Bab VII - Page 1 of 30 - DOCRPIJM 1501517614BAB VII

BAB VII RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA

7.1 Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman

  Bagian ini memaparkan kondisi eksisting, sasaran program, serta usulan kebutuhan program dan pembiayaan dalam pengembangan kawasan permukiman, khususnya dalam rangka pencapaian gerakan nasional 100-0-100.

7.1.1 Kondisi Eksisting, berisikan: i.

  Tertangani (Ha)

  13

Tabel 7.1 Data Penanganan Kawasan Kumuh

  No Kab/Kota Luas Kawasan Kumuh 2015 (Ha)

  69.66 Sumber: Sektor Bangkim

  15 Kab. Minahasa Tenggara

  10

  50.76

  14 Kab. Bolaang Mongondow Utara

  10.4

  13 Kab. Siau Tagulandang Biaro

  12 Kab. Bolaang Mongondow Timur

  48.42

  11 Kab. Bolaang Mongondow Selatan

  10 Kab. Bolaang Mongondow 100

  32.58

  1 Kota Bitung 32.46 14,7

  9 Kab. Minahasa Selatan

  Data kondisi eksisting kawasan kumuh, sebagai baseline perencanaan pembangunan menuju 100-0-100, dilengkapi dengan SK bupati/walikota

  7 Kota Manado 124 16,1

  87.64

  6 Kab. Kepulauan Sangihe

  72.87

  5 Kab. Kepulauan Talaud

  4 Kab. Minahasa Utara 175.87

  15

  29.48

  3 Kab. Minahasa

  3.89

  2 Kota Tomohon

  8 Kota Kotamobagu 36.07 14,2 ii.

  Kondisi eksisting permukiman perdesaan, permukiman nelayan, rawan bencana, perbatasan, dan pulau kecil iii.

  Potensi dan tantangan pengembangan kawasan permukiman

Tabel 7.2 Potensi dan Permasalahan Kumuh

  

POTENSI - KUMUH

  • Masih cukup lahan untuk

    pengembangan permukiman yang layak

  • Masih terdapat daerah yang bisa dibuka akses jalan lingkungan baru
  • Jalan-jalan lingkungan masih bisa ditingkatkan kualitasnya

  

PERMASALAHAN - KUMUH

  • Keterbatasan dana pemerintah daerah dalam menyediakan rumah layak huni bagi masyarakat
  • Jalan yang sudah di perkeras sebagian besar tidak dilengkapi dengan drainase sehingga mudah rusak
  • Kawasan relokasi berdampak pada

    meningkatnya permintaan penyediaan rumah

  • Terbatasnya prasarana dan sarana dasar permukiman
iv.

  Pemetaan dan evaluasi program-program yang telah dilaksanakan di kabupaten/kota terkait dengan pembangunan kawasan permukiman, baik di perkotaan maupun perdesaan

  7.1.2 Sasaran Program

  Merupakan tahapan selanjutnya dari identifikasi kondisi eksisting. Sasaran program mengaitkan kondisi eksisting dengan target yang harus dicapai. Terdapat arahan kebijakan yang menjadi acuan penetapan target pembangunan bidang Cipta Karya khususnya sektor pengembangan kawasan permukiman baik di tingkat Pusat maupun di tingkat kabupaten/kota. Terlampir di Bab 8.

  7.1.3 Usulan Kebutuhan Program,

  Berisikan rincian usulan hasil identifikasi kebutuhan program untuk pencapaian sasaran program sektor pengembangan kawasan permukiman yang dijabarkan setiap tahunnya. Terlampir di Bab 8.

7.2 Sektor Penataan Bangunan Dan Lingkungan

  Bagian ini memaparkan kondisi eksisting, sasaran program, serta usulan kebutuhan program dan pembiayaan dalam penataan bangunan dan lingkungan, khususnya dalam rangka pencapaian gerakan nasional 100-0-100.

7.2.1 Kondisi Eksisting, berisikan: i.

  Data kondisi Perda Bangunan Gedung dan NSPK lainnya di kabupaten/kota (IMB, SLF, TA-BG, dan Pendataan BG)

  ❖ Peraturan Daerah Kabupaten Minahasa Tenggara Nomor : 10 Tahun

  2009 tentang Bangunan (Persyaratan Bangunan)

  ➢ Peruntukan Lokasi

  1. Pembangunan dan pemanfaatan bangunan gedung harus sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam: a.

  Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah; b.

  Rencana Detail Kawasan; c. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan untuk lokasi yang bersangkutan.

  2. Peruntukan lokasi merupakan peruntukan utama, sedangkan apabila pada bangunan tersebut terdapat peruntukan penunjang agar berkonsultasi dengan Dinas;

  3. Setiap pihak yang memerlukan informasi tentang peruntukan lokasi atau ketentuan tata bangunan dan lingkungan lainnya, dapat memperolehnya pada Dinas;

  4. Untuk pembangunan di atas jalan umum, saluran, atau sarana lain, atau yang melintasi sarana dan prasarana jaringan kota, atau dibawah / di atas air atau pada daerah hantaran udara (transmisi) tegangan tinggi harus mendapat Izin Kepala Daerah.

  ➢ Koefisien Dasar Bangunan (KLB)

  1. Setiap bangunan gedung yang dibangun dan dimanfaatkan harus memenuhi kepadatan bangunan bangunan yang diatur dalam Koefisien Dasar Bangunan (KDB) sesuai yang ditetapkan;

  2. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) ditentukan atas dasar kepentingan pelestarian lingkungan / resapan air permukaan tanah dan pencegahan terhadap bahaya kebakaran, kepentingan ekonomi, fungsi peruntukan, fungsi bangunan, keselamatan dan kenyamanan bangunan;

  3. Ketentuan besarnya KDB disesuaikan dengan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan untuk lokasi yang sudah mempunyai atau sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

4. Setiap bangunan umum apabila tidak ditentukan lain, ditentukan KDB maksimum 60 %.

  ➢ Koefisien Daerah Hijau (KDH)

  1. Koefisien Daerah Hijau (KDH) ditentukan atas dasar kepentingan pelestarian lingkungan/ resapan air permukaan tanah;

  2. Ketentuan besarnya KDH disesuaikan dengan Rencana Tata Ruang Kabupaten atau sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

  3. Setiap bangunan umum apabila tidak ditentukan lain, ditentukan KDH minimum 30 %. ➢

  Ketinggian Bangunan 1.

  Ketinggian bangunan ditentukan sesuai dengan Rencana Tata Ruang Kabupaten; 2.

  Untuk masing-masing lokasi yang belum dibuat tata ruangnya, ketinggian maksimum bangunan ditetapkan oleh kepala dinas dengan mempertimbangkan lebar jalan, fungsi bangunan, keselamatan bangunan serta keserasian lingkungannya;

3. Ketinggian bangunan deret maksimum 4 (empat) lantai dan selebihnya harus berjarak dengan persil tetangga.

  ➢ Garis Sempadan Bangunan

  1. Garis sempadan pondasi bangunan terluar yang sejajar dengan as jalan tepi sungai/tepi pantai ditentukan berdasarkan lebar jalan / lebar sungai /kondisi pantai,fungsi jalan dan peruntukan kapling / kawasan;

  2. Letak garis sempadan pondasi bangunan terluar tersebut, bilamana tidak ditentukan lain adalah separuh lebar daerah ruang jalan di hitung dari tepi jalan/ pagar:

  3. Letak garis sempadan pondasi bangunan terluar. Untuk daerah pantai, bilamana tidak di tentukan lain adalah 100 meter dari garis pasang tertinggi pada pantai yang bersangkutan;

  4.Untuk lebar jalan/sungai yang kurang dari 5 meter, letak garis sempadan adalah 2.5 meter dihitung dari tepi jalan/pagar;

  5. Letak garis sempadan pondasi bangunan terluar pada bagian samping yang berbatasan dengan tetangga bilamana tidak ditentukan lain adalah minimal 2 meter dari batas kapling;

  6. Letak garis sempadan pondasi bangunan terluar pada bagian belakang yang berbatasan dengan tetangga bilamana tidak ditentukan lain adalah minimal 2 meter dari batas kapling;

  7. Garis sempadan pagar yang berbatasan dengan jalan bilamana tidak ditentukan lain adalah berhimpit dengan batas terluar daerah ruang jalan;

  8. Garis pagar di sudut persimpangan jalan ditentukan dengan serongan/lengkungan atas dasar fungsi dan peranan jalan;

  9. Tinggi pagar yang berbatasan dengan jalan ditentukan maksimum 1.5 meter dari permukaan halaman/trotoar dengan bentuk transparan atau tembus pandang.

  10. Letak garis sempadan bangunan bila tidak diatur lain adalah sebagai berikut : a.

  Pada kawasan jalan Nasional adalah minimal 10 meter dari pagar pembatas halaman ke dinding bangunan; b.

  Pada kawasan jalan Propinsi adalah minimal ½ . Lebar Jalan + 1 meter dari pagar pembatas halaman ke dinding bangunan; c.

  Pada kawasan jalan Kabupaten adalah minimal ½ . Lebar Jalan + 1 meter dari pagar pembatas halaman ke dinding bangunan ➢

  Jarak Antar Bangunan

  1. Jarak antara massa / blok bangunan satu lantai yang satu dengan yang lainnya dalam satu kapling atau antara kapling minimum adalah 4 meter;

  2. Setiap bangunan umum harus mempunyai jarak massa / blok bangunan dengan bangunan disekitarnya sekurang-kurangnya 6 (enam) meter dan 3 (tiga) meter dengan batas kapling;

  3. Untuk bangunan bertingkat, setiap kenaikan satu lantai jarak antara massa / blok bangunan yang satu dengan yang lainnya ditambah 0.5 meter;

  ➢ Persyaratan Arsitektur

  1. Setiap bangunan harus mempertimbangkan perletakan ruang sesuai dengan fungsi ruang dan hubungan ruang didalamnya;

  2. Setiap bangunan harus mempunyai faktor keindahan, kandungan lokal, dan sosial budaya setempat;

  3. Setiap bangunan diusahakan mempertimbangkan segi-segi pengembangan konsepsi arsitektur bangunan tradisional, hingga secara estetika dapat mencerminkan perwujudan corak budaya setempat. ➢

  Persyaratan Lingkungan

  1. Setiap bangunan tidak diperbolehkan menghalangi pandangan lalu lintas;

  2. Setiap bangunan langsung atau tidak langsung tidak diperbolehkan mengganggu atau menimbulkan gangguan keamanan, keselamatan umum, keseimbangan/ pelestarian lingkungan dan kesehatan lingkungan;

  3. Setiap bangunan langsung atau tidak langsung tidak diperbolehkan dibangun/ berada diatas sungai / saluran / selokan / parit pengairan;

  4. Setiap bangunan langsung ataupun tidak langsung tidak diperbolehkan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Untuk bangunan tertentu atas penetapan Kepala Daerah harus dilengkapi dengan AMDAL.

  ❖ Rencana Pengembangan Sistem Perkotaan a.

  Rencana sistem perkotaan terdiri atas Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL).

  b.

  Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) ditetapkan di Kecamatan Ratahan.

  Pusat Kegiatan Lokal (PKL ) tersebar di Kecamatan Tombatu, Belang, Posumaen, Touluaan dan Ratatotok

  ❖ Rencana Persebaran Pengembangan Kawasan Budi Daya

1. Kawasan permukiman tersebar pada wilayah

  • – wilayah kabupaten dengan rincian sebagai berikut : a.

  Kecamatan Ratahan seluas 211,62 Ha b. Kecamatan Tombatu seluas 195,89 Ha

  c. Kecamatan Touluaan seluas 261,48 Ha

  d. Kecamatan Belang seluas 127,64 Ha e.

  Kecamatan Pusomaen seluas 87,38 Ha f. Kecamatan Ratatotok seluas 70,73 Ha

2. Kawasan industri dan pergudangan tersebar pada wilayah

  • – wilayah kabupaten dengan rincian sebagai berikut : a.

  Kecamatan Belang seluas 236,63 Ha (industri perikanan)

b. Kecamatan Tombatu seluas 75 Ha (agroindustri)

3. Kawasan pariwisata tersebar pada wilayah

  • – wilayah kabupaten dengan rincian sebagai berikut :

  a. Kecamatan Touluaan seluas 16,88 Ha (Air Panas Kelewaha, danau

  Kawelaan, Agrowisata) b. Kecamatan Tombatu seluas 20,24 Ha (Danau Bulilin)

  c. Kecamatan Ratahan seluas 60, 50 Ha (Air terjun Poniki, Air Konde Danau

  Lumpias, Danau Mongawo, Danau Wongangaan, Agrowisata salak pangu) d. Kecamatan Pusomaen seluas 70 Ha (Bentenan Resort, Hais Beach,

  Tumbak, Pulau Bentenan) e.

  Kecamatan Belang seluas 10,75 Ha (Pantai Belang Desa Buku) f. Kecamatan Ratatotok seluas 30,20 Ha (Lakban Beach, Pulau Sekitarnya untuk Diving)

4. Kawasan pertanian tersebar pada wilayah

  • – wilayah kabupaten dengan rincian sebagai berikut :

  a. Kecamatan Ratahan seluas 1.685,68 Ha

  b. Kecamatan Tombatu seluas 2.075,83 Ha c.

  Kecamatan Touluaan seluas 1.433,43 Ha d. Kecamatan Belang seluas 3.267,99 Ha

  e. Kecamatan Pusomaen seluas 4.884,11 Ha f.

  Kecamatan Ratatotok seluas 4.139,65 Ha

  

5. Kawasan perkebunan sebagaimana dimaksud pada Pasal 49 ayat (3)

huruf e tersebar pada wilayah

  • – wilayah kabupaten dengan rincian sebagai berikut : a.

  Kecamatan Ratahan seluas 9.597,72 Ha

  b. Kecamatan Tombatu seluas 3.588,71Ha

  c. Kecamatan Touluaan seluas 6.253,47 Ha d.

  Kecamatan Belang seluas 4.100,29 Ha e. Kecamatan Pusomaen seluas 508,02 Ha

  f. Kecamatan Ratatotok seluas 117,38 Ha

6. Kawasan hutan produksi tersebar pada wilayah

  • – wilayah kabupaten dengan rincian sebagai berikut :

a. Kecamatan Touluaan seluas 827,67 Ha b.

  Kecamatan Ratahan seluas 70,00 Ha c. Kecamatan Ratatotok seluas 17.167,30 Ha (Gunung Surat)

7. Kawasan hutan rakyat/penyanggah tersebar pada wilayah

  • – wilayah kabupaten dengan rincian sebagai berikut : a.

  Kecamatan Ratahan seluas 322,66 Ha b.

  Kecamatan Tombatu seluas 1221,61Ha c. Kecamatan Touluaan seluas 3.626,04 Ha

  8. Kawasan pertambangan sebagaimana dimaksud pada Pasal 49 ayat (3) huruf h tersebar pada wilayah

  • – wilayah kabupaten dengan rincian sebagai berikut :

  a. Kecamatan Ratatotok seluas 451,61 Ha

  b. Kecamatan Ratahan seluas 225,13 Ha (sepanjang bukit Morea dan

  Toumpasak)

9. Kawasan perikanan terdiri dari perikanan laut dan perikanan darat: a.

  Perikanan laut terdiri dari penangkapan (703,76 km2)dan budidaya (1490 ha); b.

  Perikanan darat meliputi perairan umum (danau 123.1 ha dan sungai 118 km) dan budidaya (kolam 785 ha, tambak 75 ha, minapadi 670 ha) ❖

  Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten

  1. Kawasan strategis di wilayah kabupaten dari sudut kepentingan Pertumbuhan ekonomi: a.

  Kawasan Strategis Pusat Pemerintahan di Ratahan (Wawali dan Tosuraya) b. Kawasan Strategis Pusat Industri di Belang dan Tombatu c. Kawasan Strategis Perdagangan dan Jasa di Tombatu, Belang dan Ratahan

  (CBD dan Terminal)

  2. Kawasan strategis di wilayah kabupaten dari sudut kepentingan Sosial Budaya:

  b.

  Kawasan Budaya Batulesung, Ratuoki, Kali, di Tombatu c. Kawasan Kubur Raja Bantik Kecamatan Ratahan d.

  Kawasan Budaya Pesta Adat Labuang Bentenan e. Kawasan Sport Centre di Rasi

  3. Kawasan Strategis wilayah kabupaten dari sudut kepentingan Pendayagunaan sumberdaya alam a.

  Kawasan strategis DAS Molompar sebagai sumber energi listrik sistem mikrohidro b.

  Kawasan strategis sungai di Tababo dan Kalaid (pemanfaatan sumberdaya air untuk situ atau danau buatan sebagai sumber air irigasi dan perikanan darat)

  c. Kawasan strategis agropolitan hortikultura (Ratahan-Liwutung-Tababo) dan (Lobu-Touluaan-Tombatu); agropolitan buah salak di Pangu; agropolitan tanaman kelapa (Molompar-Tombatu-Touluaan); agropolitan aren di Rasi; agropolitan peternakan (sapi dan kambing) di Belang

  d. Kawasan strategis minapolitan budidaya perikanan laut (Bentenan-Belang- Ratatok); minapolitan budidaya perikanan darat (Ratahan, Molompar, Tombatu)

  e. Kawasan strategis pariwisata bahari (Bentenan, Hais, Lakban); pariwisata tirta (Air Konde Danau Lumpias) ii.

  Kondisi kota pusaka, kota hijau (RTH, Kebun Raya, Bangunan Gedung Hijau) dan kawasan strategis lainnya ❖

  Gambaran Kawasan Delineasi RTBL Delineasi pekerjaan penyusunan RTBL Kabupaten Minahasa Tenggara berada di Pusat Kota Kecamatan Ratahan, dimulai dari Kelurahan Lowu dengan kondisi eksisting kawasan perdagangan dan jasa skala menengah. Sedangkan batas akhir delineasi kawasan RTBL di Kelurahan Wawali dengan kondisi eksisting permukiman dan perkantoran. Luas kawasan sebesar 42,28 Ha

Gambar 7.1 Deliniasi Kawasan RTBL

  Kawasan delineasi penyusunan RTBL Kabupaten Minahasa Tenggara memiliki identitas fisik yang menjadi pengenal kawasan tersebut, dengan adanya sculpture di pusat kota Kelurahan Tosuraya. Sculpture tersebut berfungsi sebagai pengarah lalu lintas sekaligus sebagai vocal point pada kawasan tersebut.

Gambar 7.2 Identitas Fisik Kawasan Penyusunan RTBL

  ➢ Penggunaan Lahan Penggunaan lahan di kawasan delineasi penyusunan RTBL cukup bervariasi.

  Kawasan lebih didominasi dengan fungsi permukiman yang bercampur dengan perkantoran dan fungsi perdagangan dan jasa.

  Bentukan alamiah kawasan RTBL memiliki kondisi topografi berkontur dan dilintasi oleh Sungai Palaus yang berada di kawasan pasar Kelurahan Tosuraya, seperti yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 7.3 Penggunaan Lahan Eksisting Kawasan Penyusunan RTBL

  ➢ Kondisi Kawasan Perdagangan dan Jasa

  Sepanjang ruas jalan utama Kecamatan Ratahan Kelurahan Lowu, Tosuraya dan Wawali didomiasi fungsi perdagangan dan jasa dengan tingkat kepadatan sangat tinggi

Gambar 7.4 Kawasan Perdagangan dan Jasa Kawasan Deliniasi

  Penyusunan RTBL Kondisi pasar yang berada di sepanjang ruas jalan di Kelurahan Tosuraya dengan tingkat kepadatan cukup tinggi. Pasar tersebut non permanen dan aktivitasnya yang memakan ruas jalan sangat mengganggu aktivitas pergerakan kendaraan sepanjang ruas jalan.

Gambar 7.5 Kondisi Pasar Kawasan Pusat Kota

  ➢ Kawasan Perkantoran

  Kawasan perkantoran mendominasi kawasan yang bercampur dengan kawasan permukiman, tersebar sepanjang kawasan penyusunan RTBL. Bangunan perkantoran memanfaatkan bangunan dengan karakter rumah tradisional dengan ketinggian 1-2 lantai.

Gambar 7.6 Kondisi Kawasan Perkantoran

  ➢ Fasilitas Peribadatan

  Bangunan peribadatan pada kawasan RTBL letaknya tersebar dan terdiri dari gereja dan mesjid. Bangunan peribadatan dengan langgam/ style modern sesuai dengan agama penduduk pada kawasan tersebut.

Gambar 7.7 Kondisi Kawasan Peribadatan

  ➢ Fasilitas Pendidikan

  Bangunan pendidikan hanya berada di Kelurahan Tosurya seperti yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 7.8 Kondisi Kawasan Pendidikan

  ➢ Kawasan Permukiman

  Kawasan Permukiman tersebar merata pada kawasan RTBL dengan kondisi bangunan bervariasi dan tingkat kepadatan tinggi. Kondisi bangunan non permanen dan permanen dengan ketinggian 1-2 lantai.

Gambar 7.9 Kondisi Kawasan Permukiman iii.

  Potensi dan tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan 

  Kawasan kota yang terus mengalami perkembangan, dan cenderung menjadi tidak terkendali.

   Adanya dorongan untuk berkembang dengan cepat pada kawasan-kawasan strategis dan memiliki nilai dan arti penting bagi pengembangan kota di masa yang akan datang.

   Regulasi/ Pedoman Tata Bangunan yang belum ada, khususnya yang mengatur secara tiga dimensi (pedoman fisik). iv.

  Data lain yang terkait dengan penataan bangunan dan lingkungan

  7.2.2 Sasaran Program

  Merupakan tahapan selanjutnya dari identifikasi kondisi eksisting. Sasaran program mengaitkan kondisi eksisting dengan target yang harus dicapai. Terdapat arahan kebijakan yang menjadi acuan penetapan target pembangunan bidang Cipta Karya khususnya sektor pengembangan kawasan permukiman baik di tingkat Pusat maupun di tingkat kabupaten/kota.

  7.2.3 Usulan Kebutuhan Program,

  Berisikan rincian usulan hasil identifikasi kebutuhan program untuk pencapaian sasaran program sektor pengembangan kawasan permukiman yang dijabarkan setiap tahunnya.

7.3 Sektor Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)

  Bagian ini memaparkan kondisi eksisting, sasaran program, serta usulan kebutuhan program dan pembiayaan dalam pengembangan SPAM, khususnya dalam rangka pencapaian gerakan nasional 100-0-100.

7.3.1 Kondisi Eksisting, berisikan: i.

  Data pelayanan air minum, baik perpipaan maupun non perpipaan

Tabel 7.3 Kondisi Pelayanan Air Minum Perpipaan& Non Perpipaan

  KAB/KOTA JML PEND 2014 PERPIPAAN NON PERPIPAAN 2014 (%) 2014 (JIWA) 2014 (%) 2014 (JIWA) EKSISTING EKSISTING EKSISTING EKSISTING BITUNG 202.204 30,80 62.276 56,08 113.393 BOLAANG MONGONDOW 229.604 4,76 10.939 37,96 87.157

BOLAANG MONGONDOW SELATAN 61.177 5,42 3.314 40,35 24.682

BOLAANG MONGONDOW TIMUR 67.824 11,32 7.681 33,35 22.616

  

BOLAANG MONGONDOW UTARA 75.290 1,94 1.459 45,60 34.329

KEP. SANGIHE 129.103 26,34 34.010 37,45 48.350

KEP. SIAU TAGULANDANG BIARO 65.284 6,00 3.920 87,68 57.244

KEP. TALAUD 87.922 20,09 17.661 32,80 28.841

KOTAMOBAGU 117.019 37,05 43.352 38,41 44.943 MANADO 423.257 24,87 105.272 65,93 279.064 MINAHASA 325.680 22,55 73.426 42,11 137.160 MINAHASA SELATAN 203.317 8,11 16.487 47,81 97.212 MINAHASA TENGGARA 103.818 16,61 17.248 58,38 60.610 MINAHASA UTARA 196.419 12,60 24.747 51,92 101.988 TOMOHON 98.686 19,62 19.366 66,20 65.327 SULAWESI UTARA 2.386.604 18,48 441.158 50,40 1.202.916

  

Sumber: Dok. Rencana Aksi Daerah 100-0-100 ii.

  Luas cakupan pelayanan per kecamatan

Tabel 7.4 iii.

  Lokasi dan kapasitas air baku Sumber air baku yang dimanfaatkan oleh PDAM Minahasa Selatan di wilayah Minahasa Tenggara terdiri dari 5 buah sumber mata air. Sumber air baku tersebut antara lain:

  a. Mata Air Kalatin Mata air Kalatin terletak di Kecamatan Ratahan, Total debit Mata Air Kalatin diperkirakan sekitar ± 20,0 l/dt, yang telah dimanfaatkan oleh PDAM sebesar 15,0 l/dt.

  b. Mata Air Liwutung Mata air Liwutung terletak di Kecamatan Tombatu, Total debit Mata Air Liwutung diperkirakan sekitar ± 10,0 l/dt, yang telah dimanfaatkan oleh PDAM sebesar 5,0 l/dt.

  c. Mata Air Belang Mata air Belang terletak di Kecamatan Belang, Total debit Mata Air Belang diperkirakan sekitar ± 2,5 l/dt, yang telah dimanfaatkan oleh PDAM sebesar 2,5 l/dt.

  d. Mata Air Ratatotok Mata air Ratatotok terletak di Kecamatan Ratatotok, Total debit Mata Air Ratatotok diperkirakan sekitar ± 5,0 l/dt, yang telah dimanfaatkan oleh PDAM sebesar 5,0 l/dt.

  e. Sumur Bor Ratatotok

  Sumur Bor Ratatotok terletak di Kecamatan Ratatotok, yang telah dimanfaatkan oleh PDAM sebesar 20,0 l/dt.

  f. Sungai Abuang Suangai Abuang terletak di Kecamatan Ratahan, Total debit Sungai Abuang diperkirakan sekitar ± 50,0 l/dt, yang telah dimanfaatkan oleh PDAM sebesar 5,0 l/dt. iv.

  Kinerja PDAM Tabel 7.5

  Sumber: Dokumen RISPAM Minahasa Tenggara v.

  Potensi dan tantangan Pengembangan SPAM

  a. Keterbatasan jumlah dan kualitas SDM yang sesuai untuk menjalankan pengelolaan UPTD-AM b. Belum adanya kejelasan penyerahan aset sumber, pengolahan dan jaringan transmisi dan distribusi baik dari PDAM Minahasa amupun Minahasa Selatan c. Belum adanya sistem pola tata kelola dan sistem akuntabilitas yang mendukung dalam optimalisasi pengelolaan UPTD-AM Kabupaten Minahasa Tenggara. vi.

  Serta data-data lain, baik kuantitatif maupun kualitatif

  Sungai

  Kabupaten Minahasa Tenggara mempunyai potensi sumber air baku yang berlimpah. Berdasarkan data yang diperoleh, terdapat sekitar 63 daerah aliran sungai (DAS) yang ada di Kabupaten Minahasa Tenggara. Namun saat ini sebagaian besar belum terdapat informasi mengenai luas dan debit dari masing-masing DAS tersebut.

  Tabel 7.6 Sumber: Dokumen RISPAM Minahasa Tenggara

  Tabel 7.7 Sumber: Dokumen RISPAM Minahasa Tenggara

  7.3.2 Sasaran Program

  Merupakan tahapan selanjutnya dari identifikasi kondisi eksisting. Sasaran program mengaitkan kondisi eksisting dengan target yang harus dicapai. Terdapat arahan kebijakan yang menjadi acuan penetapan target pembangunan bidang Cipta Karya khususnya sektor pengembangan SPAM baik di tingkat Pusat maupun di tingkat kabupaten/kota.

  7.3.3 Usulan Kebutuhan Program

  Berisikan rincian usulan hasil identifikasi kebutuhan program untuk pencapaian sasaran program sektor pengembangan SPAM yang dijabarkan setiap tahunnya.

7.4 Sektor Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman (PLP)

  Tangki Septik Individual belum Aman Akses Aman Akses Dasar Cubluk BABs (KK) On Site

  Bagian ini memaparkan kondisi eksisting, sasaran program, serta usulan kebutuhan program dan pembiayaan dalam pengembangan PLP, khususnya dalam rangka pencapaian gerakan nasional 100-0-100.

7.4.1 Kondisi Eksisting, berisikan: i.

  Data terkait pengelolaan air limbah eksisting (terpusat maupun setempat)

Tabel 7.8 Rekapitulasi Infrastruktur Air Limbah Tahun 2015

  

Jumlah

Tangki

Septik

Komunal

  

>10 KK

(Unit)

Jumlah

  IPAL Komunal (Unit) Jumlah

  IPAL Kawasan (Unit) Jumlah

  IPAL Kota (Unit)

  1 BOLAANG MONGONDOW TIMUR 8.041 - 133 - - - - 1.107 - 6.304

  2 MINAHASA UTARA 33.854 120 33 - - - - - 750 13.331

  32 3 - - - 17.672 - 9.283

3 MINAHASA SELATAN

  Bab VII - Page 25 of 30

  13 MINAHASA 22.079 - 52 - 3 - - 22.706 1.300 20.945

  Sumber: Dok. Rencana Aksi Daerah 100-0-100 Tangki Septik Individual (Unit) Jumlah Tangki Septik Komunal <10 KK (Unit) Jumlah MCK Komunal (Unit)

  4 TOMOHON 9.242 - 29 30 - - - 4.144 160 14.590

  5 KOTAMOBAGU 9.503 -

  35 47 - - 161.346 54.597 252.376 Off Site No KAB/KOTA

  15 MANADO 77.107 - - - - - - 21.359 - 8.330 TOTAL 237.819 120 955

  14 BITUNG 23.589 - 7 - 3 - - 33.062 - 12.849

  12 MINAHASA TENGGARA 4.940 - 162 1 2 - - 519 1.103 12.072

  1 11 - - 4.680 5.824 7.676

  11 KEPULAUAN SANGIHE 13.059 - - - 21 - - 31.361 42.657 91.732

  10 KEPULAUAN TALAUD 4.878 - 198 - - - - 7.650 576 6.982

  9 SIAU TAGULANDANG BIARO 4.279 - 105 - - - - 5.327 - 5.240

  8 BOLAANG MONGONDOW 13.649 - 13 - 7 - - 10.900 1.500 27.994

  7 BOLAANG MONGONDOW SELATAN 4.107 - 60 - - - - 742 448 8.728

  6 BOLAANG MONGONDOW UTARA 9.492 - 107 - - - - 117 279 6.320

  24

  Bab VII - Page 26 of 30 Tabel 7.9 Kondisi Penanganan Air Limbah Sumber: Dokumen RAD 100-0-100 2016 ii. Kondisi eksisting pengelolaan persampahan di kabupaten/kota (TPA dan 3R)

Tabel 7.10 Kondisi Pengolahan Persampahan

  Sumber: Dokumen RAD 100-0-100 Bab VII - Page 27 of 30 iii.

  Kondisi eksisting drainase permukiman

  

Pengurangan Luas Daerah Genangan

60%

  50.00% 50.00% 50.00% 50.00% 50%

  44.00% 40.00% 40.00% 40%

  33.88% 31.25% 30.00% 30.00% 30.00%

  30% 25.00% 25.00%

  Eks. 2015 22.94% 20.00% 20.00%

  Target 2015 20% 14.29%

  10% 0% o a d o el m

tr

ihe lsel au ad lti ns g lmut itar

Mi

  

Bo S

Bo Mi an Tal Bo

  S Man

  Grafik 7.1 Kondisi Pengurangan Luasan Daerah Genangan Sumber: Satker PLP iv.

  Tantangan dan permasalahan pengembangan penyehatan lingkungan permukiman

Tabel 7.11 Potensi Sektor PLPTabel 7.12 Permasalahan Sektor PLP

7.4.2 Sasaran Program

  Merupakan tahapan selanjutnya dari identifikasi kondisi eksisting. Sasaran program mengaitkan kondisi eksisting dengan target yang harus dicapai. Terdapat arahan kebijakan yang menjadi acuan penetapan target pembangunan bidang Cipta Karya khususnya sektor pengembangan kawasan permukiman baik di tingkat Pusat maupun di tingkat kabupaten/kota.

7.4.3 Usulan Kebutuhan Program,

  Berisikan rincian usulan hasil identifikasi kebutuhan program untuk pencapaian sasaran program sektor pengembangan kawasan permukiman yang dijabarkan setiap tahunnya.