T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: FaktorFaktor Penghambat Pemberian ASI Eksklusif di Desa Tegalombo Kecamatan Dukuhseti Kabupaten Pati T1 BAB IV

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Setting Penelitian
4.1.1

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Ket:
: Batas Desa Tegalombo
Gambar 1.2 Peta Desa Tegalomo, Kecamatan Dukuhseti, Kabupaten Pati
Sumber: Https://www.google.co.uk/maps/place/Tegalombo,+Dukuhseti,Pati 2017

Desa Tegalombo merupakan salah satu desa yang terletak di
Kecamatan Dukuhseti, Kabupaten Pati. Desa Tegalombo termasuk
daerah pinggir pantai, dan persawahan. Desa yang terletak di kawasan
ujung

utara Kabupaten Pati ini termasuk Desa yang

mengandalkan


sektor

pertanian

sebagai

penopang

banyak

kehidupan

masyarakat, sesuai dengan namanya “Tegal” atau dalam bahasa
Indonesia disebut “ladang”, dan “ombo” yang berarti luas. Jadi bisa
diartikan bila Tegalombo mempunyai makna ladang yang luas. Tetapi
ada juga sebagian masyarakat yang pekerjaannya peternak ikan dan
28

nelayan. Jumlah penduduk 6800 jiwa, terbagi menjadi 3 dukuh yaitu
Dukuh Tegalombo Krajan, Margorejo, dan Tawangrejo.

Peneliti memilih desa Tegalombo dikarenakan terdapat bayi di
bawah umur 6 bulan sudah diberi makanan pendamping ASI serta
terdapat kasus diare pada bayi dibawah umur 6 bulan yang tidak diberi
ASI eksklusif. Informasi dari kepala desa pekerjaan ibu – ibu di desa
Tegalombo merupakan buruh tani dan ibu rumah tangga. Sehingga
dalam masa setelah melahirkan dan menyusui dapat meluangkan waktu
tanpa ada tuntutan jam kerja. Akan tetapi masih terdapat kasus bayi
dibawah umur 6 bulan yang tidak diberi ASI eksklusif.
4.2 Proses Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti melewati berbagai tahap dalam proses
penelitian. Tahap-tahap tersebut meliputi: tahap pembuatan surat, tahap
penentuan informan, dan tahap pengumpulan data dari informan.
4.2.1

Tahap Pembuatan Surat Ijin Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, peneliti menyiapkan beberapa
hal yang nantinya mendukung dalam proses penelitian. Hal pertama
yang dilakukan peneliti yaitu mempersiapkan surat-surat yang
nantinya diperlukan pada saat penelitian, seperti surat pengantar
dari Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Kristen Satya Wacana (FIK UKSW) Salatiga, dan surat persetujuan
penelitian dari Kantor Penelitian dan Pengembangan Kabupaten

29

Pati. Setelah semua surat sudah dipersiapkan, peneliti berangkat
ketempat penelitian.
4.2.2

Penentuan Informan
Lokasi penelitian peneliti, masih berada di daerah Jawa Tengah,
yaitu di Desa Tegalombo. Pada tanggal 24 Agustus 2016 peneliti
membawa dan memberi surat izin penelitian di Kantor Penelitian dan
Pengembangan Kabupaten Pati. Setelah mendapatkan surat izin
maka pada tanggal 1 - 7 September 2016 peneliti berangkat ke
tempat penelitian. Peneliti memilih partisipan sesuai dengan kriteria
yang telah peneliti buat sebelumnya.

4.2.3


Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara
untuk mengumpulkan data. Oleh sebab itu, peneliti menyiapkan
panduan wawancara yang telah peneliti buat sebelumnya. Selain itu,
peneliti juga menyiapkan informed consent yang berisi surat
penjelasan penelitian dan surat persetujuan menjadi partisipan.
Dalam proses wawancara, peneliti menggunakan smart phone
sebagai alat untuk merekam apa yang diwawancarai atau data-data
yang berasal dari partisipan.

4.2.4

Pelaksanaan Penelitian
Penelitian mulai dilaksanakan pada tanggal 2 September 2016
setelah mendapatkan izin penelitian oleh Kepala Kantor Penelitian
dan Pengembangan Kabupaten Pati.

30

1. Partisipan 1

Hari /Tanggal
Wawancara
Jumat, 2
September 2016

Waktu
07.37 – 08.30

Keterangan
 Mengucapkan salam
 Penjelasan penelitian
 Penandatanganan
informed consent
 Proses wawancara

Tabel 1.2 Pelaksanaan interview riset partisipan 1

Peneliti melakukan wawancara dengan partisipan pertama yaitu
ibu W dirumah partisipan. Bersama dengan ibu Karsini salah satu
warga desa Tegalombo sebagai penerjemah bahasa jawa sekalian

penunjuk jalan. Peneliti membawa ibu Karsini dikarenakan peneliti
kurang lancar berbahasa Jawa. Sebelum melakukan wawancara
peneliti menanyakan terlebih dahulu kesediaan partisipan apakah
mau untuk diwawancara atau tidak, dan partisipan menyatakan
bahwa partisipan bersedia untuk diwawancara. Kemudian peneliti
melanjutkan

dengan

memberi

penjelasan

penelitian

dan

penandatanganan informed consent.
2. Partisipan 2
Hari /Tanggal

Wawancara
Sabtu, 3
September 2016

Waktu
09.00 - 09.45

Keterangan
 Mengucapkan salam
 Penjelasan penelitian
 Penandatanganan
informed consent
 Proses wawancara

Tabel 1.3 Pelaksanaan Interview Riset Partisipan 2

31

Hari kedua peneliti menuju ke rumah ibu E. Sebelum melakukan
wawancara peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian.

Kemudian menanyakan terlebih dahulu kesediaan partisipan untuk
dilakukan

wawancara.

Partisipan

menyatakan

malu

untuk

diwawancarai, tetapi dengan negosiasi antara peneliti dengan
partisipan, sehingga partisipan mau diwawancarai. Kemudian
peneliti melanjutkan dengan penandatanganan informed consent.
3. Partisipan 3
Hari /Tanggal
Wawancara
Minggu, 4

September 2016

Waktu

Keterangan

08.00 - .09.01

 Mengucapkan salam
 Penjelasan penelitian
 Penandatanganan
informed consent
 Proses wawancara

Tabel 1.4 Pelaksanaan Interview Riset Partisipan 3

Peneliti melakukan wawancara dengan partisipan ketiga yaitu
ibu Sh dirumah partisipan. Peneliti datang ke rumah ibu Sh pada
saat ibu Sh sedang menonton televisi. Ibu Sh menanyakan maksud
kedatangan peneliti, kemudian peneliti menjelaskan maksud dan

tujuan penelitian. Peneliti menanyakan terlebih dahulu kesediaan
partisipan apakah mau untuk diwawancara atau tidak, dan partisipan
menyatakan

bahwa

partisipan

bersedia

untuk

diwawancara.

Dilanjutkan dengan penandatanganan informed consent

sebagai

legalitas persetujuan wawancara.


32

4. Partisipan 4
Hari /Tanggal
Wawancara
Senin, 5
September 2016

Waktu

Keterangan
 Mengucapkan salam
 Penjelasan
penelitian
 Penandatanganan
informed consent
 Proses wawancara

10.15 - 11.00

Tabel 1.5 Pelaksanaan Interview Riset Partisipan 4

Hari keempat Peneliti melakukan wawancara dengan partisipan
yaitu ibu Sn dirumah partisipan. Saat peneliti datang kerumah ibu
Sn, posisi ibu Sn sedang menyapu halaman rumah sehingga peneliti
menunggu hingga pekerjaan ibu Sn selesai. Setelah itu peneliti
menjelaskan maksud dan tujuan penelitian diruang tamu. Ibu Sn
bersedia untuk diwawancarai. Kemudian peneliti melanjutkan
dengan

penandatanganan

informed

consent.

Setelah

proses

wawancara dengan partisipan selesai, peneliti pun mengucapkan
terima kasih karena telah bersedia menjadi partisipan dan bersedia
untuk diwawancara.
5. Partisipan 5
Hari /Tanggal
Wawancara
Selasa, 6
September 2016

Waktu
16.25 - 17.30

Keterangan
 Mengucapkan salam
 Penjelasan penelitian
 Penandatanganan
informed consent
 Proses wawancara

Tabel 1.6 Pelaksanaan Interview Riset Partisipan 5

33

Hari kelima peneliti kembali melakukan pengumpulan data
bersama ibu karsini karena partisipan masih kerabat dekat ibu
karsini. Peneliti melakukan wawancara dengan partisipan kelima
yaitu ibu Snt dirumah partisipan. Saat peneliti datang ketempat
partisipan, ibu Snt sementara menyuapi anaknya. Peneliti kemudian
langsung menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan peneliti yaitu
untuk melakukan penelitian. Setelah itu peneliti bertanya apakah ibu
Snt bersedia untuk diwawancara, ibu Snt mengatakan bahwa dia
mau diwawancara. Dilanjutkan dengan penandatanganan informed
consent sebagai legalitas persetujuan wawancara.
6. Partisipan 6
Hari /Tanggal
Wawancara
Rabu, 7
September 2016

Waktu
09.10 – 10.20

Keterangan
 Mengucapkan salam
 Penjelasan penelitian
 Penandatanganan
informed consent
 Proses wawancara

Tabel 1.7 Pelaksanaan Interview Riset Partisipan 6

Peneliti melakukan wawancara dengan partisipan keenam yaitu
ibu Rh dirumah partisipan. Peneliti datang kerumah ibu Rh saat ibu
Rh mau berangkat ke sawah, sehingga peneliti melakukan kontrak
waktu untuk bertemu kembali pada malam hari. Malam harinya
peneliti datang lagi ke rumah ibu Rh, dan menjelaskan maksud dan
tujuan penelitian, dan ibu Rh bersedia untuk diwawancara.
Kemudian dilanjutkan penandatanganan informed consent sebagai
surat persetujuan wawancara.
34

7. Partisipan 7
Hari /Tanggal
Wawancara

Waktu

Keterangan

Kamis,
7 September
2016

15.00 - 16.30

 Mengucapkan salam
 Penjelasan penelitian
 Penandatanganan
informed consent
 Proses wawancara

Tabel 1.8 Pelaksanaan Interview Riset Partisipan 7

Peneliti menambah partisipan ketujuh dalam pengambilan data.
Peneliti melakukan wawancara dengan partisipan ketujuh yaitu ibu
Pr dirumah partisipan. Pada pagi hari peneliti bertemu dengan ibu Pr
dijalan kemudian peneliti mengadakan kontrak

waktu untuk

melakukan wawancara. Sebelum melakukan wawancara peneliti
menanyakan terlebih dahulu kesediaan partisipan apakah mau untuk
diwawancara atau tidak, dan partisipan menyatakan bahwa
partisipan

bersedia

melanjutkan

dengan

untuk

diwawancara.

memberi

Kemudian

penjelasan

peneliti

penelitian

dan

penandatanganan informed consent. Setelah proses wawancara
dengan partisipan selesai, peneliti pun mengucapkan terima kasih
karena telah bersedia menjadi partisipan dan bersedia untuk
diwawancara.
8. Partisipan 8 (triangulasi sumber)
Hari /Tanggal
Wawancara
Jumat, 8
September 2016

Waktu
15.00 - 16.30

Keterangan
 Mengucapkan salam
 Penjelasan penelitian
 Penandatanganan
informed consent
35

 Proses wawancara

T

Tabel 1.9 Pelaksanaan Interview Riset Partisipan 8

Peneliti melakukan proses wawancara Ny. Y pada hari Jumat
tgl 8 September 2016 dirumah partisipan. Sebelum melakukan
wawancara peneliti bertemu di Puskesmas Dukuhseti Kabupaten
Pati setelah itu peneliti dan partisipan 8 melakukan kontrak waktu
untuk melakukan wawancara karena pada saat itu partisipan 8
masih melakukan tugas pekerjaannya. Peneliti dan partisipan 8
bertemu dirumah untuk melakukan proses wawancara, sebelum
wawancara dimulai peneliti mengucapkan terima kasih karena
partisipan

bersedia

menjadi

riset

partisipan

penelitian

dan

menjelaskan informed consent. Setelah melakukan wawancara
peneliti melakukan perjanjian dengan partisipan untuk menentukan
jadwal pertemuan selanjutnya apabila ada data-data yang kurang,
sehingga peneliti bisa datang kembali untuk melakukan wawancara.
4.2.5

Karakteristik Riset Partisipan
Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini terdiri dari 7 orang ibu
menyusui di RW II Desa Tegalombo Kecamatan Dukuhseti Kabupaten
Pati - Jawa Tengah, Ibu menyusui pada usia bayi ≥ 6 Bulan , ibu
menyusui pada bayi kelahiran bayi 01 Januari 2014 - 30 Januari 2016.
1. Karakteristik Riset Partisipan 1
Nama

: Ny. W

Jenis Kelamin : Perempuan
Usia

: 30 tahun
36

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Status

: Nikah
Riset

partisipan

merupakan

anak

pertama

dari

dua

bersaudara. Masing-masing sudah berkeluarga dan hidup terpisahpisah. Partisipan mempunyai 3 orang anak yaitu perempuan yang
berusia 11 tahun dan laki-laki yang berusia 1 tahun 2 bulan dan
sekarang partisipan dalam masa kandungan 6 bulan. Partisipan
merupakan orang yang terbuka, hal ini terlihat selama proses
wawancara dimana partisipan dapat menjawab pertanyaan tiap
pertanyaan yang diberikan oleh peneliti walau kadang partisipan
terlihat bingung dengan maksud dari pertanyaan yang diberikan, hal
ini karena peneliti dalam wawancara menggunakan penerjemah
karena partisipan menggunakan bahasa Jawa dan peneliti sendiri
kurang

menguasai

bahasa

Jawa.

Walaupun

begitu

proses

wawancara dapat berjalan dengan baik.
2. Karakteristik Riset Partisipan 2
Nama

: Ny. E

Jenis Kelamin : Perempuan
Usia

: 20 tahun

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Status

: Nikah
Riset Partisipan 2 bernama Ny. E, merupakan seorang ibu

rumah tangga yang hanya lulusan Sekolah Menengah Pertama
(SMP). Ny. E memiliki 2 orang anak, anak pertama perempuan
berusia 3,5 tahun, anak kedua perempuan berusia 1,7. Saat akan
37

memulai proses wawancara Ny. E terlihat gugup, hal ini karena
nyonya E mengatakan bahwa dia belum pernah diwawancara
sebelumnya. Tetapi peneliti berusaha menenangkan agar Ny. E
tidak gugup dan bersikap santai, Peneliti juga memberi jeda sedikit
agar pasien bisa lebih tenang, hal ini dilakukan agar proses
wawancara dapat berjalan dengan baik. Setelah Ny. E lebih tenang
dan mengatakan bahwa dia sudah siap, maka peneliti mulai
melakukan wawancara.
3. Karakteristik Riset Partisipan 3
Nama

: Ny. Sh

Jenis Kelamin : Perempuan
Usia

: 27 tahun

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Status

: Nikah
Riset partisipan hidup terpisah dengan orangtuanya. Dan

sekarang riset partisipan tinggal bersama suami dan kedua orang
anaknya yang berusia masing-masing 7 dan 2 tahun. Dari semua
partisipan hanya Ny. Sh yang menempuh penddikan sampai
Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA) yang setingkat dengan
Sekolah

Menengah

Atas

(SMA).

Saat

proses

wawancara

berlangsung Ny. Sh terlihat tenang dalam menjawab pertanyaan,
sehingga proses wawancara dapat berjalan dengan baik walaupun
kadang Ny. Sh menanyakan kembali kepada peneliti jikalau ada
maksud dari pertanyaan yang kurang dipahami oleh Ny. Sh.

38

4. Karakteristik Riset Partisipan 4
Nama

: Ny. Sn

Jenis Kelamin : Perempuan
Usia

: 24 tahun

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Status

: Nikah
Riset

partisipan

merupakan

anak

kedua

dari

tiga

bersaudara. Kakak dan adik partisipan tinggal bersama dengan
orangtua dan terpisah dari partisipan. Riset partisipan adalah orang
yang ceria dan terbuka, hal ini terlihat pada saat wawancara
berlangsung partisipan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang ada tanpa ragu walaupun pertanyaannya ada yang bersifat
pribadi, sehingga proses wawancara dapat berjalan dengan baik.
5. Karakteristik Riset Partisipan 5
Nama

: Ny. Snt

Jenis Kelamin : Perempuan
Usia

: 27 tahun

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Status

: Nikah

Ny. Snt seorang ibu rumah tangga dengan suami bekerja sebagai
sopir travel antar kota. Keseharian Ny. Snt hanya mengurusi rumah
saat suami bekerja. Ny. Snt merupakan

anak ketiga dari 4

bersaudara. Ny. Snt tinggal bersama dengan suami dan orangtua
dan anaknya. Dengan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA),
Ny. Snt seorang yang ramah dan terbuka pada peneliti. Ny. Snt
memiliki bayi berumur 1 tahun 5 bulan yang merupakan anak

39

pertama. Selama menyusui bayi ny. Snt kesusahan dikarenakan
putting susu tidak menonjol sehingga beliau berinisiatif memompa
ASI dengan bantuan alat. Sehingga bayi diberikan susu formula
sebelum umur 6 bulan untuk memenuhi kebutuhan ASI.
6. Karakteristik Riset Partisipan 6
Nama

: Ny. Rh

Jenis Kelamin : Perempuan
Usia

: 32 tahun

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Status

: Nikah
Riset partisipan merupakan

anak pertama dari tiga

bersaudara. Partisipan tinggal terpisah dengan orang tua. Ketika
peneliti datang untuk melakukan proses wawancara peneliti
disambut dengan baik oleh partisipan. Peneliti sangat ramah dan
juga sangat antusias sehingga mendukung proses wawancara
berjalan dengan baik.
7. Karakteristik Riset Partisipan 7
Nama

: Ny. Pr

Jenis Kelamin : Perempuan
Usia

: 30 tahun

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Status

: Nikah
Riset partisipan tujuh tinggal bersama orang tuanya bersama

anak dan suaminya. Dengan lulusan pendidikan Sekolah Menengah
Atas (SMA), Ny. Pr bekerja sebagai ibu rumah tangga. Riset
partisipan mempunyai anak kedua berusia 8 bulan, dan anak

40

pertama dalam jenjang pendidikan kelas 3 Sekolah Dasar. Dalam
hal menyusui Ny. Pr tidak memberikan ASI Eksklusif pada bayi
hingga umur 6 bulan. Karena Ny. Pr memberikan bubur pada bayi
sebagai makanan pendamping ASI sebelum 6 bulan.
8. Karakteristik Riset Partisipan 8 (Triangulasi Sumber)
Nama

: Ny. Y

Jenis Kelamin : Perempuan
Usia

: 32 tahun

Pekerjaan

: Bidan

Status

: Nikah
Riset partisipan merupakan tenaga kesehatan di Puskesmas

Dukuhseti Kabupaten Pati. Latar belakang Ny. Y mempunyai
perbedaan dengan latar belakang riset partisipan yang lain. Peneliti
mengambil riset partisipan 8 karena Ny.Y merupakan bidan desa
Tegalombo yang menangani kelahiran partisipan yang diambil
peneliti serta menjadi petugas posyandu di RW 2 desa Tegalombo
Kecamatan

Dukuhseti



Pati.

Sehingga

Ny.

Y

memantau

pertumbuhan bayi dari partisipan yang peneliti ambil. Selain itu
setiap bayi sakit partisipan membawa ke Ny. Y untuk berobat dan
memeriksakan kesehatan.
4.3 Hasil Penelitian
Hasil

penelitian

ini

mendeskripsikan

faktor-faktor

penghambat

pemberian ASI eksklusif di Desa Tegalombo, Kecamatan Dukuhseti,
Kabupaten Pati. Dari hasil analisis tema berdasarkan kategori dapat terlihat
3 tema faktor-faktor penghambat pemberian ASI eksklusif. Berikut yang
41

merupakan faktor – faktor penghambat pemberian ASI eksklusif di Desa
Tegalombo, Kecamatan Dukuhseti, Kabupaten Pati:
4.3.1

Ketidaktahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif

Kata Kunci:

Kategori:

Sub tema

Tema:

Pengertian ASI
Eksklusif:

Menyebutkan
pengertian ASI
eksklusif:

Hambatan
tercapainya
ASI eksklusif
karena
kurangnya
pengetahuan
yang benar
tentang ASI
eksklusif

Ketidaktahuan
Ibu
Tentang
ASI Eksklusif

- Belum mbak (ASI
eksklusif), Saya
merasa umurnya
udah cukup untuk
diberi makan. (RP1)
- Tidak Tahu (ASI
eksklusif ). (RP2)
- Saya hanya
memberikan selama
3 bulan (ASI
eksklusif ). (RP4)
- Kurang tahu saya
mbak (ASI eksklusif
). (RP5)
- Kurang tahu saya
mbak (ASI eksklusif
).(RP6)
- Tidak Tahu (ASI
eksklusif ). (RP7)

Tidak tahu,
memberikan ASI
eksklusif hanya
selama 3 bulan,

Dalam ungkapan partisipan tentang pengertian ASI eksklusif
masih kurang. Hal ini terungkap dari ketujuh partisipan dalam kutipan
wawancara sebagai berikut:
“Belum mbak, Kalau yang anak ke dua ini umur
mendekati 6 bulan baru makan bubur, karena saya merasa
umurnya sudah cukup untuk diberi makan bubur.” (RP1)
“Tidak tahu mbak (Tentang ASI Eksklusif), karena
menurut saya sudah bisa makan, jadi saya kasih bubur
sama camilan (Biskuit)”. (RP2)

42

“Sudah, tapi saya beri makanan lain juga. Pernah dulu
yang bayi pertama, bubur dan buah-buahan. Karena saya
merasa anaknya bisa makan, jadi saya kasih. “ (RP3)
“Saya hanya memberikan selama 3 bulan dan
kemudian di tambah dengan susu formula sampai umur 6
bulan. Menurut saya belum cukup soalnya bayi saya
biasanya menangis walaupun sudah diberi ASI jadi ya
kemudian dikasih susu formula.” (RP4)
“Kurang tahu saya mbak (ASI Eksklusif). Saya
memberikan ASI lebih dari 6 bulan. Tapi sudah saya
berikan roti regal pas umur 5 bulan. Dari tetangga bilang
kalau umur 5 bulan bayi sudah bisa makan, roti regal juga
bagus untuk makanan bayi katanya. Ya saya berikan
mbak.” (RP5)
“Waktu umur 5 bulanan mbak sudah memasukkan
mainan ke dalam mulutnya. Jadi saya berikan roti di warung
dek. Saat melahirkan di bidan di kasih penyuluhan, terus
pas pergi ke posyandu. Tapi tahunya ya ASI saja. Belum
mengerti tentang ASI Eksklusif. Paling waktu jalan-jalan
keluar rumah supaya si bayi tidak rewel saya kasih roti
biscuit dan bubur.” (RP6)
“Tidak Tahu (ASI eksklusif) karena sudah saya kasih
susu formula sebelum umur 6 bulan. Kalau untuk ASI
Eksklusif ngertinya ya dikasih ASI gitu mbak. Selama
dibawah umur 5 bulan menurut saya mencukupi, tapi
setelah 5 bulan ke atas saya berikan pendamping susu
formula karena bayinya suka rewel kalau tidak diberi
tambahan susu formula.” (RP7)
Pernyataan tersebut diatas menunjukkan ketidaktahuan ibu
tentang ASI eksklusif. Ini dibuktikan bahwa ibu yang belum memahami
ASI eksklusif akan mudah memberikan makanan kepada bayi sebelum
umur 0-6 bulan. Serta terpengaruh oleh saran dari tetangga dalam hal
memberikan makanan pada bayi sebelum waktunya setelah 6 bulan,
hal ini karena kurangnya pengetahuan ibu sehingga ibu tidak bisa
mempertimbangkan hal-hal yang harus dihindari saat pemberian ASI
eksklusif. Pendidikan yang tinggi juga mempengaruhi keputusan dalam
43

bertindak dan mengambil keputusan. Sedangkan riset partisipan paling
tinggi berpendidikan setara SMA, yang mana pengetahuan tentang
ASI eksklusif hanya didapa dari bidan desa yang melakukan promosi
kesehatan di Posyandu.
4.3.2

Pengaruh Lingkungan (Keluarga)

Kata Kunci:

Kategori:

Sub tema

Tema:

Pengetahuan Suami
tentang ASI Eksklusif:

Mengetahui
Hambatan
tercapainya ASI
eksklusif di
lingkungan
(keluarga):

Hambatan
tercapainya
ASI
eksklusif
karena
Pengaruh
Lingkungan
(Keluarga)

Pengaruh
Lingkungan
(Keluarga)

- Kurang tahu mbak.
(RP4)

- Tidak tahu mbak.
(RP5)

- Gak tahu lah dek,.
(RP6)

- Kurang tau. (RP7)
Pengaruh
keluarga
dalam pemberian ASI
eksklusif:

- Ibu saya menyarankan
roti regal tadi untuk
bayi. Karena umur 5
bulan sudah bisa
makan.(RP5)

Suami tidak tahu
tentang ASI
eksklusif, orang
tua dan mertua
menyarankan bayi
diberi riti regal,
dan bubur
sebelum 6 bulan,
ibu mengikuti
saran orang tua
dan mertua.

- Orang

tua
saya
menyarankan
untuk
bayi dikasih bubur
sama roti, waktu itu
umur 4/5 bulan (RP6)

- Kalau mertua bilang
kasih bubur. Saat
usia 5 bulan sudah
saya
kasih
susu
formula sama bubur
sun. (RP7)

44

Dukungan keluarga merupakan faktor eksternal yang cukup besar
pengaruhnya terhadap keberhasilan ASI eksklusif. Berikut merupakan
pernyataan beberapa partisipan:
“Kurang tahu mbak (pengetahuan suami tentang ASI
eksklusif) dan mengingatkan (untuk menyusui) saja
biasanya pas bayi menangis.” RP4
“Tidak tahu mbak (pengetahuan suami tentang ASI
eksklusif), Mengajari menyusui (orang tua), karena mereka
kan sudah pernah mbak, Menyarankan roti regal tadi untuk
cemilan bayi. Karena umur 5 bulan sudah bisa makan.” RP5
“Kalau kayak gitu ya gak tahu lah dek (pengetahuan
suami tentang ASI eksklusif) saya saja belum terlalu paham.
Orang tua saya menyarankan untuk bayi dikasih bubur sama
roti, waktu itu umur 4/5 bulan supaya ibu tidak kewalahan
dalam menyusui.” RP6
“Kurang tau (pengetahuan suami tentang ASI
eksklusif). Kalau mertua si pernah bilang kalau anaknya
kurang kenyang kasih bubur saja kalau umurnya sudah
cukup. Saat usia 5 bulan sudah saya kasih susu formula
sama bubur sun.” RP7
Dari hasil kutipan wawancara dengan partisipan didapatkan bahwa
orang tua dan mertua partisipan yang tidak mendukung pemberian ASI
eksklusif dapat membuat ibu hilang percaya diri untuk memberikan ASI
eksklusif sampai bayi berumur 6 bulan. Dukungan keluarga sangat
besar pengaruhnya terhadap rasa percaya diri ibu. Anggota keluarga
yang biasanya berperan adalah suami, orang tua (nenek bayi) dan
mertua. Pengetahuan suami yang rendah terhadap ASI eksklusif
membuat suami pasrah terhadap tindakan orang tua. Selain itu tradisi
yang memberikan makanan turun temurun dilakukan dalam keluarga
membuat ibu tidak bertahan untuk terus memberi ASI eksklusif sampai
45

bayi berumur 6 bulan. Dari observasi yang dilakukan peneliti ditemukan
bahwa mertua dan orangtua partisipan lebih fasih dalam merawat bayi
dibandingkan dengan partisipan yang masih membutuhkan bantuan
dalam merawat bayi. Kepatuhan partisipan karena partisipan dulu
pernah dirawat orangtua hingga dewasa, sehingga menganggap
orangtua atau mertua lebih berpengalaman dalam merawat bayi.
4.3.3

Iklan Susu Formula

Kata Kunci:

Kategori:

Sub tema

Tema:

Pengetahuan Suami
tentang ASI
Eksklusif:

Mengetahui
Hambatan
tercapainya
ASI eksklusif di
terhadap
produk susu
formula:

Hambatan
tercapainya
ASI eksklusif
karena
Pengaruh
Iklan
Susu
Formula

Iklan
Susu
Formula

- Menurut saja ya
bagus-bagus saja
(susu formula).
(RP1)
- Tidak yakin. (RP2)
- Katanya susu
formula juga
kandunganya
semakin lengkap.
(RP4)
- Susu formula
termasuk lengkap
komposisinya. (RP5)
- Ya bagus ya tidak
(susu formula),
tergantung. (RP6)
- Memudahkan ibu
kalau kesulitan
memberikan ASI.
(RP7)

Para ibu mengklaim bahwa
produk susu
formula
mempunyai
kandungan yang
hampir
menyerupai ASI.

Berikut pernyataan-pernyataan dari beberapa partisipan yang
menggunakan susu formula sebagai pendamping ASI:

46

“Kalau menurut saya pribadi lebih kuat (lebih
bagus menggunakan ASI) ke ASInya ya, kalau menurut
saya ya bagus-bagus saja (susu Formula) ...” RP 1
“Tidak yakin, karena ASI kayaknya lebih tinggi
gizinya ya (lebih lengkap komposisi ASI), Menurut saya
tidak bagus susu formula.” RP 2
“Menurut saya kayaknya tidak bagus, Tidak begitu
yakin sih.” RP 3
“Tidak yakin, soalnya menurut saya ASI itu lebih
banyak manfaatnya dibanding susu formula. Makanya saya
gunakan sebagai pendamping saja. Menurut saya tidak
bagus, kalau untuk pendamping saja menurut saya tidak
masalah katanya susu formula juga kandunganya
(Komposisi Susu Formula) semakin lengkap.” RP 4
“…Menurut saya tidak bagus, kalau untuk pendamping
saja menurut saya tidak masalah katanya susu formula juga
kandungannya semakin lengkap.” RP4
“… Bagus sih mbak, karena susu formula termasuk
lengkap komposisinya.” RP5
“… Ya bagus ya tidak (susu formula), tergantung. Tapi
ada juga yang hanya pakai susu formula juga sehat. Kan
sekarang susu formula sudah lebih lengkap kandunganya
dek. Itu yang dibilang tetangga sih dek.” RP6
“…Tapi sekarang kan sudah maju mbak, jadi
memudahkan ibu kalau kesulitan memberikan ASI, bagus
untuk mendukung pertumbuhan bayi.” RP7
Dari kutipan wawancara diatas diketahui bahwa iklan susu
formula sering menunjukkan propaganda (mempromosikan komposisi
susu formula yang semakin berkembang) terhadap masyarakat akan
yang menyerupai ASI. Sehingga partisipan mengalami perubahan
paradigma atau cara pandang terhadap produk susu formula.
Propaganda tersebut seringkali berupa klaim bahwa produk susu
formula mempunyai kandungan yang hampir menyerupai ASI. Dari
iklan susu tersebut mempengaruhi partisipan untuk menerima susu
47

formula bayi sebagai suatu pilihan dan dapat menghambat pemberian
ASI eksklusif.
4.4

Hasil Data Pendukung
4.4.1

Data Pendukung Observasi Riset Partisipan 1 - 7
Observasi dilakukan peneliti setelah melakukan wawancara
dengan riset partisipan. Bersama dengan riset partisipan menelusuri
setiap bagian rumah dengan rata-rata waktu 3 - 5 menit. Dalam
penelusuran di rumah riset partisipan, hanya Riset partisipan kelima
yang ditemukan terdapat bungkus susu formula. Sedangkan riset
partisipan yang lain tidak ditemukan susu formula maupun
bungkusnya. Hanya saja para partisipan memilili televisi di rumah
masing – masing
Biskuit regal dan bubur terlihat di meja kamar semua
partisipan, dari keterangan yang ada mertua, orang tua maupun
suami yang membelikan untuk si bayi. Bertemu dengan suami riset
partisipan 1 - 7, peneliti menanyakan tentang ASI eksklusif,
komposisi ASI eksklusif, dan pemberian ASI eksklusif kepada semua
riset partisipan, dan menegaskan bahwa meraka tidak mengatahui
tentang ASI Eksklusif. Untuk menambah data observasi mengenai
mertua dan orang tua, peneliti bertemu dengan mertua dan orang
tua riset partisipan. Dari keterangan meraka memang menyarankan
kepada riset partisipan untuk memberikan roti regal dan bubur sun.

48

karena orang tua dan mertua menganggap bayi sudah bisa makan,
menurut pegalaman mereka mengasuh anak dulu.
Peneliti pergi ke riset partisipan 8 (triangulasi sumber) untuk
mengobservasi tentang promosi kesehatan yang diberikan kepada
ibu – ibu menyusui. Dari penjelasan Ny. Y, sudah dilakukan promosi
kesehatan tentang pemberian ASI eksklusif di posyandu, dan Ny. Y
menyatakan tidak pernah menawarkan susu formula kepada para
ibu yang sedang menyusui.
4.5

Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi dan
member check.
1. Member Check
No.

Member Check

1

Riset Partisipan 1

2

Riset Partisipan 2

3

Riset Partisipan 3

4

Riset Partisipan 4

5

Riset Partisipan 5

6

Riset Partisipan 6

7

Riset Partisipan 7

Waktu
Senin, 8 Agustus 2016
Pukul 16.05 WIB
Senin, 8 Agustus 2016
Pukul 18.15 WIB
Selasa, 9 Agustus 2016
Pukul 15.30 WIB
Selasa, 9 Agustus 2016
Pukul 16.30 WIB
Rabu, 10 Agustus 2016
Pukul 07.15 WIB
Rabu, 10 Agustus 2016
Pukul 16.30 WIB
Kamis, 11 Agustus 2016
Pukul 10.15 WIB

Tempat
Di rumah riset partisipan 1
Di rumah riset partisipan 2
Di rumah riset partisipan 3
Di rumah riset partisipan 4
Di rumah riset partisipan 5
Di rumah riset partisipan 6
Di rumah riset partisipan 7

Tabel 1.9 Pelaksanaan Member check Riset Partisipan

Dengan membawa hasil rekaman suara dan verbatim yang telah
dibuat, kemudian didengar dan diperlihatkan agar dikoreksi oleh
49

partisipan apabila ada data-data yang tidak sesuai. Riset partisipan
mendengarkan rekaman dan membaca verbatim wawancara pada riset
partisipan satu. Selesai memeriksa rekaman dan verbatim datanya
sesuai riset partisipan satu menyetujui data tersebut.
2. Triangulasi Sumber
Peneliti melakukan triangulasi sumber dengan memilih tenaga
kesehatan yaitu bidan desa. Peneliti melakukan wawancara terhadap
bidan menggunakan panduan wawancara yang berbeda dengan
panduan wawancara pada partisipan. Hal ini dilakukan peneliti untuk
melihat apakah yang diungkapkan partisipan mempunyai kesamaan
dengan apa yang diungkapkan bidan. Selain itu juga peneliti
menanyakan kembali pada bidan mengenai beberapa jawaban informan
yang peneliti anggap penting untuk di uji keabsahannya.

Hasil dari

triangulasi sumber memiliki kesamaan. Bidan desa menyatakan bahwa
para ibu hanya mengetahui ASI tetapi tidak mengetahui tentang ASI
eksklusif. Bidan desa juga memberikan penyuluhan tentang ASI
eksklusif di posyandu dengan waktu yang singkat sehingga informasi
yang diterima para ibu kurang maksimal. Hal ini juga disampaikan para
riset partisipan yang mana hanya mengetahui ASI dan kurang
memahami

tentang

ASI

eksklusif

sehingga

terpengaruh

dalam

memberikan makanan pada bayi umur ≤ 6 bulan. Informasi dari bidan
desa juga menyatakan bahwa mertua dan/atau nenek bayi banyak
berperan dalam mengurus bayi, sehingga ibu cenderung

mengikuti

50

perintah mertua dan/atau nenek bayi untuk memberikan makanan
sebelum umur ≤ 6 bulan, karena mertua dan/atau nenek bayi lebih dekat
dan pernah mempunyai pengalaman dalam mengurus bayi. Dengan ini
sama dengan pernyataan para riset partisipan yang memberikan
makanan pada bayi sebelum umur 6 bulan karena mengikuti saran dari
mertua dan/atau nenek bayi. Bidan desa menyatakan susu formula
dapat didapatkan di kios-kios terdekat di dalam desa sesuai umur yang
diinginkan sehingga memberi kemudahan ibu untuk mendapatkannya
serta gencarnya iklan susu formula yang memberitakan komposisi susu
formula yang menyerupai ASI. Hal ini sama dengan pernyataan para
riset partisipan yang memberikan susu formula pada bayi sebelum umur
6 bulan karena menganggap komposisi susu formula mencukupi
kebutuhan bayi dan tidak diimbangi dengan pengetahuan yang cukup
tentang ASI eksklusif.
4.6

Pembahasan Hasil Penelitian
Dalam pembahasan, peneliti akan mendiskusikan tentang tema
yang sudah didapatkan dari penelitian yang berfokus untuk mengetahui
faktor-faktor penghambat pemberian ASI eksklusif di desa Tegalombo,
Kecamatan Dukuhseti, Kabupaten Pati. Intepretasi hasil penelitian ini
dilakukan

dengan

cara

membandingkan

dengan

hasil

penelitan

sebelumnya.

51

4.6.1

Ketidaktahuan ibu tentang ASI Eksklusif
Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan ibu tentang ASI
eksklusif masih kurang. Ini dibuktikan bahwa ibu yang belum
memahami ASI eksklusif akan mudah memberikan makanan kepada
bayi umur 0 - 6 bulan. Serta mudah terpengaruh oleh saran dari
orang tua dan mertua karena kurangnya pengetahuan ibu sehingga
ibu tidak bisa mempertimbangkan hal-hal yang harus dihindari saat
pemberian ASI eksklusif.
Menurut

penelitian

Susilawati

&

Maulina,

R.

(2014),

pengetahuan ada hubungan dengan penghambat pemberian ASI
eksklusif karena ibu yang memiliki pengetahuan yang baik
mendapatkan informasi yang banyak dibandingkan ibu yang
pengetahuannya kurang, sebaliknya ibu yang memiliki pengetahuan
yang kurang mendapatkan informasi yang sedikit dibandingkan ibu
yang memiliki pengetahuan yang baik. Sependapat dengan teori
Notoatmojo (2012), hambatan utama tercapainya ASI eksklusif yang
benar karena kurang sampainya pengetahuan yang benar tentang
ASI eksklusif pada para ibu. Serta didukung dengan hasil penelitian
Fikawati

&

Ahmad

(2012)

tentang

alasan

terbanyak

ibu

menghentikan pemberian ASI Eksklusif karena merasa ASInya
kurang mencukupi kebutuhan bayi. Pada penelitian Raharjo (2015)
praktik ASI eksklusif ini dapat berlangsung sampai 6 bulan jika
didasari oleh pengetahuan dan kesadaran yang tinggi. Sebaliknya,

52

jika tidak didasari dengan pengetahuan dan kesadaran yang tinggi
maka praktik dan perilaku tersebut tidak akan berhasil sampai 6
bulan penuh. Sehingga peneliti berpendapat bahwa semakin baik
pengetahuan ibu tentang ASI maka akan semakin baik pula praktik
pemberian ASI eksklusif. ASI eksklusif ini dapat berlangsung sampai
6 bulan bila didasari oleh pengetahuan dan kesadaran yang tinggi.
Masih kurangnya pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dapat
menghambat pemberian ASI eksklusif. Hasil penelitian ini terdapat
hambatan utama tercapainya ASI eksklusif yang benar adalah
karena kurang sampainya pengetahuan yang benar tentang ASI
eksklusif pada para ibu. Kehilangan pengetahuan tentang menyusui
berarti kehilangan besar akan kepercayaan diri seorang ibu untuk
dapat memberikan perawatan terbaik untuk bayinya.
Satino

&

Setyorini

(2014)

dikota

Surakarta

dalam

penelitianya adapun pendidikan berkaitan dengan pengetahuan,
keterampilan dan aspek kelakuan yang lain. Pendidikan yang tinggi
akan mempengaruhi pola pikir seseorang untuk bertindak dan
mengambil keputusan yang sebaik-baiknya sehingga muncul sifat
kedewasaan. Sedangkan riset partisipan menempuh pendidikan
maksimal SMA, yang mana pendidikan ASI eksklusif hanya didapat
saat promosi kesehatan di Posyandu. Pada dasarnya pengetahuan
ibu tentang komposisi ASI eksklusif akan mempengaruhi pola pikir
ibu dalam praktik pemberian ASI eksklusif. Sehingga ibu lebih bijak

53

dalam mengambil keputusan dan tidak mudah terpengaruh oleh
pihak luar misal keluarga maupun iklan susu formula. Terlebih lagi
bahaya akan gangguan pencernaan akibat pemberian makanan
pada bayi umur dibawah 6 bulan. Pada saat di Posyandu bidan desa
memberikan penyuluhan ASI eksklusif dengan waktu yang singkat
sehingga riset partisipan kesulitan dalam menyerap ilmu yang
didapat.
4.6.2

Pengaruh Lingkungan (Keluarga)
Dukungan keluarga merupakan faktor eksternal yang cukup
besar pengaruhnya terhadap keberhasilan ASI eksklusif, karena
dukungan keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap rasa
percaya diri ibu. Anggota keluarga yang biasanya berperan adalah
suami, orang tua (nenek bayi) dan mertua. Pengetahuan suami yang
rendah terhadap ASI eksklusif membuat suami pasrah terhadap
tindakan orang tua. Dalam kegiatan sehari-hari ibu menyusui dibantu
orangtua dalam hal menyiapkan kebutuhan makan, mencuci baju,
memandihkan

bayi

serta

memberikan

saran

berdasarkan

pengalaman orangtua dalam membesarkan bayi termasuk memberi
makanan bayi sebelum umur 6 bulan. Selain itu tradisi yang
memberikan makanan turun temurun dilakukan dalam keluarga
membuat ibu tidak bertahan untuk terus memberi ASI eksklusif
sampai bayi berumur 6 bulan. Dari hasil wawancara dengan
partisipan didapatkan bahwa keluarga yang tidak mendukung

54

pemberian ASI eksklusif dapat membuat ibu hilang percaya diri
untuk memberikan ASI eksklusif sampai bayi berumur 6 bulan.
Teori IDAI (2010) lingkungan keluarga merupakan lingkungan
yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan ibu menyusui
secara eksklusif. Keluarga (suami, orangtua, mertua, ipar) perlu
diinformasikan bahwa seorang ibu perlu dukungan dan bantuan
keluarga agar ibu berhasil menyusui secara eksklusif. Bagian
keluarga yang mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap
keberhasilan dan kegagalan menyusui adalah suami. Dalam
penelitian Susilawati & Maulina, R., (2014) suami perlu mengetahui
pentingnya pemberian ASI, jika semua mengetahui manfaat dari ASI
maka hal itu akan menjadi motivasi bagi suami untuk membantu ibu
demi kelancaran pemberian ASI. Dukungan keluarga ada hubungan
dengan penghambat pemberian ASI eksklusif karena ibu yang
mendapatkan dukungan dari keluarga akan merasakan keputusan
yang diambil oleh ibu untuk memberikan ASI eksklusif didukung oleh
keluarga, sehingga ibu termotivasi untuk memberikan ASI eksklusif
dan membantu dalam proses pemberian ASI eksklusif. Hal ini sesuai
dengan penelitian Raharjo (2015), keluarga yang tidak mendukung
pemberian ASI eksklusif dapat membuat ibu hilang percaya diri
untuk memberikan ASI sampai bayi berumur 6 bulan.
Peneliti berpendapat bahwa keluarga yang tidak mendukung
pemberian ASI eksklusif dapat membuat ibu hilang percaya diri

55

untuk memberikan ASI eksklusif sampai bayi berumur 6 bulan.
Dukungan keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap rasa
percaya diri ibu. Anggota keluarga yang biasanya berperan adalah
suami, orang tua (nenek bayi) dan mertua. Pengetahuan suami yang
rendah terhadap ASI eksklusif membuat suami pasrah terhadap
tindakan orang tua. Selain itu tradisi yang memberikan makanan
turun temurun dilakukan dalam keluarga membuat ibu tidak bertahan
untuk terus memberi ASI eksklusif sampai bayi berumur 6 bulan.
4.6.3 Iklan Susu Formula
Diketahui bahwa iklan susu formula sering menunjukkan
propaganda terhadap masyarakat akan kandungan gizinya yang
menyerupai ASI. Hal ini diketahui dalam hasil penelitian bahwa ada
beberapa partisipan mengalami perubahan paradigma atau cara
pandang terhadap produk susu formula. Propaganda tersebut
seringkali berupa klaim bahwa produk susu formula mempunyai
kandungan yang hampir menyerupai ASI. Dari iklan susu tersebut
mempengaruhi masyarakat untuk menerima susu formula bayi
sebagai suatu pilihan dan dapat menghambat pemberian ASI
eksklusif.

Dari

hasil

pengamatan

peneliti,

riset

partisipan

dimudahkan dalam pembelian susu formula dari segi harga yang
mana ada kemasan kecil yang harganya terjangkau. Sehingga riset
partisipan dengan kemampuan ekonomi menengah kebawah tetap

56

bisa membeli susu formula yang digunakan sebagai pendamping
ASI.
Hasil ini didukung dengan penelitian Sartono (2013) adanya
salah satu faktor yang berperan dalam menunjang ASI eksklusif
adalah produsen susu formula. Keterlibatan produsen susu formula
dapat mewarnai pencapaian pemberian ASI eksklusif dapat dilacak
pada tersedianya iklan susu formula di media elektronik. Ditambah
lagi dengan penelitian Raharjo (2015) menyatakan bahwa produsen
susu formula bayi melalui tenaga marketingnya seringkali melakukan
propaganda kepada dokter atau bidan atau tenaga kesehatan terkait.
Propaganda tersebut seringkali berupa klaim bahwa produk susu
yang mereka ciptakan mempunyai kandungan hampir menyerupai
ASI.
Diyakini bahwa iklan susu formula sering menunjukkan
propaganda terhadap masyarakat akan kandungan gizinya yang
menyerupai

ASI.

Sehingga

partisipan

mengalami

perubahan

paradigma atau cara pandang terhadap produk susu formula.
Propaganda tersebut seringkali berupa klaim bahwa produk susu
formula mempunyai kandungan yang hampir menyerupai ASI. Dari
iklan susu tersebut mempengaruhi partisipan untuk menerima susu
formula bayi sebagai suatu pilihan dan dapat menghambat
pemberian ASI eksklusif.

57

4.7 Kekurangan Penelitian .
Keterbatasan

dalam

penelitian

ini

adalah

hanya

meneliti

penghambat pemberian ASI eksklusif pada bayi umur 0 – 6 bulan di desa
Tegalombo dari sudut pandang ibu dengan sampel 7 ibu menyusui
dengan usia bayi lebih dari 6 bulan. Oleh sebab itu, perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut dengan sudut pandang yang berbeda. Misalnya
dari tenaga kesehatan (bidan desa) dan keluarga. Serta menambah
sampel sehingga dapat memaksimalkan hasil penelitian.

58

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65