Bioakumulasi Logam Berat Kadmium Pada Akar Kulit Batang Dan Daun Avicennia Marinadikawasan Mangrove Percut Sei Tuan Kabupaten Deliserdang Sumatera Utara Chapter III V

METODE PENELITIAN

WaktudanTempat
Penelitian ini akandilakukandaribulan

Januari

2016 – Maret 2017di

Kawasan Mangrove Percut Sei TuanKabupaten Deli Serdang Sumatera Utara.
Pengambilan sampel akar, kulit batang,daun,sedimen dan air dilakukan di tiga
stasiun pengamatan. Pengambilan serta pengukuran parameter kualitas air pada
masing-masing stasiun. Analisis kualitas air dilakukan langung di lokasi
penelitian (insitu).Analisis logam berat, sedimen dan air dilakukan di Balai Riset
dan Standarisasi Industri Medan, Sumatera Utara.

Alat dan Bahan
Alat

yang


digunakanadalahGlobal

Positioning

System

(GPS),

timbangananalitik, pH meter, thermometer,DO meter, kertasWhatmannomor 42,
kertas saring Nucleopore, bukuidentifikasi mangrove (Noor dkk., 1999), labu
erlenmeyer, gunting, pisau kater, alattulis, kamera digital, botolaquades, pita ukur,
mortal

danpastle,

tanur

(furmace),

krusporselin,


gelasukur,

hot

plate,

Spektrofotometriserapan atom, wadahsampel, labutakar, gelas beaker, oven,
corong, pipet tetes, pengadukkaca, bola hisap, pipet volume.
Bahan yang digunakanadalah akar, kulit batang, dandaunAvicennia marina,
sampelsedimendansampel air laut, larutanstandar Cd, larutan NHO 3 pekat,
aquades, aluminium foil, plastik sampel.

Universitas Sumatera Utara

Deskripsi Area
Penelitian inidilakukan di Kawasan Mangrove Percut Sei TuanKabupaten
Deli Serdang Sumatera Utara. Hasil survei pendahuluan menunjukkan ekosistem
mangrove di percut sei tuan sudah terjadikonversilahansepertipemukiman, industri
maupuntambak. PetalokasipenelitiandapatdilihatpadaGambar 5.


Gambar 5.PetaLokasiPenelitian
Stasiun I
Lokasi ini berdekatan dengan kawasan Industri Medan (KIM) dan
merupakan daerah pembuangan

limbah

KIM.

Stasiunini terletak

pada

titikkoordinat 3°44'33" LU dan 98°42'18.40"BT. Gambaran Lokasi dapat dilihat
pada Gambar 6.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 6. Lokasi Stasiun I

Stasiun II
Lokasi ini merupakan kawasan mangrove, di bagian belakang kawasan
terdapat lokasi budidaya ikan atau kolam. Stasiunini terletak pada titikkoordinat
03°44'51.09" LU dan 98°92'16.92"BT. Gambaran Lokasi dapat dilihat pada
Gambar 7.

Gambar 7.LokasiStasiun II

Universitas Sumatera Utara

Stasiun III
Lokasi ini merupakan kawasan mangrove yang dekat dengan pemukiman
penduduk. Mangrove

disekitar kawasan ini sudah tidak terlalu rapat seperti

sebelumnya. Stasiunini terletak pada titikkoordinat 03°45'05.88" LU dan
98°42'09.41"BT. Gambaran Lokasi dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Lokasi Stasiun III

ProsedurPenelitian
PengambilanSampel
Pengambilansampeldilakukansaatkondisipasangatausurut
objekpenelitianadalahtumbuhan

mangrove

denganmetodetransektegaklurusgarispantai

dengan

(A.
yang

marina)
dipilihsecaraacak

(random).Pengambilansampel mangrove dilakukanberdasarkanUlqodry (2001),
yaitu mangrove yang diambiluntuksampeladalahpohon.Jaringan mangrove yang
digunakanadalah akar, kulitbatang dan daun yang terkenapasangsurut air laut (±

1,3

cm),

darijalurtransektersebutdiambil

3

titikpengambilansampelpadasetiaplokasidengansistem acak (Random).

Universitas Sumatera Utara

Pengukuran Parameter Fisika Kimia Perairan
Pengambilansampel air dilakukansebanyakdua kali yaitu pada saat pasang
dan

surut.Pengambilansedimendilakukanpadakedalaman

±


30

cm,

sertapengukurankualitas air yaitu suhu, pH, Oksigen Terlarut (Do)dan salinitas.
Tabel 3. Parameter kualitas air ,metode analisis dan pengukurannya
No
Fisika
1
2
Kimia
1
2
Logam Berat
1
2
3

Parameter


Satua
n

Alat (Metode)

Tempat
Pengukuran

Temperatur/ Suhu
Air
Salinitas

ºC

Termometer

In-situ

ppt


Refraktometer

In-situ

Mg/l

pH meter
DO meter

In-situ
In-situ

ppm
ppm
ppm

AAS
AAS
AAS


Laboratorium
Laboratorium
Laboratorium

pH air
Oksigen Terlarut (DO)
Cd Air
Cd Sedimen
Cd Akar, Kulit
Batang dan Daun
Mangrove

Preparasi Sampel Akar, Kulit Batang, Daun dan Sedimen.
Sampel batang dan daun dihomogenkan dengan cara menggabungkan
sampel yang diambil dari tiga titik pengambilan pada setiap stasiun pengamatan.
Untuk preparasi kulit batang dan daun sampel dipotong kecil sebelumdihaluskan,
sedangkan untuk sedimen, sampel dapat langsung dihaluskan. Setelah itu sampel
dikeringkan dalam oven pada suhu 105ºC sampai kadar airnya konstan.
Setelah sampel mangrove dan sedimen di homogenkan, kemudian
dilakukan pengarangan diatas hot plate sampai menjadi arang.Sampel yang telah

menjadi arang kemudian dimasukkan kedalam tanur pada suhu 550ºC sampai

Universitas Sumatera Utara

menjadi abu. Setelah selesai proses pengabuan sampel kulit batang dan daun
dilarutkan dengan 5 ml larutan HNO 3 pekat serta ditambahkan aquades panas.
Hasil pencampuran larutan tersebut digerus didalam wadah krus porselin
kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur dan disaring menggunakan kertas
saring Whatman ukuran 42.Larutan yang diperoleh siap untuk dianalis dengan
menggunakan alat AAS.

Preparasi Sampel Air
Sampel air laut disaring menggunakan kertas saring kemudian diukur 100
ml. Setelah itu sampel air laut ditambahkan 5 ml larutan HNO 3 pekat.Sampel
dipanaskan dalam beaker glass diatas hot plate sampai volumenya berkurang
menjadi 10-15 ml. Masukkan ke labu ukur yang berukuran 100 ml, kemudian
ditambahkan aquades lalu dihomogenkan.Larutan yang telah homogen kemudian
disaring fasa airnya dengan kertas saring Whatman ukuran 42.Larutan yang
diperoleh siap untuk dianalisis dengan menggunakan alat Atomic Absorption
Spectroscopy (AAS).

Pembuatan Larutan Standar Cd
Larutan induk Pb yang memiliki konsentrasi 1000 ppm diambil sebanyak
10 ml lalu dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml. Kemudian ditambahkan
aquabides asam, sehingga larutan yang diperoleh adalah sebanyak 100 ppm. Dari
larutan 100 ppm diambil sebanyak 10 ml lalu dimasukkan kedalam labu ukur 100
ml dengan menambahkan aquades sampai diperoleh larutan dengankonsentrasi 10
ppm.

Universitas Sumatera Utara

Untuk mendapatkan konsentrasi larutan standar diambil sebanyak 2 ml, 4
ml, 6 ml, 8 ml, dan 10 ml dari larutan 10 ppm lalu masing-masing dimasukkan
kedalam labu ukur 100 ml dan ditambahkan aquades.

PrinsipKerja AAS
Alat AAS diatur terlebih dahulu sesuai dengan instruksi pada alat tersebut,
kemudian dikalibrasikan dengan kurva standar dari logam Pb dengan konsentrasi
0; 0,2; 0,4; 0,6; 0,8 dan 1 ppm. Lalu kemudian diukur absorbansi dan konsentrasi
masing-masing sampel.

Analisis Data
Kadar Sebenarnya
Untukmendapatkankonsentrasilogamberat yang sebenarnya, berdasarkan
APHA (1995) dalamPanjaitan (2009), makadigunakanrumus:
Kadar sebenarnyaMangrove
Mg

Mg
Kg

Kadar sebenarnya (Air) ( ) =
L

K.ASS

=
K.ASS

Mg
×
Kg

Faktor Pengenceran (L)

Berat Sampel (g)
Mg
×Larutan
L

Sampel (L)

Berat Sampel (g)

Keterangan:
K. AAS

: Konsentrasi yang tertera pada alat ASS (mg/kg)

Faktor Pengenceran

: Faktor pengenceran sampel pada saat pengujian (L)

K. Sebenarnya

: Konsentrasi sebenarnya (mg/L)

Larutan Sampel

: Volume larutan sampel pada saat pengujian (L)

Berat Sampel

: Berat sampel yang akan diuji (mg)

Universitas Sumatera Utara

FaktorBiokonsentrasi (BCF)
FaktorBiokonsentrasidapatdilihatsebagaisuatu proses kesetimbangan yang
melibatkanpengambilansuatusenyawaantara biota denganlingkungandisekitarnya.
Faktorbiokonsentrasiadalahangka

banding

antarakonsentrasimahlukhidupatau

biota (Cb) dengankonsentrasi lingkungan (Cm)

(Connel dan Miller,

1995). Untukmelihatperbandingantingkat faktor biokonsentrasilogamberatpada
akar, kulit batangdandaun pohonA. marina denganair, digunakanrumus :
BCF Cd (ppm)=

[Logam Berat Cd] Tumbuhan
[Logam Berat Cd] Air

AnalisisDeskriptif
Data

yang

diperolehdaripengukurandianalisissecaradeskriptifsesuaidenganbakumutulingkung
an yang terdapatdalam Kepmen KLH No. 51 Tahun 2004 untukkualitas air.
Sedangkanbakumutulogamberatdalamlumpuratausedimen

di

Indonesia

belumditetapkan, sehinggasebagaiacuannyadigunakanbakumutu yang dikeluarkan
oleh Dutch Quality Standars for Metal in Sediment(IADC/CEDA dalam Sarjono,
2009) mengenai konsentrasi logamberat yang dapat di toleransi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Universitas Sumatera Utara

Hasil
Parameter Fisika Kimia Perairan
Parameter fisika-kimia perairan yang diamati pada penelitian ini adalah
parameter suhu, derajat keasaman (pH), oksigen terlarut (DO) dan salinitas,
perairan.Hasil pengamatan kondisi fisika dan kimia perairan yang dilakukan
selamapenelitian memberikan gambaran mengenai kondisi kualitas air di perairan
percut sei tuan seperti yang terlihat pada Tabel 4. Parameter kualitas fisika dan
kimia perairan percut sei tuan.

Tabel 4.Parameter Kualitas Fisika dan Kimia di Perairan Percut Sei Tuan.
Stasiun
Parameter
Suhu ºC

Derajat
Keasaman
(pH)

Oksigen
Terlarut (DO)
mg/l

Salinitas (‰)

I

28-31˚C

6,5-7

2,0 – 2,5

5-11 ppt

II

27-31˚C

6,5-7

3,0 - 3,2

7-11 ppt

III

28-30˚C

6,8-7

4,8 – 5,0

6-10 ppt

Baku Mutu

28-31 ˚C

7,0- 8,5

>5

33-34 ppt

Konsentrasi LogamBerat Kadmium di Air dan Sedimen
Hasil analisis konsentrasi logam berat Kadmium di air dan sedimen Perairan
Percut Sei Tuan menunjukkan nilai yang bervariasi antara stasiun I dengan stasiun
II dan III. Hasil analisis stasiun I konsentrasi Kadmiumpada air di Perairan Percut
Sei Tuan berkisar 6,35 ppmsedangkan Stasiun II dan III memiliki konsentrasi
yang sama yaitu < 0,003. Kedua stasiun ini mengalami konsentrasi yang rendah
dibandingkan stasiun I. Konsentrasi Kadmiumpada sedimen Perairan Percut Sei

Universitas Sumatera Utara

Tuan juga memiliki nilai yang berbeda. Pada satasiun I kandungan Kadmium
bernilai 6,35 sedangkan untuk stasiun II dan III. Memiliki nilai yang sama yaitu
bernilai< 0,003 (Tabel 5).

Tabel 5. Nilai Konsetrasi Kadmium pada Air dan Sedimen

Stasiun
Parameter
Air
Sedimen

I
6,35
7,54

II
˂ 0,003
˂ 0,003

III
˂ 0,003
˂ 0,003

Baku Mutu
0,001
30

Konsentrasi Logam BeratKadmiumpada Akar, Kulit Batang dan Daun A.
marina
Berdasarkan hasil pengukuran rata-rata kandungan logam berat Kadmium
pada akar, kulit batang, dan daun pohon A. marina diperoleh hasil
bahwaakumulasi logam Kadmium lebih tinggi pada akar dibandingkan kulit
batang dan daun. Kandungan logam berat Kadmium lebih tinggi pada satasiun I
dibandingkan stasiun II dan III.Rata-rata kandungan logamberat Kadmium pada
akar, kulit batang dan daun dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Nilai Konsetrasi Kadmium pada Akar, Kulit Batang dan Daun
A.marina

Stasiun
A. marina
Akar Mangrove
Kulit Batang
Daun Mangrove

I
6,18
3,92
2,59

II
˂ 0,003
˂ 0,003
˂ 0,003

III
˂ 0,003
˂ 0,003
˂ 0,003

Baku Mutu Tanaman
5-30
5-30
5-30

Faktor Biokonsentrasi (BCF)

Universitas Sumatera Utara

Hasil perhitungan nilai faktor biokonsentrasi (BCF) diketahui nilai BCF
tertinggi pada logam berat Kadmium pada stasiun I yaitu 40,507 ppm dan nilai
BCF terendah yaitu < 0,003 ppm. Nilai faktor biokonsentrasi (BCF)
Kadmiumpada setiap stasiun pengamatan dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Nilai Faktor Biokonsentrasi (BCF)

Stasiun
I
II
III

Konsentrasi Kadmium
(Kadmium) ppm
Tumbuhan
Air
BCF Kadmium
12,69
6,35
10,507
< 0,003
< 0,003
< 0,003
< 0,003
< 0,003
< 0,003
Pe

mbahasan
Parameter Fisika Kimia Perairan
Suhu
Hasil pengukuransuhu pada stasiun I memiliki kisaran antara 28-31˚C,
stasiun II 27-31˚C dan stasiun III 28-30˚C (Tabel 4).Kisaran suhu tersebut belum
melebihi ambang batas dan masih dapat di toleransi oleh biota laut. Hal ini sesuai
dengan Rahman (2006)kisaran suhu yang mampu ditoleransi suatu biota laut yaitu
berkisar20 - 35˚Csedangkan berdasarkan baku mutu Kepmen LH No 51tahun
2004 untuk biota laut berkisar 28-30˚C.
Adanya variasi suhu (Tabel 4) pada perairan ini dipengaruhi oleh berbagai
faktor yaitu kondisi arus dan angin. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pond&
Pickard (1978) bervariasi nilai suhu yang terjadi di perairan ini, mengindikasikan
bahwa nilai suhu di perairan ini dipengruhi oleh faktor eksternal antara lain cuaca,

Universitas Sumatera Utara

angin dan arus. Perubahan pola arus yang mendadak juga dapat menurunkan nilai
suhu air
Hasil pengukuran suhu sebesar 27-31˚C (Tabel 4) berbeda dengan hasil
penelitian Husainy (2014) yang berkisar antara 23-27 ˚C di perairan yang sama.
Perbedaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti curah hujan, arus perairan,
dan kedalaman air. Hal ini sesuai dengan Effendi (2003) suhu suatu badan air
dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude), ketinggian dari permukaan laut
(altidude), waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan, dan aliran serta
kedalaman badan air.

Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman (pH) di perairan ini berkisar antara 6,5-7 (Tabel 4).
Variasi nilai ini masih belum melebihi ambang batas.Kepmen LH No 51tahun
2004menetapkan nilai pH untuk biota laut berkisar antara 7-8,5. Menurut Salm
(1984) pH di suatu perairan yang normal berkisar antara 8,0-8,3. Dengan
demikian pH air laut di perairan ini tergolong normal.
Penelitian ini sama dengan hasil Husainy (2014) di perairan yang sama
dengan kisaran pH 6,4 – 7 . Persamaan nilai ini terjadi karena perubahan pH pada
perairan tidak terjadi secara cepat namun secara perlahan dan berlangsung lebih
lama karena dapat mempengaruhi kehidupan biota laut. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Sary (2006) tidak semuamakhluk bisa bertahan terhadap perubahan
nilai pH, untuk itu alam telah menyediakan mekanisme yangunik agar perubahan
tidak terjadi atau terjadi tetapi dengan cara perlahan.

Universitas Sumatera Utara

Oksigen Terlarut (DO)
Hasil pengukuran DO mendapatkan kisaran nilai 2,0 – 5,0

mg/l.

konsentrasi DO tertinggi terdapat pada stasiun III yaitu 4,8-5,0 dan nilai DO
terendah terdapat pada stasiun I yaitu 2,0 – 2,5 (Tabel 4) . Rendahnya konsentrasi
DO pada stasiun I diduga lebih banyak menerima limbah yang berasal dari KIM II
(Kawasan Industri Medan II) seperti limbah peleburan besi. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Effendi (2003) keberadaan limbah yang masuk ke suatu perairan akan
menurunkan kadar oksigen di perairan. Hal tersebut terkait dengan pemanfaatan
yang berlebih terhadap oksigen terutama pada proses penguraian bahan organik
oleh bakteri pengurai.
Penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Safitri (2014) yang jauh
lebih tinggi dengan kisaran antara 3,2 – 7di perairan yang sama.Perbedaan ini
disebabkan oleh beberapa faktor seperti suhu, gerakan air dan salinitas. Hal ini
sesuai dengan Mason (1981) Oksigen terlarut merupakan salah satu gas terlarut di
perairan alami dengan kadar bervariasi yang dipengaruhi oleh suhu, salinitas,
turbulensi air, dan tekanan atmosfer. Selain diperlukan untuk kelangsungan hidup
organisme di perairan, oksigen juga diperlukan untuk dekomposisi senyawasenyawa organik.

Salinitas
Hasil pengamatan parameter salinitasdi Perairan Percut Sei Tuan adalah
berkisar 5 - 11o/ oo (Tabel 4). Berdasarkan kisaran salinitas tersebut, tergolongpada
perairan mesohaline, yaitu memiliki kisaran salinitas antara 5 - 18 o/ oo .Hal ini

Universitas Sumatera Utara

sesuai dengan Supriharyono (2000) nilai salinitasberkisar antara

5–18

‰termasuk dalamzona mesohaline.
Nilai kisaran salinitas stasiun 5 - 11 o/ oo , stasiun II 7-11o/ oo dan stasiun
III 6 - 11 o/ oo (Tabel 4) memiliki nilai yang bervariasi dan tergolong rendahhal ini
dapat terjadi pada lokasi penelitian merupakan daerah estuari. Hal ini sesuai
dengan Supriharyono (2000) perairan estuari (muara) umumnyamemiliki salinitas
sangat bervariatif dan cenderung rendah saat surut karena mendapatkan pengaruh
aliran air tawar dan cenderung tinggi pada saat pasang karena mendapatkan
pengaruh aliran air laut.
Rendahnya nilai salinitas berkisar 5 - 11o/ oo (Tabel 4) dipengaruhi oleh
kondisi pasang dan surut perairan (pengukuran salinitas dilakukan pada periode
pasang dan surut). Hal ini sesuai dengan Nybakken (1992) kondisi perairan daerah
estuari dipengaruhi oleh pengaruh daratan dan lautan. Dimana nilai salinitas tinggi
terjadi saat pengaruh dari lautan lebih dominan dibandingkan pengaruh dari
daratan, yaitu ketika terjadi pasang. Sedangkan nilai salinitas rendah disebabkan
oleh pengaruh daratan, yaitu ketika air tawar masuk ke perairan melalui aliran
sungai.

Konsentrasi Logam KadmiumBerat di Air dan Sedimen
Hasil analisis konsentrasi logam berat Kadmium di air dan sedimen
Perairan Percut Sei Tuan menunjukkan nilai yang bervariasi pada setiap stasiun
pengamatan. Hasil konsentrasi Kadmium pada air lebih rendah dibandingkan
dengan sedimen.KonsentrasiKadmium di air yaitu 6,35 mg/kg sedangkan
konsentrasi Kadmiumpada sedimen menunjukkan hasil yang lebih tinggi yaitu

Universitas Sumatera Utara

7,54 mg/kg (Tabel 5). Hal ini sesuai dengan Leiwakabessy (2005) logamberat
mempunyai sifat yang mudah mengikat bahanorganik dan mengendap di dasar
perairan dan bersatudengan sedimen sehingga kadar logam berat dalamsedimen
lebih tinggi dibanding dalam air.
Keberadaan Kadmium dalam sedimen berasal dari proses-proses alami
seperti abrasi dari sungai danaktivitas masyarakat, seperti pembuangan limbah
dan endapan sampah plastik yang banyak disekitar lokasi penelitian, serta
aktivitas perbaikan kapal kemudianterbawa oleh air dan angin kemudian
terendapkandalam sedimen.Hal ini sesuai dengan Nordic (2003) sumbersumberlogam berat Kadmium di laut, berasal dari sumber yang bersifatalami dari
lapisan kulit bumi seperti masukan dari daerah pantai yang berasal dari sungaisungai dan abrasipantai akibat aktivitas gelombang, masukan dari lautdalam yang
berasal dari aktivitas geologi gunung berapilaut dalam, dan masukan dari udara
yang berasal dariatmosfer sebagai partikel-partikel debu. Logam berat Kadmium
juga dapat berasal dari aktifitas manusia, seperti limbahpasar dan limbah rumah
tangga, aktivitas transportasilaut dan aktivitas perbaikan kapal laut.
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Safitri (2014)
dengan nilai yang jauh lebih rendah yaitu 0,00065mg/k pada air. Konsentrasi
Kadmium saat ini lebih tinggi dengan nilai 6,35 mg/k (Tabel 5). Hal ini diduga
disebabkan oleh banyaknya sumber bahan pencemar yang masuk kedalam
perairan seperti buangan limbah rumah tangga dan bahan bakar solar yang
terpapar di perairan.Selain itu Kadmium diperairan menurut Akbar dkk (2016)
juga dapat berasal dari cat pada perahu nelayan dan tumpahan solar di laut.

Universitas Sumatera Utara

Konsentrasi Logam BeratKadmiumpada AkarA. marina
Hasil penelitian kandungan logam berat Kadmium pada akar memiliki
konsentrasi sebesar 6,18 mg/kg (Tabel 6). Nilai ini jauh lebih tinggi dibandingkan
kandungan Kadmiumpada kulit batang dan daun. Tingginya konsentrasi di akar
disebabkan akar merupakan organ yang langsung menyerap nutrien dari
tanah/sedimen dan kemudian diteruskan ke organ tumbuhan lainnya (kulit batang
dan daun). Hal ini sesuai dengan pernyataan Akbar dkk (2016) penyerapan logam
beratterdistribusi melalui air ke tanah, kemudian akarpohon mangrove (A. marina)
menyerap unsur-unsurhara yang terdapat di dalam sedimen atau tanah
danditeruskan ke bagian-bagian jaringan dalamtumbuhan yakni akar, kulit batang
dan daun.
Akumulasi Kadmium pada akar lebih tinggi dibandingkan kulit batang
dan daunmangrove. Hal ini disebabkan proses masuknya logam Kadmium pada
jaringan mangrove pertama diserap oleh akar dari sedimen. Hal ini sesuai dengan
Suwandewi (2014) akar merupakan jaringan tanaman yang berfungsi menyerap
unsur hara dari sedimen dan sekaligus organ yang kontak langsung dengan
sedimen maupun air.Besarnya penyerapan logam pada akar karena akar
mempunyai sistem penghentian transpor logam menuju daun sehingga ada
penumpukan logam di akar. Hal tersebut juga sesuai dengan Hardiani
(2009)tumbuhan melakukanpenyerapan oleh akar, baik yang berasal darisedimen
maupun air, kemudian terjaditranslokasi ke bagian tumbuhan yang lain
danlokalisasi atau penimbunan logam padajaringan tertentu.

Universitas Sumatera Utara

Konsentrasi Logam BeratKadmiumpadaKulit Batang A. marina
Hasil penelitian kandungan logam berat Kadmium di kulit batang pada
setiap stasiun memiliki nilai yang bervariasi Pada stasiun I kandungan logam
berat Kadmium adalah sebesar 3,92 mg/kg, stasiun II dan III 250) kemampuan rendah.
Berdasarkan kategori tersebut hasil ini termasuk kategori rendah dengan
(BCF > 250).Menurut Hutagalung (1991) besar kecilnya BCF tergantung pada
jenis logam berat, organisme, lama pemaparan serta kondisi lingkungan perairan.
Faktor biokonsentrasi tersebutmembuktikan bahwa pohon A. Marina
mempunyai kemampuan untuk mengakumulasikan logam berat Kadmium yang
terdapat disekitar habitatnya.Perbedaan konsentrasi antara organ tumbuhan
(akar, kulit batang dan daun) tersebut terkait dengan proses fisiologi tumbuhan.
Hal ini sesuai dengan Rosmarkam dan Nasih (2002) ada 3 (tiga) jalan yang dapat
ditempuh air dan ion-ion yang terlarut bergerak menuju sel-sel xylem dalam akar,
yaitu (1) melalui dinding sel (apoplas) epidermis dan sel-sel korteks, (2) melalui
sistem sitoplasma (simplas) yang bergerak dari sel ke sel, dan (3) melalui sel
hidup pada akar, dimana sitosol dari setiap sel membentuk suatu jalur.
Brooks (1997) dalam Fuadi (2007) mengatakan bahwa akumulasi logam
berat kedalam akar tumbuhan melalui bantuan transpor ligand dalam membran
akar, kemudian akan membentuk transpor logam komplek yang akan menembus
xylem dan terus menuju sel daun. Setelah sampai di daun akan melewati
plasmalemma, sitoplasma dan tonoplasma untuk memasuki vakuola, di dalam
vakuola transpor ligand komplek bereaksi dengan akseptor terminal ligand untuk

Universitas Sumatera Utara

membentuk akseptor komplek logam. Kemudian transpor ligand dilepas dan
akseptor komplek logam terakumulasi dalam vakuola yang tidak akan
berhubungan dengan proses fisiologi sel tumbuhan.

Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Kandungan logam berat Kadmium tertinggi pada akar A. marinaterdapat pada
stasiun I yaitu sebesar 6,18 mg/kg, Kandungan Logam berat Kadmium pada
kulit batang tertinggi pada stasiun I dengan nilai 3,92 mg/kg. Kemudian
kandungan logam Kadmiumpada daun mangrove tertinggi pada stasiun I
dengan nilai 2,59 mg/kg.
2. Kandungan logam berat Kadmium pada air tertinggi pada stasiun I dengan nilai
6,35 mg/kg. Sedangkan kandungan logam Kadmium pada sedimen paling
tinggi terdapat di stasiun I dengan nilai sebesar 7,54 mg/kg.
3. Sedimen lebih mudah menyerap logam Kadmium dibandingkan dengan air
sehingga konsentrasi kandungan logam berat Kadmium pada sedimen lebih
tinggi (7,5 mg/kg) dibandingkan dengan air (6,35 mg/kg). Dimana air
merupakan terbaik pelarut di perairan sehingga dapat mengurangi konsentrasi
logam berat Kadmium di dalam air.
Saran
Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan pohon mangrove A. marina
mampu mengakumulasi logam berat di perairan. Namun untuk saat ini Perairan
Percut Sei Tuan belum melebihi baku mutu (Ministry of State for pupulation and
environmental of indonesia, and dalhousei, university canada 1992). Diperlukan
penelitian lanjutan tentang keberadaan logam Kadmium dan disarankan untuk
tetap melindungi vegetasi mangrove khususnya A.marina karena bermanfaat
sebagai bioindikator pencemaran logam berat.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Vegetasi dan Pola Sebaran Salinitas di Ekosistem Mangrove Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara

0 10 64

Efektivitas Ekstrak Akar, Batang, Kulit Batang, Daun, dan Fraksi Avicennia marina Sebagai Antioksidan.

1 4 1

Daya Serap Pohon Mangrove Avicennia Marina Terhadap Logam Berat Timbal (Pb) di Kawasan Mangrove Kampung Nipah Desa Sei Nagalawan Serdang Bedagai Sumatera Utara Chapter III V

0 0 19

Bioakumulasi Logam Berat Kadmium Pada Akar Kulit Batang Dan Daun Avicennia Marinadikawasan Mangrove Percut Sei Tuan Kabupaten Deliserdang Sumatera Utara

0 1 15

Bioakumulasi Logam Berat Kadmium Pada Akar Kulit Batang Dan Daun Avicennia Marinadikawasan Mangrove Percut Sei Tuan Kabupaten Deliserdang Sumatera Utara

0 0 2

Bioakumulasi Logam Berat Kadmium Pada Akar Kulit Batang Dan Daun Avicennia Marinadikawasan Mangrove Percut Sei Tuan Kabupaten Deliserdang Sumatera Utara

0 0 5

Bioakumulasi Logam Berat Kadmium Pada Akar Kulit Batang Dan Daun Avicennia Marinadikawasan Mangrove Percut Sei Tuan Kabupaten Deliserdang Sumatera Utara

0 0 15

Bioakumulasi Logam Berat Kadmium Pada Akar Kulit Batang Dan Daun Avicennia Marinadikawasan Mangrove Percut Sei Tuan Kabupaten Deliserdang Sumatera Utara

0 0 5

Bioakumulasi Logam Berat Kadmium Pada Akar Kulit Batang Dan Daun Avicennia Marinadikawasan Mangrove Percut Sei Tuan Kabupaten Deliserdang Sumatera Utara

0 0 12

Dekomposisi Serasah Daun Sonneratiacaseolarispada Berbagai Tingkat Salinitas Dikawasan Hutan Mangrove Desa Percut, Kabupaten Deli Serdangprovinsi Sumatera Utara Chapter III V

0 0 20