BAB V - DOCRPIJM ccf6963bd5 BAB VBAB 5 PEMBIAYAAN 1

BAB V
KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN
INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA
RPIJM Kabupaten Seruyan Tahun 2017-2021
TahunAnggaran 2016
Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan Bidang Cipta Karya meliputi:
1.

Membangun sistem infrastruktur permukiman, melalui pembangunan infrastruktur permukiman
skala regional, dan pembangunan pada kawasan strategis nasional.

2.

Fasilitasi Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota, melalui pendampingan penyusunan NSPK,
dokumen perencanaan kawasan/sektoral, serta pembangunan permukiman skala kawasan.

3.

Pemberdayaan masyarakat, yang dilakukan masyarakat yang dilakukan pada skala lingkungan
melalui pembangunan infrastruktur berbasis masyarakat.


Pembahasan aspek pembiayaan dalam RPI2JM pada dasarnya bertujuan untuk :
a.

Mengidentifikasi kapasitas belanja pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang
Cipta Karya

LAPORAN AKHIR RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
KABUPATEN SERUYAN

| V-1

b.

Mengidentifikasi alternatif sumber pembiyaan antara lain dari masyarakat dan sektor swasta untuk
mendukung pembangunan bidang Cipta Karya,

c.

Merumuskan rencana tindak peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya.


5.1 POTENSI PENDANAAN APBD KABUPATEN SERUYAN
Bab ini berisikan penjelasan mengenai Profil APBD Kabupaten Seruyan, profil investasi dan
proyeksi investasi dalam pembangunan Bidang Cipta Karya, serta strategi peningkatan investasi bidang
Cipta Karya.Sesuai PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, diamanatkan bahwa
kewenangan pembangunan bidang Cipta Karya merupakan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten
Seruyan. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten Seruyan terus didorong untuk meningkatkan belanja
pembangunan prasarana Cipta Karya agar kualitas lingkungan permukiman di daerah meningkat.
Bagian ini menggambarkan struktur APBD Kabupaten Seruyan selama 3-5 tahun terakhir dengan
sumber data berasal dari dokumen Realiasasi APBD dalam 5 tahun terakhir. Komponen yang dianalisis
berdasarkan format Permendagri No. 13 Tahun 2006 adalah sebagai berikut:
a. Belanja Daerah yang meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tak Langsung.
b. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lain
yang Sah.
c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.

Tabel V.1
Perkembangan Pendapatan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
(dalam juta rupiah)
NO


URAIAN

REALISASI PENDAPATAN TAHUN ANGGARAN

RATA2
PERTUMBUHAN

2010

2011

2012

2013

2014

%


18.184,7

28.132,3

17.352,1

19.434,2

21.766,1

29,8

Hasil Pajak Daerah

1.246,3

13.682,6

3.556,0


2.558,6

13.682,6

234,0

1.1.2

Hasil Retribusi Daerah

2.558,6

3.073,2

1.758,6

1.758,6

3.073,2


9,8

1.1.3

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang
Dipisahkan

1.464,1

1.767,6

2.505,0

1.464,1

2.558,6

26,7

1.1.


PENDAPATAN ASLI DAERAH

1.1.1

LAPORAN AKHIR RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
KABUPATEN SERUYAN

| V-2

NO

URAIAN

REALISASI PENDAPATAN TAHUN ANGGARAN

RATA2
PERTUMBUHAN

2010


2011

2012

12.915,7

9.608,9

9.532,5

12.915,7

9.608,9

21,2

DANA PERIMBANGAN

494.870,8


548.648,4

621.017,2

695.539,2

779.003,3

12,6

1.2.1

Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan
Pajak

101.746,6

107.077,6


122.134,7

132.564,7

135.884,7

11,5

1.2.2

Dana Alokasi Umum

360.740,6

402.064,4

450.227,0

470.667,9


490.302,0

8,3

1.2.3

Dana Alokasi Khusus

32.383,5

39.506,4

48.655,5

53.655,5

58.635,5

5,6

LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH
YANG SAH

75.094,1

38.743,2

39.031,0

45.052,0

50.465,8

153,7

340,3

1.182,5

5.162,7

216,3

3.266,3

126,1

1.1.4
1.2

1.3

Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah

2013

2014

%

1.3.1

Pendapatan Hibah

1.3.2

Dana Bagi Hasil Pajak Dari Provinsi Dan
Pemerintah Daerah Lainnya

8.804,6

12.157,0

17.737,4

19.914,6

25.914,6

28,6

1.3.3

Dana Penyesuaian Dan Otonomi Khusus

59.693,0

10.415,9

0,0

0,0

12.157,0

0,0

1.3.4

Bantuan Keuangan Dari Provinsi Atau
Pemerintah Daerah Lainnya

6.050,1

0,0

0,0

3.286,8

7.928,7

0,0

1.3.5

Dana Penguatan Desentralisasi Fiskal dan
Percepatan Pembangunan

0,0

3.772,2

216,3

0,0

216,3

0,0

1.3.6

Tunjangan

0,0

7.928,7

15.914,6

0,0

15.914,6

0,0

1.3.7

Lain-Lain Pendapatan yang Sah

206,1

3.286,8

0,0

1.182,5

5.162,7

0,0

588.149,6

615.523,9

677.400,3

760.025,4

811.234,9

10.5

JUMLAH

Sumber: Diolah dari Laporan Realisasi APBD Kabupaten Seruyan TA 2010 – 2014

d. Memperhatikan tabel di atas, diperoleh gambaran bahwa realisasi pendapatan daerah cenderung
mengalami peningkatan dari Rp.588.149,6 juta (2010) hingga mencapai Rp.811.234,9 juta (2014)
dengan rata- rata tingkat pertumbuhan pendapatan 10.5%.
e. Dari keempat komponen PAD, secara persentase pertumbuhan masing-masing komponen pembentuk
PAD berbeda-beda. Rata-rata tingkat pertumbuhan tertinggi berasal dari Hasil Pajak Daerah sebesar
234,0%, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan sebesar 26,7%, Lain-Lain Pendapatan
Asli Daerah Yang Sah sebesar 21,2%, dan terendah dari Hasil Retribusi Daerah yaitu sebesar 9,8%.
f.

Permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan pendapatan daerah adalah belum diketahui secara
pasti besar potensi PAD sehingga target yang ditetapkan tidak didasarkan atas asesmen potensi yang
dimiliki. Setelah berlakunya close list system dalam ketentuan jenis pajak dan retribusi sesuai UU
LAPORAN AKHIR RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
KABUPATEN SERUYAN

| V-3

Nomor 28 Tahun 2009, perlu dilakukan penyesuaian perangkat regulasi, kelembagaan pendapatan
daerah serta personil agar tidak berimplikasi pada penurunan pendapatan daerah. Adapun penerimaan
Dana Perimbangan relatif tanpa masalah berarti kecuali DAK yang memerlukan dana pendamping
daerah minimal 10% dari jumlah DAK sehingga mengurangi porsi pemanfaatan DAU sesuai dengan
kebutuhan daerah. Adapun lain-lain pendapatan daerah yang sah tidak diketahui secara pasti potensi
penerimaannya karena bersifat penerimaan insidentil.

Tabel V.2
Perkembangan Belanja Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
(dalam juta rupiah)

NO

URAIAN

REALIASASI BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN

2010
2.

BELANJA

2.1

2011

2012

RATA2
PERTUMBUHAN

2013

2014

%

518.414,7

522.662,5

601.327,6

586.101,1

636.396,2

5,48

Belanja Tidak Langsung

92.886,0

103.461,3

160.952,9

188.584,1

214.518,5

24,47

2.1.1

Belanja Pegawai

62.824,7

80.770,7

125.793,8

148.713,7

165.553,2

28,46

2.1.2

Belanja Bunga

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

2.1.3

Belanja Subsidi

126,6

1.043,8

1.394,4

648,0

787,2

181,57

2.1.4

Belanja Hibah

7.952,7

3.067,3

11.709,6

13.468,0

16.793,0

65,01

2.1.5

Belanja Bantuan Sosial

3.535,6

5.141,4

3.771,9

5.623,4

3.971,9

9,62

2.1.6

Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/
Kabupaten/ Kota dan Pemerintah Desa

0,0

0,0

492,5

73,3

176,7

2.1.7

Belanja Bantuan Keuangan Kepada
Provinsi/ Kabupaten dan Pemerintah Desa

18.446,4

13.408,5

17.632,1

19.845,8

27.038,5

13,25

2.1.8

Belanja Tidak Terduga

0,0

29,6

158,5

212,0

197,9

154,9

-

-

2.2

Belaja Langsung

425.528,7

419.201,2

440.374,7

397.517,0

421.877,8

(0,01)

2.2.1

Belanja Pegawai

26.794,6

26.020,6

35.418,5

25.765,3

26.955,0

2,65

2.2.2

Belanja Barang dan Jasa

108.547,1

105.620,2

126.522,9

131.452,6

118.208,5

2,73

2.2.3

Belanja Modal

290.187,0

287.560,4

278.433,3

240.299,1

276.714,2

(0,66)

LAPORAN AKHIR RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
KABUPATEN SERUYAN

| V-4

Sumber: Diolah dari Laporan Realisasi APBD Kabupaten Seruyan TA 2010 – 2014

Memperhatikan tabel di atas, diperoleh gambaran bahwa, realisasi Belanja Tidak Langsung dari
tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 cenderung selalu mengalami kenaikan dengan rata-rata
pertumbuhan sebesar 24,47% sementara realisasi Belanja Langsung justru mengalami penurunan dengan
rata-rata pertumbuhan sebesar minus 0,01%. Walaupun rata-rata pertumbuhan Belanja Tidak Langsung
jauh lebih besar dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan Belanja Langsung namun dari tahun 2008
sampai dengan tahun 2012 realisasi Belanja Tidak Langsung selalu lebih kecil dibandingkan dengan
realisasi belanja langsung. Dari delapan komponen Belanja Tidak langsung, Belanja subsidi mengalami
kenaikan terbesar dengan rata-rata kenaikan mencapai 181,57%, diikuti dengan belanja tidak terduga
sebesar 154,9%.
Penurunan Realisasi Belanja Langsung terjadi pada komponen Belanja Modal yaitu Rp290.187,0
juta (2008) turun menjadi Rp276.714,2 (2012) atau mengalami rata-rata penurunan sebesar
0,66%.Gambaran tentang realisasi pembiayaan daerah yang disajikan secara series menginformasikan
mengenai rata-rata perkembangan/kenaikan realisasi penerimaan dan pengeluaran daerah sebagaimana
tertuang pada tabel sebagai berikut:
Tabel V.3
Perkembangan Pembiayaan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
(dalam juta rupiah)
NO

3

URAIAN

REALIASASI PEMBIAYAAN DAERAH TAHUN ANGGARAN
2008

2009

2010

2011

RATA2
PERTUMBUHAN
%

2012

PEMBIAYAAN

3.1

Penerimaan Pembiayaan

125.975,9

73.138,6

119.653,9

104.581,5

131.359,3

8,67

125.975,9

73.138,6

119.653,9

104.579,6

131.359,3

8,67

0,0

0,0

0,0

1,9

0,0

3.2

Sisa Lebih Perhitungan Tahun
Anggaran Sebelumnya
Penggunaan Kas Yang Belum
Dipertanggungjawabkan
Pengeluaran Pembiayaan

2.000,0

0,0

2.000,0

2.644,9

8.389,4

49,81

2.000,0

0,0

2.000,0

2.500,0

5.000,0

8,33

0,0

0,0

0,0

0,0

2.698,1

Penyertaan Modal (Investasi)
Pemerintah Daerah
Pembayaran Pokok Utang
Kelebihan Catat Saldo di Kasda

0,0

0,0

0,0

144,9

691,3

PEMBIAYAAN NETTO

123.975,9

73.138,6

117.653,9

101.936,5

122.969,9

6,78

SILPA

90.884,1

119.760,9

104.475,8

131.359,3

163.974,0

17,39

a.

Sumber: Diolah dari Laporan Realisasi APBD Kabupaten Seruyan TA 2010 – 2014

LAPORAN AKHIR RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
KABUPATEN SERUYAN

| V-5

Gambar 9.1
Perkembangan Proporsi Pendapatan dalam APBD
Berdasarkan grafik di atas, terlihat bahwa Dana Perimbangan berupa Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi
Hasil Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus menjadi andalan utama dalam
pembiayaan pembangunan daerahnya. Sedangkan PAD sendiri belum menjadi andalan dan pendapatan
lainnya yang sah juga belum menjadi andalan. Untuk itu dimasa mendatang, proyeksi sumber pembiayaan
pembangunan daerah yang bersumber dari Dana Perimbangan tetap menjadi andalan utama.

Gambar 9.2
Perkembangan Proporsi Belanja dalam APBD

LAPORAN AKHIR RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
KABUPATEN SERUYAN

| V-6

Mencermati grafik proporsi belanja pemerintah daerah di atas, terlihat bahwa kabupaten Seruyan
dalam kurun 5 tahun terakhir melakukan belanja modal. Belanja modal adalah pengeluaran yang
dilakukan dalam rangka pembelian/ pengadaan aset tetap dan aset lainnya yang mempunyai masa manfaat
lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk
tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jaringan, buku perpustakaan, dan hewan.

5.2 POTENSI PENDANAAN APBN BIDANG CIPTA KARYA
5.2.1

Arahan Kebijakan Pembiayaan Bidang Cipta Karya

Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam peraturan dan
perundangan terkait, antara lain:
1.

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah: Pemerintah daerah diberikan hak
otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Dalam hal ini, Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah Pusat
yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama.

2.

Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat
dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah didukung
sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan Lain
yang Sah, serta Penerimaan

Pembiayaan Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk mendanai

pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.
3.

Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan: Dana Perimbangan terdiri
dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus. Pembagian DAU dan
DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan Kementerian Keuangan. Sedangkan DAK
digunakan untuk mendanai kegiatan khusus yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas
nasional. Penentuan lokasi dan besaran DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus,
dan kriteria teknis.

4.

Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota: Urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan
pilihan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan

daerah untuk kabupaten/kota

merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi 26 urusan, termasuk bidang pekerjaan
umum. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada standar
LAPORAN AKHIR RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
KABUPATEN SERUYAN

| V-7

pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah. Urusan wajib
pemerintahan yang merupakan urusan bersama diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber
pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang
didesentralisasikan.
5.

Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah: Sumber pinjaman daerah
meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga Keuangan Bank dan Non-Bank, serta
Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar
negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat. Dalam melakukan pinjaman daerah Pemda wajib
memenuhi persyaratan:
a. total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan APBD tahun
sebelumnya;
b. memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang
ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5;
c. persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;
d. tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari pemerintah;
e. pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan persetujuan DPRD.

6.

Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha
dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 & Perpres 56/2010): Menteri
atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur. Jenis
infrastruktur permukiman yang dapat dikerjasamakan dengan badan usaha adalah infrastruktur
air minum, infrastruktur air limbah permukiman dan prasarana persampahan.

7.

Peraturan Menteri

Dalam

Negeri

No. 13 Tahun 2006 Tentang

Pedoman Pengelolaan

Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan Permendagri 21/2011): Struktur
APBD terdiri dari:
a.

Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan
Lain yang Sah.

8.

b.

Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.

c.

Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.

Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana
Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK untuk pencapaian sasaran
nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan kriteria teknis DAK bidang Cipta Karya
adalah sebagai berikut:
a.

Bidang Infrastruktur Air Minum
LAPORAN AKHIR RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
KABUPATEN SERUYAN

| V-8

DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum
kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan
termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Adapun kriteria teknis alokasi DAK
diutamakan untuk program percepatan pengentasan kemiskinan dan memenuhi sasaran/
target Millenium Development Goals (MDGs) yang mempertimbangkan:

b.

-

Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah;

-

Tingkat kerawanan air minum.

Bidang Infrastruktur Sanitasi
DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan,
dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan
yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan
untuk program peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi sasaran/target MDGs
yang dengan kriteria teknis:

9.

-

kerawanan sanitasi;

-

cakupan pelayanan sanitasi.

Peraturan Menteri

PU

No.

14

Tahun

2011

tentang

Pedoman

Pelaksanaan Kegiatan

Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenanangan Pemerintah dan Dilaksanakan
Sendiri: Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN, Kementerian PU membentuk
satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non
Vertikal Tertentu. Rencana program dan usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja harus
mengacu pada RPIJM bidang infrastruktur ke-PU-an yang telah disepakati. Gubernur sebagai
wakil Pemerintah mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan kementerian yang dilaksanakan di
daerah dalam rangka keterpaduan pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor.

LAPORAN AKHIR RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
KABUPATEN SERUYAN

| V-9

Gambar 9.3
Kerangka Pendanaan Bidang Cipta Karya
Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup sumber dana kegiatan
pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas dalam RPI2JM meliputi:
1.

Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuanv Kerja di tingkat
provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi k husus bidang Air Minum dan Sanitasi.

2.

Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang
dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala
provinsi/regional.

3.

Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana
lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten ntuk pembangunan infrastruktur permukiman
dengan skala kabupaten/kota.

4.

Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan swasta (KPS),
maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR).

5.

Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.

6.

Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.

LAPORAN AKHIR RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
KABUPATEN SERUYAN

| V-10

5.3

ALTERNATIF SUMBER PENDANAAN
Bagian ini berisikan potensi alternatif pembiayaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya,

di luar APBN dan APBD, antara lain melalui KPS, CSR, dan sebagainya. Untuk kegiatan yang layak
secara finansial dapat dibangun dengan skema KPS, sedangkan kegiatan yang tidak layak secara finansial
dapat diusulkan kepada swasta sebagai CSR.

5.4

STRATEGI PENINGKATAN INVESTASI BIDANG CIPTA KARYA
Dalam rangka percepatan pembangunan bidang Cipta Karya di daerah dan untuk memenuhi

kebutuhan pendaanan dalam melaksanakan usulan program yang ada dalam RPI2JM, maka Pemerintah
Daerah

menyusun

strategi

untuk meningkatkan pendanaan bagi pembangunan

infrastruktur

permukiman.
D a erah merumuskan strategi peningkatan investasi pembangunan infrastruktur bidang Cipta
Karya,

sebagai berikut :

Pada pelaksanaan pembiayaan, semua sumber pembiayaan yang sudah

disepakati antara Pemerintah Kabupaten Seruyan dengan Pemerintah Pusat (termasuk dana bantuan luar
begeri) dirumuskan dalam dokumen project Memorandum (Kesepakatan Pelaksanaan Program). Strategi
ini untuk mengoptimalkan Sumber-Sumber Pendanaan dan menganalisis perkembangan sumber
pendanaan baik eksternal maupun internal. Strategi ini dimaksudkan agar sumber-sumber pendanaan
yang ada dapat dimaksimalkan terutama dalam pemenuhan kebutuhan pendanaan pembangunan dan
pengembangan program infrastruktur.
APBD merupakan sumber pendanaan utama dalam pembangunan dan pengembangan infrastruktur di
Kabupaten Seruyan. Secara umum APBD merupakan penerimaan daerah dalam pelaksanaan
desentralisasi yang terdiri dari Pendapatan Daerah, Belanja, dan Pembiayaan. Berdasarkan kondisi dan
kecenderungan pengalokasian anggaran, maka diperlukan strategi dalam Pengoptimalan penggunaan
APBD dengan menetapkan kebutuhan program pembangunan dan pengembangan infrasrtuktur
Kabupaten Seruyan dengan mengintegrasikan langkah-langkah pembangunan infrastruktur di Kabupaten
Seruyan yang ditetapkan berdasarkan target-target pembangunan infrastruktur

sebagaimana telah

ditetapkan didalam RPJMD, RPJMN, SPM, maupun MDGs.
Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya di Kabupaten Seruyan dilakukan dengan beberapa hal
yaitu :
1. Mengoptimalkan potensi pendapatan daerah. Pengembangan potensi PAD dilakukan dengan cara:

LAPORAN AKHIR RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
KABUPATEN SERUYAN

| V-11

 Intensifikasi dan ekstensifikasi pemungutan pajak, retribusi dan lain-lain pendapatan daerah.
Ekstensifikasi pajak tetap mengacu pada UU No. 34 tahun 2000 dan peraturan perundangan
lainnya dengan memperhatikan kriteria: (a) Bersifat pajak bukan retribusi (b) Dasar pengenaan
pajak tak bertentangan dengan kepentingan umum (c) Obyek pajak bukan merupakan obyek
pajak provinsi/pusat (d) Potensinya memadai (e) Tak memberikan dampak ekonomi negatif (f)
Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat (g) Menjaga kelestarian lingkungan.
 Pengembangan penerimaan dari perusahaan milik daerah, melalui pengelolaan BUMD yang lebih
efisien dan profesional.
 Pengembangan upaya peningkatan investasi di Kabupaten Seruyan melalui: (a) Penyederhanaan
perijinan dan penataan pelayanan investasi melalui pelayanan satu pintu (b) Peningkatan promosi
potensi dan peluang investasi daerah (c) Pengembangan sistem informasi penanaman modal
daerah.
2. Memperbaiki struktur anggaran dengan meningkatkan proporsi belanja langsung.
3. Pemanfaatan dana hibah untuk bidang Cipta Karya.
4. Kerjasama pemerintah dan swasta (KPS)
5. Pemanfaatan Dana CSR.

LAPORAN AKHIR RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
KABUPATEN SERUYAN

| V-12