IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AGAMA KONFESIONAL DALAM MENINGKATKAN KERUKUNAN SOSIAL BERAGAMA ANTAR SISWA DAN KESADARAN PLURALITAS AGAMA SISWA DI SMA NEGERI I MAGELANG DAN SMA NEGERI I MUNTILAN KABUPATEN MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2014-2015 TESIS

  

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AGAMA

KONFESIONAL DALAM MENINGKATKAN

KERUKUNAN SOSIAL BERAGAMA ANTAR SISWA

DAN KESADARAN PLURALITAS AGAMA SISWA DI

SMA NEGERI I MAGELANG DAN SMA NEGERI I

MUNTILAN KABUPATEN MAGELANG TAHUN

PELAJARAN 2014-2015 TESIS Disusun Oleh: M.MISBAHUL MUTHI, S.Ag NIM : M113011 Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan untuk gelar Magister Pendidikan Islam PROGRAM PASCA SARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN ) SALATIGA

  

2015 PERNYATAAN KEASLIAN “ Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tesis ini merupakan hasil karya sendiri dan sepanjang pengetahuan dan keyakinan saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan yang telah di publikasikan sebelumnya atau ditulis oleh orang lain, atau sebagian bahan yang pernah diajukan untuk gelar atau ijasah pada Institut Agama Islam Negeri Salatiga atau perguruan tinggi lainnya.”

  Salatiga, 26 September 2015 Yang membuat pernyataan Muhammad Misbahul Muthi‟, S.Ag. Implementation of confessional Religious Education in Enhancing Social Harmony Between Students of Religion and Religious Plurality Awareness

  Students at SMAN I Magelang and SMA I Muntilan Magelang District Academic Year 2014/2015

  ABSTRACT The purpose of this research is to investigate the implementation of confessional religious education in promoting social harmony among students of religion and religious plurality awareness of students in SMA and SMA I Magelang Magelang regency I Muntilan school year 2014/2015.

  This research is descriptively qualitative approach to the sociology of religion. Taknik data collection using observation, interviews, and documentation. The study concluded that SMA I Magelang and SMA I Muntilan

  Kabupatn Magelang confessional religious education and taught by a teacher who co-religionists. With the implementation of this confessional religious education, students are increasingly convinced of the truth of his religion and considers religion is a religion which believes that most benar.Realita plurality of religions, making students tolerant and respect other religions with the interaction soisial harmonious and conducive. Problematic teaching of religious education is confessional schools do not group students into classes based on religion, and schools do not have lab religion for religious minorities, as well as the schools do not have permanent teachers for religious minorities.

  PRAKATA Alhamdulillahi robbil alamin, berkat limpahan rahmat dan kenikmatan yang di berikan Allah SWT kepada penulis yaitu nikmat kekuatan, nikmat kemudahan berpikir, nkmat kesehatan jasmani dan rohani, serta nikmat kesabaran akhirnya penulis bisa menyelesaikan tesis ini.

  Tesis ini membahahas tentang implementasi pendidikan agama konfesional dalam meningkatkan kerukunan sosial beragama antar siswa dan kesadaran pluralitas agama siswa di SMA Negeri I Magelang dan SMA Negeri I Muntilan Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2014/2015.

  Dalam penelitian ini, penulis ingin mengetahui bagaimana implementasi pendidikan agama konfesional dalam meningkatkan kerukunan sosial beragama antar siswa dan kesadaran pluralitas agama siswa di SMA Negeri I Magelang dan SMA Negeri I Muntilan.

  Dalam penyusunan tesis ini banyak sekali hambatan yang penulis hadapi, berkat bantuan, bimbingan, dan kerjasama darai berbagai pihak, sehingga tesis ini penulis selesaikan. Penulis awali dengan menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Bapak Rektor IAIN Salatiga Bapak Dr.H.Rahmat Hariyadi,M.Pd, Bapak Direktur Program Pasca Sarjana IAIN Salatiga Bapak Dr.H.Zakiyuddin,M.Ag, dan Bapak Dr.H.Saadi, M.Ag selaku pembimbing tesis ini, yang telah membimbing penulisan tesis ini dengan penuh kesabaran, sehingga tesis ini bisa selesai tepat waktu.

  .Ungkapan terimakasih yang sedalam-dalamnya juga penulis sampaikan kepada: 1.

  Istriku, Sulistyowati, S.Pd.SD yang selalu membantu dan mendoakan penulis dalam segala hal ketika penulis menempuh pendidikan S.2 ini, sehingga akhirnya penulis bisa menyelesaikan tesis ini.

  2. Anak-anakku Husnatuzzahroh dan Muhammad Zabarjad yang senantiasa mendoakan ayahnya dalam menempuh pendidikan S.2 dan dalam penulisan tesis ini.

  3. Bapak Muchtar Aziz dan Ibu Nok Sunantiyah yang memberikan dukungan moral dan mendoakan penulis dalam menempuh pendidikan S.2 ini.

  4. Keluarga Besar SMA Negeri I Magelang yang telah memberikan informasi-informasi yang penulis butuhkan dalam tesis ini.

  5. Keluarga Besar SMA Negeri I Muntilan yang telah memberikan informasi-informasi yang penulis butuhkan dalam tesis ini.

  6. Ibu Nur Solekhah,S.Pd yang memberikan motivasi penulis dalam menempuh pendidikan S.2 ini.

  7. Ibu Santi Renaning Tyas,S.Pd yang membantu penulis dalam tatacara penulisan tesis ini.

  8. Pihak-pihak lain yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

  Akhirnya tesis ini bisa diajukan kepada tim penguji, dan semoga tesis ini bisa memberikan manfaat kepada kita semua.

  Salatiga, 26 September 2015 Penulis

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL………………………………………………………………... i HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………………. ii HALAMAN PERNYATAAN……………………………………………………… iii ABSTRAK……………………………………………………………………….iv PRAKATA………………………………………………………………………..v DAFTARISI…………………………………………………………………… .vi DAFTARLAMPIRAN………………………………………………………… vii BAB I PENDAHULUAN .......................................................

  1 A. Latar Belakang Masalah............................................ 1 B. Rumusan Masalah…………………………………. 7 C. Signifikansi Penelitian…………………………… 8 D. Kajian Pustaka…………………………………… 10 E. Metode Penelitian………………………………… 18 F. Sistematika Penulisan …………………………… 23

BAB II KAJIAN TEORI……………………………………… 25 A. Implementasi Pendidikan Agama Konfesional …… 25

1. Pengertian Pendidikan Agama Konfesional…… 25

  2. Sejarah Pendidikan Agama Konfesional di Indonesia 29 B. Kerukunan Sosial Umat Beragama…………………. 32

  1. Pengertian Ker ukunan Sosial Umat Beragama… 32

  2. Sejarah Pembinaan Kerukunan Sosial Umat Beragama di Indonesia…………………………………… 33 C.

  Pluralisme Agama………………………………… 36 1.

  Pengertian Pluralisme………………………… 36 2. Pengertian Pluralisme Agama ………………… 37

5. Pandangan Agama-Agama Terhadap Pluralisme Agama… 50

  BAB III Presentasi Da ta Penelitian………………………………………… 54 A.

  Profil SMA Negeri I Magelang……………………………… 54 1.

  Gambaran Umum SMA Negeri I Magelang…………… 54 2. Sejarah Berdirinya SMA Negeri I Magelang…………… 55 3. Fasilitas SMA Negeri I Magelang………………………… 57 4. Keadaan Guru/Pegawai, dan Siswa……………………… 57 5. Kegiatan Ekstra Kurikuler SMA Negeri I Magelang……… 58 6. Implementasi Pendidikan Agama Konfesional…………… 60 B.

  Profil SMA Negeri I Muntilan………………………………… 63 1.

  Gambaran Umum SMA Negeri I Muntilan……………… 63 2. Fasilitas SMA Negeri I Muntilan……………………… 63 3. Keadaan Guru/Siswa……………………………………… 64 4. Prestasi SMA Negeri I Muntilan………………………… 65 5. Kegiatan Ekstrakurikuler………………………………… 65 6. Implementasi Pendidikan Agama Konfesional…………… 66 C.

  Implementasi Pendidikan Agama Konfesional Dalam Meningkatkan Kerukunan Sosial Beragama Antar Siswa DanKesadaran Pluralitas Agama Siswa di SMA Negeri I Magelang……………………………………………………… 68 1.

  Implementasi Pendidikan Agama Konfesional Dalam Meningkatkan Kerukunan Sosial Beragama Antar Siswa 68 2. Kesadaran Pluralitas Agama Siswa…………………… 87 D.

  Implementasi Pendidikan Agama Konfesional Dalam Meningkatkan Kerukunan Sosial Beragama Antar Siswa Dan Kesadaran Pluralitas Agama Siswa di SMA Negeri I Muntilan…………………………………………………… 94 1.

  Implementasi Pendidikan Agama Konfesional Dalam Meningkatkan Kerukunan Sosial Beragama Antar Siswa 94 2. Kesadaran Pluralitas Agama Siswa…………………… 108 Dan Pluralitas Agama Siswa Di SMA Negeri I Magelang Dan SMA Negeri I Muntilan………………………………………… 111 A.

  Upaya Sekolah Dalam Meningkatkan Kerukunan Sosial Beragama Antar Siswa D an Pluralitas Agama Siswa……… 111 1.

  Upaya Siswa Dalam Menyikapi Pluralitas Agama……… 118 1.

  F.

  2. Implementasi Kebijakan SMA Negeri I Muntilan Terhadap Pendidik an Agama Konesional………………………… 124

  1. Implementasi Kebijakan SMA Negeri I Magelang Terhadap Pendidik an Agama Konfesional………………………… 121

  Implementasi Kebijakan Sekolah Terhadap Pendidikan Agama K onfesional………………………………………………… 121

  2. Upaya Siswa SMA Negeri I Muntilan Dalam Menyikap i Pluralitas Agama…………………………… 120 E.

  Upaya Siswa SMA Negeri I Magelang Dalam Menyikapi Plural itas Agama…………………………… 118

  SMA Negeri I Muntilan……………………………… 117 D.

  Upaya SMA Negeri I Magelang Dalam Meningkatkan Kerukunan Sosial Beragama Antar Siswa Dan Pluralitas Agama Siswa…………………………………………… 111 2. Upaya SMA Negeri I Muntilan Dalam Meningkatkan

  Aktifitas-Aktifitas Keagamaan Peserta Didik SM A Negeri I Magelang……………………………… 116 2. Aktifitas-Aktifitas Keagamaan Peserta Didik

  Aktifitas-Aktifitas Keagamaan Peserta Didik……………… 116 1.

  Di SMA Negeri I Muntilan……………………………… 114 C.

  Faktor-Faktor Kerukunan Sosial Beragama Antar Siswa di SM A Negeri I Magelang……………………………… 113 2. Faktor-Faktor Kerukunan Sosial Beragama Antar Siswa

  Faktor-Faktor Kerukunan Sosial Beragama Antar Siswa…… 113 1.

  Kerukunan Sosial Beragama Antar Siswa Dan Pluralitas Agama Siswa…………………………………………… 112 B.

  Faktor-Faktor Pendukung Dan Penghambat Pembelajaran Pendidikan Agama Konf esional…………………………… 126

  Pendidikan Agama Konfesional SMA Negeri I Magelang 126 2. Faktor-Faktor Pendukung Dan Penghambat Pembelajaran

  Pendidikan Agama Konfesional SMA Negeri I Muntilan 129

BAB V PE NUTUP……………………………………………………… 131 A. Kesimpulan …………………………… 131 B. Saran………………………………………………………… 135 DAFTA R PUSTAKA……………………………………………………… 137 LAMPI RAN………………………………………………………………… 139 BIOGRA FI PENULIS……………………………………………………… . 140

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Magelang merupakan salah satu daerah yang penduduknya

  multikultural dan plural, karena terdiri dari berbagai etnis, yakni Jawa, Arab, Tionghoa dan terdiri dari berbagai macam agama, yakni Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha. Sejarah mencatat berbagai konflik dan kerusuhan mengisyaratkan bahwa keragaman yang ada di dunia ini, apabila tidak disikapi secara jernih dan bijak maka akan

  1 menjadi bom waktu yang bisa meledak setiap saat.

  Untuk menjaga agar konflik dan kerusuhan tidak tidak meledak perlu ditanamkan sikap toleransi, yakni kesiapan dan kemampuan batin untuk kerasan bersama orang lain yang berbeda secara hakiki meskipun terdapat konflik dengan pemahaman anda tentang apa

  2

  yang baik dan jalan hidup yang layak. Penanaman sikap toleransi tidak semudah membalikkan telapak tangan, tetapi melalui proses yang sangat panjang yaitu dengan memberikan pendidikan agama.

  Model penyelenggaraan pendidikan agama di Indonesia ada dua 1 model, yaitu:

  Fina „Ulya, “ Racikan Kesatuan Transendental ala Ibnu „Arabi, Rumi, dan Al-Jili “Studi Agama-agama , Volume 9, nomor 1 (Januari 2013), 142.

  1. Model Pendidikan Agama Konfesional Model pendidikan agama konfesional yaitu model penyelenggaraan pendidikan agama sesuai dengan agama peserta didik, dan diajarkan oleh guru yang seagama.

  2. Model Pendidikan Agama Non-Konfesional Model pendidikan agama non-konfesional yaitu model penyelenggaraan satu macam pendidikan agama.

  3 Selain penanaman sikap toleransi perlu juga penanaman sikap

  multikulturalisme yaitu membantu pihak-pihak yang saling berbeda untuk dapat membangun sikap saling menghormati satu sama lain terhadap perbedaan-perbedaan dan kemajemukan yang ada, agar tercipta perdamaian dan kesejahteraan seluruh umat manusia.

  4 Kenyataan pluralitas juga ditegaskan dalam al-Qur‟an Surah al-Baqarah ayat 256:

  اركا لا ه نيدلا في ىلص

  رلا ينبت دق يغلا نم دش

ج

  توغطلاب رفكي نمف دقف للهاب نمؤيو الذ ماصفنالا ىقثولا ةورعلاب كسمتسا ىلق

  ميلع عيسم اللهو

  5 “Tidak ada paksaan dalam menganut agama, sesungguhnya telah jelas perbedaan antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat.

  Barang siapa ingkar kepada Tagut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang teguh pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.”

3 Muh Saerozi, Abstraksi Bahan Kuliah Perkembangan Pemikiran pendidikan Islam, Program Pasca Sarjana IAIN Salatiga, Semester II, 2014.

  Ajaran agama Islam meluruskan dan menyempurnakan ajaran agama yang dibawa para Nabi dan Rasul. Islam disampaikan Nabi Muhammad sebagai agama rahmatan lil

  „alamiin dan tidak ingin

  pemeluk agamanya merasa terpaksa dalam memeluk ajaran agama Islam tersebut. Islam sangat menginginkan supaya orang-orang yang memeluk agama Islam memang betul-betul atas kesadarannya sendiri dan mendapat hidayah dari Allah.

  Ayat tersebut sekaligus mempertegas, bahwa Islam sangat menghargai pluralitas agama. Pluralitas di sini bukan menganggap semua agama benar, tetapi menyangkut masalah-masalah sosial beragama, yakni Islam sangat menekankan kerukunan antar umat beragama dalam hal kehidupan sosial. Ayat tersebut juga menjelaskan tentang adanya jaminan untuk menjalankan ibadah dengan aman dan tenteram. Hanya tinggal kita yang mempertanggung jawabkan nanti dihadapan Allah SWT, dan hanya Allahlah yang berhak menentukan

  6 siapa yang benar-benar bertaqwa kepada Allah.

  Penanaman rasa toleransi beragama dan pluralisme agama yang paling efektif adalah melalui pendidikan, yakni memberikan pendidikan agama konfesional. Hal tersebut dipertegas lagi dengan undang-undang nomor 20 tahun 2003 pasal 12 ayat 1 bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang

  7 seagama.

  Pluralisme agama di Indonesia merupakan realitas empiris sosial, ia lahir bersifat sosiologis. Hal inilah yang menyebabkan pluralisme tidak bisa dihindari. Pluralisme beragama sangat dibutuhkan dalam penanaman nilai-nilai kemanusiaan demi terciptanya kerukunan hidup, baik intern umat beragama , kerukunan antar umat beragama, maupun kerukunan antara umat beragama dengan pemerintah. Sebagaimana tiga prinsip dasar Kementrian Agama yang dapat dijadikan sebagai landasan toleransi antar umat beragama di Indonesia, ketiga prinsip dasar yang dimaksud adalah: (1) Kerukunan intern umat beragama. (2) Kerukunan antar umat beragama. (3) Kerukunan antara umat beragama

  8 dengan pemerintah.

  Islam sangat menghargai pluralitas, karena Islam ingin umat Islam hidup damai dan berdampingan dengan penganut agama-agama lain serta toleransi terhadap agama dan budaya-budaya yang berbeda.

  Pendapat tersebut dibenarkan dan mendapat pengakuan dari agama lain seperti Yahudi dan Kristen, walaupun Yahudi tidak mengakui Isa sebagai Tuhan dan Kristen tidak mengakui Muhammad sebagi Nabi, sebagaimana pendapatnya Mutahhari ( 2004 ): 7 UU Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 12.

  “ As far as social pluralism is concerned, Islam seek for peaceful co-existence and mutual tolerance between the people

of different religions and cultures. Among the three Abrahamic

religion, it is only Islam which has accorded recognition to Judaism and Christianity. Judaism does not recognize Jesus as

the awaited Messiah or the prophet, and Christianity does not

  9 recognize Muhammad as the true prophet and messenger of God ”.

  “Sejauh Pluralisme sosial yang bersangkutan, Islam

menginginkan kedamaian dan saling toleransi antar umat beragama dan

budaya yang berbeda. Di antara tiga agama Ibrahim; hanya Islam yang

telah diberikan pengakuan agama Yahudi dan Kristen. Yahudi tidak

mengakui Isa sebagai Tuhan atau Nabi, dan umat Kristen tidak

mengakui Muhammad sebagai Nabi dan Rasul Tuhan.”

  Pluralisme merupakan upaya membangun kesadaran sosial, di mana kita berada dalam masyarakat yang plural baik dari segi agama,

  10

  budaya, etnis, dan berbagai ragam sosial budaya. Pluralisme juga tidak sekedar aspek teologis saja, tetapi mencakup aspek-aspek kehidupan yang lain. Manusia sebagai makhluk sosial memerlukan hubungan dan kerjasama dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, baik

  11

  kebutuhan material maupun spiritual. Untuk itu pendidikan agama konfesional sangat diperlukan, supaya pluralisme ini bisa menjadikan perantara penyatuan persepsi antar umat beragama, sehingga tidak akan terjadi lagi miscommunication dan misunderstanding.

  Berkaitan dengan teori kerukunan umat beragama, ada beberapa paradigma yang erat kaitannya dengan kerukunan beragama, di 9 antaranya inklusivisme, toleransi, dan pluralisme. Inklusivisme adalah

  

Murtadha Mutahhari, Islam and Religious Pluralism, Canada: Islamic Publishing

House, 2004, 4. 10 Moh Shofan, Menegakkan Pluralisme: Fundamentalisme-Konsrvatif di Tubuh Muhammadiyah , Jakarta: 2008, 87.

  suatu paham yang melihat bahwa kebenaran bukan hanya pada kelompoknya sendiri, melainkan terbuka dengan kelompok lain bahkan agama yang berbeda. Cak Nur memberikan penjelasan bahwa inklusivisme merupakan satu sikap yang bertujuan untuk menumbuhkan sikap kejiwaan yang melihat kemungkinan orang lain itu benar, karena

  12 didasari bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah.

  Selain teori kerukunan umat beragama diatas, masih ada beberapa pemikiran dalam mencapai kerukunan dalam kehidupan beragama. Pertama, sinkretisme yaitu pendapat yang menyatakan bahwa semua agama adalah sama. Kedua, reconception, yaitu menyelami dan meninjau kembali agama sendiri dalam konfrontasi dengan agama lain. Ketiga, sintesis, yaitu menciptakan agama baru yang elemen-elemennya diambilkan dari pelbagai agama, contohnya ajaran agama yang disampaikan oleh Mirza Ghulam Ahmad. Keempat, penggantian, yaitu mengakui bahwa agamanya sendiri yang benar dengan tujuan supaya penganut agama lain masuk dalam agamanya. Kelima, agree in

  13 disagreement (setuju dalam perbedaan).

  Pendidikan agama di sekolah-sekolah diajarkan dengan menggunakan dua cara yaitu diajarkan secara konfesional dan diajarkan 12 secara non konfesional, tergantung pada kebijakan di sekolah tersebut.

  Sabara, “Potret Kerukunan Umat Beragama”, Al-Fikr, Volume 17, Nomor 3 (2013), 83-84. Walaupun pemerintah sudah mengeluarkan undang-undang Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 pasal 12, tetapi kenyataanya masih ada sekolah- sekolah yang mengajarkan pendidikan agama non konfesional, walaupun para siswanya plural.

  Berdasarkan penjelasan di atas penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Implementasi Pendidikan Agama Konfesional dalam Meningkatkan Kerukunan Sosial Beragama Antar Siswa dan Kesadaran Pluralitas Agama Siswa di SMA Negeri I Kota Magelang dan SMA Negeri I Muntilan Kabupaten Magelang Tahun

  Pelajaran 2014/2015, karena kedua SMA tersebut siswanya plural dan multikultural. B. Rumusan Masalah Berkenaan implementasi pendidikan agama konfesional terdapat beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi: Pertama, konteks keberagamaan para siswa. Kedua, problematika pengajaran pendidikan agama konfesional. Ketiga, implementasi pendidikan agama konfesional dalam meningkatkan kerukunan beragama siswa dan pluralisme agama siswa.

  Untuk lebih jelasnya dalam pembahasan ini, maka penulis membatasi permasalahan yakni implementasi pendidikan agama konfesional dalam meningkatkan kerukunan sosial beragama antar siswa Magelang dan SMA I Muntilan kabupaten Magelang Tahun pelajaran 2014/2015.

  Berdasarkan identifikasi dan pembatasan permasalahan diatas, maka penulis bisa bisa mengemukakan permasalahan penelitian sebagai berikut: 1.

  Bagaimana implementasi pendidikan agama konfesional dalam meningkatkan kerukunan sosial beragama antar siswa di SMA Negeri I Kota Magelang dan SMA Negeri I Muntilan Kabupaten Magelang tahun pelajaran 2014/2015? 2. Bagaimana kesadaran pluralitas beragama siswa di SMA Negeri I

  Kota Magelang dan SMA Negeri I Muntilan Kabupaten Magelang tahun pelajaran 2014/2015?

3. Apa problematika pengajaran pendidikan agama konfesional di SMA

  Negeri I Kota Magelang dan SMA Negeri I Muntilan Kabupaten Magelang tahun pelajaran 2014/2015?

C. Signifikansi Penelitian

  1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: a.

  Mengetahui implementasi pendidikan agama konfesional dalam

  Negeri I kota Magelang dan SMA Negeri I Muntilan kabupaten Magelang tahun pelajaran 2014/2015.

  b.

  Mengetahui kesadaran pluralitas beragama siswa di SMA Negeri I kota Magelang dan SMA Negeri I Muntilan kabupaten Magelang tahun pelajaran 2014/2015.

  c.

  Mengetahui problematika pengajaran pendidikan agama konfesional di SMA Negeri I kota Magelang dan SMA Negeri I muntilan kabupaten Magelang tahun pelajaran 2014/2015.

2. Manfaat Penelitian a.

  Manfaat Teoritik Secara akademis penelitian ini sebagai tambahan referensi dalam kajian pendidikan pendidikan agama Islam, khususnya tentang pendidikan agama konfesional, dan penelitian ini juga bisa digunakan sebagai alat evaluasi sejauh mana sekolah-sekolah yang siswanya plural menyelenggarakan pendidikan agama konfesional.

  b.

  Manfaat Praktis 1)

  Bagi sekolah yang para siswanya plural, hasil dari penelitian ini bisa digunakan sebagai referensi dalam melaksanakan pembelajaran pendidikan agama konfesional. 2)

  Bagi guru yang mengajar di sekolah yang siswanya plural, hasil dari penelitian ini bisa di gunakan sebagai acuan melaksanakan pendidikan agama konfesional.

  3) Bagi pengawas pendidikan agama, hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai bahan dalam pembinaan guru agama.

  4) Bagi Kementrian Agama, hasil penelitian ini dapat di pakai dalam mengevaluasi implementasi pendidikan agama konfesional dalam meningkatkan kerukunan beragama antar siswa dan kesadaran pluralisme beragama siswa.

D. Kajian Pustaka

  Terkait dengan implementasi pendidikan agama konfesional dalam meningkatkan kerukunan beragama antar siswa dan kesadaran pluralisme agama siswa terdapat beberapa penelitian yang relevan, diantaranya: Penelitian tentang Politik Pendidikan Agama dalam Era

  Pluralisme Telaah Historis Atas Kebijaksanaan Pendidikan Agama

14 Konfesional di Indonesia. Hasil penelitian ini menyatakan, bahwa

  politik pendidikan agama ini bertujuan untuk menemukan pola pendidikan agama yang sedang berlangsung di Indonesia dan menemukan akar historisnya serta menemukan rumusan teoritik pendidikan agama yang relevan dengan realitas kemajemukan. Hasil penelitian selanjutnya adalah: (1) Pendidikan agama yang sedang 14 berlangsung di Indonesia berpola konfesional, yakni Negara memberikan

  Muh Saerozi, Politik Agama dalam Era Pluralisme Telaah Historis Atas legitimasi pendidikan untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik sesuai agamanya. (2) Pendidikan agama mendapat ijin untuk diajarkan di sekolah-sekolah pemerintah. (3) Indonesia memerlukan kebijaksanaan pendidikan agama yang memberdayakan kelompok keyakinan minoritas, sehingga Negara bersih dari pola dominasi atau penelantaran. Pola pemberdayaan ini diusung dari konsep pluralisme agama konfesional.

  Penelitian yang lain mencermati tentang Posisi Strategis

  15 Pendidikan Agama dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia.

  Hasil penelitian ini menyatakan, perkembangan pendidikan Islam mengalami kenaikan yang signifikan, yaitu sejak jaman sebelum kemerdekaan (zaman penjajahan) di mana pada masa itu pendidikan agama boleh diajarkan, kemudian masa Orde Lama pendidikan agama mulai diajarkan di tingkat sekolah sampai pada masa Orde Baru sampai sekarang pendidikan wajib diajarkan disekolah sekolah sejak dari tingkat SD sampai perguruan Tinggi. Jadi Pendidikan Islam di Indonesia berkembang karena Penguasa (Pemerintah) di Indonesia mendukung pendidikan Islam, seandainya Penguasa (Pemerintah) tidak mendukung pendidikan Islam baik dari masa penjajahan, orde lama, orde baru tentu Pendidikan Islam di Indonesia tidak akan mengalami perkembangan

15 Amin Haedari, “Posisi Strategis Pendidikan Agama”, dalam bukunya Nunu Ahmad

  mungkin boleh jadi Pendidikan Islam tidak ada di Indonesia meskipun mayoritas penduduknya beragama Islam.

  Penelitian yang lain mencermati tentang konsep multikulturalisme

  dan pluralisme dalam pendidikan agama upaya menguniversalkan

  16 pendidikan agama dalam ranah keIndonesiaan. Hasil penelitian ini

  menyatakan, konsep multikulturalisme dan pluralisme ini memang sudah wajar diterapkan di dunia pendidikan Indonesia, khususnya di mata pelajaran atau mata kuliah pendidikan agama dengan harus bersyaratkan pada satu hal, yaitu komitmen yang kokoh dari peserta didik sebagai pemeluk agama ke agamanya masing-masing. Seorang multikulturalis dan pluralis dalam berinteraksi dengan beraneka ragam, suku, budaya, dan bahasa tentunya tidak saja dituntut untuk membuka diri, belajar menghormati mitra dialognya, tetapi yang paling terpenting ia harus komitmen terhadap agama yang dianutnya

  Penelitian yang lain mencermati tentang politik hukum kerukunan

  umat beragama di Indonesia sejak masa transisi politik 1998 sampai

  17 dengan tahun 2008. Hasil penelitian ini menyatakan, model-model

  politik hukum yang digunakan oleh setiap rezim tersebut dilakukan untuk mengukur sampai sejauh mana proses demokratisasi menyentuh persoalan 16 yang lebih esensial di dalam kehidupan masyarakat, yaitu persoalan

  Muhandis Azzuhri, Konsep Multikulturalisme dan Pluralisme dalam Pendidikan

Agama Upaya Menguniversalkan Pendidikan Agama Dalam Ranah keIndonesiaan, Forum

Tarbiyah , Volume.10, No.1, Juni (2012), 27-28. 17 Abdi Kurnia, Politik Hukum Kerukunan Umat Beragama di Indonesia Sejak Masa

  kerukunan umat beragama, dan menyarankan agar pemerintah mendorong segera diterbitkanya sebuah undang-undang yang mengatur kerukunan umat beragama yang dengannya umat beragama benar-benar memperoleh jaminan kemerdekaan di dalam melaksanakan keagamaan.

  Penelitian yang lain mencermati tentang pemikiran Soren

  Kierkegaard tentang hakekat agama konstribusinya bagi dialog dan

  18 kerukunan hidup antar umat beragama di Indonesia. Hasil peneltian ini

  menyatakan, hakekat agama sebagai wilayah paradox berhadapan dengan hidup sebagai sebuah misteri, manusia terus menerus bergulat memberi makna kepada hidup itu baik secara bersama-sama maupun secara individu. Salah satu hal yang diandalkan manusia untuk berhadapan dengan misteri hidup itu adalah agama, karena melalui agama, manusia berharap bisa dibantu mengatasi berbagai persoalan hidup yang tidak bisa diatasi oleh nalar. Dan agama sebagai wilayah kebenaran subyektif memberikan berbagai kritik terhadap cara-cara tradisional manusia dalam memahami kebenaran yang semuanya bersifat obyektif.

  Penelitian yang lain mencermati tentang kerukunan intern umat beragama di kota Gerbang Salam melacak peran forum komunikasi ormas

19 Islam (Fokus Pamekasan). Hasil dari penelitian ini menyatakan, bahwa

  18 kabupaten Pamekasan dilihat dari sisi keberagamaan masyarakatnya,

  Hipolitus Kristoforus Kewuel, Pemikiran Soren Kierkegaard Tentang Agama:

Kontribusinya Bagi Dialog dan Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama di Indonesia , Disertasi

Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta: 2012. 19 Nor Hasan, Kerukunan Intern Umat Beragama di Kota Gerbang Salam: Melacak Peran

  termasuk masyarakat majemuk atau plural. Kemajemukan agama di kota Gerbang Salam ini (Pamekasan) ditandai dengan eksisnya semua agama resmi seperti: Islam, Hindu, Budha, Kristen, Katolik dan Khong Hucu.

  Namun demikian, kemajemukan pemeluk agama ini tidak menjadikan Pamekasan menjadi kota konflik antar pemeluk agama. Kerukunan ini dikarenakan keterlibatan aktif masyarakat dan tokoh agama dalam menciptakan suasana kondusif dalam bingkai kehidupan rukun antar maupun intern umat beragama. Keterlibatan Fokus Pamekasan ini memberikan kantribusi nyata terhadap penciptaan kerukunan umat beragama di Pamekasan.

  Penelitian yang lain mencermatai tentang Kepercayaan Terhadap

  20 Tuhan Yang Maha Esa Pada Periode 1973-1983. Hasil dari penelitian

  ini menyatakan, bahwa: (1) eksistensi fungsional kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa terimbas pararel oleh pasang surut pemikiran keagamaan dan perjuangan idiologis para elit nasionalis islami dalam forum-forum legislatif yang demokratis yang dijamin secara legal konstitusional. (2) eksistensi fungsional kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa juga dipengaruhi oleh berhasil atau tidaknya kalangan penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa itu sendiri. (3) Kerukunan hidup beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha 20 Esa berprasyarat keterbukaan yang didukung oleh sosialisasi studi agama-

  Mohammad Damami, Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa pada Periode

1973-1983 Sebuh Sumbangan Pemahaman Tentang Proses Legalisasi Konstitusional dalam agama sebagai pilar ilmiah. (4) Pemecahan masalah internal diserahkan kepada agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang bersangkutan.

  Penelitian yang lain, mencermati tentang Islam Radikal dan

21 Pluralisme Agama. Hasil dari penelitian ini menyatakan, bahwa

  konstruksi para aktivis Hizb-al-Tahrir (HT) dan majelis Mujahidin (MM) dapat diklasifikasikan pada dua kategori yaitu teologis dan politis. Secara teologis, Kristen dan Yahudi dikonstruksi sebagai dua agama yang berupaya menghancurkan Islam, melalui kekerasan fisik dan kultural simbolik. Penolakan aktivis HT dan MM terhadap gagasan pluralisme agama didasarkan pada konsep monopoli kebenaran Islam. Keduanya juga dinilai sebagai agama yang melakukan penyimpangan teologis. Secara politis, orang-orang Yahudi dan Kristen dinilai berupaya menghancurkan akidah Islam, di antaranya melalui penyebaran gagasan pluralisme agama. Liberalisme pemikiran yang saat ini melanda para pemikir muslim, juga perlu diwaspadai sebagai hasil kerja Yahudi dan Kristen untuk melakukan hegemoni politik atas dunia Islam. Para aktivis menolak semua ide Barat dengan tujuan mengahiri dominasi teologis politik barat, tetapi mereka menerima sains dan teknologi barat.

  Penelitian yang lain mencermati tentang pola pendidikan 21 pluralisme agama (studi di desa Wayame kecamatan Teluk Ambon kota

  Umi Sumbulah, Islam Radikal dan Pulralisme Agama Studi Konstruksi Sosial Aktivis

22 Ambon). Hasil penelitian ini menyatakan, bahwa yang menjadi pola

  pendidikan pluralisme agama di desa Wayame yaitu dialog antar umat beragama biasa dilakukan di rumah ibadah, seperti masjid, dan gereja, membentuk mekanisme lokal yang biasa disebut tim 20 atau tim rujuk sosial. Pada saat konflik, tim ini bertugas untuk menjaga keamanan desa sekaligus menghadang isu atau informasi yang berbaur konflik. Dalam hal ini lewat pendekatan pendidikan-pendidikan, baik secara internal (Islam- Kristen) maupun secara eksternal. Secara internal, masing-masing pemeluk agama melakukan pendidikan kepada pengikutnya berdasarkan nilai-nilai toleransi. Secara eksternal pendidikan dilakukan secara umum dalam arti pembinaan dilakukan dengan menggabungkan dua komunitas.

  Penelitian yang lain lagi mencermati tentang pelaksanaan

  Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 12.a dan Peningkatan Sikap Keberagamaan Siswa Muslim SMP Kanisius dan SMP

23 Smaratungga Ampel Boyolali. Hasil penelitian ini menyatakan, bahwa

  SMP non Muslim Ampel Boyolali berbeda dalam menyikapi Undang- Undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 12.a, ada yang secara terbuka memberikan pendidikan agama Islam bagi siswa Muslim, ada juga yang memberikan pelajaran religiusitas, yakni pelajaran yang membahas 22 tentang pentingnya menjalankan ajaran agama secara umum.

  La musni, Pola Pendidikan Pluralisme Agama (Studi di Desa Wayame Kecamatan Teluk Ambon Kota Ambon), Tesis UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta: 2014. 23 Hidayatul Mualimah, Pelaksanaan UU No 20 Tahun 2003 Pasal 12.a dan Peningkatan

  Dari 10 penelitian yang sudah ada di atas, penulis mengelompokkan menjadi 6 kelompok. Pertama, penelitiannya Muhandis Azzuhri mencermati tentang kewajaran penerapan konsep multikulturalisme dan pluralisme dalam pendidikan agama di Indonesia.

  Kedua, penelitiannya Muh Saerozi mencermati tentang proses legalisasi pendidikan agama di sekolah. Ketiga, penelitiannya Amin Haedari mencermati tentang kemajuan pendidikan Islam sejak sebelum kemerdekaan, orde lama, sampai orde baru. Keempat penelitiannya Abdi Kurnia, Hipolitus Kristoforus Kewuel, Nor Hasan, dan La Musni mencermati tentang kerukunan umat beragama. Kelima, penelitiannya Mohammad Damami mencermati tentang kerukunan antar umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Keenam, penelitiannya Umi Sumbulah dan Hidayatul Mualimah mencermati tentang pluralisme agama.

  Dengan demikian beberapa deskripsi penelitian di atas berbeda dengan tema yang penulis angkat yakni implementasi pendidikan agama konfesional dalam meningkatkan kerukunan sosial beragama antar siswa dan kesadaran pluralitas agama siswa di SMA Negeri I Magelang dan SMA Negeri I Muntilan kabupaten Magelang tahun pelajaran 2014/2015.

  Menurut Penulis, peneltian ini sangat perlu dilakukan karena tidak semua sekolah-sekolah favorit yang para siswanya plural dilaksanakan di SMA Negeri I Magelang dan SMA Negeri I Muntilan kabupaten Magelang.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

  Dalam penelitian ini penulis menggunakan model penelitian lapangan (field research), yaitu melakukan penelitian terhadap objek yang dituju untuk mendapatkan data yang benar dan akurat tentang implementasi pendidikan agama konfesional dalam meningkatkan kerukunan sosial beragama antar siswa dan kesadaran pluralitas agama siswa di SMA Negeri I Magelang dan SMA Negeri I Muntilan Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2014/2015.

  Penelitian ini bersifat kualitatif, yakni penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa tulisan atau lesan dari subjek yang

  24

  diamati. Dengan kata lain penelitian ini disebut deskriptif kualitatif yaitu penulis menganalisis dan mendeskripsikan penelitian secara obyektif dan sedetil mungkin guna memperoleh hasil yang akurat dan bisa dipertanggung jawabkan.

2. Model dan Pendekatan Penulisan

  Penelitian ini berada pada bidang kajian implementasi pendidikan agama konfesional di SMA Negeri I Magelang dan SMA Negeri I Muntilan Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2014/2015, artinya berupaya mencari jawaban bagaimana pemahaman pluralisme para siswanya di dua sekolah tersebut, dan apa problematika pengajaran pendidikan agama konfesional tersebut.

  Adapun metodologi penulisan, penulis menggunakan pendekatan sosilogi agama, yaitu melalui pengamatan dan penelitian mau mencari keterangan-keterangan ilmiah untuk dipergunakan sebagai sarana meningkatkan daya guna dan fungsi agama itu sendiri demi kepentingan masyarakat agama yang bersangkutan khususnya dan

  25

  masyarakat luas umumnya. Agama itu sendiri ternyata diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat, karena fungsi agama dalam masyarakat antara lain sebagai kontrol sosial yaitu agama sebagai pengawasan sosial kepada individu maupun kelompok dan sebagai pemupuk solidaritas yaitu agama mengajarkan kepada penganutnya untuk membantu dan memupuk rasa solidaritas di antara sesama

  26 manusia.

25 D. Hendropuspito, Sosiologi Agama, .Yogyakarta: Kanisius, 2000, 9-10.

  Menyimak pada permasalahan penelitian ini yang berupaya mencari jawaban tentang implementasi pendidikan agama konfesional di SMA Negeri I Magelang dan SMA Negeri I Muntilan kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2014/2015, maka penulis menggunakan pendekatan sosiologis yaitu penulis berinteraksi sosial dengan siswa.

  Pendekatan ini penulis lakukan agar siswa yang beragama non-muslim tidak merasa diteliti sehingga lebih terbuka dalam memberikan jawaban.

3. Lokasi Penelitian

  Kota Magelang memiliki SMA Negeri sejumlah lima sekolah, tetapi yang paling favorit adalah SMA Negeri I, karena SMA Negeri I merupakan sekolah RSBI walaupun istilah RSBI sekarang sudah dihapus, namun penghpusan status tersebut tidak mempengaruhi prestasi SMA Negeri I kota Magelang tersebut, sehingga peminatnya semakin banyak.Berdasar survey awal penulis pada hari sabtu 14 Maret 2015 para siswanya plural walaupun mayoritas muslim, tetapi siswa muslim tetap menghormati siswa non-Muslim.

  Begitu juga pada SMA Negeri I Muntilan Kabupaten Magelang, tidak jauh berbeda dengan SMA Negeri I Magelang. SMA Negeri I Muntilan ini juga merupakan sekolah favorit di Kabupaten Magelang di mana para siswanya plural walaupun mayoritas muslim, tetapi mereka tampak berteman dengan baik, saling menghargai satu sama lain.

  4. Sumber Data

  Untuk menghasilkan penelitian yang valid dan akurat, penulis mencari sumber data primer, yaitu dengan cara observasi, interview, dan dokumentasi data di SMA Negeri I Magelang dan SMA Negeri I Muntilan kabupaten Magelang.

  Selain sumber data primer tersebut, supaya penelitian ini lebih sempurna, penulis juga memanfaatkan sumber data sekunder dan tersier, yaitu berupa disertasi, tesis, skripsi, dan jurnal, sebagaimana yang penulis cantumkan dalam kajian pustaka diatas.

  5. Teknik Pengumpulan Data

Dokumen yang terkait

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN PENYIMPANGAN PERILAKU SISWA DI SMP NEGERI 6 MALANG

0 4 1

BAHASA LISAN DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI I SEKINCAU KABUPATEN LAMPUNG BARAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

3 23 78

1 ANALISIS TOLERANSI BERAGAMA ANTAR SISWA DI SMA NEGERI 1 BEDUAI

0 0 8

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TENTANG TATA CARA WUDHU MELALUI PERMAINAN KARTU KUARTET SISWA KELAS I SD NEGERI KEMIRIREJO 1 MAGELANG - Test Repository

0 4 102

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MELAFALKAN DAN MENULIS HURUF HIJAIYAH DENGAN MODEL PAKEM BAGI SISWA KELAS II SD NEGERI KRAMAT I KOTA MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2007/2008. - Test Repository

0 0 65

PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA TERHADAP PERILAKU BERAGAMA SISWA SMP NEGERI 02 KANGKUNG KENDAL TAHUN 20052006 SKRIPSI

0 4 91

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) SEBAGAI SARANA MENINGKATKAN AKHLAQUL KARIMAH SISWA KELAS LIMA SD NEGERI TLOGOREJO KEC GRABAG KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2007/2008 - Test Repository

0 0 127

PENINGKATAN PEMAHAMAN DAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN MENGGUNAKAN MULTI MEDIA PEMBELAJARAN SISWA KELAS V III A SMP NEGERI 9 MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2007/2008 - Test Repository

0 0 121

PERANAN SUPERVISI PENDIDIKAN DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA NEGERI SE-SALATIGA - Test Repository

0 1 124

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBENTUKAN INSAN KAMIL BAGI SISWA DI MTs MA’ARIF DAMARJATI KALIANGKRIK MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2015/2016 - Test Repository

0 0 112