PENGGUNAAN DUAL SITUATED LEARNING MODEL DALAM MEMBANTU TERJADINYA PERUBAHAN KONSEP TENTANG ZAT DAN WUJUDNYA PADA SISWA KELAS VII SMP JOANNES BOSCO YOGYAKARTA SKRIPSI

PENGGUNAAN MEMBANTU TER DAN WUJUDNYA

  F PR JURUSAN PENDIDIK FAKUL AN DUAL SITUATED LEARNING MODEL ERJADINYA PERUBAHAN KONSEP TEN YA PADA SISWA KELAS VII SMP JOANN

YOGYAKARTA

SKRIPSI

  

DISUSUN OLEH :

FA. DIMAS ANDIKA WAHYUANTO

NIM : 081424014

  

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

DIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETA ULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2013

  

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

  EL DALAM ENTANG ZAT NNES BOSCO

TAHUAN ALAM AN

PENGGUNAAN MEMBANTU TER DAN WUJUDNYA

  F PR JURUSAN PENDIDIK FAKUL AN DUAL SITUATED LEARNING MODEL ERJADINYA PERUBAHAN KONSEP TEN YA PADA SISWA KELAS VII SMP JOANN

YOGYAKARTA

SKRIPSI

  

DISUSUN OLEH :

FA. DIMAS ANDIKA WAHYUANTO

NIM : 081424014

  

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

DIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETA ULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2013

  

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

  EL DALAM ENTANG ZAT NNES BOSCO

TAHUAN ALAM AN

  

Halaman Persembahan Halaman Persembahan Halaman Persembahan

Karya ini kupersembahkan untuk: Karya ini kupersembahkan untuk: Karya ini kupersembahkan untuk:

  

Yesus Kristus & Bunda Maria yang selalu menyertaiku Yesus Kristus & Bunda Maria yang selalu menyertaiku Yesus Kristus & Bunda Maria yang selalu menyertaiku

Bapak FX. Daryanto, Ibu CH. Tri Purwantini, serta adikku Bapak FX. Daryanto, Ibu CH. Tri Purwantini, serta adikku Bapak FX. Daryanto, Ibu CH. Tri Purwantini, serta adikku

Praska yang selalu mendoakan dan memberikan semangat Praska yang selalu mendoakan dan memberikan semangat Praska yang selalu mendoakan dan memberikan semangat

Keluarga besar Mbah Atmo Diharjo dan Mbah Wiryo Sutarjo Keluarga besar Mbah Atmo Diharjo dan Mbah Wiryo Sutarjo Keluarga besar Mbah Atmo Diharjo dan Mbah Wiryo Sutarjo

  

Lentera jiwaku yang telah menerangiku selama ini Lentera jiwaku yang telah menerangiku selama ini Lentera jiwaku yang telah menerangiku selama ini

Almamaterku Universitas Sanata Dharma yang telah mendidik Almamaterku Universitas Sanata Dharma yang telah mendidik Almamaterku Universitas Sanata Dharma yang telah mendidik

dengan cerdas & humanis dengan cerdas & humanis dengan cerdas & humanis

  

‘’Bentuk ucapan syukur dan tanda terima kasih atas bakti serta cinta, ‘’Bentuk ucapan syukur dan tanda terima kasih atas bakti serta cinta, ‘’Bentuk ucapan syukur dan tanda terima kasih atas bakti serta cinta,

didikan dan motivasi yang selama ini telah diberikan dengan tulus ikhlas didikan dan motivasi yang selama ini telah diberikan dengan tulus ikhlas didikan dan motivasi yang selama ini telah diberikan dengan tulus ikhlas

. . .

dan tanpa pamrih guna memperoleh hasil yang terbaik’’ dan tanpa pamrih guna memperoleh hasil yang terbaik’’ dan tanpa pamrih guna memperoleh hasil yang terbaik’’

  Menaklukkan orang lain membutuhkan paksaan, Menaklukkan orang lain membutuhkan paksaan, Menaklukkan orang lain membutuhkan paksaan, Menaklukkan diri sendiri membutuhkan kekuatan Menaklukkan diri sendiri membutuhkan kekuatan Menaklukkan diri sendiri membutuhkan kekuatan

  

ABSTRAK

Dimas Andika Wahyuanto, 2013. “ Penggunaan Dual Situated

Learning Model Dalam Membantu Terjadinya Perubahan Konsep Tentang

Zat Dan Wujudnya Pada Siswa Kelas VII SMP Joannes Bosco Yogyakarta”.

  

Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Penelitian ini bertujuan (1) mengetahui bagaimana konsep awal siswa (2) apakah terjadi peningkatan pemahaman siswa (3) mengetahui bagaimana konsep akhir dan perubahan konsep siswa. Dengan sampel penelitian diberikan kepada 23 siswa kelas VII Compassion SMP Joannes Bosco Yogyakarta. Jenis penelitian adalah kuantitatif dan deskripsi kualitatif. Dengan Dual Situated Learning Model sebagai treatment. Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2012/2013.

  Dengan menggunakan test awal, wawancara dan test akhir sebagai instrumen. Tes dianalisis menggunakan uji test t dependent untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa dan deskripsi kualitatif dengan teknik koding untuk mengetahui konsep awal, konsep akhir dan perubahan konsep yang terjadi.

  Hasilnya diperoleh bahwa terjadi peningkatan pemahaman siswa mengenai konsep zat dan wujudnya dengan uji test t dependent dan terjadi perbedaan yang signifikan antara hasil tes awal dan tes akhir. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa rata-rata hasil tes siswa mengenai konsep zat dan wujudnya berubah dari 10,13 % menjadi 36,36 %. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi perkembangan konsep dari konsep awal mereka dari konsep yang salah menjadi benar dan lengkap, serta dari konsep kurang lengkap menjadi lebih lengkap. Namun masih ada siswa yang tetap mempertahankan konsep awal mereka yang salah. Dengan kata lain perubahan konsepnya belum optimal.

  

Kata kunci : konsep awal, Dual Situated Learning Model, konsep akhir,

perubahan konsep.

  

ABSTRACT

Dimas Andika Wahyuanto, 2013. “The Application of Dual Situated

Learning Model to Help the Occurrence of the Conceptual Change of

Substance and its Form in the VII grades of Joannes Bosco Junior High

School of Yogyakarta”. Physics Education Study Program, Department of

Mathematics Education and Science, Faculty of Teacher and Training

Education, Sanata Dharma University Yogyakarta.

  The aims of this study were to (1) find out how the students’ initial concept (2) find out whether there was an improvement of the students’ understanding (3) find out howthe final concept and the students’ conceptual change. The sample was given to 23 students of VII compassion class of Joannes Bosco Junior High School Yogyakarta. The types of this research were quantitative and qualitative description. This research used and Dual Situated Learning Model as the treatment.It was conducted in semester 1 academic year 2012/2013 .

  This research used pretest, interview and postest as the instruments. The tests were analyzed using dependent t-test to find out the students’ improvement of their understanding and using qualitative description with coding methods to know initial concept, final concept and conceptual change.

  The results of this research showedthat there was an improvement of the students' understanding of the concept of substance and its form with dependent t- test and there was a significant difference between pretest and posttest scores. From the result, it also showed that the result test average students’ on substance and its form changed from10,13 % to 36,36 %. This showed that there was a concept development of their initial concept, wrong concept becoming right and complete, and also lacking completeness becoming more complete. However, there were some students who still defended their initial concept which was wrong.In other words, the concept of change has not been optimal.

  

Key words : initial concept, Dual Situated Learning Model, final concept,

conceptual change.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus. Terima kasih atas penyertaanmu selama ini sehingga penulis mampu menyelesikan tugas akhir ini dan berjalan dengan sebagaimana mestinya.

  Tugas akhir ini dikerjakan demi memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana Pendidikan di Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini bukanlah tujuan akhir dari belajar karena belajar merupakan sesuatu yang tidak terbatas.

  Terselesaikan tugas akhir ini tentunya tidak dapat berjalan dengan baik tanpa proses panjang dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka pada kesempatan yang berbahagia ini, penulis secara khusus mengucapkan terima kasih, kepada:

  1. Pak Drs. T. Sarkim. M.Ed., Ph.D. yang telah memberikan waktu luang untuk membimbing saya disela kesibukan beliau yang sangat padat.

  Terima kasih atas bimbingan dan perhatiannya Pak Sarkim.

  2. Kepala sekolah SMP Joannes Bosco Yogyakarta yang telah dengan suka cita memberikan ijin penelitian.

  3. Pak Raharjo selaku guru mata pelajaran fisika di SMP Joannes Bosco yang telah berkenan dalam memberikan kesempatan dan memberikan masukan dalam pelaksanaan penelitian

  4. Romo Prof. Dr. Paul Suparno, S.J., MST sebagai dosen pembimbing akademik yang telah membimbing saya selama kurang lebih 4,5 tahun.

  5. Para dosen pengajar prodi PFIS yang telah memberikan ilmu dan membimbing untuk menjadi calon guru yang cerdas dan humanis.

  6. Para staf karyawan JPMIPA yang telah melayani dengan sepenuh hati.

  7. Simbah Uti, Ayahanda pak FX. Daryanto dan ibunda bu CH.

  Tripurwantini serta Praska yang telah memberikan motivasi selama ini.

  8. Temen PFIS 2008 yang telah bersama-sama menempuh suka duka dalam perkuliahan

  9. Genk S.I.P: Atma’Mbah’, Alex ‘sipit’, Ryan ‘mbink’, Arnold ‘kopral’, Anton’kriting’, Edwin (makasih win mbantu dampingi penelitian) yang telah menyemangati satu sama lain.

  10. PFIS futsal FC yang telah meluangkan waktu untuk menyalurkan hobi bermain futsal bersama-sama.

  11. Anak-anak kost rafli wawan (matur nuwun pinjaman printernya wan), satrio, ganda, mas riki, heri yang telah memberikan semangat.

  12. Temen-temen UKM Sekar (pak pelatih: mas eko, mas jenthik, mbk esti, mbk, petra, mbk winda, mbk tina, novie, fael, edo, pinka, anik, betrik, klara, rian dsb)

  13. PPL lovers SMA Taman Madya Jetis (riska, mbk agnes, laras, evi, emi, ratna, ratih, tian, mas arif, dll)

  14. KKN’ers kelompok 11 Gading (yoyok, tina,tia, yulia, putri,seto, elis,meta)

  15. Anak-anak Trah Siesen & Siesen Insadha 2012 ( Mas Banu, Anyak, Fembri, Yudha, Sam, Radyt, Rita, Bogi, Tisa, Ayuk, Ucok, dll)

  Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun serta menyempurnakan tulisan ini. Akhir kata semoga penelitian ini bermanfaat dan menjadi berkat untuk setiap pembaca.

  Penulis

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI........................................... vi

ABSTRAK ........................................................................................................ vii

ABSTRACT ...................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ix

DAFTAR ISI..................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah................................................................................. 1 B. Rumusan masalah .......................................................................................... 3 C. Tujuan Penelitian........................................................................................... 3 D. Manfaat Penelitian......................................................................................... 4 BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep dan Konsepsi ................................................................................... 5 B. Miskonsepsi.................................................................................................. 7 C. Perubahan Konsep ........................................................................................ 9 D. Pemahaman Konsep ..................................................................................... 15 E. Dual Situated Learning Model ..................................................................... 16 F. Materi Zat dan Wujudnya............................................................................. 18

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ............................................................................................. 27 B. Sampel Penelitian ......................................................................................... 27 C. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................... 27 D. Treatment...................................................................................................... 27 E. Instrumentasi ................................................................................................ 29 F. Validitas Instrumen ...................................................................................... 31 G. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data ...................................................... 32 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Penelitian ..................................................................................... 34 B. Pelaksanaan Penelitian ................................................................................. 35 C. Data, Analisis dan Pembahasan C.1 Konsep Awal Siswa............................................................................... 36 C.2 Peningkatkan pemahaman konsep siswa

  mengenai zat dan wujudnya.. ...................................................................... 45 C.3 Konsep Akhir siswa dan Perubahan Konsep......................................... 47

  D. Keterbatasan Penelitian ................................................................................. 64

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................................... 66 B. Saran .............................................................................................................. 67

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 69

LAMPIRAN...................................................................................................... 71

  DAFTAR TABEL TABEL 1. Kisi-kisi pembuatan soal pretes dan postes.................................... 30 TABEL 2. Rubrik penilaian pretes dan postes................................................. 32 TABEL 3. Tanggal, jam, kegiatan penelitian .................................................. 34 TABEL 4. Ketentuan penilaian skor pretes dan postes.................................... 36 TABEL 5. Data skor hasil pretes ..................................................................... 37 TABEL 6. Rangkuman variasi jawaban konsep awal siswa............................ 38 TABEL 7. Skor total pretes dan postes ............................................................ 45 TABEL 8. Paired samples statistics, paired samples test.................................46 TABEL 9. Data skor hasil postes..................................................................... 47 TABEL 10. Rangkuman konsep awal, dan konsep akhir siswa.........................48

  DAFTAR GAMBAR GAMBAR 1. Diagram perubahan wujud ........................................................ 20 GAMBAR 2. Susunan partikel zat padat ......................................................... 23 GAMBAR 3. Susunan partikel zat cair............................................................ 23 GAMBAR 4. Susunan partikel gas .................................................................. 23 GAMBAR 5. Meniskus pada zat cair .............................................................. 25

  DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN 1 Suratpermohonan ijin penelitian dariUNIVERSITAS .......... 72 LAMPIRAN 2 Surat Keterangan telah melakukan penelitian ....................... 74 LAMPIRAN 3 Rancangan soal pretes dan postes ......................................... 76 LAMPIRAN 4 Pedoman jawaban soal pretes dan postes .............................. 80 LAMPIRAN 5 Data skor hasil pretes ............................................................ 85 LAMPIRAN 6 Hasil lengkap wawancara dua siswa ..................................... 89 LAMPIRAN 7 Rancangan peristiwa/gejala................................................... 96 LAMPIRAN 8 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)....................... 107 LAMPIRAN 9 Data skor Hasil Postest.......................................................... 113 LAMPIRAN 10 Hasil pekerjaan siswa ............................................................ 117 LAMPIRAN 11 Dokumentasi saat penelitian.................................................. 139

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam proses pembelajaran fisika siswa perlu mengalami perubahan

  konsep, karena inti belajar fisika adalah terjadinya perubahan konsep pada diri seseorang yang sedang belajar (Suparno, 2000: 15). Perubahan yang pertama adalah perubahan dalam arti siswa memperluas konsep, dari konsep yang belum lengkap menjadi lebih lengkap, dari belum sempurna menjadi lebih sempurna. Perubahan yang lain adalah merubah dari konsep yang salah menjadi benar atau sesuai dengan konsep para ahli fisika. Pembelajaran yang hanya membuat konsep tetap saja atau bahkan menjadi menjauh dari yang diterima para ahli, dapat dikatakan pembelajaran yang tidak sukses. Sedangkan pembelajaran fisika yang baik adalah yang memungkinkan perubahan itu secara cepat dan efisien (Suparno, 2000: 18).

  Sementara itu dalam bidang fisika, terjadi salah konsep hampir di semua sub bidang seperti mekanika, termofisika, bunyi dan gelombang, optika, listrik dan magnet, dan fisika modern (Suparno, 2005: 8). Salah konsep disebabkan oleh berbagai hal, antara lain dapat disebabkan oleh siswa sendiri, guru yang mengajar, konteks pembelajaran, cara mengajar, dan buku teks. Menurut Brown dan Gil Perez (dalam Suparno 2005: 7) salah konsep itu juga menghinggapi semua level siswa, mulai dari SD sampai dengan mahasiswa. Oleh sebab itu pembetulan miskonsepsi perlu dilakukan di semua level dan sasaran tersebut.

  Untuk memperbaiki salah konsep pada siswa, sering dilakukan secara spontan dalam proses pembelajaran. Upaya perbaikan secara spontan ini tidak melalui rancangan perubahan konsep yang ilmiah dan efektivitas perbaikannya tidak diamati secara terencana (Domi & Sarkim, 2009). Adapun untuk mengatasi masalah salah konsep, terutama pada siswa supaya terjadi perubahan konsep secara umum tentang konsep fisika, salah satu caranya adalah dengan menggunakan sebuah model ataupun metode pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk mengubah miskonsepsi mereka. Pada dasarnya, salah konsep dapat diatasi secara dini dengan menekankan konsepsi fisika yang benar sejak awal misalnya sejak SD atau SMP, supaya salah konsep itu tidak dibawa berlarut-larut sampai ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

  Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya mengenai perubahan konsep tentang sains, di antaranya adalah ‘’Pembinaan perubahan konsep radikal melalui Dual Situated Learning Model (dilaporkan dalam Jurnal of Research In Science Teaching, 2004, Vol. 41, no.2 : 142-164)‘’, ‘’Pengaruh penggunaan terhadap pemahaman konsep siswa mengenai

  Dual Situated Learning Model

  potosintesis dan respirasi (dilaporkan dalam Jurnal of Baltic Science Education, 2007, Vol.6, no.3)‘’, ‘’Perubahan konsep radikal tentang listrik arus searah menggunakan Dual Situated Learning Model (dilaporkan dalam Jurnal Penelitian Widya Dharma, 2009, Vol.23 : 1-22)’’ di mana ada suatu model pembelajaran yang dirancang khusus untuk mengupayakan perubahan konsep pada bidang sains termasuk fisika. Model pembelajaran itu dikenal sebagai Dual Situated Learning Model (DSLM) yang mana seperti yang dikutip Domi & Sarkim (Domi & Sarkim, 2009) model ini sejak tahun 2001, telah dikembangkan oleh Hsiao Ching She dari Institute of Education, National Chiao-Thung University, Taiwan. Berdasarkan hasil penelitian mengenai perubahan konsep melalui DSLM disimpulkan bahwa DSLM sangat efektif dalam upaya perubahan konsep fisika untuk siswa maupun mahasiswa.

  Oleh karena itu, berdasarkan uraian di atas peneliti berminat untuk mengkaji sejauh mana penggunaan Dual Situated Learning Model pada pembelajaran fisika di tingkat SMP dalam upaya memperbaiki konsep fisika tentang Zat dan Wujudnya, di mana pada konsep Zat dan Wujudnya sehari-hari dan memungkinkan sudah adanya konsep awal dasar pada diri siswa. Dari uraian di atas maka peneliti mengangkat hal tersebut sebagai tugas akhir skripsi dengan judul PENGGUNAAN DUAL SITUATED LEARNING

  MODEL (DSLM) DALAM MEMBANTU TERJADINYA PERUBAHAN

  KONSEP TENTANG ZAT DAN WUJUDNYA PADA SISWA KELAS VII SMP JOANNES BOSCO YOGYAKARTA.

  A. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah:

  1. Bagaimana pemahaman konsep awal siswa tentang Zat dan Wujudnya?

  2. Apakah penggunaan Dual Situated Learning model dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa mengenai Zat dan Wujudnya?

  3. Bagaimana konsep akhir dan perubahan konsep yang terjadi pada siswa mengenai Zat dan Wujudnya setelah mengikuti pembelajaran menggunakan Dual Situated learning Model?

  B. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

  1. Untuk mengetahui bagaimana pemahaman konsep awal siswa tentang Zat dan Wujudnya

  2. Untuk mengetahui apakah penggunaan DSLM dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa mengenai zat dan wujudnya.

  3. Untuk mengetahui bagaimana konsep akhir dan perubahan konsep siswa pada materi Zat dan Wujudnya setelah mengalami pembelajaran menggunkan DSLM

  C. Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh setelah melakukan penelitian ini, antara lain:

  1. Bagi Guru:

  a. Membantu dalam mengetahui dan memahami salah konsep yang terjadi pada siswa b. Sebagai alternatif model pembelajaran guna meningkatkan pemahaman konsep yang dimiliki siswa

  2. Bagi peneliti:

  a. Sebagai alternatif model pembelajaran guna meningkatkan pemahaman konsep yang dimiliki siswa jika kelak menjadi guru.

  b. Memiliki pengalaman mengajar menggunakan model pembelajaran yang baru.

  3. Bagi siswa:

  a. Memiliki pengalaman belajar menggunakan Dual Situated Learning Model.

  b. Mengalami variasi kegiatan, sehingga diharapkan mengurangi kejenuhan, dan meningkatkan minat serta mampu meningkatkan pemahaman konsep fisika siswa.

BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep dan Konsepsi A.1 Konsep Menurut Ausabel (dalam Berg, 1991) konsep merupakan benda-

  benda, kejadian-kejadian, situasi-situasi, atau ciri-ciri yang memiliki ciri-ciri khas dan yang terwakili dalam setiap budaya oleh suatu tanda atau simbol. Misalnya, ‘’meja’’ adalah sebuah benda yang mempunyai bentuk persegi panjang, segitiga, dan bundar, dengan warna, bahan dan ukuran yang berbeda-beda, serta dengan 1, 2, 3, 4 kaki atau banyak kaki, di sini meja menunjukkan sebuah konsep. Jadi konsep merupakan abstraksi ciri-ciri sesuatu yang mempermudah komunikasi antara manusia dan memungkinkan manusia berfikir. Menurut Neil Bolton (dalam Suparno, 2005) konsep diklasifikasi menjadi 3 kelompok yaitu konsep fisis, konsep logika matematik dan konsep filosofis. Konsep fisis merupakan konsep yang berkaitan langsung atau mengacu pada obyeknya seperti benda, besaran, proses dari benda atau besaran, atau relasi antara besaran-besaran. Konsep logika matematis merupakan konsep yang tidak berkaitan langsung dengan obyeknya, namun mengacu pada perilaku dan operasi dalam menangani obyek, misalnya konsep penjumlahan komutatif dan konsep perkalian. Konsep filosofis merupakan konsep yang berhubungan dengan kualitas sifat manusia, misalnya baik, jujur, bijaksana.

  A.2 Konsepsi Konsepsi merupakan proses pembentukan konsep atau pengetahuan pada umumnya, yang dilakukan oleh orang yang belajar

  (Domi & Sarkim, 2009). Menurut Berg (1991) konsepsi merupakan tafsiran perorangan dari suatu konsep ilmu. Berg memberikan contoh mengenai konsepsi misalnya, inti konsep massa jenis adalah bahwa untuk jenis bahan tertentu hasil bagi massa dan volume selalu tetap dan bahwa tetapan itu berbeda untuk setiap unsur/senyawa/campuran, maka unsur/senyawa dapat dikenal dari massa jenisnya. Tetapi banyak siswa mempunyai konsepsi yang berbeda, mereka cenderung berfikir bahwa jika jumlah zat ditambah, maka massa jenisnya juga bertambah. Sementara teori dari Piaget menjelaskan konsepsi melalui pengertian- pengertian skema, asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi.

  Skema merupakan suatu struktur mental atau kognitif yang dengannya seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya. Skema itu akan beradaptasi dan berubah selama perkembangan mental anak. Skema bukanlah benda nyata yang dapat dilihat, melainkan suatu rangkaian proses dalam sistem kesadaran orang, maka tidak memiliki bentuk fisik dan tidak dapat dilihat (Suparno, 1997:30).Sedangkan menurut Wadsworth seperti yang dikutip pada Suparno (1997:31) skema adalah hasil simpulan atau bentuk mental, konstruksi hipotesis, seperti intelek, kreativitas, kemampuan, dan naluri. Skema tidak pernah berhenti berubah atau menjadi lebih rinci. Skema juga dapat dipikirkan sebagai suatu konsep atau kategori (Suparno, 1997:31).

  Asimilasi merupakan proses kognitif yang dengannya seseorang mengitegrasikan persepsi, konsep, ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada di dalam pikirannya. Asimilasi dapat dipandang sebagai suatu proses kognitif yang menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan yang baru dalam skema yang telah ada. Proses asimilasi ini berjalan terus menerus,dimana proses asimilasi ini tidak mengakibatkan perubahan skema, melainkan mengembangkan skema yang telah ada dengan diperluas dan diperinci menjadi lebih lengkap. Asimilasi adalah salah satu proses individu lingkungan baru sehingga pengertian itu berkembang (Suparno, 1997:31).

  Dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman yang baru, jika seseorang tidak dapat mengasimilasi pengalaman yang baru itu dengan skema yang telah dipunyai. Dalam keadaan seperti ini, orang itu akan mengadakan akomodasi, yaitu (1) membentuk skema baru yang dapat cocok dengan rangsangan yang baru atau (2) memodifikasi skema yang ada sehingga cocok dengan rangsangan itu. Proses akomodasi ini akan terus berjalan dalam diri seseorang seperti yang dikatakan oleh Piaget dalam Suparno (1997:32).

  Ekuilibration merupakan pengaturan diri secara mekanis untuk mengatur keseimbangan antara proses asimilasi dan akomodasi.

  Dimana pada proses asimilasi dan akomodasi perlu untuk perkembangan kognitif seseorang, dan dalam perkembangan intelek seseorang, diperlukan keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi tersebut.

B. Miskonsepsi

  Menurut Lev Vygosky (dalam Domi & Sarkim, 2009)berdasarkan proses konsepsinya, membedakan konsep yang dihasilkan atas dua jenis yaitu konsep spontan dan konsep ilmiah. Konsep spontan adalah hasil generalisasi dan internalisasi pengalaman pribadi sehari-hari. Konsep spontan tidak diperoleh melalui pembelajaran sistematis sehingga bisa keliru. Konsep ilmiah adalah generalisasi atas pengalaman manusia yang dibakukan dalam ilmu pengetahuan dan diajarkan melalui pembelajaran yang sistematis sehingga lebih terjamin kebenarannya Supratiknya (dalam Domi & Sarkim, 2009). Dapat terjadi bahwa konsep spontan yang dibangun seseorang tidak lengkap atau bahkan tidak sesuai dengan konsep ilmiah. Gejala ini dikenal sebagai salah konsep (misconception).

  Seperti yang dikutip oleh Suparno (2005:4-6) ada beberapa pandangan para ahli mengenai apa itu miskonsepsi. Seperti Novak mendefinisikan miskonsepsi sebagai suatu interpretasi konsep-konsep dalam suatu pernyataan yang tidak dapat diterima. Brown menjelaskan bahwa miskonsepsi sebagai suatu pandangan yang naif dan mendefinisikan sebagai suatu gagasan yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah yang sekarang diterima. Feldsine mengemukakan miskonsepsi sebagai suatu kesalahan dan hubungan yang tidak benar antara konsep-konsep. Fowler menjelaskan miskonsepsi sebagai pengertian yang tidak akurat akan konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah, kekacauan konsep-konsep yang berbeda dan hubungan hierarkis konsep-konsep yang tidak benar. Menurut Clement bahwa jenis miskonsepsi yang paling banyak terjadi adalah, bukan pengertian yang salah selama proses belajar mengajar, tetapi suatu konsep awal (prakonsepsi) yang dibawa siswa ke kelas formal. Sedangkan menurut Suparno sendiri (2005:95) miskonsepsi atau salah konsep adalah suatu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima para pakar pada bidang itu. Bentuknya dapat berupa konsep awal, kesalahan, hubungan yang tidak benar antara konsep-konsep, gagasan intuitif atau pandangan yang naif.

  Miskonsepsi dapat disebabkan oleh siswa sendiri, guru yang mengajar, konteks pembelajaran, cara mengajar, dan buku teks. Filsafat konstruktivisme menyatakan bahwa pengetahuan itu dibentuk oleh siswa sendiri dalam kontak dengan lingkungan, tantangan, dan bahan yang dipelajari (Suparno,1997) . Siswa membentuk sendiri pengetahuannya sehingga tidak mustahil dapat terjadi kesalahan dalam mengkontruksi. Oleh karena siswa sendiri yang mengkonstruksi, dapat saja terjadi siswa telah melakukan konstruksi itu sejak awal sebelum mereka mendapatkan pelajaran formal tentang bahan tertentu karenapengalaman hidup mereka. Inilah yang disebut prakonsepsi atau konsep awal siswa.

C. Perubahan Konsep

  Perubahan konsep adalah proses yang diupayakan agar konsep spontan yang kurang lengkap dilengkapi, konsep yang salah diperbaiki sehingga sesuaidengan konsep ilmiah atau konsep para ahli (Domi & Sarkim, 2009). Sebelum mengetahui ada tidaknya perubahan konsep pada diri siswa, guru harus terlebih dahulu mendeteksi prakonsepsi atau konsep awal siswa. Carey seperti dikutip oleh Suparno (1997:51) mendefinisikan perubahan konsep dari konsep yang kurang lengkap menjadi lebih lengkap sebagai retrukturisasi lemah, sedang perubahan konsep dari konsep yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah menjadi konsep yang sesuai dengan konsep ilmiah sebagai retrukturisasi kuat atau disebut juga perubahan konsep radikal.

  Aplikasinya pada pembelajaran fisika (Suparno, 2000: 18) menjelaskan bahwa proses pembelajaran fisika yang benar haruslah mengembangkan perubahan konsep. Dalam hal tersebut dibagi menjadi dua bagian yaitu membantu proses perluasan konsep dan membetulkan konsep yang salah. Pada proses pertama yaitu proses memperluas konsep yang sudah ada, Suparno mengemukakan beberapa cara yang dapat membantu siswa menambah konsep atau pengetahuan mereka tentang bahan fisika, antara lain:

  1. Memberikan informasi baru yang belum pernah diketahui oleh siswa. Pemberian informasi baru atau tambahan konsep- konsep baru dapat dilakukan, antara lain guru menjelaskan konsep yang baru sesuai dengan urutan kurikulum yang telah direncanakan. Sistem pengajaran bab per bab adalah lebih untuk menambah konsep siswa agar lebih luas. Model pengajaran ceramah dimasukkan disini.

  2. Siswa diberi bahan baru dan diajak untuk mempelajari sendiri bahan itu sehingga konsepsinya bertambah. Disini diperlukan bantuan pengarahan dari guru. Inilah model pembelajaran mandiri.

  3. Siswa diberi kesempatan untuk mencari bahan-bahan baru yang telah disediakan baik dari buku maupun multimedia fisika. Pembelajaran untuk menambah konsep diatas juga dapat mengakibatkan bertambahnya salah konsep. Guru perlu jeli mengamati apakah siswa dengan bertambahnya konsep baru juga bertambah salah pengertian mereka. Bila hal ini terjadi, guru perlu menggunakan model pembelajaran yang dapat menghilangkan salah konsep sebagai salah satu alternatif pembelajaran.

  Proses yang kedua adalah proses membetulkan konsep yang salah, di manadigunakan strategi pembelajaran yang menyediakan pengalaman anomali bagi siswa(Suparno, 2000: 19). Pertama siswa disadarkan bahwa konsep awal mereka itu tidak tepat, atau salah atau tidak cocok dengan situasi yang ada. Cara penyadaran dapat dengan menyediakan data anomali. Dapat juga siswa diajak untuk menjelaskan masalah baru dengan konsep lamanya yang memang ternyata tidak mencukupi, maka ia tertantang untuk mengubah konsepnya. Dengan eksperimen yang hasilnya berlainan dengan konsep awal siswa, maupun melalui diskusi dengan orang yang mempunyai konsep lain, siswa ditantang untuk memikirkan kembali konsep awalnya. Dari sini, siswa terbantu untuk merubah konsep awal mereka.

  Beberapa metode pembelajaran fisika yang telah diteliti dapat membantu perubahan konsep jenis kedua ini adalah sebagai berikut ini (Suparno,2005): a. Bridging Analogy (Analogi Penghubung) Model penjelasan analogis banyak digunakan untuk menjelaskan konsep fisika yang sulit dan abstrak kepada siswa. Misalnya, karena sulit menjelaskan mengenai konsep tegangan listrik, guru menggunakan analogi dengan bak air.

  Menurut Brown dan Clement seperti yang dikutip oleh Suparno (2005: 104), contoh-contoh biasa tidak akan membantu siswa mengatasi salah pengertiannya, kecuali bila contoh-contoh itu punya tiga ciri:

  1. contoh itu masuk akal bagi siswa, 2. secara explisit contoh punya hubungan analogis dengan persolan yang dihadapi siswa, 3. contoh itu membantu siswa membentuk suatu model mental secara kulitatif.

  Penjelasan bridging analogy mempunyai tiga sifat diatas, maka dapat membantu salah konsep. Dalam model ini, guru tidak hanya memberikan contoh, tetapi juga memilih contoh yang dapat menghubungkan contoh-contoh itu dengan persoalan pokoknya dan membangun suatu konstruksi model.

  b. Simulasi komputer Banyak penelitian yang menemukan bahwa simulasi komputer dapat membantu siswa menghilangkan salah pengertian yang mereka dapatkan. Dalam simulasi itu siswa dapat memanipulasi data, mencari data, mengumpulkan data dan mengambil kesimpulan. Bila dalam simulasi siswa menemukan data yang sungguh berbeda dengan yang mereka pikirkan sebelumnya, maka siswa akan mengalami konflik dalam pikirannya. Konflik inilah yang memacu

  Ada baiknya bahwa guru memilih beberapa simulasi yang memang menyajikan hasil yang berlawanan dengan konsep awal siswa. Dengan pengalaman itu, konsep awal siswa ditantang untuk disesuaikan atau malah dirubah. Penggunaan simulasi komputer ini sangat menguntungkan, karena siswa dapat melakukannya sendiri berkali-kali tanpa harus ditunggui guru seperti pelajaran dalam kelas. Oleh karena siswa dapat mengulanginya sendiri diluar kelas, maka mereka akan lebih cepat merubah gagasan mereka yang tidak benar. Dengan demikian mereka lebih cepat untuk mengerti konsep yang sedang dpelajarinya secara tepat.

  c. Diskusi kelompok Menurut Farmer seperti dikutip Suparno (2005:

  110) diskusi dengan siswa-siswa lain adalah cara yang baik untuk mengungkapkan pengetahuan siswa. Dengan berdiskusi mengenai konsep yang baru dipelajari mereka akan tertantang mengerti lebih dalam dan saling mengungkapkan konsep dan gagasan masing-masing, serta bila ada perbedaan pandangan mengenai konsep tersebut mereka saling mendebatkannya secara argumentatif. Dari perdebatan itu, mereka yang mempunyai gagasan tidak benar, dapat memperbaiki gagasannya dengan mengambil gagasan teman lain yang benar. Sedangkan kalau gagasan mereka sudah benar, mereka menjadi lebih yakin akan kebenaran gagasan itu.

  Yang lebih diperlukan dalam diskusi kelompok adalah bahwa mereka dipacu untuk terlibat aktif dalam diskusi. Mereka perlu dibiasakan mengekspresikan apa d. Peta konsep Peta konsep juga dapat digunakan untuk membantu mengatasi salah pengertian. Dalam peta konsep siswa menuliskan gagasan pokoknya dan relasi konsep- konsepnya. Siswa diajak melihat sendiri bahwa beberapa hubungan tidak jalan dan tidak dapat diterima, maka perlu didiskusikan untuk diubah. Lalu ia diminta membuat peta konsep yang baru.

  Agar guru lebih mengerti maksud siswa dengan peta konsepnya, sangat baik bila guru mengadakan wawancara dengan siswa tentang peta konsepnya. Siswa diminta menjelaskan peta konsepnya kepada guru dan guru dapat menanyakan lebih mendalam tentang konsep-konsep yang tidak sesuai dan hubungan antar konsep yang tidak cocok dengan pengertian para ahli fisika. Berdasarkan alasan- alasan yang dikemukakan siswa, alasan salah konsep diketahui, dan guru dapat menentukan bantuan yang lebih sesuai dengan penyebabnya.

e. Problem solving

  dapat juga membantu mengatasi

  Problem solving

  salah pengertian. Siswa mengerjakan beberap soal untuk mencek apakah gagasan mereka benar atau tidak. Dengan membuat soal, mereka dilatih untuk mengorganisasikan pengertian mereka dan kemampuan mereka. Juga baik kalau mereka diberi waktu untuk menjelaskan pemecahan soal mereka di depan kelas dan teman-teman lain dapat menanyainya.

  Dengan melihat bagaimana cara siswa memecahkan persoalan, dapat dengan mudah dilihat siswa mempunyai salah pengertian dalam langkah yang mana. Bila salah pengertian diketahui, guru juga menanyakan kepada siswa mengapa mereka mempunyai pengertian atau langkah seperti itu. Sekaligus dalam wawancara itu, guru dapat melihat sumber salah pengertian yang dibuat. Langkah selanjutnya adalah menentukan bantuan yang sesuai.

  f. Percobaan atau pengalaman lapangan Menurut penelitian Gilbert, Watts, Osborne;

  Brouwer; McClelland seperti dikutip oleh Suparno (2005: 114) percobaan ataupun pengalaman lapangan adalah cara yang baik untuk mengkontraskan pengertian siswa tentang kenyataan . Percobaan dan pengamatan dapat menghilangkan salah pengertian intuitif siswa. Percobaan dapat menantang intuisi mereka apakah benar atau tidak.

  Untuk dapat lebih cepat menyadarkan siswa akan salah pengertian mereka yang tidak jalan atau tidak tepat, ada baiknya bila eksperimen yang diambil adalah yang memberikan hasil berbeda dengan yang mereka pikirkan atau konsepkan. Demikian juga dengan pengalaman yang dihadapkan pada siswa agar dipilih pengalaman yang memang sungguh menantang konsep awal mereka yang tidak tepat. Dengan mengalami dan mengamati percobaan yang hasilnya lain terus menerus, maka siswa tertantang untuk merubah gagasan atau konsep mereka.

D. Pemahaman Konsep

  Seseorang dapat dikatakan memahami suatu konsep apabila: 1) dapat mendefinisikan konsep yang bersangkutan, 2) menjelaskan perbedaan antara konsep yang bersangkutan dengan konsep-konsep lain, 3) menjelaskan hubungan-hubungan dengan konsep-konsep yang lain, 4) menjelaskan arti konsep dalam kehidupan sehari-hari (Berg V.D, 1991). Menurut Kartika Budi seperti yang dikutip Kurniawan (2011: 23), untuk dapat memutuskan apakah siswa memahami konsep atau tidak diperlukan kriteria atau indikator-indikator yang menunjukkan pemahaman tersebut. Beberapa indikator yang menunjukkan pemahaman siswa akan suatu konsep antara lain: a. Dapat menyatakan pengertian konsep dalam bentuk definisi menggunakan kalimat sendiri.

  b. Dapat menjelaskan makna dari konsep bersangkutan kepada orang lain.

  c. Dapat menganalisis hubungan antara konsep dalam suatu hukum.

  d. Dapat menerapkan konsep untuk (1) menganalisis gejala-gejala alam, (2) untuk memecahkan masalah fisika baik secara teoritis maupun secara praktis, (3) memprediksi kemungkinan- kemungkinan yang bakal terjadi pada suatu sistem bila kondisi tertentu dipenuhi.

  e. Dapat mempelajari konsep lain yang berkaitan dengan lebih cepat.

  f. Dapat membedakan konsep satu dengan konsep lain yang saling berkaitan.

  g. Dapat membedakan konsepsi yang benar dengan konsepsi yang salah, dan dapat membuat peta konsep dari konsep-konsep yang ada dalam suatu pokok bahasan.

E. Dual Situated Learning Model (DSLM)

  Dual Situated Learning Model merupakan suatu model pembelajaran

  yang pada proses pembelajaran yang dilakukan memperoleh fungsi ganda dalam beberapa aspeknya (Domi & Sarkim, 2009). Model ini dikembangkan sejak tahun 2001 oleh Hsiao Ching She seorang pendidik dari Institute of Education National Chiao-Tung University, Taiwan. Menurut She (2004) DSLM ini telah terbuktimemiliki potensiuntuk mempromosikanperubahankonseptualsiswa.

  Situated learning memiliki makna bahwa proses perubahan

  konseptual mengenai konsep sains dan keyakinan siswa terhadap konsep- konsep sains harus berasal dari kehidupan sehari-hari untuk menentukan mental set apa yang penting dan diperlukan untuk membangun pandangan yang lebih ilmiah mengenai konsep tersebut (She, 2004).

  Dual berartibahwa model inimemilikidua fungsidalam

  beberapaaspeknya. She menyatakan fungsi ganda itu dapat dilihat dalam beberapa aspeknya sebagai berikut. 1) Konsep yang dikaji bersifat ganda yaitu konsep ilmiah yang seharusnya dikuasai siswa dan konsep (prakonsep) siswa yang senyatanya dimiliki siswa. 2) Kajian atas prakonsep siswa ditujukan pada dua fungsi ganda yaitu mengidentifikasi salah konsep yang terjadi dan mengembangkan teknik yang memberi peluang kepada siswa untuk mengkonstruksi konsep ilmiah yang benar. 3) Identifikasi salah konsep ditujukan pada dua fungsi yaitu, menyadarkan siswa bahwa prakonsep yang dimiliki itu salah, dan membangkitkan minat dan atau menantang siswa untuk merekonstruksi prakonsepnya menjadi konsep ilmiah yang benar. 4) Proses rekonstruksi prakonsep, melibatkan dua aspek ganda yaitu aspek ontologis (isi konsep) dan aspek epistemologis (cara membangun konsep).

  Berdasarkan uraian diatas, dapat dikatakan bahwa Dual Situated

  Learning Model merupakan sebuah model pembelajaran yang bertujuan

  untuk mengupayakan terjadinya proses perubahan konsep kepada siswa dengan cara mengkaji konsep ilmiah dan prakonsep, mengidentifikasi prakonsep yang salah dan mengembangkan teknik remidiasi, menyadarkan siswa akan kesalahannya dan menantangnya untuk memperbaiki, mengupayakan agar perubahan konsep yang terjadi mencakup aspek ontologis dan epistemologis.

Dokumen yang terkait

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA DI KELAS VII SEMESTER I SMP NEGERI 13 MEDANT.P. 2013/2014.

0 1 17

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ZAT DAN WUJUDNYA DI KELAS VII SMP NEGERI 2 STABAT T.P. 2013/2014.

0 1 22

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA DI KELAS VII SEMESTER 1 SMP NEGERI 2 GALANG T.P. 2013/2014.

0 2 18

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TEHADAPA HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA DI KELAS VII SMP SWASTA HARAPAN STABAT T.P 2012/2013.

0 1 22

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA DI KELAS VII SMP NEGERI 39 MEDAN T.P 2012 / 2013.

0 1 21

MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA TERINTEGRASI DENGAN PENDIDIKAN ANTIKORUPSI PADA SISWA KELAS VII SEMESTER 2, SMP JOANNES BOSCO YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20102011 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Progra

0 0 196

PERSEPSI SISWA KELAS VIII SMP JOANNES BOSCO YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2010 2011 TENTANG MANFAAT PELAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL

0 0 121

DUKUNGAN MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MEMBANTU PEMAHAMAN OPERASI HITUNG BILANGAN PECAHAN PADA SISWA KELAS VII SMP JOANNES BOSCO TAHUN AJARAN 20112012

0 2 218

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI DATAR DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII D SEMESTER 2 SMP JOANNES BOSCO YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2010 2011 SKRIPSI

0 13 233

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIIIB SMP JOANNES BOSCO TAHUN AJARAN 20112012 MELALUI INTENSIFIKASI LEMBAR KERJA SISWA (LKS) SKRIPSI

0 0 236