Perbedaan tingkat kelekatan aman anak dilihat dari status pekerjaan ibu - USD Repository

PERBEDAAN TINGKAT KELEKATAN AMAN ANAK DILIHAT DARI STATUS PEKERJAAN IBU SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) Program Studi Psikologi

  Disusun Oleh: Nice Maylani Asril NIM : 049114090 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008

  MOTTO

  Siapapun bisa marah – marah itu mudah, tetapi marah pada orang yang tepat, dengan kadar yang sesuai, pada waktu yang tepat, demi tujuan yang benar, dan dengan cara yang baik – bukanlah hal mudah

  (Aristoteles, The Nicomachean Ethics) Kecerdasan dan karakter, itu tujuan pendidikan yang sebenarnya

  (Dr. Martin Luther King Jr.) KARYA SEDERHANA INI KUPERSEMBAHKAN UNTUK

  :

   ALLAH SWT

Papi dan Mami

 Iwan, Sepfree, dan Isal

 Bubu

  ABSTRAK Nice Maylani Asril (2008). Perbedaan Tingkat Kelekatan Aman Anak Dilihat dari Status Pekerjaan Ibu. Yogyakarta: Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma.

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat kelekatan aman anak dilihat dari status pekerjaan ibu. Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif dengan dua variabel, yaitu kelekatan aman sebagai variabel tergantung dan status pekerjaan ibu sebagai variabel bebas. Dalam hal ini, definisi operasional dari kelekatan aman adalah suatu ikatan yang bersifat emosional yang disampaikan ibu kepada bayi yang ditunjukkan oleh kepedulian ibu terhadap bayi yang mengandung unsur perasaan kasih sayang ibu dan kepekaan ibu terhadap kebutuhan bayi. Selanjutnya, definisi operasional dari status pekerjaan ibu adalah kedudukan ibu di dalam suatu unit bidang usaha atau kegiatan dalam melakukan pekerjaan. Dalam penelitian ini, status pekerjaan ibu dibedakan menjadi ibu yang bekerja di luar rumah, ibu yang bekerja di dalam rumah, dan ibu yang tidak bekerja. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada perbedaan tingkat kelekatan aman anak dilihat dari status pekerjaan ibu.

  Subjek dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang bertempat tinggal di Yogyakarta dan Solo yang berjumlah 66 orang, yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok berdasarkan status pekerjaan ibu, yaitu 22 orang ibu yang merupakan ibu yang bekerja di luar rumah, 22 orang ibu yang bekerja di dalam rumah, dan 22 orang ibu yang tidak bekerja. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan skala tingkat kelekatan aman yang disusun sendiri oleh peneliti. Uji reliabilitas skala menggunakan teknik Alpha-Cronbach yang menghasilkan koefisien reliabilitas sebesar 0,872. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis varians satu jalur (one way anova).

  Dari hasil analisis data, diperoleh F hitung sebesar 4,615 dengan nilai signifikansi sebesar 0,013 (p<0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan tingkat kelekatan aman anak yang signifikan dilihat dari status pekerjaan ibu. Selanjutnya, hasil perhitungan rerata empiris untuk kelompok ibu yang bekerja di luar rumah sebesar 85,09. Rerata empiris untuk kelompok ibu yang bekerja di dalam rumah sebesar 89,95, dan rerata empiris untuk kelompok ibu yang tidak bekerja sebesar 95,14. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan tingkat kelekatan aman anak yang signifikan antara ibu yang bekerja di luar rumah dengan ibu yang tidak bekerja. Akan tetapi, tingkat kelekatan aman anak antara ibu yang bekerja di luar rumah dengan ibu yang bekerja di dalam rumah tidak menunjukkan perbedaan. Begitu pula tingkat kelekatan aman anak pada ibu yang bekerja di dalam rumah dan ibu yang tidak bekerja tidak menunjukkan perbedaan.

  ABSTRACT Nice Maylani Asril (2008). The Difference Level of Child Secure Attachment as Viewed from the Mother’s Job Status. Yogyakarta: Faculty of Psychology, Sanata Dharma University.

  The aim of this research was to find out the differences level of child secure attachment as viewed from the mother’s job status. In this research, operational definition of secure attachment was the emotional tie that covers love and her sensitivity to the child’s needs. Then, operational definition of the mother’s job status was her position in a work field or her activity in work. In this time, the mother’s job status was classified in three types that is, mother who job at home, out home, and house wife. The hypothesis in this research was there is a difference level of child secure attachment developed in a child as viewed from the mother’s job status.

  The subjects were 66 mothers who live in Yogyakarta and Solo was classified into three types based on the mother’s job status that is, 22 mothers who work out home, 22 mothers who work at home, 22 house wife. The data was collected by using level of secure attachment scale that arranged by researcher. Scale reliability was tested by Alpha Cronbach technique, that result reliability coefficient 0.872. The data was analyzed by one way anova.

  The result of data analyzed was F count amount of 4,615 with significant level was 0.013 (p<0.05). This result showed that there was significant differences level of child secure attachment developed in a child as viewed from the mother’s job status. The empirical mean of mothers who work out home amount of 85,09. The empirical mean of mothers who work at home amount of 89,95 and the empirical mean of house wife amount of 95,14. It’s mean that there was differences level of child secure attachment between mothers who work out home and house wife. But level of child secure attachment between mothers who work out home and mothers who work at home was not different. That also happened between mothers who work at home and house wife.

  

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas kasih dan karunia-Nya yang berlimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul Perbedaan Tingkat Kelekatan Aman Anak Dilihat dari

  

Status Pekerjaan Ibu. Penyusunan skripsi ini merupakan syarat untuk

  mendapatkan gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Semua yang tertuang dalam skripsi ini diperoleh dengan kerja keras dan tidak lain karena peran, bantuan, bimbingan, motivasi, dukungan, dan doa dari beberapa pihak, dan karenanya penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

  1. Bapak Paulus Edy Suhartanto, S.Psi., M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas sanata Dharma yang telah memberikan izin penelitian.

  2. Ibu Agnes Indar Etikawati, S.Psi., Psi., M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dan perhatian, serta banyak membantu selama diskusi dan bimbingan sehingga akhirnya penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

  3. Ibu Dra. Lusia Pratidarmanastiti, M.Si., selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu, perhatian, serta membagi ilmu kepada penulis selama ujian skripsi dan proses revisi.

  4. Ibu Sylvia Carolina M.Y.M., S.Ps., M.Si., selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu, perhatian, serta membagi ilmu kepada penulis selama ujian skripsi dan proses revisi.

  5. Ibu P. Henrietta P.D.A.D.S S.Psi., M.Si, selaku dosen pembimbing akademik yang telah meluangkan waktu dan perhatian untuk membimbing dan memberi semangat kepada penulis sejak semester awal berada di fakultas Psikologi.

  6. Ibu M.M. Nimas Eki. S. S.Psi., M.Si., selaku dosen pengampu mata kuliah Seminar yang telah membantu penulis dalam mengungkapkan ide-ide awal penulisan skripsi.

  7. Bapak Y. Heri W. S.Psi., M.Psi dan Ibu Titik Kristiyani S.Psi. yang telah membimbing dan memberi semangat kepada penulis selama penulis berada di kelompok studi RASS.

  8. Bapak Y. Agung Santoso, S.Psi. yang telah banyak meluangkan waktu untuk membagi ilmu, pengalaman, dan mendengar keluh kesah penulis selama penulis berada di fakultas Psikologi.

  9. Papi dan Mami tersayang, atas cinta dan kasih, tulusnya doa, serta semangat dan motivasi yang mengiringi langkah penulis. Makaci ya Pi – Mi.

  10. K’ Iwan, K’ Sepfree, Ical, atas dinamika, kebersamaan, dan pertengkaran2 qta selama ini, tanpa kalian idupQ jadi lebih berwarna.

  11. TayangQ Bubu…yg udah nemenin Q, surprise banget buat cinta, kasih, semangat, waktu, n segala sesuatu yang udah dicurahkan untukQ. Smoga jagoan khayalan Qta (Arthur, Marisabeth, Marcell, Prudence) bisa jadi kenyataan yah…kapan niy nyusul?

  12. Temen2 yang udah ngebantu suksesnya tryout n penelitianQ, Raniy, Mb In, Maya, Mama Maya, Paceh, Devi, Pak De Dul, Ms Unang, Ajeng, Ms Pongky, Fitri, Novi, Mitul, Lutfi, Ajay, Susi, Yetty, Lea, atas kesediaannya bwt nyariin subjek penelitian utk Q. Q cm bisa ngucapin mkc bwt kalian smua smoga kebaikan kalian terbalas.

  13. Segenap dosen-dosen Fakultas Psikologi yang telah memberikan pengetahuan dan ilmu kepada penulis.

  14. Staf dan karyawan sekretariat Fakultas Psikologi: mbak Nanik, Mas Gandung, Pak Gie, Mas Doni dan Mas Muji yang udah banyak membantu selama Q belajar di psikologi. Matur nuwun sanget.

  15. TayangQ Raniy, untuk segala kegilaan, suka duka, dan persahabatan yang udah terjalin empat taun ini. Mkc bwt waktu yang diberikan bwt menemaniQ nyebarin skala, mkc bwt indah dan racunnya dunia yang telah kau bagi untuk Q. Tay ching kapan niy ikut Q? Smangat yukkk….

  16. TayangQ Ndol, untuk segala canda dan tawa, keceriaan, dan cerita yang tlah kau berikan. Mkc bwt prsahabatan yg udah terjalin empat taun ini, mkc bwt warna2 khidupan yg tlah rela kau bagi utk Q. Ayoh tay semangat nyusunnya…jgn kerja truz…

  17. TayangQ Astin, untuk kegilaan, keceriaan, canda tawa, dan kebersamaan yang udah terjalin. Mkc bwt prsahabatan yg udah terjalin empat taun ini, mkc bwt warna2 khidupan yg tlah rela kau bagi utk Q. Mkc juga untuk semua support dan dukungan di saat aku merasa ‘jatuh’ dalam hidupku. Mkc juga krn dirimu tlah meninggalkan Q terlebih dulu di Psikologi ini. Semangat kerjanya yah… inget gaji pertama makan2 loh.

  18. Sahabat Q yang cantik, Uci dan Eli yang telah berbagi waktu untukQ, mendengar segala keluh kesahQ. mkc bwt segalanya.

  19. Teman2 Q yang baik, Maya, Metta, Nyunz, Adib, Baka, Paceh, Aang, Vlix, Xna, Ms Uun yg jayus, Tayang Verty, dan Stev, atas seluruh moment yang terjadi dan segala pengalaman yang membuat kita lebih kaya dalam memaknai hidup.

  20. Mb2 Q: Mb Nat, Mb Wie, Mb Win, Mb Otic Super Otic mkc yah atas bimbingan, pengalaman, dan smgt yang udah kalian bagi utk Q.

  21. Temen2 di Sekar Jepun, mari Qta bersama2 memulai karier menari Qta ☺.

  Kapan yah mentas bareng lagih?? Jangan pernah ragu bwt belajar nari yah?

  22. Every sister n brother in : Wisma Rosari (khususnya anak-anak atas☺ plus anak angkat), cah-cah Psikologi angkatan 2004, Temen2 asisten Grafis, kelp. KKN Keep-uh angkatan XXXIV, atas untaian cerita yang mengisi hari-hariku.

  23. Semua temen2 di RASS, mkc bwt segala ilmu n dinamikanya. Ayoh bersama membangun RASS mjdi sprit yg Qta inginkan.

  24. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang secara langsung ataupun tidak langsung sudah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis dengan rendah hati memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, dan untuk itu, penulis menerima segala kritik maupun saran yang membangun.

  Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan pada umumnya dan semua orang yang membaca skripsi ini pada khususnya.

  Tuhan memberkati.

  Yogyakarta, Juni 2008 Penulis.

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................................... iv HALAMAN MOTTO ..................................................................................... v HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………….. vi ABSTRAK ...................................................................................................... vii

  

ABSTRACT ...................................................................................................... viii

  LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

  ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ………………………… ix KATA PENGANTAR .................................................................................... x DAFTAR ISI ................................................................................................... xv DAFTAR TABEL ........................................................................................... xix DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xx DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xxi

  BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................. 8 C. Tujuan Penelitian ………………………………………………….. 9 D. Manfaat Penelitian ………………………………………………… 9

  BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 11 A. Kelekatan Aman ........................................................................................ 11 1. Pengertian Kelekatan ..........................................................................

  2. Jenis-jenis Status Pekerjaan Ibu ……………………………………… 24

  2. Kelekatan Aman................................................................................... 34

  1. Status Pekerjaan Ibu ............................................................................ 34

  BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................ 34 A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 34 B. Identifikasi Variabel Penelitian .................................................................. 34 C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ................................................... 34

  D. Hipotesis ..................................................................................................... 33

  C. Perbedaan Tingkat Kelekatan Aman Anak Dilihat dari Status Pekerjaan Ibu …………………………………………………………………………... 27

  3. Konsekuensi dari Status Pekerjaan Ibu …………..…………………... 25

  1. Pengertian Status Pekerjaan Ibu ……................…………………….. 23

  11

  B. Status Pekerjaan Ibu ................................................................................... 23

  6. Aspek-aspek dari Kelekatan Aman……………………………………. 22

  5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelekatan………………………… 20

  4. Kelekatan Aman……………………………………………………….. 18

  14

  2. Fase-fase dalam Kelekatan ................................................................. 12 3. Jenis-jenis Kelekatan ..........................................................................

  D. Subjek Penelitian......................................................................................... 35

  E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ......................................................... 37

  1. Deskripsi Data Penelitian .................................................................... 53

  a. Pengujian Hipotesis Mayor ……………………………………... 63

  3. Uji Hipotesis ………………………………………………………… 63

  b. Ui Homogenitas Varians ………………………………………... 62

  a. Uji Normalitas Sebaran …………………………………………. 61

  2. Uji Asumsi Penelitian ......................................................................... 61

  b. Kategorisasi Skor Tingkat Kelekatan Aman …………………... 55

  a. Data Demografis Subjek ………………………………………... 53

  E. Hasil Penelitian ........................................................................................... 53

  1. Status Pekerjaan Ibu………………… ………………………………. 37

  D. Pelaksanaan Penelitian …………………………………………………….51

  3. Uji Reliabilitas ………………………………………………………. 51

  2. Uji Daya Diskriminasi Aitem ………………………………………. 46

  1. Uji Validitas …………………………………………………………. 46

  BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 45 A. Persiapan Penelitian ................................................................................... 45 C. Hasil Uji Coba Alat Ukur ........................................................................... 46

  G. Analisis Data ……………………………………………………………... 44

  F. Prosedur Pengambilan Data ……………………………………………… 43

  2. Skala Tingkat Kelekatan Aman ……………………………………... 38

  b. Pengujian Hipotesis Minor ……………………………………… 64

  F. Pembahasan ................................................................................................ 65

  BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 72 A. Kesimpulan ................................................................................................ 72 B. Keterbatasan Penelitian ………………………………………………….. 72 C. Saran ........................................................................................................... 73 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 75 LAMPIRAN .................................................................................................... 78

  DAFTAR TABEL

  Tabel I Distribusi Aitem Skala Tingkat Kelekatan Aman Sebelum Uji Coba …………………………………………………………….41

  Tabel II Distribusi Aitem Skala Tingkat Kelekatan Aman Setelah Uji Coba …………………………………………………………. …47 Tabel III Distribusi Aitem Skala Tingkat Kelekatan Aman (Penelitian) ………………………………………………………………… 49 Tabel IV Distribusi Aitem Skala Tingkat Kelekatan Aman (Gugur Setelah Penelitian) …………………………………………………….. 50 Tabel V Subjek Penelitian Berdasarkan Status Pekerjaan Ibu………….. 53 Tabel VI Data Rentang Usia Ibu dan Rentang Usia Anak ……………… 54 Tabel VII Data Jenis Kelamin Anak …………………………………….. 54 Tabel VIII Deskripsi Statistik Data Skala ………………………………… 56 Tabel IX Rangkuman Data Kategori Tingkat Kelekatan Aman………… 57

  Tabel X Data Tingkat Kelekatan Aman Dilihat Dari Status Pekerjaan Ibu ………………………………………………………………………..

  59 Tabel XI Rata-rata Teoritis dan Rata-rata Empiris Skala Tingkat Kelekatan Aman……………………………………………………………61

  Tabel XII Hasil Perhitungan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ……62 Tabel XIII Hasil Perhitungan Levene Test ……………………………… ..

  63 Tabel XIV Hasil Perhitungan Analisis Varian Satu Jalur ………………….64 Tabel X Ringkasan Hasil Post Hoc Test ………………………………. 65

  

DAFTAR GAMBAR

  Gambar 1 Skema Perbedaan Tingkat Kelekatan Aman Anak Dilihat dari Status Pekerjaan Ibu ………………………………..… 32

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran I Skala Try Out Kelekatan Aman Lampiran II Koefisien Reliabilitas Skala Try Out Kelekatan Aman Lampiran III Skala Penelitian Kelekatan Aman Lampiran IV Koefisien Reliabilitas Skala Penelitian Kelekatan Lampiran V Hasil Uji Normalitas dan Hasil Uji Homogenitas Data Hasil Penelitian Lampiran VI Hasil Uji Hipotesis Data Hasil Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat seorang anak dilahirkan, maka ia tidak dapat mengurus dirinya

  sendiri. Kehidupannya akan sangat tergantung pada pengasuhan intensif yang diberikan oleh ibu. Selama proses pengasuhan anak, akan terjalin suatu ikatan emosional dalam interaksi antara ibu dan anak. Ikatan emosional yang terjalin antara ibu dan anak tersebut akan memunculkan kelekatan (attachment) di antara mereka.

  Kelekatan (attachment) adalah suatu relasi antara anak dengan seorang atau lebih pengasuh yang muncul pada masa bayi dimana relasi tersebut menggambarkan ikatan di antara mereka (Bowlby, 1969; Santrock, 2000). Selanjutnya, kelekatan (attachment) adalah suatu ikatan emosional yang kuat antara anak dan pengasuhnya atau ibu.

  Tahun pertama kehidupan adalah kerangka waktu kunci bagi perkembangan kelekatan (Erikson, 1968; Santrock, 2000). Erik Erikson (dalam Santrock, 2000) menyebutkan bahwa kelekatan terkait dengan tahap pertama perkembangan psikososial yaitu kepercayaan. Suatu rasa percaya memerlukan perasaan akan adanya kenyamanan fisik, sejumlah kecil rasa khawatir, dan pemahaman akan masa depan. Anak yang memiliki rasa percaya pada dunia, membentuk harapan seumur hidup bahwa dunia adalah tempat yang baik dan menyenangkan. Maka dari itu, kelekatan yang diharapkan terbentuk antara anak dengan ibu adalah kelekatan yang aman.

  2 Erikson meyakini bahwa orang tua yang tanggap, sangat peka dalam memberikan rasa percaya dan aman ini kepada anak.

  Perspektif etiologis psikiater Inggris, John Bowlby (Vasta, et al., 1995) juga menekankan pentingnya kelekatan yang aman pada tahun pertama kehidupan dan tanggapnya pengasuh anak akan hal ini. Bowlby yakin ibu dan anaknya secara naluriah membentuk suatu kelekatan. Kelekatan yang aman sejak dini dengan pengasuh juga berkaitan dengan perilaku sosial anak di kemudian hari dalam perkembangannya. Hal ini didukung oleh Warmer, dkk (1994) yang menemukan bahwa anak usia enam tahun yang memiliki kelekatan aman dengan ibunya memiliki kompetensi dalam bermain dan mampu memecahkan konflik yang terjadi dengan teman sebaya.

  Ainsworth (dalam Santrock, 2000) menyatakan bahwa kelekatan terbagi menjadi kelekatan yang aman (secure attachment) dan kelekatan yang tidak aman (insecure attachment). Kelekatan yang tidak aman (insecure

  

attachment ) dibagi lagi menjadi kelekatan cemas-menghindar dan kelekatan

  cemas-menolak. Anak dengan kelekatan yang aman menggunakan ibu sebagai suatu landasan yang aman untuk mengeksplorasi lingkungannya. Kemudian, anak dengan kelekatan cemas-menghindar memperlihatkan ketidakamanan dengan menghindari ibu (misalnya, mengabaikan, menghindari tatapan, dan tidak berupaya mencari kedekatan dengan ibunya). Selanjutnya, pada anak dengan kelekatan cemas-menolak memperlihatkan ketidakamanan dengan menolak ibu (misalnya, bersandar padanya tapi saat bersamaan menendang dan mendorong jauh-jauh ibunya).

  3 Main & Solomon (1990) menambahkan satu jenis untuk kelekatan yang tidak aman, yaitu disorientasi atau disorganisasi. Anak yang mengalami kelekatan yang disorientasi dan disorganisasi terlihat tidak memiliki strategi yang jelas dalam merespon ibu mereka. Pada suatu waktu, mereka mungkin menolak saat berdekatan dengan ibu mereka, dan waktu selanjutnya mungkin mereka terlihat takut pada ibunya, atau sangat dingin saat ibu mendekati mereka.

  Untuk selanjutnya, yang akan dilihat dalam penelitian ini adalah jenis kelekatan yang aman. Dari penelitian yang dilakukan Belsky, Spritz, & Crnic (1996), ditemukan bahwa ibu yang peka dan selalu bersama anaknya dimana anaknya mengalami kelekatan yang aman dan nyaman lebih mampu memulai percakapan yang mengandung unsur emosional dan relasional dengan anak mereka. Laible & Thompson (2002) menyatakan bahwa; karena emosi berkaitan secara signifikan dengan kelekatan antara ibu dan anak, maka anak merefleksikan pesan yang mengandung emosi dan moral yang disampaikan oleh ibu mereka dalam percakapan antara ibu dan anak setiap hari.

  Penelitian yang dilakukan oleh Farrar, Fasig, & Welch-Ross (1997) menunjukkan bahwa ibu dari anak yang mengalami kelekatan yang aman lebih memunculkan emosi yang bermakna positif daripada memunculkan emosi yang bermakna negatif dalam interaksi ibu dan anak. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Matas, Arend, & Sroufe pada tahun 1978 (Santrock, 2000) menunjukkan bahwa anak yang merasakan kelekatan yang aman dengan ibunya sejak masa awal pada masa bayi tidak mengalami

  4 frustasi dan lebih bahagia pada usia dua tahun dibandingkan dengan anak yang tidak merasakan kelekatan yang aman.

  Berdasarkan penjelasan di atas, kenyamanan dan keamanan dalam kelekatan sangat dibutuhkan dan penting dialami oleh anak pada tahun pertama kehidupannya. Namun demikian, masih ada anak yang mengalami ketidaknyamanan dan ketidakamanan dalam kelekatannya dengan ibu.

  Dari hasil investigasi yang dilakukan oleh Egeland pada tahun 1989 (Santrock, 2000), diperoleh bahwa sejumlah anak yang mengalami kelekatan yang tidak aman kurang mampu berinteraksi dengan lingkungannya dan memiliki nilai yang kurang bagus pada kelas tiga dibandingkan dengan sejumlah anak yang mengalami kelekatan yang aman. Anak yang mengalami kelekatan yang tidak aman akan menghindari ibu karena mereka tidak percaya pada ibunya, anak juga takut pada orang asing, dan terganggu oleh hal-hal kecil seperti perpisahan sehari-hari, karena anak menganggap tidak ada figur yang dapat dijadikan landasan yang aman dan dipercaya untuk mengeksplorasi lingkungan.

  Kelekatan yang dialami oleh anak dipengaruhi oleh kemudahan dan keresponsifan pengasuh atau ibu dalam mengasuh anak, kemampuan anak untuk membuka hubungan dengan pengasuh atau ibu, serta keadaan keluarga dan lingkungan anak (Bowlby, 1977; Santrock, 2000). Dari beberapa faktor tersebut, peneliti akan lebih menyoroti faktor kemudahan dan keresponsifan pengasuh atau ibu dalam mengasuh anak. Hal ini dikarenakan ibu adalah figur yang paling dekat dan berhubungan langsung dengan anak pada masa awal

  5 kehidupannya. Selain itu, ibu dalam interaksinya dengan anak mendapatkan kesempatan lebih awal untuk menyampaikan emosi-emosi yang positif kepada anaknya (Farrar, Fasig, & Welch-Ross, 1997).

  Keamanan dan ketidakamanan kelekatan yang dialami oleh anak tergantung pada seberapa peka dan tanggap seorang ibu terhadap sinyal yang disampaikan anak. Anak yang merasakan kelekatan yang aman cenderung memiliki ibu yang peka, menerima, dan dapat mengekspresikan afeksi terhadap anak dibandingkan dengan anak yang tidak merasakan kelekatan yang aman (Pederson, dkk, 1989; Santrock, 2000). Kepekaan dan ketanggapan ibu pada sinyal yang disampaikan anak terkait juga dengan kuantitas kebersamaan antara ibu dan anak (Isabella, Belsky, & Von Eye, 1989; Kiser et al., 1986; Isabella & Belsky, 1991).

  Kuantitas kebersamaan ibu dan anak yaitu terkait dengan banyaknya waktu yang dihabiskan ibu bersama anaknya. Kuantitas kebersamaan ibu dan anak memiliki hubungan dengan kelekatan antara ibu dan anak (Isabella, Belsky, & Von Eye, 1989; Kiser et al., 1986; Isabella & Belsky, 1991).

  Selain kuantitas kebersamaan antara ibu dan anak, kepekaan dan ketanggapan ibu pada sinyal yang disampaikan oleh anak juga terkait dengan kualitas dari respon ibu terhadap kebutuhan-kebutuhan anak mereka yang berupa perhatian, bantuan, dan perlindungan bagi anak mereka (Ainsworth, 1989).

  Terkait dengan kuantitas kebersamaan ibu dan anak serta kualitas respon ibu maka dapat dilihat fenomena saat ini dimana banyak ibu yang memiliki

  6 kesibukan di luar rumah ataupun di dalam rumah, yang mana kesibukannya tersebut merupakan pekerjaan diluar pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga.

  Fenomena tersebut menimbulkan pertanyaan apakah ada perbedaan yang ditimbulkan oleh status pekerjaan ibu.

  Status pekerjaan ibu yang dimaksud adalah ibu yang bekerja di luar rumah, ibu yang bekerja di dalam rumah, dan ibu yang tidak bekerja (Surya, 2002). Status pekerjaan ibu ini akan memunculkan adanya perbedaan jumlah jam kerja dan jadwal kerja pada ibu-ibu. Jumlah jam kerja dan jadwal kerja yang berbeda pada ibu-ibu ini akan mempengaruhi waktu kebersamaan ibu dengan anaknya. Adanya perbedaan waktu kebersamaan antara ibu dan anak dapat memunculkan perbedaan tingkat kelekatan aman yang terbentuk pada anak. Hal ini disebabkan karena waktu kebersamaan antara ibu dan anak terkait dengan peluang ibu untuk mengasuh anaknya.

  Status pekerjaan ibu juga mengandung masalah konflik peran pada diri ibu. Hal ini dapat terjadi pada ibu yang bekerja baik di dalam maupun di luar rumah. Konflik peran ini muncul karena ibu-ibu pada kedua status pekerjaan tersebut memiliki peran ganda. Peran ganda yang dimaksud adalah peran sebagai ibu rumah tangga dan peran sebagai wanita yang bekerja. Menurut Shaevits (dalam Rinto, 2004), ibu yang berperan ganda mengakui bahwa secara operasional sulit untuk membagi waktu bagi urusan rumah tangga dan pekerjaannya. Selain itu menurut Ancok (dalam Gunanto, 1997; Rinto, 2004) akan terjadi fenomena kehilangan kontrol pribadi pada ibu karena terlalu sibuk oleh pekerjaannya. Devintha (2006) juga menyatakan bahwa kecemasan

  7 akan timbul pada ibu yang memiliki peran ganda di masyarakat. Hal ini diakibatkan karena baik lingkungan maupun dirinya sendiri menginginkannya untuk menjadi ibu sekaligus istri yang baik dimana dapat memenuhi semua kebutuhan. Di lain sisi, dia juga ingin agar pekerjaannya berjalan baik-baik saja. Apabila kedua hal tersebut tidak berjalan selaras, maka biasanya akan timbul kecemasan dan juga stres pada diri ibu.

  Konflik peran yang dialami ibu tersebut dapat membuat ibu sulit meraih sukses di bidang pekerjaan, keluarga, dan hubungan interpersonal sekaligus.

  Apalagi jika ibu berasal dari daerah Jawa dimana masih menganut konsep kebudayaan Jawa yang paternalistik, yaitu perempuan dianggap sebagai konco perempuan adalah seseorang yang ada dibelakang laki-laki,

  wingking;

  sehingga perempuan didudukkan dalam posisi subordinat di dalam struktur masyarakat, posisi yang lebih rendah daripada laki-laki (Kristiyanti, 2006).

  Selain itu, menurut Kusujiarti (dalam Kristiyanti, 2006), peran perempuan yang utama dalam masyarakat Jawa adalah berada di sekitar rumah tangga yaitu sebagai ibu dan istri. Maka dari itu, sebisa mungkin perempuan Jawa tidak tampil dalam sektor publik karena secara normatif istri tidak boleh melebihi suami. Perempuan Jawa memang diijinkan untuk terlibat dalam kegiatan ekonomi seperti berdagang, bertani atau bekerja dalam bidang- bidang yang lain, akan tetapi posisi perempuan seyogyanya tidak melebihi laki-laki.

  Kemudian, menurut Handayani dan Novianto (dalam Kristiyanti, 2006) jika wanita Jawa tampil di sektor publik sementara suami masih ada,

  8 masyarakat akan beranggapan bahwa isteri tersebut merendahkan suami bahkan mempermalukan suami. Pandangan masyarakat tersebut dapat menjadi stresor bagi perempuan Jawa dan dapat membuat perempuan Jawa yang memiliki peran ganda akan mengalami konflik peran pada dirinya sendiri. Hal ini juga akan ikut mempengaruhi kelekatan dirinya dengan anaknya.

  Bertolak dari berbagai uraian diatas, penulis ingin meneliti perbedaan tingkat kelekatan aman anak dilihat dari status pekerjaan ibu. Penelitian ini dilakukan karena adanya perbedaan pengalaman kelekatan yang dirasakan oleh setiap anak. Sebenarnya, penelitian serupa telah dilakukan oleh Kiser et

  al. pada tahun 1986 (Isabella, Belsky, & Von Eye, 1989; Isabella & Belsky,

  1991) di negara barat. Namun, penelitian tersebut dilatarbelakangi oleh budaya yang berbeda dengan budaya yang ada di Indonesia. Maka dari itu, penulis ingin melakukan penelitian yang serupa di daerah Jawa khususnya di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka pertanyaan yang ingin diajukan dalam penelitian ini adalah apakah ada perbedaan tingkat kelekatan aman anak dilihat dari status pekerjaan ibu di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya.

  9

  C. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya perbedaan tingkat kelekatan aman anak dilihat dari status pekerjaan ibu di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya.

  D. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis

  Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi bagi perkembangan ilmu psikologi terutama Psikologi Perkembangan Anak, dan Psikologi Klinis Anak, serta dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.

b. Manfaat Praktis

  1) Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan bagi pasangan suami istri yang akan memiliki anak dan pasangan suami istri yang sudah memiliki anak tentang pentingnya kelekatan aman antara ibu dan anak. Untuk memaparkan kepada pasangan suami istri tentang adanya perbedaan tingkat kelekatan aman anak dilihat dari status pekerjaan ibu.

  2) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pertimbangan bagi instansi-instansi yang memperkerjakan ibu-ibu agar instansi-instansi tersebut bersedia menyediakan waktu cuti yang cukup bagi ibu-ibu yang baru melahirkan anak mereka dan ibu yang memiliki anak batita (bawah tiga tahun).

  10 3) Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi dan bahan bacaan bagi yang membacanya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelekatan Aman

1. Pengertian Kelekatan

  Menurut Harlow & Zimmerman (1959), kelekatan adalah pertalian yang dipenuhi oleh kasih sayang dengan seseorang yang istimewa dalam hidup kita dimana mengarahkan kita untuk merasakan kegembiraan saat kita berhubungan dengan orang tersebut dan akan menjadi menyenangkan bila berada dekat dengannya pada waktu kita mengalami stres.

  Kelekatan (attachment) adalah suatu relasi antara anak dengan seorang atau lebih pengasuh yang muncul pada masa bayi dimana relasi tersebut menggambarkan ikatan di antara mereka. Kelekatan (attachment) adalah suatu ikatan emosional yang kuat antara bayi dan pengasuhnya atau ibu (Bowlby, 1969; Santrock, 2000).

  Kemudian, menurut Wenar dan Kerig (2000), kelekatan adalah kepedulian ibu atau pengasuh terhadap bayi dimana kepedulian tersebut mengandung unsur perasaan kasih sayang dan kepekaan terhadap kebutuhan bayi. Selain itu, kelekatan adalah suatu ikatan yang bersifat afeksional pada seseorang yang ditujukan pada orang-orang tertentu atau disebut figur lekat dan berlangsung terus menerus (Ainsworth, dalam Johnson & Medinnus, 1976; Pelawi, 2004).

  12 Dari beberapa batasan diatas dapat disimpulkan bahwa kelekatan adalah kasih sayang yang berlangsung terus menerus antara anak dengan ibu atau pengasuh dimana ikatan tersebut merupakan variabel yang berkembang sejak masa bayi dan dipengaruhi oleh kepedulian dan kepekaan ibu atau pengasuh pada kebutuhan bayi.

2. Fase-fase dalam Kelekatan

  Kelekatan berkembang dalam empat fase (Bowlby, 1969; Vasta, Haith & Miller, 1995), yaitu fase preattachment, fase “attachment-in-the-

  

making ”, fase “clear-cut” attachment, dan formation of a reciprocal

. relationship

  Pada fase preattachment (lahir sampai dengan enam minggu) sinyal yang selalu muncul pada bayi seperti menggenggam, tersenyum, menangis, dan menatap mata orang dewasa, dimana sinyal-sinyal tersebut membantu bayi yang baru lahir menjalin hubungan dengan orang lain.

  Salah satu dari respon orang dewasa akan mendorong bayi untuk tetap dekat pada orang dewasa tersebut, karena kedekatan menyenangkan bagi mereka. Bayi pada usia ini mengenal bau dan suara ibu mereka, serta mereka juga akan mengenal wajah ibu mereka. Pada fase ini bayi mulai terikat pada ibu mereka.

  Pada fase “attachment-in-the-making” (enam minggu sampai dengan 6-8 bulan), respon yang diberikan oleh bayi kepada pengasuh yang mereka kenal berbeda dibandingkan dengan respon yang diberikan oleh

  13 bayi kepada seseorang yang tidak dikenal. Misalnya, senyum bayi, tawa bayi, dan celoteh bayi lebih bebas disampaikan pada ibu mereka dan ketenangan lebih cepat muncul saat ibu mendekat ke arah mereka. Dalam interaksi bayi dengan orangtua dan pengalaman bebas dari distres, bayi mempelajari bahwa tindakan mereka mempengaruhi perilaku di sekeliling mereka. Bayi saat ini mulai mengembangkan rasa percaya, yaitu pengharapan bahwa pengasuh atau ibu akan merespon sinyal-sinyal yang disampaikan oleh bayi. Bayi juga tidak memprotes jika terpisah dari pengasuh atau ibu mereka.

  Pada fase “clear-cut” attachment (6-8 minggu sampai dengan 18 bulan-2 tahun), kelekatan pada pengasuh terlihat sebagai ikatan yang jelas.

  Bayi menunjukkan kecemasan terpisah, yaitu bayi menjadi terganggu saat orang dewasa yang ia percaya meninggalkannya. Kecemasan terpisah tidak selalu seperti kecemasan pada orang yang tidak dikenal, tapi juga tergantung pada temperamen bayi dan keadaan bayi. Bayi akan menangis dan berusaha mencari ibu saat mereka terpisah dari ibu. Kecemasan ini merupakan indikasi dari formasi kelekatan. Tapi pada banyak budaya, kecemasan ini berkurang saat bayi berusia antara enam sampai 15 bulan. Pada usia ini, bayi memahami dengan jelas bahwa pengasuh atau ibu walaupun jauh tetap memperhatikan lokasi tempat ia berada melalui pandangan sekilas secara periodik. Pada anak yang berusia di atas satu tahun, mereka mulai bisa memprotes kebiasaan orang tua mereka. Selain itu, mereka juga mencoba agar orang tua selalu hadir di samping mereka.

  14 Mereka menggunakan orang tua sebagai dasar yang aman untuk mengeksplorasi lingkungan.

  Pada formation of a reciprocal relationship (18 bulan sampai usia selanjutnya), saat anak mengakhiri tahun kedua kehidupannya, anak mengalami pertumbuhan yang cepat dalam memahami beberapa faktor yang mempengaruhi keberadaan dan ketidakberadaan orang tua mereka, mereka juga mampu memprediksi kapan orang tua mereka ada di dekat mereka. Protes yang mereka sampaikan terkait tentang keterpisahan dengan ibu mereka mengalami penurunan. Selain itu, anak mulai membicarakan kepada pengasuh atau ibu tentang kapan saatnya mereka meminta dan mempengaruhi pengasuh atau ibu mereka untuk mencapai tujuan mereka.

  Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kelekatan berkembang melalui empat fase yaitu fase preattachment, fase

  

“attachment-in-the-making ”, fase “clear-cut” attachment, dan formation

. of a reciprocal relationship

3. Jenis-jenis Kelekatan

  Dalam suatu kelekatan yang dibangun antara ibu dan anak dibutuhkan rasa aman dan nyaman. Keamanan dan kenyamanan dalam kelekatan membedakan kelekatan menjadi dua jenis kelekatan (Ainsworth, 1979; Main & Solomon, 1990).

  15 Dua jenis kelekatan menurut Ainsworth (dalam Main & Solomon,

  1990) antara lain :

  a. Kelekatan aman (secure attachment,) yaitu suatu kelekatan dimana anak menggunakan pengasuh, biasanya ibu sebagai suatu landasan yang aman untuk mengeksplorasi lingkungannya. Anak dapat bergerak lebih bebas walaupun jauh dari ibunya karena mereka percaya bahwa ibunya walaupun jauh tetap memperhatikan lokasi tempatnya berada melalui pandangan sekilas secara periodik. Selanjutnya, kelekatan aman terjadi apabila ibu peka terhadap kebutuhan anak serta memberikan perhatian dan kasih sayang yang tepat, hangat, dan konsisten kepada anak. Saat terpisah dengan pengasuh atau ibu mungkin anak tidak menangis, tapi jika mereka menangis ini dikarenakan orang tua tidak hadir dan menunjukkan bahwa mereka memilih pengasuh atau ibu dibandingkan perpisahan. Saat ibu mereka kembali, mereka secara aktif melakukan kontak dengan pengasuh atau ibu dan tangisan mereka akan segera berkurang. Jika mengalami distres, mereka lebih mudah merasa nyaman dengan ibu mereka dibandingkan dengan orang asing. Mereka terlihat memiliki tendensi yang sangat rendah untuk melawan saat kontak dengan ibu mereka.

  b. Kelekatan yang tidak aman (insecure attachment), yaitu kelekatan yang ditandai ketidakpekaan ibu terhadap kebutuhan dan sinyal yang disampaikan oleh anak. Selain itu, ibu memberikan perhatian dan kasih sayang yang kurang tepat dan tidak konsisten kepada anak.

  16 Kelekatan yang tidak aman ini dibagi menjadi tiga jenis yaitu :

  1) Kelekatan anak yang mudah cemas dan menghindar (anxious-

  avoidant ) dimana anak memperlihatkan ketidakamanan dengan

  menghindari ibu (misalnya, mengabaikan, menghindari tatapan, dan tidak berupaya mencari kedekatan dengan ibunya). Anak tidak merespon kehadiran ibu, dan saat ibu pergi mereka selalu tidak berada pada situasi distres. Beberapa anak bahkan terlihat memilih orang asing dan menjadi lebih nyaman dengan orang asing saat mereka mengalami distres. Anak dengan kelekatan yang cemas dan menghindar ini memiliki ibu yang tidak responsif terhadap sinyal-sinyal yang disampaikan anak dan mengontrol perilaku anak. 2) Kelekatan anak mudah cemas dan menolak (anxious-resistant) dimana memperlihatkan ketidakamanan dengan menolak ibu

  (misalnya, bersandar padanya tapi saat bersamaan menendang dan mendorong jauh-jauh ibunya). Saat ibu mereka pergi, mereka selalu berada pada situasi distres dan saat ibu mereka kembali, mereka memadukan kelekatan pada ibu dengan perasaan marah serta perilaku melawan. Setelah itu, mereka melanjutkan untuk menangis dan melekat setelah digendong oleh ibu namun tetap saja mereka tidak mudah untuk merasa nyaman. Anak tidak menunjukkan pilihan kepada orang asing, namun tetap terlihat marah kepada ibu mereka maupun orang asing. Anak dengan

  17 kelekatan yang mudah cemas dan menolak memiliki ibu yang tidak responsif terhadap sinyal-sinyal yang disampaikan oleh anak.

  3) Kelekatan yang disorientasi atau disorganisasi (disorientation-

  disorganization) dimana merupakan bentuk refleks dari