Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ino Fo Makati Nyinga sebagai Konseling Social Justice T2 752015006 BAB VI

BAB VI
PENUTUP

6.1 KESIMPULAN
Bagian akhir tesis ini, penulis memberikan kesimpulan yang merupakan jawaban dari
rumusan masalah sebagai berikut:
1.

Pemaknaan dan asal-usul ino fo makati nyinga menghasilkan nilai-nilai Spiritual yaitu Cipta
berkaitan dengan memahami sikap hidup yang ditujukan oleh budaya, Rasa berkaitan dengan
proses pengelolaan dan pembentukan identitas individu, dan Karsa dalam hubungannya dengan
relasi baik individu dengan individu maupun dalam kehidupan komunitas masyarakat.

2.

Nilai-nilai spiritual ini di bangun dalam satu pemikiran yang menjadi landasan filosofis yaitu
Jou se Ngofa Ngare. Jou se Ngofa Ngare. Merupakan bentuk tatanan adat dan aturan
masyarakat Ternate yang berfungsi mengatur kehidupan masyarakat. daalam hubungannya
tentang bagaimana individu sebagai manusia memahami dan mengenal kekuatan yang
menciptakan kehidupan atau yang disembah ( Jou) dalam bentuk mengenal dan memahami
masyarakat dalam konteks kehidupan.


3.

Dalam kehidupan bermasyarakat, ino fo makati nyinga berperan sebagai bentuk penyelesaian
masalah-masalah berkaitan dengan kehidupan masyarakat. Perannya yakni sebagai pengingat
akan budaya yaitu bentuk kesadaran akan budaya sebagai landasan kehidupan bersama,
memperbaiki hubungan yaitu bentuk penanganan dalam menyelesaikan masalah dan konflik
dan sebgaai bentuk penyelarasan hidup sebagai satu keutuhan. dan sebagai pendidikan
budayasebagai bentuk pemberdayaan individu secara utuh.

4.

ino fo makati nyinga sebagai pendekatan konseling Social Jusitce berbasis budaya, merupakan
sebuah pendekatan yang menekankan pada pemberdayaan masyarakat secara utuh dan bekerja
dalam ruang lingkup masalah-masalah terkait ketidakadilan sosial dalam masyarakat.
Konseling ino fo makati nyinga menghasilkan 6 teknik dan pendekatan yaitu Adat se Atorang

(hidup dalam penghargaan terhadap adat), Istiadat se kabasarang (sikap penghormatan

118


lembaga adat) Ghalib se Likudi (pengakuan terhadap sesama), Ngale se Cara (sikap
saling menghargai dalam perbedaan), Sere se Duniru (sikap saling menopang), Cing
se Cingari (sikap saling membutuhkan).
6.2 SARAN
Dari kesimpulan di atas, maka penulis ingin memberikan saran-saran yang digunakan
sebagai kontribusi bagi pembangunan masyarakat Halmahera Barat terutama kepada
pemerintah kabupaten, pemerintah adat, serta tokoh agama (Islam, Kristen Protestan), antara
lain:
1.

Pemahaman dan pemaknaan masyarakat Ternate mengenai ino fo makati nyinga serta
teknik dan pendekatan konseling ino fo makati nyinga dapat menjadi referensi bagi tokoh
masyarakat agar dapat mengatasi konflik yang terjadi di Halmahera Barat terlebih khussu
masyarakat desa Soakonora dalam rangka menciptakan masyarakat yang menjunjung
tinggi kehidupan budaya yang beragam dan memaksimalkan potensi daerah secara
bersama-sama

2.


Perlu adanya sosialisasi tentang ino fo makati nyinga bagi setiap masyarakat agar bisa bisa
mengerti dan memahami fungsi dan peran ino fo makati nyinga dalam kehidupan,

3.

Perlu adanya dukungan dari tokoh-tokoh agama agar dapat menjadikan budaya sebagai bentuk
penyelarasan kehidupan masyarakat agar lebih bisa terarah dengan baik dalam rangka
membangun hubungan yang toleran dalam masyarakat.

4.

Kekurangan penelitian menjadi sampel pendekatan konseling ino fo makati nyinga Karena
itu, perlu adanya penelitian lanjutan berkaitan dengan hal ini terkait dengan keefektifan

pendekatan ini dalam kehidupan masyarakat Halmahera Barat.

119