PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MENGGUNAKAN COOPERATIVE LEARNING TEKNIK JIGSAW DALAM MENGENAL SATUAN JARAK DAN KECEPATAN PADA SISWA KELAS V SD N PUCUNG TAHUN PELAJARAN 20102011
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR
MENGGUNAKAN COOPERATIVE LEARNING
TEKNIK JIGSAW DALAM MENGENAL SATUAN JARAK
DAN KECEPATAN PADA SISWA KELAS V SD N PUCUNGTAHUN PELAJARAN 2010/2011
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
OLEH :
NAMA : ALBERTUS KRISTIANTA WICAKSANA NIM : 081134243
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMAYOGYAKARTA
2010
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR
MENGGUNAKAN COOPERATIVE LEARNING
TEKNIK JIGSAW DALAM MENGENAL SATUAN JARAK
DAN KECEPATAN PADA SISWA KELAS V SD N PUCUNGTAHUN PELAJARAN 2010/2011
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
OLEH :
NAMA : ALBERTUS KRISTIANTA WICAKSANA NIM : 081134243
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMAYOGYAKARTA
2010
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta,
14 Desember 2010 Penulis
Albertus Kristianta Wicaksana
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Albertus Kristianta Wicaksana
Nomor Induk Mahasiswa : 081134243 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MENGGUNAKAN COOPERATIVE
LEARNING TEKNIK JIGSAW DALAM MENGENAL SATUAN JARAK DAN
KECEPATAN PADA SISWA KELAS V SD N PUCUNG TAHUN
PELAJARAN 2010/2011 Beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalitas kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 14 Desember 2010 Yang menyatakan
ABSTRAK
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR
MENGGUNAKAN COOPERATIVE LEARNING
TEKNIK JIGSAW DALAM MENGENAL SATUAN JARAK DAN
KECEPATAN PADA SISWA KELAS V SD N PUCUNG
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Albertus Kristianta Wicaksana Universitas Sanata Dharma
2010 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar menggunakan cooperative learning teknik jigsaw dalam mengenal satuan jarak dan kecepatan. Penelitian ini berawal dari rendahnya prestasi siswa dalam materi mengenal satuan jarak dan kecepatan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang menggambarkan peningkatan nilai prestasi belajar siswa dalam materi mengenal satuan jarak dan kecepatan dalam persentase. Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah tugas individu secara tertulis, yang meliputi mengerjakan soal pre tes, mengerjakan LKS dan mengerjakan soal post tes sebagai evaluasi.
Subjek dalam penelitian ini yaitu siswa kelas lima SD N Pucung yang berjumlah 22 siswa. Peneliti melaksanakan penelitian dalam dua siklus, yang sebelumnya didahului dengan pre tes untuk mengetahui kondisi awal siswa sebelum penelitian. Kemudian diadakan siklus I dan siklus II. Siklus I terdiri dari dua pertemuan (empat jam pelajaran), dan siklus II terdiri dari dua pertemuan (empat jam pelajaran). Pembelajaran pada siklus I menggunakan cooperative
learning teknik jigsaw, dengan materi jarak tempuh. Sedangkan pada siklus II
pembelajaran menggunakan cooperative learning teknik jigsaw dengan materi kecepatan dan waktu tempuh. Penggunaan strategi ini dapat membantu meningkatan prestasi belajar siswa dalam materi mengenal satuan jarak dan kecepatan.
Pada kondisi awal sebelum penelitian, siswa belum seluruhnya memenuhi target pencapaian KKM, 45% yang memenuhi KKM dengan nilai rata-rata 58,64. Nilai KKM Matematika SD N Pucung adalah 60. Pada akhir siklus I, 73% siswa telah memenuhi KKM dengan nilai rata-rata 67,05. Pada siklus II, 82% siswa berhasil memenuhi KKM, dengan nilai rata-rata seluruh siswa sebesar 71,82. Dari data tersebut dapat dilihat kemajuan siswa dalam memperoleh nilai pada materi mengenal satuan jarak dan kecepatan. Kondisi ini menggambarkan keberhasilan penelitian dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan cooperative learning teknik
jigsaw dapat meningkatkan prestasi siswa dalam mengenal satuan jarak dan
kecepatan pada siswa kelas V SD N Pucung tahun pelajaran 2010/2011.Kata kunci : Prestasi belajar, cooperative learning teknik jigsaw.
ABSTRACT
THE IMPROVING LEARNING ACHIEVEMENT
USING COOPERATIVE LEARNING JIGSAW TECHNIQUE
IN THE KNOW YOUR DISTANCE AND SPEED FORCE
ON STUDENT CLASS V PUBLIC ELEMENTARY SCHOOL PUCUNG
ACADEMIC YEAR 2010/2011
Albertus Kristianta Wicaksana Sanata Dharma University
2010 This study aims to determine the increase learning achievement using cooperative learning jigsaw technique in identifying the unit of distance and speed. This research started from low student achievement in familiar material unit distance and speed. This research is a quantitative descriptive research that describes the increase in the value of student achievement in familiar material unit distance and speed in percentage. The techniques used in this study is the duty of the individual in writing, which includes work on the problems pre-test, doing worksheets and post tests as do the problems of evaluation.
Subjects in this experiment were students in fifth grade Public Elementary School Pucung totaling 22 students. Researchers carry out research in two cycles, which is preceded by a pre test to determine students' initial conditions before the study. Then place the cycle I and cycle II. Cycle I consists of two meetings (four hours of lessons), and cycle II consists of two meetings (four hours of lessons).
Learning on the first cycle using a jigsaw cooperative learning techniques, with material mileage. While on the second cycle of learning using a jigsaw cooperative learning techniques with the material speed and travel time. The use of these strategies can help improve student achievement in familiar material unit distance and speed.
In the initial conditions before the study, students are not yet fully meet the achievement target KKM, 45% who meet the KKM with an average rating of
58.64. Elementary Math Score Public Elementary School Pucung KKM is 60. At the end of cycle I, 73% of students have fulfilled KKM with a 67.05 average score. In the second cycle, 82% of students successfully meet the KKM, with an average rating of all students at 71.82. From this data can be viewed student progress in acquiring the material to know the value at unit distance and speed. This situation illustrates the success of research in the implementation of Classroom Action Research. Thus, it can be concluded that learning to use a jigsaw cooperative learning techniques to improve student achievement in the familiar units of distance and speed in fifth grade elementary school students Public Elementary School Pucung academic year 2010/2011.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Bapa di surga yang telah melimpahkan kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Peningkatan Prestasi Belajar Menggunakan Cooperative Leraning Teknik
Jigsaw dalam Mengenal Satuan Jarak dan Kecepatan pada Siswa Kelas V SD N
Pucung Tahun Pelajaran 2010/2011”.Banyak hambatan dan rintangan yang penulis alami dalam proses penyusunan skripsi ini. Namun, karena anugerah-Nya, keterlibatan, dan bantuan dari berbagai pihak sehingga penulis dapat melaluinya dengan baik. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai dan memberkatiku.
2. F. Tri Darminta dan S. Yuliana selaku orang tuaku yang selalu mendoakanku.
3. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed,. PhD. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
4. Bapak Drs. Puji Purnomo, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
5. Bapak Drs. Sukardjono, M.Pd. selaku dosen pembimbing I.
6. Bapak Drs. YB Adimassana, M.A. selaku dosen pembimbing II.
7. Bapak Maryoto, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SD N Pucung.
8. Saudara Agustina Wahyu Utami selaku teman dekatku yang selalu memberiku semangat dan membantuku.
9. Ibu Dyah Eka Pitasari selaku teman kerjaku yang selalu memberikan aku semangat.
10. Para Bapak dan Ibu Guru SD N Pucung yang memberikan semangat dan mendoakanku.
11. Semua pihak yang telah mebantu penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga kebaikan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis senantiasa mendapat berkat dan rahmat yang melimpah dari Allah Bapa di surga.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Segala kritik dan saran yang membangun demi perbaikan skripsi ini akan penulis terima dengan senang hati.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, khususnya para calon guru Sekolah Dasar.
Yogyakarta, 14 Desember 2010 Penulis Albertus Kristianta Wicaksana
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …...............…………………………………………………. ...i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...............………………………… ..ii HALAMAN PENGESAHAN ……………………………..............……………… .iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………………………………................... .iv PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .......................................................v ABSTRAK ………………………………………………………………..................vi ABSTRACT ..............................................................................................................vii KATA PENGANTAR ……………………………………………………………..viii DAFTAR ISI ………………………………………………………………………....x DAFTAR TABEL ….……………………………………………………………...xiii DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………………xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………….……………………………………...1 B. Batasan Masalah …………………………………………………………3 C. Rumusan Masalah ………………………………………………………..3 D. Batasan Pengertian ……………………………………………………….3 E. Pemecahan Masalah …………………………………………... ………...4 F. Tujuan ………….……………………………………………… ………...4 G. Manfaat …………….…………………………………………………….5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar……………..……………………......................................6
B. Cooperative Learning …………………………………………………...8
1. Pembelajaran Cooperative Learning ………………………………...8
2. Tujuan Pembelajaran Cooperative Learning ………………………12
C. Cooperative Learning Teknik Jigsaw ………………………………….14
1. Pengertian Cooperative Learning Teknik Jigsaw .............................14
2. Langkah-langkah Cooperative Learning Teknik Jigsaw ……..…….19
3. Keunggulan Cooperative Learning Teknik Jigsaw ………………...20
D. Jarak dan Kecepatan ……………………………………………………20
1. Pengertian Jarak …………………………………………………….20
2. Pengertian Kecepatan ……………………………………………….21
E. Kerangka Berpikir ………………………………………………………22
F. Hipotesis Tindakan ……………………………………………………..22
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian …………………………………………………………23 B. Setting Penelitian ……………………………………………………….23
1. Tempat Penelitian …………………………………………………..23
2. Subjek Penelitian …………………………………………………...23
3. Objek Penelitian ……………………………………………………23
4. Waktu Penelitian ……………………………………………………24
5. Desain Penelitian …………………………………………………...24
C. Rencana Tindakan ……………………………………………... ……….24
1. Persiapan ……………………………………………………………24
2. Rencana Tindakan Setiap Siklus ……………………………………25
D. Pengumpulan Data dan Instrumennya ………………………………….28
E. Analisis Data ……………………………………………………………28
F. Teknik Pengujian Instrumen Penelitian …………..…………………….30
1. Analisis Item-item Soal ……………………………………………..30
2. Pengujian Validitas …………………………………………………33
3. Pengujian Reliabilitas ………………………………………………34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian …………………………………………………………36
1. Kegiatan Pretes ……………………………………………………..36
2. Kegiatan Siklus I ……………………………………………………37
3. Kegiatan Siklus II …………………………………………………..44
4. Kesimpulan …………………………………………………………51
B. Pembahasan …………………………………………………… ……….52
1. Refleksi Siklus I …………………………………………………….52
2. Refleksi Siklus II ……………………………………………………53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……………………………………………………………..55 B. Saran ……………………………………………………………………55 DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………57
DAFTAR TABEL
A. Tabel 1 Pengumpulan Data dan Instrumen ……………………………………..28
B. Tabel 2 Sasaran Penelitian ……………………………………………………...28
C. Tabel 3 Pengubahan Skor Menjadi Nilai ……………………………………….28
D. Tabel 3 Indeks Kesukaran ………………………………………………………31
E. Tabel Indeks Diskriminasi ……………………………………………………...33
F. Tabel 4 Koefisien Korelasi ……………………………………………………..34
G. Tabel 6 Acuan Penilaian Reliabilitas …………………………...........................35
H. Tabel Analisis Pretes ...........................................................................................36
I. Tabel 7 Hasil Tes Siklus I ………………………………………………………42 J. Tabel 8 Tabel Analisis Siklus I ………………………………………………...44 K. Tabel 9 Hasil Tes Siklus II ........................ ……………………..........................49 L. Tabel 10 Tabel Analisis Siklus II ………………………………………………51
DAFTAR LAMPIRAN
A. Lampiran 1 Silabus
B. Lampiran 2 RPP
C. Lampiran 3 LKS
D. Lampiran 4 Kisi-kisi Soal
E. Lampiran 5 Uji Validitas dan Reliabilitas
F. Lampiran 6 Tabel Harga Kritis
G. Lampiran 7 Soal Evaluasi
H. Lampiran 8 Surat Keterangan Penelitian
I. Lampiran 9 Daftar Nilai Kelas V B SD N Pucung J. Lampiran 10 Instrumen Pengumpulan Data K. Lampiran 11 Dokumentasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah Dasar adalah salah satu jenjang pendidikan yang paling penting. Pendidikan di SD salah satunya berfungsi untuk mempersiapkan siswa
menghadapi jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Pendidikan di SD terdapat jenjang atau tingkat pendidikan yaitu dari kelas I sampai kelas VI. Siswa dapat dikatakan siap untuk mengikuti pelajaran dijenjang berikutnya dan naik kelas ditentukan dari prestasi belajarnya. Salah satu syarat siswa dapat naik kelas adalah nilainya memenuhi KKM yang telah ditentukan oleh SD tempat siswa bersekolah. Pelajaran yang menuntut siswa untuk nilainya memenuhi KKM salah satunya adalah Matematika. SD N Pucung menentukan KKM Matematika di kelas V adalah 60. Sehingga siswa yang dianggap memenuhi KKM adalah yang nilainya 60 atau lebih dari 60.
SD N Pucung adalah sekolah yang berada di Dusun Pucung, Desa Tamanmartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY. Saat ini SD N Pucung terdiri atas 9 kelas yaitu kelas I, kelas II, kelas III A, kelas III B, kelas IV A, kelas IV B, kelas V A, kelas V B, dan kelas VI. Jumlah murid SD N Pucung adalah 222 siswa. Syarat menjadi siswa baru di SD N Pucung adalah anak berusia 7 tahun ke atas dan lulus TK. Kelas yang diteliti oleh peneliti adalah kelas
V B. Jumlah siswa kelas V B adalah 22 siswa, terdiri dari delapan perempuan dan 14 laki-laki. Tempat tinggal mereka berada di daerah sekitar SD, yaitu di Desa Tamanmartani. Jarak rumah para siswa kelas V B dengan SD antara satu sampai tiga kilometer. Keadaan fisik siswa kelas V B cukup baik. Jumlah guru SD N Pucung adalah 15 guru, pendidikan terakhir mereka yaitu SPG ada satu guru, DII ada tujuh guru, dan S1 ada tujuh guru. Menurut lama mengajar para guru yaitu, dua sampai lima tahun ada lima guru, lima sampai sepuluh tahun ada dua guru, dan 10 tahun ke atas ada tujuh guru.
Dalam hal pelajaran, Matematika adalah pelajaran yang dianggap paling sulit oleh siswa kelas V SD N Pucung. Keadaan ini menjadikan pelajaran Matematika menakutkan bagi siswa. Salah satu kompetensi dasar yang ada dalam pelajaran Matematika kelas V adalah mengenal satuan jarak dan kecepatan.
Dalam kompetensi dasar mengenal satuan jarak dan kecepatan, siswa kelas V B SD N Pucung yang mendapat nilai kurang dari KKM (60) adalah 55% dan yang memenuhi KKM (60) adalah 45% dengan nilai rata-rata kelas 58,64. Ini menunjukkan kemampuan siswa kelas V B SD N Pucung dalam mengenal satuan jarak dan kecepatan masih kurang. Kemungkinan penyebabnya adalah pembelajaran hanya menggunakan metode ceramah sehingga siswa kurang aktif dalam pelajaran, siswa merasa malas mengikuti pelajaran, dan siswa kurang terlibat dalam pembelajaran. Masalah yang dialami oleh siswa kelas V B dalam pembelajaran Matematika ini adalah memilih strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi siswa dalam mengenal satuan jarak dan kecepatan. Untuk itu peneliti ingin mencoba meningkatkan prestasi siswa dalam mengenal satuan jarak dan kecepatan menggunakan strategi cooperative learning teknik jigsaw. Peneliti memilih strategi cooperative learning teknik jigsaw dalam mengenal satuan jarak dan kecepatan karena strategi ini menuntut siswa aktif dalam pembelajaran dan setiap siswa akan mendapat tanggung jawab dalam pelaksanaan pembelajarannya sehingga siswa dapat terlibat langsung dalam pembelajaran.
B. Batasan Masalah
Agar lebih terarah, masalah dalam penelitian ini dibatasi dalam materi pokok hubungan jarak, kecepatan, dan waktu di kelas V B SD N Pucung tahun
pelajaran 2010/2011. C. Rumusan Masalah Masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Apakah pembelajaran menggunakan cooperative learning teknik jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mengenal satuan jarak dan kecepatan siswa kelas V B SD N Pucung tahun pelajaran 2010/2011?
D. Batasan Pengertian
1. Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau kemampuan menguasai pelajaran yang diterima (KBBI:2002).
2. Strategi cooperative learning adalah serangkaian aktifitas dalam kelompok atau grup yang bersifat sosial dan masing-masing pembelajar bertanggung jawab atas pembelajaran yang mereka jalani (Slavin:2008).
3. Teknik Jigsaw adalah untuk meningkatkan keterampilan membaca, menulis, menyimak, berbicara dengan menggabungkan berbagai informasi lintas ilmu (Slavin:2008). Cara kerja teknik ini adalah siswa dibagi dalam kelompok dan setiap anak mendapatkan tugas yang berbeda, kemudian anak yang tugasnya sama membuat kelompok ahli untuk mengerjakan bersama. Setelah selesai mengerjakan, anak kembali ke kelompok semula untuk membahas hasil kerja setiap anak.
4. Jarak adalah ruang sela (panjang atau jauh) antara dua benda atau tempat.
(KBBI:2002). Salah satu satuan jarak yang sering digunakan adalah km.
5. Kecepatan adalah waktu yang digunakan untuk menempuh jarak tertentu (KBBI:2002).
6. Prestasi belajar siswa dikatakan meningkat apabila nilai yang memenuhi KKM adalah lebih dari 45% atau lebih dari keadaan awal siswa.
E. Pemecahan Masalah
Rendahnya prestasi belajar siswa dalam mengenal satuan jarak dan kecepatan siswa kelas V B SD N Pucung tahun pelajaran 2010/2011 akan diatasi dengan pembelajaran menggunakan cooperative learning teknik jigsaw agar siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran.
F. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pembelajaran menggunakan cooperative learning teknik jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V B SD N Pucung tahun pelajaran 2010/2011 dalam mengenal satuan jarak dan kecepatan.
G. Manfaat
1. Bagi peneliti sendiri, merupakan pengalaman berharga dalam menerapkan strategi cooperative learning teknik jigsaw dalam pembelajaran mengenal satuan jarak dan kecepatan.
2. Bagi SD N Pucung, dapat menambah khazanah strategi pembelajaran Matematika.
3. Bagi USD, dapat menambah referensi PTK.
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar Winkel dalam Mulyani (1984:64) mengatakan bahwa prestasi adalah bukti
usaha yang dapat dicapai. Untuk mengetahui hasil dari usaha dalam pembelajaran perlu diukur secara langsung dengan menggunakan tes untuk mengetahui tingkat keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan dari pelajaran-pelajaran yang diterima atau kemampuan menguasai pelajaran yang diberikan oleh guru yang selalu dikaitkan dengan tes hasil belajar atau tes prestasi (Mulyono, 1995:150). Prestasi belajar selain dipengaruhi oleh kemampuan kognitif yang dimiliki siswa juga dipengaruhi oleh pengalaman belajar.
Dalam Masidjo (1995 : 38-40) prestasi adalah hasil proses belajar yang khas yang dilakukan dengan secara sengaja sebagai hasil suatu pengukuran dari hasil proses belajar yang merupakan kemampuan aktual yang diperoleh sewaktu mempelajari suatu bahan pelajaran. Sejumlah perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap dalam proses belajar mengajar dapat diketahui. Tingkat keberhasilan dalam mengikuti proses pembelajaran diukur dengan melalui kegiatan pengukuran dan penilaian sifat suatu obyek dalam kegiatan belajar yang khas, yang dilakukan dengan secara sengaja dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, sikap, dan nilai. Proses pengukuran itu dilaksanakan dalam suatu tes evaluasi hasil belajar.
Prestasi belajar siswa juga dipengaruhi oleh tenaga pendidikan profesional, yang memiliki kompetensi dengan kemajuan yang dapat diandalkan, berdaya guna, dan berhasil guna untuk melayani dan membantu siswa dalam proses belajar mengajar. Karena tuntutan profesi, maka tugas guru meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti memberi bimbingan kepada anak agar dapat berkembang seoptimal mungkin dan dapat meneruskan serta mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti memberikan pengajaran untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Melatih berarti memberikan diri untuk menjadi fasilitator bagi anak untuk berlatih. Faktor lain yang tak kalah pentingnya adalah bagaimana guru dapat menciptakan situasi belajar yang membuat anak merasa nyaman dan bahagia dalam menjalani proses belajar di sekolah. Pengukuran penguasaan hasil belajar/prestasi belajar selalu dikaitkan dengan tes prestasi atau tes hasil belajar. Metode dan alat evaluasi harus menentukan baik jenis perilaku maupun materi (terhadap materi siswa berbuat sesuatu, sesuai dengan aspek isi dalam tujuan instruksional), sehingga prestasi yang diberikan oleh siswa benar-benar mencakup hasil belajar yang harus dicapainya (Winkel, 2004. 620-621).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah ukuran kemampuan siswa dalam suatu pelajaran. Prestasi belajar siswa diukur dengan alat evaluasi yaitu dalam bentuk tes atau evaluasi hasil belajar. Tes atau evaluasi hasil belajar dilaksanakan setelah pembelajaran dilaksanakan sehingga dapat mengukur prestasi belajar siswa dalam pelajaran yang telah diberikan. Pendidik atau guru termasuk yang berperan penting dalam hubungannya dengan prestasi belajar siswa karena cara mengajar guru mempengaruhi hasil belajar siswa.
B. Cooperative Learning
1. Pembelajaran Cooperative Learning
Dalam pembelajaran, guru harus memahami hakikat materi pelajaran yang diajarkannya dan memahami berbagai strategi pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan pengajaran yang matang. Guru yang memahami berbagai strategi pembelajaran akan dapat menyelesaikan masalah yang dialami disaat pembelajaran. Strategi pembelajaran cooperative learning merupakan salah satu strategi pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran
cooperative learning dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/belajar kelompok
yang terstruktur. Roger dan David Johnson dalam Suprijono (2009:58) mengatakan yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok.
Falsafah yang mendasari pembelajaran cooperative learning (pembelajaran gotong royong) dalam pendidikan adalah “homo homini socius” yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial.
Cooperative learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang
menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih. Pembelajaran cooperative learning adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivisme. Pembelajaran cooperative learning merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran
cooperative learning , belajar dikatakan belum selesai jika salah satu anggota
dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.Belajar kelompok adalah salah satu cara untuk belajar yang dapat diterapkan dalam pembelajaran. Penerapan belajar kelompok dapat dilaksanakan saat di kelas maupun saat di rumah. Belajar kelompok yang dianggap cooperative
lerning adalah belajar kelompok untuk membuat semua anggota kelompok
menguasai bahan pelajaran atau masalah yang diberikan oleh guru. Apabila salah satu anggota kelompok belum mengerti bahan pelajaran yang dibahas, maka anggota yang lain wajib membantunya sampai mengerti.
Menurut Anita Lie dalam bukunya “cooperative learning”, bahwa strategi pembelajaran cooperative learning tidak sama dengan sekadar belajar kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Roger dan David Johnson dalam Suprijono (2009:58) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative
learning , untuk itu harus diterapkan lima unsur strategi pembelajaran gotong
royong yaitu :
a. Saling Ketergantungan Positif Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya.
sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain dapat mencapai tujuan mereka.
Setiap anggota kelompok terdapat saling ketergantungan dalam menyelesaikan tugasnya masing-masing. Sehingga perlu ada kerja sama yang baik dalam kelompok tersebut. Agar kerja kelompok dapat berjalan dengan efektif, maka pengajar perlu menyiapkan tugas yang akan diberikan kepada kelompok dengan matang sesuai tujuan yang hendak dicapai.
b. Tanggung Jawab Perseorangan
Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur strategi pembelajaran cooperative learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Pengajar yang efektif dalam strategi pembelajaran
cooperative learning membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa
sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.
Belajar kelompok yang disebut cooperative learning menuntut siswa untuk bertanggung jawab dengan tugasnya. Setiap siswa dalam kelompok diberikan tanggung jawab masing-masing dan diberi peran untuk menyelesaikan tugasnya. Tugas yang dibebankan setiap siswa harus selesai karena diperlukan untuk menyelesaiakan tugas kelompok.
c. Tatap Muka
Dalam pembelajaran cooperative learning setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan.
Interaksi antar anggota kelompok dapat berguna bagi semua anggota kelompok. Setiap anggota kelompok dapat mengembangkan pengetahuannya melalui teman-temannya di kelompok dengan belajar bersama, saling membantu, berdiskusi menyelesaiakan perbedaan pendapat untuk menyatukan sebuah pendapat menjadi sebuah kesimpulan.
d. Komunikasi antar Anggota
Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi, karena keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok juga merupakan proses panjang. Namun, proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.
Keterampilan komunikasi siswa dapat terlatih dalam sebuah kelompok belajar. Antar anggota kelompok dalam berdiskusi memerlukan komunikasi untuk antar siswa, dapat belajar untuk mengembangkan keterampilan komunikasi dan sekaligus mempererat jiwa sosial mereka.
e. Evaluasi Proses Kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Evaluasi juga dapat membantu anggota kelompok untuk mengetahui hal-hal apa saja yang harus diperbaiki lagi saat bekerja kelompok.
Evaluasi proses kerja kelompok bermanfaat bagi kelompok dan anggota kelompok. Manfaat evaluasi proses kerja kelompok antara lain adalah memperbaiki hal-hal yang belum benar dalam kerja kelompok untuk digunakan saat mereka belajar lagi dalam sebuah kelompok.
2. Tujuan Pembelajaran Cooperative Learning
Tujuan pembelajaran cooperative learning berbeda dengan kelompok konvensional yang menerapkan sistem kompetisi, dimana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran
cooperative learning adalah menciptakan situasi dimana keberhasilan individu
ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. Strategi pembelajaran cooperative learning dikembangkan untuk mencapai setidak- tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Anita Lie (2002:30), yaitu:
a. Hasil Belajar Akademik
Dalam belajar cooperative learning meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang strategi ini telah menunjukkan bahwa strategi struktur penghargaan cooperative learning telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran cooperative learning dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.
Belajar kelompok yang disebut cooperative learning bertujuan agar siswa mengembangkan kemampuan akademiknya. Kemampuan akademik dapat didapat dari tugas yang dibebankan oleh setiap siswa dalam kelompok dan saat diskusi kelompok.
b. Penerimaan Terhadap Perbedaan Individu
Tujuan lain strategi pembelajaran cooperative learning adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran cooperative learning memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan cooperative learning akan belajar saling menghargai satu sama lain.
Sebuah kelompok tentu terdapat lebih dari satu orang anggota. Setiap orang tentu memiliki sifat yang berbeda dengan sifat orang lain. Belajar dalam kelompok bertujuan untuk membuat siswa mau menerima perbedaan sifat setiap anggota kelompoknya, karena dengan demikian tugas mereka dapat dilaksanakan dengan baik.
c. Pengembangan Keterampilan Sosial
Tujuan penting ketiga pembelajaran cooperative learning adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi.
Keterampilan-keterampilan sosial penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.
Tujuan belajar kelompok untuk memupuk keterampilan sosial bermaksud agar siswa mampu bersosial dengan orang lain yang memiliki perbedaan dengan dirinya. Kerja sama dalam mengerjakan tugas tentu membutuhkan komunikasi, dan komunikasi tesebut memerlukan keterampilan sosial agar komunikasi dapat berjalan lancar.
C. Cooperative Learning Teknik Jigsaw 1. Pengertian Cooperative Learning Teknik Jigsaw
Strategi cooperative learning biasa didefinisikan sebagai kerja/belajar kelompok yang terstruktur. Johnson & Johnson (1987) dalam Slavin (2008) merinci lima unsur pokok yang termasuk di dalam struktur ini, yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama dan proses kelompok. Dalam strategi cooperative learning terdapat teknik jigsaw yaitu kerja kelompok yang terstruktur didasarkan pada kerja sama dan berbagai tanggung jawab. Kelas dibagi dalam sejumlah kelompok. Tugas dibagikan dalam sejumlah kelompok yang telah ditentukan. Setiap siswa mendapat tugas masing-masing untuk dirancang atau diperiksa dalam kelompok. Guru dapat memberikan tugas khusus untuk anggota kelompok atau membiarkan kelompok berunding sendiri.
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins (Arends, 2001).
Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson et. al. sebagai strategi cooperative learning. Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara.
Dalam teknik ini, guru memperhatikan skema atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Pembelajaran cooperative learning teknik jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends, 1997). Strategi pembelajaran cooperative learning teknik jigsaw merupakan strategi pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Arends, 1997).
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan” (Lie, A., 1994).
Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim / kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.