Evaluasi penggunaan antibiotika berdasarkan metode Prescribed Daily Dose (PDD) pada pasien anak rawat inap di Bangsal INSKA II RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode Januari - Juni 2013 - USD Repository

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA BERDASARKAN METODE

  

DI BANGSAL INSKA II RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

PERIODE JANUARI - JUNI 2013

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

  Oleh : Oleh:

  Ni Putu Ully Villianova NIM : 118114159

FAKULTAS FARMASI

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA BERDASARKAN METODE

  

DI BANGSAL INSKA II RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

PERIODE JANUARI - JUNI 2013

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

  Oleh : Oleh:

  Ni Putu Ully Villianova NIM : 118114159

FAKULTAS FARMASI

  Persetujuan Pembimbing

  Pengesahan Skripsi Berjudul

  

Halaman Persembahan

Om Dewa Suksma Parama Acintya Ya Namah Swaha

“Om Santih Santih Santih Om”

  

Suatu kerja keras terbayar sudah, proses yang dijalani selama ini akhirnya

membuahkan hasil yang manis. Percayalah, jika kau bersungguh-sungguh

dan selalu bekerja bekerja keras, Tuhan akan selalu menyertai jalanmu.

  

Tetaplah semangat.

  Karya ini kupersembahkan untuk : Tuhanku , “Ida Sang Hyang Widhi Wasa” sebagai pelindung dan sumber kekuatanku…..

Kedua orang tuaku, apacna dan amacna tercinta yang selalu memotivasi tanpa

kenal lelah…..

Kedua adik kandungku tersayang, dodolina dan ecina yang selalu memberikan

dukungan serta se mangat…..

Ibu Aris Widayati sebagai dosen pembimbing yang selalu membimbing dengan

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  

PRAKATA

  Puja dan puji syukur saya haturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas semua berkat-Nya dalam hidup penulis sehingga penulis dapat menyele saikan skripsi yang berjudul “Evaluasi Penggunaan Antibiotika

  Berdasarkan Metode Prescribed Daily Dose (PDD) pada Pasien Anak Rawat Inap di Bangsal INSKA II RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Januari - Juni 2013” dengan baik dan tepat waktu.

  Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa dalam pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini sangatlah sulit untuk menyelesaikannya tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Bersama ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1.

  Dekan Fakultas Farmasi Sanata Dharma yang telah memberikan sarana dan prasarana kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

  2. Staf karyawan RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta bagian pendidikan dan pelatihan (DIKLIT) yang telah membantu dalam proses perijinan penelitian dan administrasi.

  3. Staf karyawan RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta bagian ICM (Instalasi Catatan Medik) yang telah membantu dalam proses pengumpulan data penelitian.

  4. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. selaku dosen pembimbing utama atas segala dukungan, motivasi serta kesabarannya dalam

  6. Orang tua beserta keluarga besar penulis yang senantiasa memberikan motivasi dalam bentuk dukungan moral dan material sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.

  7. Sahabat seperjuangan Yolanda Novia Widyawati yang selalu setia mendukung dan menyemangati, Yudhi Acob Fambawa yang selalu mengingatkan untuk mengerjakan skripsi dan teman-teman kelompok skripsi Ratna, Mirah, dan Iin yang selalu mendukung satu sama lain. Tidak lupa seluruh teman-teman, Winda, Merna, Risna, Reni, dan keluarga besar FKK-B, FSM-D 2011 serta seluruh angkatan 2011 yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, terimakasih atas cinta kasih pertemanan kalian hingga saat ini. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, serta dapat menjadi acuan bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

  Yogyakarta, 9 Juni 2015 Ni Putu Ully Villianova

  

DAFTAR ISI

  Halaman

  

  

  

  

  Halaman

  

  Halaman

  

  

DAFTAR TABEL

  Halaman

  

  

  

  

  

  

DAFTAR LAMPIRAN

  Halaman

  

  

  

INTISARI

  Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang sering terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia. Obat yang biasanya digunakan untuk mengobati penyakit infeksi yang ditimbulkan oleh bakteri adalah antibiotika. Penggunaan antibiotika masih sangat tinggi di Indonesia, data yang ditemukan sebesar 76% penggunaan antibiotika pada peresepan untuk pasien anak ditemukan di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Tingginya peresepan antibiotika yang ditujukan untuk pasien anak dapat menimbulkan potensi terjadinya ketidakrasionalan penggunaan antibiotika. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai Prescribed Daily Dose (PDD) penggunaan antibiotika pada pasien anak di bangsal INSKA II RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode Januari- Juni 2013.

  Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif dengan menggunakan data kuantitatif dan pengambilan data secara retrospektif. Terdapat 249 rekam medik yang memenuhi kriteria inklusi selama periode Januari - Juni 2013. Data yang diambil meliputi identitas pasien, diagnosa penyakit dan peresepan antibiotika. Data diolah secara deskriptif dan data kuantitatif penggunaan antibiotika dihitung dengan menggunakan rumus PDD.

  Selama periode penelitian, penyakit yang paling banyak ditemukan adalah pneumonia (20,9%). Terdapat 24 jenis antibiotika yang diresepkan untuk pasien anak. Antibiotika yang paling banyak diresepkan adalah golongan sefalosporin generasi ketiga dengan jumlah peresepan sebesar 170, golongan beta laktam (penisilin)dengan jumlah peresepan sebesar 120, golongan aminoglikosida dengan jumlah peresepan sebesar 109 dan golongan beta laktam lainnya dengan jumlah peresepan sebesar 37. Selanjutnya golongan antibiotika tersebut dihitung dengan menggunakan metode PDD. Hasil yang diperoleh, total nilai PDD untuk golongan beta laktam (penisilin) sebesar 5,92, total nilai PDD golongan sefalosporin generasi ketiga sebesar 13,59, total nilai PDD golongan aminoglikosida sebesar 0,94 dan total nilai PDD golongan beta laktam lainnya sebesar 1,16.

  Kata kunci: antibiotika, Prescribed Daily Dose (PDD), pasien anak.

  

ABSTRACT

  Infectious disease is one of the major health problems that often occur in developing countries, including Indonesia. The medicine normally used to treat infections caused by bacteria is antibiotic. The use of antibiotics is still very high in Indonesia, the data found 76% of using antibiotics in prescriptions for pediatric patients was found in RSUP Dr. Kariadi Semarang. The high of antibiotic prescribing intended for pediatric patients may pose an irrationality potential of using antibiotic. This research is aimed to describe the Prescribed Daily Dose (PDD) value of using antibiotics in pediatric patients in the ward INSKA II RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta in January - June period, 2013.

  This research was a descriptive observational study by using quantitative data and data retrieval retrospectively. There were 249 medic records which met the inclusion criteria during January - June period, 2013. The taken data included the patient‘s identity, the diagnosis of disease and prescribing antibiotics. The data processed by descriptive and quantitative data of using antibiotic calculated by using the PDD formula.

  During the research period, the disease most commonly found was pneumonia (20.9%). There were 24 types of antibiotics prescribed for pediatric patients. The most prescribed antibiotics was third generation cephalosporin category with the prescription amount of 170, the beta-lactam category (penicillin) by the number of prescriptions amount of 120, aminoglycoside category with the number of prescription amount of 109 and the other beta-lactam category with the prescription number amount of 37. Afterward the antibiotic category was calculated by using PDD method. The results obtained, the PDD value total for beta-lactam category (penicillin) was amount of 5.92, the PDD value total for the third-generation of cephalosporins category was amount of 13.59, and the PDD value total of aminoglycosides category was amount of 0.94 and the PDD value total of the other beta-lactam category was amount of 1.16.

  Keywords: antibiotics, Prescribed Daily Dose (PDD), pediatric patients.

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang

  sering terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia dan menurut data yang diperoleh dari World Health Statistics menunjukkan bahwa penyakit infeksi menjadi penyebab 70% kematian anak dibawah umur lima tahun (Hadi et al, 2008). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi DIY (2012), pada kelompok umur balita masih banyak didominasi oleh penyakit-penyakit yang disebabkan oleh infeksi diantaranya adalah diare. Laporan profil kabupaten atau kota Yogyakarta menunjukkan bahwa balita dan anak-anak yang menderita diare selama tahun 2012 mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan tahun 2011, yaitu dari 64.857 menjadi 74.689 kasus dilaporkan menderita diare.

  Dilaporkan juga kasus pneumonia yang terjadi selama tahun 2012, jumlah balita yang menderita pneumonia mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan tahun 2011 yaitu dari 1.739 menjadi 2.936 kasus pneumonia (Dinkes DIY, 2013).

  Obat yang biasanya digunakan untuk mengobati infeksi yang peresepan untuk pasien anak ditemukan di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Tingginya peresepan antibiotika yang ditujukan untuk pasien anak dapat menimbulkan potensi terjadinya ketidakrasionalan penggunaan antibiotika.

  Permasalahan dari penggunaan antibiotika yang tidak rasional adalah timbulnya resistensi bakteri dan potensi efek samping obat yang berbahaya bagi pasien serta dapat meningkatkan beban biaya bagi pasien (Nelwan, 2007). Penggunaan antibiotika yang tidak rasional telah lama diamati dibeberapa rumah sakit di Indonesia seperti di RS Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta terdapat 78,6% penggunaan antibiotika untuk profilaksis bedah yang tidak rasional dalam hal indikasi ataupun lama pemberian. Penelitian lainnya di RS Dr. Soetomo Surabaya dan RSUP Dr. Kariadi Semarang pada tahun 2002 terdapat 60% penggunaan antibiotika yang tidak rasional (Dertarini, 2009).

  Tingginya risiko yang timbul dari penggunaan antibiotika yang tidak rasional dan melihat bahwa penggunaan antibiotika pada pasien anak memerlukan perhatian khusus yang disebabkan daya tahan tubuh pasien anak lebih rentan apabila dibandingkan dengan pasien dewasa, maka perlu dilakukan suatu program evaluasi penggunaan antibiotika yang konkuren dan prospektif terus-menerus untuk mengkaji serta menyempurnakan mutu terapi antimikroba (Siregar, 2005). pasien dewasa, akan tetapi metode DDD juga sering digunakan untuk menghitung kuantitas penggunaan antibiotika pada pasien anak dengan syarat terdapat indikasi dan dosis pada populasi anak (WHO, 2013). Metode DDD juga tidak dapat menggambarkan penggunaan obat yang sebenarnya karena metode DDD tidak memperhatikan usia, berat badan pasien dan pertimbangan farmakokinetika obat (WHO, 2011). Oleh karena itu perlu dilakukan suatu kombinasi metode evaluasi penggunaan antibiotika dengan menggunakan metode Prescribed Daily Dose (PDD) untuk mengetahui rata-rata dosis antibiotika yang sebenarnya diresepkan. Menurut WHO (2013) pemberian dosis untuk pasien anak harus disesuaikan dengan usia dan berat badan. Pasien anak yang memiliki berat badan lebih besar akan menerima dosis yang lebih besar bila dibandingkan dengan pasien anak yang memiliki berat badan yang lebih rendah. Hal tersebut mendukung bahwa metode PDD pada penelitian ini dapat menggambarkan ketepatan penggunaan dosis antibiotika yang sebenarnya disesuaikan dengan berat badan masing-masing pasien anak yang menerima peresepan antibiotika.

  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi penggunaan antibiotika berdasarkan metode Prescribed Daily Dose (PDD) pada pasien anak rawat inap di bangsal INSKA (Instalasi Kesehatan Anak) II RSUP Dr. Sardjito dengan Sardjito dimana penelitian ini dilaksanakan sehubungan dengan kuantitas penggunaan antibiotika.

1. Rumusan masalah

  Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, diperolehtiga rumusan masalah dalam penelitian ini terkait penggunaan antibiotika pada pasien anak rawat inap di bangsal INSKA II RSUP Dr. Sardjito selama periode Januari - Juni 2013. Rumusan masalah tersebut sebagai berikut: a.

  Seperti apakah gambaran pola penyakit pasien anak yang menerima peresepan antibiotika di bangsal INSKA II RSUP Dr. Sardjito selama periode Januari

  • – Juni 2013? b.

  Seperti apakah gambaran peresepan antibiotika untuk pasien anak di bangsal

  INSKA II RSUP Dr. Sardjito selama periode Januari

  • – Juni 2013? c.

  Seperti apakah kajian kuantitas penggunaan antibiotika untuk pasien anak di bangsal INSKA II RSUP Dr. Sardjito pada periode Januari

  • – Juni 2013 berdasarkan metode Prescribed Daily Dose (PDD) dan disesuaikan berdasarkan kategori berat badan? 2.

   Keaslian penelitian

  Penelitian mengenai Evaluasi Penggunaan Antibiotika dengan Metode

  

Tabel I. Rangkuman Penelitian Serupa dan Perbedaaannya dengan

Penelitian yang Akan Dilakukan

Peneliti Tahun Judul Perbedaan Hasil

  PDD lebih besar daripada DDD pada antibiotika tetrasiklin, levofloksasin, dan doksisiklin (100%), amoksiklaf (87%), amoksisilin (50%) sedangkan pada beberapa jenis antibiotika lainnya

  Terdapat perbedaan antara DDD dan PDD (50%), untuk amoksisilin lebih besar besar (50%), doksisiklin lebih besar

  Peresepan Metode evaluasi, subyek penelitian, lokasi

  Defined Daily Dose pada

  dengan WHO

  Prescribed Daily Dose

  Antara

  Marthilia 2011 Perbedaan

  PDD memiliki nilai lebih kecil daripada DDD yaitu pada antibiotika gramisidin (99,70%), kloramfenikol (66,6%), kotrimoksazol (52%), sefadroksil, sefiksim, spiramisin dan metronidazole masing- masing sekitar 50%, ampisilin (25%), azitromisin (16,66%) dan linkomisin (16,66%)

  Metode evaluasi, subyek penelitian, lokasi penelitian dan waktu penelitian

  Wardani 2010 Perbandingan

  Yogyakarta Tahun 2010

  Daerah Istimewa

  Kabupaten Sleman, Provinsi

  Apotek Wilayah

  Peresepan Antibiotika di

  Defined Daily Dose pada

  dengan

  Prescribed Daily Dose

  (100%) dan kotrimoksasol lebih kecil (20%) dan terdapat perbedaan urutan kuantitas penggunaan untuk kotrimoksasol dan doksisiklin. Berdasarkan perhitungan DDD

  … Lanjutan Tabel I.

  Peneliti Tahun Judul Perbedaan Hasil

  Gambaran Perbedaan

  Antara

  Prescribed Nilai PDD tidak sama Daily Dose Metode dengan nilai DDD untuk

  dengan WHO evaluasi, antibiotika amoksisilin

  Defined Daily subyek dan kotrimoksazol, nilai Dose pada penelitian, PDD amoksisilin 50%

  Aji 2011 Peresepan lokasi lebih besar dari nilai DDD

  Antibiotik penelitian WHO, serta nilai PDD Pasien Rawat dan waktu kotrimoksazol 20% lebih

  Jalan di penelitian kecil dari nilai DDD Puskesmas WHO

  Ngaglik I Sleman

  Yogyakarta Perbedaan

  Prescribed Terdapat perbedaan antara Daily Dose DDD dan PDD pada

  dengan WHO Metode seluruh antibiotika yaitu

  Defined Daily evaluasi, amoksisilin, eritromisin, Dose pada subyek ketokonazol,

  Peresepan penelitian, kotrimoksazol, dan Utami 2011

  Antibiotik lokasi metronidazol namun dosis Untuk Pasien penelitian yang diresepkan masih

  Rawat Jalan dan waktu dalam kisaran dosis yang di Puskesmas penelitian disarankan kecuali Sedayu I kloramfenikol dan

  Bantul siprofloksasin Yogyakarta

  … Lanjutan Tabel I.

  Peneliti Tahun Judul Perbedaan Hasil

  PDD dan DDD tidak sama pada amoksisilin dan kotrimoksazol. PDD

  Studi Tentang amoksisilin 50% lebih Gambaran besar dari DDD, serta Perbedaan PDD kloramfenikol 10% Antara lebih kecil dari DDD.

  Prescribed Untuk antibiotika Daily Dose siprofloksasin,

  Metode dengan WHO metronidazol, dan evaluasi, eritromisin tidak terdapat

  Defined Daily

  subyek

  Dose pada perbedaan antara DDD

  penelitian, Wijayanti 2009 Peresepan dan PDD. Berdasarkan lokasi

  Antibiotik perbandingan kuantitatif penelitian untuk Pasien yang dihitung dengan dan waktu

  Rawat Jalan satuan DDD dan PDD, penelitian di Puskesmas amoksisilin tetap menjadi

  Ngemplak I urutan pertama dengan Sleman nilai DDD/1000 KPRJ

  Yogyakarta 681,09 dan PDD/1000 Selama Tahun KPRJ 454,06 selanjutnya 2009 kotrimoksazol, siprofloksasin, metronidazol, eritromisin, dan kloramfenikol

  Evaluasi Penggunaan

  Antibiotika dengan Metode DDD Ampisilin merupakan

  (Defined jenis antibiotika yang

  Daily Dose ) paling sering diresepkan

  pada Pasien dengan persentase 13,9% Anak di Metode dengan nilai DDD

  Carolina 2014

  … Lanjutan Tabel I.

  Peneliti Tahun Judul Perbedaan Hasil

  Total dari 1217 antibiotika yang ditemukan, terdapat

  Comparing 47 jenis antibiotika yang Neontal and digunakan. Proporsi Paediatric Metode peresepan tertinggi Antibiotic evaluasi, ditemukan pada golongan

  Precsribing subyek antibiotika jenis beta Between penelitian, laktam (penisilin) dan

  Porta 2012

  Hospitals: a lokasi sefalosporin. Total nilai New penelitian PDD yang diperoleh

  dan waktu untuk golongan beta

  Algorithm to Help penelitian laktam sebesar 17,16 dan International total nilai PDD yang Benchmarking diperoleh untuk golongan

  sefalosporin sebesar 12,10.

3. Manfaat penelitian a.

  Manfaat teoritis Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai data ilmiah untuk bahan pembelajaran dan data acuan untuk penelitian berikutnya yang masih ada kaitannya dengan evaluasi penggunaan antibiotika yang dikaji dari segi kuantitas penggunaan antibiotika.

  b.

  Maanfaat praktis Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi bagi RSUP

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

  Mengevaluasi penggunaan antibiotika pada pasien anak rawat inap di bangsal INSKA II RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada periode Januari - Juni 2013 dikaji dari segi kuantitas penggunaannya dengan menggunakan metode Prescribed Daily Dose (PDD).

2. Tujuan khusus a.

  Mendeskripsikan gambaran pola penyakit pasien anak yang menerima peresepan antibiotika di bangsal INSKA II RSUP Dr. Sardjito selama periode Januari - Juni 2013? b. Mendeskripsikan gambaran peresepan antibiotika yang diterima oleh pasien anak rawat inap di bangsal INSKA II RSUP Dr. Sardjito selama periode

  Januari-Juni 2013? c. Mengkaji kuantitas penggunaan antibiotika menggunakan metode Prescribed

  Daily Dose (PDD) pada pasien anak rawat inap di bangsal INSKA II RSUP

  Dr. Sardjito selama periode Januari-Juni 2013 disesuaikan berdasarkan kelompok berat badan.

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Definisi Antibiotika Antibiotika merupakan zat kimiawi yang dihasilkan oleh suatu

  mikroorganisme atau dapat juga secara semisintesis, yang dalam mekanisme kerjanya dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroba jenis lain tetapi bersifat kurang toksik bagi pejamunya (Dorland, 2011). Pengertian lain dari antibiotika yaitu suatu zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang dapat menghambat atau membunuh mikroba jenis lain (Sukandar, 2008). Sekarang ini, banyak antibiotika yang dibuat secara semisintetik ataupun secara sintetik penuh. Antibiotika dapat didefinisikan sebagai obat yang digunakan untuk membunuh mikroba, khususnya yang merugikan manusia. Obat yang digunakan untuk membunuh mikroba penyebab infeksi pada manusia ditentukan harus memiliki sifat toksisitas yang selektif setinggi mungkin, artinya obat tersebut haruslah bersifat sangat toksik bagi mikroba tetapi relatif tidak toksik bagi manusia (Setiabudy, 2007). a.

  Berdasarkan aktivitas antibiotika Berdasarkan aktivitasnya, antibiotika dapat dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu antibiotika berspektrum luas (Broad Spectrum) dan antibiotika berspektrum sempit (Narrow Spectrum). Definisi antibiotika berspektrum luas yaitu antibiotika yang dapat menghambat atau membunuh bakteri dari dua jenis golongan, seperti Gram-negatif ataupun Gram-positif. Antibiotika berspektrum sempit memiliki arti yaitu antibiotika yang hanya mampu menghambat satu jenis golongan bakteri, contohnya hanya mampu menghambat atau membunuh jenis bakteri dari Gram-negatif atau hanya dapat menghambat atau membunuh jenis bakteri dari Gram-positif (Pratiwi, 2008).

  b.

  Berdasarkan struktur kimia antibiotika Berdasarkan struktur kimianya, antibiotika dapat diklasifikasikan kedalam 10 golongan, yaitu sebagai berikut :

  

Tabel II. Penggolongan Antibiotika Berdasarkan Struktur Kimia (WHO,

2013)

Golongan Antibiotika Jenis Antibiotika

  Golongan penisilin Amoksisilin, ampisilin, metampisilin, bacampisilin Golongan aminoglikosida

  Streptomisin, tobramisin, gentamisin, kanamisin, neomisin c.

  Berdasarkan toksisitas selektif Berdasarkan sifat toksisitas selektifnya, antibiotika terdiri dari dua jenis yaitu bakteriostatik dan bakterisid. Antibiotika yang memiliki aktivitas bakteriostatik artinya memiliki sifat menghambat pertumbuhan mikroba, sedangkan antibiotika yang memiliki aktivitas bakterisid artinya memiliki sifat membunuh mikroba. Kadar minimal yang diperlukan untuk menghambat dan atau membunuh pertumbuhan mikroba biasanya disebut kadar hambat minimal (KHM) dan kadar bunuh minimal (KBM). Pada antibiotika tertentu aktivitasnya dapat meningkat dari bakteriostatik menjadi bakterisid apabila kadar antibiotika tersebut ditingkatkan melebihi KHM- nya (Gunawan et al., 2007).

  d.

  Berdasarkan mekanisme aksi Berdasarkan mekanisme aksi, antibiotika dapat dibagi menjadi lima kelompok yaitu sebagai berikut (Menteri Kesehatan RI, 2011) :

  1) Menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri, seperti beta laktam (penisilin, sefalosporin, monobaktam, karbapenem, inhibitor beta laktamase), basitrasin dan vankomisin. 2) Memodifikasi atau menghambat sintesis protein, misalnya

  4) Mempengaruhi sintesis atau metabolisme asam nukleat, misalnya kuinolon dan nitrofurantoin.

C. Penggunaan Antibiotika

  Penggunaan antibiotika di klinik bertujuan membasmi bakteri yang menyebabkan infeksi. Penggunaan antibiotika ditentukan berdasarkan indikasi dengan mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut (Setiabudy, 2007) :

  1. Gambaran klinik penyakit infeksi yaitu efek yang ditimbulkan oleh adanya bakteri dalam tubuh hospes.

  2. Efek terapi antibiotika pada penyakit infeksi diperoleh hanya sebagai akibat kerja antibiotika terhadap biomekanisme bakteri dan tidak terhadap biomekanisme tubuh hospes.

  3. Antibiotika dapat dikatakan bukan merupakan obat penyembuh penyakit infeksi karena antibiotika dalam pengertian sebenarnya merupakan senyawa obat yang menyingkatkan waktu yang diperlukan tubuh hospes untuk sembuh dari suatu penyakit infeksi dengan cara menghambat bakteri penyebab penyakit infeksi. Menurut Kakkilaya (2008), indikasi penggunaan antibiotika dapat merupakan suatu terapi antibiotika yang diberikan untuk pencegahan pada pasien yang rentan terkena infeksi. Misalnya antibiotika profilaksis bedah, hanya dibenarkan untuk kasus dengan risiko infeksi pasca bedah yang tinggi. Waktu pemberian antibiotika profilaksis untuk bedah optimal pada 30 menit sebelum dilakukan insisi, misalnya saat induksi anastesi. Terapi profilaksis biasanya jenis antibiotika yang diberikan adalah antibiotika yang berspektrum sempit dan spesifik.

  Klinisi tidak boleh memberikan terapi secara sembarangan tanpa mempertimbangkan indikasi pemberian ataupun menunda pemberian antibiotika.

  Pada beberapa kasus infeksi yang telah ditegakkan diagnosanya secara klinis, meskipun tanpa hasil pemeriksaan mikrobiologi, harus segera ditangani dan diberikan terapi antibiotika. Pada kasus infeksi yang tergolong gawat seperti sepsis, demam disertai neutropenia, dan meningitis bakterial terapi dengan menggunakan antibiotika tidak boleh ditunda walaupun belum diperoleh hasil dari pemeriksaan kultur mikrobiologinya (Leekha, Terrel, dan Edson, 2011).

D. Penggunaan Antibiotika Secara Rasional

  1. Indikasi yang tepat, kriteria ini memerlukan penentuan diagnosis penyakit dengan tepat sehingga dapat diketahui efek klinis yang paling berperan terhadap manfaat terapi. Pada kriteria ini juga diperlukan pengobatan yang didasarkan atas keluhan individual serta hasil pemeriksaan fisik yang akurat.

  2. Pemilihan jenis obat yang tepat, kriteria ini memerlukan pertimbangan sebagai berikut : a) Manfaat (efektivitas atau mutu obat telah terbukti secara pasti).

  b) Risiko pengobatan dipilih yang paling kecil untuk pasien dan imbang dengan manfaat yang diperoleh.

  c) Harga dan biaya obat. Diantaranya obat-obat alternatif dengan keamanan dan kemanfaatannya, obat yang dipilih adalah yang paling sesuai dengan kemampuan pasien.

  d) Jenis obat yang dipilih tersedia di pasaran dan mudah didapat.

  e) Obat tunggal, atau kombinasinya sedikit mungkin.

  3. Dosis dan cara pemakaian yang tepat. Cara pemberian obat memerlukan pertimbangan farmakokinetika yaitu : rute pemberian, besar dosis, frekuensi pemberian, dan lama pemberian sampai ke pemilihan cara pemakaian yang paling mudah diikuti pasien, aman dan efektif untuk pasien.

  5. Meminimalkan potensi efek samping obat dan alergi obat, dalam kriteria ini perlu dilakukan pertimbangan sebelum memberikan obat kepada pasien, apakah terdapat faktor-faktor yang memicu timbulnya efek samping obat ataupun alergi obat pada pasien atau tidak. Dalam penggunaan obat, harus selalu dipertimbangkan manfaat dan risiko pemberian suatu obat.

  Untuk meningkatkan penggunaan antibiotika secara rasional, penggunaan antibiotika harus disesuaikan dengan formularium rumah sakit yaitu daftar obat yang telah disepakati dan informasinya yang harus diterapkan di rumah sakit (Depkes RI, 2008). Walaupun demikian, menurut data yang dihimpun dari Departemen Kesehatan (2011), penggunaan antibiotika masih sangat tinggi dibanyak provinsi di Indonesia dengan persentase lebih dari 80%. Penelitian yang dilakukan oleh Antimicrobial Resistence in Indonesia (AMRIN) (2005) mengemukakan bahwa sebesar 76% penggunaan antibiotika pada peresepan untuk pasien anak ditemukan di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Tingginya peresepan antibiotika yang ditujukan untuk pasien anak dapat menimbulkan potensi terjadinya ketidakrasionalan penggunaan antibiotika.

  Survei penggunaan antibiotika yang dilakukan dibeberapa rumah sakit dan pusat kesehatan masyarakat banyak ditemukan penggunaan obat yang tidak rasional antara lain yaitu resitensi bakteri. Resistensi adalah suatu keadaan dimana mikroogranisme mempunyai kemampuan untuk menentang ataupun merintangi efek dari suatu antibiotika pada konsentrasi hambat minimal. Selain itu risiko lainnya yang dapat timbul dari penggunaan antibiotika yang tidak rasional adalah timbulnya efek samping obat dan toksisitas yang tidak perlu, mempercepat terjadinya resistensi, menyebarluasnya kejadian infeksi dengan kuman yang telah resisten, terjadinya risiko kegagalan terapi, bertambah berat dan lamanya penyakit pasien serta dapat meningkatnya biaya pengobatan yang dikeluarkan oleh pasien (Munaf et al, 2004). Hasil penilaian kualitas penggunaan antibiotika di RSUP Dr. Kariadi Semarang pada tahun 2002 diperoleh hasil sekitar 19-76% penggunaan antibiotika tidak terdapat indikasi, 9-45% penggunaan antibiotika tidak tepat (dilihat dari dosis, jenis dan lama pemberian) dan 1-8% penggunaan antibiotika tidak terdapat indikasi profilaksis (Dertarani, 2009).

  E.

  

Penggunaan Antibiotika pada Pasien Anak

  Pasien anak merupakan salah satu populasi terbesar pengidap penyakit infeksi. Besarnya kejadian penyakit infeksi pada anak menyebabkan banyaknya peresepan antibiotika yang ditujukan untuk pasien anak guna menangani penyakit dan Simandjutak (1984) (cit, Suharjono, Yuniarti, Sumarsono dan Sumedi, 2009) pembagian kategori usia pada anak terdiri atas :

1. Infant (usia anak < 1tahun) 2.

  Toddler (usia anak 1 ≤ umur &lt; 3 tahun) 3. Pre-school atau pra-sekolah (usia anak 3 ≤ umur &lt; 6 tahun) 4. School period atau usia sekolah (usia anak 6 ≤ umur ≤ 12 tahun)

  Usia anak dibawah 1 tahun memiliki kemungkinan 10 kali lebih mudah untuk terserang berbagai macam penyakit dibandingkan dengan anak usia di atas 1 tahun. Hal ini dikarenakan pada usia anak dibawah 1 tahun, sistem imun yang dimiliki belum bekerja sempurna. Penyakit-penyakit infeksi yang menyerang anak pada usia ini biasanya didominasi oleh penyakit komplikasi setelah kelahiran seperti sepsis ataupun penyakit bawaan akibat dari kondisi dari ibu seperti

  gonorrhea (Shea et al, 2001).

  Kategori usia toddler, anak belajar mengenal lingkungan sekitar dengan cara menyentuh dan memasukkan benda-benda yang ada dilingkungan sekitarnya ke dalam mulut. Perilku anak yang seperti ini membuat anak rentan terjangkit penyakit infeksi dari bakteri yang berasal dari lingkungan sekitarnya. Seiring dengan pertumbuhan anak terutama menjelang memasuki usia sekolah, dapat menjaga kebersihan diri sehingga kemungkinan terjadinya infeksi akan menurun (Shea et al, 2001).

  Dalam hal pengobatannya, pasien anak bukan orang dewasa dalam ukuran yang mini sehingga kurangnya data mengenai farmakokinetika dan farmakodinamika pada pasien anak sering menimbulkan masalah keamanan penggunaan antibiotika (Dipiro, 2008). Penggunaan antibiotika perlu memperhatikan perubahan fungsi organ yang sedang tumbuh dan berkembang pada anak-anak. Perkembangan tersebut menyebabkan distribusi, metabolisme dan eliminasi obat pada pasien anak dapat bervariasi tidak hanya dibandingkan dengan pasien dewasa namun juga diantara kelompok pasien anak itu sendiri (Dipiro, 2008). Selain itu menurut WHO (2013), pemberian dosis obat untuk pasien anak harus disesuaikan dengan usia dan berat badan. Pasien anak yang memiliki berat badan lebih besar akan menerima dosis yang lebih besar bila dibandingkan dengan pasien anak yang memiliki berat badan yang lebih rendah.

  Perlu pemahaman farmakologi klinis obat yang akan digunakan dalam menggunakan antibiotika pada pasien anak. Farmakologi klinis obat terkait dengan farmakodinamika dan farmakokinetika obat. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah dosis, cara pemberian, indikasi pengobatan antibiotika yaitu sehingga eliminasi waktu paruhnya lebih lama. Dilihat pula dari segi daya ekskresi dan eliminasi obat pada pasien anak lebih tinggi daripada pasien dewasa.

  Sebaliknya daya ekskresi dan eliminasi pada neonatus lebih rendah dikarenakan organ-organ yang berperan dalam metabolisme obat belum mengalami kematangan (IDAI, 2008).

F. Pengukuran Kuantitas Penggunaan Antibiotika

  Menurut Kemenkes (2011), evaluasi penggunaan antibiotika dilakukan dengan tujuan untuk :

  1. Mengetahui jumlah penggunaan antibiotika di rumah sakit.

  2. Mengetahui dan mengevaluasi kualitas penggunaan antibiotika di rumah sakit.

  3. Sebagai dasar dalam menetapkan surveilans penggunaan antibiotika di rumah sakit secara sistematik dan terstandar.

  4. Sebagai indikator kualitas layanan rumah sakit.

  Data yang akurat mengenai kuantitas penggunaan antibiotika sangat diperlukan. Data tersebut akan lebih bernilai jika dikumpulkan, dianalisis, serta disajikan dengan suatu sistem dan metode yang terstandar. Kebutuhan akan

  Kuantitas penggunaan antibiotika adalah jumlah penggunaan antibiotika di rumah sakit yang dapat diukur secara retrospektif maupun prospektif. Kuantitas penggunaan antibiotika di rumah sakit dapat ditentukan atau dihitung salah satunya dengan menggunakan metode Prescribed Daily Dose (PDD). Metode PDD didefinisikan sebagai dosis rata-rata yang diresepkan sehingga metode PDD dapat memberikan jumlah rata-rata dosis antibiotika yang sebenarnya diresepkan oleh klinisi berdasarkan catatan kefarmasian. Nilai PDD dapat bervariasi antar negara, misalnya nilai PDD seringkali lebih rendah di Asia dibandingkan dengan populasi Kaukasia. Hal ini menjadi pertimbangan ketika membuat perbandingan secara internasional. Fakta bahwa nilai PDD mungkin berbeda dari satu negara dengan negara lainnya harus selalu dipertimbangkan ketika membuat perbandingan internasional (WHO, 2003).

  Menurut WHO (2004), nilai PDD dapat dihitung dengan langkah- langkah sebagai berikut :

  1. Langkah pertama: total dosis antibiotika : jumlah pasien

  2. Langkah kedua : jumlah hari penggunaan : jumlah pasien

  3. Langkah ketiga : langkah 1 : langkah 2 Nilai yang diperoleh pada langkah ketiga merupakan nilai Prescribed

G. Keterangan Empiris

  Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai nilai Prescribed Daily Dose (PDD) penggunaan antibiotika pada pasien anak rawat inap di bangsal INSKA II RSUP Dr. Sardjito selama periode Januari - Juni 2013 disesuaikan berdasarkan berat badan.

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian observasional deskriptif dengan menggunakan data kuantitatif dan pengambilan data yang bersifat retrospektif. Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif karena tidak

  memberikan perlakuan secara langsung terhadap subyek uji penelitian dan hanya bertujuan untuk melihat gambaran fenomena kesehatan yang terjadi di dalam suatu populasi tertentu. Pengambilan data bersifat retrospektif artinya bahwa penelitian dilakukan dengan melakukan penelusuran dokumen-dokumen terdahulu yaitu lembar rekam medik pasien anak yang mendapatkan terapi antibiotika (Imron dan Amrul, 2010).

B. Tempat Penelitian

  Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pendidikan Dr. Sardjito di Jalan Kesehatan nomor 1 Sekip, Yogyakarta. Tempat pengambilan bahan penelitian di bagian ICM (Instalasi Catatan Medik) RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta.

  2. Peresepan antibiotika 3.

  Nilai Prescribed Daily Dose (PDD) penggunaan antibiotika pada pasien anak rawat inap di bangsal INSKA II RSUP Dr. Sardjito periode Januari - Juni 2013.

  4. Pasien anak.

D. Definisi Operasional 1.

  Pola penyakit merupakan jenis diagnosis penyakit yang ditulis sebagai diagnosis utama dan diagnosis penyerta pada lembar rekam medik pasien oleh dokter pada periode Januari - Juni 2013 pada pasien anak rawat inap di bangsal INSKA II RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, misalnya : pneumonia.

  2. Peresepan antibiotika merupakan gambaran peresepan antibiotika yang diperoleh oleh pasien anak selama menjalani rawat inap di bangsal INSKA

  II RSUP Dr. Sardjito selama periode Januari – Juni 2013.

  3. Nilai Prescribed Daily Dose (PDD) Nilai Prescribed Daily Dose (PDD) adalah dosis rata-rata yang diresepkan berdasarkan catatan kefarmasian. Nilai PDD dapat memberikan jumlah rata- rata obat yang sebenarnya diresepkan.

  4. Pasien anak

E. Bahan Penelitian

  Bahan penelitian yang digunakan adalah lembar rekam medik pasien anak rawat inap, pada penelitian ini diambil data dari lembar rekam medik pasien yang memuat penggunaan antibiotika pada pasien anak rawat inap di RSUP Dr. Sardjito tepatnya di bangsal anak INSKA II. Kriteria inklusi dari bahan penelitian adalah: 1.

  Rekam medik pasien anak di rawat inap RSUP Dr. Sardjito selama periode Januari - Juni 2013 yang memuat terapi antibiotika.

  2. Rekam medik yang jelas terbaca oleh peneliti.

  3. Rekam medik yang memuat penggunaan antibiotika yang terdapat dalam klasifikasi ATC.

  4. Pasien dengan status keluar dari rumah sakit “diizinkan” dengan keadaan keluar “membaik atau sembuh”.

  Kriteria eksklusi dari bahan penelitian adalah: 1.

  Rekam medik yang tidak lengkap (data mengenai penggunaan antibiotika tidak lengkap).

  2. Pasien yang menjalani rawat inap di NICU/PICU. diagnosis utama, diagnosis penyerta dan keadaan keluar. Contoh tabel ada pada Lampiran 1.

  2. Lembar data penggunaan antibiotika yang memuat data sebagai berikut: nomor rekam medik pasien, nama antibiotika, dosis antibiotika (g), jumlah penggunaan antibiotika perhari (g), lama penggunaan antibiotika, total penggunaan antibiotika (g). Contoh tabel ada pada Lampiran 2.

G. Perhitungan Sampel dan Teknik Sampling

  Berikut diuraikan tata cara perhitungan sampel dan teknik sampling yang telah dilakukan :

  1. Selama periode Januari - Juni 2013 terdapat 2457 kasus rawat inap dan diperoleh 603 kasus yang memenuhi kriteria inklusi. Perhitungan sampel minimum digunakan taraf kepercayaan 95% dan selang kepercayaan 5%, proporsi penggunaan antibiotika berdasarkan penelitian sebelumnya yaitu 50% (Carolina, 2014). Untuk menentukan jumlah sampel yang digunakan dilakukan perhitungan dengan menggunakan bantuan software sample size

  calculator (Lampiran 3). Dari hasil perhitungan didapatkan jumlah sampel

  minimum adalah 235 data. Proporsi yang digunakan pada penelitian ini oleh institusi tempat penelitian tidak dapat memenuhi seluruh kriteria inklusi yang telah ditetapkan. Hal tersebut menyebabkan sangat memungkinkan tedapat bahan penelitian (rekam medik) yang tidak memenuhi kriteria inklusi ikut terambil pada saat dilakukan pengambilan sampel walaupun persentasenya sangat kecil. Mengingat hal tersebut diluar kendali, maka perlu dilakukan antisipasi.

  Cara untuk mengantisipasi agar jumlah sampel yang diambil tidak kurang dari jumlah sampel minimal maka pengambilan sampel ditambahkan ± 10% dari jumlah total sampel minimal, sehingga total sampel yang diambil adalah:

  10 ( ) + 235 = 259 100 235

  Distribusi jumlah rekam medik setiap bulannya diperoleh dengan cara membagi jumlah dari rekam medik yang didapatkan dengan jumlah bulan, sehingga jumlah rekam medik yang diambil tiap bulannya :

  259 ℎ = 6 = 43,16

  Keterangan : sebanyak 43-44 rekam medik yang diambil sebagai sampel tiap bulannya. b.

  Rekam medik yang telah dikelompokkan per bulan, diberikan nomor dari 1 sampai dengan jumlah terakhir rekam medik pada setiap bulan, misalnya : pada bulan Januari terdapat 110 rekam medik, penomoran dilakukan dari nomor 1 sampai dengan 110.

  c.

  Sebanyak 43-44 rekam medik yang mewakili jumlah sampel minimum per bulannya diambil secara acak dengan sistem cabut-undi.

  d.

  Sebanyak 259 rekam medik sampel yang diperoleh pada poin c. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya diatas, terdapat masalah pada mekanisme penyediaan bahan penelitian, maka perlu dilakukan pengecekan ulang. Hasil yang diperoleh, terdapat 10 buah rekam medik yang tidak diikutsertakan sebagai sampel. Sepuluh rekam medik yang tidak diikutsertakan sebagai sampel yaitu : 6 rekam medik termasuk dalam kriteria eksklusi yaitu pasien tercatat menjalani perawatan di NICU/PICU, 3 rekam medik tidak menggunakan antibiotika dan 1 rekam medik tidak menggunakan antibiotika yang termasuk dalam klasifikasi ATC WHO. Hal ini berdampak terhadap jumlah sampel yang digunakan, sehingga jumlah sampel pada penelitian ini menjadi 249 rekam medik. pengurusan ethical clearance di RSUP. Dr. Sardjito No. KE/FK/898/EC (Lampiran 5).

  Tahap orientasi dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai teknis pengambilan bahan penelitian (rekam medik). Selanjutnya dilakukan studi pendahuluan untuk mendapatkan informasi mengenai mekanisme pengambilan bahan penelitian (rekam medik) secara rinci. Hasil dari studi pendahuluan tercatat 2457 rekam medik pasien anak rawat inap selama periode Januari - Juni 2013 di bangsal INSKA II RSUP Dr.Sardjito.

  Berdasarkan hasil studi pendahuluan diperoleh data nomor rekam medik pasien anak dari bagian ICM (Instalasi Catatan Medik) yang digunakan sebagai bahan penelitian pada penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Carolina (2014). Selanjutnya 249 nomor rekam medik di print out oleh bagian ICM dan digunakan sebagai bahan penelitian untuk selanjutnya akan diperoleh data pasien dan data penggunaan antibiotika pasien anak rawat inap. Penelitian ini menggunakan rekam medik dengan periode penelitian yang sama dengan penelitian sebelumnya yaitu periode Januari - Juni 2013.

2. Tahap pengambilan data

  Rekam medik yang masuk dalam kriteria inklusi dan terjaring sebagai a.

  Editting Tahap ini dilakukan dengan memeriksa ulang kelengkapan data yang diperoleh dari lembar rekam medik di bangsal INSKA II RSUP Dr. Sardjito selama periode Januari - Juni 2013.

  b.

  Entry Data Tahap ini dilakukan dengan cara memindahkan data dari lembar data dasar pasien dan lembar penggunaan antibiotika kemudian data dimasukkan kedalam program Microsoft Excel untuk selanjutnya dibagi berdasarkan data untuk perhitungan nilai PDD.

  c.

  Cleaning Tahap cleaning dilakukan untuk memeriksa kembali data yang telah dimasukkan kedalam program Microsoft Excel.

I. Tata Cara Analisis Data dan Penyajian

  Analisa dilakukan dengan menghitung kuantitas penggunaan antibiotika pada pasien anak dengan menggunakan metode Prescribed Daily Dose (PDD), yang diproses dengan kombinasi program Microsoft Excel. Berikut tata cara analisis dengan menggunakan metode PDD : pasien dengan berat badan antara 10-25 kg, dan kategori ketiga adalah pasien dengan berat badan &gt; 25 kg.

2. Setelah pasien anak dikelompokkan berdasarkan kategori berat badan kemudian dilakukan perhitungan nilai Prescribed Daily Dose (PDD).

  Beberapa aspek terkait perhitungan PDD yang perlu diketahui adalah sebagai berikut : jumlah pasien yang menerima antibiotika, jumlah dosis riil yang digunakan selama pasien menjalani rawat inap dan lama hari penggunaan antibiotika. Sebagai contoh adalah perhitungan nilai PDD untuk jenis antibiotika ampisilin.

  a.

  Jumlah pasien yang mendapatkan terapi ampisilin dengan kategori berat badan &lt; 10 kg adalah 48 orang, kategori 10-25 kg adalah 31 orang dan kategori &gt; 25 kg adalah 8 orang.

  b.

Dokumen yang terkait

Evaluasi penggunaan antibiotika berdasarkan metode PDD (Prescribed Daily Dose) dan DDD (Defined Daily Dose) pada pasien rawat inap di sebuah Rumah Sakit Pemerintah di Yogyakarta periode Januari – Juni 2014.

46 319 99

Penggunaan antibiotika dengan metode Prescribed Daily Dose (PDD) pasien anak rawat inap di Puskesmas Mlati II Kabupaten Sleman periode Juli 2012 – Juni 2013.

10 26 65

Evaluasi penggunaan antibiotika dengan motede DDD (Defined Daily Dose) pada pasien anak rawat inap di sebuah Rumah Sakit pemerintah di Yogyakarta periode Januari-Juni 2013.

0 1 25

Evaluasi penggunaan antibiotika berdasarkan metode Prescribed Daily Dose (PDD) pada pasien anak rawat inap di Bangsal INSKA II RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode Januari - Juni 2013.

0 3 77

Evaluasi penggunaan antibiotika dengan motede DDD (Defined Daily Dose) pada pasien anak rawat inap di sebuah Rumah Sakit pemerintah di Yogyakarta periode Januari Juni 2013

0 1 9

Evaluasi pemilihan dan penggunaan antibiotika pada pasien kanker payudara pasca kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2005 - USD Repository

0 0 113

Evaluasi penggunaan antibiotika pada pasien kaker prostat yang dirawat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2005 - USD Repository

0 2 145

Evaluasi peresepan pada pasien hepatitis B kronis di instalasi rawat inap RSUP DR. Sardjito Yogyakarta periode 2005-2007 - USD Repository

0 0 102

Evaluasi penggunaan analgetik dan antibiotik pada pasien kanker serviks di instalasi rawat inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode Oktober-Desember tahun 2008 - USD Repository

0 0 171

Evaluasi drug therapy problems penggunaan antibiotika pada pasien kanker paru yang menjalani kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode 2006-2008 - USD Repository

0 0 109