PEMAHAMAN INFORMASI PENDIDIKAN BAGI GURU WAJIB DAN PEMINATAN BERKATEGORI PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DI SEKOLAH KEJURUAN BISNIS DAN MANAJEMEN SMK NEGERI 1 MATARAM - Repository UNRAM

  i LAPORAN PENELITIAN PEMAHAMAN INFORMASI PENDIDIKAN BAGI GURU WAJIB DAN PEMINATAN BERKATEGORI PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DI SEKOLAH KEJURUAN BISNIS DAN MANAJEMEN SMK NEGERI 1 MATARAM Oleh:

  Ketua Tim Dr. Joni Rokhmat, M.Si. (NIDN: 0005026206)

  Anggota Tim Dr. Muntari, M.Phil. (NIDN: 0008126505) Drs. Baharuddin, M.Hum. (0006096504)

  Dibiayai dengan Dana DIPA BLU Universitas Mataram Tahun Anggaran 2014

KELOMPOK PENELITI BIDANG ILMU PENDIDIKAN FISIKA DAN TEKNOLOGI PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS MATARAM TAHUN 2014

  

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian kemampuan pemahaman Sistem Informasi Pendidikan

(SIP) bagi guru pembina mata pelajaran Wajib dan Peminatan berkategori Laki-laki dan

  

Perempuan di salah satu Sekolah Kejuruan Bisnis dan Manajemen di kota Mataram.

Tujuannya untuk mengetahui apakah ada perbedaan kemampuan bagi para guru yang

membina mata pelajaran Wajib dan Peminatan, berjenis kelamin Perempuan dan Laki-

laki, dan membina mata pelajaran Wajib berjenis kelamin Laki-laki dan Peminatan

berjenis kelamin Perempuan atau membina mata pelajaran Wajib berjenis kelamin

Perempuan dan Peminatan berjenis kelamin Laki-laki dalam memahami informasi

pendidikan. Metode yang digunakan adalah campuran (mixed method) yaitu

menggunakan model Embedded Design, (Creswell & Clark, 2007: 68-71). Hasilnya

menunjukkan dalam taraf signifikansi 5% terdapat perbedaan kemampuan pemahaman

SIP bagi guru Perempuan dan Laki-laki tetapi tidak terdapat perbedaan kemampuan

antara guru Wajib dan Peminatan serta antara guru Wajib-Laki-laki dan Peminatan-

Perempuan, serta antara guru Wajib-Perempuan dan Peminatan-Laki-laki. Secara

kualitatif para guru belum dapat membedakan data dengan informasi, belum dapat

membedakan bentuk fisik diagram, grafik, dan bagan, belum mengetahui karakteristik

kegunaan tabel, diagram, grafik, dan bagan, serta belum mengetahui konsep gain. Hasil

ini merekomendasikan bahwa untuk meningkatkan kualitas kinerja guru di sekolah

tersebut perlu pembekalan pengetahuan tentang perbedaan data dan informasi, konsep

tabel, diagram, grafik, dan bagan, serta pengetahuan gain dari suatu tindakan pendidikan.

  Kata kunci : Kemampuan pemahaman Sistem Informasi Pendidikan, guru Wajib, guru Peminatan, guru Laki-laki, dan guru Perempuan.

  

ABSTRACT

It has been researched an ability in understanding of Educational Information

System (EIS) for those the teachers teaching Obligatory and Interest Lessons of Male and

  

Female in one of Vocational School of Business and Management in Mataram City. This

study aimed at finding the ability difference of the teachers. The method used is

embedded design (Creswell & Clark, 2007: 68-71). The results show (in significance

level of 5%) that there is an ability difference in understanding of EIS between the Male

and Female teacher. However, it has no difference in it between the teachers teaching

Obligatory and Interest Lessons, between the Female ones teaching Obligatory Lessons

and the Male ones teaching Interest Lessons, also between the Male ones teaching

Obligatory Lessons and the Female ones teaching Interest Lessons. Qualitatively, the

teachers could not yet distinguish data and information, the physical form of table,

diagram, graph, and chart. Also they have low understanding in gain concept. This fact

recommend to improving the quality of teacher work at school it needs to increase their

understanding of the characteristics of data and information, the characteristics of table,

diagram, graph, and chart, also the concept or gain.

  

Keywords : Ability of Understanding of Educational Information System, Obligatory

teachers, Interest teachers, Male and Female teacher. iii

  

RINGKASAN

Telah dilakukan penelitian untuk memetakan kemampuan pemahaman Sistem

Informasi Pendidikan (SIP) bagi guru Wajib dan Peminatan di suatu Sekolah Kejuruan

  

Bisnis dan Manajemen di kota Mataram. Hasil penelitian ini menunjukkan perbedaan

signifikan (dengan taraf signifikansi 5%) kemampuan pemahaman SIP antara guru

Perempuan dan Laki-laki. Sementara kemampuan tersebut tidak berbeda secara

signifikan antara guru Wajib dan Peminatan, serta antara guru Wajib-Laki-laki dan

Peminatan-Perempuan, serta antara guru Wajib-Perempuan dan Peminatan-Laki-laki.

  Hasil lain menunjukkan bahwa nilai rata-rata kemampuan pemahaman SIP dari

tertinggi hingga terendah berturut-turut diperoleh guru Wajib-Perempuan (69,0), guru

Peminatan-Perempuan (67,9), guru Peminatan-Laki-laki (47,8), dan guru Wajib-Laki-laki

(39,7). Sementara itu, nilai terendah 21,7 terdapat pada guru Wajib-Laki-laki dan guru

Peminatan-Laki-laki sedangkan nilai tertinggi 87,0 terdapat pada guru Peminatan-

Perempuan. Fakta ini dimungkinkan terjadi karena latar belakang guru pada keempat

kelompok di atas berbeda.

  Dari data akademik di sekolah tersebut diperoleh informasi bahwa guru-guru

Wajib-Perempuan pada umumnya membina mata pelajaran ekonomi dan matematika.

Pada kedua mata pelajaran ini pembahasan Sistem Informasi Pendidikan (SIP) yang di

dalamnya meliputi pembahasan grafik, diagram, bagan, dan tabel memperoleh porsi yang

cukup. Hal ini sangat kontras dengan latar belakang guru Wajib-Laki-laki. Kelompok

guru terakhir ini pada umumnya membina mata pelajaran pendidikan agama (Islam,

Hindu), bimbingan dan konseling, dan mata pelajaran IPS. Kelompok guru pembina mata

  

pelajaran ini secara umum kurang atau bahkan sangat jarang membahas SIP tersebut. Jadi

jika kelompok guru ini menunjukkan penguasaan SIP yang paling rendan dibandingkan

tiga kelompok lainnya.

  Sementara itu, rata-rata penguasaan SIP kelompok guru Peminatan-Perempuan

juga lebih tinggi daripada Laki-laki walaupun perbedaannya tidak sekontras perbedaan

penguasaan SIP guru Wajib-Perempuan dan Laki-laki. Fakta ini mengimplikasikan

iv

  

bahwa penguasaan SIP guru Perempuan jauh lebih baik daripada guru Laki-laki.

Sementara perbedaan penguasaan SIP guru Wajib dan Peminatan tidak cukup kontras.

Hal ini sejalan dengan hasil uji signifikansi perbedaan penguasaan SIP antara kelompok-

kelompok guru di atas, yaitu perbedaan signifikan penguasaan SIP yang terjadi antara

guru Perempuan dan Laki-laki sedangkan perbedaan lainnya tidak signifikan baik antara

guru Wajib dan Peminatan atau perbedaan antara guru Wajib-Perempuan dan Peminatan-

Laki-laki, serta antara guru Peminatan-Perempuan dan guru Wajib-Laki-laki.

  Hasil analisis tes kemampuan pemahaman SIP, secara kualitatif dapat

diinterpretasikan bahwa para guru di sekolah tersebut secara umum belum mengetahui

bahwa untuk data mentah tentang pendidikan tidak dapat secara langsung dijadikan

sebagai dasar dalam membuat suatu keputusan pendidikan tetapi harus lebih dulu diolah

menjadi sebuah informasi pendidikan. Kedua, secara umum para guru tidak dapat

membedakan bentuk fisik antara diagram, grafik, dan bagan. Ketiga, para guru juga

belum mengetahui keunggulan kegunaan dari tabel, diagram, grafik, dan bagan masing-

masing dibandingkan dengan lainnya. Terakhir, hampir semua guru tidak mengenal

konsep gain sehingga dalam melihat baik dan kurang baiknya suatu tindakan semata-

mata didasarkan pada peningkatan kemampuan pemahamannya.

  Sikap Guru Wajib dan Peminatan berkategori Laki-laki dan Perempuan terhadap

Sistem Informasi Pendidikan (SIP). Hasil analisis pengisian skala sikap diperoleh bahwa

terhadap kelompok pernyataan SIP positif para guru rata-rata bersikap antara Netral dan

Setuju (3,6) sedangkan terhadap kelompok pernyataan SIP negatif mereka rata-rata

bersikap antara Netral dan Tidak setuju (3,2). Hal ini menunjukkan bahwa pada

umumnya para guru setuju dengan isi dari pernyataan SIP yang positif dan tidak setuju

dengan pernyataan SIP yang negatif. Hal khusus terjadi untuk pernyataan nomor 5, 6, 7,

dan 8. Terhadap keempat pernyataan SIP positif ini para guru bersikap Tidak Setuju.

Fakta ini menunjukkan bahwa para guru tidak setuju bahwa guru tidak mengalami

kesulitan dalam: (1) membuat nilai rata-rata hasil belajar, membuat nilai ranking hasil

belajar, (3) membuat diagram nilai hasil belajar, dan (4) membuat grafik nilai hasil

belajar. v

  Sementara itu, hal khusus terjadi pada pernyataan negatif SIP nomor 24 dan 25.

Terhadap pernyataan ini, para guru mayoritas bersikap Setuju (S). Fakta ini menunjukkan

guru memiliki sikap yang konsisten bahwa mereka tidak mengalami kesulitan dalam

membuat nilai rata-rata dan ranking hasil belajar sedangkan pernyataan bahwa mereka

tidak mengalami kesulitan dalam membuat diagram dan grafik patut dipertanyakan. vi

  

DAFTAR ISI

HALAMAN HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN ii ABSTRAK iii RINGKASAN iv DAFTAR ISI vii DAFTAR TABEL viii DAFTAR GAMBAR ix DAFTAR LAMPIRAN x

BAB I PENDAHULUAN

  1

  1.1. Latar Belakang

  1

  1.2. Perumusan dan Pembatasan Masalah

  4

  1.3. Tujuan

  4

  1.4. Relevansi

  5

  1.5. Target Luaran

  5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

  6

  2.1. Pengertian Sistem Informasi Manajemen

  6

  2.2. Sistem Informasi Manajemen dalam Pendidikan

  18 BAB III METODE PENELITIAN

  26 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

  29 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

  40 DAFTAR PUSTAKA

  41 LAMPIRAN-LAMPIRAN 42 vii

  

DAFTAR TABEL

HALAMAN

Tabel 4.1 Data Nilai Pemahaman Sistem Informasi Pendidikan (SIP) bagi Guru Wajib dan Peminatan berkategori Laki-laki dan Perempuan.

  29 Tabel 4.2 Data Skor Sikap Rata-rata terhadap Pernyataan tentang Sistem Informasi Pendidikan (SIP) bagi Guru Wajib dan Peminatan berkategori Laki-laki dan Perempuan

  30 Tabel 4.3 Data Skor Sikap Rata-rata untuk Pernyataan nomor 1 s.d. 20 (Pernyataan Positif) dan nomor 21 s.d. 34 (Pernyataan Negatif)

  30 Tabel 4.4 Data Sebaran Persentase Pilihan Jawaban Pemahaman Sistem Informasi Pendidikan (SIP) yang Dipilih Guru Wajib dan Peminatan berkategori Laki-laki dan Perempuan

  32 Tabel 4.5 Data Persentase Skala Sikap terhadap Pernyataan Pemahaman Sistem Informasi Pendidikan (SIP) bagi Guru Wajib dan Peminatan berkategori Laki-laki dan Perempuan

  33 Tabel 4.6 Daftar Sumber Data, Nilai F-hitung, dan Nilai F-tabel

  35 viii ix DAFTAR GAMBAR

  HALAMAN

Gambar 3.1 Model Embedded design dimodifikasi dari Creswell & Clark (2007: 68-71)

  26 Gambar 3.2 Format Analisis Varian Dua Faktor (Minium, King, and Bear, 1993)

  27 x

DAFTAR LAMPIRAN

HALAMAN

  Lampiran 3.1 Surat Permohonan Pengisian Angket dan Skala Sikap

  42 Lampiran 3.2 Alat Tes Kemampuan Pemahaman Sistem Informasi Pendidikan (SIP).

  43 Lampiran 3.2 Skala Sikap terhadap Sistem Informasi Pendidikan (SIP)

  48 Lampiran 4.1Tabulasi Hasil Tes Kemampuan Pemahaman SIP

  50 Lampiran 4.2 Sebagian Tabulasi Hasil Skala Sikap terhadap SIP

  54 Lampiran 5 Biodata Ketua Peneliti

  58 Lampiran 6 Biodata Anggota-1

  63 Lampiran 7 Biodata Anggota-2

  67 Lampiran 8 Surat Perjanjian Penugasan Melaksanakan Penelitian

  70 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen secara tegas menyatakan bahwa kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Untuk menunjang profesionalismenya, di sekolah, selain melaksanakan tugas pokok pembelajaran guru juga dituntut memiliki kemampuan melaksanakan fungsi administrasi pendidikan. Sementara, administrasi pendidikan dapat diartikan sebagai proses perencanaan, peng- organisasian, memimpin, mengendalikan tenaga pendidikan, sumber daya pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan, mencerdaskan kehidupan bangsa, mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan, keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap, mandiri, serta bertanggung jawab kemasyarakat dan kebangsaan (Biro Perencanaan Depdikbud, 1993)

  Dalam menjalankan fungsi administrasi pendidikan sebagaimana diartikan dalam alinea di atas, seorang guru dituntut memiliki pemahaman tentang informasi pendidikan. Informasi pendidikan berkaitan dengan data-data tentang sekolah sebagai lembaga penyelenggara pendidikan beserta komponen- komponennya. Komponen sekolah itu sendiri meliputi guru, siswa, tenaga kependidikan, dan seluruh sarana dan prasarana penunjang pelaksanaan pendidikan. Informasi ini menjadi sangat penting ketika seorang guru bermaksud mengembangkan kualitas pendidikan yang sudah seharusnya dilakukan secara berkesinambungan.

  Dalam suatu sekolah kejuruan Bisnis dan Manajemen, struktur mata pelajaran dapat dibagi kedalam dua kelompok, yaitu mata pelajaran Wajib dan Pendidikan Agama dan Budi Pekerti;

  Peminatan. Mata pelajaran Wajib meliputi: Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan; Bahasa Indonesia; Matematika; Sejarah Indonesia; Bahasa Inggris; Seni Budaya; Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan

  Kesehatan; dan Prakarya dan Kewirausahaan. Sementara, lainnya, mata pelajaran Peminatan dibagi menjadi mata pelajaran Dasar Bidang Keahlian, Dasar Program Keahlian, dan Paket Keahlian. Mata pelajaran kelompok Dasar Bidang Keahlian itu sendiri terdiri atas tiga mata pelajaran, yaitu Pengantar Ekonomi dan Bisnis, Pengantar Akuntansi, dan Pengantar Administrasi Perkantoran (Permendikbud nomor 70, 2013).

  Di sekolah kejuruan Bisnis dan Manajemen SMKN 1 Mataram terdapat tiga program studi keahlian, yaitu: 1) Administrasi; 2) Keuangan; dan 3) Tata Niaga. Pada program studi Administrasi dan Tata Niaga masing-masing terdiri atas satu Kompetensi Keahlian, yaitu Administrasi Perkantoran dan Pemasaran. Sementara, pada Program Studi Keuangan terdapat dua Kompetensi Keahlian, yaitu Akuntansi dan Perbankan. Jadi pada sekolah ini berdasarkan Kompetensi Keahlian-nya, terdapat empat kelompok siswa, yaitu siswa Administrasi Perkantoran, Pemasaran, Akuntansi, dan Perbankan.

  Guru-guru mata pelajaran Wajib (kelompok A dan B) mengajar di seluruh kelompok siswa Kompetensi Keahlian sedangkan para guru mata pelajaran Peminatan (kelompok C) pada umunya hanya mengajar pada kelompok siswa dengan Kompetensi Keahlian tertentu. Khusus guru mata pelajaran Peminatan Dasar Bidang Keahlian juga mengajar pada seluruh kelompok siswa Kompetensi Keahlian tetapi mata pelajaran ini, Pengantar Ekonomi dan Bisnis, Akutansi, dan Administrasi Perkantoran, lebih berfokus pada penerapan. Dengan rasionalisasi di atas dan berdasarkan jenis mata pelajaran yang dibina peneliti membagi guru SMKN 1 Mataram menjadi dua kelompok, yaitu guru mata pelajaran Wajib dan guru Peminatan. Guru Wajib terdiri atas guru yang membina mata pelajaran pada kelompok A dan B sedangkan guru Peminatan terdiri atas guru yang membina mata pelajaran pada kelompok C.

  Berdasarkan jenis kelamin guru dapat dapat dikelompokkan menjadi dua, yaiatu kelompok guru laki-laki dan perempuan. Sesuai dengan kodratnya, dalam urusan keluarga dan rumah tangga, kaum laki-laki pada umumnya berperan sebagai kepala keluarga sedangkan kaum perempuan berperan sebagai pimpinan dalam urusan rumah tangga. Pengertian tersebut mengindikasikan bahwa dalam keluarga seorang bapak bertindak sebagai pengambil keputusan terhadap kebijakan-kebijakan penting rumah tangga tetapi berkenaan dengan mekanisme urusan rumah tangga yang meliputi penataan rumah, urusan dapur, hingga urusan pakaian yang bertindak sebagai pemimpin adalah seorang ibu rumah tangga.

  Jadi dapat disimpulkan bahwa seorang guru laki-laki memiliki pekerjaan rumah tangga jauh lebih sedikit dibandingkan seorang guru perempuan yang berkenaan dengan perannya ssebagai ibu rumah tangga harus mengurusi segalah mekanisme kehidupan rumah tangga sehari-hari. Dengan kata lain, persentase waktu yang dapat digunakan untuk menjalankan pengembanan pendidikan berkenaan dengan pekerjaan profesinya bagi guru laki-laki cenderung lebih besar daripada guru perempuan. Pengaruhnya adalah bahwa para guru laki-laki dimungkinkan memiliki peluang lebih besar untuk mendalami konsep-konsep materi yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran dan pengembangannya dibandingkan para guru perempuan.

  Masih cukup banyak guru yang belum mampu menciptakan pembelajaran secara efektif dan efisien. Hal ini antara lain disebabkan penggunaan model, strategi, pendekatan, metode, dan/atau teknik yang tidak tepat. Biasanya untuk suatu kajian materi tertentu dalam suatu mata pelajaran, dalam pembelajarannya, memerlukan penggunaan suatu model, strategi, pendekatan, metode, dan/atau teknik tertentu. Seringkali, guru menggunakan model, strategi, pendekatan, metode, dan/atau teknik yang dipilih berdasarkan mencontoh pada buku sumber atau pengalaman masa lalu yang kurang didukung oleh informasi pendidikan yang tepat.

  Dengan rasionalisasi di atas, penulis menduga terdapat perbedaan kemampuan pemahaman tentang informasi pendidikan yang berguna sebagai dasar pengambilan kebijakan pengembangan pendidikan bagi guru-guru yang membina mata pelajaran Wajib dan Peminatan, serta bagi guru berjenis kelamin Perempuan dan Laki-laki. Berkenaan dengan fenomena ini dalam penelitian ini akan dianalisis perbedaan kemampuan pemahaman informasi pendidikan bagi guru-guru di sekolah kejuruan Bisnis dan Manajemen SMK Negeri 1 Mataram provinsi Nusa Tenggara Barat yang membina mata pelajaran Wajib dan Peminatan dengan jenis kelamin guru Perempuan dan Laki-laki.

  1.2 Perumusan dan Pembatasan Masalah

  Terdapat dua pertimbanbangan yang mendasari perumusan masalah dalam penelitian ini. Pertama bahwa para guru Wajib pada dasarnya membekali siswa kompetensi-kompetensi umum yang tidak secara langsung berpengaruh terhadap kompetensi keahlian siswa sedangkan para guru Peminatan secara langsung membekali kompetensi keahlian yang menjadi bagian utama kompetensi lulusan agar setelah lulus dapat bekerja pada bidang yang sesuai dengan keahliannya. Pertimbangan kedua adalah bahwa para guru Laki-laki pada dasarnya dapat berkonsentrasi pada bidang pekerjaan profesinya sebagai guru sedangkan para guru Perempuan tidak dapat sepenuhnya hanya berkonsentrasi pada pekerjaan profesinya sebagai guru karena mereka juga memiliki peran sebagai pengatur kehidupan rumah tangga. Dengan fenomena ini dimungkinkan para guru Peminatan dapat lebih mengikuti perkembangan sistem informasi manajemen sehingga lebih mampu memahaminya dibandingkan para guru Wajib. Hal yang sama dimungkinkan terjadi antara guru Perempuan dan Laki-laki.

  Berdasarkan pertimbangan dan dugaan di atas Peneliti mengajukan masalah yang dirumuskan dalam tiga pertanyaan berikut: 1) Apakah ada perbedaan kemampuan guru pembina mata pelajaran Wajib dan

  Peminatan dalam memahami informasi pendidikan? 2) Apakah ada perbedaan kemampuan antara guru berjenis kelamin Laki-laki dan

  Perempuan dalam memahami informasi pendidikan? Dan 3) Apakah ada perbedaan kemampuan antara guru pembina mata pelajaran Wajib berjenis kelamin Laki-laki dan guru pembina mata pelajaran Peminatan berjenis kelamin Perempuan atau antara guru pembina mata pelajaran Wajib berjenis kelamin Perempuan dan guru pembina mata pelajaran Peminatan berjenis kelamin Laki-laki dalam memahami informasi pendidikan?

  1.3 Tujuan

  Penelitian ini bertujuan mengetahui apakah ada perbedaan kemampuan bagi para guru yang membina mata pelajaran Wajib dan Peminatan, berjenis kelamin Perempuan dan Laki-laki, dan membina mata pelajaran Wajib berjenis kelamin Laki-laki dan Peminatan berjenis kelamin Perempuan atau membina mata pelajaran Wajib berjenis kelamin Perempuan dan Peminatan berjenis kelamin Laki-laki dalam memahami informasi pendidikan.

  1.4 Relevansi

  Setiap guru pada dasarnya secara profesional memiliki tugas pokok membina suatu mata pelajaran dan mengembangkan kualitas pelaksanaannya. Khusus para guru pada suatu Sekolah Menengah Kejuruan Bisnis dan Manajemen sudah sepantasnya memiliki pemahaman yang memadai tentang Sistem Informasi Manajemen (SIM) untuk pendidikan. Komponen pemahaman SIM pendidikan meliputi pemahaman tentang cara mengeksplorasi data, mengolah data menjadi suatu informasi pendidikan, serta menggunakan informasi tersebut untuk mengembangkan program-program pembelajaran di kelas dan/atau pembelajaran di sekolah pada umumnya sehingga lebih efektif dan efisien.

  1.5 Target Luaran

  Penelitian ini ditargetkan memperoleh peta pemahaman informasi pendidikan bagi para guru pembina mata pelajaran Wajib dan Peminatan, serta para guru berjenis kelamin Laki-laki dan Perempuan. Peta pemahaman informasi pendidikan ini dapat dijadikan dasar dalam mengembangkan model program pelatihan tentang strategi ekslporasi dan pengolahan data-data pendidikan.

  BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sistem Informasi Manajemen

  Sistem informasi manajemen memiliki tiga unsur utama, yaitu sistem, informasi, dan manajemen. Selanjutnya dibahas pengertian sistem, data, informasi, sistem informasi, dan manajemen, serta pengertian sistem informasi manajemen berkenaan dengan dunia pendidikan.

2.1.1 Sistem

  Terdapat cukup banyak tokoh yang mendefinisikan sistem. Tokoh-tokoh tersebut antara lain Gordon B. Davis; Norman L. Enger; Burch dan Strater; Prof. Dr. Mr. S. Prajudi Atmosudirjo; Richard A. Johnson, Fremont E. Kast, dan James

  E. Rosenzweig; The Liang Gie dalam Moekijat (2005); Raymond McLeod Jr dalam Zakiyudin (2012). Selain itu, terdapat beberapa definisi sistem menurut kamus istilah, seperti Webster’s New World Dictionary; Kamus Administrasi

  

Perkantoran ; The New Webster Encyclopedic Dictionary of The English

Language ; The Encyclopedia of Management; Ensiklopedi Administrasi; dan

Enciklopedia Manajemen

  dalam Moekijat (2005). Sebelum kita menyimpulkan pengertian sistem berkenaan dengan fokus kajian pendidikan sebagai pengertian pendukung untuk sistem informasi manajemen dalam pendidikan, berikut ini dibahas satu persatu pengertian sistem menurut tokoh-tokoh di atas, serta dikaitkan dengan definisinya menurut beberapa kamus istilah.

  Gordon B. Davis dalam Moekijat (2005) membagi sistem kedalam dua jenis pengertian, yaitu pengertian sistem secara abstrak dan secara fisis. Secara

  abstrak

  sistem diartikan sebagai sebagai suatu rencana atau susunan yang rapi dari gagasan-gagasan atau konsepsi-konsepsi yang saling bergantung. Misal

  sistem teologi

  merupakan suatu susunan yang teratur mengenai gagasan atau konsepsi tentang Tuhan, manusia, dan lainnya. Sementara, secara fisis sistem diartikan sebagai serangkaian unsur yang bekerja sama dalam mencapai suatu tujuan. Contoh sistem yang bersifat fisis seperti: Sistem angkutan, pegawai, mesin yang secara bersama memberi layanan pengangkutan barang-barang atau sistem sekolah, gedung, guru, administrator, buku pelajaran, dan sebagainya yang secara bersama berfungsi memberi layanan pembelajaran kepada siswa.

  Norman L. Enger dalam Moekijat (2005) mengartikan bahwa sistem terdiri atas kegiatan-kegiatan yang berhubungan guna mencapai tujuan perusahaan seperti pengendalian inventaris atau penjadwalan produksi. Sementara, Burch dan Strater dalam Moekijat (2005) mendefinisikannya sebagai kumpulan bagian- bagian atau sub-sistem-sub-sistem yang disatukan dan dirancang untuk mencapai suatu tujuan. Prof. Dr. Mr. S. Prajudi Atmosudirjo dalam Moekijat (2005) mendefinisikan sistem sebagai sesuatu yang terdiri atas obyek-obyek, atau unsur- unsur, atau komponen-komponen yang bertata-kaitan dan bertata-hubungan satu sama lain sedemikian rupa sehingga unsur-unsur tersebut merupakan suatu kesatuan pemrosesan atau pengolahan tertentu.

  Richard A. Johnson, Fremont E. Kast, dan James E. Rosenzweig dalam Moekijat (2005) menyatakan dua definisi tentang sistem, pertama sistem adalah “suatu kebulatan/keseluruhan yang kompleks atau terorganisir; suatu himpunan atau perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang membentuk suatu kebulatan/keseluruhan yang kompleks atau utuh”. Kedua, sistem sebagai suatu

  

gugus komponen-komponen yang dirancang untuk menyelesaikan suatu tujuan

  tertentu sesuai dengan rencana. Berkenaan dengan definisi ini paling tidak terdapat tiga hal penting. Pertama, adanya maksud, atau tujuan. Kedua, adanya rancangan atau susunan komponen-komponen. Terakhir, input informasi, energi (tenaga), dan bahan-bahan (material) yang harus dialokasikan sesuai dengan rencana. Menurut The Liang Gie, sistem merupakan suatu kebulatan dari bagian- bagian atau unsur-unsur yang saling berhubungan menurut suatu pengaturan yang tertib guna mencapai tujuan tertentu.

  Dalam Webster’s New World Dictionary sistem dinyatakan sebagai sekelompok hal, atau alat, atau bagian yang bekerja sama atau yang dihubungkan dengan cara tertentu sehingga membentuk suatu keseluruhan, misalnya sistem tata surya dan sistem sekolah. Sementara, dalam Kamus Administrasi Perkantoran sistem (ditulis dalam buku ini sistim) didefinisikan sebagai suatu rangkaian prosedur yang telah merupakan suatu kebulatan untuk melaksanakan suatu fungsi. Dalam The New Webster Encyclopedic Dictionary of The English Language dijelaskan bahwa sistem merupakan suatu rencana atau pola yang menghubungkan hal-hal atau benda-benda menjadi suatu keseluruhan. The

  Encyclopedia of Management

  menjelaskan sistem sebagai susunan yang teratur dari kegiatan-kegiatan yang saling bergantung dan prosedur-prosedur yang berhubungan, yang melaksanakan dan memudahkan pelaksanaan kegiatan utama dari suatu organisasi (Moekijat, 2005).

  Dalam Ensiklopedi Administrasi dijelaskan bahwa sistem adalah suatu rangkaian prosedur yang telah merupakan suatu kebulatan untuk melaksanakan suatu fungsi. Terakhir, dalam Enciklopedia Manajemen dijelaskan bahwa sistem adalah suatu keseluruhan yang terdiri atas sejumlah variabel yang berinteraksi.

  Dalam Kumorotomo dan Margono (2009) secara sederhana sistem diartikan sebagai suatu kumpulan atau himpunan dari unsur, komponen, atau variabel-variabel yang terorganisasi, saling berinteraksi, saling tergantung satu sama laindan terpadu (Lucas, 1987).

  Merujuk pada sejumlah definisi sistem dari berbagai sumber di atas dan disesuikan dengan fokus pengabdian dalam bidang pendidikan maka sistem dalam pengabdian ini diartikan sebagai suatu kumpulan dari unsur, komponen, atau variabel-variabel yang terorganisasi, saling berinteraksi, saling tergantung satu sama lain dan terpadu yang berkaitan dengan pembelajaran atau pendidikan pada umumnya.

  2.1.2 Data Dalam Moekijat (2005) disebutkan berbagai pengertian data, anatara lain menurut The Liang Die, Gordon B. Davis, Gordon B. Davis, Pamudji. S., dan S.

  P. Siagian. Selain itu, dalam pembahasan ini akan ditampilkan pula pengertian data menurut Zakiyudin (2012).

  Pengertian-pengertian data tersebut adalah sebagai berikut: 1) Menurut The Liang Die, data atau bahan keterangan adalah: Hal, peristiwa, atau kenyataan lainnya apapun yang mengandung sesuatu pengetahuan untuk dijadikan dasar guna penyusunan keterangan, pembuatan kesimpulan, atau penetapan keputusan. Data ibarat bahan mentah yang setelah melalui pengolahan tertentu menjadi keterangan (informasi). 2) Menurut Gordon B. Davis, data, bahan mentah bagi informasi, dirumuskan sebagai kelompok lambang tidak acak yang menunjukkan jumlah-jumlah, tindakan-tindakan, hal-hal, dan sebagainya. Data-data dibentuk dari lambang grafis. Lambang grafis ini dapat alfabetis, numerik, atau berupa lambang- lambang khusus seperti *, $, dan ∞. Data-data disusun untuk tujuan pengolahan menjadi susunan data, susunan kearsipan, dan pusat data atau landasan data. 3) Dalam Webster’s New World Dictionary data dijelaskan sebagai “fact or

  figures from which conclusions can be inferred”

  atau jika diterjemahkan bahwa data merupakan fakta-fakta atau angka-angka yang darinya dapat ditarik kesimpulan-kesimpulan. 4) Pamudji. S., dalam bukunya yang berjudul Teori Sistem dan Penerapannya

  dalam Manajemen , sebagai terjemahan dari buku The Theory and Management of Systems

  karangan Richard A. Johnson, Fremont E. Kast, dan James E. Rosensweig, dikatakan bahwa data adalah fakta-fakta yang digunakan sebagai suatu dasar untuk penghitungan dan pengolahan meliputi serangkaian tindakan-tindakan atau operasi-operasi yang secara pasti mengarah pada suatu akhir.

  5) Dr. S. P. Siagian menjelaskan arti data dengan membedakannya antara data dan informasi, yatu: … ada perbedaan konsepsional yang cukup prinsipil antara data dan informasi. Perbedaan yang biasanya dibuat ialah dengan mengatakan bahwa data adalah “bahan baku” yang harus diolah sedemikian rupa sehingga berubah sifatnya menjadi informasi. Perbedaan ini penting untuk disadari karena sesungguhnya data tidak mempunyai nilai apa-apa untuk mengambil keputusan. Hanya informasilah yang mempunyai nilai, dalam arti bahwa informasi akan memudahkan seorang untuk mengambil keputusan.

  Sementara Zakiyudin (2012) berpendapat bahwa data merupakan kumpulan huruf atau angka yang belum diolah sehingga tidak memiliki arti. Secara konseptual, data adalah deskripsi tentang benda, kejadian, aktivitas dan transaksi yang tidak mempunyai makna atau tidak berpengaruh langsung kepada pemakai.

  Data dapat berupa nilai yang terformat, teks, citra, audio dan video. Data terformat diartikannya sebagai data dengan suatu format tertentu. Misal, data yang menyatakan tanggal atau jam, atau menyatakan nilai mata uang. Data teks diartikan sebagai sederetan huruf, angka, dan symbol-simbol khusus (misal: +, $, dll)) yang kombinasinyaa tidak bergantung pada masing-masing item secara individual. Contoh: Artikel Koran dll. Data audio diaartikan sebagai data dalam bentuk suara. Contoh: Instrumen music, suara binatang, suara gemericik air, detak jantung, dll. Sedangkan data video diartikan sebagai data dalam bentuk sejumlah gambar bergerak dan bisa dilengkapi suara.

  Selain itu, Zakiyudin (2012) mengungkapkan kriteria suatu data yang dikategorikan bernilai atau tidak bernilai, yaitu: 1) Data akan memiliki nilai sepanjang data tersebut bisa dicari kembali, diolah dan disediakan untuk orang yang membutuhkannya dalam batas waktu tertentu untuk pembuatan keputusan atau tindakan tertentu, dan

  2) Data yang tidak dapat dicari kembali atau diolah tepat waktu akan tidak memiliki nilai. Sementarta Kumorotomo dan Margono (2009) mendefinisikan data sebagai sesuatu yang merujuk pada fakta-fakta baik berupa angka-angka, teks, dokumen, gambar, bagan, suara yang mewakilideskripsi verbal atau kode tertentu dan lain- lain.

  Merujuk pada sejumlah definisi data dari berbagai sumber di atas, dalam pengabdian ini pengertian data lebih diorientasikan pada definisi yang dinyatakan oleh Kumorotomo dan Margono (2009) dengan sedikit penyesuaian berkenaan dengan bidang pendidikan. Jadi dalam kegiatan pengabdian ini data diartikan sebagai fakta-fakta baik berupa angka-angka, teks, dokumen, gambar, bagan, suara yang mewakilideskripsi verbal atau kode tertentu dan lain-lain yang berkaitan dengan pembelajaran atau pendidikan pada umumnya.

  2.1.3 Informasi Dalam Moekijat (2005) ditampilkan beberapa pengertian informasi antara lain menurut Gordon B. Davis, Burch dan Strater, dan George R. Terry. Selain itu, dalam pembahasan ini juga akan diuraikan pengertian informasi menurut beberapa sumber yang ditulis dalam Zakiyudin (20012).

  Berikut ini beberapa definisi informasi menurut beberapa sumber: 1) Menurut Gordon B. Davis, “Information is data that has been processed into a

  form that is meaningful to the recipient and is of real or perceived value in current of prospective decisions . Definisi tersebut diterjemahkan seperti

  berikut: Informasi adalah data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang penting bagi si penerima dan mempunyai nilai yang nyata atau yang dapat dirasakan dalam keputusan-keputusan yang sekarang atau keputusan- keputusan yang akan datang. 2) Burch dan Strater, menyatakan: “Information is the aggregation or processing

  of data to provide knowledge of intelligence . Atau, informasi adalah

  pengumpulan atau pengolahan data untuk memberikan pengetahuan atau pengertian. 3) George R. Terry, Ph.D. menyatakan bahwa: “Information is meaningful data that conveys usable knowledge.

  Atau, informasi adalah data yang penting yang memberikan pengetahuan yang berguna. Kriteria berguna atau tidaknya suatu informasi menurutnya bergantung pada:

  a) Tujuan si penerima Apabila informasi itu tujuannya untuk memberi bantuan maka informasi itu harus membantu si penerima.

  b) Ketelitian penyampaian dan pengolahan data Dalam menyampaikan dan mengolah data, inti dan pentingnya informasi harus dipertahankan.

  c) Waktu Apakah informasi itu masih up-to-date?

  d) Ruang dan tempat Apakah informasi itu tersedia dalam ruangan atau tempat yang tepat e) Bentuk Dapatkan informasi itu dipergunakan secara efektif? Apakah informasi itu menunjukkan hubungan-hubungan yang diperlukan, kecenderungan-kecenderungan, dan bidang-bidang yang memerlukan perhatian manajemen? Dan Apakah informasi itu menekankan situasi-situasi yang berhubungan?

  f) Semantik Apakah hubungan antara kata-kata dan arti yang diinginkan cukup jelas?

  Sementara, dalam Zakiyudin (2012) juga terdapat beberapa definisi informasi menurut beberapa sumber, seperti: 1) McFadden dkk mendefinisikan informasi sebagai data yang telah diproses sedemikian rupa sehingga meningkatkan pengetahuan seseorang yang menggunakan data tersebut. 2) Shannon dan Weaver mendefinisikan informasi sebagai jumlah ketidakpastian yang dikurangi ketika sebuah pesan diterima. Ia mengartikannya bahwa dengan adanya informasi tingkat kepastian menjadi meningkat. 3) Davis manyatakan bahwa informasi adalah data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam pengambilan keputusan saat ini atau saat mendatang. 4) Mulyanto menyatakan bahwa informasi merupakan salah satu sumber daya yang sangat diperlukan dalam suatu organisasi. Informasi adalah data yang telah diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya.

  Selain itu, dalam Zakiyudin (2012), Davis (1999) memberi lima karakteristik informasi, yaitu: 1) Benar atau salah, yaitu bahwa benar atau salah suatu informasi adalah berhubungan dengan kebenaran terhadap kenyataan, 2) Baru. Informasi dikatakan baru apabila memang benar-benar baru bagi si penerima.

  3) Tambahan. Informasi bersifat dapat memperbarui atau memberi perubahan terhadap informasi yang telah ada. 4) Korektif. Informasi dapat digunakan untuk melakukan koreksi terhadap informasi sebelumnya yang salah atau kurang benar. dan 5) Penegas. Informasi dapat mempertegas informasi yang ada sebelumnya sehingga keyakinan terhadap informasi tersebut semakin meningkat.

  Kualitas informasi

  Kualitas informasi dapat diuji melalui dimensi relevansi, akurasi, ketepatan waktu, dan kelengkapannya (Zakiyudin, 2012). Keempat dimensi kualitas informasi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Relevansi. Suatu informasi tidak akan berguna apabila tingkat relevansinya dengan keadaan yang sedang dianalisis rendah. Relevansi suatu informasi akan menjadi penting karena hal itu dapat menjadi variabel yang menentukan dalam pengambilan keputusan. Informasi memiliki relevansi apabila informasi tersebut memiliki hubungan dengan masalah yang sedang dihadapi. 2) Akurasi. Informasi yang diterima harus dapat dipercaya antara lain melalui cara mengetahui sumber pertama pembawa informasi tersebut. informasi yang akurat juga dapat dijadikan sebagai tolok ukur ketepatan dan keberhasilan pengambilan keputusan. 3) Ketepatan waktu. Sebaiknya informasi harus tersedia pada saat pengambilan keputusan. Informasi yang datang setelah suatu keputusan diambil tidak akan memiliki nilai. Semakin up-to-date suatu informasi akan semakin berguna informasi tersebut. Sebaliknya, semakin kedaluarsa suatu informasi akan semakin tidak ada artinya. 4) Kelengkapan. Para pengguna harus memperoleh informasi yang menyajikan suatu gambaran lengkap atas suatu masalah. Informasi dikatakan lengkap apabila memiliki jumlah rincian agregasi yang tepat dan mendukung semua area yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan.

  Dalam Kumorotomo dan Margono (2009) informasi didefinisikan sebagai data yang telah disusun sedemikian rupa sehingga bermakna dan bermanfaat karena dapat dikomunikasikan kepada seseorang yang akan menggunakannya untuk membuat keputusan. Burch dan Grudnitski (1989) menyatakan tiga pilar utama menentukan kualitas informasi, yaitu: akurasi, ketepatan waktu, dan relevansi. Parker (1989) menyatakan bahwa informasi yang baik yang lebih lengkap adalah memenuhi syarat-syarat berikut:

  a. Ketersediaan (availability) Informasi harus dapat diperoleh (accessible) bagi orang yang hendak memanfaatkannya.

  b. Mudah dipahami (comprehensibility) Informasi harus mudah dipahami oleh pembuat keputusan, baik yang menyangkut pekerjaan rutin maupun yang bersifat strategis.

  c. Relevan Informasi yang diperlukan adalah yang benar-benar relevan dengan permasalahan, misi dan tujuan (dalam kontek organisasi).

  d. Bermanfaat Informasi harus bermanfaat bagi lembaga, harus tersaji dalam bentuk-bentuk yang memungkinkan pemanfaatannya oleh pemakai.

  e. Tepat waktu Informasi harus tersedia tepat pada waktunya.

  f. Keandalan (reliability) Informasi harus diperoleh dari sumber yang dapat diandalkan kebenarannya.

  Pengolah data atau pemberi informasi harus dapat menjamin tingkat kepercayaan yang tinggi atas informasi yang disajikan.

  g. Akurat Informasi harus bersih dari kesalahan dan kekeliruan, harus jelas dan secara akuraat mencerminkan makna yang terkandung dari data pendukungnya.

  h. Konsisten Informasi tidak boleh mengandung kontradiksi di dalam penyajiannya karena konsistensi merupakan syarat penting bagi dasar pengambilan keputusan.

  Berdasarkan analisis definisi informasi dan kriteria kualitasnya dari berbagai sumber, serta dikaitkan dengan fokus kegiatan pengabdian ini, yaitu berkenaan dengan proses pembelajaran atau pendidikan pada umumnya maka dirangkum definisi dan kualitas informasi sebagai berikut: a. Informasi didefinisikan sebagai data-data pembelajaran atau pendidikan pada umumnya yang telah disusun sedemikian rupa sehingga bermakna dan bermanfaat karena dapat dikomunikasikan kepada seseorang yang akan menggunakannya untuk membuat keputusan, dan b. Sebuah informasi dikatakan baik dan lengkap apabila informasi pembelajaran atau pendidikan pada umumnya memenuhi persyaratan ketersediaan, mudah dipahami, relevan, bermanfaat, tepat waktu, keandalan, akurat, dan konsisten.

  2.1.4 Sistem informasi Zakiyudin (2012) mendefinisikan sistem informasi sebagai suatu sistem yang ada di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi yang bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan pihak luar tertentu dengan laporan yang diperlukan. Menurutnya, terdapat enam komponen sistem informasi, yaitu:

  1)

Perangkat keras (hardware), yaitu mencakup piranti-piranti fisik seperti

komputer dan printer.

  2)

Perangkat lunak (software) atau program, yaitu sekumpulan instruksi yang

memungkinkan perangkat keras dapat memproses data.

  3)

Basis data (database), yaitu sekumpulan tabel, hubungan dan lain-lain yang

berkaitan dengan penyimpanan data.

  4)

Prosedur, sebagai sekumpulan aturan yang dipakai untuk mewujudkan

pemrosesan data dan pembangkitan keluaran yang dikehendaki.

  5)

Personil atau orang, adalah semua pihak yang bertanggungjawab dalam

  pengembangan sistem informasi, pemrosesan dan penggunaan keluaran sistem informasi.

  6)

Jaringan komputer dan komunikasi data, merupakan sistem penghubung

  yang memungkinkan sumber dipakai secara bersama atau diakses oleh sejumlah pamakai.

  Namun demikian tidak semua sistem informasi mencakup keseluruhan komponen tersebut. Sebagai contoh sistem informasi pribadi hanya melibatkan seorang pemakai dan sebuah komputer, tidak melibatkan fasilitas jaringan dan komunikasi. Namun demikian, sistem informasi kelompok kerja akan melibatkan sejumlah orang dan sejumlah komputer, serta memerlukan sarana jaringan dan komunikasi.

  2.1.5 Manajemen Terdapat beberapa pengertian manajemen, seperti disebutkan dalam

  Moekijat (2005) definisi-definisi manajemen menurut Prof. Dr. Mr. S. Prajudi Atmosudirjo, Dale Yoder, Sarwoto, dan Kamus Istilah Manajemen. Beberapa definisi manajemen tersebut adalah 1) Prof. Dr. Mr. S. Prajudi Atmosudirjo

  Memberi pengertian manajemen dari tiga sudut pandang, yaitu sudut pandang orang-orang, proses, dan sistem kekuasaan. Pengertian tersebut berdasarkan sudut pandang 1) Orang-orang

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMAHAMAN KURIKULUM, MOTIVASI KERJA, DAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU SMK BIDANG KEAHLIAN BISNIS DAN MANAJEMEN DI KABUPATEN SEMARANG

0 30 148

HUBUNGAN BUDAYA MUTU DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN PERSEPSI KEPEMIMPINAN GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DI SMK NEGERI BISNIS MANAJEMEN MEDAN.

0 2 25

HUBUNGAN PERILAKU KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH DENGAN KINERJA GURU SMK NEGERI BISNIS MANAJEMEN KOTA MEDAN.

0 1 39

KONTRIBUSI KEPUASAN KERJA GURU DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PROFESIONALITAS MENGAJAR GURU SMK BISNIS DAN MANAJEMEN NEGERI MEDAN.

0 1 29

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KONSEP DIRI GURU DENGAN PERFORMANSI MENGAJAR GURU SMK BISNIS DAN MANAJEMEN NEGERI MEDAN.

0 1 36

(ABSTRAK) PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN DISIPLIN KERJA GURU TERHADAP KINERJA GURU AKUNTANSI DI SMK PROGRAM BISNIS DAN MANAJEMEN SE-KABUPATEN WONOGIRI.

0 1 3

PERBEDAAN PENERIMAAN GURU LAKI-LAKI DAN GURU PEREMPUAN DALAM MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI E-LEARNING DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN SUKOHARJO.

0 1 1

ANALISIS MANAJEMEN KERJASAMA ANTARA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DENGANDUNIA USAHA/DUNIA INDUSTRI (STUDI KASUS DI SMK NEGERI 1 SURAKARTA PROGRAM KEAHLIAN BISNIS DAN MANAJEMEN).

0 0 18

PROYEKSI KEBUTUHAN GURU KELOMPOK PRODUKTIF SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) RUMPUN BISNIS DAN MANAJEMEN (BISMAN) 2014/2015-2023/2024 DI KABUPATEN KULON PROGO.

1 4 221

IMPLEMENTASI MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN DI SMK NEGERI 1 KARANGANYAR - UNS Institutional Repository

0 0 17