PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPS MENGGUNAKAN ACTIVE LEARNING TIPE TALKING STICK PADA SISWA KELAS VA SD N BACIRO.

(1)

i

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPS MENGGUNAKAN ACTIVE LEARNING TIPE TALKING STICK

PADA SISWA KELAS VA SD N BACIRO

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Umi Muslimah NIM 13108241159

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v MOTTO

“Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (Q.S Al Baqarah: 286)

“Sukses bukan milik orang-orang tertentu, sukses adalah milik anda, milik saya, milik siapa saja yang menyadari, menginginkan, dan memperjuangkan dengan sepenuh


(6)

vi

PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan kepada :

1. Allah SWT yang selalu memberikan rahmat, kemudahan, dan keteguhan hati dalam menjalani kehidupan ini.

2. Keluarga dan orang – orang tercinta yang senantiasa memberikan motivasi, dukungan dan kekuatan do’a yang selalu mengalir disetiap langkah ini.


(7)

vii

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPS MENGGUNAKAN ACTIVE LEARNING TIPE TALKING STICK

PADA SISWA KELAS VA SD N BACIRO

Oleh Umi Muslimah NIM 13108241159

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VA SD N Baciro menggunakan active learning tipe talking stick dalam mata pelajaran IPS tahun ajaran 2016/2017.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Subjek penelitian adalah siswa kelas VA SD Negeri Baciro, Yogyakarta dengan jumlah siswa sebanyak 21 siswa yang terdiri dari 10 siswa laki – laki dan 11 siswa perempuan. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes, observasi, dan catatan lapangan. Sementara itu, analisis data menggunakan deskriptif kuantatif untuk menganalisis prestasi belajar siswa ketika menerapkan

active learning tipe talking stick.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan active learning tipe talking

stick dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VA

SD Negeri Baciro. Peningkatan prestasi belajar siswa dapat dilihat dari nilai rata – rata dan persentase ketuntasan pada pra tindakan, siklus I, dan siklus II. Nilai rata – rata siswa sebelum diberi tindakan active learning tipe talking stick yaitu 6,65 dengan persentase ketuntasan sebesar 23,8%. Setelah siswa diberi tindakan

active learning tipe talking stick rata – rata dan persentase ketuntasan pada siklus I

meningkat menjadi 7,71 dengan persentase ketuntasan sebesar 66,67% dan pada siklus II rata – rata nilai siswa meningkat lagi menjadi 85,6 dengan persentase ketuntasan sebesar 90,48%.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul “Peningkatan Prestasi Belajar IPS Menggunakan

Active Learning Tipe Talking Stick Pada Siswa Kelas VA SD N Baciro”

Skripsi ini disusun dan diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan Studi Strata I untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan. Penulisan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Haryanto, M. Pd. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan persetujuan pelaksanaan Tugas Akhir Skripsi ini.

2. Bapak Suparlan, M. Pd. I. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar yang telah memberikan dukungan dan kemudahan penelitian serta penyusunan skripsi.

3. Ibu Sekar Purbarini Kawuryan, M. Pd. selaku Dosen Pembimbing Skripsi sekaligus validator instrumen penelitian yang telah memberikan dukungan dan membimbing peneliti sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Ibu Sekar Purbarini Kawuryan, M. Pd. selaku Ketua Penguji, Ibu Hidayati, M. Hum. selaku Sekertaris, dan Prof. Dr. C. Asri Budiningsih selaku Penguji Utama yang sudah memberikan koreksi perbaikan secara komprehensif terhadap Tugas Akhir Skripsi.

5. Ibu Parsiwi Sulistyani, S. Pd. selaku kepala sekolah SD N Baciro yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di kelas VA SD N Baciro.

6. Bapak Sardi S. Pd. guru kelas VA B SD N Baciro yang telah membantu selama penelitian.

7. Siswa Kelas VA SD N Baciro yang telah bersedia sebagai subjek dalam pelaksanaan penelitian.


(9)

(10)

x DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL...i

SURAT PERNYATAAN... ii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar IPS ... 10

1. Ilmu Pengetahuan Sosial ... 10


(11)

xi

B. Active Learning tipe Talking Stick ... 22

1. Active Learning ... 22

2. Talking Stick ... 24

3. Langkah – Langkah Talking Stick ... 27

C. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar (SD) ... 30

E. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan ... 33

F. Kerangka Pikir ... 35

G. Hipotesis Tindakan ... 37

H. Definisi Operasional Variabel ... 37

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 39

B. Model Penelitian ... 40

C. Subjek Penelitian ... 42

D. Tempat dan Waktu Penelitian ... 42

F. Instrumen Penelitian ... 44

G. Validitas Instrumen ... 48

H. Teknik Analisis Data ... 49

I. Indikator Keberhasilan ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 52

1. Pra tindakan ... 52

2. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ... 55

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 88


(12)

xii BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 91

B. Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 93


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir ...37

Gambar 2. PTK Model Kemmis dan Taggart...40

Gambar 3. Diagram Histogram Rentang Nilai Pre Test IPS...54

Gambar 4. Siswa menjawab pertanyaan dari guru...60

Gambar 5. Siswa membaca dan memahami materi...63

Gambar 6. Diagram Histogram Rentang Nilai Siklus 1...69

Gambar 7. Siswa mengacungkan jari untuk menjawab pertanyaan ...77

Gambar 8. Siswa memberikan tongkat...80

Gambar 9. Diagram Histogram Rentang Nilai Siklus II...84

Gambar 10. Perbandingan persentase ketuntasan...86


(14)

xiv

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Perbandingan Nilai Rata-Rata Ulangan Tengah Semester

Mata Pelajaran IPS dengan Mata Pelajaran Lain di SD N Baciro...6

Tabel 2. SK dan KD Kelas V...14

Tabel 3. Kisi-kisi soal siklus I...44

Tabel 4. Kisi – kisi soal siklus II...45

Tabel 5. Lembar observasi siswa saat melaksanakan active learning tipe talking stick...46

Tabel 6. Lembar Observasi Ketepatan Pelaksanaan Active Learning Tipe Talking Stick...47

Tabel 7. Kriteria daya beda...48

Tabel 8. Data Rentang Nilai Pre Test IPS...54

Tabel 9. Data Rentang Nilai Siklus 1...69

Tabel 10. Refleksi dan Rencana Perbaikan...71

Tabel 11. Refleksi siklus II dan Ketercapaian...84

Tabel 12. Data Rentang Nilai Siklus II...85

Tabel 13. Perbandingan Prestasi Belajar Siswa pada Pra Tindakan, Siklus 1,dan Siklus II...88


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. RPP Siklus I...97

Lampiran 2. RPP Siklus II...121

Lampiran 3. Instrumen Soal...147

Lampiran 4. Instrumen Observasi...162

Lampiran 5. Hasil Tes Prestasi Belajar IPS Siswa...164

Lampiran 6. Skor Lembar Kerja Siswa saat menjawab pertanyaan...165

Lampiran 7. Contoh Hasil Prestasi Belajar IPS Siswa...166

Lampiran 8. Data Hasil Observasi...180

Lampiran 9. Catatan Lapangan...192

Lampiran 10. Sintak Hasil Uji Validitas Dengan Menggunakan Iteman...206

Lampiran 11. Hasil Uji Validitas...221


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran merupakan aktfitas belajar yang dilakukan siswa untuk memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan, dan sikap (Sujarwo, 2011: 4). Berdasarkan kutipan tersebut pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan siswa dalam upaya mendapatkan ilmu pengetahuan, sikap, dan keterampilan agar siswa mampu mengembangkan dirinya sesuai kemampuan yang siswa miliki.

Salah satu pembelajaran yang berlangsung di Sekolah Dasar adalah Ilmu Pengetahuan Sosial. Ahmad Susanto (2014: 6), mengatakan bahwa Ilmu Pengetahuan sosial merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial dan humaniora, diantaranya sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Dari pendapat tersebut sangat jelas bahwa pelajaran IPS sangat erat kaitannya dengan kehidupan sosial yang ada di sekitar siswa. Melalui mata pelajaran IPS diharapkan siswa mampu mengembangkan pengetahuan dan sikap sosial dalam rangka menanggapi dan menghadapi isu sosial yang muncul di sekitar siswa.

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang berlangsung di SD memiliki tujuan yang jelas. Tujuan pembelajaran IPS di SD/MI berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006 adalah siswa mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam


(17)

2

kehidupan sosial, memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Berdasarkan tujuan pembelajaran IPS di atas bahwa siswa berperan sebagai subjek pembelajaran, artinya siswa menjadi pelaku utama dalam terwujudnya tujuan tersebut. Namun, terwujudnya tujuan pelajaran IPS SD juga tidak lepas dari peranan guru sebagai organisator dalam proses pembelajaran. Seorang guru harus mampu mengelola kelas, sehingga pembelajaran yang berlangsung menjadi efektif dan efisien. Pengelolaan dan strategi pembelajaran yang tepat dapat dilakukan melalui pemilihan pendekatan dan metode pembelajaran. Djamarah & Zain (2006: 115) mengatakan bahwa penggunaan metode mengajar sangat menentukan kualitas prestasi belajar siswa . Jadi, pemilihan metode pembelajaran yang tepat akan berdampak pada hasil yang didapatkan siswa sebagai subjek pembelajaran. Namun, keberhasilan dalam proses pembelajaran tidak hanya terletak pada guru dan siswa saja, melainkan juga komponen yang ada di dalamnya.

Komponen pembelajaran secara garis besar meliput input, proses, dan output. Komponen pembelajaran meliputi tiga yaitu input, proses, dan output. Input merupakan siswa itu sendiri yang akan mengalami proses pembelajaran. Efektifitas pembelajaran dilihat dari aktifitas selama proses pembelajaran. Proses ini memiliki beberapa komponen yang saling terkait satu sama lain, yang meliputi tujuan, materi pembelajaran, metode, media, dan evaluasi. Setelah proses pembelajaran berlangsung maka akan didapatkan output yang mengalami


(18)

3

perubahan (Wina Sanjaya, 2011: 58-59). Dengan demikian, untuk menghasilkan pembelajaran yang berkualitas maka seorang guru harus mampu memilih pendekatan dan metode yang sesuai situasi dan kondisi siswa pada saat mengikuti pembelajaran IPS. IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang bersifat teoritis. Maka pemilihan pendekatan dan metede yang tepat yaitu metode yang mampu melatih ingatan siswa, agar teori – teori dalam IPS dapat didingat dan dipahami lebih mendalam. Pendekatan dan metode yang tepat akan berdampak pada output yang dihasilkan salah satunya adalah prestasi belajar.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti selama kegiatan PPL di SD N Baciro kelas VA yaitu observasi pertama tanggal 26 Juli 2016, bahwa pembelajaran masih menggunakan metode konvensional yang bersifat

teacher center. Kegiatan di awal pembelajaran siswa untuk membaca materi

mengenai kerajaan Hindhu – Budha selama kurang lebih 10 menit. Kemudian siswa mendengarkan materi dengan menggunakan metode ceramah selama kurang lebih selama 40 menit. Selama proses pembelajaran aktifitas siswa mendengarkan penjelasan dari guru dan mencatat materi pokok. Setelah itu siswa mengerjakan tugas yang ada dalam buku referensi.

Keadaan tersebut juga terlihat pada saat obervasi ke-2 pada tanggal 22 Agustus 2016. Pada observasi kali ini siswa belajar mengenai kenampakan alam. Metode pembelajaran yang digunakan yaitu metode ceramah. Pembelajaran menggunakan media lingkungan untuk menyampaikan materi kenampakan alam, tetapi penggunaan media tersebut belum melibatkan siswa secara langsung. Kegiatan siswa mendengarkan dan mencatat hal pokok yang disampaikan oleh


(19)

4

guru. Sesekali siswa tidak fokus dengan materi yang disampaikan. Siswa lebih tertarik untuk bercerita sendiri dengan teman semejanya. Saat siswa mendengarkan materi, siswa dan guru melakukan kegiatan tanya jawab secara spontan agar siswa kembali fokus dalam pembelajaran. Tanya jawab dilakukan secara lisan. Dari 21 siswa, 10 siswa sudah berani mencoba menjawab pertanyaan, tetapi hanya 2 siswa yang mampu menjawab pertanyaan dengan tepat. Setelah materi telah tersampaikan, siswa mengerjakan tugas secara individu. Penugasan ini sebagai tindak lanjut untuk mengukur pemahaman siswa pada materi tersebut.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti dengan siswa tanggal 1 Oktober 2016, siswa menyatakan bahwa materi pembelajaran IPS yang siswa pelajari sangat abstrak. Pembelajaran jarang menggunakan media konkret sehingga siswa merasa kesulitan ketika harus memahami meteri. Selama proses pembelajaran siswa banyak mendengarkan materi.

Selain wawancara dengan siswa, peneliti juga melakukan wawacara tanggal 1 Oktober 2016 dengan Bapak Sardi, S.Pd selaku wali kelas VA. Bapak Sardi mengatakan bahwa materi IPS merupakan pelajaran yang bersifat teoritis, sehingga pembelajaran lebih dominan menggunakan metode ceramah. Namun, tidak jarang pembelajaran juga menggunakan metode diskusi. Diskusi yang pernah dilakukan siswa yaitu ketika mengajarkan materi usaha persiapan kemerdekaan. Pada kenyataanya selama proses diskusi berlangsung siswa cenderung ramai dan justru banyak bercerita dengan temannya, sehingga pembelajaran kurang efektif dan bermakna.


(20)

5

Fakta bahwa materi pada materi usaha persiapan kemerdekaan sangat sulit bagi siswa terlihat dari data hasil ulangan harian yang ditunjukkan oleh guru. Perolehan nilai ulangan harian siswa pada bab Peninggalan Hindhu Budha, Kenampakan Alam Buatan serta Pembagian Wilayah Waktu Indonesia, dan Usaha Persiapan Kemerdekaan secara berturut – turut adalah 8,3, 7,4, dan 6,7. Dari perolehan nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai ulangan IPS yang terendah diperoleh pada bab Usaha Persiapan Kemerdekaan dengan rata – rata kelas 6,7.

Pada kesempatan wawancara tersebut guru mengungkapkan bahwa prestasi belajar IPS siswa kelas VA SD N Baciro pada Ulangan Tengah Semester tergolong rendah. Fakta ini dibuktikan secara kuantitatif dari hasil Ulangan Tengah Semester. Siswa yang memperoleh nilai diatas KKM hanya ada 8 siswa dari 21 siswa kelas VA dengan KKM 7,5. Jika dikonversikan dalam bentuk presetase maka sebanyak 61,91% siswa belum tuntas mengikuti pembelajaran IPS dan hanya 38,09% siswa yang tuntas mengikuti pembelajaran IPS. Bahkan jika dibanding dengan perolehan nilai Ulangan Tengah Semester mata pelajaran yang lainnya dapat dikatakan bahwa nilai IPS tergolong rendah. Adapun perbandingan nilai Ulangan Tengah Semester rata - rata setiap mata pelajaran pada sebagai berikut.


(21)

6

Tabel 1. Perbandingan Nilai Rata-Rata Ulangan Tengah Semester Mata Pelajaran IPS dengan Mata Pelajaran Lain di SD N Baciro

No Mata Pelajaran

Nilai Rata –Rata Ulangan Tengah

Semseter

1. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 6,1

2. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 7,9

3. Bahasa Indonesia 8,4

4. Matematika 6,7

5. Pendidikan Kewarganegaraan 7,5

Berdasarkan masalah di atas, maka dalam proses pembelajaran sangat diperlukan pendekatan dan metode pembelajaran yang tepat agar prestasi belajar siswa dapat dicapai dengan optimal. Salah satunya adalah active learning tipe

talking stick. Seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Ziadatul Hasanah

(2014) yang berjudul Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Materi Peta Lingkungan Setempat Melalui Metode Talking Stick Pada Siswa Kelas IV di MI Nurul Huda Krandon Lor 02 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2014/2015 menyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran IPS melalui penerapan talking stick mampu meningkatkan prestasi belajar siswa, yaitu rata - rata prestasi belajar pra tindakan 18,75% dan pada akhir tindakan 100%.

Pelaksanaan metode talking stick yaitu siswa menggulirkan tongkat secara bergiliran dengan iringan musik. Ketika musik berhenti maka siswa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan (Agus Suprijono, 2009: 109). Metode ini sesuai dengan pembelajaran IPS yang bersifat teoritis. Jika dalam pembelajaran siswa hanya mendengarkan teori maka siswa akan merasa bosan, sehingga dibutuhkan metode talking stick yang variatif dan tidak membosankan. Siswa pada usia kelas V mempunyai karakter suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk bermain bersama dengan membuat peraturan sendiri dalam


(22)

7

kelompoknya (Rita Eka Izzaty, dkk, 2008: 117). Maka, siswa pada usia SD akan merasa lebih senang jika pembelajaran IPS yang mengandung teori tersebut dapat dikemas dalam bentuk metode yang menyenangkan yaitu dengan memainkan tongkat dan mendengarkan musik. Dengan demikian ketika siswa merasa senang mengikuti pembelajaran maka siswa terdorong untuk meningkatkan prestasi belajar IPS.

Berdasarkan keadaan di atas, dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa memerlukan active learning tipe talking stick. Oleh karena itu, penelitian ini berjudul Peningkatan Prestasi Belajar IPS Menggunakan Active Learning Tipe

Talking Stick Pada Siswa Kelas VA SD N Baciro.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah yang berkaitan dengan pembelajaran IPS di SD N Baciro adalah sebagai berikut:

1. Prestasi belajar IPS siswa kelas VA SD N Baciro tergolong rendah jika dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya.

2. Pembelajaran bersifat teacher center.

3. Hanya terdapat 2 siswa dari 21 siswa kelas VA yang mampu menjawab dengan pertanyaan guru dengan tepat.

4. Pembelajaran jarang menggunakan media konkret. C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan di atas, banyak permasalahan yang perlu dibahas dan dikaji lebih jauh lagi. Namun karena


(23)

8

keterbatasan kemampuan peneliti, maka penelitian ini dibatasi dan difokuskan pada masalah prestasi belajar IPS siswa kelas VA SD N Baciro tergolong rendah. D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah yang disampaikan di atas, diperoleh rumusan masalah yaitu bagaimana meningkatkan prestasi belajar menggunakan active learning tipe talking stick dalam mata pelajaran IPS kelas VA SD N Baciro tahun ajaran 2016/2017?.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa menggunakan active learning tipe talking

stick dalam mata pelajaran IPS kelas VA SD N Baciro tahun ajaran 2016/2017.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berarti sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Berdasarkan teori mengenai active earning tipe talking stick, penelitian ini memberikan manfaat secara teoritis yaitu:

a. untuk mengembangkan keilmuan di bidang pembelajaran IPS.

b. untuk mengembangkan khasanah kajian ilmiah dalam penggunaan active

learning tipe talking stick


(24)

9 2. Manfaat praktis

a. Bagi Siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dengan menggunakan active learning tipe

talking stick siswa mampu meningkatkan prestasi belajar IPS.

b. Bagi Guru

1) Guru dapat meggunakan dan mengembangkan active learning tipe talking

stick dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa.

2) Guru dapat memberikan pengetahuan tentang active learning tipe talking

stick pada teman sejawat.

c. Bagi Peneliti

1) Penelitian ini diharapkan mampu memberi informasi seberapa besar peningkatan prestasi belajar IPS siswa melalui penggunaan active learning tipe talking stick.

2) Penelitian ini merupakan wahana bagi peneliti untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang telah dipelajari selama kuliah.

d. Bagi sekolah


(25)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar IPS

1. Ilmu Pengetahuan Sosial

a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), merupakan salah satu mata pelajaran yang mempelajari berbagai ilmu sosial yang meliputi sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, budaya dan hukum. Pendapat tersebut didukung oleh National Council for the Social Studies (dalam Ellis, 1998: 2) menjelaskan:

Social Studies is the integrated of the social science and humanities to

promote civic competence. Within the school program, social studies provides coordinated, systematic study drawing upon such disciplines as antrhropology, archaeology, economics, geography, history, law, philosophy, political science, psychology, religion, and sociology, as well as appropriate content from the humanities, mathematics, and natural

science.”

Maksud dari pendapat diatas bahwa Ilmu Sosial adalah terintegrasi dari ilmu sosial dan humaniora untuk memperkenalkan siswa pada kewarganegaraan. Dalam program sekolah, ilmu sosial tersusun atas disiplin ilmu seperti antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu politik, psikologi, agama, dan sosiologi, serta konten yang sesuai dari humaniora, matematika, dan ilmu pengetahuan alam. Tujuan utama pelajaran IPS adalah untuk membantu kaum muda untuk mengembangkan kemampuan dalam membuat keputusan kepentingan publik sebagai warga negara dan masyarakat demokratis yang beragam dan saling tergantung.

Pendapat tersebut juga hampir sama dengan pendapat Trianto (2010: 171), menyatakan bahwa ilmu pengetahuan sosial merupakan integrasi dari berbagai


(26)

11

cabang ilmu – ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum serta budaya.

Sapriya (2009: 12), juga berpendapat bahwa pendidikan IPS merupakan seleksi dan integrasi disiplin dari berbagai ilmu sosial dan disiplin ilmu lainnya yang relevan, dikemas secara psikologis, ilmiah, pedagogis, dan sosial - kultural untuk tujuan pendidikan. Berdasarkan batasan bidang keilmuan sosial tersebut, sesuai dengan tingkat Sekolah Dasar (SD) peneliti membatasi pada bahan kajian yang akan diteliti yaitu mengenai keilmuan sejarah.

b. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial

Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Dasar (SD) adalah mengenalkan siswa pada konsep tentang kehidupan bermasyarakat, menanamkan pengalaman nilai – nilai sosial, melatih siswa berpikir logis mengenai isu yang berkembang di tengah kehidupan masyarakat, mengembangkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi dan bekerja sama dengan warga masyarakat, dan mengembangkan sikap mental, bertanggung jawab sehingga mampu berkompetisi dalam lingkup nasional maupun internasional.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Fajar (2009: 109), mengatakan bahwa tujuan pendidikan IPS pada prinsipnya bertujuan mendidik dan membimbing siswa menjadi warga negara yang baik, yang bertanggungjawab baik secara pribadi, sosial/masyarakat, bangsa dan negara bahkan sebagai warga dunia.

Secara khusus tujuan IPS dijanjang Sekolah Dasar (SD) sebagaimana yang diungkapkan Ellis (1998: 1), bahwa “Social studies is the study of human beings. The purpose of social studies in the elementary school curriculum is a to


(27)

12

introduce children to the world of people”. Maksud dari pendapat Ellis tersebut

bahwa pembelajaran sosial itu adalah belajar tentang masyarakat. Dalam kurikulum Sekolah Dasar (SD) tujuan utama pembelajaran sosial adalah untuk memperkenalkan siswa pada dunia masyarakat.

Dalam lingkup nasional, tujuan pembelajaran IPS di SD/MI berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006, yaitu:

1) mengenal konsep - konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya,

2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, 3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan, dan

4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Lebih jelas lagi Ahmad Susanto (2014: 31-32), menyatakan bahwa tujuan pendidikan IPS khususnya pada tingkat SD adalah sebagai berikut:

1) pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupannya,

2) kemampuan mengidentifikasi, menganalisisi dan menyusun alternatif pemecahan masalah nasional yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, 3) kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat dan berbagai

bidang keilmuan serta bidang keahlian,

4) kesadaran sikap mental yang positif dan keterampilan terhadap pemanfaatan lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupannya, dan

5) kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan, masyarakat, ilmu pengetahuan serta teknologi.


(28)

13

Sesuai dengan tujuan nasional yang akan dicapai dalam pembelajaran IPS maka dalam pelaksanaannya penelitian ini memiliki tujuan yaitu siswa mampu mengenal konsep kehidupan sosial masyarakat dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi tentang sejarah. Dengan bekal konsep yang dikuasai, siswa diharap dapat memiliki kesadaran yang tinggi mengenai nilai - nilai sosial yang harus dibangun pada masa kini. Dengan demikian, siswa akan tumbuh menjadi pribadi yang tanggap serta mampu berpikir kritis terhadap segala isu permasalahan sosial di masa depan.

c. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial

IPS merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang manusia dan kehidupan sosial dalam bermasyarakat. Maka ruang lingkup yang dibahas dalam IPS meliputi sosial, ekonomi, sejarah dan budaya. Pendapat tersebut didukung oleh Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006 meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1) manusia, tempat, dan lingkungannya, 2) waktu, keberlanjutan, dan perubahan, 3) sistem sosial dan budaya, dan

4) perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

Aspek – aspek tersebut dijabarkan kedalam Standar Kompetensi (SK) kemudian diuraikan kedalam Kompetensi Dasar (KD) yang harus dikuasai oleh siswa. SK dan KD tersebut dilaksanakan dalam 2 semester. Adapun SK dan KD IPS kelas V dijabarkan sebagai berikut:


(29)

14

Tabel 2. SK dan KD Kelas V

STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR

1. Menghargai berbagai

peninggalan dan tokoh sejarah yang berskala nasional pada masa Hindu-Budha dan Islam, keragaman kenampakan alam dan suku bangsa, serta kegiatan ekonomi di Indonesia.

1.1 Mengenal makna peninggalan-peninggalan sejarah yang berskala nasional dari masa Hindu-Budha dan Islam di Indonesia.

1.2 Menceriterakan tokoh-tokoh sejarah pada masa Hindu-Budha dan Islam di Indonesia.

1.3 Mengenal keragaman kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia

dengan menggunakan

peta/atlas/globe dan media lainnya.

1.4 Menghargai keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia. 1.5 Mengenal jenis-jenis usaha dan

kegiatan ekonomi di Indonesia. 2. Menghargai peranan tokoh

pejuang dan masyarakat dalam

mempersiapkan dan

mempertahankaan kemerdekaan Indonesia.

2.1 Mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa

penjajahan Belanda dan Jepang. 2.2 Menghargai jasa dan peranan

tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan.

2.4 Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan.

Pada penelitian ini fokus pada Standar Kompetensi IPS kelas V semester 2 yaitu SK 2. Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankaan kemerdekaan Indonesia. Sedangkan kompetensi dasar yang digunakan adalah KD 2.2 menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia dan 2.3 menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan.


(30)

15 2. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan hasil pencapaian seseorang setelah mengikuti proses pelatihan, pembelajaran yang berupa pengetahuan, sikap, maupun keterampilan yang disajikan dalam bentuk angka maupun sebuah pernyataan. Pernyataan tersebut didukung oleh Sugihartono, dkk (2013: 130), menjelaskan bahwa prestasi belajar merupakan sebuah hasil pengukuran yang berwujud angka ataupun pernyataan yang mencerminkan tingkat penguasaan materi pelajaran bagi siswa. Tirtonegoro (2006: 43), menyatakan bahwa prestasi belajar merupakan penilaian hasil usaha dalam kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh siswa dalam periode tertentu.

Prestasi belajar mempunyai fungsi yang penting dalam proses pembelajaran. Adapun fungsi utama prestasi belajar Zainal Arifin (2011: 12 - 13), yaitu:

1) prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai siswa,

2) prestasi belajar merupakan pemuasan hasrat ingin tahu,

3) prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan, asumisinya bahwa prestasi belajar dapat dijadikan pendorong siswa untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai umpan balik dalam meningkatkan mutu pendidikan,

4) prestasi belajar merupakan indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan, asumsinya bahwa indikator intern bahwa kurikulum yang


(31)

16

digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan siswa. Sementara itu, asumsi indikator ekstern bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar siswa dapat dijadikan indikator kesuksesan siswa di masyarakat, dan

5) prestasi belajar dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) peserta didik. Dari pendapat di atas prestasi belajar mempunyai fungsi yang penting dalam kegiatan pembelajaran. Selain berfungsi sebagai gambaran tingkat kualitas dan kuantitas penguasaan materi siswa, prestasi belajar ternyata juga berfungsi sebagai indikator instansi pendidikan dalam mengukur keberhasilan siswanya di tengah masyarakat. Maka dari itu prestasi belajar IPS siswa sangat diperhatikan dalam penelitian ini, karena sudah sangat jelas bahwa prestasi belajar bukan hanya menyangkut masalah kuantitas hasil saja melainkan juga kualitas siswa bahkan kualitas sebuah instansi pendidikan yaitu sekolah.

Anderson & Krathwohl (2014: 99 - 133), menjelaskan bahwa kategori aspek penguasaan materi atau yang sering disebut aspek kognitif terdiri dari 6 tingkatan, yaitu:

1) Mengingat, yaitu mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka panjang. Mengingat sangat penting sebagai bekal untuk belajar yang bermakna dan untuk menyelesaikan masalah karena pengetahuan dipakai dalam tugas yang kompleks. Proses mengingat ada 2 yaitu mengenali dan mengingat kembali. Mengenali merupakan mengambil pengetahuan dari memori jangka panjang untuk membandingkan dengan informasi yang baru saja diterima. Contoh penerapan proses mengingat terdapat soal benar salah dan pilihan ganda. Sedangkan mengingat kembali adalah mengambil


(32)

17

pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka panjang ketika soal menghendaki demikian. Contoh proses mengingat kembali pada pelajaran IPS adalah tes dengan pertanyaan “apa barang ekspor utama dari Indonesia?”.

2) Memahami, yaitu mengkontruksikan makna materi pembelajaran, yang bersifat lisan, tulisan atau grafis yang disampaikan melalui pengajaran, buku atau komputer. Proses kognitif dalam kategori memahami ada 7, yaitu menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan.

3) Mengaplikasikan, yaitu dalam prosesnya melibatkan pengguanaan prosedur – prosedur tertentu untuk mengerjkan soal latihan atau menyelesaikan masalah. Kategori mengaplikasikan terdiri dari dua proses kognitif, yaitu mengeksekusi dengan menerapkan sesuatu prosedur pada tugas yang familier dan mengimplementasikan dengan memilih dan menggunakan sebuah prosedur untuk menyelesaikan tugas yang tidak familier.

4) Menganalisis, yaitu proses memecahkan materi jadi bagian – bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan antara bagian dan antara setiap sebagian dan struktur keseluruhannnya. Tujuan dari menganalisis yaitu menentukan potongan informasi yang relevan atau penting, menentukan cara untuk menata potongan – potongan informasi tersebut, dan menentukan tujuan dibalik informasi tersebut. Kategori proses menganalisis yaitu membedakan, mengorganisasi, dan mengatribusi.


(33)

18

5) Mengevaluasi, yaitu membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standar. Kriteria yang digunakan adalah kualitas, efektifitas, efektivitas, efisien, dan konsisten. Sedangkan standarnya bersifat kuantitatif kategori proses mengevalusi yaitu memeriksa dan mengkritik.

6) Mencipta, yaitu melibatkan proses menyusun elemen – elemen pada sebuah keseluruhan yang koheren dan fungsional. Tujuan mencipta adalah siswa membuat produk baru dengan mengreoganisasi sejumlah elemen atau bagian menjadi sebuah pola yang belum pernah ada sebelumnya. Dalam mencipta terdapat tiga proses kognitif yaitu merumuskan, merencanakan, dan memproduksi.

Mengacu pada tingkatan kognitif yang dikemukakan oleh Lorin dan David bahwa prestasi belajar yang akan diteliti pada penelitian ini hanya pada tingkatan mengingat, memahami, dan mengaplikasikan. Pada tahap mengingat siswa akan mengingat kembali informasi yang telah didapatnya. Kemudian tahap memahami memiliki tingkatan yang lebih tinggi dari pada mengingat, yaitu siswa harus dapat membangun lebih dalam lagi tentang materi dengan misalkan dengan memberi contoh. Tingkatan selanjutnya yaitu mengaplikasikan. Setelah siswa mampu memahami materi maka siswa latih untuk mengaplikasikan materi tersebut dalam konsep kehidupan nyata.

b. Faktor – Faktor Prestasi Belajar

Memperoleh prestasi belajar yang membanggakan tidak lepas dari faktor yang mendukung seorang siswa selama proses belajar. Banyak faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi siswa, seperti intelegensi, minat, emosi dan


(34)

19

motivasi, keluarga, teman, dan sekolah. Pendapat tersebut didukung oleh Conny R. Semiawan & Yufiarti (2008: 11-14), bahwa terdapat faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, diantaranya:

1) pemenuhan kebutuhan psikologis, pemenuhan kebutuhan psikologis dalam perkembangannya tergantung dari cara lingkungannya berinteraksi dengan dirinya. Kewajiban sekolah sebaik mungkin mempersiapkan siswa dengan bekal yang mencukupi untuk menghadapi tantangan masa depan. Orang tua bertugas membantu mengembangkan potensi siswa.

2) intelegensi, emosi, dan motivasi, prestasi belajar bukan saja dipengaruhi oleh kemampuan intelektual yang bersifat kognitif saja melainkan emosi, motivasi, kepribadian dan pengaruh lingkungan. Keseimbangan antara intelegensi intelektual dan intelegensi emosional diperlukan untuk berkonsentrasi terhadap materi pelajaran yang dihadapi, mengatasi stress atau kecemasan dalam persoalan tertentu. Motivasi bersumber dari keyakinan kemampuan untuk memperoleh sukses dalam upaya mencapai sasaran yang direncanakan. Hal ini berdampak pada upaya mewujudkan prestasi belajar, mengaktualisasikan potensi seoptimal mungkin.

3) pengembangan kreativitas, setiap anak dilahirkan dengan bakat yang merupakan potensi kemampuan (inherent component of ability) yang berbeda dan terwujud karena interaksi yang dinamis antara keunikan individu dan pengaruh lingkungan. Berbagai kemampuan yang teraktualisasi beranjak dari fungsi otak. Belahan otak kiri berfungsi terhadap hal yang bersifat linier, logis, teratur. Sedangkan belahan otak kanan untuk


(35)

20

mengembangkan imajinasi dan kreativitas. Pembelajaran yang mengendalikan fungsi kedua belahan otak secara harmonis akan banyak membantu anak berprakarsa mengatasi dirinya, meningkatkan prestasi belajar sehingga mampu mencapai kemandirian dan mampu menghadapi berbagai tantangan.

Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar juga dikemukakan oleh Muhibbin Syah (2008: 132-139), yaitu:

1) Faktor Internal

a) Aspek pisiologis yaitu mengenai keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa. Kondisi umum jasmani yang menandai tingkat kebugaran organ – organ tubuh dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pembelajaran.

b) Aspek psikologis mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial adalah tingkat kecerdasan atau inteligensi siswa, sikap, bakat, minat dan motivasi siswa.

2) Faktor Eksternal

a) Lingkungan sosial seperti guru teman dan staff adminstrasi sekolah dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Begitu juga dengn lingkungan masyarakat dan orang tua.

b) Lingkungan nonsosial termasuk didalamnya gedung sekolah, rumah, alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar. Waktu siswa untuk belajar dipercaya berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.


(36)

21 3) Faktor pendekatan belajar

Pendekatan merupakan segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu Lawson (dalam Muhibbin Syah, 2008: 139). Pendekatan belajar siswa didalamnya termasuk metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran pada materi tertentu. Pendekatan belajar berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses pembelajaran siswa dan mungkin sekali berpeluang untuk meraih prestasi belajar siswa yang lebih bemutu.

Ketika meraih prestasi belajar perlu diperhatikan upaya pemilihan pendekatan yang tepat dan sesuai dengan materi ajar. Dalam kaitannya dengan penelitian ini maka peneliti berupaya untuk menggunakan pendekatan yang tepat termasuk di dalamnya mengenai penentuan motode yang digunakan guru dalam mengajar. Dengan pemilihan pendekatan dan metode yang tepat, maka tujuan pembelajaran akan tecapai dengan optimal dan memberikan dampak yang baik bagi prestasi belajar siswa.

Jadi, yang dimaksud prestasi belajar IPS dalam penelitian ini dibatasi pada tingkat pencapaian belajar siswa dalam aspek pengetahuan atau kognitif yang menggambarkan penguasaan dan pemahaman materi Ilmu Pengetahuan Sosial khususnya pada kompetensi dasar mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang. Prestasi belajar IPS sangat diperhatikan dalam penelitian ini karena prestasi belajar menyangkut sejauh mana pengetahuan yang dimiliki siswa guna menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam masyarakat nantinya. Mengingat subjek penelitian ini adalah siswa Sekolah


(37)

22

Dasar kelas V, maka tingkatan aspek kognitif yang dicapai dalam penelitian ini adalah mengingat, memahami, dan mengaplikasikan.

B. Active Learning tipe Talking Stick 1. Active Learning

Pendekatan merupakan salah satu faktor pembelajaran yang dipilih untuk mencapai tujuan pembelajaran. Suyono dan Hariyanto (2014: 22), pendekatan merupakan latar pedagogis dan psikologis yang dilandasi filosofi pendidikan tertentu yang dipilih agar tujuan pembelajaran dapat tercapai atau dapat didekati secara optimal. Contoh pendekatan pembelajaran adalah pendekatan CBSA (cara belajar siswa aktif) atau yang sering disebut juga sebagai active learning, pendekatan keterampilan proses, pendekatan selingtemas (sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat).

Pendekatan cara belajar siswa aktif atau active learning, merupakan pembelajaran yang mengarah kepada pengoptimalisaian pelibatan intelektual emosional siswa dalam proses pembelajaran, dengan pelibatan fisik siswa bila diperlukan. Pelibatan fisik intelektual dan emosional ini diarahkan agar siswa belajar memperoleh dan memproses perolehan belajarnya tentang pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 115).

Bellanca (2011: 9) mengatakan bahwa active learning dapat ditepatkan di berbagai tingkat kelas dan menantang siswa belajar lebih cerdas. Guru memanfaatkan penggunaan taktik pengajaran secara ekstensif dan terlatih, terbukti telah memberikan pengaruh terhadap prestasi siswa.


(38)

23

Pembelajaran aktif (active learning) juga ditegaskan oleh Warsono dan Hariyanto (2013: 12), mengatakan bahwa pembelajaran aktif merupakan pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran aktif mengkondisikan siswa agar selalu melakukan pengalaman belajar yang bermakna dan senantiasa berpikir tentang apa yang dilakukan selama pembelajaran.

Active Learning lebih ditegaskan lagi oleh Silberman (2013: 9), bahwa

Active Learning bukan hanya pembelajaran yang bersifat bersenang – senang saja

melainkan pembelajaran yang juga mendatangkan manfaat bagi siswa. Active

Learning juga memuat banyak pesan yang membantu siswa memikirkan kembali

pengalaman yang diperolehnya.

Ciri – ciri pembelajaran aktif (Active Learning) sebagaimana yang dinyatakan oleh Hamzah B. Uno & Nurdin Mohamad (2011: 75-76), adalah: a. pembelajaran berpusat pada siswa,

b. pembelajaran berkaitan dengan kehidupan nyata,

c. pembelajaran melayani siswa untuk berpikir tingkat tinggi,

d. pembelajaran melayani siswa dengan gaya belajar yang berbeda -beda, e. pembelajaran mendorong siswa untuk berinteraksi antara guru dan siswa

(multiarah),

f. pembelajaran menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar atau media pembelajaran,


(39)

24

h. penataan lingkungan belajar memudahkan siswa melakukan kegiatan belajar,

i. guru memantau proses belajar siswa, dan

j. guru memberikan umpan balik terhadap hasil kerja siswa.

Hasyam Zaini, dkk (2008: xiv) menyatakan bahwa belajar aktif sangat diperlukan bagi siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum. Ketika peserta didik pasif ada kecenderungan lupa tantang apa yang telah diberikan guru, karena belajar aktif merupakan cara untuk mengikat informasi yang baru kemudian menyimpannya di otak.

Jadi, dari pengertian dan ciri active learning dapat disimpulkan bahwa pembelajaran aktif (active learning) adalah pembelajaran yang berpusat pada kegiatan siswa. Siswa dilatih untuk melakukan sesuatu selama proses pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan siswa tidak hanya aktif bersenang – senang saja melainkan didalamnya terdapat pengalaman yang mengandung banyak pesan. Dalam kegiatan active learning siswa belajar berpikir untuk melakukan atau memecahkan masalah yang melibatkan lingkungan sebagai media atau sumber belajar.

2. Talking Stick

Metode merupakan cara tepat dalam mengelola pembelajaran. Hamzah B. Uno & Nurdin Mohamad (2011: 7) mengungkapkan bahwa metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan guru dalam menjalankan fungsinya dan merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian, guru berperan sebagai pemegang kendali dalam mengelola kelas melalui metode


(40)

25

yang dipilih. Selain itu menurut Suyono dan Hariyanto (2014: 19), mengatakan bahwa metode pembelajaran merupakan perencanaan, prosedur dan langkah – langkah kegiatan pembelajaran termasuk pilihan cara penilaian yang akan dilaksanakan.

Pendapat Miftahul Huda (2013: 224) bahwa talking stick (tongkat

berbicara) adalah metode yang digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk

mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan pendapatnya dalam forum (pertemuan antarsuku). Namun, kini metode itu sudah digunakan dalam pembelajaran di kelas. Talking stick ini merupakan metode pembelajaran kelompok dengan bantuan tongkat. Kelompok yang memegang tongkat terlebih dahulu menjawab pertanyaan dari guru setelah mempelajari materi. Kegiatan ini dilakukan berulang – ulang hingga semua kelompok mendapat giliran menjawab dari guru.

Agus Suprijono (2011: 109) mengatakan bahwa pembelajaran dengan

talking stick merupakan metode pembelajaran yang. mendorong siswa lebih

berani mengemukakan pendapatnya. Talking stick diawali dengan pembahasan materi terlebih dahulu oleh guru kemudian siswa membaca dan mempelajari meteri dengan waktu secukupnya.

Aris Shoimin (2016: 199) mengatakan bahwa metode active learning tipe

talking stick memiliki beberapa kelebihan. Kelebihan talking stick antara lain:

a. menguji kesiapan siswa dalam pembelajaran, b. melatih siswa memahami materi dengan cepat,


(41)

26

c. memacu agar siswa lebih giat belajar (belajar dahulu sebelum pelajaran dimulai),

d. siswa berani mengemukakan pendapat.

Kelebihan talking stick juga didukung oleh pendapat Imas Kurniasih & Berlin Sani (2015: 82), yaitu:

a. menguji kesiapan siswa dalam penguasaan materi pembelajaran,

b. melatih siswa membaca dan memahami materi dengan cepat yang telah disampailkan oleh guru,

c. mendorong siswa lebih giat belajar, karena mereka tidak akan tahu tongkat akan sampai pada gilirannya.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas bahwa metode talking stick merupakan salah satu metode pembelajaran yang merupakan menggunakan bantuan tongkat sebagai alat untuk menyampaikan pendapat atau menjawab pertanyaan dari guru setelah memahami dan mengkaji materi. Kelebihan yang dari

talking stick adalah mendorong siswa untuk selalu siap selama proses belajar dan

memacu siswa untuk giat belajar untuk memahami materi. Maka dari itu tugas guru sebisa mungkin mempersiapkan siswa dengan baik sebelum menggunakan metode talking stick.

Jadi, teori mengenai kelebihan metode talking stick sangat mendukung penelitian ini yaitu tentang peningkatkan prestasi belajar siswa terutama dalam mata pelajaran IPS. Pelajaran IPS yang mengandung banyak mengandung materi secara teoritis dapat dikemas dalam bentuk metode yang berbeda dan menyenangkan bagi siswa yaitu dengan metode talking stick. Dengan keberanian


(42)

27

siswa berpendapat dan menjawab pertanyaan dari guru maka siswa akan berusaha memahami materi yang telah disampaikan guru dengan giat belajar.

3. Langkah – Langkah Talking Stick

Sebelum menerapkan talking stick maka guru harus mengetahui langkah – langkah yang tepat dalam perencanaan proses pembelajaran. Miftahul Huda (2013 : 225), langkah – langkah talking Stick, yaitu:

a. siswa diberi tongkat yang panjangnya ± 20 cm,

b. siswa mendengarkan materi pembelajaran, kemudian siswa dalam kelompok diberi kesempatan untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran,

c. siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat dalam wacana,

d. setelah selesai membaca materi/buku pelajaran dan mempelajari isinya, siswa untuk menutup isi bacaan,

e. salah satu siswa menerima tongkat, setelah itu siswa diberi pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.

f. siswa dengan bimbingan guru membuat kesimpulan, g. siswa melakukan evaluasi/penilaian, dan

h. siswa dan guru menutup pembelajaran.

Pendapat di atas juga didukung dengan pendapat Agus Suprijono (2009:109), yang mengatakan bahwa langkah-langkah pembelajaran talking stick adalah:


(43)

28

a. siswa mendengarkan penjelasan mengenai materi pokok yang akan dipelajari,

b. siswa diberi kesempatan membaca dan mempelajari materi, c. siswa untuk menutup bukunya,

d. salah satu siswa menerima tongkat,

e. siswa yang menerima tongkat dari guru tersebut diwajibkan menjawab pertanyaan dari guru,

f. begitu seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat pertanyan dari guru (ketika stick bergulir dari siswa ke siswa lainnya, seharusnya diiringi musik),

g. siswa diberi kesempatan untuk merefleksi terhadap materi yang telah dipelajari,

h. siswa menerima ulasan terhadap seluruh jawaban, i. siswa dan guru merumuskan kesimpulan.

Hamzah B. Uno & Nurdin Mohamad (2011: 86-87), juga menegaskan langkah – langkah metode talking stick sebagai berikut:

a. siswa menyiapkan sebuah tongkat,

b. siswa diberikan kesempatan untuk membaca dan mempelajari materi pada pegangannya/paketnya,

c. setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya, siswa menutup bukunya,

d. siswa diberi tongkat, setelah itu siswa diberi pernyataan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya


(44)

29

sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru,

e. siswa menerima kesimpulan, f. evaluasi, dan

g. penutup.

Langkah – langkah Active Learning tipe Talking Stick yang akan digunakan peneliti dalam penelitian ini guna meningkatkan prestasi belajar IPS siswa, yaitu: a. siswa mendengarkan penjelasan dari guru mengenai materi pokok yang

akan dipelajari,

b. siswa diberi kesempatan membaca dan mempelajari materi, c. siswa menutup bukunya,

d. siswa menerima tongkat yang telah dipersiapkan guru sebelumnya,

e. siswa yang menerima tongkat dari guru tersebut diwajibkan menjawab pertanyaan dari guru,

f. begitu seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat pertanyan dari guru (ketika stick bergulir dari siswa ke siswa lainnya, seharusnya diiringi musik),

g. siswa untuk merefleksi terhadap materi yang telah dipelajari h. siswa diberi ulasan mengenai jawaban dari pertanyaan, dan i. siswa dengan bimbingan guru merumuskan kesimpulan.

Jadi, active learning tipe talking stick dalam penelitian ini merupakan salah satu cara pembelajaran kelas dengan memusatkan aktifitas belajar pada siswa. Cara yang digunakan sudah termasuk langkah - langkah yang jelas. Siswa


(45)

30

menggunakan tongkat sebagai alat utama untuk melatih berpendapat. Dengan terlatih berpendapat siswa terdorong untuk memahami materi dan giat belajar sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar.

C. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar (SD)

Menjadi seorang guru harus memahami setiap tahap perkembangan siswa. Pada tahap usia Sekolah Dasar pembelajaran yang diselenggarakan harus sesuai dengan tahap perkembangan usia anak SD pula. Menurut Sri Sulistyorini (2007: 6), perkembangan siswa merupakan salah satu sasaran utama dalam kegiatan pendidikan atau pembelajaran dari berbagai satuan jenis pendidikan. Dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan harus diperhatikan berbagai aspek atau dimensi, tahapan dan karakteristik perkembangan anak yang menjadi subjek didik.

Lebih jelas lagi menurut Piaget (dalam Santrock, 2007: 271), mengatakan bahwa individu secara aktif membangun pemahaman mengenai dunia melalui tahap empat perkembangan, yaitu:

1. tahap sensorimotor usia 0 - 2 tahun, yaitu tahap bayi membangun pemahaman tentang dunia melalui pengkoordinasian pengalaman – pengalaman sensori dengan tindakan fisik bayi mengalami kemajuan dari tindakan refleks sampai menggunakan simbolis hingga tahap akhir,

2. tahap praoperasional usia 2 – 7 tahun, yaitu anak mulai menjelaskan dunianya dengan kata – kata dan gambar yang mencerminkan peningkatan pemikiran simbolis dan melampaui hubungan informasi sensoris dan tindakan fisik,


(46)

31

3. tahap operasional konkret usia 7 – 11 tahun, yaitu anak pada tahap ini dapat bernalar secara logis mengenai peristiwa yang berbeda, dan

4. tahap operasional formal usia 11 tahun keatas, yaitu remaja bernalar secara lebih abstrak, idealis dan logis.

Rita Eka Izzaty, dkk (2008: 116-117) menggolongkan masa kanak – kanak menjadi dua fase, yaitu:

1. masa kelas rendah Sekolah Dasar (SD) yang berlangsung antara usia 7 tahun – 9/10 tahun, biasanya mereka duduk di kelas 1,2, dan 3 Sekolah Dasar (SD), dan

2. masa kelas – kelas tinggi Sekolah Dasar (SD) yang berlangsung antara usia 10 tahun – 12/13 tahun, bisanya mereka duduk di kelas 4,5, dan 6 Sekolah Dasar (SD).

Adapun ciri – ciri anak masa kelas rendah Sekolah Dasar (SD) yaitu: 1. adanya hubungan yang kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah, 2. suka memuji diri sendiri,

3. kalau tidak dapat menyelesaikan tugas atau pekerjaan, maka dianggapnya tidak penting, dan

4. suka meremehkan orang lain.

Sedangkan ciri khas anak masa kelas tinggi Sekolah Dasar (SD) yaitu: 1. perhatiannya tertuju kepada kehidupan praktis sehari – hari,

2. ingin tahu, ingin belajar dan realistis, 3. timbul minat pada mata pelajaran khusus,


(47)

32

5. suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk bermain bersama dengan membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.

Pentingnya memahami teori mengenai karakteristik siswa SD sangat mendukung penelitian ini. Melalui teori yang telah disebutkan oleh para ahli, maka teori tersebut menambah pemahaman guru dalam memilih pendekatan dan metode yang tepat. Setiap metode yang digunakan guru harus memperhatikan tahap perkembangan siswa, terutama siswa SD yang masih dikategorikan dalam tahap operasional konkret. Seperti metode talking stick, yang merupakan salah satu metode yang memusatkan akifitas pada siswa. Siswa menggulirkan tongkat dari satu siswa ke siswa lain dengan iringan musik. Secara perlahan siswa merasa senang dan terdorong untuk dapat menjawab pertanyaan. Jadi, pembelajaran

talking stick ini sangat mendukung tahapan usia anak SD yang pembelajarannya

bersifat menyenangkan, mendorong anak untuk berbuat, menekankan pada aktifitas, membangun minat siswa dalam belajar serta mendorong prestasi belajar siswa.

D. Keterkaitan Active Learning tipe Talking Stick dengan Prestasi Belajar IPS Siswa

Selama proses pembelajaran tidak ada pendekatan dan metode yang terbaik, yang ada adalah pendekatan dan metode yang tepat untuk diterapkan dalam materi tertentu. Salah satu pendekatan yang tepat digunakan guru dalam materi usaha persiapan kemerdekaan adalah pendekatan active learning. Active learning merupakan pembelajaran yang mengharuskan siswa mengerjakan tugas, menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah, dan menerapkan


(48)

33

ilmu yang telah pelajari siswa, belajar harus gesit, menyenangkan, bersemangat, dan penuh gairah (Silberman, 2013:9).

Pelaksanaan metode talking stick yaitu siswa menggulirkan tongkat secara bergiliran dengan iringan musik. Ketika musik berhenti maka siswa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan (Agus Suprijono, 2009: 109). Metode ini sesuai dengan pembelajaran IPS yang bersifat teoritis. Jika dalam pembelajaran siswa hanya mendengarkan teori maka siswa akan merasa bosan, sehingga dibutuhkan metode talking stick yang variatif dan tidak membosankan. Siswa pada usia kelas V mempunyai karakter suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk bermain bersama dengan membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya (Rita Eka Izzaty, dkk, 2008: 117). Maka, siswa pada usia SD akan merasa lebih senang jika pembelajaran IPS yang mengandung teori tersebut dapat dikemas dalam bentuk metode yang menyenangkan yaitu dengan memainkan tongkat dan mendengarkan musik. Dengan demikian ketika siswa merasa senang mengikuti pembelajaran maka siswa terdorong untuk meningkatkan prestasi belajar IPS.

E. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

1. Jurnal yang dipublikasikan oleh Ni Luh Kd. Dwi Pradnyani (2012) yang berjudul Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Koorperatif Tipe Talking Stick Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas 4 SDN Sesetan Denpasar menyatakan bahwa uji hipotesis menggunakan statistik parametrik yaitu uji-t. Berdasarkan analisis data dengan menggunakan taraf signifikan 5% dan dk = n1 + n2– 2 (dk = 39+39-2 = 76) diperoleh ttabel (α=0,05) = 1,99 dan thitung =


(49)

34

2,45. Karena thitung = 2,45 > ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Ini berarti ada perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooorperatif tipe talking stick dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional siswa kelas 4 SDN 2 Sesetan Denpasar. Selain itu nilai rata – rata kelompok eksperimen X = 78,41 > nilai rata – rata kelompok kontrol X = 73,44. Penelitian yang dilakukan oleh Ni Luh Kd. Dwi Pradnyani sangat berkaitan erat dengan penelitian yang dilakukan peneliti dalam skripsi ini yaitu menguatkan kajian tentang langkah – langkah talking stick.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Anindita Rahma Azizah (2014) Penggunaan Metode Active Learning Tipe Card Sort untuk Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Negeri Sendangsari menyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran IPS melalui penerapan Active Learning Tipe Card Sort dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil penelitian yang menunjukkan terjadi peningkatan keaktifan siswa pada pra tindakan ≥75%, siklus I terjadi peningkatan persentase keaktifan siswa yang berkategori tinggi, namun tujuh butir pengamatan belum mencapai ≥75%, siklus II terjadi peningkatan persentase setiap pertemuan. Diperoleh bahwa persentase seluruh butir pengamatan sudah mencapai ≥75%. Penelitian yang dilakukan oleh Anindita Rahma Azizah sangat berkaitan erat dengan penelitian yang dilakukan peneliti dalam skripsi ini yaitu tentang pengembangan instrumen tes prestasi belajar IPS.


(50)

35 F. Kerangka Pikir

Keberhasilan proses pembelajaran salah satunya dapat dilihat berdasarkan prestasi belajar yang diperoleh siswa. Prestasi belajar IPS siswa kelas VA SD N Baciro tergolong rendah. Keadaan tersebut terlihat dari hasil ulangan IPS yang dibandingkan dengan mata pelajaran lain sperti yang telah tersaji dalam tabel 1 sebelumnya. Rata – rata nilai mata pelajaran IPS yang diperoleh siswa juga masih dibawah KKM yaitu 6,1.

Salah satu penyebab rata – rata nilai IPS siswa rendah adalah metode pembelajaran. Metode sangat berpengaruh pada iklim kelas dan keberhasilan siswa. Pelajaran IPS yang sebagian besar memuat teori menjadikan guru beranggapan bahwa mata pelajaran IPS dapat disampaikan melalui pembelajaran konvensional yang didominasi dengan metode ceramah. Ketika seorang guru mendominasi kelas dengan metode ceramah, maka pembelajaran hanya bersifat

teacher center artinya pembelajaran hanya berpusat pada aktifitas guru, tidak ada

umpan balik dari siswa. Kegiatan siswa selama pembelajaran sangat terbatas hanya dengan mendengarkan materi dari guru. Padahal siswa sekolah dasar yang berada dalam tahap operasional konkret masih berpikir atas dasar pengalaman yang dilihat dan dialami serta memandang nilai sebagai ukuran yang tepat untuk mencapai prestasi belajar.

Berdasarkan masalah tersebut, keadaan seperti ini akan berakibat pada pada prestasi belajar IPS siswa yang rendah. Oleh karena itu peneliti berupaya meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VA SD N Baciro melalui pemilihan


(51)

36

pendekatan dan metode yang tepat. Salah satu pendekatan dan metode tersebut yaitu active learning tipe talking stick.

Pelaksanaan metode talking stick yaitu siswa menggulirkan tongkat secara bergiliran dengan iringan musik. Ketika musik berhenti maka siswa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan (Agus Suprijono, 2009: 109). Metode ini sesuai dengan pembelajaran IPS yang bersifat teoritis. Jika dalam pembelajaran siswa hanya mendengarkan teori maka siswa akan merasa bosan, sehingga dibutuhkan metode talking stick yang variatif dan tidak membosankan. Siswa pada usia kelas V mempunyai karakter suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk bermain bersama dengan membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya (Rita Eka Izzaty, dkk, 2008: 117). Maka, siswa pada usia SD akan merasa lebih senang jika pembelajaran IPS yang mengandung teori tersebut dapat dikemas dalam bentuk metode yang menyenangkan yaitu dengan memainkan tongkat dan mendengarkan musik. Dengan demikian ketika siswa merasa senang mengikuti pembelajaran maka siswa terdorong untuk meningkatkan prestasi belajar IPS.


(52)

37

Gambar 1. Skema Kerangka Pikir G. Hipotesis Tindakan

Dari kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan di atas dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: “jika menerapkan active learning tipe talking stick, maka prestasi belajar siswa kelas VA SD N Baciro dalam pembelajaran IPS akan meningkat”.

H. Definisi Operasional Variabel

Definisi dari variabel – variabel dari penelitian ini:

1. Active learning tipe talking stick dalam penelitian ini mengikuti langkah

berikut:

a. siswa mendengarkan penjelasan dari guru mengenai materi pokok yang akan dipelajari,

b. siswa diberi kesempatan membaca dan mempelajari materi, Kondisi Awal :

Prestasi belajar IPS siswa masih rendah bahkan paling rendah diantara 5 mata pelajaran yang lain. Keadaan tersebut disebabkan salah satunya yaitu metode

pembelajaran yang masih bersifat teacher center.

Tindakan :

Penggunaan active

learning tipe talking

stick yaitu dengan

siswa memahami materi. Kemudian siswa menggulirkan tongkat secara bergiliran dengan iringan musik.

Siswa yang

memegang tongkat saat musik berhenti maka siswa harus menjawab

pertanyaan dari guru.

Kondisi akhir : Prestasi belajar IPS siswa meningkat.


(53)

38 c. siswa menutup bukunya,

d. siswa menerima tongkat yang telah dipersiapkan guru sebelumnya,

e. siswa yang menerima tongkat dari guru tersebut diwajibkan menjawab pertanyaan dari guru,

f. begitu seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat pertanyan dari guru (ketika stick bergulir dari siswa ke siswa lainnya, seharusnya diiringi musik),

g. siswa untuk merefleksi terhadap materi yang telah dipelajari h. siswa diberi ulasan mengenai jawaban dari pertanyaan, dan i. siswa dengan bimbingan guru merumuskan kesimpulan.

2. Prestasi belajar dalam penelitian ini terfokus pada aspek kognitif. Aspek kognitif yang diteliti hanya pada tingkatan mengingat, memahami, dan mengaplikasikan.


(54)

39 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang memaparkan terjadinyasebab akibat dari perlakuan, sekaligus memaparkan perihal yang terjadi ketika perlakuan diberikan, dan memaparkan seluruh proses sejak awal pemberian perlakuan sampai dampak dari perlakuan (Suharsimi Arikunto dkk, 2015: 1).

Pendapat tersebut juga didukung oleh Wina Sanjaya (2011: 26), menjelaskan bahwa penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya memecahkan masalah dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut.

Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang bersifat kolaboratif, artinya bahwa dalam penelitian harus ada kolaborasi antara guru/kepala sekolah, peneliti dan siswa. Masing – masing individu yang terlibat dalam penelitian mempunyai tugas, tanggung jawab dan kepentingan yang berbeda. Guru/kepala sekolah mempunyai kepentingan meningkatkan kemampuan mengajar, peneliti bertujuan mengambangkan ilmu pengetahuan sedangkan subjek yang diteliti atau siswa memiliki kepentingan meningkatkan kinerja atau hasil belajar (Endang Mulyatiningsih, 2012: 62).

Jadi, penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam penelitian ini merupakan kerjasama antara guru, peneliti dan siswa. Guru berperan sebagai


(55)

40

pihak yang melakukan tindakan, peneliti berperan sebagai observer atau pengamat, dan siswa berpearn sebagai subjek penelitian. Tujuan PTK dalam penelitian ini adalah mengatasi permasalahan dalam proses belajar yaitu tentang prestasi belajar IPS pada materi usaha persiapan kemerdekaan.

B. Model Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan model yang dikembangkan oleh Kemmis & Mc Taggart. Prosedur penelitian oleh Kemmis & Mc Taggart ada empat tahap pada satu putaran (siklus), yaitu perencanaan, tindakan dan observasi, serta refleksi. Model Kemmis dan Taggart (Endang Mulyatiningsih, 2012: 70) dapat disimak pada gambar 2.

Gambar 2. PTK Model Kemmis dan Taggart

Adapun langkah penelitian tindakan kelas sebagai berikut, secara rinci langkah – langkah dalam setiap siklus dijabarkan sebagai berikut:


(56)

41 1. Perencanaan (Plan)

Pada tahap perencanaan peneliti melakukan hal – hal sebagai berikut:

a. Peneliti bekerja sama dengan guru kelas mengenai Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang menjadi permasalahan dalam pembelajaran IPS.

b. Peneliti bekerja sama dengan guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menerapkan active learning tipe talking stick. c. Peneliti bekerja sama dengan guru untuk mempersiapkan sumber belajar,

materi pokok, lembar kerja siswa, media, dan alat bantu.

d. Peneliti bekerja sama dengan guru menyusun instrumen yang berupa tes, lembar observasi dan catatan lapangan siswa saat pembelajaran IPS dengan menerapkan active learning tipe talking stick.

2. Tindakan (Action) dan pengamatan (observasion)

Pada tahap ini guru melaksanakan pembelajaran yang telah direncanakan berdasarkan skenario pembelajaran (RPP) yang telah disusun menggunakan active

learning tipe talking stick. Di akhir siklus akan diadakan pengambilan data

dengan menggunakan instrumen tes. Peneliti sebagai observer melakukan pengamatan dengan menggunakan lembar observasi dan catatan lapangan yang telah disiapkan sebelumnya serta melakukan dokumentasi selama proses pembelajaran berlangsung. Tindakan yang dilakukan peneliti yang bekerja sama dengan guru berupaya untuk meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas VA SD N Baciro.


(57)

42 3. Refleksi (reflection)

Refleksi merupakan bagian yang sangat penting untuk memahami dan memberikan makna terhadap proses dan hasil pembelajaran yang terjadi. Tahap refleksi dilakukan untuk mengkaji dan merenungkan kembali kekurangan proses pembelajaran dan evaluasi tindakan. Refleksi dilakukan kolaboratif antara peneliti dan guru untuk menentukan siklus akan berhenti atau lanjut kembali.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VA SD N Baciro, Yogyakarta dengan jumlah siswa sebanyak 21 siswa yang terdiri dari 10 siswa laki – laki dan 11 siswa perempuan.

D. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VA SD N Baciro jalan Mawar 17A, Baciro, Gondokusuman, Yogyakarta. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada bulan Januari – Februari tahun ajaran 2016/2017.

E. Metode Pengumpulan Data

Metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian (Suharsimi Arikunto, 2010: 203). Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah tes, dan non tes yang berupa observasi dan catatan lapangan.

1. Tes

Tes merupakan metode pengumpulan data untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek kognitif, atau tingkat penguasaan materi (Wina Sanjaya, 2011: 99). Tes digunakan untuk memperoleh data mengenai prestasi belajar IPS sesuai


(58)

43

dengan materi/ topik yang dibahas siswa, baik sebelum diberi tindakan maupun sesudah dikenai tindakan. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes yang berbentuk pilihan ganda yang di kembangkan berdasarkan indikator pada KD 2.2 menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia dan 2.3 menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan.

2. Observasi

Observasi merupakan tindakan atau proses pengambilan informasi, atau data melalui media pengamatan (Sukardi, 2013:50). Dalam PTK, observasi menjadi instrumen utama untuk mengumpulkan data. Hal ini disebabkan, observasi sebagai proses pengamatan langsung untuk memantau perilaku guru maupun siswa selama pembelajaran (Wina Sanjaya, 2011: 87). Observasi yang dilakukan peneliti adalah observasi partisipatif, dengan kata lain peneliti ikut serta dalam kegiatan yang dilakukan dioleh guru dan siswa. Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengamati kegiatan siswa selama berlangsungnya pembelajaran dengan menggunakan active learning tipe talking stick.

3. Catatan lapangan

Catatan lapangan (field notes)merupakan salah satu cara melaporkan hasil observasi, reflesksi, dan reaksi terhadap masalah kelas (Hopkins, 2011: 181). Catatan lapangan digunakan oleh peneliti untuk menggambarkan dan melaporkan hasil pengamatan pada saat proses pembelajaran, suasana kelas, pengelolaan kelas. Dengan menggunakan catatan lapangan peneliti dapat mengetahui hambatan dan kekurangan untuk perbaikan pada pertemuan berikutnya.


(59)

44 F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam menggumpulkan data agar lebih mudah dan hasilnya lebih baik, cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Suharsimi Arikunto, 2010: 203). Instrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti sebagai berikut: 1. Soal

Instrumen soal yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar IPS siswa dalam ranah kognitif. Soal yang digunakan oleh peneliti berbentuk soal pilihan ganda dengan KD 2.2 menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia dan 2.3 menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan. Soal yang diberikan kepada siswa hanya pada tahapan mengingat, memahami, dan mengaplikasikan.

Tabel 3. Kisi-kisi soal siklus I

Kompetensi Dasar Indikator Siklus 1

C1 C2 C3

2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. a. Menjelaskan perumusan dasar negara dalam mempersiapkan kemerdekaan. 2,3,4, 6 1,5,6 ,7 b. Menjelaskan peristiwa pembentukan PPKI. 8, 9,10,1 1 12,1 3

c. Menunjukkan contoh sikap menghargai jasa para tokoh dalam

mempersiapkan kemerdekaan.

14 15, 16,17 ,18,1 9,20


(60)

45

Tabel 4. Kisi – kisi soal siklus II

Kompetensi Dasar Indikator Siklus II

C1 C2 C3

2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh dalam

memproklamasikan kemerdekaan.

a. Menceritakan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi sekitar Proklamasi (peristiwa Rengasdengklok, penyusunan teks Proklamasi, detik-detik Proklamasi Kemerdekaan). 2,3,4 ,5 1,6,7 b. Mengidentifikasi tokoh-tokoh penting dalam peristiwa Proklamasi. 8,9,1 0 11,1 2,13

c. Memberikan contoh sikap menghargai jasa tokoh-tokoh kemerdekaan. 18,1 9 14,15, 16,17

2. Lembar Observasi

Lembar observasi yang digunakan oleh peneliti berupa lembar observasi siswa pada saat menerapkan active learning tipe talking stick sesuai dengan langkah – langkah yang telah disusun sebelumnya. Peneliti melakukan pengamatan dengan menggunakan lembar observasi check list. Check list merupakan pedoman observasi yang berisikan daftar semua aspek yang akan diobservasi, sehingga peneliti memberi tanda “ya” atau “tidak” dengan memberi tanda cek (√) tentang aspek yang diobservasi (Wina Sanjaya, 2011: 93). Peneliti mengembangkan lembar observasi dengan pilihan “ya” jika aspek yang diamati terlaksana oleh siswa dan pilihan “tidak” jika aspek yang diamati tidak terlaksana


(61)

46

oleh siswa. Peneliti juga menambahkan kolom deskripsi untuk memperjelas pernyataan “ya” atau “tidak”.

Tabel 5. Lembar observasi siswa saat melaksanakan active learning tipe talking stick

No Aspek yang diamati Ya Tidak Deskripsi 1. Mendengarkan materi

pokok

2. Membaca dan mempelajari materi

3. Menutup buku 4. Menerima tongkat 5. Menjawab pertanyaan 6. Merefleksikan materi 7. Menerima ulasan jawaban

pertanyaan


(62)

47

Tabel 6. Lembar Observasi Ketepatan Pelaksanaan Active Learning Tipe Talking Stick

3. Catatan Lapangan

Catatan lapangan diperoleh peneliti berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran yang terjadi di kelas. Catatan lapangan digunakan oleh peneliti untuk memperkuat gambaran tentang perilaku siswa selama pengikuti pembelajaran IPS dengan active learning tipe talking stick, suasana kelas dan pengelolaan kelas berdasarkan hasil yang telah diamati. Melalui catatan lapangan peneliti dapat mengetahui hambatan dan kekurangan guna perbaikan pada pertemuan berikutnya.

Langkah Kegiatan Active Learning tipe Talking Stick

Ketepatan Ya Tidak A. Pembukaan

1. Siswa berdo’a

2. Siswa melakukan presensi 3. Siswa melakukan apersepsi

4. Siswa memahami tujuan pembelajaran B. Inti

1. Siswa mendengarkan penjelasan materi pokok

2. Siswa membaca dan mempelajari materi 3. Siswa menutup buku

4. Siswa menerima tongkat 5. Siswa menjawab pertanyaan 6. Siswa merefleksikan materi

7. Siswa mendapat ulasan jawaban pertanyaan C. Penutup

1. Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi


(63)

48 G. Validitas Instrumen

Suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur (Sukardi, 2013: 81). Maka dari itu, peneliti melakukan validitas sebelum menggunakan intrumen penelitian.

1. Validasi Instrumen soal

Peneliti melakukan uji coba soal pada kelas lain yang telah menerima materi pembelajaran IPS pada KD 2.2 dan KD 2.3 yaitu kelas VB. Jumlah siswa yang melakukan uji coba soal tersebut ada 18 siswa. Uji coba dilakukan sebelum penelitian siklus 1 dan siklus II berlangsung. Hasil uji coba kemudian dianalisis dengan menggunakan aplikasi iteman. Menurut Kana Hidayati (2006: 8), jika soal memiliki daya pembeda lebih dari 0,3 maka soal tersebut dapat diterima, artinya soal tersebut valid. Daya pembeda dapat dilihat dari besarnya biser maupun point biser.

Tabel 7. Kriteria daya beda

Koefisien Keputusan

>3 Diterima

0,10 s.d 0,29 Direvisi

< 0,10 Ditolak

Kana Hidayati (2006: 8)

Berdasarkan kriteria tersebut, soal yang memiliki nilai biser dan point biser kurang dari 0,3 maka butir soal tersebut tidak valid. Hasil uji validitas dapat dilihat pada lampiran halaman 220- 221. Berdasarkan hasil uji coba yang telah dilakukan sebanyak 50 soal pilihan ganda, 41 soal valid dan 9 soal tidak valid. Sebanyak 40 soal digunakan dalam penelitian, 1 soal tidak digunakan karena indikatornya telah terwakili. Dari 40 soal tersbut, 20 soal digunakan untuk pre test siklus I dan 20 soal digunakan untuk pre test siklus II.


(64)

49 2. Validitas Lembar Observasi

Validasi lembar observasi tentang langkah kegiatan siswa saat mengikuti pembelajaran active learning tipe talking stick dilakukan oleh dosen pembimbing yaitu Ibu Sekar Purbarini Kawuryan, M.Pd. Validasi lembar observasi dilakukan selama 2 pertemuan. Pada pertemuan pertama dosen pembimbing menyarankan untuk menambahkan kolom “deskripsi” pada samping pernyataan “ya” dan “tidak” supaya pernyataannya lebih spesifik, selain itu dosen pembimbing menyarankan agar aspek yang diamati diuraikan secara singkat dan jelas. Pada pertemuan kedua, dosen pembimbing sudah menyatakan bahwa instrumen lembar observasi sudah layak digunakan untuk melakukan pengamatan.

H. Teknik Analisis Data

1. Analisis Tes Prestasi Belajar Siswa

Teknik analisis tes prestasi belajar siswa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis secara kuantitatif. Data kuantitatif digunakan untuk menganalisis hasil tes dengan tujuan untuk mengetahui tingkat prestasi belajar siswa.

Tes dilaksanakan di setiap akhir siklus yang berupa soal pilihan ganda berjumlah 20 butir dengan empat pilihan jawaban. Setiap jawaban siswa yang benar mendapat skor 1 dan setiap jawaban siswa yang salah mendapat skor 0. Untuk mengukur perolehan skor prestasi belajar setiap siswa maka rumus yang digunakan menurut Purwanto (2011: 209), adalah


(65)

50

Peningkatan prestasi belajar siswa SD N Baciro pada pembelajaran IPS, dapat diketahui dengan menghitung persentase ketuntasan belajar siswa berdasarkan KKM di SD N Baciro yaitu 7,5. Persentase ketuntasan belajar tiap siklus menurut Daryanto (2011: 192) dapat dihitung dengan rumus

Djamarah & Zain (2006: 107), mengkategorikan persentase tingkat ketuntasan atau keberhasilan belajar siswa sebagai berikut:

a. istimewa/maksimal, jika seluruh bahan ajar yang diajarkan dapat dikuasi oleh siswa,

b. baik sekali/optimal, jika sebagian besar 76% - 99% bahan ajar yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa,

c. baik/minimal, jika bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% - 75% bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa,

d. kurang, jika bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai siswa,

2. Analisis Data Observasi

Teknik analisis lembar observasi dilakukan secara deskriptif. Peneliti melakukan observasi pada setiap pertemuan. Dalam setiap pertemuan peneliti menggunakan lembar observasi kegiatan siswa. Lembar observasi kegiatan siswa digunakan ketika siswa mengikuti pembelajaran IPS dengan menggunakan langkah – langkah active learning tipe talking stick.


(66)

51

Bentuk lembar observasi yang digunakan berupa check list dengan pilihan “ya” atau “tidak”. Observasi dilakukan pada setiap pertemuan. Observasi ini berguna untuk memperoleh data mengenai keterlaksanaan pembelajaran IPS yang sesuai dengan langkah – langkah active learning tipe talking stick.

3. Analisis Catatan Lapangan

Teknik analisis catatan lapangan dilakukan secara deskriptif. Dalam catatan lapangan peneliti mendeskripsikan suasana kelas, pengelolaan kelas, hingga respon yang diberikan siswa dari awal hingga akhir jam pembelajaran IPS. Dari analisis catatan lapangan maka data yang diperoleh dalam pengamatan akan lebih kuat.

I. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan penelitian ini dapat dilihat dari adanya peningkatan prestasi belajar siswa dari siklus 1 ke siklus II. Peningkatan diperoleh jika siswa kelas VA SD N Baciro telah mencapai KKM yang telah ditetapkan dari sekolah yaitu 7,5 dan ketuntasan belajar siswa mencapai 80% dari jumlah seluruh siswa. Apabila indikator tersebut sudah tercapai, maka siklus berhenti dan dapat dikatakan berhasil. Namun sebaliknya, apabila indikator tersebut belum berhasil maka siklus akan diulang kembali sampai indikator tersebut tercapai.


(1)

218 Item and Test Analysis Program -- ITEMAN (tm) Version 3.00 Item analysis for data from file EEE.TXT Page 9

There were 18 examinees in the data file.

Scale Statistics --- Scale: 0 --- N of Items 50 N of Examinees 18 Mean 32.111 Variance 89.765 Std. Dev. 9.474 Skew -0.594 Kurtosis -0.452 Minimum 11.000 Maximum 46.000 Median 31.000 Alpha 0.901 SEM 2.974 Mean P 0.642 Mean Item-Tot. 0.416 Mean Biserial 0.555


(2)

219

Lampiran 11. Hasil Uji Validitas No.

Soal

Biser Point biser Keterangan

1 -0,095 -0.071 tidak valid

2 -0.298 -0.237 tidak valid

3 0.898 0.692 valid

4 0.399 0.317 valid

5 0.844 0.671 valid

6 0.027 0.021 tidak valid

7 0.777 0.556 valid

8 0.897 0.715 valid

9 0.592 0.471 valid

10 0.088 0.063 tidak valid

11 0.456 0.364 valid

12 0.692 0.518 valid

13 0.458 0.365 valid

14 -0.113 -0.084 tidak valid

15 0.485 0.387 valid

16 0.563 0.442 valid

17 0.874 0.527 valid

18 0.737 0.528 valid

19 -0.303 -0.182 tidak valid

20 0.947 0.635 valid

21 0.833 0.662 valid

22 0.889 0.707 valid

23 0.735 0.586 valid

24 0.518 0.412 valid

25 0.464 0.348 valid

26 0.651 0.518 valid

27 0.714 0.568 valid

28 0.559 0.446 valid

29 0.807 0.635 valid

30 0.779 0.601 valid

31 0.633 0.310 valid

32 0.814 0.609 valid

33 0.447 0.355 valid

34 0.720 0.556 valid

35 0.696 0.553 valid

36 0.836 0.599 valid

37 0.301 0.232 tidak valid

38 0.595 0.399 valid

39 1.000 0.540 valid

40 0.429 0.321 valid


(3)

220

42 0.257 0.202 tidak valid

43 0.552 0.413 valid

44 1.000 0.776 valid

45 0.547 0.430 valid

46 0.647 0.516 valid

47 0.503 0.400 valid

48 0.477 0.320 valid

49 0.103 0.082 tidak valid


(4)

221 Lampiran 12. Surat Izin Penelitian


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TALKING STICK PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS VA SD NEGERI 7 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 6 48

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPS MELALUI METODE TALKING STICK PADA SISWA KELAS 4 Peningkatan Motivasi Belajar Ips Melalui Metode Talking Stick Pada Siswa Kelas 4 SD Negeri 3 Jatipohon Grobogan Tahun Pelajaran 2013/2014.

0 2 15

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPS MELALUI METODE TALKING STICK PADA SISWA KELAS 4 Peningkatan Motivasi Belajar Ips Melalui Metode Talking Stick Pada Siswa Kelas 4 SD Negeri 3 Jatipohon Grobogan Tahun Pelajaran 2013/2014.

0 2 14

PENINGKATAN KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL TALKING STICK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 3 Peningkatan Kerjasama Dan Hasil Belajar Ips Melalui Model Talking Stick Pada Siswa Kelas V SD Negeri 3 Barenglor Klaten Utara Tahun 2013/2014.

0 0 13

PENINGKATAN KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL TALKING STICK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 3 Peningkatan Kerjasama Dan Hasil Belajar Ips Melalui Model Talking Stick Pada Siswa Kelas V SD Negeri 3 Barenglor Klaten Utara Tahun 2013/2014.

0 1 11

PENINGKATAN SIKAP SOSIAL MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING TIPE ACTIVE KNOWLEDGE SHARING SISWA KELAS V SD N NGENTAKREJO.

0 1 136

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN TALKING STICK DI SEKOLAH DASAR

0 0 13

Peningkatan Prestasi Belajar Materi Rasul-rasul Allah melalui Model Talking Stick pada Siswa Kelas V SD

0 0 6

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN IPS MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE TALKING STICK DI KELAS V SD

0 0 8

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN TALKING STICK PADA SISWA KELAS VII F SMP N 2 SRANDAKAN

0 0 8