Pengaruh stresor dengan metode bising dan aktivitas fisik maksimal terhadap waktu pembekuan darah pada tikus putih jantan - USD Repository

  

PENGARUH STRESOR DENGAN METODE BISING DAN AKTIVITAS

FISIK MAKSIMAL TERHADAP WAKTU PEMBEKUAN DARAH PADA

TIKUS PUTIH JANTAN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Deni Utik Upriyati

  

088114069

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

  

PENGARUH STRESOR DENGAN METODE BISING DAN AKTIVITAS

FISIK MAKSIMAL TERHADAP WAKTU PEMBEKUAN DARAH PADA

TIKUS PUTIH JANTAN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Deni Utik Upriyati

  

088114069

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

PERSETUJUAN PEMBIMBING

PENGARUH STRESOR DENGAN METODE BISING DAN AKTIVITAS

FISIK MAKSIMAL TERHADAP WAKTU PEMBEKUAN DARAH PADA

TIKUS PUTIH JANTAN

  Yang diajukan oleh : Deni Utik Upriyati

  NIM : 088114069 telah disetujui oleh : Tanggal: 11 Juli 2012

  “Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!” (Yeremia 17:7) Karya ini kupersembahkan kepada Tuhan Yesus Kristus kepada Bapak, Ibuk dan Mbak Dinar tersayang kepada teman-temanku dan kepada almamaterku..

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Apabila dikemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang- undangan yang berlaku.

  Yogyakarta, 19 Juli 2012 Penulis Deni Utik Upriyati

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Deni Utik Upriyati Nomor Mahasiswa : 088114069

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

  

Pengaruh Stresor dengan Metode Bising dan Aktivitas Fisik Maksimal

terhadap Waktu Pembekuan Darah pada Tikus Putih Jantan

  beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 19 Juli 2012 Yang menyatakan Deni Utik Upriyati

  

PRAKATA

  Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan kasih dan berkat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Stresor dengan Metode Bising dan Aktivitas

  

Fisik Maksimal terhadap Waktu Pembekuan Darah pada Tikus Putih

Jantan” dengan baik.

  Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis telah banyak menerima bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

  1. Bapak Ipang Djunarko, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma dan selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, waktu, semangat, saran dan kririk serta dukungan selama penyusunan skripsi ini.

  2. Bapak Drs. Mulyono, Apt. (Alm) atas ide, masukan dan semangat yang telah diberikan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

  3. Ibu Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan bantuan, kritik dan saran kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

  4. Ibu dr. Fenty, M.Kes, Sp.PK. selaku dosen penguji yang telah memberikan bantuan, kritik dan saran kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Ibu Rini Dwiastuti M.Sc., Apt. selaku kepala penanggungjawab Laboratorium

  Fakultas Farmasi atas izin dalam penggunaan fasilitas Laboratorium

  6. Bapak Edy, selaku kepala laboratorium fisika Universitas Sanata Dharma atas izin peminjaman alat “sound level meter” dalam pelaksanaan penelitian ini.

  7. drh. Ari, Pak Heru, Pak Kayat, Pak Parjiman, dan Pak Satijo atas bantuannya dalam melaksanakan penelitian ini.

  8. Bapak, Ibuk dan mbak Dinar tercinta yang telah memberi doa, dukungan, dorongan dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  9. Sahabat-sahabatku tersayang Nduty, Priki, Adis dan Arum atas semuanya yang telah kalian beri untuk penulis. You’re my everything.

  10. Teman-temanku Ellen, Paul, Palent, Rio, Wawan, Aldo untuk waktu, dukungan dan semangat yang telah penulis terima selama ini. Juga Abek untuk pinjaman akuariumnya

  11. Teman-teman FKK A-08 untuk kebersamaan dan kerjasamanya selama menempuh studi di Universitas Sanata Dharma.

  12. Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini menjadi lebih baik. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi semua pihak yang membutuhkan.

  Yogyakarta, 19 Juli 2012 Penulis

  DAFTAR ISI

  Halaman ................................................................................ HALAMAN JUDUL ii ................................... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING iii ................................................................. HALAMAN PENGESAHAN iv .............................................................. HALAMAN PERSEMBAHAN v ................................................. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA vi .......... HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI vii

.................................................................................................

PRAKATA viii

..............................................................................................

DAFTAR ISI x ..................................................................................... DAFTAR TABEL xiii ................................................................................ DAFTAR GAMBAR xv ............................................................................ DAFTAR LAMPIRAN xvi

...................................................................................................

  INTISARI xvii

.................................................................................................

  ABSTRACT

  xviii .............................................................................

  BAB I. PENGANTAR 1 ..............................................................................

  A. Latar Belakang 1 ..........................................................................

  1. Permasalahan 3 ................................................................

  2. Keaslian penelitian 3 .................................................................

  3. Manfaat penelitian 5 ..........................................................................

  B. Tujuan Penelitian 5 ....................................................

  BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA

  6

................................................................................................

  B. Stresor ............................................................................................

  20 N. Mekanisme Pembekuan Darah ...................................................

  29 D. Subyek Penelitian .........................................................................

  28 C. Definisi Operasional ....................................................................

  28 B. Variabel Penelitian .......................................................................

  28 A. Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................

  27 BAB III. METODE PENELITIAN ........................................................

  27 R. Hipotesis .......................................................................................

  26 Q. Landasan Teori .............................................................................

  24 P. Metode Pengukuran Waktu Pembekuan Darah .......................

  22 O. Hubungan Stres dengan Pembekuan Darah ..............................

  19 M. Faktor Pembekuan ........................................................................

  6 C. Pendekatan-pendekatan Stres .....................................................

  17 L. Hemostasis ....................................................................................

  16 K. Darah .............................................................................................

  16 J. Metode Perilaku Stres ..................................................................

  15 I. Aktivitas Fisik Maksimal ............................................................

  13 H. Bising .............................................................................................

  12 G. Hubungan Stres dengan Fisiologi Tubuh ..................................

  11 F. Reaksi Psikologis terhadap Stres ................................................

  8 E. Reaksi Fisiologis terhadap Stres ................................................

  7 D. Tahapan Reaksi Stres ...................................................................

  29 ..............................................................................

  .....................................................................

  F. Tata Cara Penelitian 30 ................................................................................

  G. Analisis Hasil 32 ..............................................

  BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

  33 A. Pengaruh Metode Bising terhadap Waktu Pembekuan Darah ................................

  Tikus Putih Jantan dengan Metode Bising

  33 B. Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal terhadap Waktu Pembekuan Darah Tikus Putih Jantan dengan Metode ............................................................ Aktivitas Fisik Maksimal

  40 C. Perbedaan Pengaruh Stresor dengan Metode Bising dan AFM terhadap Waktu Pembekuan Darah Tikus Putih Jantan ............ dengan Metode Bising dan Aktivitas Fisik Maksimal

  45 ................................................

  BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

  48 ...................................................................................

  A. Kesimpulan 48 .............................................................................................

  B. Saran 48 ...............................................................................

  DAFTAR PUSTAKA 49 ..............................................................................................

  LAMPIRAN 52 ..............................................................................

  BIOGRAFI PENULIS

  62

  DAFTAR TABEL

  Halaman .................................... Tabel I. Faktor-Faktor Pembekuan Plasma

  21 Tabel II. Rata-Rata Waktu Pembekuan Darah Sebelum dan Sesudah pada Kelompok Kontrol dan Kelompok ................................................................. Perlakuan Bising

  34 ....................... Tabel III. Uji Normalitas Kelompok Metode Bising

  35 ................ Tabel IV. Uji T-Berpasangan Kelompok Metode Bising

  37 Tabel V. Hasil Uji Independent T-Test Kelompok Kontrol .................. dengan Kelompok Perlakuan Metode Bising

  38 Tabel VI. Rata-Rata Waktu Pembekuan Darah Sebelum dan Sesudah pada Kelompok Kontrol dan Kelompok .................. Perlakuan Metode Aktivitas Fisik Maksimal

  40 Tabel VII. Hasil Uji Normalitas Kelompok Metode Aktivitas ....................................................................

  Fisik Maksimal

  42 Tabel VIII. Uji T-Berpasangan Kelompok Metode Aktivitas ....................................................................

  Fisik Maksimal

  42 Tabel IX. Hasil Uji Independent T-Test Kelompok Kontrol dengan Kelompok Perlakuan Metode Aktivitas

  ....................................................................

  Fisik Maksimal

  43 Tabel X. Rata-Rata Waktu Pembekuan Darah pada Kelompok Perlakuan Metode Bising dan Aktivitas ....................................................................

  Tabel XI. Hasil Uji Normalitas Kelompok Perlakuan Metode Bising ........................................... dan Aktivitas Fisik Maksimal

  45 Tabel XII. Hasil Uji Independent T-Test pada Kelompok Perlakuan Metode Bising dan Aktivitas .................................................................... Fisik Maksimal

  46

  DAFTAR GAMBAR

  Halaman ................................................... Gambar 1. Stres sebagai Stimulus ..

  7 .................................................... Gambar 2. Stres sebagai Respon ...

  8 ................................................ Gambar 3. Adaptasi terhadap Stres ...

  10 ........... Gambar 4. Efek Bising terhadap Penyakit Kardiovaskuler

  14 ...................... Gambar 5. Hubungan Stres dengan Fisiologi Tubuh

  15 .................... Gambar 6. Jalan Pembekuan Intrinsik dan Ekstrinsik

  24 .................. Gambar 7. Hubungan Stres dengan Pembekuan Darah

  25 Gambar 8. Diagram Batang Perubahan Waktu Pembekuan Darah Kelompok Kontrol Sebelum dan Sesudah Pemaparan ................................................................................. Bising

  36 Gambar 9. Diagram Batang Perubahan Waktu Pembekuan Darah Kelompok Perlakuan Sebelum dan Sesudah Pemaparan ................................................................................. Bising

  36 Gambar 10. Diagram Batang Perubahan Waktu Pembekuan Darah pada Kelompok Kontrol Sebelum dan Sesudah

  ................................................

  Aktivitas Fisik Maksimal

  41 Gambar 11. Diagram Batang Perubahan Waktu Pembekuan Darah pada Kelompok Perlakuan Sebelum dan Sesudah

  ................................................

  Aktivitas Fisik Maksimal

  41 Gambar 12. Diagram Batang Perbedaan Waktu Pembekuan Darah ..

  45 pada Kelompok Bising dan Aktivitas Fisik Maksimal

  DAFTAR LAMPIRAN

  Halaman .................................... Lampiran 1. Foto pemaparan metode bising

  53 ................... Lampiran 2. Foto pemaparan aktivitas fisik maksimal

  53 Lampiran 3. Data waktu pembekuan darah pada kelompok ................................................................. metode bising

  54 Lampiran 4. Data waktu pembekuan darah pada kelompok ................................................ aktivitas fisik maksimal

  54 .................................................... Lampiran 5. Data hasil uji statistik

  55 ............................................... Lampiran 6. Data hasil uji normalitas

  58 ........................................ Lampiran 7. Data hasil uji T-berpasangan

  58 Lampiran 8. Hasil uji independent t-test kelompok kontrol dan ............................. kelompok perlakuan metode bising

  59 Lampiran 9. Hasil uji independent t-test kelompok kontrol dan ............ kelompok perlakuan aktivitas fisik maksimal

  60 Lampiran 10. Hasil uji normalitas untuk selisih tiap kelompok ......................................................................... perlakuan

  60 Lampiran 11. Hasil uji independent t-test kelompok bising dan .............................. kelompok aktivitas fisik maksimal

  61

  INTISARI

  Segala hal yang menyebabkan stres disebut sebagai stresor dimana dapat mempengaruhi kondisi fisiologis tubuh. Salah satunya yaitu mempercepat waktu pembekuan darah. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pengaruh stresor dengan metode bising dan aktivitas fisik maksimal (AFM) terhadap waktu pembekuan darah.

  Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian eksperimental murni dengan rancangan penelitian randomized pre-post test group design. Subyek penelitian menggunakan tikus putih jantan galur Wistar sebanyak dua puluh ekor dengan berat badan 200-300 gram dan usia 2-3 bulan yang dibagi acak menjadi kelompok kontrol dan perlakuan. Pemaparan bising yang diberikan dengan intensitas bunyi 85-100 dB selama 2 jam/hari selama 3 hari, sedangkan AFM berupa renang 30 menit/hari selama 3 hari. Pengukuran waktu pembekuan darah dilakukan 30 menit sebelum pemaparan stresor dan segera setelah perlakuan dengan menggunakan metode tabung (modifikasi Lee dan White). Perubahan waktu pembekuan darah sebelum dan sesudah perlakuan diuji dengan pair t-test dan untuk mengetahui perbedaan pengaruh metode stresor digunakan independent t-test dengan taraf kepercayaan 95%.

  Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan metode bising dengan kelompok perlakuan AFM, dimana AFM memberi pengaruh yang lebih besar terhadap waktu pembekuan darah.

  Kata kunci: stres, bising, aktivitas fisik maksimal, waktu pembekuan darah

  ABSTRACT

  All the things that cause stress are called stressors, which can affect the body's physiological condition. One of them is to accelerate blood clotting time. The purpose of this study is to find out how stressors influence on blood clotting time using the method of noise and maximum physical activity (AFM).

  This research is purely experimental studies with study design of randomized pre-post test group design. The study subjects using a white male Wistar rats as much as twenty-tail with 200-300 gram weight and 2-3 months of age were divided randomly into control and treatment groups. Exposure to noise is given by the intensity of 85-100 dB sound for 2 hours / day for 3 days, while the AFM in the form of swimming 30 minutes / day for 3 days. Blood clotting time measurements carried out 30 minutes before exposure to stressors and immediately after treatment using the tube method (modified Lee and White). Changes in blood clotting time before and after treatment were tested by pair t-test and to determine the effect of different stressors method used independent t-test with 95% confidence level.

  Based on the analysis, it is found that there are significant differences between treatment groups and the treatment method of noise AFM, in which the AFM gives a greater influence on blood clotting Key words: stress, noise, maximum physical activity, blood clotting time

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Dewasa ini di tengah permasalahan kehidupan yang kompleks seperti

  himpitan ekonomi, tekanan di bidang pekerjaan mau pun penyakit yang tak kunjung pulih serta faktor psikis yang kurang mendukung dapat mempermudah seseorang untuk terkena stres. Stres dapat dialami oleh semua individu kapan pun dan dimana pun. Stres merupakan respon adaptasi seseorang terhadap rangsangan, yang menimbulkan tuntutan fisik atau psikologis berlebihan.

  Stres terjadi apabila terdapat ketidaksesuaian antara tuntutan yang harus dipenuhi dengan kemampuan yang kita miliki untuk mengatasinya (Looker dan Gregson, 2005). Stres dapat timbul akibat tekanan psikososial (emosi) maupun tekanan fisik.

  Dalam kondisi stres, bukanlah stres itu sendiri yang paling ditakutkan sebab semua orang pernah mengalami stres namun lebih dititikberatkan pada respon tubuh terhadap stres tersebut yang nantinya dapat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan seseorang.

  Menurut Cannon, apabila organisme mengalami adanya ancaman maka tubuh secara cepat akan merangsang sistem saraf simpatetik dan endokrin (Smet, 1994). Stres menyebabkan beberapa perubahan pada sistem kardiovaskuler. Pada darah orang yang mengalami stres akan mengalami peningkatan konsentrasi darah dan faktor pembekuan darah yang dapat menyebabkan terjadinya serangan jantung (Safarino, 2007).

  Pada konsep “General Adaptation Syndrome” dinyatakan bahwa adanya stres menyebabkan respon darurat adrenosimpatetik. Peningkatan respon adrenosimpatetik akan menyebabkan aktivasi koagulasi (Atwitasari, 2007). Aktivasi koagulasi dimaksudkan untuk mengatasi pendarahan selama individu melakukan perlawanan terhadap stresor (Looker dan Gregson, 2005).

  Stres dapat meningkatkan faktor hemostatis yang nantinya akan meningkatkan respon fibrinogen, meningkatkan faktor hemostatik (faktor VII) dan protein fase akut (fibrinogen) (Ho, Neo, Chua, Cheak dan Mak, 2010).

  Bising dapat mempengaruhi sistem pendengaran yang akan dikirim ke otak termasuk dalam sistem limbik. Sistem limbik ini berhubungan langsung dengan sistem saraf otonom, sehingga jika terjadi efek yang buruk pada sistem limbik maka saraf otonom akan teraktivasi untuk mengatasi stres yang muncul (Babisch, 2006).

  Adanya aktivitas fisik (AFM) dapat menginduksi terjadinya perubahan hemostasis dalam darah dan dapat mengarah pada aktivasi koagulasi darah dan fibrinolisis. AFM ini juga akan mengaktivasi sel darah (Rostami dan Farhadi, 2011).

  Pada waktu stres, hipotalamus akan melepas hormon adrenalin dan hormon kortisol secara berlebihan. Hipotalamus memberi sinyal kepada kelenjar adrenal untuk memproduksi lebih banyak hormon adrenalin dan kortisol untuk dilepaskan ke dalam pembuluh darah. Hormon-hormon ini mempersiapkan seseorang untuk bereaksi cepat dan efektif (fight-flight response) (Watson, 2000).

  Menurut Kanel, subyek dengan kadar adrenalin yang tinggi memiliki kadar plasma fibrinogen yang lebih tinggi (Kanel, et al, 2004).

  Adanya peningkatan pembekuan darah dapat mengurangi risiko kehilangan darah ketika mendapatkan luka selama serangan atau melarikan diri (Looker dan Gregson, 2005). Namun adanya peningkatan pembekuan darah ini akan membuat darah cepat membeku yang dapat menyebabkan terjadinya penyumbatan pada pembuluh darah yang dapat meningkatkan risiko penyakit

  

kardiovaskuler (Olvera, 2009). Adanya gumpalan darah juga dapat menyebabkan

terjadinya stroke iskemik (Anonim 1a, 2012). Pada penelitian ini lebih ditekankan

pada risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler.

  Berdasarkan hal tersebut, peniliti ingin mengetahui pengaruh stres dengan metode bising dan aktivitas fisik maksimal terhadap waktu pembekuan darah sehingga diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai dampak stres terhadap waktu pembekuan darah yang nantinya dapat memacu timbulnya penyakit kardiovaskuler yang berakibat pada kematian mendadak.

1. Permasalahan

  Dari latar belakang tersebut, maka penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mengetahui: a. Bagaimana pengaruh stresor dengan metode bising dan aktivitas fisik b. Metode stresor apakah yang memberikan pengaruh signifikan terhadap penurunan waktu pembekuan darah?

2. Keaslian penelitian

  Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya antara lain:

  a. Pengaruh Latihan Fisik Jangka Pendek Menggunakan Metode Harvard Step terhadap Waktu Pembekuan Darah (Atwitasari, 2007). Berdasarkan penelitian, diperoleh hasil bahwa terdapat penurunan waktu pembekuan darah pada subyek percobaan (manusia) pada saat sesudah latihan dibandingkan sebelum latihan menggunakan metode Harvard Step yang berbeda bermakna.

  b. Pengaruh Waktu Aktifitas Fisik Ringan Terhadap Beda Rerata Waktu Pembekuan dalam Sistem Koagulasi (Prihadi, 2007). Dari penelitian diperoleh perbedaan waktu pembekuan darah yang bermakna antara latihan fisik (dengan ergocycle) selama 6 menit dan 12 menit.

  c. Pengaruh Kebisingan terhadap Jumlah Leukosit Mencit BALB/C (Inayah, 2008). Dari penelitian ini diperoleh hasil jumlah leukosit kelompok yang diberi kebisingan akut lebih tinggi dibanding kelompok kontrol tetapi masih dalam rentang yang normal.

  d. Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal terhadap Jumlah Leukosit dan Hitung Jenis Leukosit pada Mencit (Mus musculus L) Jantan (Harahap,2008).

  Berdasarkan penelitian diperoleh hasil bahwa aktivitas fisik maksimal dapat meningkatkan jumlah leukosit dan hitung jenis limfosit secara signifikan dan AFM dapat menurunkan hitung jenis neutrofil, eosinofil dan monosit secara

  Sejauh pengamatan penulis, belum pernah dilakukan penelitian mengenai pengaruh stresor terhadap waktu pembekuan darah pada tikus putih jantan dengan metode bising dan aktivitas fisik maksimal.

3. Manfaat penelitian

  Dengan adanya penelitian mengenai pengaruh stresor dengan metode bising dan aktivitas fisik maksimal terhadap waktu pembekuan darah pada tikus putih jantan, diharapkan memberikan beberapa manfaat antara lain:

  a. Manfaat teoritis: penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai perbedaan pengaruh stresor dengan metode bising dan aktivitas fisik maksimal terhadap waktu pembekuan darah.

  b. Manfaat praktis: penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan mengenai pengaruh stres terhadap waktu pembekuan darah bagi farmasis, tenaga kesehatan lain dan masyarakat.

B. Tujuan Penelitian

  1. Tujuan umum:

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh stres terhadap waktu pembekuan darah.

  2. Tujuan khusus:

  Bertujuan mengetahui perbedaan pengaruh stresor dengan metode bising dan aktivitas fisik maksimal terhadap waktu pembekuan darah serta mengetahui metode yang memberikan pengaruh signifikan dalam menurunkan waktu

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Stres Stres didefinisikan sebagai sebuah keadaan yang kita alami ketika ada

  ketidaksesuaian antara tuntutan-tuntutan yang diterima dan kemampuan untuk mengatasinya. Stres adalah keseimbangan antara bagaimana kita memandang tuntutan-tuntutan dan bagaimana kita berpikir bahwa kita dapat mengatasi semua tuntutan yang menentukan apakah kita tidak merasakan stres, merasakan distres atau eustres (Looker dan Gregson, 2005). Stres merupakan respon adaptasi seseorang terhadap rangsangan, yang menimbulkan tuntutan fisik atau psikologis berlebihan.

  Menurut Atkinson et al, stres terjadi jika orang dihadapkan dengan peristiwa yang mereka rasakan sebagai ancaman kesehatan fisik atau psikologisnya (Atkinson, Atkinson, Smith, Bem, 2010).

B. Stresor Stres merupakan bagian yang tak terhindarkan dari kehidupan kita.

  Segala hal yang menyebabkan aktivasi respon stres disebut sebagai stresor (Looker dan Gregson, 2005). Kondisi stres memiliki dua komponen, yakni secara psikologis dan secara fisik. Secara psikologis meliputi bagaimana individu menanggapi keadaan di sekitarnya sedangkan secara fisik meliputi tantangan yang psikologis dan fisik ini disebut sebagai stresor. Respon fisiologis dan psikologis terhadap stresor disebut sebagai strain (Sarafino, 2008).

C. Pendekatan-Pendekatan Stres

  1. Stres sebagai ‘stimulus’

  Pendekatan ini menitikberatkan pada lingkungan dan menggambarkan stres sebagai suatu stimulus. Contoh: kejadian pada orang-orang yang mempunyai pekerjaan dengan tingkatan stres yang tinggi. Menurut model ini, seorang individu bertemu secara terus sumber-sumber stresor yang potensial. Kelemahan model ini ditunjukkan oleh perbedaan individual, tingkat toleransi seseorang dan harapan- harapannya (Smet, 1994). Berikut adalah skema mengenai stres sebagai stimulus:

  Enviroment S = stimulus R= Respon Stres R Strain Stres Stres

  Person Stres

  Gambar 1. Stres sebagai stimulus (Smet, 1994).

  2. Stres sebagai ‘respon’

  Pendekatan ini memfokuskan pada reaksi seseorang terhadap stresor dan bila disuruh memberikan pidato di depan suatu pertemuan. Respon yang dialami itu mengandung dua komponen, yaitu: komponen psikologis, yang meliputi: perilaku, pola pikir, emosi dan perasaan stres; dan komponen fisiologis, berupa rangsangan fisik yang meningkat, seperti: jantung berdebar-debar, mulut menjadi kering, perut mules, badan berkeringat. Stres sebagai suatu respon tidak selalu bisa dilihat. Hanya akibatnya saja yang bisa dilihat (Smet, 1994). Berikut adalah skema tentang stres sebagai respon:

  

Person

Enviroment Psychological

  Stresor Stress Physiological agents respon

  Behavioral Stimulus Respon

  Gambar 2. Stres sebagai respon Gambar 2. Stres sebagai respon (Smet, 1994)

3. Stress sebagai interaksi antara individu dengan lingkungan

  Pendekatan ketiga menggambarkan stress sebagai suatu proses yang meliputi stresor dan strain dengan menambahkan dimensi hubungan antara individu dengan lingkungan. Di dalam proses hubungan ini termasuk juga proses penyesuaian. Individu akan memberikan reaksi stres yang berbeda pada stresor yang sama (Smet, 1994).

D. Tahapan Reaksi Stres

  Selye mengemukakan bahwa terdapat tiga tahap reaksi oleh organisme terhadap stress yang disebut sebagai General Adaptation Syndrome (GAS) (Bishop, 1994). Tahapan reaksi stres tersebut meliputi:

  1. Fase alarm

  Dikenal sebagai reaksi “fight or flight”. Pada tahap ini individu mulai mengenali adanya ancaman dari stresor sehingga akan mempersiapkan diri untuk melawan atau menghindar. Fase alarm adalah fase saat tubuh menggerakkan sistem saraf simpatetik untuk menghadapi ancaman langsung dan terjadi pelepasan hormon adrenal, epinefrin dan norepinefrin (Wade dan Travis, 2007). Tahap alarm ini berlangsung singkat, yaitu antara satu menit hingga 24 jam (Watson, 2000).

  2. Fase pertahanan (resistance)

  Pada tahap ini organisme melakukan upaya perlawanan untuk mengatasi bahaya yang ada. Tubuh mulai berusaha untuk mengatasi stresor dan membatasi berkembangnya stresor sehingga tubuh dapat menanggulanginya (Watson, 2000). Selama fase ini, respon fisiologis yang terjadi pada fase alarm terus berlangsung, namun respon-respon tersebut membuat tubuh menjadi lebih rentan terhadap stresor lain (Wade dan Travis, 2007).

  3. Fase exhausted

  Pada tahap ini organisme sudah mengalami kelelahan untuk mengatasi stresor dari lingkungan dengan kemampuan yang dimilikinya karena individu Pada tahap ini organisme berusaha untuku melarikan diri dari situasi yang mengancamnya (Bishop, 1994). Di bawah ini merupakan tahapan reaksi tubuh oleh adanya stress:

  STRESOR REAKSI ALARM

Shock phase

  EPINEPHRINE KORTISON Takikardia

  Protein ↑Myocardial contractility

NOREPINEFRIN

  Katabolisme ↑Dilatasi bronkus

 Darah ke ginjal

  Glukogenesis ↑Pembekuan darah

↑ Renin

  ↑ Metabolisme

COUNTERSHOCK PHASE

STAGE OF RESISTANCE

ADAPTASI STAGE OF EXHAUSTION REST DEATH

  Gambar 3. Adaptasi terhadap Stress (Watson, 2000)

E. Reaksi Fisiologis terhadap Stres

  Apa pun jenis stresor yang dihadapi, tubuh secara otomatis mempersiapkan diri untuk menangani keadaan darurat tersebut (fight-or-flight

  

response ). Diperlukan energi yang cepat, sehingga hati melepaskan lebih banyak

  gula untuk menjadi bahan bakar otot. Metabolisme tubuh meningkat sebagai persiapan untuk pemakaian energi pada tindakan fisik. Kecepatan jantung, tekanan darah dan pernapasan meningkat. Saliva dan mukus mengering, dengan demikian meningkatkan ukuran saluran udara ke paru-paru. Pembuluh darah di permukaan kulit mengalami konstriksi untuk mengurangi perdarahan saat terjadi cedera, darah membeku lebih cepat sebagai persiapan jika terjadi luka. Limpa melepaskan lebih banyak sel darah merah untuk membawa oksigen dan sumsum tulang menghasilkan lebih banyak sel darah putih untuk melawan infeksi.

  Perubahan fisiologis tersebut terjadi akibat aktivasi sistem simpatetik dan sistem korteks adrenal yang dikendalikan oleh hipotalamus. Hipotalamus juga disebut sebagai pusat stres otak karena memiliki fungsi ganda dalam keadaan darurat. Fungsi pertamanya adalah mengaktivasi cabang simpatis dari sistem saraf otonomik. Hipotalamus menghantarkan impuls saraf ke nukleus-nukleus di batang otak yang mengendalikan fungsi sistem saraf otonomik. Cabang simpatis dari sistem saraf otonomik bereaksi langsung pada otot polos dan organ internal untuk menghasilkan perubahan tubuh. Sistem simpatis juga menstimulasi medula adrenal (bagian dalam kelenjar adrenal) untuk melepaskan epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin ke dalam pembuluh darah. Epinefrin memiliki efek yang sama pada kelenjar hipofisis, bertanggung jawab secara tidak langsung untuk pelepasan gula dari hati (Atkinson, et al, 2010).

  Fungsi kedua dari hipotalamus adalah aktivasi sistem korteks adrenal dengan mengirim sinyal ke kelenjar hipofisis agar mensekresikan hormon adrenokortikotropik (ACTH) yang meregulasi kadar glukosa dan mineral di dalam darah (Atkinson, et al, 2010).

F. Reaksi Psikologis terhadap Stress

  Situasi stres menghasilkan reaksi emosional mulai dari kegembiraan sampai emosi umum kecemasan, kemarahan, kekecewaan, dan depresi.

  1. Kecemasan Kecemasan merupakan respon yang paling umum terhadap stresor.

  Kecemasan adalah emosi tidak menyenangkan yang ditandai oleh istilah “khawatir”, “prihatin”, “tegang”, dan “takut” yang dialami oleh semua individu dengan tingkatan yang berbeda-beda (Atkinson, et al, 2010).

  2. Kemarahan dan agresi

  Reaksi umum lain terhadap situasi stress adalah kemarahan yang dapat menyebabkan agresi (Atkinson, et al, 2010).

  3. Apati dan depresi

  Walaupun respon umum terhadap frustasi adalah agresi aktif, respon kebalikannya menarik diri dan apati juga sering terjadi. Jika kondisi stres terus berjalan dan individu tidak berhasil mengatasinya, apati dapat memberat menjadi ketidakacuhan yang merupakan salah satu konsekuensi frustasi (Atkinson, et al, 2010).

4. Gangguan kognitif

  Seseorang dapat menunjukkan gangguan kognitif yang cukup berat jika berhadapan dengan stresor yang serius. Mereka merasa sulit berkonsentrasi dan mengorganisasikan pikiran secara logis. Akibatnya, kemampuan dalam melakukan pekerjaan, terutama pekerjaan yang kompleks cenderung memburuk (Atkinson, et al, 2010).

G. Hubungan Stres dengan Fisiologi Tubuh

  Sebagian besar perubahan fisiologis yang terjadi sebagai respon stres terjadi akibat aktivasi cabang simpatik dari sistem saraf otonomik untuk mempersiapkan tubuh melakukan tindakan darurat. Sistem saraf simpatik mempersiapkan organisme untuk mengeluarkan energi. Aktivitas sistem saraf otonomik tersebut dipicu oleh aktivitas di daerah otak, termasuk hipotalamus dan sistem limbik. Impuls dari area-area tersebut ditransmisikan ke nuklei di batang otak yang mengendalikan fungsi sistem saraf oronomik. Sistem saraf otonomik kemudian bekerja langsung pada otot dan organ internal untuk menimbulkan perubahan tubuh dan bekerja secara tidak langsung dengan menstimulasi hormon adrenal untuk menimbulkan perubahan tubuh lainnya (Atkinson, et al, 2010).

  Berikut ini merupakan skema tentang dampak bising terhadap penyakit kardiovaskuler: Gambar 4. Efek bising terhadap penyakit kardiovaskuler (Babisch, 2006)

  Dibawah ini merupakan respon tubuh terhadap stress: Gambar 5. Hubungan stres dengan fisiologi tubuh (Sarafino, 2007)

  Bising merupakan peningkatan suara dengan gelombang kompleks yang tidak beraturan, sehingga bising merupakan salah satu stresor bagi individu. Apabila kebisingan terjadi terus menerus maka akan melampaui daya adaptasi yang dapat menyebabkan terjadinya stres yang nantinya akan mempengaruhi kondisi fisiologis dan psikologis seseorang (Inayah, 2008). Kebisingan adalah suatu bunyi intensitas tinggi, merupakan pencemaran yang mengganggu dan tidak disukai, dan dapat mengganggu percakapan (Marpaung, 2006).

  Bising merupakan suatu stresor yang dapat membangkitkan sistem saraf otonom dan sistem endokrin. Menurut Henry dalam psycho-physiological concept

  Stres Tingkah laku meningkatkan diet lemak penggunaan tambakau penggunaan alkohol kecelakaan menurunkan diet buah dan sayuran latihan/aktivitas kualitas tidur

  Fisiologis meningkatkan tekanan darah lemak dalam darah aktivasi platelet dalam darah faktor pembekuan darah sekresi hormon stres (katekolamin, kortikosteroid)) menurunkan sistem imun

H. Bising Kebisingan merupakan suara yang tidak dikehendaki (Babba, 2007).

  mempengaruhi fungsi biologis tubuh sebagai kompensasi untuk mengatasi stres yang terjadi meliputi perubahan metabolisme, tekanan darah, curah jantung, faktor koagulasi darah, kolesterol dan sebagainya (Berry, 2008).

I. Aktivitas Fisik Maksimal

  Aktivitas fisik adalah kerja fisik yang menyangkut sistem lokomotor tubuh yang ditujukan dalam menjalankan aktivitas hidup sehari-hari. Aktivitas fisik merupakan setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi (Harahap, 2008).

  Menurut Hairrudin, pada keadaan tertentu, aktifitas fisik berat dapat memberikan pengaruh negatif yaitu menghambat atau mengganggu proses fisiologis di dalam tubuh (Hairrudin dan Helianti, 2009).

  J. Metode Perilaku Stres

  Dalam penelitian ini metode stresor yang digunakan dengan metode bising. Paparan suara yang diberikan intensitasnya >90 dB karena berdasarkan skala intensitas kebisingan, intensitas tersebut merupakan wujud batas dengar tertinggi dari kondisi jalan raya yang hiruk pikuk, perusahaan yang gaduh, dan pluit polisi, dimana hal tersebut merupakan fenomena yang sering terjadi di negara-negara berkembang. Paparan suara diberikan selama 2 jam/hari pada siang hari dalam waktu 3 hari (Inayah, 2008).

  Aktivitas fisik maksimal berupa renang sekuat-kuatnya sampai hampir semua badan kecuali hidung dan melemahnya anggota gerak. Lamanya renang berkisar 25-45 menit (Harahap, 2008).

  K. Darah

  Darah adalah cairan yang sangat kompleks, yang terdiri atas elemen berbentuk dan plasma. Elemen berbentuk terdiri dari sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit (Phee, Ganong, 2010). Komponen cair darah dinamakan plasma. Fungsi utama dari darah yaitu respirasi, nutrisi, ekskresi, memelihara keseimbangan asam-basa normal dalam tubuh, mengatur keseimbangan air, mengatur suhu tubunh, membentuk pertahanan terhadap infeksi melalui sel darah putih, mengangkut hormone dan mengatur metabolisme, mengangkut metabolit dan fungsi koagulasi (Murray, Granner, Rodwell, 2009).

  Elemen-elemen berbentuk pada darah normal yang berbeda-beda berkembang dari populasi sel progenitor atau sel punca (stem cell) yang sama yang terletak di sumsum tulang. Proses perkembangan tersebut dinamai hematopoiesis. Hormon utama yang merangsang pembentukan eritrosit (eritropoiesis) adalah eritropoietin. Peptida ini dihasilkan oleh ginjal dan mengendalikan produksi sel darah merah melalui sistem umpan balik. Saat kadar hemoglobin darah menurun, penyaluran oksigen ke ginjal berkurang sehingga ginjal lebih banyak menghasilkan eritropoietin yang menyebabkan sumsum tulang menghasilkan lebih banyak sel darah merah dan sebaliknya (Phee dan Ganong, 2010).

  1. Eritrosit

  Sel darah merah matang adalah bikonkaf berbentuk cakram yang terisi oleh hemoglobin, yang berfungsi sebagai komponen pengangkut oksigen darah (Phee dan Ganong, 2010).

  2. Granulosit: neutrofil, eosinofil dan basofil

  Granulosit adalah sel darah putih yang paling banyak ditemukan; dari golongan sel ini, neutrofil adalah yang paling banyak. Basofil berfungsi dalam reaksi hipersensitivitas. Eosinofil berfungsi sebagai bagian dari respons peradangan terhadap parasit yang terlalu besar untuk ditelan oleh sel imun. Sel ini juga terlibat dalam beberapa reaksi alergik. Neutrofil adalah “pertahanan lini pertama” terhadap bakteri pathogen, dan jumlahnya yang rendah secara langsung meningkatkan terjadinya infeksi bakteri (Phee dan Ganong, 2010).

  3. Sel darah putih lain: monosit dan limfosit

  Monosit lebih besar dari neutrofil dan memiliki satu inti. Monosit meninggalkan sirkulasi dan menjadi makrofag jaringan serta merupakan sebagian dari sistem retikuloendotel (Phee dan Ganong, 2010).

  Limfosit adalah leukosit berinti satu dalam darah perifer. Terdapat dua jenis limfosit, yakni limfosit-T dan limfosit-B. Limfosit-T bertanggung jawab atas respon kekebalan selular melalui pembentukan sel yang reaktif-antigen. Limfosit-

  B, jika dirangsang akan berdiferensiasi menjadi sel plasma yang menghasilkan imunoglobulin (Phee dan Ganong, 2010).

4. Trombosit

  Trombosit bukan sel, melainkan pecahan granular sel, berbentuk piringan dan tidak berinti (Price dan Wilson, 1984). Trombosit adalah komponen integral sistem koagulasi. Membran elemen ini merupakan sumber penting fosfolipid, yang diperlukan untuk fungsi protein-protein sistem koagulasi dan mengandung reseptor-reseptor penting yang memungkinkan trombosit melekat pada sel endotel sehingga dapat terbentuk platelet plug sebagai respons terhadap cedera pembuluh darah. Trombosit disebut juga sebagai platelet yang berperan dalam transport zat- zat kimia penting dalam proses pembekuan darah dan perlindungan sementara dari kebocoran pembuluh darah (Phee dan Ganong, 2010).

  L. Hemostasis

  Hemostasis adalah suatu proses penghentian perdarahan yang bersifat fisiologis pada pembuluh darah yang cedera untuk mencegah hilangnya darah.

  Salah satu mekanismenya adalah dengan terjadinya proses pembekuan darah. Pembekuan darah sendiri terjadi dengan melibatkan berbagai komponen di dalam darah. Pembekuan darah ini timbul bila setelah terjadi konstriksi pembuluh darah dan pembentukan sumbat trombosit tidak berhasil menghentikan perdarahan yang terjadi (Prihadi, 2007).

  Hemostasis dan pembekuan menyatakan serangkaian kompleks reaksi yang mengakibatkan pengawasan perdarahan melalui pembentukan bekuan trombosit dan fibrin di tempat cedera. Pembentukan disusul oleh resolusi atau lisis pembekuan melindungi individu dari perdarahan masif sekunder akibat trauma (Price dan Wilson, 1984).

  M. Faktor Pembekuan

  Sistem koagulasi bersifat sangat kompleks. Banyak protein terlibat baik dalam bentuk inaktif maupun aktif yang keseimbangannya diatur secara ketat.

  Terdapat dua komponen utama sistem koagulasi: trombosit dan faktor koagulasi, yaitu protein-protein plasma. Hasil akhir aktivitas faktor koagulasi cukup sederhana: pembentukan suatu kompleks ikatan-silang molekul-molekul fibrin dan trombosit yang menghentikan perdarahan. Faktor koagulasi umumnya tidak beredar dalam bentuk aktif. Sebagian besar merupakan enzim (protease serin) dan tetap inaktif sampai dibutuhkan. Hal ini akan terlaksana jika terdapat enzim lain yang dapat menguraikan faktor inaktif menjadi faktor aktif (Phee dan Ganong, 2010).

  Faktor-faktor pembekuan, dengan kekecualian faktor III (tromboplastin jaringan) dan faktor IV (ion kalsium), merupakan protein plasma yang bersikulasi dalam darah sebagai molekul-molekul nonaktif (Price dan Wilson, 1984). Hasil akhir aktivitas faktor koagulasi adalah pembentukan suatu kompleks ikatan-silang molekul-molekul fibrin dan trombosit yang menghentikan perdarahan (Phee dan Ganong, 2007).

  Berikut faktor-faktor pembekuan darah yang terlibat dalam proses pembekuan darah: Tabel I. Faktor-faktor pembekuan plasma

  I Fibrinogen: prekursor fibrin (protein polimer)

  II Protrombin: prekursor enzim proteolitik trombin dan mungkin aselerator konversi protrombin lain

  III Tromboplastin: suatu lipoprotein jaringan aktivator protrombin

  IV Kalsium: diperlukan untuk pengaktifan protrombin dan pembentukan fibrin

  V Plasma aselerator globulin suatu faktor plasma yang mempercepat perubahan protrombin menjadi thrombin

  VII Aselerator konversi protrombin serum: suatu faktor serum yang mempercepat perubahan protrombin

  VIII Antihemofilik globulin (AHG): suatu faktor plasma yang berkaitan dengan faktor III trombosit dan faktor Christmas (IX); mengaktifkan protrombin

  IX Faktor christmas: faktor serum yang berkaitan dengan faktor III trombosit dan VII; mengaktifkan protrombin

  X Faktor Stuart-Prower: suatu faktor plasma dan serum; aselerator konversi protrombin

Dokumen yang terkait

Pengaruh pemberian madu kelengkeng (Nephelium longata L.) terhadap jumlah sel darah putih pada hewan uji tikus putih jantan galus wistar.

0 2 88

Pengaruh ekstrak daun sirih merah (Piper crocatum linn.) terhadap penurunan kadar gula darah pada tikus putih jantan dengan metode uji toleransi glukosa - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 21

Daya hipoglikemik produk jamu antidiabetes ``AD`` dibandingkan dengan glibenklamida pada tikus putih jantan terbebani glukosa - USD Repository

0 0 116

Pengaruh pemberian air barkarbonasi terhadap profil farmakokinetika parasetamol pada tikus putih jantan - USD Repository

0 1 195

Pengaruh ekstrak etanol bungan-pagoda [Clerodendum paniculatum L.] terhadap waktu tidur mencit jantan dengan metode potensiasi narkose - USD Repository

0 0 131

Pengaruh ekstrak etanol umbi bawang putih [Allium sativum L.] setelah pemberian Na2CaEDTA terhadap kadar timbal darah tikus dengan metode spektroskopi serapan atom - USD Repository

0 0 142

Pengaruh stres terhadap efek analgesik petidin pada mencit jantan putih dengan metode lempeng panas - USD Repository

0 0 119

Pengaruh pemberian ekstrak etanolik daun mimba [Azadirachta indica A.Juss] terhadap peningkatan kadar antibodi darah pada tikus putih jantan galur wistar - USD Repository

0 0 70

Efek kombinasi ekstrak metanol-air daun Macaranga Tanarius L. dengan glibenklamid terhadap penurunan glukosa darah pada tikus putih jantan galur wistar terbebani glukosa - USD Repository

0 0 95

Pengaruh stresor dengan metode bising dan aktivitas fisik maksimal terhadap kadar kolesterol darah pada tikus putih jantan - USD Repository

0 0 91