan dikategorikan sebagai produk cacat yaitu kadar asam lemak bebas (ALB) lebih dari 3,5%, kadar kotoran lebih dari 0,02% dan kadar air lebih dari 0,15% yang diakibatkan oleh bahan baku, manusia (operator), lingkungan, manusia, dan metode kerja. Kenyataannya, perusahaan belum mampu menerapkan sistem kerja yang dapat mengurangi kecacatan/kerusakan produk dalam melakukan proses produksi. Hal ini berimbas kepada tingginya tingkat kecacatan/kerusakan produk baik produk yang masih dalam proses maupun yang sudah jadi akhir.

Perusahaan masih menerapkan sistem kendali kualitas untuk minyak yang tidak memenuhi kualifikasi, dengan menggunakan sistem pemeriksaaan visual untuk menilai tingkat kecacatan produknya, misalnya pada proses produksi minyak masih sering ditemukan kadar kotoran, kadar air, kadar asam lemak yang tidak memenuhi standard mutu perusahaan namun karena hanya diperiksa secara manual oleh pekerja sehingga diperoleh produk minyak yang tidak memenuhi kualifikasi.


(20)

Sistem kerja yang masih terbilang konvensional inilah yang dianggap sebagai faktor penyebab utama tingkat kecacatan produk. Selain itu, perubahan juga tidak melibatkan keseluruhan elemen manajemen perusahaan dalam menanggulangi kerusakan produk minyak.

Berkaitan dengan kondisi diatas, maka perlu diadakan kegiatan analisa produksi di PT. Perkebunan Nusantara III Pabrik Kelapa Sawit Aek Nabara Selatan dengan menggunakan konsep kaizen (penyempurnaan secara terus menerus) serta pemeliharaan tempat kerja untuk menghasilkan perbaikan dan peingkatan kualitas dari produk yang dihasilkan.

Konsep kaizen merupakan salah satu metode yang dapat menyelesaikan masalah tersebut, karena pada dasarnya konsep kaizen ini dikembangkan oleh adanya kesadaran akan timbulnya masalah. Konsep kaizen menghasilkan pemikiran yang berorientasi pada proses karena proses harus terus diperbaiki. Selain itu kaizen juga berorientasi pada manusia yang ditujukan pada usaha manusia untuk memperbaiki proses produksi dengan tiga aturan dasar kaizen yaitu penghapusan pemborosan (muda), penataan atau 5S, dan standarisasi.

Oleh karena itu diperlukan perbaikan sistem kerja yang mampu meningkatkan efektifitas perusahan. Metode Kaizen sebagai salah satu metode usulan perbaikan kerja yang sangat sesuai untuk diterapkan di PT. Perkebunan Nusantara III Pabrik Kelapa Sawit Aek Nabara dengan memfokuskan kegiatannya pada perbaikan sistem kerja dan keterlibatan manajemen. Untuk meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan.


(21)

1.2. Perumusan Masalah

Yang menjadi pokok permasalahan dalam penulisan Tugas Sarjana ini adalah masih terdapat kecacatan produk atau mutu produk yang tidak memenuhi standar dan mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kecacatan pada produk serta tindakan terhadap tingginya tingkat kecacatan produk minyak. Diharapkan dengan metode kaizen ini perbaikan mutu produk jadi dapat terealisasi di PT.Perkebunan Nusantara III PKS Aek Nabara Selatan.

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini terbagi atas tujuan umum dan tujuan khusus yakni : 1. Tujuan Umum:

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengurangi jumlah kecacatan pada produk minyak sawit dengan memberikan upaya perbaikan dengan menggunakan konsep kaizen di PT. Perkebunan Nusantara III Pabrik Kelapa Sawit Aek Nabara Selatan.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi parameter jenis kecacatan yang paling besar

b. Mengidentifikasi proses yang menyebabkan kecacatan produk yang paling

dominan

c. Menerapkan filosofi 5S Kaizen kepada seluruh pekerja tentang pentingnya menjaga kualitas produk dan proses


(22)

d. Memberikan upaya tindakan pada perusahaan dalam peningkatan mutu

produk pada proses produksi dengan konsep kaizen di PT.Perkebunan

Nusantara III Pabrik Kelapa Sawit Aek Nabara Selatan.

1.4.Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi oleh pihak perusahaan untuk selalu melakukan perbaikan mutu produk.

2. Menyempurnakansistem kendali mutu produk yang telah ada sebelumya. 3. Mengurangi kerusakan produk diproses – proses pengolahan produksi dan

merencanakan perbaikan mutu produk.

4. Memberikan masukan pada perusahaan dalam peningkatan mutu produk melalui ususlan perbaikan proses produksi dengan konsep kaizen.

1.5.Asumsi dan Batasan Masalah

Adapun asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Proses produksi beroperasi secara normal dan dalam kondisi standar

2. Sistem kerja dan fasilitas yang ada belum berubah selama pemeriksaan berlangsung

3. Keseluruhan data yang diperoleh dari perusahaan maupun sumber lainnya dianggap benar dan telah diteliti kewajarannya


(23)

Pembatasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pemecahan masalah dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara III Pabrik Kelapa Sawit Aek Nabara pada bagian produksi

2. Ruang lingkup masalah yang akan dipecahkan adalah pengendalian kecacatan produk minyak yang diamati di bagian produksi

3. Masalah yang diteliti berfokus pada kualitas produk yang dipengaruhi oleh kadar air, kadar kotoran dan kadar asam lemak bebas (ALB).

1.6.Sistematika Penulisan Tugas Sarjana

Untuk memudahkan penulisan, pembahasan dan penilaian Tugas Sarjana ini, maka dalam pembuatannya akan dibagi menjadi beberapa bab dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Memuat tentang latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan pemecahan masalah, manfaat penelitian, batasan masalah dan asumsi serta sistematika penulisan laporan.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Memaparkan secara singkat tentang gambaran dari objek penelitian, yaitu Sejarah PT. Perkebunan Nusantara III Pabrik Kelapa Sawit Aek Nabara Selatan, Organisasi, Manajemen dan Uraian proses.


(24)

BAB III LANDASAN TEORI

Menyajikan dasar teori dan metode yang digunakan sebagai dasar dan alat untuk memecahkan masalah. Teori yang digunakan adalah teori yang membahas tentang pengendalian mutu untuk mengurangi kecacatan produk sedangkan metode yang digunakan adalah metode

kaizen.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Mengemukakan tentang urutan langkah-langkah dalam pemecahan masalah dan penjelasan secara garis besar bagaimana langkah pemecahan persoalan dengan menggunakan metode yang digunakan.

BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Menjabarkan metode pengumpulan data dan penyelesaian /pengolahan data dengan menggunakan konsep kaizen pada perusahaan ini.

BAB VI ANALISA PEMECAHAN MASALAH

Bab ini menganalisa hasil dari pengolahan data dan mengidentifikasi pemecahan masalah untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan yang dibutuhkan perusahaan.


(25)

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan berisi tentang pokok-pokok hasil penelitian dan uraian singkat hasil analisa yang dilakukan. Sedankan saran berisi tindak lanjut dari hasil penelitian yang telah dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(26)

BAB II

GAMBARAN PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

PT. Perkebunan Nusantara III pabrik kelapa sawit Aek Nabara Selatan dibangun pada tahun 1978 dengan kapasitas pengolahan 60 ton/jam terletak di kecamatan Bila Hulu, Kabupaten Labuhan Batu dengan ketinggian 37 meter diatas permukaan laut dan berjarak 307 km dari kota Medan, dengan luas areal

7 Ha terdiri dari luas areal pabrik 4 Ha dan luas areal 3 Ha.

Menghunjuk surat direksi No : III.10/SKPTS/550/2003 tanggal 10 November 2003 terhitung mulai tanggal 1 Desember 2003, ditetapkan bahwa pengawasan pengelolaannya oleh Manajer PKS Aek Nabara Selatan dibawah struktur organisasi Distrik Labuhan Batu-III.

Berdasarkan peraturan pemerintah RI No 8 tahun 1996, maka tanggal 14 Pebruari 1996, pengelolaan PKS Aek Nabara Selatan dialihkan kepada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan dibawah pengawasan kebun Aek Nabara Selatan yang selanjutnya oleh manajemen PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) sesuai surat keputusan direksi No : III.10/SKPTS/R/47/1999 tanggan 26 maret 1999 ditetapkan bahwa pengawasan pengelolaannya dialihkan dari kebun Aek Nabara Selatan kepada Manajer PKS Rayon-B (PRB). Kemudian pada tahun 2003, berdasarkan SK Direksi No.III.10/SKPTS/SR/550/2003 tanggal 10 November 2003, terhitung mulai tanggal 1 Desember 2003 ditetapkan bahwa


(27)

pengawasan pengelolaannya diserahkan kepada manajer PKS Aek Nabara Selatan.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT. Perkebunan Nusantara III Pabrik Kelapa Aek Nabara Selatan adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri pengolahan pengolahan sawit. Adapun ruang lingkup bidang usaha pada perusahaan ini adalah :

1. Tandan Buah Segar menjadi Crude Palm Oil/CPO (Minyak Sawit) 2. Tandan Buah Segar menjadi Kernel (Inti Sawit)

2.3. Lokasi Perusahaan

PT. Perkebunan Nusantara III Pabrik kelapa sawit Aek Nabara Selatan berada di jalan lintas barat sumatera diantara Rantau parapat – Kota Pinang yang terletak di kecamatan Bila Hulu, Kabupaten Labuhan Batu Selatan dengan ketinggian 37 meter diatas permukaan laut dan berjarak 307 km dari kota Medan. Areal atau lokasi PKS ini merupakan salah satu faktor yang menentukan kelangsungan usaha dapat berjalan dengan baik.

2.4. Daerah Pemasaran

Pemasaran produk hasil pengolahan kelapa sawit dilakukan oleh pihak direksi PT. Perkebunan Nusantara III PKS Aek Nabara Selatan menerima pesanan CPO dan Kernel sesuai dengan kontrak yang telah disepakati oleh Direksi dengan pelanggan.


(28)

PKS Aek Nabara Selatan mempunyai beberapa daerah pemasaran produk yang dihasilkan mereka diantaranya diekspor keluar negeri seperti ke Jerman, Belanda, Jepang, Amerika Serikat, Australia, Korea Selatan dan Malaysia, melalui pelabuhan Belawan dan sebagian produk dipasarkan didalam negeri antara lain dipasarkan ke Medan, Surabaya dan Jakarta.

2.5. Proses Produksi

Dalam pengolahan tandan buah sawit ini menghasilkan dua jenis produk, yaitu : Minyak Sawit (Crude Palm Oil) dari hasil olahan daging buah dan Inti Sawit (Palm Kernel) yaitu inti yang dihasilkan dari pengolahan biji (Nut).

PT. Perkebunan Nusantara III Pabrik Kelapa Sawit Aek Nabara Selatan merupakan unit pengolahan TBS menjadi minyak sawit (Crude Palm Oil) dan Inti sawit. Bahan baku yang digunakan berasal dari kebun seinduk maupun dari pihak III, salah satu faktor untuk menghasilkan produk CPO maupun inti yang memiliki kualitas dan kuantitas baik, bahan baku yang digunakan harus memenuhi kriteria matang buah. Hal pokok yang perlu diperhatikan dalam pengolahannya adalah efisiensi, lossis dan manajemen pengolahan. Pada prinsipnya pengolahan kelapa sawit ditujukan untuk menghasilkan minyak yang terkandung dalam buah semaksimal mungkin dengan menekan lossis.

Proses produksi diartikan sebagai kegiatan yang mengubah masukan berupa bahan baku (input) menjadi keluaran (output) yang berupa produk/hasil. Teknologi, mesin, dan peralatan serta berbagai cara kerja direncanakan dan digunakan untuk proses produksi.


(29)

2.5.1. Standard Mutu Bahan/ Produk

Standar mutu dari produk yang dihasilkan PT. Perkebunan Nusantara III Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Aek Nabara Selatan disesuaikan dengan spesifikasi standar mutu internasional. Hal ini dilakukan agar produk yang dihasilkan pihak pabrik dapat diterima di pasar nasional maupun internasional. Jadi untuk meningkatkan daya saing, minyak sawit dan inti sawit yang dihasilkan harus memenuhi spesifikasi mutu. Mutu FFB (Fresh Fruit Bunch) adalah suatu ukuran mutu yang sangat penting karena mempengaruhi dari proses ekstraksi minyak (ektraksi minyak dan kehilangan) dan mutu dari hasil minyak. Minyak yang maksimum dapat dihasilkan dengan kematangan FFB yang optimum.

Ada tiga komponen kualitas yang dipakai sebagai standar dalam pengendalian mutu minyak sawit di PTPN III Aek Nabara Selatan yaitu:

1. Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) 2. Kadar Air

3. Kadar Kotoran

Analisa mutu produksi dilakukan tiap hari untuk mengetahui kualitas bahan, kualitas produk yang dihasilkan dan dikirim sudah sesuai dengan norma (mutu yang diharapkan), sehingga dapat diterima pasar diketahui seberapa kehandalan pabrik dalam mendapatkan minyak dan inti sesuai ISO 9000.

1. Mutu Minyak

Pengambilan sampel dilakukan setiap 1 jam, dimulai setelah 1 jam pabrik beroperasi/mengolah.


(30)

Pengambilan sampel dilakukan pada :

a. Minyak masuk ke Oil Tank

b. Minyak masuk ke Oil Purifier

c. Minyak masuk ke Vacum Dryer

d. Minyak masuk ke Storage Tank

e. Minyak masuk ke truk tangki saat pengiriman

Standar mutu produk yang ditetapkan PTPN III Pabrik Kelapa Sawit Aek Nabara Selatan adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1. Standar Mutu Minyak Sawit

No. Parameter Produksi (%) Eksport(%)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Asam lemak bebas Kadar air

Kadar kotoran

Nilai peroksida (peroxide value) Nilai anisidin (anisidine value) Kandungan besi (iron content)

Kandungan tembaga (copper content)

DOBI Bilangan Iod Titik cair 3,50 0,15 0,02 - - - - - - - 5 0,15 0,02 5,00 6,00 3,50 0,05 2,5 5,1 39 – 41

Sumber : PT. Perkebunan Nusantara III Aek Nabara Selatan

2. Mutu inti Sawit

Pengambilan sampel dilakukan setiap 1 jam, dimulai setelah 1 jam pabrik beroperasi/mengolah. Pengambilan sampel dilakukan pada :

a. Dry Kernel Produksi LTDS b. Wet kernel produksi hydrocyclone

c. Kernel masuk ke kernel bulk


(31)

Standar mutu inti sawit yang ditetapkan PT. Perkebunan Nusantara III Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Aek Nabara Selatan adalah sebagai berikut :

Tabel 2.2. Standar Mutu Inti Sawit

No. Parameter Produksi (%) Eksport (%)

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Asam lemak bebas Kadar air Kadar kotoran Inti pecah Kadar Minyak Berubah warna Max. 1,00 Max 7,00 Max. 6,00 Max. 15,0 Max. 49,0 Max. 40 Max 1,00 Max. 7,00 Max. 6,00 Max.15,0 Max. 49,0 Max. 40

Sumber : PT. Perkebunan Nusantara III Aek Nabara Selatan

Kriteria kemasakan TBS kelapa sawit :

1. Fraksi 0 : Tidak boleh ada

2. Fraksi 00 : Tidak boleh ada

3. Fraksi1 : ≤ 20 %

4. Fraksi2 dan Fraksi3 : ≥ 68 %

5. Fraksi4 dan Fraksi5 : ≤ 12,0 %

6. Jumlah berondolan : Min. 8 %

7. Buah busuk/ sakit, janjangan kosong/ sampah : Tidak boleh ada

8. Panjang tangkai : Max. 2,5 %

9. Tangkai panjang (> 2,5 cm) : Tidak boleh ada Persyaratan mutu TBS kelapa sawit yang ditentukan pabrik : 1. Fraksi 00 : Buah luar belum ada membrondol (0 %)

2. Fraksi 0 : Buah luar telah membrondol sampai dengan 12,5 %

3. Fraksi1 : Buah luar telah membrondol diatas 12,5 % sampai dengan 25 % 4. Fraksi2 & 3 : Buah luar telah membrondol diatas 26 % sampai dengan 75 %


(32)

2.5.2. Bahan yang Digunakan

Ada 3 jenis bahan yang digunakan dalam pengelolahan proses produksi pada PT. Perkebunan Nusantara III Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Aek Nabara Selatan ada 3 yaitu bahan baku, bahan penolong dan bahan tambahan.

2.5.2.1. Bahan Baku

Mutu hasil olahan dipengaruhi oleh mutu bahan baku, sedangkan mutu bahan baku dipengaruhi oleh sistem panen. Bahan baku yang telah matang sebaiknya langsung diolah agar kandungan minyaknya tidak berkurang dan kualitas minyak yang dihasilkan tidak menurun.

Oleh karena itu bahan baku yang digunakan adalah Tandan Buah Segar (TBS) yang harus memenuhi standar mutu yang telah ditentukan oleh PTPN-III PKS Aek Nabara Selatan.

2.5.2.2. Bahan Tambahan

Bahan tambahan adalah bahan yang ditambahkan dalam proses produksi dan bercampur dengan bahan baku yang membentuk produk akhir dan diharapkan dapat meningkatkan mutu produk. Dalam hal ini tidak ada bahan tambahan yang digunakan dalam proses produksi pada PT. Perkebunan Nusantara III Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Aek Nabara Selatan.


(33)

2.5.2.3. Bahan Penolong

Bahan penolong adalah bahan yang digunakan dalam proses produksi tetapi tidak terdapat dalam produk akhir yaitu bahan-bahan yang diperlukan dalam memperlancar penyelesaian suatu produk dimana keberadaan bahan penolong ini tidak mengurangi nilai tambah produk yang dihasilkan tersebut, dan bahan penolong ini tidak terdapat pada produk akhir.

Adapun bahan penolong yang digunakan pada PT. Perkebunan Nusantara III Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Aek Nabara Selatan adalah air delusi yang berguna untuk mengurangi kekentalan minyak untuk mempermudah proses selanjutnya.

2.5.3. Uraian Proses Produksi

Ada beberapa tahapan uraian produksi pada PT. Perkebunan Nusantara III Pabrik Kelapa Sawit Aek Nabara Selatan. Adapun tahapan uraian proses produksi tersebut dapat dilihat pada block diagram dibawah ini:


(34)

Stasiun Penerimaan TBS

Stasiun Loading Ramp

Stasiun Rebusan (Sterilizer)

Stasiun Penebahan (Thressing)

Stasiun Pengempaan (Pressing)

Stasiun Pemurnian Minyak (Clarification)

Gambar 2.1. Blok Diagram Uraian Proses Pengolahan Minyak Kelapa Sawit

2.5.3.1. Stasiun Penerimaan TBS (Tandan Buah Segar)

Stasiun penerimaan TBS (Tandan Buah Segar) terdiri atas 2 yakni : a. Jembatan Timbang (Weighting Bridge)

Tujuan dari dilakukannya penimbangan adalah untuk mengetahui produktivitas kebun sehingga memerlukan data berat, asal kebun, bagian, dan blok. Selain TBS, pada jembatan timbangan juga dilakukan penimbangan CPO


(35)

dan inti sawit, janjangan kosong, fiber yang akan dijadikan pupuk untuk Afdeling kebun. Setiap truk pengangkut TBS yang tiba di pabrik ditimbang terlebih dahulu di timbang di Jembatan Timbang untuk memperoleh berat sewaktu berisi (bruto)

dan sesudah dibongkar (tarra ). Selisih antara bruto dengan tarra adalah netto,

yaitu jumlah TBS yang diterima di PKS.

Selain tandan buah segar, pada jembatan timbangan juga dilakukan penimbangan CPO dan inti sawit, janjangan kosong, fiber yang akan dijadikan pupuk untuk Afdeling kebun.

b. Sortasi TBS dan Pemeriksaan Kualitas

Sortasi dilakukan untuk menjamin bahan baku (TBS) yang diterima di pabrik sesuai kriteria yang sudah ditentukan. Sebelum TBS diterima dan diolah pabrik, kualitas buah harus diperiksa tingkat kematangannya secara visual. Kriteria matang panen merupakan faktor penting dalam pemeriksaan kualitas buah di stasiun penerimaan TBS. Perlatan dan bahan yang digunakan untuk melakukan sortasi adalah gancu, skop, blong, timbangan, buku sortasi dan Surat Pengantar Buah (PB.25)

Sortasi tandan buah segar dilakukan di lantai peron loading ramp,sebagai alat untuk menilai mutu panen yang dilaksanakan terhadap setiap kebun dengan sistem sampling satu truk mewakili setiap afdeling, sedangkan untuk pihak TBS di sortir seluruhnya.

Buah disortasi untuk mengetahui mutu buah yang akan diolah yang didasarkan pada jumlah buah yang membrondol sampai di loading ramp yang


(36)

dinyatakan sebagai fraksi. Dimana, fraksi merupakan derajat kematangan FFB yang diterima di pabrik. Adapun derajat kematangan dari FFB sebagai berikut : a. Buah Immature

Buah ini digolongkan sebagai buah yang masih hitam dan karas, tidak ada brondolan yang lepas dari tandan.

b. Buah Unripe

Buah ini digolongkan sebagai buah mentah dan brondolan yang lepas dari tandan kurang dari 10 brondolan.

c. Buah Under Ripe

Buah ini digolongkan sebagai buah mengkal dengan kurang dari 10–24 brondolan yang lepas dari tandan.

d. Buah Normal Ripe

Buah ini digolongkan sebagai buah yang telah matang dengan lebih dari 25 brondolan yang lepas dari tandan.

e. Buah Over Ripe

Buah dengan brondolan yang lepas dari 75% atau masih tertinggal 25%. f. Buah Rotten

Buah yang seluruhnya atau sebagian dari janjangan telah lembek, warnanya hitam dan bau. Buah ini mengandung asam lemak bebas tinggi. Brondolan tinggal 10%.

g. Buah Abnormal


(37)

h. Buah Bruissed

Buah yang memar dan teroksidasi, ini juga mengandung asam lemak bebas (FFA) yang tinggi.

i. Empty Bunch

Buah yang sudah 90% lebih brondolan yang lepas. j. Long Stalk

Tangkai janjangan yang panjangnya lebih dari 2,5 cm, hal ini akan menambah berat saat penimbangan dan menimbulkan looses saat perebusan.

Tabel 2.3. Kriteria Kematangan TBS, Persyaratan Mutu dan Komposisi Panen yang Ideal

Fraksi Derajat kematangan

Buah Luar

membrondol Komposisi panen ideal

00 Sangat mentah Tidak Ada Tidak boleh ada

0 Mentah 0 – 12,5% Tidak boleh ada

1 Kurang matang 12,5% – 25% Max. 20 %

2 & 3 Matang 25% – 75% Min. 68%

4 & 5 Lewat matang 75% - 100% dan buah dalam ikut membrondol

Max. 12%

Sumber : PT.Perkebunan Nusantara III Aek Nabara Selatan

Buah sakit yang tidak bisa membrondol (bangkong/batu/gila) dikenakan finalti sebesar 100%, untuk buah sakit yang dapat membrondol dikenakan finalti sebesar 50% terhadap berat tandan. Fraksi 00, Fraksi 0, sampah, tandan kosong, buah busuk dan buah sakit dipisahkan dan dimusnahkan (dibakar) dengan membuat berita acara disaksikan oleh asisten afdeling pengirim atau yang mewakili dan diterbitkan LK (laporan Ketidaksesuaian). Hasil sortasi panen digunakan untuk menghitung rendemen distribusi tiap-tiap afdeling pemasok dan


(38)

membuat material balance untuk setiap fraksi, tahun tanam dan setiap afdeling kebun.

2.5.3.2. Stasiun Loading Ramp

Buah yang telah selesai ditimbang, dibawa ke loading ramp dan dituang ke tiap-tiap bays dari loading ramp, kemudian diisikan ke dalam lori-lori dengan cara membuka pintu bays yang diatur dengan sistem pintu hydraulic

menggunakan elekromotor yang berfungsi untuk membagi ke dalam lori (tempat buah). Fungsi loading ramp antara lain adalah:

1. Tempat menampung TBS dari kebun sebelum diproses 2. Mempermudah pemasukan TBS ke lori

3. Mengurangi kadar kotoran

Lori merupakan tempat untuk merebus TBS yang berkapasitas ± 2,5 ton TBS. Jumlah lori yang mencukupi merupakan persyaratan awal yang harus dipenuhi agar kapasitas perebusan tercapai. Sistem transfer lori digunakan untuk memfasilitasi gerakan lori mulai didaerah loading ramp sampai ke stasiun rebusan. Peralatan yang digunakan adalah capstand, wesel dan Jhondree.

Kemudian lori buah tersebut ditarik menggunakan tali profelin dengan menggunakan capstand, setelah itu lori didorog masuk ke dalam rebusan menggunakan jhondera.


(39)

2.5.3.3. Stasiun Rebusan (Sterilizer)

Setelah lori penuh berisi TBS, kemudian ditarik dengan menggunakan

capstand dan selanjutnya dimasukkan ke dalam sterilizer, yaitu bejana uap tekan yang digunakan untuk merebus buah. Rebusan adalah bejana uap bertekanan yang digunakan untuk merebus TBS dengan uap (Steam). Steamyang digunakan adalah

saturated steam dengan tekanan 2,8 – 3,0 kg/cm2 pada suhu 1400 yang berasal dari Back Presseure Vessel. PKS Aek Nabara Selatan memiliki 4 unit rebusan.

Lori buah dimasukkan ke dalam stasiun perebusan untuk direbus dengan tujuan :

1. Menurunkan kadar air dalam daging buah

Air yang ada di dalam buah akan menguap akibat pengaruh panas yang tinggi pada proses sterilisasi. Penurunan kadar air sangat penting dalam pengolahan pendahuluan dalam bejana pengaduk (digester) karena mempermudah serat buah terurai antara satu dengan yang lainnya.

2. Menghentikan aktifitas enzim

Sebelum dinonaktifkan buah kelapa sawit mengandung lipase dan oksidase

yang terus bekerja dalam buah. Dalam hal ini enzim lipase bertindak sebagai katalisator dalam pembentuk peroksida yang kemudian berubah menjadi gugus aldehid dan keton. Senyawa terakhir ini jika dioksidasi lagi akan membentuk asam lemak bebas. Untuk menghentikan aktifitas enzim tersebut maka harus dilakukan perebusan minimal pada temperatur 50ºC.


(40)

Di dalam buah terdapat zat-zat polisakarida yang bersifat sebagai zat perekat yang akan terhidrolisa dan pecah menjadi monosakarida yang lain. Hidrolisa tersebut berlangsung pada waktu buah menjadi matang dan dipercepat dengan proses sterilisasi.

4. Melunakkan daging buah (Pericarp)

Pericarp yang telah direbus menjadi lunak dan hal ini mempermudah proses pengempaan. Pericarp ini mudah terlepas dari biji karena ketahan mekanis dari ikatan antara pericarp dengan biji akan menurun sehingga bagian

mesocrap dan biji dapat dilepas satu sama lain di bagian digester dan akan terpisah sempurna di bagian depericarper.

5. Mempersiapkan biji untuk memperoleh inti biji

Kadar air dalam cangkang akan berkurang dengan adanya proses pemanasan dan mengakibatkan elastisitas terhadap benturan saat pada pemecahan biji berkurang.

Siklus perebusan adalah waktu yang diperlukan untuk merebus TBS, ditambah dengan waktu untuk memasukan lori ke rebusan dan mengeluarkannya (Loading and Unloading). Proses perebusan dilakukan dengan sistem 3 puncak, dimana puncak pertama dan kedua bertujuan untuk memberikan tekanan kejut sehingga buah lepas dari tandan serta membuat udara di rebusan agar pemanasan pada masa tahan optimum (temperatur tercapai). Puncak ketiga bertujuan untuk mematang buah dan melunakan daging buah. Waktu yang digunakan untuk perebusan adalah 90 menit, sedangkan waktu untuk satu siklus perebusan 110-120 menit.


(41)

Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam perebusan tripel peak : 1. Persiapan perebusan

Setelah lori-lori dimasukkan kedalam rebusan, pintu ditutup, kran-kran inlet steam, exhaust, dan kondensat ditutup.

2. Deaerasi

Inlet steam dibuka dan kran kondensat dibuka untuk membuang udara-udara yang ada didalam rebusan selama 3 – 5 menit.

3. Puncak 1

Kran kondensat ditutup, inlet steam dibuka sampai mencapai tekanan 1,5 kg/cm2. Setelah tekanan tercapai, kran inlet steam ditutup dank ran kondensat dibuka hingga tekanan mencapai 0 kg/cm2.

4. Puncak 2

Kran kondensat ditutup dank ran inlet steam dibuka hingga mencapai tekanan 2,0 kg/cm2. Setelah mencapai tekanan 2,0 kg/cm2 kran inlet steam ditutup dan kran kondensat dibuka hingga mencapai tekanan 0,5 kg/cm2.

5. Puncak 3

Kran kondensat ditutup dan kran inlet steam dibuka hingga mencapai tekanan 2,8 – 3,0 kg/cm2 . setelah mencapai tekanan tersebut, semua kran ditutup dan ditahan selama 45 menit, kemudian kran exhaust dibuka dan setelah mencapai tekanan 1,0 kg/cm2, kran kondensat dibuka hingga mencapai tekanan 0 kg/cm2.


(42)

Pintu rebusan dibuka dan lori-lori dikeluarkan dengan menggunakan bantuan

capstand.

Faktor – faktor yang mempengaruhi proses perebusan : 1. Tekanan uap dan lama perebusan

Tekanan dan lamanya waktu perebusan sangat penting karena mempengaruhi hasil perebusan dan efisiensi pabrik sendiri. Apabila tekanan dan waktu perebusan tidak cukup dapat menyebabkan beberapa kerugian, yaitu:

a. Buah kurang masak, sebagian brondolan tidak lepas dari tandan (unstriped bunch) yang menyebabkan kerugian minyak dalam janjangan kosong bertambah.

b. Pelumatan pada digaster tidak sempurna, yaitu sebagian daging buah tidak lepas dari biji sehingga mengakibatkan proses pengempaan tidak sempurna dan mengakibatkan kerugian minyak pada fibre.

c. Ampas (fibre) basah yang meyebabkan pembakaran dalam ketel uap tidak sempurna.

Sedangkan apabila perebusan terlalu lama dapat menyebabkan:

a. Buah menjadi memar, kerugian minyak dalam air rebusan (kondensat), dan janjangan kosong bertambah.

b. Merusak mutu minyak dan inti. Losses akibat stasiun rebusan meliputi :

1. USB (Unstrip Bunch)

2. Losses minyak pada air kondensat 3. Inti lengket pada cangkang


(43)

2.5.3.4. Stasiun Penebah (Therressing)

Pada stasiun ini proses yang berlangsung adalah berondolan dipisahkan dari janjangan/tandannya.

Stasiun Theressing ini terdiri dari : a. Alat pengangkut lori (HoistingCrane)

Hoisting Crane berfungsi untuk mengangkat dan menuangkan isi lori yang berisi TBS yang telah direbus ke Bunch Auto Feeder dan menurunkan lori pada rel semula.

Pabrik Kelapa Sawit Aek Nabara Selatan memiliki 3 unit Hoisting Crane

Mono rel masing-masing memiliki kapasitas angkut 5 ton x 28 meter. Hoisting Crane tersebut memiliki 3 unit Gear Box yakni :

1. Gear Box main Creep hoist (naik – turun) 2. Gear Box travel Drive (maju-mundur) 3. Gear Box tilting Drive’s (putar basket/lori)

Ketebalan lapisan buah pada bunch feeder sebaiknya 20-30 cm (yaitu sekitar 2-3 lori). Penumpukan atau ketebalan buah yang terlalu besar pada bunch feeder

mengakibatkan lossis pada tandan kosong meningkat dan kesulitan pengontrolan pengumpanan buah ke thresser.

Bunch feeder yang digunakan pada PKS Aek Nabara Selatan adalah manual

feeder, karena pengoperasiannya tergantung pada level volume digester. Kecepatan Auto feeder adalah 8 rpm.

Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pengumpanan adalah : 1. Kecepatan bunch feeder


(44)

2. Ketinggian tumpukan di Auto feeder

3. Pengoperasian Hoisting Crane

4. Ukuran buah b. Mesin Theressing

Untuk memisahkan buah (berondolan) dari janjangan dengan sistem drum berputar sehingga buah akan terangkat dan terbanting digunakan Mesin Theresser. Selanjutnya berondolan akan terlepas dan masuk ke kisi-kisi drum yang lebarnya 4-6 cm.

faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kerja thereser adalah:

1. Feeding, yaitu kualitas (ukuran buah) dan kuantitas (volume umpan ke

thresser)

2. Kecepatan drum

3. Kebersihan kisi-kisi tempat keluarnya berondolan

4. Sudut pengarah, berfungsi mengarahkan janjangan agar tidak ada beban load

didalam drum.

5. Spike, yang berfungsi untuk mengurangi terjadinya USF (unstrip fruit). Efektifitas thersser dapat dilihat dari :

1. USF, yaitu berondolan yang sudah lepas dari spike left tapi tidak mau keluar dari tandan.

2. Oil loses

c. Below Conveyor Thressing

Alat ini berfungsi untuk mendorong berondolan yang keluar dari threser ke


(45)

d. Under Transfer Fruit Conveyor

Alat ini berfungsi untuk menghantarkan berondolan yang ke luar dari Below Conveyor Thressing menuju ke Fruit Elevator.

e. Fruit Elevator

Alat ini berfungsi untuk menghantarkan berondolan dari Under Transfer Fruit Conveyor menuju ke Fruit Top Transfer Conveyor

f. Fruit Top Transfer Conveyor

Alat ini berfungsi untuk menghantarkan berondolan dari Fruit Elevator

menuju Fruit Distributing Conveyor.

g. Empty Bunch Conveyor

Alat ini berfungsi untuk menghantarkan janjangan kosong dari threser menuju

Elevator Empty Bunch Crusher dan Elevator Empty Bunch Shredder.

f. Empty Bunch Shredder

Melalui Elevator Empty Bunch Crusher janjangan masuk ke Empty Bunch Crusher untuk pengepressan janjangan dan persiapan feeding ke Empty Bunch Shredder.

g. Under Transfer Fruit Conveyor

Berondolan akan masuk ke Under Transfer Fruit Conveyor untuk diproses kembali dan janjangan yang masih terdapat berondolan (USB dan USF) akan kembali masuk ke Empty Bunch Conveyor untuk diproses kembali. Janjangan yang sudah bersih dari berondolan akan masuk ke Elevator Empty Bunch Shredder, lalu masuk ke Distribution Shredder Conveyor untuk dibawa ke


(46)

Shredder agar dicacah. Hasil cacahan masuk ke Inclined Empty Bunch Conveyor I, II dan Horizontal Hopper Conveyor untuk dibawa ke Hopper.

2.5.3.5. Stasiun Pengempaan (Pressing)

Untuk mengeluarkan minyak dari daging buah dengan cara diperas digunakan mesin Press. Proses pemisahan daging buah dengan biji (nut) dan proses pengambilan minyak kasar dari daging buah terjadi pada stasiun ini. Pada stasiun ini minyak diperoleh dengan cara melumat dan mengempa berondolan.

Adapun proses pada stasiun ini adalah : a. Fruit Distributing Conveyor

Menghantarkan berondolan dari Fruit Top Transfer Conveyor sekaligus membagi berondolan ke dalam digester yang dioperasikan.

b. Recycling Conveyor

Mengembalikan berondolan yang tidak tertampung oleh digester didorong ke

Under Transfer Fruit Conveyor.

c. Digester (Pengaduk)

Ketel tegak yang mempunyai dinding rangkap, as pemutar yang dilengkapi dengan pisau-pisau pengaduk disebut dengan digester. Jumlah pisau pengaduk dalam satu buah digester terdiri dari 5 pasang pisau pengaduk yang betingkat dan satu psang pisau pelempar.

Letak pisau ini dibuat bersilangan antara pasangan yang satu dengan yang lain dan dipasang miring agar daya adukan cukup besar dan sempurna. Untuk


(47)

line press dibuka. Dalam ketel adukan buah sawit direncah dengan dengan pisau-pisau pengaduk yang berputar pada as sehingga daging buah pecah dan terlepas dari biji. Air delusi ditambahkan pada chute dengan komposisi minyak : air : NOS = 40 : 40 : 20.

Alat ini berfungsi untuk :.

1. Melepaskan biji dari daging buah yang membungkus. 2. Melumat daging buah.

3. Meremas struktur jaringan dan pembukaan sel dimana minyak terkandung di dalamnya.

Digester minimal berisi ¾ dari kapasitas nya dan waktu yang dibutuhkan untuk pelumatan 15-20 menit, temperatur digester harus tetap dijaga antara 90-950.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja digester antara lain: 1. Kebersihan bottom plate

2. Kematangan buah yang sudah direbus 3. Kecepatan pengadukan yaitu sebesar 25 rpm 4. Kondisi plat siku penahan pada dinding digester

5. Waktu pengadukan 15 – 20 menit. d. Pengempaan (ScrewPress)

Pengempa digunakan untuk mengepres buah yang sudah diaduk dari digester

dengan menggunakan sistem hidrolik sehingga minyak kasar keluar dari daging buah sekaligus memisahkan minyak kasar dari serat biji sawit. Prinsip dari pengepresan adalah suatu penekanan terhadap buah yang telah diaduk sehingga


(48)

terperas dan mengeluarkan minyak yang selanjutnya dialirkan ke sand trap. Screw Press berfungsi untuk memeras daging buah dari digester sehingga didapat hasil minyak kasar dan serabut /fiber. Alat ini biasanya berkapasitas @ 10 ton TBS/ jam, dengan tekanan hidrolik cone maksimum 50 kg/cm2. Konstruksi berupa uliran ganda yang berputar berlawanan arah dengan tekanan tertentu serta di bantu dengan aliran air panas (air delusi).

Press yang digunakan di PKS Aek Nabara Selatan berjumlah 4 buah untuk masing-masing line yang terbagi menjadi 3 jenis yaitu:

1. LAJU, dengan kapasitas 10-12 ton/ jam sebanyak 4 unit 2. STORK, dengan kapasitas 10-12 ton/jam sebanyak 1 unit 3. MJS, dengan kapasitas 15-17 ton/ jam sebanyak 3 unit Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja press:

1. Kondisi Worm atau main Screw Press

2. Tekanan cone

3. Kematangan buah yang direbus 4. Kebersihan pada press

5. Air delusi, yang berfungsi untuk mempermudah proses pemisahan minyak dan air jika air delusi terlalu sedikit, minyak yang dihasilkan lebih murni tapi loses minyak tinggi. Temperatur air delusi harus dijaga 90 – 950 C. Penambahan air delusi dilakukan dengan perbandingan antara minyak, air dan NOS = 40 : 40 : 20


(49)

2.5.3.6. Stasiun Klarifikasi (Clarification)

Stasiun pemurnian/klarifikasi minyak berfungsi untuk memisahkan minyak dengan kotoran serta unsur – unsur yang mengurangi kualitas minyak dan mengupayakan agar kehilangan minyak seminimal mungkin. Stasiun klarifikasi adalah stasiun terakhir untuk pengolahan minyak. Stasiun ini merupakan stasiun pemurnian minyak yang masih banyak mengandung kotoran seperti air, lumpur dan sebagainya. Minyak yang berasal dari Pressing Station yaitu Diluted crude oil

merupakan minyak yang masih kotor. Untuk mendapatkan CPO yang memenuhi standar jual, baik lokal maupun ekspor maka diperlukan pemurnian CPO tersebut.

Dilution water merupakan air condensate yang berasal dari proses perebusan yang ditambahkan ke dalam crude oil pada oil gutter yang berfungsi untuk membantu proses pemisahan crude oil (minyak). Dilution water yang akan ditambahkan sebanyak 18% dari kapasitas pabrik.

Minyak kasar (crude oil) hasil proses pemerasan di stasiun pressing diproses dengan berbagai macam perlakuan sehingga diharapkan minyak (CPO) terpisah dari air dan NOS (Non Oil Solid) pada`stasiun klarifikasi.

a. Sand Trap Tank

Untuk menangkap pasir minyak yang akan mengalir melalui baffle – baffle

yang berfungsi untuk menangkap pasir digunakan mesin Sand trap. Jumlah sand Trap Tank pada PKS Aek Nabara Selatan adalah berjumlah 2 unit dengan masing – masing kapasitas 12 m³ /jam. Dalam melakukan blow down harus dengan suhu 95° C sehingga yang terbuang adalah benar – benar NOS ( Non Oil Solid ).


(50)

Faktor –faktor yang mempengaruhi efektifites Sand Trap Tank : 1. Temperatur 90 - 95° C

2. Kondisi umpan b. Vibro Seperator

Untuk menyaring crude oil dari serabut-serabut yang dapat mengganggu proses pemisahan minyak digunakan Vibro separator. Vibro Seperator

mempunyai 3 jenis yang terdiri dari 2 lapisan yaitu single deck, double deck.

Yang digunakan di PKS Aek Nabara Selatan adalah jenis double Deck dengan ukuran meash 20/40 yang berjumlah 3 unit, getaran vibro separator dikontrol melalui penyetelan bandul uang diikat pada electromotor. Kontrol kebersihan

vibro separator harus dilakukan secara rutin, agar padatan yang terbuang dari hasil penyaringan vibro tidak menumpuk.

c. Crude Oil Tank (COT)

Crude Oil Tank merupakan tangki penampung minyak kasar hasil saringan dari vibro separator sebelum dikirim kebagian tangki ditribusi dengan menggunakan pompa. Crude oil tank dilengkapi dengan steam coil untuk memanaskan campuran minyak yaitu dengan suhu 95° C. Faktor yang mempengaruhi kerja dari C.O.T adalah temperatur dan kondisi baffle jumlah C.O.T yang ada di PKS Aek Nabara Selatan Adalah 2 unit dengan dasar tangki berbentuk segi empat. Untuk menjaga kebersihan dalam tangki harus dilakukan

blowdown setiap 4 jam sekali.

Fungsi Crude Oil Tank adalah untuk : 1. Transit tank.


(51)

2. Menambah panas

3. Menurunkan NOS (Non Oil Solid) d. Vertical Clarifier Tank (VCT)

Untuk memisahkan minyak, air dan NOS secara grafitasi digunakan mesin

Vertical clarifier tank. Untuk efektifitas kerja dari VCT adalah dengan ketebalan minyak ± 60 cm dan baru dilakukan pengutipan melalui skimmer. Pemisahan antara minyak dan air adalah dengan perbedaan berat jenis dan suhu yang baik untuk terjadinya pemisahan antara air dan minyak adalah 90 – 95° C, dimana minyak akan selalu berada diatas karena berat jenis minyak < 1, sedangkan berat jenis air adalah 1.

V.C.T yang digunakan di PKS Aek Nabara Selatan adalah 2 unit 1 unit digunakan untuk proses pemurnian minyak dan 1 unit untuk proses pengutipan minyak dari Rudock/fat fit.

Faktor yang mempengaruhi kinerja VCT adalah : 1. Temperatur yaitu 90 - 95°

2. Air Dilution

3. Stirer

4. Kualitas Feeding

5. Blow Down, dilakukan secara rutin. e. Oil Tank

Oil Tank berfungsi sebagai tempat transit minyak sebelum diolah di oil purifier. Untuk membuang kotoran yang terdapat pada bagian bawah oil tank


(52)

pada suhu 95°C untuk mengurangi kadar air sehingga kerja oil purifier tidak terlalu berat.

Minyak dari vertical clarifier tank masuk ke oil tank pertama sampai ketinggian minyak di dalam tangki sekitar 60%. Bila melebihi dari 60 %, akan terjadi overflow ke oil tank yang berikutnya. Oil tank yang digunakan 3 buah, dimana 1 tangki sebagai cadangan. Dengan demikian, akan memungkinkan terjadinya pengendapan kotoran di oil tank.

Faktor yang mempengaruhi kinerja oil tank : 1. Temperatur harus berkisar 90 – 95°C 2. Kebersihan tangki

3. Kondisi steam coil

4. Blow down

f. Oil purifier

Oil purifier berfungsi untuk mengurangi NOS dan kadar air dengan cara

centrifugal. Pembukaan seal water dilakukan diawal proses dan saat beroperasinya kran seal water harus di tutup, karena apabila kran terbuka akan mengakibatkan kadar air dalam minyak meningkat. Efektifitas pemisahan dalam

oil purifier dikendalikan oleh seal water dan gravity disk ( Alva Laval ) dan

regulating ring ( West Falia ). Grvity disk harus disesuakan dengan mutu minyak yang akan dihasilkan. Pemilihan gravity disk terlalu besar mengakibatkan minyak banyak terikut ke drain.


(53)

Oil Purifier yang digunakan PT. Perkebunan Nusantara III Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Aek Nabara Selatan sebanyak 5 unit, beroperasi 4 unit dan 1 uint persediaan.

Faktor yang mempengaruhi kinerja oil purifier adalah : 1. Kontrol valve feeding

2. Kondisi gear pump

3. Stainer

4. Rpm

g. Vacum Dryer

Fungsi vacuum dryer adalah untuk mengurangi kadar air dalam minyak produksi. Vacuum dryer yang digunakan berjumlah 2 buah, yang masing-masing dilengkapi dengan stean ejector. Ujung pipa yang masuk ke dalam vacuum cryer

dibuat sempit berbentuk nozzle-nozzel sehingga akibat kevakuman tangki minyak terisap dan mengabut di vacuum dryer. Temperatur minyak dibuat 90-950C supaya kadar air cepat menguap dan uap air tersebut akan terisap oleh injection steam, selanjutnya terdorong keluar. Steam yang digunakan pada stean ejector

adalah superheated steam dari boiler dengan tekana 15 kg/cm2. Steam dan air dari

steam ejector kemudian dialirkan ke hot well tank. Minyak yang telah bersih keluar dari bottom vacuum dryer dan selanjutnya dipompakan ke storage stank

melalui oil cooler untuk didinginkan sampai suhu 500C.

Faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja vacum dryer adalah : a. Tekanan steam


(54)

c. Kuantitas dan kualitas feeding

d. Kekurangan air pendingin

e. Tekanan vacum yang kering, 760 mmHg h. Storage Tank

Fungsi sorage tank adalah sebagai tempat untuk menyimpan sementara minyak produksi yang dihasilkan sebelum dikirim ke pihak/tempat lain. Pabrik kelapa sawit Aek Nabara Selatan menggunakan 3 storage tank.

2.5.4. Mesin

Pada PT. Perkebunan Nusantara III Pabrik Kelapa Sawit Aek Nabara mesin-mesin yang digunakan pada saat proses dapat dilihat pada Tabel 2.4. dibawah ini:

Tabel 2.4. Mesin di PT. Perkebunan Nusantara III Pabrik Kelapa Sawit Aek Nabara Selatan

NO. Mesin Spesifikasi

1. Loading Ramp Merk : Vickers, Type : 10 bays, Daya : 4 kw/300 volt, Jumlah : 2 unit

2. Capstand Merk : Teco Induction, Type : wire rope, Daya : 15 hp, Tipe tali : 5/8” ARW C6x29, jumlah : 6 unit 3. Sterilizer Merk : Kesco, Diameter : 2.100 mm, Panjang :

29.265mm, Kapasitas : 25 ton, Tekanan uap : 0–3,5 kg/cm2, Temperatur uap : 115°C–130oC, Jumlah : 4 unit

4. Hoisting Crane Merk : Demag Indonesia, Kapasitas : 5 ton, , Cos Ø : 0,8, putaran : 40 rpm, Jumlah : 3 unit

5. Automatic feeder Merk : Renold Chain, Panjang : 5860 mm, Lebar : 3300 mm, Kapasitas : 30 ton/jam, Putaran : 0,3-0,7 rpm, Cos Ø : 0,8

6. Thresser Merk : Asian Motor Swed, Diameter : 2057 mm, Panjang : 5029 mm, Putaran : 22,5 rpm, Kapasitas : 30 ton/jam, Cos Ø : 0,8, Daya : 20 hp

7. Fruits Elevator Merk : Ronald Chain, Panjang : 3000 mm, Daya : 10 hp, Cos Ø : 0,8, kapasitas : 30ton/jam


(55)

Tabel 2.4. Mesin di PT. Perkebunan Nusantara III Pabrik Kelapa Sawit Aek Nabara Selatan (Lanjutan)

NO. Mesin Spesifikasi

8. Digester Merk : Stock Amsterdam, Internal diameter : 1200 mm, Tinggi Conteiner : 3000 mm, Isi : 3200 ltr, Kapasitas : 10-15 ton/jam, Putaran : 23 rpm, Daya : 22 Kw, Cos Ø : 0,8, Type : LD 3200, Jumlah : 8 unit 9. Twin Screw Press Merk : MJI, Panjang : 4910 mm, Lebar : 1478 mm,

Tinggi : 1035 mm, Kapasitas : 15 – 17 ton/jam, Putaran : 10,5 rpm, Cos Ø : 0,8, Daya : 40 hp, Type : LP 10 – 12, Jumlah : 8 unit

10. Vibro Separator Merek : Amkco, Diameter : ± 1524 mm (60” ), Jumlah : 2 unit, Kapasitas : 9-12 ton, Daya : 2,5 hp, Putaran : 1450 rpm, Cos Ø : 0,8

11. Crude Oil Tank Merk : Sweeo, Kapasitas : 30 ton, Putaran : 1450 rpm, Jumlah : 3 unit

12. Continuous Settling Tank

Kapasitas : 90 M3, Jumlah : 1 unit, Diameter : 500m 13. Sludge Tank Kapasitas : 6 ton, Diameter : 2.32 m, Tinggi : 2,7 m,

Jumlah : 2 unit

14. Oil Tank Kapasitas : 6 ton, Diameter : 2,32 m, Tinggi : 2,7 m, Jumlah : 3 unit

15. Sludge Drain

Tank

Kapasitas : 15 M3, Panjang : 5000 m, Lebar : 2000m, Tinggi : 1500 m

16. Vacuum Dryer Merk : Papemmeler, Type : 500/1583-01, Cos Ø : 0,8, Kapasitas : 9 ton, jumlah : 2 unit

17. Depericarper Merk : GNM, Kapasitas : 30 ton TBS/jam, Jumlah : 2 unit, Daya : 75 hp, Putaran : 1800 rpm

18. Nut Cyclone Merk : GNM, Diameter : 2500 mm, Daya : 5,5 hp, Putaran : 59,54 rpm, kapasitas : 35 ton/jam, jumlah : 2 unit

19. Nut Silo Merk : Warman-Australia, Panjang : 2580 m, Tebal: 3050 m, Kapasitas : 74 ton, jumlah : 6 unit

20. Ripple Mill Merk : GNM, Diameter : 380 mm, Daya : 3 hp, Cos Ø : 0,8, Putaran : 34,8 rpm. Jumlah : 2 unit

2.6. Organisasi dan Manajemen 2.6.1. Struktur Organisasi Perusahaan


(56)

perusahaan memperlihatkan susunan hubungan-hubungan antara bagian dan posisi dalam suatu perusahaan.Struktur organisasi merincikan pembagian aktivitas kerja dan menunjukkan berbagai tingkatan aktivitas yang satu dengan yang lainnya.

Pada PTPN III Pabrik Kelapa Sawit Aek Nabara Selatan struktur organisasi yang digunakan adalah struktur organisasi yang berbentuk fungsional dimana berdasarkan fungsi yaitu pembagian atas unit-unit organisasi didasarkan pada spesialisasi tugas yang dilakukan dan juga wewenang dari pimpinan dilimpahkan pada unit-unit organisasi di bawahnya pada bidang tertentu secara langsung. Struktur organisasi dapat dilihat pada lampiran.

2.6.2. Pembagian Tugas, Wewenang dan Tanggun Jawab

Pada PTPN III PKS Aek Nabara Selatan ada tugas dan tanggung jawab dari berbagai jabatan yang terdapat dalam struktur organisasi yang terdapat dalam perusahaan yaitu dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Manajer Tugas :

1. Melakukan koordinasi dengan Manager Kebun untuk perencanaan pengolahan harian dan mingguan (Management PAO).

2. Melaksanakan pembelian Tandan Buah Segar (TBS) Pihak Ketiga melalui Yayasan/Koperasi untuk memenuhi kebutuhan bahan baku olah pabrik.

3. Mengawasi dan mengevaluasi pengendalian limbah Pabrik dengan mengacu pada Instruksi Kerja untuk meminimalisasi limbah/waste


(57)

4. Melaksanakan pengendalian dan evaluasi bahan kimia dan pelengkap lainnya sesuai dengan Instruksi Kerja sehingga dicapai efisiensi dan efektifitas penggunaan bahan kimia.

5. Mengawasi dan mengevaluasi proses pemeliharaan pabrik dan asset lainnya dengan jadwal pemeliharaan sehingga ketersediaan peralatan dapat terpenuhi. 6. Melaksanakan pengadaan barang dan jasa melalui penunjukan langsung dan

pemilihan langsung sesuai dengan Instruksi Kerja untuk mendukung operasional pabrik.

7. Mengkaji, mengevaluasi serta mengembangkan proses pengolahan dan pengiriman kompos.

Tanggung Jawab :

1. Perencanaan operasional pabrik untuk mencapai kinerja yang optimal.

2. Pengelolaan pengolahan produksi (mutu minyak sawit dan inti sawit) sesuai dengan norma yang ditetapkan.

3. Pengelolaan dan pengawasan pengiriman hasil produksi.

4. Pengelolaan air limbah sesuai dengan persyaratan baku mutu dan persyaratan lingkungan.

5. Pengembangan dan kajian terhadap kegiatan pemeliharaan teknik berupa

preventive maintenance, breakdown maintenance, predictive maintenance dan

proactive maintenance

6. Pengendalian dan evaluasi tata kelola administrasi dan keuangan unit.

7. Pengendalian serta evaluasi pengolahan limbah tandan kosong menjadi kompos sesuai dengan norma yang ditetapkan


(58)

2. Masinis Kepala (Maskep) Tugas :

1. Melakukan koordinasi dengan Askep Kebun untuk perencanaan pengolahan harian dan mingguan (Management PAO).

2. Melaksanakan pembelian Tandan Buah Segar (TBS) Pihak Ketiga melalui Yayasan/Koperasi untuk memenuhi kebutuhan bahan baku olah pabrik.

3. Mengawasi dan mengevaluasi pengendalian limbah Pabrik dengan mengacu pada Instruksi Kerja untuk meminimalisasi limbah/waste

4. Melakukan koordinasi dengan pihak Kebun dalam kaitanya dengan jumlah kompos yang di butuhkan di lapangan/afdeling.

Tanggung Jawab :

1. Perencanaan operasional pabrik untuk mencapai kinerja yang optimal

2. Pengelolaan pengolahan produksi (mutu minyak sawit dan inti sawit) sesuai dengan norma yang ditetapkan

3. Pengendalian losis minyak sawit dan inti sawit sesuai dengan norma yang ditetapkan.

4. Pengendalian dan pengawasan pengiriman hasil produksi

5. Pengelolaan air limbah sesuai dengan persyaratan baku mutu dan persyaratan lingkungan

3. Asisten Pengolahan Tugas :


(59)

2. Memeriksa kondisi peralatan sebelum proses pengolahan

3. Mengidentifikasi serta menganalisa setiap permasalahan yang terjadi di setiap kegiatan proses pengolahan sehingga efektifitas bisa terjaga

4. Melakukan adjustment sesuai dengan data-data yang diberikan dari bagian laboratorium

5. Mengawasi dan mengevaluasi penerimaan dan pemeriksaan mutu bahan baku olah

6. Melakukan koordinasi dengan Assisten Laboratorium dalam hal pengelolaan air limbah sesuai dengan persyaratan baku mutu dan persyaratan lingkungan

Tanggung Jawab :

1. Perencanaan operasional pabrik untuk mencapai kinerja yang optimal

2. Pengelolaan pengolahan produksi (mutu minyak sawit dan inti sawit) sesuai dengan norma yang ditetapkan

3. Pencapaian efisiensi pengutipan minyak dan efisiensi pengutipan inti sesuai dengan norma yang ditetapkan

4. Pengendalian losis minyak sawit dan inti sawit sesuai dengan norma yang ditetapkan

4. Asisten Laboratorium Tugas :

1. Merencanakan, memonitor dan mengevaluasi proses sortasi bahan baku, pengambilan sample serta hasil analisa lossis dan mutu produk sehingga lossis bisa diminimalisasi dan mutu produksi bisa dijaga.


(60)

2. Melakukan pengawasan terhadap jumlah dan kualitas bahan baku yang diterima serta menjaga mutu produksi yang dikirim.

3. Mengawasi dan mengevaluasi penerimaan dan pemeriksaan mutu bahan baku olah.

4. Mengawasi dan mengevaluasi pengendalian limbah Pabrik. 5. Monitoring pembelian Tandan Buah Segar (TBS) Pihak Ketiga.

Tanggung Jawab :

1. Perencanaan dan pelaksanaan kegiatan operasional laboratorium dan sortasi agar proses pengendalian mutu produksi dan lossis bisa dilaksanakan dengan baik sehingga produktivitas dan kinerja bisa meningkat.

2. Pelaksanaan analisa dan evaluasi proses pengolahan sehingga kegiatan proses produksi dapat terkendali dengan baik, serta kualitas dan kwantitas produk bisa terjaga.

3. Kajian terhadap hasil produksi (mutu minyak sawit dan inti sawit) sesuai dengan norma yang ditetapkan.

4. Pengawasan dan evaluasi losis minyak sawit dan inti sawit sesuai dengan norma yang ditetapkan.

5. Mandor Pengolahan Tugas :

1. Mengawasi pekerjaan karyawan dalam proses pengolahan sesuai dengan kriteria yang ditentukan.


(61)

3. Melakukan pengawasan terhadap jumlah TBS yang diterima serta produksi yang dikirim.

Tanggung Jawab :

1. Memerintah dan mengatur seluruh personil yang dibawahinya.

6. Mandor Laboratorium Tugas :

1. Menjamin kebijakan mutu, lingkungan dan SMK3 dimengerti, diterapkan dan dipelihara oleh semua personil yang berada pada bagian laboratorium

2. Menjamin bahwa semua aktifitas yang dikerjakan oleh personil yang dibawah pengawasan mandor laboratorium sesuai dengan prosedur dan instruksi kerja yang telah terdokumentasi

3. Mengidentifikasi bahan-bahan kimia dan alat-alat yang diterima untuk bagian laboratorium

4. Memberi masukan kepada asisten laboratorium tentang status sesuatu atau tidak sesuai dari hasil pemeriksaan dan pengujian dalam proses maupun produk akhir dan juga identifikasi bahan-bahan kimia dan alat-alat laboratorium terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan

Tanggung Jawab :

1. Membuat tegoran kepada kelapa kerja analis bila terjadi penyimpangan prosedur yang harus dilaksanakan.


(62)

2.6.3. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja 2.6.3.1. Jumlah Tenaga Kerja

PTPT III PKS Aek Nabara Selatan memiliki tenaga kerja sebanyak 227 karyawan dan pimpinan. Susunan dan jumlah tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 2.5.

Tabel 2.5. Susunan dan Jumlah Tenaga Kerja PTPN III PKS Aek Nabara Selatan

No KETERANGAN JUMLAH

(Orang)

1 Karyawan Pimpinan 8

2 Karyawan Administrasi / Umum 21

3 Karyawan Laboratorium 17

4 Karyawan Sortasi 18

5 Karyawan teknik/Bengkel Umum 48

6 Karyawan Dinas Sipil 16

7 Karyawan Pengolahan 86

8 Karyawan Keamanan 13

Jumlah 227

Sumber : PT. Perkebunan Nusantara III PKS Aek Nabara Selatan

2.6.3.2. Jam Kerja

Jam kerja di PTPN III PKS Aek Nabara Selatan adalah enam hari kerja untuk bagian kantor dan produksi, sedangkan untuk bagian pengolahan 7 hari kerja. Penjadwalan jam kerja untuk tenaga kerja adalah sebagai berikut :

1. Karyawan Kantor yang terdiri dari karyawan ATU (Asisten Tata Usaha), APK (Asisten Personalia Kebun), Kantor Teknik dan Kantor Produksi serta Karyawan Produksi yang terdiri dari karyawan Kantor Pengolahan,


(63)

Timbangan dan Bengkel/CD/Traksi, mulai bekerja pukul 07.00 – 16.00 WIB dengan waktu istirahat pukul 12.00- 14.00 WIB.

2. Karyawan Bagian Pengolahan

Karyawan pada bagian pengolahan dibagi atas dua shift kerja, yaitu :

a. Shift I, mulai bekerja pukul 07.00- 19.00 WIB dengan masa istirahat disesuaikan oleh karyawan sendiri secara bergantian selama 2 jam.

b. Shift II, mulai bekerja pukul 19.00 - 07.00 WIB dengan masa istirahat disesuaikan oleh karyawan sendiri secara bergantian selama 2 jam.

2.6.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya

Sistem pengupahan pada pabrik PTPN III PKS Aek Nabara Selatan adalah berbentuk :

Untuk Karyawan Pengolahan, Maintenance, Laboratorium, tata usaha adalah : 1. Gaji pokok bulanan

2. Premi pengolahan, dihitung berdasarkan Sawit yang di olah. 3. Catu beras

Selain pemberian gaji diatas, perusahaan juga memberikan beberapa tunjangan seperti :

a. Tunjangan Kesehatan (Jamsostek) b. Tunjangan Keluarga

c. Tunjangan pemakaman d. Tunjangan Hari raya

e.

Bonus Tahunan


(64)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Kualitas

Sebuah produk harus memenuhi syarat-syarat dari orang yang menggunakannya dan hal ini berkaitan erat dengan kualitas. Jadi definisi secara ringkas dari kualitas adalah kecocokan atau kesesuaian antara produk dengan penggunanya. Ada dua segi umum tentang kualitas, yaitu kualitas rancangan dan kualitas kecocokan. Semua barang dan jasa dihasilkan dalam berbagai tingkat kualitas. Variasi dalam tingkat kualitas ini memang disengaja, maka istilah teknik yang sesuai adalah kualitas rancangan. Misalnya, semua mobil mempunyai tujuan dasar memberikan angkutan yang aman bagi konsumen. Akan tetapi, mobil-mobil berbeda dalam ukuran, penentuan, rupa, dan penampilan.

Kualitas kecocokan adalah seberapa baik produk itu sesuai dengan spesifikasi dan kelonggaran yang diisyaratkan oleh rancangan itu. Kualitas kecocokan dipengaruhi banyak faktor, termasuk pemilihan proses pembuatan, latihan, dan pengawasan angkatan kerja, jenis sistem jaminan kualitas (pengendalian proses, uji, aktivitas, pemeriksaan, dan sebagainya) yang digunakan, seberapa jauh prosedur jaminan kualitas ini diikuti, dan motivasi angkatan kerja untuk mencapai kualitas.


(65)

Tiap produk mempunyai sejumlah unsur yang bersama-sama menggambarkan kecocokan penggunaannya. Parameter-parameter ini biasanya dinamakan ciri-ciri kualitas. Ciri-ciri kualitas ada beberapa jenis, yaitu:

1. Fisik, seperti panjang, berat, voltase, dan kekentalan 2. Indera, seperti rasa, penampilan, dan warna

3. Orientasi waktu, seperti keandalan, dapatnya dipelihara dan dirawat

3.2. Pengendalian Kualitas

Pengendalian kualitas merupakan suatu sistem verifikasi dan penjagaan atau perawatan dari suatu tingkat atau derajat kualitas produk atau proses yang dikehendaki dengan perencanaan yang seksama, pemakaian peralatan yang sesuai, inspeksi yang terus – menerus serta tindakan korektif bilamana diperlukan. Jadi pengendalian kualitas tidak hanya kegiatan inspeksi ataupun menentukan apakah produk itu baik (accept) atau jelek (reject).

Pengendalian kualitas dilakukan mulai dari proses input informasi atau bahan baku dari pihak marketing dan purchasing hingga bahan baku tersebut masuk ke pabrik dan bahan baku itu diolah di pabrik (fase transformasi) yang akhirnya dikirim ke pelanggan. Bahkan pengendalian kualitas juga dilakukan setelah adanya purna jual. Untuk memenuhi semua kebutuhan ini tentunya perlu adanya berbagai macam tool yang mampu merepresentasikan data yang dibutuhkan dan menganalisa data tersebut hingga didapat suatu kesimpulan.


(66)

Fungsi tujuh alat pengendalian kualitas adalah untuk meningkatkan kemampuan perbaikan proses, sehingga akan diperoleh:

1. Peningkatan kemampuan berkompetisi.

2. Penurunan cost of quality dan peningkatan fleksibilitas harga. 3. Meningkatkan produktivitas sumber daya.

Adapun maksud dan tujuan penggunaan tujuh alat pengendalian kualitas adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui masalah.

2. Mempersempit ruang lingkup masalah.

3. Mencari faktor yang diperkirakan merupakan penyebab. 4. Memastikan faktor yang diperkirakan menjadi penyebab. 5. Mencegah kesalahan akibat kurang hati-hati.

6. Melibat akibat perbaikan.

7. Mengetahui hasil yang menyimpang atau terpisah dari hasil lainnya.

Menurut Douglas C. Montgomery, faktor-faktor yang mempengaruhi pengendalian kualitas perusahaan, yaitu:

1. Kemampuan Proses

Batas-batas yang ingin dicapai haruslah disesuaikan dengan kemampuan proses yang ada. Tidak ada gunanya mengendalikan suatu proses dalam batas-batas yang melebihi kemampuan dan kesanggupan proses yang ada.

2. Spesifikasi yang berlaku

Spesifikasi hasil produksi yang ingin dicapai harus dapat berlaku, bila ditinjau dari segi kemampuan proses dan keinginan atau kebutuhan konsumen yang


(67)

ingin dicapai dari hasil produksi tersebut. Dalam hal ini haruslah dapat dipastikan terlebih dahulu apakah spesifikasi tersebut dapat berlaku dari kedua segi yang telah disebutkan di atas sebelum pengendalian kualitas pada proses dapat dimulai.

3. Tingkat ketidaksesuaian yang dapat diterima

Tujuan dilakukan pengendalian suatu proses adalah agar dapat mengurangi produk yang berada di bawah standar seminimal mungkin. Tingkat pengendalian yang diberlakukan tergantung pada banyaknya produk yang berada di bawah standar yang dapat diterima.

4. Biaya kualitas

Biaya kualitas sangat mempengaruhi tingkat pengendalian kualitas dalam menghasilkan produk. Apabila ingin menghasilkan produk yang berkualitas tinggi guna memuaskan kebutuhan konsumen maka dibutuhkan biaya kualitas yang relatif besar.

Pengendalian kualitas dilakukan mulai dari proses input informasi/bahan baku dari pihak marketing dan purchasing hingga bahan baku tersebut masuk kepabrik dan bahan baku itu diolah (fase transformasi) yang akhirnya dikirim ke pelanggan. Bahkan pengendalian kualitas juga dilakukan setelah adanya purna jual. Untuk memenuhi semua kebutuhan ini tentunya perlu adanya berbagai macam tool yang mampu mempresentasikan data yang dibutuhkan dan menganalisa data tersebut hingga didapat suatu kesimpulan.


(1)

6.6. Penghapusan (Muda)

Muda merujuk pada semua kegiatan yang tidak memberi nilai tambah pada hasil produksi, untuk menghindari pemborosan pada pada perusahaan maka dapat dilakukan penerapan penghapusan pemborosan di lantai produksi seperti: 1. Menetapkan jumlah kebutuhan produk jadi untuk memenuhi kebutuhan pasar

dan pelanggan sehingga kerugian akibat penumpukan produk jadi di tempat penampungan dapat diatasi

2. Menetapkan jumlah kebutuhan bahan baku, bahan tambahan dan bahan penolong setiap harinya dan menyusunna berdasarkan jenis dan tanggal masuk sehingga mempermudah untuk mengetahui jumlah persediaan dan pemesanan bahan menjadi lancar.

3. Menetapkan dan mengawasi usulan gerakan 5S sehingga produk cacat dapat diminimalisir

4. Perlu diadakan pengamatan untuk mengetahui kerja operator yang dirasa berlebih yang tidak memberi nilai tambah. Seperti misalnya penarikan bahan baku (tandan buah segar) yang sudah direbus dalam strealizer operator masih menarik tanpa alat bantuan, meskipun sudah sediakan alat bantu capstand. Hal ini menyebabkan pekerja menjadi lebih cepat lelah.


(2)

6.7. Standarisasi

Kegiatan pabrik berfungsi mengikuti formula yang telah disepakati bersama. Hal ini tidak hanya berarti sekedar mematuhi teknologi, manajerial maupun standar operasional yang berlaku, tetapi juga memperbaiki proses yang ada dalam rangka membawa standar yang menuju ke tingkat yang lebih tinggi.

Setelah dilakukan penelitian di PT. Perkebunan Nusantara III Pabrik Kelapa Sawit Aek Nabara Selatan maka diperoleh beberapa hal Standar Operation Procedure (SOP) yang perlu diberlakukan di PT. Perkebunan Nusantara III Pabrik Kelapa Sawit Aek Nabara adalah sebagai berikut:

1. Menetapkan masalah utama yang dihadapi pada saat proses pengolahan yang berupa kualitas produk.

2. Menentukan latar belakang dan sasaran dari masalah yang sudah ada.

3. Menentukan penyebab yang paling berpengaruh terhadap kualitas produk dengan melakukan analisis guna menetapkan akar penyebab masalah.

4. Merencanakan tindak penanggulangan berdasarkan penyebab-penyebab yang telah dianalisis sebelumnya.

5. Menerapkan atau melaksanakan tindak penanggulangan

6. Memeriksa/memastikan hasil perbaikan dan dampak penanggulangannya. 7. Menetapkan atau mengubah standar yang ada guna mencegah terulangnya

masalah yang sama kembali.


(3)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

1. Terlihat pada histogram yang diperoleh dari check sheet, dari tiga kerusakan yang terjadi di ba lantai produksi dengan jumlah kerusakan minyak kelapa sawit terbesar yakni: kadar asam lemak bebas yang tinggi 302 kerusakan yaitu sebesar 40,11% dari 753 total kerusakan yang dihasilkan bulan Maret 2011 dan dikuti dengan kadar air sebanyak yang tinggi 255 kerusakan (33,86%), dan kerusakan terkecil sebanyak 196 kerusakan (26,03 %) yaitu kadar kotoran yang tinggi.

2. Setelah dilakukan analisa dan evaluasi diperoleh penyebab-penyebab kerusakan minyak kelapa sawit yang selama ini terjadi, yaitu:

a. Operator kurang terampil dan terlatih b. Bahan baku

c. Lingkungan kerja yang panas, bising, dan bau. d. Mesin kurang pera

e. Metode kerja yang kurang baik

3. Dari hasil analisa 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, dan Shitsuke) menunjukkan bahwa pada seiri harus dibedakan antara barang-barang yang diperlukan dan tidak diperlukan dilantai produksi serta menyingkirkan yang tidak diperlukan. Dan membuat tempat yang akan menampung barang-barang yang diperlukan dan tidak diperlukan. Pada seiton menata semua


(4)

barang yang ada dengan pola yang tertib dan posisi yang teratur untuk memudahkan saat hendak digunakan oleh operator. Seiso harus menjaga kondisi mesin dan alat kerja dalam keadaan bersih serta membersihkan lantai tempat kerja dan berbagai daerah didalam tempat kerja. Sedangkan pada seiketsu berarti tertib pribadi, dimana operator harus mengenakan pakaian yang pantas dan bersih, kaca mata pengaman, sarung tangan dan sepatu. Dan pada shitsuke setiap operator harus membangun disiplin pribadi dan membiasakan diri untuk menerapkn 5S. Manajemen juga harus menjabarkan sistem dan prosedur yang mampu menjamin kelangsungan 5S dan menjadikannya bagaian dari jadwal rencana tahunan perusahaan.

4. Perencanaan perbaikan mutu produk jadi minyak kelapa sawit untuk mengurangi kerusakan minyak kelapa sawit adalah menggunakan siklus PDCA yang memecahkan masalah dengan menentukan prioritas masalah berdasarkan diagram sebab akibat (Cause And Effect Diagram) yaitu pada perbaikan di lantai produksi. Perencanaan perbaikan mutu tersebut adalah pelatihan-pelatihan khusus terhadap operator dalam hal proses produksi, pemanenan segera apabila buah sudak dilayak dipanen dan tidak adanya penumpukan bahan baku yang terlalu lama di loading ramp, melaksanakan perawatan mesin secara terus menerus untuk meningkatkan produktivitas mesin, metode kerja yang bervariasi dimana tidak akan menyebabkan kejenuhan operator, serta perbaikan lingkungan kerja yang berupa pembuatan saluran air yang bagus dilantai produksi dan pembuatan alat peredam suara bising pada mesin.


(5)

7.2. Saran

Dari pelaksanaan penelitian yang telah saya lakukan, saran yang dapat saya berikan untuk perusahaan adalah:

1. Sebaiknya dilakukan pelatihan terhadap operator lantai produksi, sehingga kualitas dapat terus ditingkatkan yang juga akan meningkatknan produktivitas dari para operator.

2. Diharapkan agar penerapan kaizen dan siklus PDCA (Plan-Do-Check-Action) tetap dilaksanakan, agar kualitas produk tetap terjamin dan terus meningkat. 3. Pihak perusahaan hendaknya memperhatikan kebisingan yang disebabkan

oleh mesin-mesin untuk meningkatkan konsentrasi para pekerja dalam melakukan proses produksi.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Ibrahim, Pemberdayaan Sumber Daya Manusia dan Implementasinya, Program Pasca Sarjana UNPAD. Bandung. 2003.

Dale. H. Quality Control. Fifth Edition. New Jersey : Prentice Hall Inc. 1998.

Hirono, Hiroyuki. Penerapan 5S Ditempat Kerja : Pendekatan Langkah-langkah Praktis. Jakarta : PQM Consultant. 1995.

Imai, Maasaki. Gemba Kaizen : Pendekatan Akal Sehat, Berbiaya Rendah Pada Manajemen. Jakarta : Pustaka Binaman Pressindo. 1997.

Imai, Maasaki. Kaizen : Kunci Sukses Jepang Dalam Persaingan. Cetakan Kedua. Jakarta : Pustaka Binaman Pressindo. 1992.

Helmi, Syafrizal. Kaizen : Alternative reading. The Starbucks Experience. 2010

Montgomery, Douglas, C. Introduction to Statistical Quality Control. 3th edition. John Wiley and Soon. New York. 1997.

Nasution, M. Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management). Ghalia Indonesia. 2001.