DOCRPIJM 14792217019 BAB IX ASPEK PEMBIAYAAN PEMB (ok)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH (RPI2-JM) KABUPATEN PIDIE JAYA

2015

Sesuai PP no. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota,
diamanatkan bahwa kewenangan pembangunan bidang Cipta Karya merupakan tanggung
jawab Pemerintah Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten/Kota terus
didorong untuk meningkatkan belanja pembangunan prasarana Cipta Karya agar kualitas
lingkungan permukiman di daerah meningkat. Di samping membangun prasarana baru,
pemerintah daerah perlu juga perlu mengalokasikan anggaran belanja untuk pengoperasian,
pemeliharaan dan rehabilitasi prasarana yangtelah terbangun. Namun, seringkali pemerintah
daerah memiliki keterbatasan fiscal dalam mendanai pembangunan infrastruktur permukiman.
Pemerintah daerah cenderung meminta dukungan pendanaan pemerintah pusat, namun perlu
dipahami bahwa pembangunan yang dilaksanakan Ditjen Cipta Karya dilakukan sebagai
stimulan dan pemenuhan standar pelayanan minimal. Oleh karena itu, alternative pembiayaan
dari masyarakat dan sektor swasta perlu dikembangkan untuk mendukung pembangunan
bidang Cipta Karya yang dilakukan pemerintah daerah.
Pembahasan aspek pembiayaan dalam RPI2-JM pada dasarnya bertujuan untuk:
1.


Mengidentifikasi kapasitas belanja pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan
bidang Cipta Karya,

2.

Mengidentifikasi alternatif sumber pembiayaan antara lain dari masyarakat dan sektor
swasta untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya,

IX - 1

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH (RPI2-JM) KABUPATEN PIDIE JAYA
3.

2015

Merumuskan rencana tindak peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya.

9.1.


Arahan Kebijakan Pembiayaan Bidang Cipta Karya

Pembiayaan pembangunan bidanng cipta karya perlu memperhatikan arahan dalam
peraturan dan perundangan terkait, antara lain:
1.

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
Pemerintah daerah diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundangundangan. Dalam
hal ini, Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangannya.

2.

Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Daerah
Untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah didukung
sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan,

Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan
digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.

3.

Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan
Dana Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi
Khusus.Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan
Kementerian Keuangan. Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatan khusus
yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional.

4.

Peraturan

Pemerintah

Pemerintahan


Antara

No.

38

Tahun

Pemerintah,

2007

tentang

Pemerintahan

Pembagian

Daerah


Urusan

Provinsi,

Dan

Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota
Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas urusan
wajib dan urusan pilihan.Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah

IX - 2

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH (RPI2-JM) KABUPATEN PIDIE JAYA

2015

untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi 26
urusan, termasuk bidang pekerjaan umum.Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang
bersifat wajib yang berpedoman pada standar pelayanan minimal dilaksanakan secara

bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah. Urusan wajib pemerintahan yang merupakan
urusan bersama diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan
sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.

5.

Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah
Sumber pinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga
Keuangan Bank dan Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat
melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui
pemerintah pusat. Dalam melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi
persyaratan:
a. Total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan APBD
tahun sebelumnya;
b. Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan
pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5;
c. Persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;
d. Tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari
pemerintah;
e. Pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan persetujuan

DPRD.

6.

Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan
Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010
& Perpres 56/2010)
Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam penyediaan
infrastruktur.Jenis infrastruktur permukiman yang dapat dikerjasamakan dengan badan
usaha adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman dan prasarana
persampahan.

IX - 3

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH (RPI2-JM) KABUPATEN PIDIE JAYA
7.

2015


Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 danPermendagri
21/2011)
Struktur APBD terdiri dari:
a.

Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan
Pendapatan Lain yang Sah.

b.

Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.

c.

Pembiayaan

Daerah

meliputi:


Pembiayaan

Penerimaan

dan

Pembiayaan

Pengeluaran.

8.

Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010
Tentang

Petunjuk

Teknis


Penggunaan

Dana

Alokasi

Khusus

Bidang

InfrastrukturKementerian PU menyalurkan DAK untuk pencapaian sasaran nasional
bidang Cipta Karya. Adapun ruang lingkup dan kriteria teknis DAK bidang Cipta Karya
adalah sebagai berikut:
a.

Bidang Infrastruktur Air Minum
DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan system penyediaan
air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan
dan di perdesaan termasuk daerah pesisir danpermukiman nelayan.kriteria teknis
alokasi DAK diutamakan untuk program percepatan pengentasan kemiskinan dan

memenuhi

sasaran/

target

Millenium

Development

Goals

(MDGs)

yang

mempertimbangkan:
• Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah;
• Tingkat kerawanan air minum.
b.

Bidang Infrastruktur Sanitasi
DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah,
persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat
berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses
pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan untukprogram peningkatan
derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi sasaran/target MDGs yang dengan
kriteria teknis:

IX - 4

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH (RPI2-JM) KABUPATEN PIDIE JAYA

2015

• Kerawanan sanitasi;
• Cakupan Pelayanan sanitasi.
9.

Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011
Tentang Pedoman PelaksanaanKegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan
KewenananganPemerintah dan Dilaksanakan SendiriDalam menyelenggarakan kegiatan
yang dibiayai dana APBN, Kementerian PU membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap
Pusat, Satker Unit Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal Tertentu. Rencana
program dan usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja harus mengacu pada
RPIJM bidang infrastruktur ke-PU-an yang telah disepakati.

Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup sumber
dana kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas dalam RPI2-JM meliputi:
1.

Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan Kerja di
tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang Air Minum
dan Sanitasi.

2.

Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana
lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan infrastruktur
permukiman dengan skala provinsi/regional.

3.

Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan
dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan infrastruktur
permukiman dengan skala kabupaten/kota.

4.

Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan swasta
(KPS), maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR).

5.

Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.

6.

Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.

Dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan pengoperasian dan pemeliharaan
prasarana yang telah terbangun serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada.
Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan direncanakan secara terpadu sehingga
optimal dan member manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang
Cipta Karya.

IX - 5

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH (RPI2-JM) KABUPATEN PIDIE JAYA

9.2.

2015

Profil APBD Kabupaten Pidie Jaya

Bagian ini menggambarkan struktur APBD Kabupaten/Kota selama 3-5 tahun terakhir
dengan sumber data berasal dari dokumen Realiasasi APBD dalam 5 tahun terakhir.
Komponen yang dianalisis berdasarkan format Permendagri No. 13 Tahun 2006 adalah
sebagai berikut:
1.

Belanja Daerah yang meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tak Langsung.

2.

Pendapatan Daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan
Pendapatan Lain yang Sah.

3.

Pembiayaan

Daerah

meliputi:

Pembiayaan

Penerimaan

dan

Pembiayaan

Pengeluaran.
Sejak tahun 2009 s.d 2013, realisasi pendapatan daerah rata-rata tumbuh mencapai
12,32%. Pendapatan daerah bersumber dari Penadapatan Asli Daerah (PAD) mengalami
pertumbuhan rata-rata 34.83% per tahun. Di lihat dari segi prosentase pertumbuhan selama 5
(lima) tahun terakhir sudah baik. Namun demikian belum dirasakan maksimal karena masih
jauh dari target PAD yang telah ditetapkan setiap tahunnya dan kurang dari 4% realisasinya
dari keseluruhan pendapatan daerah. Sumber PAD terbesar Kabupaten Pidie Jaya bersumber
dari pos retrebusi daerah dan pajak daerah. Sedangkan sumber lain seperti zakat dan lain-lain
pendaptan asli daerah yang sah menunjukkan pergerakan yang positif.
Pemerintah kabupaten harus lebih mengoptimalkan potensi PAD dan menggali
sumber-sumber penerimaan baru sebagai sumber utama penerimaan daerah. Sumber PAD
sekurang-sekurangnya dapat mencapai 10% dari total penerimaan daerah. Pemerintah harus
dapat meminimalisir sumber kebocoran PAD dan sistem pengelolaan yang lebih efektif dan
efesien.
Tabel 9.1 dibawah ini memperlihatkan pertumbuhan realisasi PAD Kabupaten Pidie
Jaya sejak tahun 2009 s.d 2013 adalah sebagai berikut:

IX - 6

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH (RPI2-JM) KABUPATEN PIDIE JAYA

2015

Tabel 9.1.
Realisasi dan Target Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2009–2013 (dalam ribuan)
Target
Tahun

PAD

Realisasi

Pertumbuhan

PAD

Realisasi

Pertumbuhan

(%)

2009

5.231.612

-

4.575.408

-

87,46

2010

6.926.873

17,93

4.598.654

0,51

66,39

2011

12.290.847

47,81

8.243.166

79,25

67,07

2012

18.167.663

77,43

9.728.700

15,27

53,55

2013*

21.426.427

32,40

14.039.505

44,31

65,52

34,83

68,00

Rata-rata Per Tahun

43,90

Sumber: Bappeda, data diolah (Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBK Th. 2009-2012)
*) Realisasi Tahun 2013 (belum di audit)

Tabel diatas memperlihatkan bahwa realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kabupaten Pidie Jaya meningkat sebesar Rp. 9 Millyar lebih atau 200% sejak 5 (lima) tahun
terakhir. Disamping itu, rata-rata pertumbuhan mencapai 34,83% per tahun. Pada Tahun
Aggaran 2013 realisasi PAD sampai dengan akhir bulan Desember (Triwulan IV) mencapai
Rp.14 Millyar lebih atau 65,52% dari target yang ditetapkan sebesar Rp. 21 Millyar lebih.
Hal tersebut menunjukkan tren positif terhadap sumber penerimaan asli daerah. Namun
demikian penerimaan PAD tersebut dirasakan belum optimal dan masih jauh dari harapan dan
target yang telah ditetapkan.
Selama ini, penetapan target penerimaan PAD Kabupaten Pidie Jaya dari tahun
ketahun tidak berpedoman pada tingkat realisasi tahunan,

namun penetapannya selalu

berpedoman pada target yang telah ditetapkan tahun sebelumnya. Hal tersebut terlihat pada
rata-rata prosentase realisasi PAD yang hanya 68,00% per tahun. Hal tersebut membuktikan
bahwa penetapan target penerimaan PAD tidak realistis dari keadaan dan potensi
sesungguhnya.
Pada bagian dana perimbangan yang merupakan salah satu sumber pendanaan dari
transfer Pemerintah Pusat, terdiri atas: 1) bagi hasil pajak, 2) bagi hasil bukan pajak (SDA), 3)
dana alokasi umum dan 4) dana alokasi khusus. Dan dana Penguat serta Pendapatan transfer
Pemerintah Pusat lainnya, pendapatan transfer Pemerintah Provinsi. Adapun realisasi capaian
penerimaan tersebut dalam 5 (lima) tahun terakhir adalah sebagaimana tergambar pada Tabel
9.2 berikut ini:

IX - 7

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH (RPI2-JM) KABUPATEN PIDIE JAYA

2015

Tabel 9.2
Target dan Realisasi Dana Perimbangan Kabupaten Pidie Jaya
Tahun Anggaran 2009 – 2013 (dalam ribuan)
Tahun

Target

Realisasi

Persentase

Bertambah/

Pertumbuhan

Anggaran

(Rp)

(Rp)

Realisasi

(Berkurang)

Realisasi (%)

1

2

3

4

5

6

7

1

2009

283.380.005

287.600.578

101,49

4.220.573

-

2

2010

343.598.041

303.482.881

102,01

-40.115.160

5,52

3

2011

351.021.825

350.404.394

99,82

-617.433

15,46

4

2012

372.462.532

374.283.994

100,49

1.821.462

6,81

5

2013*

426.242.521

429.030.848

100,65

2.788.327

14,63

NO

6

Rata-rata per tahun

98,16

10,61

Sumber: Bappeda, data diolah (Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBK Th. 2009-2012)
*) Realisasi Tahun 2013 (belum di audit)

Tabel diatas memperlihatkan bahwa dalam kurun waktu 2009–2013, Realisasi Dana
Perimbangan meningkat sebesar Rp. 141 Millyar lebih atau 49,18%, dari Rp. 287 Millyar
lebih pada Tahun 2009 menjadi Rp. 429 Millyar lebih pada Tahun 2013.

Rata-rata

pertumbuhan sebesar 10,61% per tahun. Pada Tahun Anggaran 2013, hingga Triwulan IV
(posisi belum di audit), pencapaian realisasi Dana Perimbangan mencapai 100,65% dari target
yang telah ditetapkan.
Secara umum Pendapatan Daerah Kabupaten Pidie Jaya terus mengalami peningkatan dari
tahun 2009 s.d 2013. Hal tersebut seiring dengan peningkatan komponen penerimaan utama
seperti DAU dan DAK yang ditransfer oleh pemerintah pusat setiap tahunnya. Penambahan
tersebut dikarenakan realisasi penerimaan APBN yang juga terus mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun sehingga menambah porsi dana perimbangan yang diterima oleh daerah.
Lebih jelas rata-rata pertumbuhan realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Pidie Jaya
selama 5 (lima) tahun terakhir (2009-2013) disajikan dalam Tabel 9.3 sebagai berikut:

IX - 8

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH (RPI2-JM) KABUPATEN PIDIE JAYA

2015

Tabel 9.3
Rata-rata Pertumbuhan Realisasi Pendapatan
Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2009 s.d Tahun 2013 (dalam ribuan)
Jumlah (dalam jutaan)
No

Uraian

Realisasi Tahun

Realisasi Tahun

Realisasi Tahun

Realisasi Tahun

Realisasi

2009

2010

2011

2012

Tahun 2013*

(3)

(4)

(3)

(4)

(5)

Rata
Tmbuh (%)

(1)

(2)

1.1
1.1.1
1.1.2
1.1.3
1.1.4
1.1.5
1.2
1.2.1
1.2.2
1.2.3
1.2.4
1.2.5
1.3
1.3.1
1.3.2
1.3.3
1.3.4

Pendapatan Asli Daerah
Pajak daerah
Retribusi daerah
Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
Zakat
Lain-lain pendapatan daerah yang sah
Dana Perimbangan
Dana bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak
Dana bagi hasil SDA
Dana alokasi umum (DAU)
Dana alokasi khusus (DAK)
Dana Penguat
Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah
Hibah
Dana darurat
Bagi hasil pajak dari prov. dan dari Pemda lainnya
Dana penyesuaian dan otonomi khusus
Bantuan keuangan dari prov. Dan Pemda lainnya
**).
Pendapatan Lainnya

4.575.408
1.902.199
1.080.254
1.423
1.171.788
287.600.578
18.650.274
8.141.952
212.543.352
48.265.000
30.294.800
-

4.598.654
2.172.117
1.123.769
171.503
1.176.263
303.482.881
22.120.108
14.505.654
231.101.119
35.756.000
28.383.314
5.276.443
-

8.243.166
3.245.651
1.850.178
241.835
2.622.067
2.905.500
350.404.392
20.303.414
11.326.407
272.626.771
46.147.800
81.882.566
8.892.324
47.990.242

9.728.700
3.804.131
1.921.475
418.457
1.900.000
2.118.919
374.283.994
18.887.356
12.061.638
307.809.690
35.525.310
51.053.411
8.695.364
18.662.683

14.039.505
3.754.327
6.919.806
783.520
1.328.626
1.253.224
429.030.848
27.809.406
350.574.172
50.647.270
62.312.392
562.079
9.129.208
42.621.105

34,8
19,9
83,2
3.038,4
14,4
19,9
10,6
12,7
-9,3
13,4
5,7
41,7
25,0
17,8
16,8

-

-

-

-

10.000.000

25,0

30.294.800

23.106.871

25.000.000

23.695.364

-

-30,2

Jumlah Pendapatan Daerah (1.1+1.2+1.3)

322.051.046

383.488.536

440.530.126

426.370.743

505.382.747

12,3

1.3.5
1.3.6
A

Sumber: Bappeda Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013.
*) Realisasi Tahun 2013 (belum di audit)
**) Sesuaikan dengan asal sumber bantuan keuangan

IX - 9

(6)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH (RPI2-JM) KABUPATEN PIDIE JAYA

2015

Berdasarkan realisasi fisik dan keuangan dalam kurun waktu lima tahun terakhir (2009
s.d 2013), rata-rata realisasi belanja daerah per tahun mencapai 98,9%

dan sisa lebih

perhitungan anggaran (SiLPA) rata-rata mencapai 2% dari keseluruhan APBK Pidie Jaya
setiap tahunnya. Masih besarnya SiLPA tersebut menunjukkan kinerja pelaksanaan APBK
masih belum optimal.
9.3.

Profil Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya

9.3.1. Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari APBN
dalam 5 Tahun

Setiap sektor yang ada di lingkungan Ditjen Cipta Karya menyalurkan dana ke daerah
melalui Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT) sesuai dengan peraturan yang berlaku (Permen
PU No. 14 Tahun 2011). Data dana yang dialokasikan pada suatu kabupaten/kota perlu
dianalisis untuk melihat trend alokasi anggaran Ditjen Cipta Karya dan realisasinya di daerah
tersebut.

Tabel 9.4.
Tabel APBN Cipta Karya di Kabupaten Pidie Jaya dalam 5 Tahun Terakhir
Sektor

Pengembangan
Air
Minum
Pengembangan PLP
Pengembangan
Permukiman
Penataan Bangunan &
Lingkungan
Total

Alokasi

Alokasi

Alokasi

Alokasi

Alokasi

Tahun 1

Tahun 2

Tahun 3

Tahun 4

Tahun 5

(2010)

(2011)

(2012)

(2013)

(2014)

-

-

-

-

2.500.000.000

-

-

7.500.000.000

600.000.000

-

-

-

-

-

-

7.500.000.000

600.000.000

-

2.500.000.000

Sumber: Bappeda Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2014.

DAK merupakan dana APBN yang dialokasikan ke daerah tertentu dengan tujuan
mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai prioritas nasional. Prioritas
nasional yang terkait dengan sektor Cipta Karya adalah pembangunan air minum dan sanitasi.
DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air
minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di

IX - 10

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH (RPI2-JM) KABUPATEN PIDIE JAYA

2015

perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan.Sedangkan DAK Sanitasi
digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan
drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan
yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat.

Tabel 9.5.
Perkembangan DAK Infrastruktur Cipta Karya di Kabupaten Pidie Jaya
Dalam 5 Tahun Terakhir
Jenis

Tahun -1

Tahun -2

Tahun -3

Tahun -4

Tahun -5

DAK

(2010)

(2011)

(2012)

(2013)

(2014)

DAK

Air

725.600.000

834.989.091

953.010.000

1.509.010.000

2.266.610.000

DAK Sanitasi

522.600.000

734.100.000

938.830.000

1.393.820.000

3.124.600.000

Minum

Sumber: Bappeda Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2014.

9.3.2. Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari APBD
dalam 5 Tahun Terakhir

Pemerintah Kabupaten/Kota memiliki tugas untuk membangun prasarana permukiman
di daerahnya. Untuk melihat upaya pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan
bidang Cipta Karya perlu dianalisis proporsi belanja pembangunan Cipta Karya terhadap total
belanja daerah dalam 3-5 tahun terakhir. Proporsi belanja Cipta Karya meliputi pembangunan
infrastruktur baru, operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang sudah ada.

IX - 11

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH (RPI2-JM) KABUPATEN PIDIE JAYA

2015

Tabel 9.6.
Perkembangan Alokasi APBD untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya
Dalam 5 Tahun Terakhir
Tahun -1
Sektor

Pengembangan

Air

Minum

Pengembangan PPLP

Tahun -2

Penataan Bangunan dan
Lingkungan
Total Belanja APBD
Bidang Cipta Karya
Total Belanja APBD
Sumber

:

IX - 12

Bappeda

Tahun -4

Tahun -5

Alokasi

%

Alokasi

%

Alokasi

%

Alokasi

%

Alokasi

%

(2010)

APBD

(2011)

APBD

(2012)

APBD

(2013)

APBD

(2014)

APBD

11,036,058,600

2.73

1,425,354,200

0.31

121,692,770

0.03

2,059,494,400

0.40

2,710,077,900

0.39

1,760,774,000

0.44

1,264,100,000

0.27

840,189,750

0.21

2,282,071,000

0.45

5,410,133,850

0.77

3,283,161,600

0.81

6,358,408,600

1.37

9,277,940,205

2.29

16,695,166,320

3.26

32,424,933,820

4.61

50,000,000

0.01

-

10,289,822,725

2.54

21,036,731,720

Pengembangan
Permukiman

Tahun -3

-

-

16,079,994,200

3.98

404,157,461,590
Kabupaten

Pidie Jaya

9,047,862,800

464,801,474,112

1.95

405,297,613,939

512,346,474,151

-

4.11

40,545,145,570

703,552,556,318

5.76

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH (RPI2-JM) KABUPATEN PIDIE JAYA

2015

Pemerintah daerah juga didorong untuk mengalokasikan Dana Daerah untuk Urusan Bersama
(DDUB) sebagai dana pendamping kegiatan APBN di kabupaten/kota. DDUB ini
menunjukan besaran komitmen pemerintah daerah dalam melakukan pembangunan bidang
Cipta Karya.

Tabel 9.7.
Perkembangan DDUB dalam 5 Tahun Terakhir
Tahun -1

Sektor

Alokasi

Pengembangan

**)

Air Minum
Pengembangan

**)

PPLP
Pengembangan

**)

Permukiman

Tahun -2

Tahun -3

Tahun -4

Tahun -5

DDUB

Alokasi

DDUB

Alokasi

DDUB

Alokasi

DDUB

Alokasi

DDUB

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

Penataan
Bangunan

dan

**)

Lingkungan
**)

Total

**) belum tersedia

9.3.3. Perkembangan Investasi Perusahaan Daerah Bidang Cipta Karya dalam 5
Tahun Terakhir

Perusahaan daerah yang dibentuk pemerintah daerah memiliki dua fungsi, yaitu untuk
menyediakan pelayanan umum bagi kesejahteraan sosial (social oriented) sekaligus untuk
menghasilkan laba bagi perusahaan maupun sebagai sumber pendapatan pemerintah daerah
(profit oriented). Ada beberapa perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan
bidang Cipta Karya, seperti di sektor air minum, persampahan dan air limbah. Kinerja
keuangan dan investasi perusahaan daerah perlu dipahami untuk melihat kemampuan
perusahaan daerah dalam meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan secara berkelanjutan.

Kabupaten Pidie Jaya belum memiliki perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang
pelayanan bidang Cipta Karya.

IX - 13

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH (RPI2-JM) KABUPATEN PIDIE JAYA

2015

9.3.4. Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari Swasta
dalam 5 Tahun Terakhir

Sehubungan dengan terbatasnya kemampuan pendanaan yang dimiliki pemerintah,
maka dunia usaha perlu dilibatkan secara aktif dalam pembangunan infrastruktur Cipta Karya
melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) untuk kegiatan yang berpotensi costrecovery atau Corporate Social Responsibility (CSR) untuk kegiatan non-cost recovery. Dasar
hukum pembiayaan dengan skema KPS adalah Perpres No. 67 Tahun 2005 Tentang
Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur serta Permen
PPN No. 3 Tahun 2012 Tentang Panduan Umum Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan
Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Sedangkan landasan hukum untuk pelaksanaan
CSR tercantum dalam UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) dan UU No. 25
tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

Belum ada kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya dengan pihak swasta maupun
CSR.
Tabel 9.8.
Perkembangan KPS Bidang Cipta Karya dalam 5 Tahun Terakhir
Kegiatan

Tahun

Komponen
KPS

Satuan

Volume

Nilai (Rp)

Skema
Pembiayaan*

Ket.

Pengembangan Air Minum
**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

Pengembangan PPLP
**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

Pengembangan Permukiman
**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

Penataan Bangunan dan Lingkungan
**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

**)

Ket:
*) dapat dipilih bentuk KPS berupa BOT/Konsesi/lainnya
**) belum tersedia

IX - 14

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH (RPI2-JM) KABUPATEN PIDIE JAYA
9.4.

2015

Proyeksi dan Rencana Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya

Untuk melihat kemampuan keuangan daerah dalam melaksanakan pembangunan
bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan (sesuai jangka waktu RPI2-JM) maka
dibutuhkan analisis proyeksi perkembangan APBD, rencana investasi perusahaan daerah, dan
rencana kerjasama pemerintah dan swasta.

9.4.1. Proyeksi APBD 5 tahun ke depan

Proyeksi APBD dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan melakukan perhitungan
regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun terakhir menggunakan asumsi atas
dasar trend historis. Setelah diketahui pendapatan dan belanja maka diperkirakan alokasi
APBD terhadap bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan dengan asumsi proporsinya
sama dengan rata-rata proporsi tahun-tahun sebelumnya.

Langkah-langkah proyeksi APBD ke depan adalah sebagai berikut:
1. Menentukan presentase pertumbuhan per pos pendapatan
Setiap pos pendapatan dihitung rata-rata pertumbuhannya dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:

100% +

% pertumbuhan =

100% ∶ 2

Keterangan: Y0 = Nilai tahun ini
Y-1 = Nilai 1 tahun sebelumnya
Y-2 = nilai 2 tahun sebelumnya
2.

Menghitung proyeksi sumber pendapatan dalam 5 tahun ke depan
Rumus proyeksi geometris sebagai berikut:

Yn = Y0 (1+r)n

IX - 15

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH (RPI2-JM) KABUPATEN PIDIE JAYA

2015

Keterangan: Yn = Nilai pada tahun n
Y0 = Nilai pada tahun ini

3.

r

= % pertumbuhan

n

= tahun ke n (1-5)

Menjumlahkan Pendapatan dalam APBD tiap tahun dan menghitung kapasitas daerah
dalam pendanaan pembangunan bidang Cipta Karya
Net Public Saving
Net Public Saving atau Tabungan Pemerintah adalah sisa dari total penerimaan daerah

setelah dikurangkan dengan belanja/pengeluaran yang mengikat. NPS merupakan sejumlah
dana yang tersedia untuk pembangunan. Besarnya NPS menjadi dasar dana yang dapat
dialokasikan untuk bidang PU/Cipta Karya.
Rumus perhitungan NPS adalah sebagai berikut:
Net Public Saving = Total Penerimaan daerah - Belanja Wajib
NPS = (PAD+DAU+DBH+DAK) – (Belanja Mengikat + Kewajiban Daerah
• Belanja Mengikat adalah belanja yang harus dipenuhi/tidak bisa dihindari oleh
Pemerintah Daerah dalam tahun anggaran bersangkutan seperti belanja pegawai,
belanja barang, belanja bunga, belanja subsidi, belanja bagi hasil serta belanja lain yang
mengikat sesuai peraturan daerah yang berlaku.
• Kewajiban Daerah antara lain pembayaran pokok pinjaman, pembayaran kegiatan
lanjutan, serta kewajiban daerah lain sesuai dengan peraturan daerah yang berlaku.

Analisis Kemampuan Pinjaman Daerah (Debt Service Coverage Ratio)
Pinjaman Daerah merupakan alternatif pendanaan APBD yang digunakan untuk
menutup defisit APBD, pengeluaran pembiayaan atau kekurangan arus kas.Pinjaman Daerah
dapat bersumber dari Pemerintah, Pemerintah Daerah lain, lembaga keuangan bank, lembaga
keuangan bukan bank, dan Masyarakat (obligasi). Berdasarkan PP No. 30 Tahun 2011
Tentang Pinjaman Daerah, Pemerintah Daerah wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:


Jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak melebihi
75% dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya;



Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman
yang ditetapkan oleh Pemerintah;



Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh calon pemberi pinjaman;

IX - 16

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH (RPI2-JM) KABUPATEN PIDIE JAYA


2015

Dalam hal Pinjaman Daerah diajukan kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah juga wajib
memenuhi persyaratan tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang
bersumber dari Pemerintah.

Salah satu persyaratan dalam permohonan pinjaman adalah rasio kemampuan
keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman atau dikenal dengan Debt ServiceCost Ratio
(DSCR). Berdasarkan peraturan yang berlaku, DSCR minimal adalah 2,5. DSCR ini
menunjukan kemampuan pemerintah untuk membayar pinjaman, sekaligus memberikan
gambaran kapasitas keuangan pemerintah.

Rumus DSCR adalah sebagai berikut:
DSCR =




PAD= Pendapatan Asli Daerah
DBH= Dana Bagi Hasil




DAU
= Dana Alokasi Umum
DBHDR = DBH Dana Reboisasi

9.4.2. Rencana Pembiayaan Perusahaan Daerah 5 Tahun ke depan

Beberapa kabupaten/kota memiliki perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang
pelayanan bidang Cipta Karya seperti air minum, air limbah maupun persampahan. Dalam hal
ini, perusahaan daerah tersebut umumnya memiliki rencana dalam lima tahun ke depan dalam
bentuk business plan. Informasi ini dibutuhkan untuk mengetahui kontribusi perusahaan
daerah untuk pendanaan pembangunan bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan sesuai
jangka waktu RPI2-JM.

Kabupaten Pidie Jaya belum memiliki perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang
pelayanan bidang Cipta Karya.

9.4.3. Rencana Kerjasama Pemerintah dan Swasta Bidang Cipta Karya 5 Tahun ke
depan

Dalam menggali sumber pendanaan dari sektor swasta, Pemerintah Daerah perlu
menyusun daftar proyek potensial yang dapat dikerjakan dengan skema kerjasama pemerintah

IX - 17

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH (RPI2-JM) KABUPATEN PIDIE JAYA

2015

dan swasta di bidang Cipta Karya untuk ditawarkan ke pihak swasta. Daftar proyek potensial
tersebut disusun berdasarkan identifikasi usulan program dan kegiatan setiap sektor serta
tingkat kelayakan ekonomi dan finansial dari program tersebut.

Tabel 9.9
Proyek Potensial yang Dapat Dibiayai dengan KPS dalam 5 Tahun ke Depan
Biaya Kegiatan

Kelayakan

(Rp)

Finansial

*)

*)

IRR =….

*)

*)

*)

*)

*)

*)

*)

*)

*)

*)

*)

Nama Kegiatan

Deskripsi Kegiatan

*)

Keterangan

Ket IRR = Internal Rate of Return
*) belum ada kerjasama

9.5.

Analisis Tingkat Ketersediaan Dana dan Strategi Peningkatan Investasi
Pembangunan Bidang Cipta Karya

Sebagai

kesimpulan

dari

analisis

aspek

pembiayaan,

dilakukan

analisis

tingkatketersediaan dana yang ada untuk pembangunan bidang infrastruktur Cipta Karya yang
meliputi sumber pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan daerah, sertadunia usaha
dan masyarakat. Kemudian, perlu dirumuskan strategi peningkatan investasi pembangunan
bidang Cipta Karya dengan mendorong pemanfaatan pendanaan dari berbagai sumber.

9.5.1. Analisis Kemampuan Keuangan Daerah

Ketersediaan dana yang dapat digunakan untuk membiayai usulan program dan
kegiatan yang ada dalam RPI2-JM dapat dihitung melalui hasil analisis yang telah dilakukan
dengan penjabaran sebagai berikut:
1.

Proyeksi dana dari pemerintah pusat (APBN) dengan menggunakan asumsi trend historis
maksimal 10% dari tahun sebelumnya.

2.

Proyeksi dana dari pemerintah daerah (APBD)

3.

Rencana pembiayaan dari perusahaan daerah

4.

Hasil identifikasi kegiatan potensial untuk dibiayai melalui skema Kerjasama Pemerintah
dan Swasta

IX - 18

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH (RPI2-JM) KABUPATEN PIDIE JAYA

2015

9.5.2. Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya

Dalam rangka percapatan pembangunan bidang Cipta Karya di daerah dan untuk
memenuhi kebutuhan pendaanan dalam melaksanakan usulan program yang ada dalam
RPI2-JM, maka Pemerintah Daerah perlu menyusun suatu set strategi untuk meningkatkan
pendanaan bagi pembangunan infrastruktur permukiman.

Strategi peningkatan investasi pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya meliputi
beberapa aspek antara lain:
1.

Strategi peningkatan DDUB oleh kabupaten/kota dan provinsi;

2.

Strategi peningkatan penerimaan daerah dan efisiensi pengunaan anggaran;

3.

Strategi peningkatan kinerja keuangan perusahaan daerah;

4.

Strategi peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pembiayaan pembangunan
bidang Cipta Karya;

5.

Strategi pendanaan untuk operasi, pemeliharaan dan rehabiltasi infrastruktur permukiman
yang sudah ada;

6.

Strategi pengembangan infrastruktur skala regional.

IX - 19