Pengaruh stresor dengan metode bising dan aktivitas fisik maksimal terhadap kadar glukosa darah pada tikus putih jantan - USD Repository

  

PENGARUH STRESOR DENGAN METODE BISING

DAN AKTIVITAS FISIK MAKSIMAL

TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA TIKUS PUTIH JANTAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)

  

Program Studi Farmasi

Oleh :

Elizabeth Rahayu Primadhani

  

NIM : 088114072

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2012

  

PENGARUH STRESOR DENGAN METODE BISING

DAN AKTIVITAS FISIK MAKSIMAL

TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA TIKUS PUTIH JANTAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)

  

Program Studi Farmasi

Oleh :

Elizabeth Rahayu Primadhani

  

NIM : 088114072

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2012

  

PERSETUJUAN PEMBIMBING

PENGARUH STRESOR DENGAN METODE BISING

DAN AKTIVITAS FISIK MAKSIMAL

TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA TIKUS PUTIH JANTAN

  Yang diajukan oleh : Elizabeth Rahayu Primadhani

  NIM : 088114072 telah disetujui oleh : tanggal: 11 Juli 2012

HALAMAN PERSEMBAHAN

  Terkadang jalanan yang dilewati teraca curam, terjal dan berbatu Ada kalanya merasa lelah, putus asa dan ingin berhenti

Tapi percayalah, Tuhan tak pernah meninggalkanmu tuk berjalan

sendirian Dia selalu menjagamu, membantumu dan menopangmu Jalani semua dengan penuh semangat dan selalu percaya, Tuhan tak akan pernah mengecewakanmu. Always Believe (Anonim)

  Life is an opportunity, benefit from it. Life is a dream, realize it. Life is a challenge, meet it. Life is a duty, complete it. Life is a struggle, accept it. Life is an adventure, dare it. Life is too precious, do not destroy it. Life is life, fight for it.

  (Mother Teresa)

  Karya ini kupersembahkan untuk : Tuhan Yesus Kristus

  Bunda Maria Bapak dan ibuk tercinta, sebagai ungkapan hormat dan baktiku

  Adik-adikku tersayang Putri dan Devi, Sahabat-sahabatku Almamaterku.

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan dartaf pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundangan yang berlaku.

  Yogyakarta, 19 Juli 2012 Penulis

  Elizabeth Rahayu Primadhani

  

LEMBAR PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Elizabeth Rahayu Primadhani Nomor Mahasiswa : 088114072

  Demi perkembangan ilmu pegetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

  Pengaruh Stresor dengan Metode Bising dan Aktivitas Fisik Maksimal terhadap Kadar Glukosa Darah pada Tikus Putih Jantan

  Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 19 Juli 2012 Yang menyatakan Elizabeth Rahayu Primadhani

  

PRAKATA

  Segenap puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala rahmat, kasih karunia serta kekuatanNya yang telah memampukan penulis menyelesaikan skripsi berjudul “Pengaruh Stresor dengan Metode Bising dan

  

Aktivitas Fisik Maksimal terhadap Kadar Glukosa Darah pada Tikus Putih

Jantan”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

  Farmasi (S.Farm) pada Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik berkat doa, bimbingan, perhatian serta dukungan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih sedalam-dalamnya kepada: 1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

  2. Bapak Drs. Mulyono., Apt. (alm) yang telah membantu peneliti dalam menentukan tema dan judul skripsi.

  3. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt selaku dosen pembimbing yang telah sabar membimbing, memberikan arahan, semangat, saran, dan kritik yang sangat berarti selama proses penelitian dan penyusunan skripsi.

  4. Ibu Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt. selaku dosen penguji atas bantuan, kritik serta saran yang berarti dalam proses penyusunan skripsi.

  5. dr. Fenty, M.Kes, Sp.PK. selaku dosen penguji atas bantuan, kritik serta saran yang berarti dalam proses penyusunan skripsi.

  6. Ibu Rini Dwiastuti M.Sc., Apt. selaku kepala penanggungjawab Laboratorium Fakultas Farmasi atas izin penggunaan fasilitas Laboratorium selama pelaksanaan skripsi.

  7. Bapak Edy, selaku kepala penanggungjawab Laboratorium Fisika atas izin peminjaman instumen penelitian “sound level meter”.

  8. Laboran Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma (Mas Kayat, Mas Parjiman, Mas Heru, Mas Satijo) atas bantuan yang diberikan selama proses penelitian di laboratorium.

  9. dr. Ari selaku pengelola Laboratorium Imono Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma atas bantuannya dalam menyediakan hewan uji dan beberapa informasi yang berguna bagi pelaksanaan proses penelitian.

  10. Bapak dan Ibuk tercinta atas segala doa, kasih sayang dan dukungan yang tiada henti sehingga penulis tetap bersemangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

  11. Adik-adikku tersayang Putri dan Devi atas keceriaan dan dukungan mereka sehingga penulis selalu merasa terhibur dan mendapat semangat baru setiap merasa jenuh dalam mengerjakan skripsi.

  12. Ledy, Utik, Arum, Adista yang menjadi teman seperjuangan di laboratorium, sahabat dekat dan rekan seperjuangan dalam menjalani masa-masa sulit dan menyenangkan di dunia perkuliahan.

  13. Teman-teman fakultas Farmasi angkatan 2008 khususnya kelas FKK-A 2008 atas kebersamaan dan dukungan selama masa perkuliahan.

  14. Teman-teman Kost Tastiti atas kebersamaan dan rasa kekeluargaan yang telah diberikan selama ini.

  15. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini menjadi lebih baik. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca serta menjadi tambahan informasi yang berguna bagi masyarakat.

  Penulis

  

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL..................................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................... vi PRAKATA ................................................................................................... viii-x DAFTAR ISI ................................................................................................ xi-xiv DAFTAR TABEL ........................................................................................ xv DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xvii-xviii

  INTISARI ..................................................................................................... xix ABSTRACT ................................................................................................. xx

  BAB I PENGANTAR .................................................................................. 1-6 A. Latar Belakang ............................................................................... 1-3 1. Permasalahan ..........................................................................

  4

  2. Keaslian Penelitian .................................................................. 4-5

  3. Manfaat Penelitian .................................................................. 5-6 B. Tujuan ............................................................................................

  6 1. Tujuan Umum .........................................................................

  6 2. Tujuan Khusus ........................................................................

  6

  BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ........................................................... 7-29 A. Stres ................................................................................................

  7 B. Stresor ............................................................................................

  8 C. Stres Sebagai Stimulus ................................................................... 8-9

  D. Stres Sebagai Respon ..................................................................... 9-10

  E. Tahapan Stres .................................................................................. 10-12

  F. Gelaja Stres .................................................................................... 12-13

  G. Stres dan Kesehatan ....................................................................... 13-15 H. Respon Terhadap Stres ..................................................................

  15 I. Stres dan Respon Psikologis Tubuh ............................................... 16-17 J. Stres dan Respon Fisiologis Tubuh ................................................ 17-18 K. Hormon yang terlibat dalam Respon Fisiologis Tubuh terhadap

  Stres ................................................................................................ 18-20 L. Bising .............................................................................................. 20-21 M. Aktifitas Fisik Maksimal................................................................. 21-22 N. Metabolisme Glukosa .................................................................... 22-23 O. Pengaturan Kadar Glukosa Darah .................................................. 24-25 P. Keterkaitan Stres dengan Kadar Glukosa ...................................... 25-27 Q. Metode Pengukuran Kadar Glukosa .............................................. 27-28 R. Landasan Teori................................................................................

  28 S. Hipotesis .........................................................................................

  29

  BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 30-37 A. Jenis dan Rancangan Penelitian ......................................................

  30 B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ................................ 30-31 1. Variabel Penelitian ...................................................................

  30 2. Definisi Operasional ................................................................

  31 C. Subjek Penelitian ...........................................................................

  31 D. Alat/Instrumen Penelitian .............................................................. 31-32

  E. Tata Cara Penelitian ....................................................................... 32-25 1. Pemilihan Hewan Uji ...............................................................

  32

  2. Pemeliharaan Hewan Uji ......................................................... 32-33

  3. Perlakuan Hewan Uji ............................................................... 33-35 4. Pengukuran Kadar Glukosa .....................................................

  35 F. Analisis Hasil ................................................................................. 36-37

  BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 38-51 A. Pengaruh Stresor terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Putih Jantan dengan Metode Bising ........................................................ 38-44 B. Pengaruh Stresor terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Putih Jantan dengan Metode Aktivitas Fisik Maksimal .......................... 44-49 C. Perbedaan Pengaruh Stresor dengan Metode Bising dan Aktivitas Fisik Maksimal terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Putih Jantan ............................................................................................. 49-51

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................

  52 A. Kesimpulan ....................................................................................

  52 B. Saran ..............................................................................................

  52 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 53-56 LAMPIRAN ................................................................................................ 57-68 BIOGRAFI PENULIS ..................................................................................

  69

  DAFTAR TABEL

  Halaman Tabel I. Cakupan uji hipotesis .........................................................

  37 Tabel II. Rata-rata Pengukuran Kadar Glukosa Darah Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada Kelompok kontorol dan Perlakuan Bising ................................................................

  39 Tabel III. Rangkuman Hasil Uji 2 Data Berpasangan dengan Taraf Kepercayaan 95% pada Kelompok Kontrol dan Perlakuan Bising ................................................................

  40 Tabel IV. Rata-rata Pengukuran Kadar Glukosa Darah Sebelum dan Sesudah Perlakuan Aktivitas Fisik Maksimal (AFM) Pada Kelompok Kontrol dan Perlakuan .............................

  45 Tabel V. . Rangkuman Hasil Uji 2 Data Berpasangan dengan Taraf Kepercayaan 95% pada Kelompok Kontrol dan Perlakuan AFM ..................................................................................

  46 Tabel VI. Rata-rata Selisih Pengukuran Kadar Glukosa Darah Kelompok Perlakuan Bising dan Perlakuan AFM..............

  50

  

DAFTAR GAMBAR

  Halaman Gambar 1. Skema stres sebagai stimulus ..........................................

  9 Gambar 2. Skema stres sebagai respon .............................................

  10 Gambar 3. Skema respon adaptasi terhadap stres berdasarkan teori hans selye..........................................................................

  12 ................... Gambar 4. Skema respon fisiologis tubuh terhadap stres

  18 Gambar 5. Mekanisme homeostasis pengaturan kadar glukosa darah melalui umpan balik negatif ..................................

  25 Gambar 6. Diagram batang rata-rata kadar glukosa darah kelompok kontrol bising sebelum dan sesudah perlakuan ................

  42 Gambar 7. Diagram batang rata-rata kadar glukosa darah kelompok perlakuan sebelum dan sesudah pemaparan bising .........

  42 Gambar 8. Diagram batang rata-rata selisih kelompok kontrol dan kelompok perlakuan bising ..............................................

  44 Gambar 9. Diagram batang rata-rata kadar glukosa darah kelompok kontrol AFM sebelum dan sesudah perlakuan

  46 Gambar 10. Diagram batang rata-rata kadar glukosa darah kelompok perlakuan sebelum dan sesudah perlakuan

  47 AFM ................................................................................. Gambar 11. Diagram batang rata-rata selisih kadar glukosa darah kelompok perlakuan bising dan perlakuan AFM ............

  48 Gambar 12. Diagram batang rata-rata selisih kadar glukosa darah pada kelompok perlakuan bising dan perlakuan AFM.....

  51

  

DAFTAR LAMPIRAN

  Halaman Lampiran 1. Foto hewan uji saat perlakuan bising ............................

  58 Lampiran 2. Foto hewan uji saat perlakuan AFM .............................

  58 Lampiran 3. Data kadar glukosa darah kelompok kontrol dan ................................................................. perlakuan bising

  59 Lampiran 4. Data kadar glukosa darah kelompok kontrol dan

  59 perlakuan AFM .............................................................. Lampiran 5. Data uji normalitas sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok kontrol bising .......................................

  60 Lampiran 6. Data uji normalitas sebelum dan sesudah perlakuan bising .............................................................................

  60 Lampiran 7. Data uji normalitas sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok kontrol AFM ........................................

  60 Lampiran 8. Data uji normalitas sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok kontrol AFM ......................................

  61 Lampiran 9. Data uji normalitas selisih sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok kontrol bising ......................

  61 Lampiran10. Data uji normalitas selisih sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok perlakuan bising .................

  61 Lampiran 11. Data uji normalitas selisih sebelum dan sesudah .......................... perlakuan pada kelompok kontrol AFM

  62 Lampiran 12. Data uji normalitas selisih sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok perlakuan AFM ...................

  62 .......................... Lampiran 13. Data pair t test kelompok kontrol bising

  63 Lampiran 14. Data pair t test kelompok perlakuan bising ..................

  63

  Lampiran 15. Data Mann Whitney test kelompok kontrol-perlakuan bising .............................................................................

  64 Lampiran 16. Data uji Wilcoxon kelompok kontrol AFM ......................

  65 Lampiran 17. Data pair t test kelompok perlakuan AFM ....................

  66 Lampiran 18. Data independent t test kelompok kontrol-perlakuan AFM ..............................................................................

  67 Lampiran 19. Data uji Mann-Whitney kelompok perlakuan bising- perlakuan AFM

  ...................................................................

  68

  

INTISARI

  Beberapa penelitian menemukan bahwa stres dapat menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah. Stres disebabkan oleh paparan stresor. Penelitian ini akan melihat bagaimana pengaruh stresor dengan menggunakan metode bising dan Aktivitas Fisik Maksimal (AFM) terhadap kadar glukosa darah.

  Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan pretest dan post test group design. Penelitian menggunakan 20 ekor tikus putih jantan galur Wistar, umur 2-3 bulan, berat badan ± 200-300 gram yang secara acak dibagi menjadi kelompok kontrol dan perlakuan. Metode bising menggunakan bising berintensitas 85-100 dB selama 2 jam/hari selama 3 hari. Metode AFM berupa perlakuan berenang selama 30 menit/hari selama 3 hari. Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan 30 menit sebelum pemaparan stresor dan segera setelah perlakuan berakhir. Pengukuran menggunakan instrumen Architect c system dengan metode glukosa heksokinase. Normalitas distribusi data ditentukan menggunakan uji Shapiro Wilk. Signifikansi perubahan kadar glukosa darah sebelum dan sesudah perlakuan ditentukan menggunakan uji pair t test atau

  

Wilcoxon . Perbedaan pengaruh metode bising dan AFM terhadap kadar glukosa

  darah ditentukan dengan uji independent t test atau Mann Whitney. Taraf kepercayaan yang digunakan 95%.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa stresor dengan metode AFM mempengaruhi kadar glukosa darah tikus putih jantan sedangkan stresor dengan metode bising tidak. Stresor dengan metode AFM memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap kadar glukosa darah tikus putih jantan jika dibandingkan dengan stresor yang menggunakan metode bising. Kata kunci : stresor, metode bising, metode AFM, kadar glukosa darah

  ABSTRACT

  Some of the previous researches had discovered that stress can lead to the elevated level of blood glucose. Stress is caused by the exposure of stressor. This research is going to find out the effect stress on blood glucose level used noise method and maximun physical activity method.

  This research is pure experimental with pretest and post test group design. This research used 20 wistar white male rats, age 2-3 month, weight ± 200-300 gram that were randomly divided into 2 group, control and treatment with stressor. The Noise method consist of noise with 85-100 dB intensity about 2 hours/day for 3 days. On maximum physical activity method the rats was allowed to swim for 30 minutes/day for 3 days. The measurement of blood glucose level used Architect c system with glucose hexokinase method. All data obtained were analyzed statistically by using Shapiro Wilk test to know the normality of distribution. Pair t test or Wilcoxon was used to see the significance change in level before and after the treatment. To determine the difference between noise method and maximum physical activity method effect on blood glucose level used Independent t test or Mann Whitney. The interval that was used is about 95%.

  The result showed that the maximum physical activity was affect the blood glucose level of white male rats, while noise method was not. Stressor using maximum physical activity method had a greater effect to increase blood glucose level than the noise method.

  Key words: stress, maximum physical activity method,noise method, blood glucose level.

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Istilah stres secara populer mencakup hal-hal mengenai konflik batin

  maupun fisik berkepanjangan, tekanan terus menerus yang tidak terkendalikan, atau gangguan-gangguan yang membuat individu merasa tertekan dan tidak nyaman (Wade dan Tavris, 2007). Menurut Looker dan Gregson (2005) stres dapat dialami siapa saja sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungan sekitar dan merupakan hal yang melekat pada kehidupan itu sendiri sehingga tidak dapat dihilangkan begitu saja. Stres dapat didefinisikan sebagai ketegangan fisiologis atau psikologis yang disebabkan oleh rangsangan fisik, mental atau emosi baik internal atau eksternal yang cenderung mengganggu fungsi normal organisme (Dorland dan Newman, 2000).

  Terjadinya stres dapat dipicu oleh berbagai hal yang bersumber dari dalam diri sendiri, keluarga, masyarakat, komunitas dan lingkungan sekitar (Sarafino, 2008). Menurut Looker dan Gregson (2005) segala sesuatu di lingkungan yang dapat mengakibatkan aktivasi respon stres disebut sebagai stresor.

  Tingkat stres seseorang akan meningkat seiring dengan peningkatan frekuensi, intensitas dan durasi stresor yang dihadapi. Semakin kuat stresor yang diberikan maka strain (respon fisiologis dan psikologis) yang ditunjukkan

  2

  psikologis dan fisiologis tubuh yang pada akhirnya dapat mempengaruhi fungsi normal tubuh dan kondisi kesehatan. Risiko yang ditimbulkan akan semakin besar jika stres yang dialami bersifat kronis dan berat (Sarafino, 2008).

  Respon stres yang berlebihan, sering dan berkepanjangan dapat menyebabkan beragam gangguan dan penyakit. Saat mengalami stres, perilaku dan gaya hidup seseorang seringkali berubah. Hal tersebut pada akhirnya akan meningkatkan risiko terjadinya gangguan kesehatan (Looker dan Greegson, 2005). Keterkaitan antara stres dengan timbulnya suatu penyakit serta cara menanggulanginya merupakan hal yang sedang menjadi fokus dunia kesehatan saat ini (Porth dan Matfin, 2009). Salah satu kondisi tubuh yang terpengaruh oleh stres adalah kadar glukosa darah. Adanya stres akan memicu tubuh untuk mensekresikan hormon-hormon yang menimbulkan peningkatan kadar glukosa darah. Hormon yang sekresinya meningkat selama periode stres antara lain

  

Corticotropin-releasing factor (CRF), Adrenocorticotropic hormone (ACTH),

  katekolamin dan glukokortikoid (Roizen dan Mehmet, 2007). Stres akan memicu sekresi hormon tersebut secara terus menerus yang pada akhirnya dapat menimbulkankan kondisi hiperglikemi (McPhee dan Ganong, 2006). Peningkatan kadar glukosa darah terutama jika terjadi kondisi hiperglikemi tentunya akan berisiko bagi individu yang sudah memiliki gangguan terkait kadar glukosa darah seperti diabetes.

  Stres disebabkan oleh kontak antara individu dengan stresor. Dalam proses itu setiap individu akan mengalami kontak dengan berbagai jenis stresor. Penelitian ini akan membahas mengenai pengaruh stresor terhadap kadar glukosa darah dengan metode bising dan aktivitas fisik maksimal.

  Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan, efek fisiologis yang ditimbulkan oleh stres adalah menstimulasi tubuh melepaskan hormon-hormon yang dapat meningkatkan kadar glukosa dalam darah. Apabila peningkatan kadar glukosa darah akibat terjadinya stres sampai pada kondisi hiperglikemi tentu akan berbahaya bagi individu yang harus mengontrol kadar glukosa darahnya (misalnya pada pengidap diabetes). Penelitian sebelumnya cenderung membahas pengaruh stres terhadap suatu parameter secara langsung tanpa memperhatikan stresor yang memicu terjadinya stres. Berdasarkan hal-hal tersebut peneliti merasa bahwa perlu dilakukan penelitian terkait pengaruh stresor dengan metode bising dan aktivitas fisik maksimal terhadap kadar glukosa darah. Melalui penelitian ini akan diketahui pengaruh metode bising dan metode aktivitas fisik maksimal sebagai sumber stres terhadap kadar glukosa darah. Hal ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat bahwa proses kontak dengan stresor akan memicu terjadinya stres dan dapat mempengaruhi kadar glukosa darah sehingga individu yang memiliki masalah terkait kadar glukosa darah dapat menghindari stresor tersebut atau mengelola stres dengan tepat sehingga tidak berakibat buruk bagi individu bersangkutan.

  1. Permasalahan

  Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan maka dapat dirumus permasalahan yang akan diteliti, yaitu: a. Bagaimana pengaruh stresor dengan metode bising dan aktivitas maksimal terhadap kadar glukosa darah tikus putih jantan? b. Stresor dengan metode apa yang lebih mempengaruhi kadar glukosa darah tikus putih jantan?

  2. Keaslian penelitian

  Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya antara lain:

  a. Effects of Stress on Exacerbation of Diabetes Mellitus, Serum Glucose and

  Cortisol Levels and Body Weight in Rats oleh Radahmadi, Shadan, Karimian,

  Sadr dan Nasimi (2005). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya stres mengakibatkan peningkatan kadar glukosa darah yang signifikan pada hewan uji diabetes maupun kontrol nondiabetes, akan tetapi tidak ditemukan adanya glukosa dalam urin.

  b. Effect of Acute and Repeated Restraint Stress on Glucose Oxidation to CO2 in

  Hippocampal and Cerebral Cortex Slices oleh Torres, Gamaro, Cucco,

  Michalowski, Perry dan Dalmaz (2001). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hewan uji dengan perlakuan stres akut maupun kronis mengalami peningkatan kadar glukosa darah, perlakuan stres akan merangsang sekresi glukokortikoid sehingga uptake glukosa ke dalam sel menurun sehingga kadar glukosa dalam darah tinggi. c. The Effects of Noise on Biochemical Parameter using Rats’s Hearts oleh Rahma, Win, Rafidah, Ailin (2011). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemaparan bising mengakibatkan peningkatan kadar glukosa plasma. jika dibandingkan dengan kontrol.

  Penelitian yang dilakukan berbeda dengan penelitian tersebut di atas. Sejauh penelusuran pustaka, belum pernah dilakukan dan dipublikasikan penelitian mengenai pengaruh stresor dengan metode bising dan aktivitas fisik maksimal terhadap kadar glukosa darah tikus putih jantan di lingkup Universitas Sanata Dharma. Penelitian-penelitian sebelumnya membahas mengenai pengaruh stres terhadap kadar glukosa ataupun pengaruh stres terhadap parameter lain, sedangkan penelitian ini membahas mengenai pengaruh stresor dengan metode bising dan aktivitas fisik maksimal terhadap peningkatan kadar glukosa dan membandingkan pengaruh kedua metode terhadap kadar glukosa darah.

3. Manfaat penelitian

  a. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai perbedaan pengaruh stresor dengan metode bising dan aktivitas fisik maksimal terhadap kadar glukosa darah.

  b. Manfaat praktis Manfaat praktis yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah dapat memberikan informasi tambahan dalam pelayanan kefarmasian dan pelayanan kesehatan kepada masyarakat tentang pengaruh stres terhadap kadar glukosa darah. Hasil penelitian juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber informasi bagi masyarakat yang memiliki gangguan terkait kadar glukosa darah sehingga individu tersebut dapat menghindari atau meminimalisir kontak dengan stresor serta mengelola stres yang dialami dengan tepat sehingga tidak membahayakan kesehatan.

B. Tujuan Penelitian

  1. Tujuan umum

  Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh stres terhadap kadar glukosa darah.

  2. Tujuan khusus

  Tujuan khusus penelitian adalah untuk mengetahui perbedaan pengaruh stresor dengan metode bising dan metode aktivitas fisik maksimal terhadap kadar glukosa darah serta mengetahui metode yang lebih mempengaruhi kadar glukosa darah.

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Stres Stres dapat didefinisikan sebagai ketegangan fisiologis atau psikologis

  yang disebabkan oleh rangsangan fisik, mental atau emosi baik internal atau eksternal yang cenderung mengganggu fungsi normal organisme (Dorland dan Newman, 2000). Menurut sudut pandang psikologi, stres dapat diartikan sebagai keadaan yang dialami ketika terdapat ketidaksesuaian antara tuntutan yang diterima dengan kemampuan untuk mengatasinya (Looker dan Gregson, 2005). Penggunaan istilah stres secara populer mencakup hal-hal mengenai konflik batin maupun fisik berkepanjangan, tekanan terus menerus yang tidak terkendalikan, atau gangguan-gangguan yang membuat individu merasa tertekan dan tidak nyaman (Wade dan Tavris, 2007).

  Kondisi stres mencakup komponen fisik yang melibatkan tantangan jasmaniah yang dihadapi oleh individu dan komponen psikologis yang mencakup mengenai bagaimana seseorang merasakan setiap keadaan dalam hidupnya. Stres melibatkan proses interaksi dan penyesuaian diri secara berkesinambungan hingga seseorang merasakan ketidaksesuaian antara tuntutan fisik ataupun psikologis dari situasi yang dihadapi dan pada akhirnya akan mempengaruhi sistem biologis, psikologis dan kondisi sosial seseorang (Sarafino, 2008).

B. Stresor

  Menurut Looker dan Gregson (2005) stresor diartikan sebagai segala sesuatu di lingkungan yang dapat mengakibatkan aktivasi respon stres. Seberapa tinggi respon stres yang dihasilkan dipengaruhi oleh seberapa sering stresor tersebut terjadi atau dijumpai. Sumber stresor bisa bersifat endogenus (berasal dari dalam diri) atau bersifat eksogenus (berasal dari luar diri) (Porth dan Matfin, 2009).

  Stresor merupakan keadaan fisik maupun psikologis yang menantang dan dapat menimbulkan tekanan pada sistem biologis, psikologis serta kondisi sosial seseorang. Respon fisiologis dan psikologis terhadap stresor disebut sebagai

  

strain . Tingkat stres seseorang akan meningkat seiring dengan peningkatan

  frekuensi, intensitas dan durasi stresor yang dihadapi. Semakin kuat stresor yang diberikan maka strain yang ditunjukkan juga semakin kuat (Sarafino, 2008).

C. Stres Sebagai Stimulus

  Menurut Marks, dkk (2009) stres digambarkan sebagai stimulus. Hal ini mencakup situasi tidak menyenangkan atau situasi penuh tekanan yang dijumpai oleh setiap individu di lingkungannya sehingga menimbulkan respon. Dalam hal ini individu berhadapan dengan sumber stresor potensial yang berasal dari lingkungannya. Skema yang menunjukkan stres sebagai suatu stimulus ditunjukkan oleh gambar 1.

  Gambar 1. Skema stres sebagai stimulus (Smet, 1994)

D. Stres sebagai Respon

  Konteks ini menggambarkan reaksi individu terhadap stressor dan menggambarkan stres sebagai suatu respon. Respon yang dialami mencakup dua komponen yaitu :

  1. Komponen psikologis yang meliputi perilaku, pola pikir, emosi, dan perasaan stres.

  2. Komponen fisiologis, berupa rangsangan-rangsangan fisik yang meningkat seperti jantung berdebar-debar, mulut kering, perut mulas, badan berkeringat (Smet, 1994). Skema yang menunjukkan stres sebagai respon ditunjukkan oleh gambar 2.

  

Gambar 2. Skema stres sebagai respon (Smeth, 1994)

E. Tahapan Stres

  Hans Selye memberikan gambaran terkait tahapan organisme bereaksi terhadap stres yang dialami. Hal tersebut dikenal dengan General Adaptation

  Syndrome (GAAS). Tahapan ini mencakup tiga fase yaitu:

1. Fase alarm (alarm reaction)

  Pada fase ini sistem saraf otonom diaktifkan oleh stres. Jika stres terlalu kuat, maka akan terjadi luka pada saluran pencernaan, kelenjar adrenalin membesar dan thimus menjadi lemah. Saat stresor memiliki intensitas cukup untuk mengancam individu maka tubuh mengalokasikan energi untuk menghadapi ancaman tersebut (Davidson, Neal dan Kring, 2004).

  Fase ini dikenal sebagai reaksi “fight or flight”. Pada tahap ini individu mulai mengenali adanya ancaman dari stresor sehingga akan mempersiapkan diri untuk melawan atau menghindar. Fase alarm adalah fase saat tubuh menggerakkan sistem saraf simpatetik untuk menghadapi ancaman langsung dan terjadi pelepasan hormon adrenal, epinefrin dan norepinefrin (Wade dan Travis, 2007).

  Fase alarm dibagi menjadi dua bagian yaitu shock phase dan counter

  

shock phase . Selama shock phase, stresor yang ada dapat disadari atau tidak

  disadari oleh individu. Sistem saraf otonom bereaksi dengan melepaskan epinefrin (adrenalin) dan kortison ke tubuh dalam jumlah yang besar. Respon ini durasinya singkat, bertahan antara 1 menit hingga 24 jam. Selama countershock phase perubahan yang terjadi pada tubuh selama shock phase akan dipulihkan. Dengan demikian individu tersebut akan siap bereaksi selama shock phase pada fase alarm (Watson, 2000).

  2. Fase resistensi (resistance phase)

  Tahap ini menyangkut tentang konsekuensi stres terhadap aspek fisiologis, biologis, psikologis dan perilaku. Respon yang terjadi mencakup komponen psikologis dan fisiologis (Marks,dkk, 2000). Idealnya individu akan segera berpindah dari fase alarm ke fase resistensi dengan cepat sehingga ketahanan fisiologis yang dimiliki dapat digunakan untuk meningkatkan resistensi terhadap stres. Pada tahap ini organisme akan beradaptasi dengan stresor.

  Resistensi ini bervariasi pada masing-masing individu, tergantung pada fungsi fisiologis, kemampuan menghadapi stres, jumlah dan intensitas stresor yang dihadapi (Watson, 2000).

  3. Fase kelelahan (exhausted phase)

  Tahap ini menunjukkan bahwa stres yang dialami bersifat menetap atau organisme tidak mampu merespon secara efektif stresor yang dihadapi sehingga tidak mampu beradaptasi lagi dan mengalami kelelahan (Davidson., et al., 2004). Respon adaptasi terhadap stres menurut Hans Selye ditunjukkan oleh skema pada gambar 3.

  

Gambar 3. Skema respon adaptasi terhadap stres berdasarkan teori Hans Selye (Watson, 2000)

F. Gejala stres

  Seseorang yang mengalami stres biasanya akan menunjukkan gejala- gejala yang sulit dikenali oleh individu bersangkutan. Gejala yang muncul terkadang dikaitkan dengan gejala penyakit lain atau gejala bersifat simptomatis (Porth dan Matfin, 2009). Lau (2009) dalam bukunya menuliskan bahwa tanda-

  

tanda stres pada setiap orang rata-rata sama, yaitu jantung berdetak lebih cepat,

  pikiran menjadi lebih fokus, keringat mengucur, muncul rasa gugup dan gemetar, merasa panik. Pada individu yang sering mengalami stres hingga melampaui daya tahan individu tersebut biasanya akan muncul gejala-gejala lain seperti sakit kepala, sesak nafas, pegal-pegal, demam, tekanan darah tinggi, sembelit, keringat berlebihan dan otot tegang. Gejala itu merupakan reaksi non spesifik pertahanan diri dan ketegangan akan merangsang kelenjar anak ginjal (korteks ginjal) untuk melepaskan adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih kuat (Hartono, 2007).

G. Stres dan Kesehatan

  Respon stres melibatkan semua fungsi tubuh. Stres yang terlampau besar akan menghabiskan sumber-sumber adaptif dan menyebabkan kelelahan, beragam masalah kesehatan dan bahkan masalah fatal. Aksi respon stres yang berlebihan, sering dan berkepanjangan dapat menyebabkan beragam gangguan dan penyakit.

  Saat mengalami stres perilaku dan gaya hidup seseorang seringkali berubah. Hal tersebut pada akhirnya akan meningkatkan risiko terjadinya gangguan kesehatan (Looker dan Greegson, 2005).

  Stres mengakibatkan berbagai perubahan psikologis dan fisiologis tubuh. Perubahan-perubahan yang terjadi pada akhirnya akan mempengaruhi kesehatan terutama jika stres itu bersifat berat dan kronis. Hubungan antara penyakit dan derajat reaktifitas seseorang dilihat dari sistem kardiovaskuler, sistem endokrin dan sistem imun individu tersebut saat mengalami stres. Reaktifitas kardiovaskuler meliputi perubahan yang terjadi di jantung, pembuluh darah dan darah dalam respon terhadap stresor. Reaktivitasi endokrin melibatkan aktivasi

  hypothalamus-pituytary-adrenanl axis (HPA aksis) yang melepaskan hormon

  endokrin terutama katekolamin dan kortikosteroid selama periode stres (Sarafino, 2008). Menurut Atkinson, Smith, Bem (2010) stres dapat mempengaruhi kesehatan melalui beberapa jalur, yaitu:

1. Jalur langsung

  Stresor mungkin memiliki efek negatif dan langsung pada kesehatan fisik jika paparan dipertahankan hingga tahap kronis. Rangsangan berlebihan (overarousal) dan jangka panjang terhadap sistem simpatis atau sistem korteks adrenal dapat menyebabkan kerusakan pada arteri dan sistem organ. Stres juga memiliki efek langsung pada kekebalan tubuh yaitu dengan menurunkan kekebalan tubuh.

2. Jalur interaktif

  Jalur ini sering disebut sebagai model kerentanan stres. Hal ini menjadikan individu peka terhadap gangguan-gangguan tertentu, tetapi gangguan tersebut hanya akan muncul saat individu berhadapan dengan stres. Kerentanan biologis terhadap suatu penyakit mungkin berupa predisposisi genetik terhadap gangguan atau kelainan struktural pada tubuh yang mempredisposisikan individu kepada gangguan. Misalnya kerentanan individu terhadap hipertensi atau diabetes.

  Bagi sebagian individu, predisposisi genetik ini memungkinkan perkembangan penyakit jika individu berhadapan dengan situasi stres kronis.

3. Jalur perilaku sakit

  Stresor menyebabkan sejumlah gejala tidak menyenangkan seperti gelisah, depresi, lelah, gangguan tidur, gangguan lambung. Sebagian orang yang mengalami hal tersebut menginterpretasikannya sebagai gejala suatu penyakit dan menghubungi paramedis untuk mencari bantuan. Selanjutnya, perhatian yang mereka peroleh dari profesional medis dapat memperkuat perilaku sakit tersebut, artinya menjadikan lebih sering bagi mereka untuk mencari perhatian medis untuk gejala stres lagi di kemudian hari. Selain itu dengan menginterpretasikan gejala stres sebagai penyakit, orang mungkin akan memiliki alasan untuk menghindari stresor. Penelitian menyatakan bahwa orang yang mengalami stres lebih sering menggunakan pelayanan kesehatan dibandingkan orang yang tidak mengalami stres.

H. Respon terhadap Stres

  Individu sebagai suatu sistem selalu merespon stresor yang dijumpai dalam hidupnya. Hal tersebut dapat mengakibatkan perubahan fisik yang menjadi patofisiologis. Stresor dengan kekuatan dan intensitas yang cukup dapat menyebabkan perubahan pada fungsi normal tubuh. Bila individu memiliki kerentanan terhadap stresor maka perubahan-perubahan ini dapat dimanifestasikan sebagai penyakit (Tambayong, 2000).

  Respon terhadap stres dapat berupa respon psikologis maupun fisiologis. Respon tersebut bertujuan untuk menangani atau mengatasi stresor. Respon ini mencakup aktivasi sistem saraf simpatis dan pelepasan berbagai hormon serta peptida pada aksis hypothalamus-pituitary-adrenal (HPA aksis), sistem opioid endogen, vasopresin arginin, dan oksitosin (Corwin, 2007).

I. Stres dan Respon Psikologis Tubuh

  Menurut Atkinson dkk. (2010) tubuh akan memberikan respon jika berhadapan dengan stres. Respon yang ditunjukkan dapat berupa respon psikologis maupun respon fisiologis. Respon psikologis tersebut berupa:

  1. Kecemasan

  Kecemasan merupakan respon umum terhadap suatu stresor. Kecemasan diartikan sebagai emosi tidak menyenangkan yang ditandai dengan istilah seperti khawatir, prihatin, tegang dan takut yang dialami oleh individu bersangkutan dengan derajat yang berbeda.

  2. Kemarahan dan agresi

  Hal ini terjadi saat upaya yang dilakukan untuk mendapatkan sesuatu terhalangi hingga individu tersebut mengalami frustasi dan merasa marah.

  Kemarahan akan menimbulkan dorongan agresif untuk melampiaskan rasa frustasi yang dialami.

  3. Apati dan depresi

  Hal ini terjadi ketika kondisi stres terus berjalan dan individu bersangkutan tidak sanggup mengatasinya. Apati yang semakin parah akan menimbulkan depresi.

  4. Gangguan kognitif

  Selain menunjukkan reaksi emosional terhadap stres, individu cenderung menunjukkan gangguan kognitif cukup berat jika berhadapan dengan stresor yang serius. Individu tersebut merasa sulit berkonsentrasi dan mengorganisir pikiran mereka secara logis sebagai akibatnya kemampuan dalam melakukan pekerjaan terutama pekerjaan yang kompleks cenderung menurun. Semakin cemas, marah atau depresinya seseorang karena stresor yang dihadapi maka kemungkinan dalam mengalami gangguan kognitif juga semakin besar.

  

J. Stres dan Respon Fisiologis Tubuh

  Secara spesifik, stres terjadi melalui melalui interaksi antara sistem saraf dan hormon-hormon stres (Roizen dan Mehmet, 2007). Komponen fisiologis yang terlibat dalam respon tubuh terhadap stres adalah sistem saraf pusat, hipotalamus, sistem saraf simpatik, kelenjar pituitari anterior dan posterior, medula adrenal dan korteks adrenal. Komponen fisiologis dan hasil sekresi hormon bertanggung jawab dalam respon neuroendokrin terhadap stresor. Respon neuroendokrin ini melibatkan sistem saraf, sistem endokrin dan sistem imun. Karena 3 hal ini saling berhubungan maka respon individu terhadap stres mencerminkan integrasi dari ketiga sistem ini (Watson, 2000).

  Saat terjadi stres, hipotalamus akan teraktivasi. Aktivasi hipotalamus sebagai respon terhadap stres akan melibatkan sistem endokrin. Sistem saraf simpatik juga menstimulasi kelenjar adrenal untuk melepaskan hormon katekolamin (epinefrin dan norepinefrin) ke aliran darah (Watson, 2000).

  Sistem hormon yang teraktivasi sebagai respon terhadap stres ini dikenal sebagai hypothalamus-pituytary-adrenal axis (HPA aksis). Saat individu dihadapkan pada stresor maka hipotalamus akan melepaskan CRH yang kemudian menstimulai kelenjar pituitari untuk melepaskan hormon lain yaitu ACTH ke sirkulasi darah. ACTH ini akan memberi sinyal kepada kelenjar adrenal untuk melepaskan kortisol yang merangsang pelepasan norepinefrin (Roizen dan Mehmet, 2007). Respon fisiologis terhadap stres ditunjukkan pada gambar 4.

  

Gambar 4. Skema respon fisiologis tubuh terhadap stres (Watson, 2000)

K. Hormon yang Terlibat dalam Respon Fisiologis Tubuh terhadap Stres

a. Katekolamin

  Epinefrin dan norepinefrin merupakan hormon katekolamin. Efek fisiologis dari sekresi hormon ini adalah menurunnya pelepasan insulin dan meningkatnya pelepasan glukagon yang menyebabkan meningkatnya proses glikogenolisis, glukoneogenesis, lipolisis, proteolisis dan penurunan uptake glukosa dari jaringan perifer (Porth dan Matfin, 2009). Epinefrin merupakan katekolamin yang desekresikan oleh medula adrenal. Hormon epinefrin akan meningkatkan level glukosa dengan menstimulasi terjadinya glikogenolisis.

  Produksi hormon dipicu oleh stres fisik atau stres emosional (Anderson dan Cockayne, 1993). Glikogenolisis di otot akan menyebabkan peningkatan glikolisis sedangkan di hati hal ini akan menyebabkan pembebasan glukosa ke aliran darah (Murray, Granner, Rodwel, 2009).

Dokumen yang terkait

Uji efek kadar glukosa darah formula Melly 99-2003 pada tikus putih jantan diabetes akibat Alloxan - Ubaya Repository

0 0 2

Pengaruh ekstrak daun sirih merah (Piper crocatum linn.) terhadap penurunan kadar gula darah pada tikus putih jantan dengan metode uji toleransi glukosa - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 21

Pengaruh jus rimpang jahe (zingiber officinale l.) Terhadap penurunan kadar glukosa darah pada tikus putih jantan dengan metode uji toleransi glukosa - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 14

Pengaruh ekstrak daun jambu mete (anacardium occidentale l.) Terhadap penurunan kadar glukosa darah pada tikus putih jantan dengan metode uji toleransi glukosa - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 1 22

Pengaruh ekstrak daun nangka (artocarpus heterophyllus lamk.) Terhadap penurunan kadar glukosa darah pada tikus putih jantan dengan metode uji toleransi glukosa - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 25

Efek kombinasi ekstrak metanol-air daun Macaranga Tanarius L. dengan glibenklamid terhadap penurunan glukosa darah pada tikus putih jantan galur wistar terbebani glukosa - USD Repository

0 0 95

Pengaruh stresor dengan metode bising dan aktivitas fisik maksimal terhadap kadar kolesterol darah pada tikus putih jantan - USD Repository

0 0 91

Pengaruh stresor dengan metode bising dan aktivitas fisik maksimal terhadap waktu pembekuan darah pada tikus putih jantan - USD Repository

0 0 80

Pengaruh stresor dengan metode bising dan aktivitas fisik maksimal terhadap jumlah leukosit pada tikus putih jantan - USD Repository

0 0 90

Potensi penurunan kadar glukosa darah ekstrak metanol-air Macaranga tanarius L. terhadap metformin pada tikus putih jantan galur wistar terbebani glukosa - USD Repository

0 0 88