Perbedaan tingkat kepercayaan diri pada remaja putri dilihat dari pemakaian kosmetika wajah.

(1)

xi

ABSTRAK

PERBEDAAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI PADA REMAJA PUTRI DILIHAT DARI PEMAKAIAN KOSMETIKA WAJAH

Woro Andani Pramuningtyas

Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat kepercayaan diri pada remaja putri dilihat dari pemakaian kosmetika wajah (jumlah jenis kosmetika wajah yang digunakan). Hipotesis yang diajukan adalah ada perbedaan yang signifikan pada tingkat kepercayaan diri remaja putri dilihat dari pemakaian kosmetika wajah.

Jenis penelitian ini termasuk penelitian komparatif. Subjek penelitian adalah siswi-siswi SMU Stella Duce 2 Yogyakarta sebanyak 107 siswi yang berada dalam rentang usia 15-18 tahun. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah angket dan skala. Angket digunakan untuk mengukur pemakaian kosmetika wajah dan skala digunakan untuk mengukur kepercayaan diri. Dari 60 skala kepercayaan diri diperoleh reliabilitas Alpha sebesar 0,910. Data penelitian dianalisis dengan Analisis Varian 1 Jalur dari program SPSS for windows versi 13.00.

Hasil analisis varian 1 jalur menunjukkan nilai signifikansi 0,774 (p > 0,05). Mean subjek yang menggunakan kosmetika wajah sedikit adalah 73,30, mean subjek yang menggunakan kosmetika wajah sedang adalah 72,96, dan mean subjek yang menggunakan kosmetika wajah banyak adalah 71,65. Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada tingkat kepercayaan diri remaja putri dilihat dari pemakaian kosmetika wajah. Secara umum siswi yang menggunakan kosmetika wajah sedikit, sedang, dan banyak memiliki kepercayaan diri dalam kategori sedang.


(2)

xii

ABSTRACT

THE DIFFERENCE OF SELF CONFIDENCE LEVEL IN FEMALE ADOLESCENCE SEEN FROM THE USAGE OF FACE COSMETIC

Woro Andani Pramuningtyas

Faculty of Psychology Sanata Dharma University

Yogyakarta

This research was aimed to find the difference of self confidence level in female adolescence seen from the usage of face cosmetic (the sum of the kind of face cosmetic used). The purposed hypothesis was there is a significance difference of self confidence level in female adolescence seen from the usage of face cosmetic.

The research type was a comparative study. The subject of this research are students of Stella Duce 2 Senior High School Yogyakarta. There are 107 students which range of age between 15-18 years old. The method which is used to collect data in this research are questionnaire and scale. The questionnaire measure the usage of face cosmetic and the scale measure the self confidence. The Alpha reliability was 0,910, it is obtained from 60 items of self confidence scale. The research data was analyzed by One Way Anova from SPSS program for windows 13.00 version.

The result from One Way Anova showed the significance 0,774 (p > 0,05). Mean of the subject that use few of face cosmetic is 73,30, mean of the subject that use moderate of face cosmetic is 72,96, and mean of the subject that use many of face cosmetic is 71,65. Based on this result of data analysis, it can be concluded that there was no a significance differences of self confidence level in female adolescence seen from the usage of face cosmetic. In general the students that use few, moderate, and many of face cosmetic have moderate level of self confidence.


(3)

i

PERBEDAAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI PADA REMAJA

PUTRI DILIHAT DARI PEMAKAIAN KOSMETIKA

WAJAH

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh : Woro Andani Pramuningtyas

NIM : 019114007

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(4)

(5)

(6)

iv

! "

! "

! "

! "

#

#

#

#

$

$

$

$

%

%

%

%

&

&

&

&

$

'

$

'

$

'

$

'

(

#

%

)

(

#

%

)

(

#

%

)

(

#

%

)

*

*

*

*

+

+

+

+

,

$

,

$

,

$

,

$

-

- #

-

-

#

#

#

$

$

$

$

# .

# .

# .

# .

,

,

,

,


(7)

v

!"

#

" #

$

% &

'( (!"

)

"

)

"

"


(8)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Hubungan Pemakaian Kosmetika Wajah Dengan Kepercayaan Diri Pada Remaja Putri Di SMU Stella Duce 2 Yogyakarta. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.

Penulis menyadari adanya berbagai permasalahan dan kendala yang muncul saat melaksanakan dan menyusun penelitian ini. Proses penulisan ini dari awal sampai akhir sangat banyak melibatkan kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian.

2. Ibu Sylvia CMYM., S.Psi., M.Si. selaku Ketua Program Studi (Kaprodi) dan juga dosen pembimbing akademik penulis.

3. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah dengan sabar memberikan arahan, bimbingan, dan juga motivasi selama proses penelitian dan penulisan skripsi ini.

4. Ibu Kristiana Dewayani, S.Psi., M.Si. selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan saran dan kritik.


(9)

vii

5. Ibu P. Henrietta PDASD., S.Psi. selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan saran dan kritik.

6. Bapak C. Siswa Widyatmoko, S.Psi. yang telah memberikan saran selama proses penelitian ini dan pernah menjadi pembimbing akademik penulis sebelumnya.

7. Bapak Agung Santoso, S.Psi. yang telah memberikan saran selama proses penelitian dan penulisan skripsi ini.

8. Semua dosen di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma atas segala bimbingan dan bantuannya selama ini.

9. Seluruh staff Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Mas Gandung, Mas Muji, Mas Doni, Mbak Nanik, Pak Gik, terima kasih atas keramahan dan kesabarannya dalam memberikan informasi, fasilitas, dan bantuannya selama kuliah.

10.Bapak Sutrisno dan Ibu Susi selaku guru SMU Stella Duce 2 Yogyakarta yang telah memfasilitasi penulis untuk melakukan penelitian.

11.Mama dan Papa, terimakasih untuk doa, semangat, dan nasehat-nasehatnya. Terimakasih sudah selalu mengingatkan aku hampir setiap hari untuk mengerjakan skripsi…I love you so much…

12.Teman-teman “Lonchie”, Ita & Cintul (thanks ya udah banyak bantuin

aku, kasih banyak masukan and nemenin aku nglembur…), Mira, Ani,

Ul-ul, Yayack (ayo semangat…cepetan selesein skripsinya…), Vera (akhirnya

aku bisa nyusul kamu ve…). Terimakasih kalian sudah menemani aku ke


(10)

viii

kalian sudah kasih aku semangat untuk mengerjakan skripsi…Thanks ya kakak-kakakku sayang…

13.Teman-teman kos “Delima Raya”, Aix, Mbak Biru, Yani (thanks udah

bantuin and nemenin aku…), Lili, Mbak Missy, Echa, Lina, Endah, Rara.

Kalian semua yang selalu buat aku tertawa dan betah tinggal di kos. Yang selalu dukung aku kalau aku ribut sama tante dan om kos hehe… Terimakasih juga sudah kasih aku semangat untuk mengerjakan skripsi. 14.Teman-teman kampus, Icha (thanks ya jeng udah diingetin and

disemangatin terus…), Ari (thanks ya udah diajarin hehe…), Yosie

(thanks ya udah kasih banyak masukan, saran, dan kritik soal skripsi…),

Sony (thanks ya ndut buat perhatian dan doanya…thanks juga udah

pinjemin komputer..), Broto, Adrie, Eli, Maria, James, Sapti, Dewi.

Terimakasih untuk saran-sarannya.

15.Teman-teman baikku, Pupung (gendut…thanks ya udah kasih aku

semangat and perhatian…), Ary (thanks buat supportnya and udah doain

aku…), Bayu, Dewi, Shasa, Itay, Nenggolan, Bedjo, Neny dan Dony… Terimakasih sudah jadi temen baikku selama ini, jadi tempat curhat, temenin aku jalan… Thanks ya…

16.Tante dan Omku di Cilacap (Tiiwin…Om Giri…thanks ya buat selalu

ingetin aku, “kapan lulusnya?”). Ageng dan Saras (Gendut…thanks ya


(11)

ix

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih belum sempurna, sehingga kritik dan saran akan penulis terima dengan hati terbuka. Akhir kata, semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, Mei 2007 Penulis


(12)

x

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat hasil karya orang lain, kecuali telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, Mei 2007 Penulis


(13)

xi ABSTRAK

PERBEDAAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI PADA REMAJA PUTRI DILIHAT DARI PEMAKAIAN KOSMETIKA WAJAH

Woro Andani Pramuningtyas

Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat kepercayaan diri pada remaja putri dilihat dari pemakaian kosmetika wajah (jumlah jenis kosmetika wajah yang digunakan). Hipotesis yang diajukan adalah ada perbedaan yang signifikan pada tingkat kepercayaan diri remaja putri dilihat dari pemakaian kosmetika wajah.

Jenis penelitian ini termasuk penelitian komparatif. Subjek penelitian adalah siswi-siswi SMU Stella Duce 2 Yogyakarta sebanyak 107 siswi yang berada dalam rentang usia 15-18 tahun. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah angket dan skala. Angket digunakan untuk mengukur pemakaian kosmetika wajah dan skala digunakan untuk mengukur kepercayaan diri. Dari 60 skala kepercayaan diri diperoleh reliabilitas Alpha sebesar 0,910. Data penelitian dianalisis dengan Analisis Varian 1 Jalur dari program SPSS for windows versi 13.00.

Hasil analisis varian 1 jalur menunjukkan nilai signifikansi 0,774 (p > 0,05). Mean subjek yang menggunakan kosmetika wajah sedikit adalah 73,30, mean subjek yang menggunakan kosmetika wajah sedang adalah 72,96, dan mean subjek yang menggunakan kosmetika wajah banyak adalah 71,65. Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada tingkat kepercayaan diri remaja putri dilihat dari pemakaian kosmetika wajah. Secara umum siswi yang menggunakan kosmetika wajah sedikit, sedang, dan banyak memiliki kepercayaan diri dalam kategori sedang.


(14)

xii ABSTRACT

THE DIFFERENCE OF SELF CONFIDENCE LEVEL IN FEMALE ADOLESCENCE SEEN FROM THE USAGE OF FACE COSMETIC

Woro Andani Pramuningtyas

Faculty of Psychology Sanata Dharma University

Yogyakarta

This research was aimed to find the difference of self confidence level in female adolescence seen from the usage of face cosmetic (the sum of the kind of face cosmetic used). The purposed hypothesis was there is a significance difference of self confidence level in female adolescence seen from the usage of face cosmetic.

The research type was a comparative study. The subject of this research are students of Stella Duce 2 Senior High School Yogyakarta. There are 107 students which range of age between 15-18 years old. The method which is used to collect data in this research are questionnaire and scale. The questionnaire measure the usage of face cosmetic and the scale measure the self confidence. The Alpha reliability was 0,910, it is obtained from 60 items of self confidence scale. The research data was analyzed by One Way Anova from SPSS program for windows 13.00 version.

The result from One Way Anova showed the significance 0,774 (p > 0,05). Mean of the subject that use few of face cosmetic is 73,30, mean of the subject that use moderate of face cosmetic is 72,96, and mean of the subject that use many of face cosmetic is 71,65. Based on this result of data analysis, it can be concluded that there was no a significance differences of self confidence level in female adolescence seen from the usage of face cosmetic. In general the students that use few, moderate, and many of face cosmetic have moderate level of self confidence.


(15)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

KATA PENGANTAR ... vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... x

ABSTRAK ... xi

ABSTRACT ... xii

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Remaja ... 6

1. Pengertian Remaja ... 6


(16)

xiv

3. Remaja Putri ... 10

B. Pemakaian Kosmetika Wajah ... 11

1. Kosmetika ... 11

a. Pengertian Kosmetika ... 11

b. Penggolongan Kosmetika ... 13

c. Manfaat Kosmetika ... 15

2. Kosmetika Wajah ... 16

a. Pengertian Kosmetika Wajah ... 16

b. Jenis-jenis Kosmetika Wajah ... 17

C. Kepercayaan Diri ... 19

1. Pengertian Kepercayaan Diri ... 19

2. Ciri-ciri Orang Yang Percaya Diri ... 21

3. Aspek-aspek Kepercayaan Diri ... 24

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri ... 25

5. Kepercayaan Diri Remaja ... 26

D. Perbedaan Tingkat Kepercayaan Diri Pada Remaja Putri Dilihat Dari Pemakaian Kosmetika Wajah ... 28

E. Hipotesis ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 31

A. Jenis Penelitian ... 31

B. Variabel Penelitian ... 31

C. Definisi Operasional ... 31


(17)

xv

E. Prosedur Penelitian ... 34

F. Metode Pengumpulan Data ... 35

G. Uji Coba Penelitian ... 39

1. Pelaksanaan Uji Coba ... 39

2. Hasil Uji Coba ... 39

H. Metode Analisis Data ... 45

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46

A. Pelaksanaan Penelitian ... 46

B. Hasil Penelitian ... 46

C. Deskripsi Data Penelitian ... 47

D. Uji Asumsi Data Penelitian ... 54

1. Uji Normalitas ... 54

2. Uji Homogenitas ... 54

3. Uji Hipotesis ... 55

E. Pembahasan ... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 60

A. Kesimpulan ... 60

B. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 61


(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Blue Print Skala Kepercayaan Diri ... 37

Tabel 2. Penyebaran Item Skala Kepercayaan Diri Sebelum Uji Coba... 40

Tabel 3. Penyebaran Item Skala Kepercayaan Diri Setelah Uji Coba (Nomor Item Yang Gugur)... 42

Tabel 4. Penyebaran Item Skala Kepercayaan Diri Untuk Penelitian ... 44

Tabel 5. Penyebaran Item Skala Kepercayaan Diri Setelah Penelitian... 47

Tabel 6. Kategorisasi Pemakaian Kosmetika Wajah (Jumlah Jenis Kosmetika Wajah Yang Digunakan)... 49

Tabel 7. Kategorisasi Kepercayaan Diri ... 50

Tabel 8. Distribusi Subjek Penelitian... 51

Tabel 9. Data Kepercayaan Diri Subjek Dilihat Dari Pemakaian Kosmetika Wajah... 52

Tabel 10.Tabel Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov ...54

Tabel 11.Tabel Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Levene Test ...55


(19)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Angket dan Skala Uji Coba ... 65

Lampiran B. Hasil Uji Coba Skala... 67

Lampiran C. Reliabilitas Skala (Uji Coba) ... 78

Lampiran D. Angket dan Skala Setelah Uji Coba (Penelitian)... 83

Lampiran E. Hasil Penelitian Skala ... 85

Lampiran F. Reliabilitas Skala (Penelitian) ... 98

Lampiran G. Hasil Penelitian Skala (Setelah Diuji Reliabilitas) ... 102

Lampiran H. Skor Total ... 112

Lampiran I. Uji Normalitas, Uji Homogenitas, Uji Hipotesis ... 119


(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Remaja merupakan individu yang sedang mengalami masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa, di mana pada masa ini remaja juga mengalami banyak perubahan fisik dan juga akan dimulainya proses perkembangan psikis. Perubahan-perubahan yang terjadi akan mempengaruhi kepercayaan diri remaja. Pada masa ini remaja akan selalu berusaha untuk diterima dengan baik oleh kelompok sosialnya, oleh karena itu remaja membutuhkan kepercayaan diri di dalam pergaulannya (Gunarsa, 1987).

Kepercayaan diri merupakan sikap dimana individu merasa yakin akan kemampuannya, menimbulkan rasa aman dalam dirinya, tidak tergantung pada orang lain, dan tau apa yang dibutuhkan. Orang yang memiliki rasa percaya diri biasanya percaya dengan kemampuan yang dimiliki, sehingga selalu dapat menghadapi situasi dengan semestinya (Kumara, 1988).

Rasa percaya diri seseorang tidak datang dengan sendirinya, salah satunya didukung oleh penampilan (Iswara, 2004). Penampilan diri merupakan sesuatu yang dirasa penting bagi remaja. Perubahan fisik yang dialami oleh remaja membuat remaja mulai memperhatikan penampilan fisik mereka. Selain itu kesadaran bahwa penampilan akan berpengaruh


(21)

2

besar terhadap penerimaan mereka di dalam kelompok sebayanya juga akan memperkuat perhatian remaja terhadap penampilan fisiknya. Mereka yang menarik biasanya akan diperlakukan lebih baik daripada mereka yang kurang menarik. Bila remaja merasa dirinya tidak semenarik yang diharapkan, maka mereka akan mencari jalan untuk memperbaiki penampilan (Hurlock, 1997).

Penampilan fisik yang kurang menarik menyebabkan remaja menjadi merasa tidak puas dengan dirinya. Pada kenyataannya, hanya sedikit remaja yang puas dengan penampilan mereka dan banyak yang memikirkan suatu cara yang dapat memperbaiki penampilan mereka. Rasa tidak puas inilah yang menjadi salah satu sebab timbulnya krisis percaya diri pada mereka (Hurlock, 1997).

Masa remaja merupakan masa di mana individu memiliki keinginan besar untuk mencoba hal-hal baru yang belum diketahuinya. Berdandan merupakan suatu hal baru bagi remaja, dengan berdandan mereka dapat memperbaiki penampilan mereka yang kurang. Zulkifli (1986) mengatakan bahwa remaja mulai suka berdandan dan berhias untuk menarik lawan jenis.

Cross dan Cross (dalam Hurlock, 1997) mengungkapkan alasan mengapa remaja putri lebih tertarik terhadap penampilan dan daya tarik fisik daripada remaja putra. Hal tersebut disebabkan karena mereka berpendapat bahwa dukungan sosial, popularitas, karir dan pemilihan


(22)

3

teman hidup sangat dipengaruhi oleh daya tarik fisik yang dimiliki oleh seseorang.

Berdasarkan fenomena yang ada saat ini, remaja putri ketika berada di tempat-tempat umum sudah mulai berdandan dengan menggunakan kosmetika wajah. Hal ini didukung dengan Gunarsa (1981) yang mengatakan bahwa remaja putri mulai menyukai bersolek menurut mode dan kosmetik baru. Remaja putri yang selalu ingin memperbaiki penampilan, hal itu disebabkan supaya mereka lebih percaya diri dan terlihat lebih menarik, misalnya dengan cara menggunakan kosmetika wajah (Iswara, 2004). Hal ini didukung dengan pendapat Kesler (1984) yang mengatakan bahwa alat-alat kosmetika dipergunakan untuk memperbaiki penampilan dengan tujuan untuk meningkatkan harga diri dan kepercayaan diri. Penampilan menarik yang dimiliki oleh seorang remaja membuat remaja akan lebih mudah diterima oleh teman-temannya dan diperlakukan lebih baik.

Beberapa orang remaja putri yang berhasil diwawancarai mendukung hal ini. Mereka juga mengatakan bahwa mereka sangat membutuhkan produk-produk kosmetika untuk menunjang kepercayaan diri mereka, salah satunya adalah kosmetika wajah. Jenis kosmetika wajah yang mereka gunakan antara lain pelembab, bedak, eyeshadow, blush on, lipstik, dan lain-lain.

Dewasa ini dapat kita lihat bahwa remaja putri menggunakan kosmetika wajah tidak hanya satu jenis saja (ketika mereka berada di mal /


(23)

4

pusat-pusat perbelanjaan). Penggunaan berbagai jenis kosmetika wajah merupakan salah satu cara bagi remaja putri untuk membentuk serta memelihara penampilan diri supaya dapat terlihat lebih baik dan menarik. Kosmetika wajah (make-up) memiliki kekuatan merubah penampilan wajah, menciptakan suatu citra, sekaligus menaikkan rasa percaya diri, membuat pemakai senang dengan diri sendiri. Manfaat make-up dari segi

moral dan psikologis pemakainya jelas sekali (http://www.shahnaz-husain.com).

Dari uraian di atas, penelitian ini ingin mengetahui apakah ada perbedaan tingkat kepercayaan diri pada remaja putri dilihat dari pemakaian kosmetika wajah. Pemakaian kosmetika wajah dalam penelitian ini dilihat dari jumlah jenis kosmetika wajah yang digunakan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, penulis ingin mengetahui apakah ada perbedaan tingkat kepercayaan diri pada remaja putri dilihat dari pemakaian kosmetika wajah.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat adanya perbedaan tingkat kepercayaan diri pada remaja putri dilihat dari pemakaian kosmetika wajah.


(24)

5 D. Manfaat Penelitian

• Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini untuk menambah kajian teoretis Psikologi khususnya di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta mengenai kepercayaan diri remaja yang dilihat dari pemakaian kosmetika wajah.

• Manfaat Praktis

Dapat memberikan pemahaman dan informasi bagi remaja mengenai kepercayaan diri dilihat dari pemakaian kosmetika wajah.


(25)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja

1. Pengertian Remaja

Remaja atau adolescence berasal dari kata Latin adolescere

yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Masa remaja dibagi menjadi dua bagian, yaitu remaja awal dan remaja akhir. Batas usia remaja awal yaitu 13 tahun sampai 16 atau 17 tahun, dan batas usia remaja akhir yaitu 16 atau 17 tahun sampai 18 tahun (Hurlock, 1997). Gunarsa (1981), mengatakan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Remaja merupakan individu yang berusia antara 12-22 tahun.

Masa remaja mempunyai tempat yang tidak jelas dalam rangkaian proses perkembangan seseorang. Remaja tidak termasuk golongan anak, tetapi tidak termasuk golongan orang dewasa atau tua. Remaja ada di antara anak dan orang dewasa. Secara global usia remaja berlangsung antara 21 tahun dengan pembagian sebagai berikut, 12-15 tahun merupakan masa remaja awal, 12-15-18 tahun merupakan masa remaja pertengahan, 18-21 tahun merupakan masa remaja akhir (Monks, 2002).

Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan hanya dalam artian psikologis, tapi juga dalam artian fisik.


(26)

7

Bahkan perubahan-perubahan fisik yang terjadi itulah yang merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja, sedangkan perubahan psikologis muncul antara lain sebagai akibat dari perubahan-perubahan fisik itu. Batasan usia remaja Indonesia adalah 11-24 tahun dan belum menikah (Sarwono, 1989).

WHO (1974) mendefinisikan remaja adalah suatu masa di mana individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual ; individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa ; terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri (Sarwono, 1989).

E.H.Erikson (Gunarsa, 1981) mengemukakan bahwa adolesensia merupakan masa dimana terbentuk suatu perasaan baru mengenai identitas. Identitas mencakup cara hidup pribadi yang dialami sendiri dan sulit dikenal oleh orang lain. Secara hakiki ia tetap sama walaupun telah mengalami berbagai macam perubahan.

Remaja (adolescence) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional. Dalam kebanyakan budaya, remaja dimulai kira-kira usia 10-13 tahun dan berakhir antara usia 18 dan 22 tahun (Santrock, 2003).


(27)

8

Masa remaja merupakan masa di mana seorang remaja mengalami periode transisi yang membuat remaja akan selalu berusaha untuk dapat diterima dengan baik oleh kelompok sosialnya. Mereka mengupayakan berbagai cara yang diarahkan pada konformitas kelompoknya, salah satunya dengan mengupayakan penampilannya sama dengan harapan-harapan sesama remaja. Hal ini disebabkan karena kebutuhan untuk dapat diterima oleh kelompok sebaya merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi remaja (Mappiare, 1983).

Pada umumnya masa remaja ditandai dengan perubahan-perubahan fisik yang mendahului kematangan seksual. Perubahan fisik biasanya juga diikuti proses perkembangan psikis pada remaja, dimana terlihat perubahan-perubahan kepribadian yang terwujud dalam cara hidupnya untuk menyesuaikan diri dalam masyarakat (Gunarsa, 1981).

Hurlock (1997) mengungkapkan bahwa masa remaja merupakan masa mendekati usia kematangan yang sah, dimana remaja mulai meninggalkan sifat-sifat anak usia belasan tahun dan mulai memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Remaja meniru tingkah laku orang dewasa dengan memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa, antara lain berpakaian dan berpenampilan seperti orang dewasa, berdandan, merokok, minum-minuman keras, dan lain-lain.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa remaja merupakan individu yang sedang mengalami peralihan dari anak-anak ke


(28)

9

dewasa yang ditandai dengan terjadinya perubahan fisik dan perubahan / perkembangan psikologis, yang mana perubahan tersebut mempengaruhi cara hidupnya dalam kelompok atau masyarakat.

2. Ciri-ciri Remaja

Ciri-ciri remaja pada umumnya adalah :

• Terjadi perkembangan fisik dan psikis yang mencolok

Secara umum, masa remaja ditandai dengan adanya perubahan fisik yang diikuti pula dengan perubahan psikis (kepribadiannya). • Terjadi perkembangan seksual

Tanda-tanda perkembangan seksual pada remaja putra diantaranya yaitu mengalami mimpi basah, sedangkan pada remaja putri yaitu mengalami menstruasi (datang bulan).

• Penuh emosi (labil)

Masa remaja berada pada masa transisi, pada masa ini remaja sering mengalami ketegangan secara emosi. Hal itu dapat disebabkan antara lain oleh banyaknya tuntutan yang mengharuskan remaja untuk bisa menyesuaikan diri baik terhadap lawan jenis maupun terhadap lingkungan sekitar.

• Pertentangan

Pada umumnya terjadi perselisihan dan pertentangan pendapat dan pandangan antara remaja dan orangtua. Karenanya timbul keinginan untuk melepaskan diri dari orangtua.


(29)

10 • Mengikatkan diri pada kelompok

Remaja memiliki kebutuhan untuk berhubungan sosial atau bersosialisasi dengan orang lain (teman sebaya). Untuk mendapatkan pengalaman dalam hubungan sosialnya, remaja cenderung berorientasi pada kehidupan kelompok.

• Memiliki rasa ingin tahu yang besar

Remaja memiliki rasa ingin tahu yang besar, sehingga remaja selalu ingin mencoba hal-hal baru.

• Mengkhayal dan berfantasi

Melalui khayalan dan fantasi yang positif dan konstruktif, banyak hal dan ide baru yang dapat diciptakan oleh remaja.

3. Remaja Putri

Remaja putri dan putra sama-sama mengalami perkembangan fisik dan psikologis. Akan tetapi remaja putri mengalami perkembangan fisik lebih cepat dari remaja putra, remaja putri akan mulai perkembangan fisik kurang lebih 2 tahun lebih dulu (Gunarsa, 1981).

Remaja juga mengalami perkembangan psikoseksuil. Tanda-tanda pertama kematangan seksuil pada remaja putri yakni pembesaran payudara, pertumbuhan rambut di daerah kemaluan bagian luar dan ketiak. Remaja putri mengalami menarche / kedatangan haid, hal itu tidak hanya merupakan peristiwa fisiologis tetapi tanda


(30)

11

menginjak kedewasaan dan menjadi seorang wanita dengan sifat dan tanda-tanda kewanitaannya (Gunarsa, 1981).

Gross dalam Santrock (2003) mengungkapkan bahwa remaja putri seringkali memiliki rasa tidak puas dengan keadaan tubuhnya dibandingkan dengan remaja putra. Remaja putri memiliki sifat-sifat diantaranya, pasif dan menerima, cenderung untuk menerima perlindungan, mengagumi pribadi pujaannya, minat tertuju pada hal-hal yang bersifat emosionil konkrit, berusaha mengikut dan menyenangkan orang lain (Soerjabrata, 1969).

B. Pemakaian Kosmetika Wajah 1. Kosmetika

a. Pengertian Kosmetika

Kosmetika berasal dari kata kosmein (bahasa Yunani) yang berarti berhias atau menghiasi. Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahan-bahan alami yang terdapat disekitarnya. Namun sekarang kosmetika dibuat manusia tidak hanya dari bahan alami, tetapi juga bahan buatan untuk maksud meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997).

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 22/Menkes/Per/X/76 tanggal 6 September 1976 (dalam Wasitaatmadja, 1997) menyatakan bahwa kosmetika adalah bahan atau campuran bahan untuk digosokkan, dilekatkan, dituangkan, dipercikkan, atau disemprotkan


(31)

12

pada , dimasukkan ke dalam, dipergunakan pada badan atau bagian badan manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau mengubah rupa, dan tidak termasuk golongan obat.

Menurut Benton (1986) mengatakan bahwa kosmetika sebagai tambahan yang terutama untuk meningkatkan daya tarik orang yang memakainya. Jadi kosmetika merupakan alat perlengkapan tertentu untuk menjadikan seseorang bertambah cantik dan menarik.

Kosmetika merupakan sekumpulan zat kimia atau obat yang dipergunakan untuk memelihara kecantikan tubuh secara keseluruhan dan juga untuk tujuan estetik (Ensiklopedia Nasional Indonesia dalam Handayani 2004). Kosmetika adalah zat dan benda yang diterapkan pada badan untuk membersihkan, mempercantik diri, meningkatkan daya tarik, atau mengubah penampilan. Kosmetika dapat dipercikkan, dioleskan, disemprotkan, dituang ke dalam air mandi, dan lain-lain (Warta Konsumen, Juli 1980).

Kosmetika berarti bahan atau zat yang digunakan pada tempat yang berhubungan dengan bagian luar dari tubuh manusia, kulit luar, system rambut, kuku, bibir dan organ kelamin luar atau gigi yang semata-mata dapat dilihat untuk membersihkannya, mewangikannya, merubah pemunculannya dan atau menghilangkan bau badan dan atau

melindunginya atau menjaganya dalam kondisi baik (Elsner-Maibach, 2000).


(32)

13

Tujuan pemakaian kosmetika pada awalnya adalah tujuan dekoratif (riasan). Manusia merias diri agar terlihat lebih cantik dari aslinya dengan memulas serta menutupi kekurangan-kekurangan yang ada pada tubuhnya. Dengan cara itu maka manusia menampakkan diri lebih baik dan kepercayaan diripun tumbuh (Warta Konsumen, Juli 1980).

Kosmetik menurut ”hirarki kebutuhan Maslow” termasuk pada hirarki ketiga, yaitu hirarki kebutuhan sosial, pengakuan, dan penerimaan. Pada tingkat ini kebutuhan untuk keamanan emosi dan rasa diterima lingkungan begitu kuat sehingga konsumen menggunakan kosmetik dengan tujuan untuk mengesankan orang lain, memikat lawan jenis, dan memperbaiki penampilan (Ninuk, 1998).

b. Penggolongan Kosmetika

Brauer EW dan Principles of Cosmetics for The

Dermatologist (1982) membuat klasifikasi sebagai berikut :

1. Toiletries

Terdiri dari : sabun, shampoo, pengkilap rambut, kondisioner rambut, pewarna, pengeriting, pelurus rambut, deodoran,

antiperspirant dan tabir surya.

2. Skin care

Terdiri dari : pencukur, pembersih, astringen, toner, pelembab, masker, cream malam, dan bahan untuk mandi.


(33)

14

3. Make up

Make up wajah terdiri dari : foundation, powder, eye make up, lipstik, rouges (blush on).

4. Fragrance

Terdiri dari : perfumes, colognes, toilet waters, body silk, bath powders, after shave agents.

Sedangkan Sub Bagian Kosmetika Medik Bagian / SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI / RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta, membagi kosmetika atas :

• Kosmetika pemeliharaan dan perawatan, yang terdiri atas : - kosmetika pembersih (cleansing)

- kosmetika pelembab (moisturizing) - kosmetika pelindung (protecting) - kosmetika penipis (thinning)

• Kosmetika rias / dekoratif, yang terdiri atas : - kosmetika rias kulit terutama wajah - kosmetika rias rambut

- kosmetika rias kuku - kosmetika rias bibir - kosmetika rias mata

• Kosmetika pewangi / parfum, yang terdiri atas : - deodoran dan antiperspiran


(34)

15

- after shave lotion

- parfum dan eau de toilette

c. Manfaat Kosmetika

Dasar dari kecantikan adalah kesehatan. Kulit yang sehat adalah bagian yang langsung dapat kita lihat, karena kulit merupakan organ tubuh yang berada paling luar dan berfungsi sebagai pembungkus tubuh. Dengan demikian pemakaian kosmetika yang tepat akan bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Berikut ini terdapat beberapa manfaat dari kosmetika : 1. Pemeliharaan dan perawatan kulit

Pemeliharaan merupakan usaha pencegahan terhadap timbulnya kelainan-kelainan, sedangkan perawatan merupakan usaha mempertahankan keadaan yang sekarang baik agar tidak berubah menjadi buruk. Pemeliharaan dan perawatan ini terdiri atas pembersih, pelembab, pelindung, dan penipisan.

2. Rias atau dekoratif

Kosmetika rias bermanfaat untuk memperbaiki penampilan seseorang agar terlihat lebih baik.

3. Wangi-wangian (parfum)

Parfum diperlukan untuk menambah penampilan dan menutupi bau badan yang kurang sedap untuk orang lain.


(35)

16 4. Kosmetik medik

Untuk menambah kegunaan dari kosmetika, maka dibuatlah berbagai kosmetik yang mengandung zat yang dapat bekerja lebih kuat dan biasa digunakan sebagai obat, misalnya sulfur, merkuri, hormon, dll.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kosmetika merupakan suatu bahan yang dipergunakan pada tubuh bagian luar dengan cara dioleskan, dipercikkan, digosokkan, disemprotkan dengan tujuan untuk memelihara kecantikan tubuh, mengubah penampilan, serta menutupi kekurangan-kekurangan yang ada pada tubuh, sehingga seseorang akan tampak lebih baik dan kepercayaan diripun tumbuh.

2. Kosmetika Wajah

a. Pengertian Kosmetika Wajah

Kosmetika wajah (dekoratif) merupakan suatu bahan yang dipergunakan pada wajah dengan cara meriasnya sehingga wajah terlihat lebih menarik dan sekaligus juga untuk menutupi kekurangan yang ada di wajah. Kosmetika wajah semata-mata hanya melekat pada alat tubuh yang dirias dan tidak bermaksud untuk diserap ke dalam kulit serta mengubah secara permanen kekurangan (cacat) yang ada. Kosmetika wajah terdiri dari bahan aktif berupa zat warna dalam berbagai bahan dasar (bedak, cair,


(36)

17

minyak, krim) dengan pelengkap bahan pembuat stabil dan parfum (Wasitaatmadja, 1997).

Kosmetika wajah memiliki kekuatan merubah penampilan wajah, menciptakan suatu citra, sekaligus menaikkan rasa percaya diri, membuat pemakai senang dengan diri sendiri. (http://www.shahnaz-husain.com).

b. Jenis-jenis Kosmetika Wajah

Kosmetika wajah digunakan untuk merias wajah dan terdiri dari berbagai jenis. Menurut Basuki (2003), merias wajah terdiri dari 2 tahap, yaitu :

1. Riasan dasar

• Pelembab (moisturizer)

Pelembab digunakan untuk mengurangi kekeringan kulit dan mengurangi penguapan kulit.

• Alas bedak (foundation)

Alas bedak digunakan untuk melindungi kulit terhadap polusi dan untuk menyembunyikan ketidaksempurnaan pada wajah.

• Bedak (powder)

Bedak fungsinya untuk menyamarkan ketidaksempurnaan pada kulit wajah dan memberi kesan lebih cerah pada wajah.


(37)

18 2. Riasan dekoratif

• Perona mata (eyeshadow)

Perona mata (eye shadow) digunakan untuk merias kelopak mata, terdiri dari berbagai macam warna.

• Pensil alis

Pensil alis digunakan untuk membentuk alis mata. • Maskara

Maskara digunakan untuk merias bulu mata yang dapat menghitamkan, menebalkan, dan memanjangkan bulu mata.

Eyeliner

Eyeliner digunakan untuk memperjelas garis bulu mata dengan warna gelap.

Perona pipi (blush on)

Blusher digunakan untuk menampilkan warna kosmetik yang lebih lembut pada wajah dengan membuat garis bentuk muka yang lebih baik dan mengurangi tampilan yang kurang baik pada wajah.

• Pemulas bibir

– Lipstik, digunakan sebagai pewarna bibir yang terdiri dari berbagai macam warna.

– Lipgloss, digunakan sebagai pengkilap bibir yang dapat membuat bibir agak menyala, tidak mudah kering dan pecah-pecah.


(38)

19

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kosmetika wajah merupakan suatu bahan yang dipergunakan pada wajah dengan cara meriasnya, memiliki kekuatan untuk merubah penampilan wajah supaya terlihat lebih menarik sekaligus dapat menaikkan rasa percaya diri. Kosmetika wajah terdiri dari 10 jenis, yaitu pelembab, foundation, bedak, eyeshadow, pensil alis, maskara, eyeliner, blush on, lipstik, dan lipgloss.

C. Kepercayaan Diri

1. Pengertian Kepercayaan Diri

Orang yang percaya diri adalah orang yang puas terhadap dirinya. Begitu pula sebaliknya, orang yang tidak percaya diri adalah orang yang tidak puas terhadap dirinya sendiri (Lindenfield, 1997).

Menurut Bandura, rasa percaya diri merupakan suatu keyakinan yang dimiliki seseorang bahwa dirinya mampu berperilaku seperti yang dibutuhkan untuk memperoleh hasil seperti yang diharapkan, merupakan suatu keyakinan bahwa seseorang dapat menyebabkan sesuatu terjadi sesuai harapan-harapannya.

Orang yang percaya diri merupakan orang yang yakin akan kemampuan diri sendiri sehingga bisa menyelesaikan masalahnya sendiri, karena tahu apa yang dibutuhkan dalam hidupnya dan mempunyai sikap positif yang didasari keyakinan akan kemampuannya. Orang tersebut bertanggungjawab atas keputusan


(39)

20

yang sudah diambil, mampu menatap fakta dan realita secara objektif yang didasari oleh kemampuan dan keterampilan (Kumara, 1988).

Kepercayaan diri merupakan suatu perasaan yang cukup aman dan tahu apa yang dibutuhkan dalam kehidupan sehingga tidak perlu membandingkan dirinya dengan orang lain dalam menentukan standard karena ia selalu dapat menentukan standard sendiri (Brenneche dan Amick, 1978).

Rasa percaya diri bukanlah warisan gen tapi merupakan hasil asuhan yang sangat berperan dalam menentukan dan mempertumbuhkan rasa percaya diri. Proses pengasuhan tersebut tidak hanya tanggungajawab orangtua tapi juga tanggungjawab pengasuh lain seperti sekolah, masyarakat, dan media. Walaupun orangtua merupakan dasar yang paling kuat dalam pembentukan rasa percaya diri seseorang (Lindenfields, 1997). Kepercayaan diri adalah sebuah kondisi dimana kita merasa optimis dalam memandang dan menghadapi sesuatu dalam hidup kita (Hidayati, 2002).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan yang dimiliki individu tentang dirinya bahwa dirinya itu mampu berperilaku seperti yang dikehendaki dan yakin akan kemampuannya sendiri serta memiliki sikap positif sehingga individu tidak perlu membandingkan dirinya dengan orang lain.


(40)

21 2. Ciri-Ciri Orang Yang Percaya Diri

Orang yang mempunyai kepercayaan diri cenderung bersifat optimis dan akan menghadapi persoalan-persoalan yang ada dengan hati yang tenang serta tidak mudah terpengaruh oleh tanggapan orang lain. Selain itu orang yang percaya diri juga kreatif, toleran terhadap orang lain, dan juga tidak mudah putus asa apabila menghadapi masalah atau hambatan.

Gael Lindenfields (1997) mengatakan bahwa terdapat dua ciri utama yang khas pada orang yang mempunyai rasa percaya diri yaitu : a. Rasa percaya diri batin

Percaya diri yang memberi kepada kita perasaan dan anggapan bahwa kita dalam keadaan baik.

Ciri-ciri orang yang memiliki rasa percaya diri batin antara lain : • Cinta diri → orang yang percaya diri mencintai diri mereka

sendiri. Mereka peduli tentang diri mereka karena perilaku dan gaya hidup mereka adalah untuk memelihara diri. • Pemahaman diri → orang dengan percaya diri batin sangat

sadar diri. Mereka tidak terus-menerus merenungi diri sendiri, tapi terbuka terhadap orang lain baik tentang pendapat maupun perilakunya.

• Memiliki tujuan yang jelas → orang yang percaya diri selalu tahu tujuan hidupnya. Mereka mempunyai tujuan yang jelas tentang apa yang akan dilakukan.


(41)

22

• Berpikir positif → orang yang percaya diri merupakan orang yang menyenangkan. Dalam melihat kehidupan selalu dari sisi yang baik.

b. Rasa percaya diri lahir

Percaya diri yang memungkinkan kita untuk tampil dan berperilaku dengan cara menunjukkan kepada dunia luar bahwa kita yakin akan diri kita.

Ciri-ciri orang yang memiliki rasa percaya diri lahir antara lain : • Komunikasi → untuk meningkatkan rasa percaya diri,

individu harus memiliki keterampilan dalam berkomunikasi.

• Ketegasan → dengan sikap tegas, kita dapat berhasil dalam hidup dan hubungan sosial.

• Penampilan diri → keterampilan diri akan mengajarkan kepada kita betapa pentingnya tampil sebagai orang yang percaya diri.

• Pengendalian perasaan → kita perlu mengendalikan perasaan kita dan mengelolanya dengan baik.

Menurut Hakim (2002), terdapat beberapa ciri-ciri remaja yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi, yaitu :

- mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi di berbagai situasi


(42)

23

- tidak bergantung pada orang lain dalam menghadapi masalah

- selalu bereaksi positif - tidak mudah putus asa

- mempunyai kondisi mental dan fisik yang cukup menunjang penampilannya

- mempunyai potensi dan kemampuan yang memadai

- mampu menetralisasi ketegangan yang muncul dalam berbagai situasi

Sedangkan beberapa ciri-ciri remaja yang memiliki rasa percaya diri yang kurang, antara lain :

- mudah cemas dan putus asa

- mengalami kesulitan dalam menetralisasi ketegangan sehingga menjadi gugup

- terkadang bicara gagap

- sering menyendiri dari kelompok yang dianggapnya lebih darinya.

- cenderung tergantung pada orang lain dalam mengatasi masalah


(43)

24 3. Aspek-aspek Kepercayaan Diri

Aspek-aspek kepercayaan diri menurut Lauster (Marwati, 2001) : a. Mandiri

Tidak tergantung pada orang lain dan tidak memerlukan dukungan dari orang lain dalam melakukan sesuatu.

b. Tidak mementingkan diri sendiri dan memiliki sikap toleran

Mengerti dan menyadari kekurangan yang ada pada dirinya dan dapat menerima pendapat maupun pandangan orang lain.

c. Memiliki rasa aman

Tidak memiliki perasaan takut dan ragu-ragu terhadap situasi maupun orang-orang disekelilingnya.

d. Ambisi normal

Memiliki ambisi yang disesuaikan dengan kemampuan, ambisi yang tidak berlebihan, dapat menyelesaikan tugas dengan baik dan bertanggungjawab.

e. Yakin pada kemampuan diri sendiri

Memiliki perasaan tidak perlu membandingkan dirinya dengan orang lain dan tidak mudah terpengaruh orang lain.

f. Optimis

Memiliki pandangan dan harapan yang positif mengenai diri dan masa depannya.


(44)

25

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri individu, antara lain :

a. Penampilan Fisik

Penampilan fisik merupakan keadaan yang ampak secara langsung pada diri individu. Penampilan fisik mempengaruhi kepercayaan diri karena individu yang merasa puas dengan penampilan fisiknya cenderung memiliki kepercayaan diri yang tinggi, sebaliknya individu yang memiliki kekurangan pada penampilan fisiknya (memiliki penampilan fisik yang tidak sesuai dengan yang diinginkan) cenderung kurang percaya diri.

b. Status Sosial Ekonomi

Status sosial ekonomi mempengaruhi kepercayaan diri individu. Dengan status sosial ekonomi yang lebih baik maka individu akan cenderung lebih percaya diri karena ada jaminan untuk memperoleh fasilitas yang memudahkan individu untuk mengekspresikan diri dan dengan mudah dapat memenuhi seluruh kebutuhan hidup.

c. Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial merupakan orang-orang yang berada di sekitar individu seperti keluarga, masyarakat, maupun teman sebaya. Lingkungan sosial memiliki pengaruh yang besar terhadap kepercayaan diri individu. Penerimaan dari lingkungan sosial akan


(45)

26

membentuk rasa percaya diri, sedangkan penolakan dari lingkungan sosial akan membentuk atau menimbulkan perasaan cemas dan tidak percaya diri.

5. Kepercayaan Diri Remaja

Masa remaja merupakan masa yang sulit karena pada masa ini seorang remaja sedang mengalami periode transisi, dimana remaja akan selalu berusaha untuk dapat diterima dengan baik oleh kelompok sosialnya. Oleh karena itu remaja membutuhkan kepercayaan diri di dalam pergaulannya. Karena tanpa kepercayaan diri, remaja akan merasa canggung terutama saat berinteraksi dengan orang lain. Mereka mengupayakan berbagai cara antara lain dengan menggabungkan diri dalam kelompok teman-teman sebaya yang penampilannya sama dengan harapan sesama remaja. Dengan mereka bergabung maka kelemahan dan kekurangan yang mereka miliki tidak lagi menimbulkan perasaan rendah diri (Gunarsa, 1987).

Dengan segala perubahan fisik yang terjadi pada remaja, membuat remaja sangat memperhatikan penampilan fisik mereka terutama pada remaja putri. Hal ini didukung oleh pendapat Soekanto (1989) yang mengatakan bahwa seorang remaja putri biasanya selalu ingin tampil rapi dan menarik apabila tampil di muka umum. Hal tersebut dapat dilihat dari caranya berpakaian, ber make-up, mengatur rambut, dan lain-lain.


(46)

27

Harter dalam Santrock (2003) mengungkapkan bahwa penampilan fisik berkorelasi paling kuat dengan rasa percaya diri pada remaja. Untuk mendapatkan penampilan fisik yang menarik, remaja membutuhkan produk kosmetika untuk menunjang kepercayaan diri mereka. Remaja merupakan konsumen yang potensial untuk produk-produk kosmetika, karena pada masa ini remaja selalu memandang segala hal mengenai dirinya dari segi fisik dan ingin mencapai penampilan fisik yang baik (Jersild, 1965).

Kepercayaan diri sangat menentukan perilaku penyesuaian diri. Remaja yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi biasanya menjadi populer di lingkungannya, baik di lingkungan keluarga maupun teman-temannya, segala tindakannya tidak tergantung dan tidak terpengaruh oleh orang lain. Mereka dapat menjadi dirinya sendiri dan merasa yakin akan hidupnya sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dengan baik dalam berinteraksi dengan orang lain. Sebaliknya remaja yang kurang percaya diri sering merasa dirinya rendah, merasa tidak mampu, dan tergantung orang lain. Mereka juga cenderung mengucilkan diri atau bahkan seolah-olah merasa dikucilkan oleh lingkungannya, menjadi kurang populer di lingkungannya, mengalami kesulitan untuk berperan di dalam lingkungannya, dan pada akhirnya dapat menjadi individu yang mudah mengalami frustasi (Hakim, 2002).


(47)

28

D. Perbedaan Tingkat Kepercayaan Diri Pada Remaja Putri Dilihat Dari Pemakaian Kosmetika Wajah

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang ditandai oleh adanya kematangan biologis, psikologis, dan sosial. Masa peralihan ini biasanya menimbulkan beban bagi individu (dalam berinteraksi dengan masyarakat dan lingkungannya) sehingga terkadang timbul rasa tidak percaya diri dalam diri individu.

Rasa tidak percaya diri ini muncul karena remaja mengalami perubahan fisik dan juga psikis. Perubahan fisik tersebut dapat menimbulkan rasa kurang percaya diri pada remaja karena merasa bahwa dirinya kurang menarik. Untuk itu, remaja akan mencari jalan untuk memperbaiki penampilannya supaya terlihat lebih menarik.

Penampilan fisik yang kurang menarik akan menjadi penghambat bagi remaja untuk bergaul dengan teman sebaya dan membina hubungan dekat dengan lawan jenis. Remaja putri yang kurang menarik akan mengalami kesulitan untuk mendapatkan perhatian dan kurang diterima dalam pergaulan. Kondisi ini menyebabkan remaja putri menjadi semakin merasa tidak puas terhadap dirinya. Ketidakpuasan inilah yang menjadi salah satu sebab timbulnya krisis percaya diri pada mereka (Hurlock, 1997). Sejumlah peneliti menemukan bahwa penampilan fisik merupakan suatu kontributor yang sangat berpengaruh pada rasa percaya diri remaja. Pada penelitian Harter, penampilan fisik secara konsisten berkorelasi


(48)

29

paling kuat dengan rasa percaya diri secara umum, yang baru diikuti oleh penerimaan sosial teman sebaya (Santrock, 2003).

Remaja putri umumnya sangat memperhatikan atau mementingkan penampilan diri. Remaja yang secara fisik menarik akan lebih populer dibandingkan dengan mereka yang tidak menarik (Kennedy, 1990 dalam Santrock 2003). Oleh karena itu supaya terlihat lebih menarik dan untuk mendapatkan penampilan yang ideal, mereka yang merasa kurang menarik akan memperbaiki penampilan. Kebutuhan akan penampilan yang ideal terwujud salah satunya melalui cara mempercantik diri dengan alat-alat kosmetika (Brit, 1967 dalam Mustika, 1983). Penggunakan kosmetika, dalam hal ini kosmetika wajah, merupakan salah satu cara bagi remaja putri untuk membentuk serta memelihara penampilan diri supaya dapat terlihat lebih baik dan menarik.

Kosmetika wajah sering juga disebut dengan kosmetika dekoratif

(make-up). Kosmetika wajah terdiri dari berbagai jenis, yang memiliki

fungsi untuk menambah kepercayaan diri. Dengan menggunakan berbagai jenis kosmetika wajah maka penampilan diri akan menjadi lebih baik sehingga akan meningkatkan kepercayaan diri individu (http://www.pikiranrakyat.com). Maka remaja putri yang menggunakan jenis kosmetika wajah dengan jumlah lebih banyak akan memiliki kepercayaan diri yang lebih tinggi daripada yang menggunakan jenis kosmetika wajah lebih sedikit.


(49)

30 E. Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas, hipotesis yang dapat disusun dari penelitian ini adalah ada perbedaan yang signifikan pada tingkat kepercayaan diri remaja putri dilihat dari pemakaian kosmetika wajah.


(50)

31 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah penelitian komparatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk melihat perbedaan dengan cara membandingkan kepercayaan diri (variabel tergantung) pada remaja putri dilihat dari pemakaian kosmetika wajah (variabel bebas).

B. Variabel Penelitian

Identifikasi variabel penelitian perlu dilakukan sebelum pengumpulan data. Hal ini akan mempermudah dalam menentukan alat pengumpulan data yang sesuai.

Variabel-variabel yang termasuk dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel bebas : Pemakaian Kosmetika Wajah 2. Variabel tergantung : Kepercayaan Diri

C. Definisi Operasional

1. Pemakaian Kosmetika Wajah

Kosmetika wajah merupakan suatu bahan yang dipergunakan di wajah dengan cara meriasnya, yang bertujuan untuk merawat kulit wajah dan mempercantik diri supaya terlihat lebih menarik dan juga


(51)

32

dapat digunakan sebagai alat untuk menutupi kekurangan-kekurangan yang ada di wajah pemakai. Kosmetika wajah dalam penelitian ini ada 10 jenis, yaitu pelembab, foundation, bedak, eyeshadow, pensil alis, maskara, eyeliner, blush on, lipstik, lipgloss. Pemakaian kosmetika wajah akan diukur dengan menggunakan angket yang dirancang sendiri oleh penulis yang fungsinya untuk mengetahui jumlah jenis kosmetika wajah yang digunakan. Pemakaian kosmetika wajah akan dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu sedikit, sedang, dan banyak. 2. Kepercayaan Diri

Kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan yang dimiliki individu tentang dirinya bahwa dirinya mampu melakukan sesuatu sesuai dengan yang dikehendaki serta memiliki sikap positif sehingga tidak perlu membandingkan dirinya dengan orang lain. Kepercayaan diri akan diukur dengan menggunakan skala kepercayaan diri untuk melihat tingkat kepercayaan diri dalam diri individu dengan melihat aspek-aspek kepercayaan diri menurut Lauster (Marwati, 2001). Aspek-aspek tersebut adalah :

a. Mandiri

Tidak tergantung pada orang lain dan tidak memerlukan dukungan dari orang lain dalam melakukan sesuatu.

b. Tidak mementingkan diri sendiri dan memiliki sikap toleran

Mengerti dan menyadari kekurangan yang ada pada dirinya dan dapat menerima pendapat maupun pandangan orang lain.


(52)

33 c. Memiliki rasa aman

Tidak memiliki perasaan takut dan ragu-ragu terhadap situasi maupun orang-orang disekelilingnya.

d. Ambisi normal

Memiliki ambisi yang disesuaikan dengan kemampuan, ambisi yang tidak berlebihan, dapat menyelesaikan tugas dengan baik dan bertanggungjawab.

e. Yakin pada kemampuan diri sendiri

Memiliki perasaan tidak perlu membandingkan dirinya dengan orang lain dan tidak mudah terpengaruh orang lain.

f. Optimis

Memiliki pandangan dan harapan yang positif mengenai diri dan masa depannya.

D. Subjek Penelitian

Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah remaja putri dengan batasan usia antara 15-18 tahun dan berstatus sebagai pelajar SMU. Teknik sampling yang dipergunakan untuk memilih subjek penelitian adalah purposive sampling. Subjek penelitian adalah siswi SMU Stella Duce 2 Yogyakarta kelas X, XI, XII. Pemilihan kelas yang akan menjadi subjek penelitian dipilih atau ditentukan oleh guru bagian kurikulum dari sekolah tersebut. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan di SMU Stella Duce 2 Yogyakarta dikarenakan semua murid di sekolah ini


(53)

34

berjenis kelamin perempuan yang berada dalam rentang usia 15-18 tahun sesuai dengan apa yang ingin diungkapkan oleh peneliti. Remaja yang berstatus pelajar SMU merupakan remaja yang usianya semakin mendekati masa dewasa, dimana remaja mulai bertindak dan berperilaku seperti orang dewasa, salah satunya yaitu mulai menggunakan kosmetika wajah (berdandan).

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Membuat skala kepercayaan diri dan angket pemakaian kosmetika wajah untuk diuji cobakan pada kelompok uji coba yang memiliki karakteristik yang sama dengan kelompok subjek sesungguhnya. 2. Melakukan uji coba.

3. Melakukan uji validitas dan reliabilitas skala untuk mendapatkan butir yang valid dan reliabel.

4. Menentukan subjek penelitian sesuai dengan kriteria, kemudian mengukur kepercayaan diri dengan cara subjek mengisi skala yang sudah diketahui kesahihan dan keandalannya. Subjek juga mengisi angket pemakaian kosmetika wajah yang dirancang oleh penulis. 5. Melakukan uji normalitas dan uji homogenitas sebagai syarat untuk


(54)

35

6. Menganalisis data yang masuk dengan teknik Anava (one way anova) untuk melihat perbedaan kepercayaan diri pada remaja putri dilihat dari pemakaian kosmetika wajah.

7. Membuat kesimpulan berdasarkan hasil analisis tersebut.

F. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode angket mengenai pemakaian kosmetika wajah dan skala kepercayaan diri.

1. Pemakaian Kosmetika Wajah

Pemakaian kosmetika wajah akan diukur dengan menggunakan skor angket pemakaian kosmetika wajah yang dirancang oleh penulis yang fungsinya untuk mengetahui jumlah jenis kosmetika wajah yang digunakan. Pemakaian kosmetika wajah akan dikategorikan menjadi tiga yaitu sedikit, sedang, dan banyak.

2. Kepercayaan Diri

a. Skala Kepercayaan Diri

Skala kepercayaan diri disusun dengan mengacu pada aspek-aspek kepercayaan diri menurut Lauster (Marwati, 2001). Aspek-aspek tersebut adalah mandiri, tidak mementingkan diri sendiri dan memiliki sikap toleran, memiliki rasa aman, ambisi normal, yakin pada kemampuan diri sendiri, dan optimis.

Skala kepercayaan diri akan memakai model penskalaan Likert atau metode rating yang dijumlahkan (method of summated


(55)

36

ratings) yaitu metode penskalaan yang berorientasi pada respons

(Gable dalam Azwar, 1999). Untuk setiap skala diberikan kategori empat jawaban. Masing-masing item akan diberi penilaian 4, 3, 2, 1 untuk S (Selalu), SR (Sering), JR (Jarang), TP (Tidak Pernah) untuk jawaban subjek pada item yang bersifat favorabel. Sebaliknya, untuk pernyataan yang bersifat unfavorabel akan digunakan penilaian 1, 2, 3, 4 untuk S (Selalu), SR (Sering), JR (Jarang), TP (Tidak Pernah).

Untuk mengungkapkan aspek-aspek tentang kepercayaan diri maka dibuat pernyataan-pernyataan yang mengidentifikasikan kepercayaan diri. Pernyataan-pernyataan tersebut berbentuk item-item yang bersifat favorabel dan unfavorabel. Item yang bersifat favorabel adalah item yang mendukung atau menunjukkan ciri-ciri atribut yang akan diukur. Sedangkan item yang bersifat unfavorabel adalah item yang tidak mendukung atau menunjukkan ciri-ciri atribut yang akan diukur.

Berdasarkan aspek-aspek kepercayaan diri tersebut, dibuat 60 item dengan spesifikasi 30 item bersifat favorabel dan 30 item bersifat unfavorabel. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat dalam blue print pada tabel 1.


(56)

37

Tabel 1.

Blue Print Skala Kepercayaan Diri Jumlah Item

Aspek-aspek Favorabel Unfavorabel Jumlah

1. Memiliki rasa aman 5 5 10

2. Yakin pada kemampuan diri sendiri

5 5 10

3. Tidak mementingkan diri sendiri dan toleran

5 5 10

4. Ambisi normal 5 5 10

5. Mandiri 5 5 10

6. Optimis 5 5 10

Jumlah 30 30 60

b. Kelayakan Skala Kepercayaan Diri Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrument pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 1997). Suatu tes dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila tes tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat sesuai dengan maksud dikenakannya tes tersebut.

Validitas skala kepercayaan diri diuji dengan menggunakan validitas isi. Validitas isi menunjukkan sejauh mana item-item


(57)

38

dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi yang hendak diukur oleh tes itu. Validitas isi diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional judgement

(Azwar, 1997). Analisis Item

Merupakan proses pemilihan pernyataan-pernyataan yang baik, yang nantinya akan digunakan untuk item skala. Analisis item dilakukan dengan melihat nilai koefisien korelasi item total. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 13.00. Sebagai kriteria pemilihan item berdasar pada korelasi item total biasanya digunakan batasan rix 0,30 (Azwar, 1999). Item yang memiliki koefisien korelasi minimal 0,30 diinterpretasikan sebagai item yang memiliki daya diskriminasi tinggi dan dianggap memuaskan, sedangkan item yang memiliki koefisien korelasi kurang dari 0,30 diinterpretasikan sebagai item yang memiliki daya diskriminasi rendah dan dianggap gugur.

Reliabilitas

Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Reliabilitas telah dianggap memuaskan bila koefisiennya mencapai 0,900. Tetapi suatu koefisien yang tidak setinggi itupun masih dianggap cukup memuaskan (Azwar, 1997). Uji reliabilitas skala dalam pengukuran ini memakai teknik formula Alpha dari program SPSS versi 13.00.


(58)

39 G. Uji Coba Penelitian

1. Pelaksanaan Uji Coba

Uji coba pada penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 September 2006 sampai dengan 18 September 2006. Penelitian ini dilakukan dengan cara menyebarkan skala kepercayaan diri dan angket pemakaian kosmetika wajah yang digunakan pada remaja putri yang berusia 15-18 tahun dan berstatus sebagai pelajar SMU.

2. Hasil Uji Coba

Skala kepercayaan diri yang disebarkan dalam penelitian ini adalah 65 skala, namun dari 65 skala yang disebarkan hanya 62 skala yang diisi lengkap. Maka 62 skala yang dapat digunakan untuk analisis uji coba. Uji coba ini dianalisis dengan program SPSS versi 13.00. a. Validitas

Validitas yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi, dimana pengujian validitas ini dilakukan dengan cara

professional judgement. Dalam hal ini dilakukan oleh dosen

pembimbing skripsi yaitu dengan melihat kesesuaian masing-masing item yang ada dalam skala dengan aspek-aspek yang hendak diungkap seperti yang terdapat di dalam blueprint. Hasil dari uji validitas isi yang dilakukan oleh professional judgement adalah tidak ada item yang perlu diperbaiki.


(59)

40 b. Analisis Item

Analisis item merupakan proses pemilihan pernyataan-pernyataan yang baik, yang nantinya akan digunakan untuk item skala. Jumlah item dalam skala kepercayaan diri adalah 60 buah pernyataan yang terdiri dari 30 item favorabel dan 30 item unfavorabel. Penyebaran item dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2.

Penyebaran Item Skala Kepercayaan Diri Sebelum Uji Coba Nomor Item

Aspek-aspek Favorabel Unfavorabel Jumlah 1. Memiliki rasa

aman

2, 5, 26, 31, 38 1, 14, 27, 42, 47 10

2. Yakin pada kemampuan diri sendiri

3, 15, 40, 52, 55 4, 16, 28, 41, 48 10

3. Tidak

mementingkan diri sendiri dan toleran

8, 17, 29, 49, 56 6, 18, 43, 53, 59 10

4. Ambisi normal 9, 19, 30, 37, 58 7, 20, 32, 39, 46 10 5. Mandiri 10, 22, 24, 36, 50 12, 23, 33, 45, 60 10 6. Optimis 11, 21, 34, 51, 57 13, 25, 35, 44, 54 10


(60)

41

Kriteria pemilihan item berdasarkan nilai koefisien korelasi item total dengan menggunakan batasan rix 0,30. Item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 dianggap memuaskan dan dapat dipergunakan untuk penelitian, sedangkan item yang memiliki koefisien korelasi kurang dari 0,30 dianggap sebagai item yang memiliki daya diskriminasi rendah, dianggap gugur, dan tidak dapat dipergunakan untuk penelitian (Azwar, 1999).

Berdasarkan hasil perhitungan rix, untuk skala kepercayaan diri diperoleh skor korelasi item total yang bergerak antara 0,170 sampai dengan 0,582. Dari 60 butir item, terdapat 12 item yang memiliki rix kurang dari 0,30 yaitu item nomor 6, 12, 18, 20, 46, 49, 50, 51, 53, 55, 56, 58. Namun item nomor 18, 49 ditoleransi untuk menyeimbangkan komposisi item dalam setiap aspek.


(61)

42

Tabel 3.

Penyebaran Item Skala Kepercayaan Diri Setelah Uji Coba (Nomor Item Yang Gugur)

Nomor Item

Aspek-aspek Favorabel Unfavorabel Jumlah 1. Memiliki

rasa aman

2, 5, 26, 31, 38 1, 14, 27, 42, 47 10

2. Yakin pada kemampuan diri sendiri

3, 15, 40, 52, 55* 4, 16, 28, 41, 48 9

3. Tidak mementingkan diri sendiri dan toleran

8, 17, 29, 49, 56* 6*, 18, 43, 53*, 59

7

4. Ambisi normal

9, 19, 30, 37, 58* 7, 20*, 32, 39, 46*

7

5. Mandiri 10, 22, 24, 36, 50*

12*, 23, 33, 45, 60

8

6. Optimis 11, 21, 34, 51*, 57

13, 25, 35, 44, 54 9

Jumlah 25 25 50

Keterangan : Tanda * = Item yang gugur

Bobot pada setiap aspek kepercayaan diri masih belum sama atau seimbang. Untuk mencapai keseimbangan antara aspek-aspek kepercayaan diri tersebut, peneliti mencoba menghilangkan


(62)

43

beberapa item pada tiap aspek yang memiliki jumlah item lolos seleksi lebih banyak. Pada aspek memiliki rasa aman terdapat 10 item yang lolos seleksi, aspek yakin pada kemampuan diri sendiri terdapat 9 item yang lolos seleksi, aspek tidak mementingkan diri sendiri dan toleran terdapat 7 item yang lolos seleksi, aspek ambisi normal terdapat 7 item yang lolos seleksi, aspek mandiri terdapat 8 item yang lolos seleksi, dan aspek optimis terdapat 9 item yang lolos seleksi. Untuk mencapai keseimbangan, maka item yang memiliki korelasi (rix) terendah pada tiap aspek harus dihilangkan. Item tersebut antara lain nomor 1, 3, 5, 10, 35, 41, 42, 54. Setelah melakukan seleksi item, maka tersusunlah skala kepercayaan diri sebenarnya yang nantinya akan digunakan untuk penelitian.


(63)

44

Tabel 4.

Penyebaran Item Skala Kepercayaan Diri Untuk Penelitian Nomor Item

Aspek-aspek Favorabel Unfavorabel Jumlah 1. Memiliki rasa

aman

2 (1), 26 (19), 31 (24), 38 (30)

14 (8), 27 (20), 47 (36)

7

2. Yakin pada kemampuan diri sendiri

15 (9), 40 (32), 52 (39)

4 (2), 16 (10), 28 (21), 48 (37)

7

3. Tidak mementingkan diri sendiri dan toleran

8 (4), 17 (11), 29 (22), 49 (38)

18 (12), 43 (33), 59 (41)

7

4. Ambisi normal

9 (5), 19 (13), 30 (23), 37 (29)

7 (3), 32 (25), 39 (31)

7

5. Mandiri 22 (15), 24 (17), 36 (28)

23 (16), 33 (26), 45 (35),

60 (42)

7

6. Optimis 11 (6), 21 (14), 34 (27), 57 (40)

13 (7), 25 (18), 44 (34)

7

Jumlah 22 20 42

Keterangan : ( ) = Nomor Skala Kepercayaan Diri yang Digunakan Untuk Penelitian


(64)

45 c. Reliabilitas

Reliabilitas mengacu pada konsistensi atau keterpercayaan hasil ukur yang mengandung makna kecermatan pengukuran. Pengujian reliabilitas skala dalam pengukuran ini memakai teknik

Alpha Cronbach dari program SPSS versi 13.00. Pada skala

kepercayaan diri diperoleh reliabilitas sebesar 0,910.

H. Metode Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah analisis varian. Anava yang digunakan adalah anava 1 jalur (one way anova) yaitu untuk menganalisis perbedaan tingkat kepercayaan diri pada remaja putri dilihat dari pemakaian kosmetika wajah. Uji statistik dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 13.00.


(65)

46 BAB IV

PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 4 dan 5 Desember 2006 di SMU Stella Duce 2 Yogyakarta. Kriteria subjek sama seperti pada tahap uji coba, yaitu remaja dengan batas usia antara 15-18 tahun dan berstatus sebagai pelajar SMU. Subjek penelitian diambil dari tiga kelas yaitu kelas X D (31 siswi), XI IPS 2 (37 siswi), XII IPS 3 (39 siswi) pada saat jam pelajaran Bimbingan Konseling. Selanjutnya berdasarkan kriteria yang ada, maka terpilih 107 orang siswa yang dijadikan subjek penelitian. Pengumpulan data dilaksanakan dengan cara meminta subjek untuk mengisi skala kepercayaan diri dan angket pemakaian kosmetika wajah.

B. Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian, diperoleh reliabilitas alat ukur penelitian sebesar 0,868 dan terdapat 14 item yang gugur karena rix nya kurang dari 0,30 yaitu item nomor 1, 4, 9, 11, 13, 14, 15, 20, 21, 22, 29, 30, 34, dan 35. Dari 42 item yang dipergunakan untuk penelitian, hanya 28 item yang dinyatakan bagus.


(66)

47

Tabel 5.

Penyebaran Item Skala Kepercayaan Diri Setelah Penelitian Nomor Item

Aspek-aspek Favorabel Unfavorabel Jumlah 1. Memiliki rasa

aman

19, 24 8, 36 4

2. Yakin pada kemampuan diri sendiri

32, 39 2, 10, 37 5

3. Tidak mementingkan diri sendiri dan toleran

38 12, 33, 41 4

4. Ambisi normal

5, 23 3, 25, 31 5

5. Mandiri 17, 28 16, 26, 42 5

6. Optimis 6, 27, 40 7, 18 5

Jumlah 12 16 28

C. Deskripsi Data Penelitian

1. Kategorisasi Subjek Berdasarkan Skor Angket Pemakaian Kosmetika Wajah dan Skala Kepercayaan Diri


(67)

48

• Angket Pemakaian Kosmetika Wajah

Pengkategorian pemakaian kosmetika wajah yang digunakan pada subjek penelitian remaja putri dengan melihat skor dari angket pemakaian kosmetika wajah dengan melihat jumlah jenis kosmetika wajah yang digunakan. Jenis kosmetika wajah yang terdapat dalam angket ada 10 jenis. Skor terendah (rentang minimum) adalah 0 (yang tidak mencentang) dan skor tertinggi (rentang maksimum) adalah 10 (yang mencentang semua). Dengan diketahui rentang minimum dan rentang maksimum, maka dapat

dihitung rangenya yaitu 10 – 0 = 10. Meannya (µ) yaitu (10 + 0) : 2 = 5. Sedangkan Standar Deviasi ( ) yaitu 10 : 6 = 1,66

dibulatkan menjadi 2.

Dengan Mean dan Standar Deviasi yang sudah ada, maka pengkategorian untuk pemakaian kosmetika wajah menggunakan rumus sebagai berikut :

X < (µ - 1,0 ) Sedikit (µ - 1,0 ) X < (µ + 1,0 ) Sedang


(68)

49

Tabel 6.

Kategorisasi Pemakaian Kosmetika Wajah (Jumlah Jenis Kosmetika Wajah Yang Digunakan) Rentang Kategorisasi Jumlah Subjek Prosentase X < 3

3 X < 7 7 X

Sedikit Sedang Banyak

20 47 40

18,69 % 43,92 % 37,38 %

Pengelompokkan antara remaja putri yang menggunakan kosmetika wajah sedikit, remaja putri yang menggunakan kosmetika wajah sedang, dan remaja putri yang menggunakan kosmetika wajah banyak disesuaikan dengan skor total yang diperoleh dari angket pemakaian kosmetika wajah. Dalam penelitian ini, subjek yang menggunakan kosmetika wajah sedikit sebanyak 20 orang, yang menggunakan kosmetika wajah sedang sebanyak 47 orang, dan yang menggunakan kosmetika wajah banyak sebanyak 40 orang.

• Skala Kepercayaan Diri

Pengkategorian kepercayaan diri pada subjek penelitian remaja putri dengan melihat skor total dari skala kepercayaan diri. Untuk skor skala kepercayaan diri, item berjumlah 28 dengan skor 1, 2, 3, dan 4, sehingga rentang minimum adalah 1 x 28 = 28, dan rentang maksimum 4 x 28 = 112. Dengan diketahui rentang minimum dan rentang maksimum, maka dapat dihitung rangenya


(69)

50

yaitu 112 – 28 = 84. Meannya (µ) yaitu (112 + 28) : 2 = 70. Sedangkan Standar Deviasi ( ) yaitu 84 : 6 = 14.

Dengan Mean dan Standar Deviasi yang sudah ada, maka pengkategorian untuk kepercayaan diri menggunakan rumus sebagai berikut :

X (µ - 1,5 ) Sangat rendah (µ - 1,5 ) < X (µ - 0,5 ) Rendah (µ - 0,5 ) < X (µ + 0,5 ) Sedang (µ + 0,5 ) < X (µ + 1,5 ) Tinggi (µ + 1,5 ) < X Sangat tinggi

Tabel 7.

Kategorisasi Kepercayaan Diri

Rentang Kategorisasi Jumlah Subjek Prosentase X 49

49 < X 63 63 < X 77 77 < X 91 91 < X

Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi 2 19 56 27 3 1,86 % 17,75 % 52,33 % 25,23 % 2,80 %

Berdasarkan kategorisasi kepercayaan diri di atas, ditemukan bahwa dari 107 subjek penelitian, terdapat 2 subjek berada dalam kategori sangat rendah, 19 subjek berada dalam kategori kepercayaan


(70)

51

diri rendah, 56 subjek berada dalam kategori sedang, 27 subjek berada dalam kategori tinggi, dan 3 subjek berada dalam kategori sangat tinggi. Secara keseluruhan tampak bahwa sebagian besar remaja putri yang menggunakan kosmetika wajah sedikit, yang menggunakan kosmetika wajah sedang, dan yang menggunakan kosmetika wajah banyak berada dalam kategori kepercayaan diri sedang.

2. Distribusi Subjek Penelitian

Tabel 8.

Distribusi Subjek Penelitian Kepercayaan Diri Pemakaian

Kosmetika Wajah

Sangat Rendah

Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

Total

Sedikit 0 0 13 7 0 20

Sedang 2 9 22 12 2 47

Banyak 0 10 21 8 1 40

Total 2 19 56 27 3 107

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa terdapat 2 subjek dengan kepercayaan diri sangat rendah dan menggunakan kosmetika wajah sedang. Terdapat 19 subjek dengan kepercayaan diri rendah, 9 subjek menggunakan kosmetika wajah sedang, dan 10 subjek menggunakan kosmetika wajah banyak. Pada kepercayaan diri sedang


(71)

52

terdapat 56 subjek, yang menggunakan kosmetika wajah sedikit terdapat 13 subjek, yang menggunakan kosmetika wajah sedang terdapat 22 subjek, dan yang menggunakan kosmetika wajah banyak terdapat 21 subjek. Pada kepercayaan diri tinggi terdapat 27 subjek, yang menggunakan kosmetika wajah sedikit terdapat 7 subjek, yang menggunakan kosmetika wajah sedang terdapat 12 subjek, dan yang menggunakan kosmetika wajah banyak terdapat 8 subjek. Sedangkan pada kepercayaan diri sangat tinggi terdapat 3 subjek, yang menggunakan kosmetika wajah sedang terdapat 2 subjek, dan 1 subjek menggunakan kosmetika wajah banyak.

3. Data Kepercayaan Diri Subjek Dilihat Dari Pemakaian Kosmetika Wajah

Tabel 9.

Data Kepercayaan Diri Subjek Dilihat Dari Pemakaian Kosmetika Wajah

Sedikit Sedang Banyak Total

N 20 47 40 107

Mean 73,30 72,96 71,65 72,53

Std. Deviation 7,760 11,184 9,467 9,926

Minimum 64 49 58 49

Maksimum 87 106 102 106

Sesuai dengan tabel di atas, dapat dilihat bahwa kepercayaan diri subjek secara keseluruhan dilihat dari masing-masing pemakaian kosmetika wajah. Secara keseluruhan jumlah subjek yang


(72)

53

menggunakan kosmetika wajah sedikit, sedang, dan banyak adalah 107 orang dengan mean kepercayaan diri sebesar 72,53. Skor skala kepercayaan diri yang terendah adalah 49 dan yang tertinggi adalah 106.

Kepercayaan diri kelompok subjek dapat dilihat dari masing-masing pemakaian kosmetika wajah. Kelompok subjek yang menggunakan kosmetika wajah sedikit sebanyak 20 orang dan memiliki mean kepercayaan diri sebesar 73,30. Pada kelompok subjek yang menggunakan kosmetika wajah sedikit ini, skor skala kepercayaan diri terendah adalah 64 dan skor tertinggi adalah 87.

Kelompok subjek yang menggunakan kosmetika wajah sedang sebanyak 47 orang dan memiliki mean kepercayaan diri sebesar 72,96. Pada kelompok subjek yang menggunakan kosmetika wajah sedang ini, skor skala kepercayaan diri terendah adalah 49 dan skor tertinggi adalah 106.

Selanjutnya kelompok subjek yang menggunakan kosmetika wajah banyak sebanyak 40 orang dan memiliki mean kepercayaan diri sebesar 71,65. Pada kelompok subjek yang menggunakan kosmetika wajah banyak ini, skor skala kepercayaan diri terendah adalah 58 dan skor tertinggi adalah 102.


(73)

54 D. Uji Asumsi Data Penelitian

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sebaran skor pada kelompok sampel mengikuti distribusi normal. Pada penelitian ini, uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test

pada program SPSS versi 13.00. Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 (p > 0,05) maka sebaran skor dinyatakan normal, sebaliknya jika nilai probabilitasnya kurang dari 0,05 (p < 0,05) sebaran skor dinyatakan tidak normal. Nilai probabilitas skor pada penelitian ini adalah 0,797 (p = 0,797 > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa skor skala kepercayaan diri memiliki sebaran yang normal.

Tabel 10.

Tabel Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov

Kepercayaan Diri

Kolmogorov-Smirnov Z 0,647

Asymp. Sig. (2-tailed) 0,797

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk menguji apakah ketiga kelompok sampel mempunyai varian yang homogen atau sama. Pada penelitian ini, uji homogenitas dengan menggunakan program SPSS versi 13.00. Caranya dengan melihat nilai probabilitas melalui Levene Test. Jika nilai probabilitasnya lebih besar dari 0,05 (p > 0,05) maka ketiga kelompok sampel mempunyai varian sama, dan jika nilai


(74)

55

probabilitasnya kurang dari 0,05 (p < 0,05) maka ketiga kelompok sampel mempunyai varian yang tidak sama.

Dalam analisis ini, terlihat bahwa hasil Levene Test hitungnya adalah 0,726 dengan nilai probabilitas sebesar 0,486. Oleh karena nilai

probabilitasnya adalah 0,486 yang berarti lebih besar dari 0,05 (p = 0,486 > 0,05), maka ketiga kelompok sampel dinyatakan

mempunyai varian sama.

Tabel 11.

Tabel Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Levene Test

Levene Test df1 df2 Sig.

0,726 2 104 0,486

3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis varian 1 jalur (one way anova) dari program SPSS versi 13.00. Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan melihat nilai signifikansinya. Apabila nilai signifikansinya kurang dari 0,05 (p < 0,05) maka hipotesis diterima, sebaliknya bila nilai signifikansinya lebih dari 0,05 (p > 0,05) maka hipotesis ditolak.

Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai signifikansi 0,774 yang berarti lebih dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis yang berbunyi ada perbedaan yang signifikan pada tingkat kepercayaan diri remaja putri dilihat dari pemakaian kosmetika wajah, ditolak.


(75)

56

Tabel 12.

Tabel Hasil Perhitungan Uji Hipotesis Oneway Anova Sum of

Squares

df Mean

Square

F Sig.

Between Groups

51,421 2 25,710 0,257 0,774

Within Groups

10393,215 104 99,935

Total 10444,636 106

E. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis, dapat diambil keputusan untuk menolak hipotesis. Hal ini berarti dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada tingkat kepercayaan diri remaja putri dilihat dari pemakaian kosmetika wajah (p = 0,774 > 0,05). Perbedaan pada penelitian ini dilihat dari perbandingan mean kepercayaan diri dari masing-masing kelompok subjek. Hasil perhitungan mean yang muncul adalah 73,30 untuk subjek yang menggunakan kosmetika wajah kategori sedikit, 72,96 untuk subjek yang menggunakan kosmetika wajah kategori sedang, dan 71,65 untuk subjek yang menggunakan kosmetika wajah kategori banyak. Data-data di atas menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan. Pengambilan keputusan untuk menolak hipotesis ditunjang pula dari

prosentase penyebaran skor kepercayaan diri pada keseluruhan subjek.


(76)

57

kategori rendah 17,75 %, kategori sedang 52,33 %, kategori tinggi 25,23 %, dan kategori sangat tinggi 2,80 %. Data prosentase ini menunjukkan pula bahwa mayoritas subjek secara dominan berada pada kategori sedang. Sebanyak 52,33 % subjek memiliki kepercayaan diri kategori sedang, hal ini menunjang penjelasan mengenai tidak adanya perbedaan yang signifikan pada tingkat kepercayaan diri remaja putri dilihat dari pemakaian kosmetika wajah.

Teori yang telah dikemukakan sebelumnya menjelaskan bahwa penampilan fisik dapat berpengaruh terhadap kepercayaan diri. Pemakaian kosmetika wajah sendiri merupakan salah satu bentuk penunjang penampilan fisik pada bagian wajah. Namun data hasil penelitian mengungkapkan bahwa tidak ada perbedaan kepercayaan diri ditinjau dari pemakaian kosmetika wajah. Apabila ditelaah lebih lanjut dapat kita lihat bahwa penampilan fisik tidak hanya meliputi bagian wajah saja. Penampilan fisik dapat dilihat dari berbagai sisi, antara lain model atau gaya rambut, keharuman tubuh, cara berpakaian, dan lain-lain. Survei mengatakan bahwa remaja mudah termakan trend, mereka suka gonta-ganti gaya rambut, fashion (pakaian), dan gemar tampil keren (majalah GADIS, 2000). Beberapa hal yang dikemukakan di atas menunjukkan bahwa remaja sebenarnya memperhatikan penampilan fisik bukan hanya dari segi bagian wajah saja, tetapi lebih menyeluruh. Jadi pemakaian kosmetika wajah, sebagai salah satu upaya untuk menampilkan kondisi wajah yang lebih baik, hanya merupakan salah satu bagian yang


(77)

58

menunjang penampilan fisik. Hal tersebut sangat memungkinkan munculnya prosentase yang sangat kecil dari pemakaian kosmetika wajah dalam menyumbang pengaruh pada kepercayaan diri.

Selain hal itu kepercayaan diri juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan sosial-ekonomi. Walgito mengemukakan bahwa remaja memiliki keterkaitan erat dengan salah satu bentuk sosialisasi yaitu konformitas, hal ini dikarenakan mereka lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman sebayanya (dalam Kusumastuti, 2004). Perilaku konformis akan membawa seseorang pada proses penyesuaian diri dengan kelompoknya, dalam hal ini lingkungan tempat ia hidup dan berkembang. Hal tersebut kemudian menjadi salah satu hal yang menjelaskan kepercayaan diri pada remaja yang cenderung sama. Pada penelitian ini tampak dari skor kepercayaan diri yang secara dominan muncul pada kategori sedang (52,33 %).

Faktor lingkungan juga dapat menyebabkan timbulnya perbedaan kepercayaan diri. Lingkungan sosial memiliki pengaruh yang besar terhadap kepercayaan diri, penerimaan dari lingkungan sosial akan membentuk rasa percaya diri, sedangkan penolakan dari lingkungan sosial akan membentuk atau menimbulkan perasaan cemas dan tidak percaya diri (Kusumastuti, 2004). Selain itu, lingkungan sosial juga dapat menimbulkan pengaruh yang baik atau positif dan juga pengaruh buruk atau negatif. Lingkungan sosial yang memberikan pengaruh positif dapat memberi efek yang membangun, dalam hal ini dapat meningkatkan


(1)

119

LAMPIRAN I

Uji Normalitas

Uji Homogenitas

Uji Hipotesis


(2)

(3)

(4)

(5)

123

LAMPIRAN J

Surat Keterangan


(6)