Pengembangan alat peraga perkalian ala Montessori untuk siswa kelas II SD Krekah Yogyakarta - USD Repository

  

PENGEMBANGAN ALAT PERAGA PERKALIAN ALA MONTESSORI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

  Oleh:

  

Dian Aprelia Rukmi

NIM: 091134085

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2013

  

PENGEMBANGAN ALAT PERAGA PERKALIAN ALA MONTESSORI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

  Oleh:

  

Dian Aprelia Rukmi

NIM: 091134085

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2013

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

HALAMAN PERSEMBAHAN 1.

  Allah SWT yang selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada saya.

  2. Kedua orang tua saya, Supriyadi dan Sri Suraningsih yang telah setia mendampingi dan tidak pernah berhenti memberikan dukungan kepada saya sampai saat ini.

  3. Kakak saya, Lisa Utaminingsih yang telah mendukung saya selama ini.

  4. Semua saudara saya yang telah mendukung saya selama ini.

  5. Sahabat dan teman yang telah memberikan dukungan dan doa selama ini.

  6. Almamater Universitas Sanata Dharma.

HALAMAN MOTTO

  “Allah tidak membebani seseorang melainkan dengan kesanggupannya”

  • -Al-Baqarah:286-

  “Sesuatu mungkin mendatangi mereka yang mau menunggu, namun hanya didapatkan oleh mereka yang bersemangat mengejarnya”

  • -Abraham Lincoln-

  “Walking with a friend in the dark is better than walking alone in te light”

  • -Helen Keller-

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 30 Mei 2013 Peneliti, Dian Aprelia Rukmi

  

PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma: Nama : Dian Aprelia Rukmi Nomor Mahasiswa : 091134085 Demi kepentingan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:

  

Pengembangan Alat Peraga Perkalian Ala Montessori untuk Siswa Kelas II

SD Krekah Yogyakarta.

  Beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk apa saja, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

  Yogyakarta, 30 Mei 2013 Yang menyatakan, Dian Aprelia Rukmi

  

ABSTRAK

  Rukmi, Dian Aprelia. (2013). Pengembangan alat peraga perkalian ala Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

  

Kata kunci: metode penelitian pengembangan, alat peraga Montessori, perkalian,

Matematika.

  Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran di Sekolah Dasar (SD) dapat membantu siswa memahami materi pembelajaran. Kenyataannya, guru SD belum banyak yang menggunakan alat peraga. Penelitian ini difokuskan untuk mengisi kekurangan akan pentingnya penggunaan alat peraga dalam pembelajaran di SD, khususnya pembelajaran matematika. Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan prototipe produk berupa alat peraga perkalian ala Montessori untuk siswa kelas II SD semester genap.

  Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (R&D). Metode ini digunakan untuk mengetahui prosedur pengembangan dan kualitas pengembangan alat peraga perkalian untuk siswa kelas II SD semester genap.

  Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini mengadopsi alat peraga perkalian Montessori bernama papan skittle. Alat peraga dikembangkan berdasarkan empat karakteristik alat peraga Montessori, yaitu menarik, bergradasi, auto-education, dan auto-correction. Selain itu, peneliti juga menambahkan karakteristik kontesktual. Penelitian ini dilakukan terhadap sekelompok siswa kelas II SD Krekah Yogyakarta semester genap tahun ajaran 2012/2013.

  Prosedur pengembangkan ini melalui empat tahap, yakni, 1) kajian standar kompetensi dan materi pembelajaran, 2) analisis kebutuhan dan pengembangan perangkat pembelajaran, 3) produksi alat peraga Montessori untuk perkalian, 4) validasi dan revisi produk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat peraga perkalian yang dikembangkan mengandung lima ciri alat peraga dan mempunyai kualitas “sangat baik” setelah divalidasi oleh pakar pembelajaran matematika, pakar alat peraga, guru kelas II, dan siswa kelas II SD Krekah. Alat peraga yang dikembangkan terbukti dapat mengatasi kesulitan belajar siswa dalam perkalian dengan peningkatan skor posttest sebesar 86,44%.

  

ABSTRACT

  Rukmi, Dian Aprelia . (2013). The developing of multiplication Montessori’s

  nd

  Thesis. Yogyakarta: Elementary School Teacher Education Study Program, University of Sanata Dharma.

  Keywords:

  Research and development method, Montessori’s material, multiplication, and mathematics. The use of learning media in primary school classes is often found very limited, despite of the fact that learning media have been proved to be fruitful to help the students’ understanding. This research was aimed at developing a set of

  nd Montessori multiplication materials for the 2 grade students.

  This research employed the Research and Development method (R&D) to answer two questions; the first was on the procedure used to design and develop the material and the second was on the quality of the materials developed. The set of materials developed in this study adopted Montessori’s multiplication material called the skittle board. The prototype was designed based on four main characteristics of Montessori’s materials namely attractive, gradual, auto-

  

education , and auto-correction. In addition, the researcher included contextual as

nd

  another criterion. This research was conducted on a group of 2 grade students in Krekah Primary School, Yogyakarta during the second term in the academic year of 2012/2013.

  The materials development was conducted in four major steps: 1) examining the competency standard and the math concept, 2) analyzing the students’ needs,

  3) producing the first prototype of Montessori’s multiplication material, and 4) validating and revising the prototype. The findings of the research showed that the developed multiplication material satisfied the five criteria and was measured as “very good” after a validation involving the group of students, the class teacher and a couple of experts in Math education. The set of materials also was also found to be effective in helping the struggling students in understanding the concept of multiplication with the posttest scores of students increased by 86,44%.

  

PRAKATA

  hidayah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul Pengembangan Alat Peraga

  

Perkalian Ala Montessori untuk Siswa Kelas II SD Krekah Yogyakarta dapat

  peneliti selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

  Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak maka skripsi ini tidak akan terwujud seperti adanya sekarang ini. Karena itu, dengan hati yang tulus perkenankanlah peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, bantuan, dan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini.

  Ucapan terima kasih ini peneliti sampaikan kepada: 1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

  2. G. Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A. selaku Kaprodi PGSD sekaligus pembimbing I yang telah membimbing peneliti dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan dari awal penulisan skripsi hingga selesai.

  3. E. Catur Rismiati, S.Pd., M.A., Ed.D. selaku Wakaprodi PGSD.

  4. Ag. Kustulasari 81, S.Pd., M.A. selaku pembimbing II yang telah membimbing dan membantu peneliti dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan.

  5. Wiyanta, S.Pd. selaku Kepala SD Krekah yang telah memberikan ijin penelitian kepada peneliti untuk mengadakan penelitian di sekolah.

  6. Ibu Parjiyem selaku guru kelas II SD Krekah yang telah memberikan banyak partisipasi dan bantuan selama peneliti melakukan penelitian di sekolah.

  7. Veronica Fitri Rianasari, M.Si. selaku pakar pembelajaran matematika yang telah memberikan kontribusi dan bantuan dalam penelitian pengembangan ini.

  8. Andri Anugrahana, M.Pd. selaku pakar alat peraga yang telah memberikan kontribusi dan bantuan dalam penelitian pengembangan ini.

  9. Seluruh siswa kelas II SD Krekah tahun ajaran 2012/2013 yang telah memberikan waktu kepada peneliti untuk bekerja sama selama penelitian

  10. Kedua orang tua saya, Supriyadi dan Sri Suraningsih yang telah memberikan dukungan materi maupun moril kepada peneliti.

  11. Kakak saya Lisa Utaminingsih yang telah memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

  12. Teman-teman saya satu perjuangan skripsi payung Montessori, Theresia Kristi Panca Wijayanti, Mukti Sari Putri, dan Esterlita Pratiwi. Sebuah kebanggaan bisa berjuang bersama kalian.

  13. Sahabat-sahabat saya, Cahya Dwi Guna, Theresia Kristi Panca Wijayanti, Maria Yuanita Kurniasih, Yuni Darojatiningtyas, Titi Wahyuni, Dwi Astuti, dan Tri Lestari. Sebuah berkah dapat mengenal dan berbagi cerita bersama kalian.

  14. Teman-teman PGSD angkatan 2009 kelas A, Gorius Geor, Deny Adventy Sary, Anggarwati Risca P., Heronimus Yudi K., Rischa Kristiana dan semuanya yang selalu memberi saya motivasi untuk terus berkembang.

  Selamanya kita tetap bersaudara.

  15. Keluarga kecil di kost Papringan, Terry Ayu, Wenny, Mahayu, dan Meyta.

  16. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih untuk bantuan dan doanya selama ini.

  Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak untuk perbaikan menuju lebih sempurnanya skripsi ini. Akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat untuk dunia pendidikan. Terima kasih.

  Penulis, Dian Aprelia Rukmi

  

DAFTAR ISI

  

  

..................................................................................... HALAMAN PENGESAHAN

  iii

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

DAFTAR BAGAN

Bagan 3.1 Langkah-langkah penelitian R&D menurut Sugiyono ...................... 24Bagan 3.2 Langkah-langkah R&D menurut Walter D., Lous C., dan

  James C. ............................................................................................ 25

Bagan 3.3 Prosedur penelitian pengembangan mengadopsi model Sugiyono dan Borg & Gall ................................................................................ 27

  

DAFTAR TABEL

  menurut Sukardjo .............................................................................. 36

Tabel 4.1 Konversi Nilai Skala Lima ................................................................. 48Tabel 4.2 Kriteria Skor Skala Lima ................................................................... 49Tabel 4.7 Komentar Ahli terhadap Produk dalam Uji Validasi ......................... 51Tabel 4.8 Rekapitulasi Hasil Pretest dan Posttest .............................................. 56Tabel 4.10 Resume Penilaian Perkalian ............................................................... 57

DAFTAR DIAGRAM

  

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1.1 Kisi-kisi Wawancara ...................................................................... 65 Lampiran 1.2 Kisi-kisi Kuesioner ........................................................................ 65 Lampiran 1.3 Kuesioner Analisis Kebutuhan terhadap Guru .............................. 66 Lampiran 1.4 Kuesioner Analisis Kebutuhan terhadap Siswa ............................. 70 Lampiran 1.5 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa ............. 73

  

Lampiran 2. Instrumen Validasi Ahli ............................................................. 76

  Lampiran 2.1 Kisi-kisi Kuesioner Penilaian Alat Peraga oleh Pakar Pembelajaran Matematika ................................................................................... 76

  Lampiran 2.2 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Penilaian Alat Peraga oleh Pakar Pembelajaran Matematika ............................................................ 77

  Lampiran 2.3 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Penilaian Alat Peraga oleh Pakar Alat Peraga ........................................................................................... 77

  Lampiran 2.4 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Penilaian Alat Peraga oleh Guru Kelas

  II ................................................................................................... 78 Lampiran 2.5 Resume Penilaian Alat Peraga oleh Para Ahli .............................. 78

  

Lampiran 3. Uji Coba Lapangan Terbatas ..................................................... 79

  Lampiran 3.1 Kisi-kisi Pretest dan Posttest ......................................................... 79 Lampiran 3.2 Sample Pretest ............................................................................... 80 Lampiran 3.3 Sample Posttest ............................................................................. 81

  

Lampiran 4. Kuesioner Uji Coba Lapangan Terbatas ................................... 82

  Lampiran 4.1 Kisi-kisi Kuesioner Penilaian Alat Peraga oleh Siswa ................. 82 Lampiran 4.2 Sample Kuesioner Penilaian Alat Peraga oleh Siswa .................... 83 Lampiran 4.3 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Penilaian Kualitas Alat Peraga oleh

  Siswa ............................................................................................... 85

  

Lampiran 5. Surat Permohonan Ijin Penelitian di SD ................................... 86

Lampiran 6. Surat Keterangan telah Melaksanakan Penelitian dari SD ..... 87

Lampiran 7. Dokumentasi ................................................................................. 88

  Lampiran 7.1 Desain Alat Peraga ........................................................................ 88 Lampiran 7.2 Papan Perkalian ............................................................................. 92 Lampiran 7.3 Uji Coba Lapangan Terbatas ......................................................... 93

  

Lampiran 8. Album Alat Peraga ..................................................................... 97

BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan (1) latar belakang, (2) rumusan masalah, (3)

  tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, (5) spesifikasi produk yang dikembangkan, dan (6) definisi operasional.

1.1 Latar Belakang

  Dalam pasal 20 Bab I Undang-Undang (UU) Pendidikan nomor 20 tahun 2003 disebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Berdasarkan pasal tersebut dapat diartikan bahwa dalam pembelajaran perlu adanya komunikasi dua arah. Komunikasi tersebut dapat berlangsung antara siswa dengan guru, guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa. Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru untuk mewujudkan hal tersebut adalah dengan mengadakan dan memanfaatkan media yang berupa alat peraga.

  Alat peraga merupakan salah satu komponen dalam pembelajaran yang bermanfaat untuk mencapai tujuan pembelajaran (Suyono, 2011:17). Hal tersebut dapat dilihat dari karakteristik anak Sekolah Dasar (SD) yang pada umumnya berusia 7-12 tahun. Menurut Jean Piaget dalam Suparno (2001:70) anak usia 7-12 tahun merupakan anak yang berada pada tahap operasional konkret. Pada tahap ini anak memiliki karakteristik tersendiri yang dapat dilihat dari segi kognitif, afektif, dan psikomotorik. Anak sudah mampu berpikir berdasarkan logika atau aturan logis tertentu. Konsep anak terhadap bilangan, waktu, dan ruang juga semakin lengkap terbentuk. Perkembangan afektif anak ditandai dengan hubungannya dengan teman dan orang lain yang ada di sekitarnya. Anak pada usia tersebut memiliki perkembangan bahasa yang lebih komunikatif dan suka melakukan berbagai aktivitas motorik. Meskipun demikian, pada tahap ini anak masih menerapkan logika berpikir pada barang-barang yang konkret. Berdasarkan hal tersebut, perlu adanya pembelajaran yang menarik dan menggunaan alat peraga yang sesuai dengan perkembangan anak.

  Salah satu metode pembelajaran yang menerapkan penggunaan alat peraga dalam pembelajaran adalah metode Montessori. Metode ini merupakan sebuah wanita Italia yang bernama Maria Montessori (1870-1952). Filosofi Montessori terhadap anak adalah bahwa setiap anak unik dan individual mereka harus dihormati secara penuh dalam proses pendidikan (Seldin, 2006:12). Metode Montessori berawal dari hasil observasi yang dilakukannya terhadap anak-anak kurang beruntung yang ada di pinggiran Italia. Beliau mendidik anak-anak tersebut di sekolah yang didirikannya dan diberi nama Casa Dei Bambini (Rumah Anak-anak). Montessori terus mengembangkan metodenya dengan observasi yang dilakukan terhadap anak didiknya. Berdasarkan filosofi dan observasi yang dilakukan oleh Montessori, akhirnya beliau berhasil membawa anak-anak didiknya lulus dalam ujian yang diselenggarakan bagi anak-anak di sekolah umum (Montessori, 2002:38).

  Metode Montessori bukanlah menjadi hal yang baru dalam pendidikan di Indonesia. Beberapa sekolah di Indonesia mulai menerapkan metode Montessori seiring dengan banyaknya penelitian yang membuktikan keberhasilan metode tersebut. Hal tersebut juga didukung dengan didirikannya beberapa sekolah Montessori di Indonesia. Sekolah Montessori yang pertama berdiri pada tahun 1986 adalah Jakarta Montessori School. Sekolah Montessori saat ini juga berkembang di beberapa daerah, yaitu Bali Montessori School, Sekolah Montessori di Bandung, Batam, dan di Yogyakarta sendiri. Sekolah-sekolah Montessori menawarkan sebuah pendidikan alternatif yang berkualitas.

  Meskipun demikian, tidak semua anak dapat mengikuti pembelajaran yang ada di sekolah Montessori. Sekolah tersebut hanya terbatas pada anak-anak yang berasal dari keluarga berkecukupan. Hal tersebut merupakan sebuah fenomena yang wajar mengingat alat-alat Montessori belum diproduksi di Indonesia dan masih menggunakan bahan terstandar khusus. Apabila dilihat dari sejarah, Montessori mengawali pendampingan pendidikan di Casa dei Bambini menggunakan media seadanya. Montessori juga mengembangkan sendiri media pembelajaran yang dibutuhkan sesuai dengan kesulitan belajar yang dialami oleh anak-anak tersebut (Montessori, 2002:36). Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya media pembelajaran Montessori dapat dikembangkan sendiri sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh penyelenggara pendidikan.

  Krekah, Gilangharjo, Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Sekolah tersebut berada di pedesaan dan terletak sekitar 25 km dari kota dengan didominasi wilayah pertanian. Latar belakang ekonomi keluarga siswa adalah menengah ke bawah dengan rata-rata profesi orang tua sebagai petani dan buruh. Letak sekolah yang berada di pedesaan membuat sekolah ini memiliki beberapa potensi lokal yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran. Beberapa potensi lokal yang dapat dimanfaatkan adalah hasil-hasil alam yang ada di daerah tersebut, contohnya batu, pasir, hasil pertanian, rumput ilalang, tempurung kelapa, dan sabut kelapa.

  Berdasarkan hasil wawancara terhadap kepala sekolah pada hari Sabtu, tanggal 24 November 2012 diperoleh informasi bahwa sekolah masih memiliki alat peraga yang terbatas dan penggunaannya juga belum maksimal. Selain itu, berdasarkan wawancara dan observasi terhadap guru kelas dan enam siswa kelas

  II pada hari Senin, tanggal 14 Januari 2013 didapatkan hasil bahwa siswa masih mengalami kesulitan pada materi perkalian. Hal tersebut nampak pada saat siswa menyelesaikan soal perkalian. Siswa masih belum dapat membedakan bilangan pengali dan bilangan yang dikali. Pada saat siswa diminta untuk menguraikan soal perkalian ke dalam bentuk penjumlahan berulang, siswa masih terbalik dalam menuliskan bilangan pengali dan bilangan yang dikali. Guru mengungkapkan bahwa siswa masih belum memahami konsep perkalian dan salah satu faktor penyebab hal tersebut adalah terbatasnya alat peraga yang ada di sekolah. Peneliti mengamati bahwa alat peraga yang ada di kelas kebanyakan masih terbatas pada gambar-gambar, kartu bilangan, dan dekak-dekak yang tidak setiap saat dapat digunakan dalam pembelajaran. Guru juga menyampaikan secara langsung bahwa beliau pernah membuat alat peraga sendiri dengan menggunakan kalender bekas untuk mengenalkan kembali letak bilangan kepada siswa, namun hasilnya kurang memuaskan. Alat peraga tersebut tidak dapat bertahan lama dan siswa juga kurang tertarik untuk menggunakannya.

  Antara kesempatan dan keterbatasan di atas, peneliti berinisiatif untuk membuka akses yang lebih luas terhadap pendidikan yang berkualitas melalui mengembangkan alat peraga perkalian Montessori. Pengembangan alat peraga tersebut nantinya akan mengadopsi alat peraga perkalian yang biasa digunakan di sekolah Montessori dengan memanfaatkan berbagai potensi lokal yang ada di daerah penelitian.

  Penelitian ini dibatasi pada pengembangan alat peraga Montessori untuk melatih kemampuan perkalian pada mata pelajaran Matematika bagi siswa kelas II semester genap tahun ajaran 2012/2013 di SD Krekah Yogyakarta dengan Standar Kompetensi (SK) “Melakukan perkalian dan pembagian bilangan sampai dua angka” dan Kompetensi Dasar (KD) “Melakukan perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka”. Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi sampai pada menghasilkan prototipe produk berupa alat peraga untuk melatih kemampuan perkalian.

  1.2 Rumusan Masalah

  1.2.1 Bagaimana ciri-ciri alat peraga Montessori yang dikembangkan untuk melatih kemampuan perkalian pada siswa kelas II semester genap di SD Krekah Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013?

  1.2.2 Bagaimana kualitas alat peraga Montessori yang dikembangkan untuk melatih kemampuan perkalian pada siswa kelas II semester genap di SD Krekah Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013?

  1.3 Tujuan Penelitian

  1.3.1 Mengembangkan alat peraga Montessori sesuai ciri-ciri yang telah ditetapkan untuk melatih kemampuan perkalian pada siswa kelas II semester genap di SD Krekah Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.

  1.3.2 Mengembangkan alat peraga Montessori yang berkualitas untuk melatih kemampuan perkalian pada siswa kelas II semester genap di SD Krekah Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.

1.4 Manfaat Penelitian

  1.4.1 Bagi siswa 2012/2013 terbantu dalam belajar perkalian menggunakan alat peraga perkalian ala Montessori.

  1.4.2 Bagi guru Menambah referensi dalam penggunaan alat peraga perkalian dengan memanfaatkan potensi lokal yang ada di sekitar sekolah.

  1.4.3 Bagi sekolah Menambah referensi penelitian pengembangan alat peraga perkalian untuk kelas II semester genap.

  1.4.4 Bagi perkembangan ilmu pengetahuan Memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan SD khususnya pengembangan alat peraga perkalian kelas II semester genap dengan memanfaatkan potensi lokal.

  1.4.5 Bagi Peneliti Mendapatkan pengalaman baru dalam mengembangkan alat peraga perkalian ala Montessori sebagai upaya pengaplikasian ilmu pengetahuan tentang metode Montessori.

1.5 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

  Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah papan perkalian yang terdiri dari sebuah papan perkalian, kancing perkalian, dua buah tanda panah yang digunakan untuk menandai bilangan pengali dan bilangan yang dikali. Alat peraga ini dilengkapi dengan kartu bilangan, kartu soal dan album alat peraga. Kartu bilangan terdiri dari bilangan satuan, puluhan, dan ratusan. Kartu soal terdiri dari 16 soal perkalian. Album alat peraga berisi tentang tujuan pembelajaran, deskripsi alat peraga, dan cara penggunaannya. Alat peraga papan perkalian dikembangkan dengan mengadopsi alat peraga Montessori yang disebut papan skittle.

  Pada alat peraga perkalian Montessori terdapat beberapa alat peraga yang terdiri dari manik-manik satuan, manik-manik emas, papan skittle, papan perkalian dengan beberapa tingkatan (papan perkalian 1°, 2°, 3°, 4°, 5°) dan

  

checker board . Dalam penelitian ini, peneliti membatasi pengembangan produk

  dengan perkembangan siswa kelas II SD dan juga disesuaikan dengan SK serta KD kelas II. Papan perkalian digunakan sebagai alat peraga pembelajaran matematika kelas II SD Krekah Yogyakarta semester genap tahun ajaran 2012/2013 dengan SK “Melakukan perkalian dan pembagian bilangan sampai dua angka” dan KD “Melakukan perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka”.

  Papan skittle yang terdapat pada alat peraga Montessori terdiri dari papan perkalian, kartu bilangan pengali, lingkaran merah untuk menandai bilangan yang dikali, dan manik-manik merah. Papan perkalian berbentuk persegi dengan ukuran 25 cm x 25 cm. Pada sisi atas papan terdapat bilangan 1 sampai 10 yang letaknya berurutan secara horisontal. Terdapat 100 lubang berbentuk setengah lingkaran yang terletak di antara bilangan di sisi atas dan sisi kiri. Lubang-lubang tersebut digunakan untuk meletakkan setiap manik-manik merah yang digunakan untuk menghitung hasil perkalian dua bilangan. Kartu bilangan pengali terbuat dari kayu yang berbentuk persegi panjang dengan ukuran 2 cm x 1 cm dan terdiri dari kartu bilangan 1 sampai 10. Seperti namanya, kartu bilangan ini berfungsi sebagai bilangan pengali. Lingkaran merah yang digunakan untuk menandai bilangan yang dikali terbuat dari kayu yang dibentuk lingkaran dengan diameter kurang lebih 1,5 cm. Manik-manik merah digunakan untuk menghitung hasil perkalian dengan meletakkan satu per satu manik-manik merah di setiap lubang yang ada pada papan. Satu set alat peraga tersebut dilengkapi dengan kartu soal yang berisi soal-soal perkalian.

  Produk dalam penelitian ini dikembangkan dengan menggunakan potensi lokal yang ada di sekitar lokasi penelitian berupa papan kayu dan tempurung kelapa. Papan kayu yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan papan perkalian dipilih berdasarkan kualitas dan beratnya. Kayu yang dipilih merupakan kayu yang berkualitas baik agar alat peraga yang dibuat nantinya dapat tahan lama. Berat kayu dipilih dengan mempertimbangkan perkembangan anak agar nantinya anak dengan mudah dapat membawa alat peraga tersebut. Papan perkalian berbentuk persegi panjang dengan ukuran kurang lebih 40 cm x 25 cm yang kemudian diplitur. Pada papan tersebut ditentukan garis tepinya, batas tepi dan tepi atas pada papan nantinya digunakan untuk meletakkan tanda panah. Terdapat dua tanda panah yang dibuat dari kayu dengan ukuran kurang lebih 1,5 cm x 1 cm dan berwarna merah. Pada produk ini, tanda panah yang pertama sebagai pengganti kartu bilangan yang digunakan untuk menandai bilangan pengali. Tanda panah yang kedua sebagai pengganti lingkaran merah yang digunakan untuk menandai bilangan yang dikali.

  Angka 1 sampai 10 yang berfungsi sebagai bilangan pengali dituliskan secara vertikal pada papan sebelah kiri. Bilangan yang berfungsi sebagai bilangan yang dikali juga terdiri dari angka 1 sampai 10 dan dituliskan secara horizontal pada papan bagian atas. Bilangan-bilangan tersebut dituliskan menggunakan cat warna putih. Setelah itu dibuat lubang berbentuk persegi panjang dengan ukuran kurang lebih 2,5 cm x 0,7 cm sejumlah 100 buah di samping kanan bilangan pengali dan di bawah bilangan yang dikali. Ukuran lubang tersebut disesuaikan dengan ukuran kancing merah yang digunakan untuk menghitung operasi perkaliannya.

  Tempurung kelapa digunakan sebagai bahan dasar pembuatan kancing perkalian. Peneliti memilih tempurung kelapa yang masih muda dengan tujuan agar mudah dalam proses mewarnai. Bentuk dari tempurung kelapa nantinya berupa kancing baju dengan bentuk lingkaran yang berdiameter kurang lebih 2,5 cm. Kancing baju tersebut kemudian diberi warna sesuai dengan warna manik- manik pada alat peraga perkalian Montessori, yaitu warna merah. Pada alat peraga ini terdapat 100 kancing. Satu kancing merah nantinya terdiri dari sepasang kancing karena lebar satu buah kancing hanya 2 mm dan ukuran tersebut terlalu tipis saat digunakan anak. Kancing merah pada produk ini manfaatnya sama dengan manik-manik merah pada papan skittle, yaitu untuk menghitung operasi perkalian. Seluruh kancing perkalian, kartu bilangan, dan dua tanda panah nantinya ditempatkan pada tempat yang berbentuk balok dengan berbahan dasar kayu.

1.6 Definisi Operasional

  1.6.1 Alat peraga Montessori adalah media pembelajaran yang menerapkan karakteristik, yaitu menarik, bergradasi, auto-education, dan auto-

  correction .

  1.6.1 Album alat peraga perkalian Montessori adalah buku panduan yang berisi materi pembelajaran, tema pembelajaran, tujuan pembelajaran, usia, syarat, langkah-langkah presentasi penggunaan alat peraga dan pengendali kesalahan dalam penggunaan alat peraga perkalian Montessori.

  1.6.2 Perkalian adalah materi pada mata pelajaran Matematika di SD yang mempelajari penjumlahan bilangan yang dilakukan secara berulang dan menggunakan simbol kali (x) dalam operasi tersebut.

  1.6.3 Kontekstual adalah segala sesuatu yang berada di suatu tempat atau daerah dan memiliki potensi untuk dimanfaatkan menjadi benda yang memiliki kegunaan.

  1.6.4 Alat peraga perkalian ala Montessori adalah alat peraga perkalian yang mengadopsi alat peraga Montessori dan dibuat serta dikembangkan menggunakan segala sesuatu di sekitar tempat penelitian yang memiliki potensi untuk dimanfaatkan.

  1.6.5 Siswa SD adalah siswa kelas II semester genap SD Krekah Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 dengan jumlah siswa 35 siswa yang terdiri dari 16 siswa perempuan dan 19 siswa laki-laki.

BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini, pembahasan tentang landasan teori dibagi menjadi empat

  bagian, yaitu (1) kajian pustaka, (2) penelitian yang relevan, (3) kerangka berpikir, dan (4) hipotesis.

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Metode Montessori

2.1.1.1 Sejarah Metode Montessori

  Metode Montessori merupakan sebuah metode pembelajaran yang diperkenalkan dan dikembangkan oleh Maria Montessori. Beliau adalah seorang dokter wanita pertama di Italia yang lahir pada tanggal 31 Agustus 1870 dan wafat pada tanggal 6 Mei 1952. Saat Montessori bekerja di klinik psikiatri, beliau mendapat tugas untuk melayani anak-anak yang mengalami debiel, imbeciel,

  

idioot , dsb. Hal tersebut membuat Montessori tertarik pada dunia pendidikan

  anak-anak, khususnya anak-anak yang ditanganinya. Ketertarikan Montessori tersebut membuatnya mempelajari berbagai penemuan dari Jean Marc Gaspard Itard (1775-1838) dan Edward Seguin (1812-1880). Montessori mencoba mengembangkan metode temuan Itard dan Seguin untuk mengajar membaca dan menulis anak-anak dengan mental terbelakang di distrik kumuh di Roma. Seluruh metode Seguin diringkaskan oleh Montessori sebagai metode yang menggunakan sistem otot, sistem syaraf, dan panca indera (Montessori, 2002:28-42).

  Pada tahun 1907, Montessori menerima tawaran dari Edoardo Talamo, Direktur Jenderal Asosiasi Roma untuk mengambil alih organisasi sekolah- sekolah untuk anak-anak usia 3-7 tahun di distrik San Lorenzo. Sekolah pertama didirikan pada tanggal 6 Januari 1907 di distrik San Lorenzo yang diberi nama Casa dei Bambini atau Rumah Anak-anak (Montessori, 2002:30).

  Montessori menemukan metode belajar yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak didiknya melalui berbagai percobaan dan observasi yang dilakukannya di Casa dei Bambini. Montessori berhasil membawa anak-anak pinggiran membaca dan menulis pada usia dini dan menunjukkan kemampuan untuk peduli terhadap diri mereka sendiri (Hainstock, 1997:58). Keberhasilan lainnya adalah Montessori dapat membawa anak-anak yang kurang beruntung

2.1.1.2 Karakteristik Metode Montessori

  Secara garis besar terdapat tiga hal yang menjadi prinsip dasar dari metode Montessori yaitu filosofi yang digunakan, tugas pendidik dalam pembelajaran dan adanya alat peraga (Hainstock, 1997). Ketiga prinsip dasar tersebut menunjukkan bahwa metode Montessori merupakan metode pembelajaran yang berlandaskan pada perkembangan anak dan pembelajaran berbasis panca indera. Keberhasilan dari pelaksanaan metode ini dapat dilihat saat anak mampu melakukan suatu tugas perkembangan sesuai dengan kemampuan dan kesiapan anak.

  Esensi metode Montessori terletak pada filosofinya terhadap anak, yaitu

  

“Teach Me to Do It Myself”. Filosofi tersebut mengandung makna bahwa

  Montessori mempercayai kemampuan seorang anak untuk bekerja dan menemukan cara belajarnya sendiri (Seldin, 2006:12). Seorang anak akan belajar ketika anak tersebut sudah memiliki kesiapan dan kemauan untuk belajar. Berlandaskan filosofi tersebut Montessori menghormati kemerdekaan atau kebebasan setiap individu untuk belajar sesuai dengan tingkat kesiapan masing- masing individu sehingga hasil belajar yang dicapai setiap anak adalah berbeda dan tidak diukur bentuk nilai melainkan secara kualitatif kemajuan yang dibuat oleh anak setiap harinya. Montessori menggunakan kebebasan setiap anak untuk beraktivitas sebagai basis untuk membentuk sikap disiplin dalam diri anak (Montessori, 2002:86). Bagi Montessori, disiplin bertujuan untuk membuat anak aktif dan melakukan sesuatu untuk berbuat baik, bukan untuk diam, tidak bergerak, taat dan pasif. Kedisiplinan anak dapat terwujud melalui dukungan guru dengan memperbolehkan mereka memilih aktivitas yang ada di lingkungan belajarnya dan teman bekerja (Koh dan Frick, 2010:1). Montessori juga mempercayai adanya potensi kreativitas anak-anak dan hak anak-anak untuk dihargai sebagai dirinya dan tidak harus hanya mengikuti guru atau temannya saja. Anak-anak dibiarkan berkembang sendiri menurut bakat dan minat masing- masing, sementara guru hanya berdiri di belakang. Dasar metode Montessori mengilhami salah satu tokoh pendidikan Indonesia, yaitu Ki Hajar Dewantara

  (1889- 1959). Hal tersebut tercermin pada semboyan “Tut Wuri Handayani” yang berarti bahwa guru sebagai pendidik yang berdiri di belakang tetapi memengaruhi mengembangkan kreativitas dan kemampuannya (Rahardjo, 2009:61-62).

  Berdasarkan karakteristik metode Montessori terdapat tiga kriteria mengenai bagaiman pembelajaran semestinya diberikan kepada anak, yaitu (1) singkat, (2) sederhana, dan (3) objektif (Montessori, 2002:108). Pelajaran sebaiknya diberikan dengan singkat. Singkat yang dimaksudkan adalah menghilangkan kata-kata yang tidak berguna dalam pembelajaran. Ketika seorang pendidik mempersiapkan pelajaran yang akan diberikannya, pendidik mesti sungguh-sungguh mempertimbangkan bobot kata-kata yang akan diucapkannya untuk menilai perlu tidaknya kata-kata tersebut. Pelajaran sebaiknya sederhana. Sederhana yang dimaksudkan adalah pemilihan kata-kata yang akan digunakan haruslah merupakan kata yang paling sederhana dan mengacu pada kebenaran. Pelajaran sebaiknya objektif. Dalam hal ini, pelajaran diberikan kepada anak dengan semestinya, guru tidak boleh menarik perhatian anak kepada dirinya melainkan hanya kepada objek yang ingin guru terangkan. Penjelasan singkat dalam pembelajaran haruslah merupakan penjelasan mengenai objek yang akan dipelajari oleh anak.

  Karakteristik lain dari metode Montessori adalah adanya alat peraga yang memiliki pengendali kesalahan dengan tujuan anak dapat mengoreksi kesalahan dan memperbaikinya sendiri. Alat peraga tersebut diproduksi oleh Montessori sendiri dengan mengacu pada teori Itard dan Seguin (Hainstock, 1997:13). Montessori menciptakan alat peraga sesuai dengan keterampilan yang ada dalam tahap perkembangan anak, yaitu keterampilan hidup sehari-hari, bahasa, matematika, geografi, kesenian, pengetahuan alam, dan budaya. Beberapa alat peraga yang diciptakan Montessori untuk pembelajaran matematika dan bahasa adalah papan pasir, kartu huruf, kartu angka, tongkat asta merah-biru, menara pink, manik-manik (satuan, puluhan, ratusan, dan ribuan), dan kartu gambar.

2.1.2 Karakteristik Alat Peraga

  Alat peraga Montessori merupakan alat peraga yang diciptakan dan dikembangkan oleh Montessori melalui berbagai observasi yang dilakukannya terhadap anak-anak didiknya di Casa Dei Bambini. Seluruh alat peraga yang ada berfungsi sebagai sumber belajar sekaligus guru bagi anak (Montessori, 2002:36 alat peraga, yaitu (1) menarik, (2) bergradasi, (3) auto-education, dan (4) auto-

  

correction (Montessori, 2002:169-175). Keempat karakteristik alat peraga

  Montessori diterapkan oleh peneliti dalam mengembangkan alat peraga berupa papan perkalian. Peneliti juga menambahkan karakteristik kontesktual pada alat peraga yang dikembangkan. Kontekstual yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan segala sesuatu yang berada di sekitar daerah penelitian dan memiliki potensi untuk dimanfaatkan dalam pembuatan serta pengembangan alat peraga. Dengan demikian terdapat lima karakteristik yang digunakan oleh peneliti dalam mengembangkan papan perkalian.

  1. Menarik

  Setiap alat peraga Montessori diciptakan menarik perhatian anak dengan tujuan agar anak memiliki keinginan untuk memegang dan merasakan alat tersebut (Montessori, 2002:174-175). Alat peraga yang menarik memiliki nilai keindahan dari warna dan kecerahannya. Warna-warna yang digunakan pada alat peraga Montessori merupakan warna terang dan lembut.

  2. Bergradasi

  Gradasi dalam alat peraga Montessori merupakan rasional gradasi dari suatu rangsangan (Montessori, 2002:175). Penekanan gradasi dalam pembelajaran Montessori terletak pada rasional anak yang terbentuk secara bertahap ketika bekerja menggunakan alat peraga. Dalam pembentukan rasional tersebut, anak dapat melibatkan warna pada alat peraga dan lebih dari satu alat indera.

  Sebagai contohnya pada permainan menggunakan alat peraga “pink

  tower

  ”. Alat peraga tersebut terdiri dari 10 kubus dengan ukuran yang bergradasi. Kubus pertama berukuran 10 cm untuk setiap sisinya. Kubus kedua berukuran 1 cm lebih kecil dari kubus pertama. Kubus ketiga berukuran 1 cm lebih kecil dari kubus kedua dan begitu seterusnya sampai kubus kesepuluh. Pada awal permainan, anak akan menurunkan satu per satu balok-balok tersebut pada karpet. Selanjutnya anak berlatih membuat sebuah menara pink dengan menyusun kubus-kubus tersebut dari yang merupakan permainan yang paling menyenangkan bagi anak yang mulai berusia 2 tahun. Melalui permainan “pink tower”, rasionalitas anak mengenai ukuran terbentuk secara bertahap.

  3. Auto-education (Pembelajaran Mandiri)