BOOK Elva RRoem, Atwar B Model Komunikasi Wisata

Model Komunikasi Wisata “Terselubung”
Pelacuran Ilegal di Kota Padang
Elva Ronaning Roem, Atwar Bajari
Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Andalas,
FIKOM Universitas Padjadjaran
elvarona80@gmail.com, atwarbajari@gmail.com

Pendahuluan
Kota Padang, yang terletak di Provinsi Sumatera Barat merupakan
salah satu kota di Indonesia yang memiliki alam yang indah sebagai
tempat wisata bagi para Turis baik lokal, nasional maupun internasional.
Dengan kontur alam yang indah yang memiliki pantai dan pegunungan
serta bukit yang indah membuat para wisata menyukai beberapa
destinasi yang ada di Provinsi Sumatera Barat.
Namun sisi unik dari provinsi yang dikenal dengan Nagari
Minangkabau ini juga tak luput dari wisata lain yang banyak
mengundang penasaran para wisatawan, terutama masyarakat yang
pernah datang ke tempat tersebut. Dengan sebutan “terselubung”
menandakan bahwa orang-orang yang pernah melihat sekedar
mengobati rasa penasaran atau mungkin memang ingin mencoba
wisata tersebut sudah paham bahwa “terselubung” yang dimaksud

dalam hal ini adalah belasan wanita malam yang berpenampilan seksi
menawarkan jasa seksual langsung dari pinggir jalan kepada para lelaki
yang melintas di sepanjang jalan Diponegoro Kota Padang. Jalan ini
seakan telah menjadi tempat khusus bagi wanita malam yang bekerja
secara illegal dan bersifat terselubung dalam menawarkan jasa birahi
yang membuat kaum papa betah untuk mengunjungi tempat tersebut,
sekedar menawar, iseng bahkan serius untuk mengajak wanita-wanita
cantik ini untuk berkencan bersama mereka.
Wanita malam ini dikenal dengan pelacur illegal berasal dari
kalangan berbagai kategori. Ada yang mahasiswi, ada pula perempuan

Bunga Rampai Komunikasi Indonesia

37

yang tidak memiliki pekerjaan, bahkan ibu rumah tangga yang telah
bercerai. Melakoni pekerjaan melacur karena merasa tak mampu
melakukan pekerjaan yang lain lagi, serta menilai bahwa melacur
pekerjaan instan yang bisa mendatang uang banyak dalam hitungan
waktu yang cepat. Hanya dengan modal berani bermain peran, tubuh

seksi dan wajah yang menarik serta mampu memainkan kata-kata dan
bahasa yang menggoda pekerjaan melacur menjadi sebuah pekerjaan
yang mudah bagi pelakunya.
Jalan yang mereka sulap sebagai lokasi illegal dalam wisata
“terselubung” ini sesungguhnya juga tidak pernah diakui oleh masyarkat
kota padang dan Pemerintah Kota Padang. Wisata terselubung justru
menjadi wisata langka yang dalam kenyataannya saat ini selalu diminati
siapapun terutama para kelaki. Sebuah rilis berita menyebutkan bahwa
hal yang menjadi pesaing utama wisata halal itu di Sumatera Barat,
terutama di Kota Padang pada malam hari, dimulai dari tenggelamnya
matahari sampai terbit fajar dan azan subuh berkumandang adalah
praktek pelacuran1.
Rilis berita media online ini membuktikan bahwa wisata “halal”
di Kota Padang seakan kalah saing dengan wisata “terselubung” yang
disebut dengan wisata “haram”. Daya tarik perhatian kaum lelaki
justru menjadikan kegiatan praktek pelacuran illegal di malam hari
ini semakin buming dan menjadi fenomena yang unik terjadi di Kota
Padang, yang notabene dikenal sebagai salah satu kota religi yang kuat
dengan ilosopi “Adat Besandi Syarak, Syarak Besandi Kitabullah”.
Filosoi ini memiliki arti landasan dari sistem nilai adalah agama yang

menjadikan Islam sebagai sumber utama dalam tata dan pola perilaku
serta melembaga dalam masyarakat Minangkabau dan menjadi
identitas kultural bagi orang Minang.
Namun pada praktik kehidupan, ilosoi ini sudah terkikis
salah salah satunya dengan munculnya kegiatan illegal pelacuran
terselubung yang dilakoni oleh orang Minang sendiri yang sudah
kehilangan moralitas dalam hidup dan perilaku mereka. Menciptakan
wisata “haram” di Sumatera Barat terutama di Kota Padang. Bahkan
Pemerintah Kota Padang sendiri hingga saat ini masih dinilai gagal
dalam menanggulangi kegiatan pelacuran terselubung ini. Hal ini
1

38

Lihat http://padangkita.com/pelacuran-menjadi-saingan-utama-wisata-halal-kotapadang/
Bunga Rampai Komunikasi Indonesia

dibuktikan dengan rilis berita yang menyebutkan bukti nyata dari
kegagalan Pemkot Padang dalam memberantas praktik Prostitusi
dengan banyaknya mobil yang berkeliling menjajakan perempuan

pekerja seks setiap malamnya. Beberapa kawasan di Kota Padang akan
berganti menjadi tempat transaksi para wanita penghibur dan pria
hidung belang2.
Dalam aktivitasnya, pelacur illegal adalah pelacur yang bekerja
secara diam-diam dan berusaha menutupi pekerjaannya karena
pekerjaannya tersebut berhubungan dengan urusan jual beli seksual
yang dinilai tabu. Oleh karena itu pelakunya selalu berhati-hati
dalam melakoni pekerjaan tersebut dengan berbagai alasan yang
mengiringinya. Pesan komunikasi yang berbentuk serta beragam pun
mereka munculkan untuk memberi isyarat bagi kaum lelaki bahwa
mereka memang menjual jasa seksual namun berbentuk terselubung
atau illegal.
Istilah pesan adalah sebagai produk utama komunikasi sangat
memiliki peran penting bagi pelacur illegal di Kota Padang. Pesan
yang dimunculkan pelacur illegal di Kota Padang ini berupa simbolsimbol yang mereka munculkan yakni melalui mangkal di pinggir jalan
dengan menggunakan mobil serta memakai pakaian yang seksi dan
pesan tersebut merupakan bentuk sikap, perasaan, praktik maupun
tindakan yang mereka tunjukkan bahwa mereka adalah pelacur atau
wanita penghibur yang bisa memuaskan siapapun.
Komunikasi yang dapat terjadi dalam diri pelacur mempunyai

tujuan tertentu. Artinya komunikasi yang dilakukan sesuai dengan
keinginan dan kepentingan para pelakunya. Dalam hal ini tujuan
mereka berkomunikasi pada para lelaki adalah untuk mendapatkan
uang dengan alasan yang dibungkus baik karena kekurangan akan faktor
ekonomi maupun untuk melengkapi gaya hidup yang juga memerlukan
uang banyak untuk membeli sesuatu yang mereka inginkan.
Freud (Kartono, 2007: 90) mengatakan bahwa seks merupakan
energi psikis yang ikut mendorong manusia untuk aktif bertingkah
laku. Tidak hanya berbuat di bidang seks saja, yaitu melakukan relasi
seksual atau bersenggama, akan tetapi juga melakukan kegiatan2

Lihat, http://harianhaluan.com/news/detail/60215/prostitusi-terselubung-di-kotapadang.
Bunga Rampai Komunikasi Indonesia

39

kegiatan nonseksual. Sebagai energi psikis, seks menjadi motivasi atau
tenaga dorong untuk berbuat atau bertingkah laku.
Bagi Pelacur illegal di Kota Padang, kegiatan mangkal yang mereka
lakukan mulai pukul 22.00 hingga 04.00 Wib jelang subuh merupakan

sebuah rutinitas yang memang harus dilakukan. Dengan jumlah
saingan yang tidak sedikit di sepanjang jalan yang sama mereka kuasai,
membuat para wanita malam ini yakin bahwa pekerjaan tersebut akan
mendapat ridha dari yang Maha Pencipta agar mereka bisa bertahan
hidup dengan keadaan mereka sendiri.
Komunikasi yang bersifat langsung harus benar-benar mereka
kuasai agar bisa mendapat pelanggan yang mau membayar mereka.
Komunikasi langsung biasanya dimunculkan dalam komunikasi
ekpresif yang selalu mereka tonjolkan dari penampilan-penampilannya.
Sehinga kegiatan wisata “terselubung” ibarat sebuah wisata yang unik
karena dalam hal ini wisata tersebut sesungguhnya dimunculkan dari
wanita-wanita seksi yang bergerak dalam pelacuran terselubung.
Berdasarkan fenomena yang muncul tentang Wisata “terselubung”
di Kota Padang yang dilakoni oleh pelacur illegal, penulisan ini juga
sekaligus bertujuan untuk melihat dan mengetahui bagaimana model
komunikasi wisata “terselubung” pelacuran illegal di Kota Padang.

Kajian Teori
Menurut deinisi yang luas, pariwisata adalah perjalanan dari
satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan

maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau
keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi
sosial, budaya, alam dan ilmu. Namun menurut Leiper (Cooper et.al,
1998:5) terdapat tiga elemen utama yang menjadikan kegiatan wisata di
sebuah daerah bisa terjadi.
Kegiatan wisata terdiri atas beberapa komponen utama, yakni:
pertama, wisatawan, ia adalah aktor dalam kegiatan wisata. Berwisata
menjadi sebuah pengalaman manusia untuk menikmati, mengantisipasi
dan mengingatkan masa-masa di dalam kehidupan. Kedua adalah
elemen geograi misalnya keunikan daerah yang menjadi destinasi
wisata tersebut, dan ketiga adalah industri pariwisata.
Sementara itu wisata “terselubung” merupakan wisata yang penulis
40

Bunga Rampai Komunikasi Indonesia

munculkan dalam tulisan ini sebagai bentuk wisata yang unik. Dalam
hal ini unik karena bentuk kegiatannya bukanlah yang berhubungan
dengan alam serta keindahannya, namun dalam hal ini berhubungan
dengan kegiatan praktik pelacuran yang bersifat illegal. Menurut

Kartini Kartono (1992: 209) pelacuran illegal adalah pelacuran yang
tidak terdatar dan pelakunya menjajakan diri secara secara diamdiam, gelap-gelapan dan liar, baik secara perorangan maupun dalam
kelompok. Perbuatannya tidak terorganisasi, tempatnya pun tidak
tertentu.
Dalam praktik pelacuran, para pelacur tidak lepas dari proses
komunikasi. Hovland, Janis & Kelley (1953:315) menyebutkan bahwa
komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi,
keahlian dan lain-lain. Melalui penggunaan simbol-simbol seperti
kata-kata, gambar-gambar, dan lain-lain. Dalam kegiatan komunikasi
setiap pelaku komunikasi setidaknya melakukan empat tindakan
dalam hidup mereka yakni: membentuk, menyampaikan, menerima,
dan mengolah pesan. Membentuk pesan artinya menciptakan sesuatu
ide atau gagasan.
Bagi pelacur illegal yang merupakan wanita penggoda, pesan
komunikasi mereka munculkan dengan cara yang berbeda-beda, ada
yang bersifat verbal yakni melalui bahasa maupun non verbal yang
ditunjukkan melalui penampilan-penampilan mereka yang menggoda
dengan berbagai fashion yang menghiasi tubuh mereka. Pesan
komunikasi dalam hal ini tentu saja muncul dan terjadi dalam benak
kepala pelacur melalui proses kerja sistem syaraf mereka masingmasing yang tentu tidak sama antara satu dan yang lainnya. Pesan yang

telah terbentuk ini kemudian disampaikan kepada orang lain yakni
para lelaki hidung belang yang bisa dikatakan bagian dari wisatawan
mereka dalam wisata “terselubung”. Pesan komunikasi disampaikan
baik secara langsung ataupun tidak langsung. Pesan yang diterima
calon pelanggan atau bahkan pelanggan yang ini kemudian akan diolah
melalui sistem syaraf dan diinterpretasikan dengan merespon apa saja
yang ditawarkan pelacur dalam kegiatan wisata “terselubung”.
Dalam sebuah jurnal komunikasi disebutkan Kota Padang tidak
memiliki lokalisasi khusus dalam urusan jasa seksual, Pelacuran
memiliki caranya masing-masing untuk mendapatkan pelanggan.

Bunga Rampai Komunikasi Indonesia

41

Salah satunya adalah melakukan pelacuran terselubung yakni kegiatan
menjajakan jasa seksual dengan cara sembunyi agar terhindar dari
razia yang dilakukan Pemerintah setempat (Roem, 2014: 89).
Pelacuran terselubung terpaksa dilakukan karena kegiatan
pelacuran di Kota Padang sesungguhnya tidak pernah diakui

keberadaannya, sehingga dalam praktiknya menjajakan diri bagi
pelacur illegal memiliki tujuan akhir adalah untuk mendapatkan uang.
Dalam kesaharian, uang memegang peranan dalam roda kehidupan,
dan untuk mendapatkannya secara instan hanya bisa dilakukan dengan
cara menjual diri.
Menjual diri membutuhkan bermain peran agar para pelirik jasa
seksual tertarik dengan apa yang mereka lihat. Bermain peran bagi pelacur
harus dilakukan sedemikian rupa, dengan istilah bahwa apa yang mereka
lakukan harus membuahkan hasil, sehingga bermain peran dipoles
dengan berbagai tindakan yang disesuaikan dengan kemampuan para
pelacur masing-masing dalam bermain peran dalam teater mereka di
dunia pelacuran terselubung. Erving Gofman menggambarkan interaksi
sosial sebagai suatu pertunjukan teater dimana masing-masing orang
bertindak dalam “jalur” tertentu. “Jalur” itu adalah sejumlah tindakan
verbal dan nonverbal yang dipilih secara hati-hati untuk mengekspresikan
diri. Tentu saja “jalur” ini dapat berubah dari suatu situasi ke situasi lain
menurut derajat kepentingan yang dimiliki individu. Menurut Gofman
bahwa salah satu aturan dasar interaksi sosial adalah komitmen yang
saling timbal-balik di antara individu-individu yang terlibat mengenai
peran (role) yang harus dimainkannya (Gofman, 1959: 120).

Pelacur juga memiliki peran dalam hidup mereka. Sama halnya
seperti yang diungkapkan Gofman yakni:
1. Penampilan muka (proper front)
Yakni perilaku tertentu yang diekspresikan secara khusus agar
orang lain mengetahui dengan jelas peran si pelaku (aktor). Front ini
terdiri dan peralatan lengkap yang kita gunakan untuk menampilkan
diri. Front ini mencakup 3 aspek (unsur), yaitu setting (serangkaian
peralatan ruang dan benda yang digunakan); appearance (penggunaan
petunjuk artifaktual, misal pakaian, rencana, atribut-atribut; dan
manner (gaya bertingkah laku, misal cara berjalan duduk, berbicara,
memandang, dll.)
42

Bunga Rampai Komunikasi Indonesia

Dalam hal ini pelacur menampilkan diri mereka semenarik
mungkin, mulai dari penampilan diri serta body languange mereka yang
harus menjual sehingga penarik diri mereka sesungguhnya terletak
dari kemahiran mereka masing-masing dalam proper front tersebut.
2. Keterlibatan dalam perannya
Hal yang mutlak adalah aktor sepenuhnya terlibat dalam perannya.
Dengan keterlibatannya secara penuh akan menolong dirinya untuk
sungguh-sungguh meyakini perannya dan bisa menghayati peran yang
dilakukannya secara total. Sebagai actor, pelacur memiliki wilayah
peran yang memang yang sudah mereka persiapkan dengan matang.
Salah satunya adalah panggung depan mereka. Panggung yang mereka
ibaratkan sebagai pentas pertunjukan diri. Keterlibatan dalam peran
menjadi pelacur yang sesungguhnya mereka tunjukkan bahwa mereka
memang mampu menjadi pemuas kebutuhan seksual orang yang
menginginkan jasa mereka.
3. Mewujudkan idealiasasi harapan orang lain tentang perannya
Dalam hal ini pelacur harus mengetahui tipe perilaku dari
calon pelanggan mereka. Apa yang diharapkan dan orang-orang
pada umumnya mengenai perannya, dan memanfaatkan diri untuk
diperhitungkan dalam penampilannya. Kadang-kadang untuk
memenuhi harapan orang pada umumnya, dia harus melakukan
sesuatu yang sebenarnya tidak perlu. Misalnya, pelacur yang sudah
berpengalaman sebenarnya dia dapat menebak apa yang diinginkan
pelanggannya hanya dengan menatap sekilas pada pupil matanya.
Namun jika pelacur langsung to the point mungkin saja dia akan
dibayar murah oleh pelanggan. Untuk menghindari masalah ini, maka
pelacur itu akan berusaha untuk menyombongkan diri karena merasa
yakin bahwa penampilan baik verbal maupun non verbalnya sangat
memukau sehingga pelangganpun berusaha untuk mengejar dan
menawar dirinya dengan harga tinggi.
4. Mystiication
Akhirnya Gofman mencatat bahwa bagi kebanyakan peran
performance yang baik menuntut pemeliharaan jarak sosial tertentu
di antara aktor dan orang lain. Misalnya seorang pelacur harus
memelihara jarak yang sesuai dengan calon pelanggan, dia tak boleh
Bunga Rampai Komunikasi Indonesia

43

terlalu kenal dan akrab, supaya dia tetap menyadari perannya dan tidak
hilang dalam proses tersebut.

Metode
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif
dengan pendekatan phenomenological research atau penelitian
fenomenologi, yaitu penelitian yang bertujuan mengidentiikasi
dan mendekripsikan pengalaman subyektif dari pelacuran illegal
dalam pelacuran terselubung. Dengan mencoba menjelaskan atau
mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari
oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa pelacur Penelitian ini
dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam
memaknai atau memahami fenomena yang dikaji.
Menurut Creswell (1998), pendekatan fenomenologi menunda
semua penilaian tentang sikap yang alami sampai ditemukan dasar
tertentu. Penundaan ini biasa disebut epoche (jangka waktu). Konsep
epoche menjadi pusat dimana peneliti menyusun dan mengelompokkan
dugaan awal tentang fenomena untuk mengerti tentang apa yang
dikatakan oleh informan. Pemilihan informan dilakukan dengan teknik
purposive. Dengan mengambil 10 orang informan pelacur illegal yang
bekerja secara terselubung di kawasan jalan Diponegoro Kota Padang.

Hasil Penelitian dan Pembahasan
Model komunikasi wisata “terselubung” Pelacuran di Kota Padang
Pada hasil penelitian ini dimunculkan bagaimana model wisata
“terselubung” dari pelacur dalam melakukan aktivitas terselubung.
Pekerjaan melacur hampir dilakukan setiap hari, bahkan hari yang
memiliki hoki yang sangat penting adalah malam Jumat dan malam
Sabtu. Menurut ECA dan YK, merupakan informan pelacur dalam
tulisan ini, pada dua malam itu para calon pelanggan yang mereka
tunggu akan berdatangan.
Biasanya calon pelanggan adalah masyarakat lokal kota Padang
sendiri namun khusus malam Jumat dan sabtu biasanya calon pelanggan
berasal dari luar kota. Informan pelacur lainnya adalah SP, WT dan
KR, Mereka menyebut malam Jumat dan malam Sabtu adalah malam
panjang yang disebut dengan istilah malam “wisata terselubung”.
44

Bunga Rampai Komunikasi Indonesia

Dengan artian bahwa pada akhir minggu mereka akan “menggaleh”
pada para lelaki hidung belang, para calon pelanggan yang merupakan
kebanyakan wisatawan dari luar kota tersebut akan menghabiskan
waktu bersama mereka.
Informan UL, MIA, VT menyatakan bahwa rupiah demi
rupiah akan jauh bermakna penting setiap akhir minggu masuk ke
dalam dompet mereka hanya dengan cara menggaleh melalui wisata
terselubung. Seperti yang dikutip dalam sebuah tulisan dari artikel
peneliti sendiri, bagi pelacur makna “menggaleh” adalah menjual
dalam versi yang lain, yakni menjual diri secara sadar dengan tujuan
dan alasan tertentu. Tidak dapat dipungkiri bahwa uang memiliki
pengaruh penting untuk semua kebutuhan manusia.
Motif ekonomi ini yang kemudian secara sadar menjadi faktor
yang memotivasi seorang untuk berprofesi menjadi pelacur yang dapat
menghasilkan uang (dimuat dalam proceeding Penguatan Komunikasi
Dalam Industri Parawisata Budaya Dan Ekonomi Kreatif, dipresentasikan
dalam Konferensi Internasional 12-13 April di Tanjung Pinang).
Salah satu kawasan pelacuran terselubung yang menjadi objek
dalam penelitian wisata “terselubung” yang dibahas dalam tulisan ini
adalah, kawasan sepanjang Jalan Diponegoro. Pelacur illegal melakukan
rutinitas wisata “terselubung” dimulai dari pukul 22.00 WIB hingga
pukul 04.00 jelang subuh. Cara menawarkan diri yang mereka lakukan
adalah, selain berdiri di jalan dengan menggunakan mobil sewaan
atau rentalan terkadang mereka juga berkeliling mondar-mandir di
sepanjang jalan tersebut menunggu dan mencari calon pelanggan.
Para pelacur tidak bekerja sendiri, mereka menggunakan
perantara sopir mobil pribadi. Mereka berbagi keuntungan dengan
sang sopir yang merangkap menjadi muncikari. menurut NIA dan ST
yang merupakan informan pelacur dalam tulisan ini bahwa mereka
mematok tarif mulai dari Rp 250 ribu dan adakalanya lebih. Namun
ST menegaskan bahwa mereka di sepanjang jalan Diponegoro juga
mematok harga short time dan long time. Harga short time adalah Rp
250.000, sedangkan long time di atas Rp 700.000. Harga bisa naik dan
disesuaikan dengan waktu yang dipergunakan oleh pelanggan.
Proses wisata “terselubung” menurut informan pelacur-pelacur
seperti KR, ECA, WT dan MIA, dimulai dengan sang sopir (driver)
Bunga Rampai Komunikasi Indonesia

45

yang menemaninya selama berkeliaran, mendapatkan keuntungan
sebesar 10% per kepala dari tarif pelacur. Sang sopir juga harus
berani menawarkan pelacur yang bekerjasama dengannya kepada
calon pelanggan. Jika calon pelanggan ‘’menyetujui’’ maka sang sopir
langsung memperlihatkan pelacur yang ada di dalam mobilnya. Jika
‘’klop’’ dengan pelacur, maka sang calon pelanggan pun dibawa ke
dalam mobil untuk membuka harga dan melakukan transaksi sambil
berkeliling menuju hotel.
Namun jika yang yang mendapatkan calon pelanggan adalah
pelacur itu sendiri dari usaha mandirinya, biasanya jika target calon
pelanggan sudah didapatkan, dan transaksi inal maka calon pelanggan
akan menjadi raja yang siap untuk dilayani sebelum berakhir di kamar
hotel baik kelas 2 dan 3 atau penginapan-penginapan yang murah
namun aman dan nyaman. Sang sopir bersama pelacur akan membawa
pelanggan berkeliling Kota Padang. Selain mengenalkan tempat-tempat
wisata yang banyak dikunjungi orang, juga mengelilingi tempat-tempat
sesuai dengan permintaan pelanggan.
Keliling kota inilah yang disebut dengan wisata. Sementara itu
terselubung terjadi karena guide yang dibawa adalah pelacur yang
dibayar khusus, tidak hanya untuk menikmati keindahan wisata Kota
Padang di malam hari saja tetapi juga dibayar khusus dalam urusan
jasa seksual.
Dalam menjajakan diri, pelacur juga melakukan pengelolaan
kesan melalui pesan nonverbal yaitu bagaimana kesan yang dibentuk
seseorang dengan menggunakan bahasa tubuh atau isyarat seperti
nada suara, gerakan tubuh, pakaian (appereance) dan ekspresi wajah.
Berbagai pesan nonverbal ditampilkan dengan kemampuan masingmasing di hadapan pelanggan. Berbagai strategi presentasi diri mereka
tunjukkan dengan tujuan bahwa mereka bekerja memang untuk
mendapatkan uang yang banyak.
Tidak hanya itu saja, ekspresi wajah adalah salah satu hal yang
penting sebagai petunjuk dari perasaan seseorang. Dale G. Leather
(Rakhmat, 2007: 90) mengatakan bahwa wajah sudah lama menjadi
sumber informasi dalam komunikasi interpersonal. Dalam hal ini,
ekspresi wajah yang ditampilkan oleh pelacur saat berinteraksi dengan
pelanggannya.
46

Bunga Rampai Komunikasi Indonesia

Berikut gambar 1 menunjukkan model wisata “terselubung”
pelacuran yang ada di Kota Padang:

Gambar 1. Model Wisata “Terselubung” Pelacuran Yang Ada Di Kota Padang
Sumber: Data Penelitian

Penutup (Simpulan dan Saran)
Simpulan
Suatu fenomena komunikasi seringkali merupakan hal yang
abstrak. Dalam hal ini Model merupakan representasi suatu fenomena,
tapi model bukanlah fenomena. Model merupakan suatu bentuk
gambaran untuk mempermudah kita memahami suatu fenomena.
Dapat diartikan bahwa model yang dimunculkan dalam tulisan
ini adalah model yang merupakan repsentasi dari bentuk wisata

Bunga Rampai Komunikasi Indonesia

47

“terselubung” yang terjadi dalam dunia pelacuran illegal di kota
Padang. Setiap pelacur memainkan perannya masing-masing dalam
panggung dunia pelacuran terselubung untuk mendapatkan apa yang
menjadi tujuan mereka masing-masing.
Komunikasi selalu menjadi produk utama pelacur dalam
menyampaikan pesan mereka secara verbal dan non verbal pada calon
pelanggan untuk menarik perhatian bahwa wisata “terselubung” tidak
hanya sekedar sebuah pekerjaan kotor namun juga salah satu cara
memberikan kontribusi penting bagi pelanggan di luar kota Padang
untuk mengetahui bagaimana destinasi wisata-wisata di kota Padang,
namun dikemas dalam wisata “terselubung” karena ada kepentingan
lain yang ingin diperoleh guide dalam hal ini adalah pelacurnya sebagai
aktor dalam kegiatan wisata “terselubung” tersebut.
Saran
Pemerintah Kota Padang hendaknya membuat sebuah terobosan
baru dalam mengawasi kegiatan pelacuran terselubung di Kota
Padang. Misalnya memberikan bimbingan dan penyuluhan sosial pada
pelacur dengan tujuan memberikan pemahaman tentang bahaya dan
akibat pelacuran, menyediakan lapangan kerja baru bagi meraka yang
bersedia meninggalkan profesi PSK.

Datar Pustaka
Buku:
Carl, Iver Hovland; Irving L Janis; Harold H Kelley]. L Janis; Harold H
Kelley. (1953) Communication and Persuation. New Haven: Yale
University Press.
Cangara, Haied. (2009). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajawali
Pers.
Creswell, John W. (1998). Design Research: Pendekatan Kualitatif,
Kuantitatif, dan Mixed. Jakarta: Pustaka Pelajar.
Gofman, Erving. (1959) he Presentasion Of Self In Everyday Life,
(edisi Terjemahan, dalam e-book Jurnal), Penguin Book, Cox &
Wyman Publishing.

48

Bunga Rampai Komunikasi Indonesia

George, Ritzer & Douglas J. Goodman. (2008). Teori Sosiologi Modern,
Jakarta: Prenada Media.
Kartono, Kartini. (2007). Patologi Sosial. Jakarta: PT Raja Graindo
Persada.
Rakhmat, Jalaluddin. (2007). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Jurnal Ilmiah:
Roem, Ronaning, Elva. (2014). Pengelola Kesan Oleh Pekerja Seks
Komersial: Fenomenologi Pekerja Seks Komersial Di Kawasan
Taman Melati Kota Padang. Jurnal Komunikasi/ Vol 5/ Nomer 1/
Maret -2014/ISSN: 2252-665X. Hal 73-89.
Proceeding:
Roem, Ronaning, Elva. (2016). Dimuat dalam Proceeding Penguatan
Komunikasi Dalam Industri Parawisata Budaya Dan Ekonomi
Kreatif, dipresentasikan dalam Konferensi Internasional 12-13
April 2017 di Tanjung Pinang.
Internet:
http://harianhaluan.com/news/detail/60215/prostitusi-terselubungdi-kota-padang/12/06/2017/20.00
http://padangkita.com/pelacuran-menjadi-saingan-utama-wisatahalal-kota-padang/12/06/12/22.00/

Bunga Rampai Komunikasi Indonesia

49