EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA BERBASIS AUDIO VISUAL DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PAI KELAS VII-F DI SMPN 1 TARIK.

(1)

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA BERBASIS AUDIO

VISUAL DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PAI KELAS

VII-F DI SMPN 1 TARIK

S K R I P S I

Oleh:

DANI IRMAWATI NIM. D71212128

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

2016


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Dani Irmawati 2016: Efektivitas penggunaan media berbasis audio visual dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran PAI kelas VII-F di SMPN 1 Tarik.

Dengan perkembangan pada saat ini, seorang pendidik harus bisa mempergunakan alat teknologi sebagai media pembelajaran yang efektif, sehingga dengan berkembangnya teknologi pendidikan tersebut menjadikan proses pendidikan dapat berjalan lebih efektif dan efisien. Khususnya pada usia anak-anak, pendidikan dengan media modern,sebut saja media elektronik seperti televisi, vcd, ldc, viewer,tentunya akan lebih menarik perhatian dari pada hanya di dapat dari guru saja.

Sebagai upaya pengembangan dalam proses belajar mengajar yang lebih efektif dan variatif, maka dalam proses pembelajaran perlu adanya model pembelajaran. Adapun yang diterapkan di SMPN 1 Tarik, sejauh ini proses pembelajaran PAI baru dilaksanakan sebatas menggunakan media tempel dan metode ceramah. Maka perlu diadakan media baru yaitu audio visual agar peserta didik lebih memahami pelajaran dalam suasana yang lebih menyenangkan.

Dalam penelitian ini ada beberapa masalah yang perlu dijawab, meliputi Bagaimana penggunaan media audio visual dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Bagaimana hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPN 1 Tarik, Bagaimana efektivitas media audio visual dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran PAI di SMPN 1 Tarik. Untuk menjawab pertanyaan diatas, peneliti menggunakan penelitian kuantitatif, sehingga hasil yang diperoleh berupa angka dari hasil perhitungan. Untuk menganalisis data tentang penggunaan media berbasis audio visual dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik menggunakan rumus prosentase, sedangkan analisis terhadap efektivitas penggunaan media berbasis audio visual dalam meningkatkan hasil belajar menggunakan rumus product moment.

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan, penggunaan media berbasis audio visual sudah cukup baik dalam penerapannya, dan bisa meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran PAI kelas VII-F di SMPN 1 Tarik. Hal ini terbukti dengan frekuensi jawaban A terbanyak padamedia berbasis audio visual adalah 236 dan hasil belajar peserta didik adalah 240, ini menunjukkan kalau keduanya dalam kategori cukup baik. Dapat diperoleh bahwa efektivitas penggunaan media berbasis audio visual dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik adalah cukup, karena terdapat nilai dari hasil product moment adalah 0,460.


(6)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 6

D. Batasan Masalah ... 8

E. Definisi Operasional ... 9

F. Sistematika Pembahasan ... 11

BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan tentang penggunaan media berbasis audio visual ... 13

1. Tinjauan tentang media audio visual ... 15


(7)

3. Klasifikasi Media Pembelajaran ... 17

4. Kriteria Pemilihan Media untuk Pembelajaran PAI ... 25

B. Tinjauan tentang hasil belajar PAI ... 27

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 27

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 30

3. Pengertian hasil belajar ... 34

4. Faktor – faktor yang mempengaruhi hasil belajar ... 36

C. Efektivitas Penggunaan Media Berbasis Audio Visual dalam Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik ... 40

D. Hipotesis penelitian ... 43

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 46

B. Rancangan Penelitian ... 46

C. Identifikasi variabel... 47

D. Populasi penelitian ... 48

E. Jenis data ... 49

F. Sumber data... 51

G. Teknik pengumpulan data ... 52

H. Instrumen penelitian ... 54

I. Teknik analisis data ... 56

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 61


(8)

1. Sejarah berdirinya SMP Negeri 1 Tarik ... 61

2. Kondisi geografis SMP Negeri 1 Tarik ... 62

3. Visi dan Misi dan Tujuan Pendidikan ... 62

4. Profil Sekolah ... 65

B. Hasil Observasi ... 69

C. Penyajian Data ... 72

1. Penggunaan Media Berbasis Audio Visual Pada Mata Pelajaran PAI di Kelas VII F SMPN 1 Tarik ... 72

2. Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran PAI Kelas VII-F ... 78

D. Analisis Data Penelitian ... 90

1. Penggunaan media berbasis audio visual pada mata pelajaran PAI di kelas VII-F ... 90

2. Hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran PAI kelas VII-F ... 91

3. Efektivitas penggunaan media berbasis audio visual pada mata pelajaran PAI kelas VII-F ... 92

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 98

B. Saran... 99

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

TABEL 1 ... 59

TABEL 2 ... 65

TABEL 3 ... 67

TABEL 4 ... 67

TABEL 5 ... 70

TABEL 6 ... 73

TABEL 7 ... 79

TABEL 8 ... 84


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dahulu, ketika teknologi khususnya teknologi informasi belum berkembang seperti sekarang ini, ketika ilmu pengetahuan belum sepesat ini proses pembelajaran biasanya berlangsung pada tempat dan waktu tertentu. Proses pembelajaran adalah proses komunikasi antara guru dan peserta didik malalui bahan verbal sebagai media utama penyampaian materi pelajaran. Proses pembelajaran sangat tergantung pada guru sebagai sumber belajar. Dalam kondisi semacam ini, akan ada proses pembelajaran manakala ada guru. Tanpa kehadiran guru di dalam kelas sebagai sumber belajar tidak mungkin ada proses pembelajaran.

Dewasa ini, ketika ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat, proses pembelajaran tidak lagi dimonopoli oleh adanya kehadiran guru di dalam kelas. Peserta didik dapat belajar dimana dan kapan saja. Peserta didik bisa belajar apa saja sesuai dengan minat dan gaya belajar. Seorang desainer pembelajaran dituntut untuk dapat merancang pembelajaran dengan memanfaatkan berbagai jenis media dan sumber belaajar yang sesuai agar proses pembelajaran berlangsung secara efektif dan efisien.1

1

Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h.1


(11)

digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id

Untuk mempelajari bagaimana kehidupan pada masa Rasulullah tidak mungkin guru mengajak untuk kembali marasakan masa lampau. Untuk memberikan pengalaman belajar semacam itu, guru memerlukan alat bantu seperti film atau foto-foto dan lain sebagainya.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan yang signifikan di berbagai aspek kehidupan manusia, dari segi sosial, ekonomi, dan pendidikan. Oleh karena itu agar pendidikan tidak tertinggal dari perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) maka perlu adanya penyesuaian – penyesuaian, terutama faktor – faktor yang berkaitan dengan proses pembelajaran dikelas, salah satu faktor yaitu media pembelajaran yang harus dikuasai oleh seorang pendidik, sehingga mereka dapat menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta didik dengan efektif dan efisien.

Dunia pendidikan saat ini tidak luput dari teknologi modern, walaupun sangat minim, tapi paling tidak di sekolah memiliki alat OHP yang digunakan sebagai media atau alat bantu dalam proses pembelajaran. Penggunaan alat – alat modern memang sudah seharusnya diterapkan dalam dunia pendidikan, sudah tidak saatnya pendidik mengajar hanya dengan bantuan papan tulis dan spidol atau kapur. Dengan perkembangan pada saat ini, seorang pendidik harus bisa mempergunakan alat teknologi sebagai media pembelajaran yang efektif, sehingga dengan berkembangnya teeknologi pendidikan tersebut menjadikan proses pendidikan dapat berjalan lebih efektif dan efisien. Khususnya pada usia


(12)

digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id

anak-anak, pendidikan dengan media modern,sebut saja media elektronik seperti televisi, vcd, ldc, viewer,tentunya akan lebih menarik perhatian daripada hanya didapat dari guru saja.

Apabila diperhatikan mengapa anak-anak bisa sangat antusias apabila menonton film kartun atau bermain playstation daripada memperhatikan guru mengajar atau membaca buku pelajaran. Salah satu penyebabnya adalah cara mengajar guru terlalu klasik atau tidak up date, atau dengan kata lain guru tidak modern baik dalam metode pengajaran,dan juga dalam penggunaan dan pemilihan media belajar. Penggunaan media audiovisual seperti VCD atau LCD viewer, tentu dapat meningkatkan perhatian peserta didik terhadap materi yang disampaikan. Selain itu juga, sifat audio visual dari televisi atau monitor mampu memberi daya ingat yang lama pada pemirsanya. Menurut R. Benschofer, pelajaran (suatu program acara) yang bisa diingat lewat media pandang dengar ini, setelah 3 hari, bisa 65%. Sedangkan lewat media dengar saja 10% dan media pandang saja 20%. Media audio visual memang bukan barang baru dalam pandangan umum, akan tetapi dunia pendidikan khususnya di Indonesia, hal ini masih dirasa asing. Memang benar, bahwa media atau instrumen audio visual dan sejenisnya bukanlah hal yang esensial, karena hanya masalah hardware saja,dan tanpa itu itupun proses pembelajaran dapat berjalan. Prof. Dr. Nasution, M.A berpendapat bahwa : “ada yang menafsirkan Teknologi Pendidikan sebagai suatu cara mengajar yang menggunakan alat-alat modern yang sebenarnya


(13)

digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id

dihasilkan bukan khusus untuk keperluan pendidikan tetapi dapat dimanfaatkan dalam pendidikan seperti radio, film opaque projector, overhad projector, TV, video tape recorder, computer dan lain-lain. Alat-alat ini dalam metodologi pengajaran lazim disebut alat peraga, alat pengajaran audio visual aids atau Instrucsional aids. Dalam teknologi pendidikan, hal ini disebut dengan hardware. Alat-alat tersebut besar manfaatnya, namun bukan inti atau hakikat teknologi pendidikan. Alat-alat itu sendiri tidak mengandung arti pendidikan, alat-alat itu bermanfaatkan bila dikaitkan dengan suatu pelajaran atau program. Program ini lazim disebut software. Yang merupakan inti teknologi pendidikan adalah programnya yang harus disusun menurut prinsip-prinsip tertentu. Teknologi pendidikan dapat dilaksanakan tanpa alat-alat teknologi modern seperti dikatakan tersebut diatas.”2

Sebagai upaya pengembangan dalam proses belajar mengajar yang lebih efektif dan variatif, maka dalam proses pembelajaran perlu adanya model pembelajaran. Adapun yang diterapkan di SMPN 1 Tarik, sejauh ini proses pembelajaran PAI baru dilaksanakan sebatas menggunakan media tempel dan metode ceramah. Maka menurut peneliti, perlu diadakan media baru yaitu audio visual agar peserta didik lebih memahami pelajaran dalam suasana yang lebih menyenangkan.

2


(14)

digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id

Dari uraian diatas kiranya sangat menarik apabila dilakukan penelitian di SMPN 1 Tarik untuk mengetahui lebih jauh efektivitas penggunaan media audio visual yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran PAI. Untuk itu peneliti mengangkat judul “Efektivitas Penggunaan Media Berbasis Audio Visual Dalam Mengingkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran PAI Kelas VII-F di SMPN 1 Tarik”

Dalam penelitian ini yang dimaksud adalah efektivitas audio visual tersebut sebagai media penunjang proses pembelajaran PAI, yang akan diteliti dengan instrument penelitian yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi, dan diteliti pula hasil belajar peserta didik yang juga termasuk indikator efektivitas kegiatan pembelajaran, yaitu dengan instrument tes, dan angket yang diberikan oleh peneliti kepada subjek penelitian yaitu peserta didik kelas VII-F.

B. Rumusan Masalah

Dari permasalahan yang ada diatas, peneliti merumuskan pertnyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana penggunaan media audio visual dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam?

2. Bagaimana hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPN 1 Tarik?


(15)

digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id

3. Bagaimana efektivitas media audio visual dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran PAI di SMPN 1 Tarik?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti dalam penelitian ini, adalah : 1. Untuk mengetahui penggunaan media audio visual dalam

pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPN 1 Tarik.

2. Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPN 1 Tarik.

3. Untuk mengetahui keefektifan media audio visual dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran PAI kelas VII-F semester 1.

D. Kegunaan Penelitian

Peneliti berharap banyaknya manfaat dari penelitian ini: 1. Bagi Mahasiswa

a. Menerapkan ilmu yang didapatkan dari perkuliahan.

b. Bagi peneliti hal ini sangat bermanfaat dan dapat menambah wawasan, pengalaman, serta mendapat informasi baru dari kegiatan penelitian ini.

c. Untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan program Strata satu (S1) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel.


(16)

digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id

2. Bagi Perguruan Tinggi

a. Bagi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel khususnya pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah kepustakaan, juga dapat dijadikan darar oleh peneliti lain yang mempunyai minat yang sama dan sebagai tugas akhir bagi mahasiswa. Selain itu, Universitas mampu membuktikan untuk mencetak mahasiswa yang berkompeten melalui adanya penelitian ini.

3. Bagi Pendidik

Dari hasil penelitian ini peneliti mengharapkan agar pendidik lebih memahami karakter peserta didik, tidak hanya memahami pada intelektualnya saja, namun pendidik juga dituntut memahami bakat dan minat anak dalam belajar. Dan pendidik mampu mengkombinasikan gaya belajar peserta didik dengan media yang akan digunakan khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. 4. Bagi Peserta Didik

Dari penelitian ini diharapkan peserta didik lebih memahami tentang pembelajaran PAI melalui media audio visual. Sehingga pembelajaran Pendidikan Agama Islam melaui media audio visual bisa dikatakan sangat aplikatif dan efektif.


(17)

digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id

a. Bagi lembaga pendidikan SMPN 1 Tarik untuk mengetahui penggunaan media audio visual dalam pembelajaran PAI efektif dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik.

b. Dari hasil penelitian ini peneliti dapat menyumbang ilmu pengetahuan khususnya ilmu pengetahuan yang sedang diteliti dan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pengembangan media ilmu pengetahuan yakni Pendidikan Agama Islam.

E. Batasan Masalah

Agar penelitian ini terfokus, maka perlu adanya batasan masalah dalam penelitian. Ruang lingkup yang akan diteliti dan dibatasi pada :

1. Penerapan media audio visual dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPN 1 Tarik.

2. Subjek penelitiannya adalah kelas VII-F di SMPN 1 Tarik.

3. Materi pengajaran hanya pada materi semester ganjil tahun ajaran 2015-2016.

F. Definisi Operasional

untuk mempermudah maksud yang terkandung dalam judul skripsi ini, maka penulis memberikan penjelasan mengenai bagian-bagian kata yang terdapat dalam judul skripsi. Adapun penjelasannya diuraikan sebagai berikut:


(18)

digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id

1. Efektivitas : sondang P. Siagian (2001 : 24) memberikan definisi sebagai pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya. Efektivitas menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran berarti makin tinggi efektivitasnya.

2. Penggunaan : berasal dari kata dasar guna yang berarti faedah atau manfaat,3 mendapat imbuhan pe-an yang berarti pemanfaatan yang dimaksudkan dengan penggunaan disini adalah manfaat yang diperoleh dari media pembelajaran audio visual dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik.

3. Media : berasal dari bahasa latin, yakni medius yang secara harfiahnya berarti ’tengah’,„pengantar’atau „perantara’. Dalam bahasa arab, media disebut (لئاسو ) atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima4. Media disini diartikan sebagai alat penyalur informasi.

4. Audio Visual : adalah media yang mempunyai unsur suara dan gambar didalamnya. Audio visual istilah untuk barang-barang bukan cetakan, misalnya film, pita rekaman dan kaset, yang berfungsi merekam informasi dari suara atau penglihatan.5Audio Visual disini adalah

3

W.J.S Purwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1976),h.332 4

Azhar Arsyad, Media Pengajaran, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1997), cet.Ke-1, jilid 1,h.5

5

Padji M. Sudarmo, Kamus Istilah, Komputer, Teknologi Informasi & komunikasi, (Bandung : CV. Yrama Widya, 2006),h.28


(19)

digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id

media yang digunakan dalam proses pembelajaran PAI di SMPN 1 Tarik.

5. Hasil Belajar : adalah suatu usaha yang dilakukan dalam pembelajaran sehingga menghasilkan suatu pemahaman. Yang dimaksud hasil belajar disini adalah nilai yang dicapai dalam proses pembelajaran PAI dengan menggunakan media audio visual.

6. PAI : yaitu salah satu mata pelajaran yang ada di tingkat menengah, yang membahas materi tentang ajaran – ajaran agama yang akan diimplementasikan pada kegiatan sehari – hari.

7. SMPN 1 Tarik : adalah salah satu sekolah menengah pertama yang terakreditasi A atau negeri yang berada di kecamatan Tarik, kabupaten Sidoarjo.

G. Sistematika Pembahasan

Agar pembahasan mengenai permasalahan yang diteliti ini lebih mengarah pada tujuan yang ingin dicapai, maka peneliti membahas bab yang meliputi :

BAB I PENDAHULUAN. Membahas tentang permasalahan yang telah peneliti temukan di lapangan. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, batasan masalah, definisi operasional dan sistematika pembahasan.


(20)

digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id

BAB II KAJIAN TEORI. Memuat mengenai teori yang terdapat pada literatur – literatur yang digunakan peneliti. Pada bab ini peneliti akan membahas :

1. Tinjauan tentang media pembelajaran (audio visual) yang mencakup pengertian media pembelajaran, pengertian media audiovisual, klasifikasi media pembelajaran, pemilihan media pembelajaran dalam pelajaran PAI.

2. Tinjauan tentang hasil belajar pada peserta didik pada mata pelajaran PAI yang meliputi pengertian pembelajaran PAI, tujuan PAI, pengertian hasil belajar, dan faktor yang mempengaruhi hasil belajar. 3. Penggunaan media audio visual dalam meningkatkan hasil belajar

peserta didik dalam pembelajaran PAI.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN yang meliputi jenis dan rancangan penelitian, variabel, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN. Membahas tentang laporan hasil penelitian yang telah peneliti laksanakan di lapangan (mengenai sejarah dan latar belakang berdirinya SMPN 1 Tarik, lokasi SMPN 1 Tarik, keadaan guru di SMPN 1 Tarik, keadaan peserta didik di SMPN 1 Tarik, sarana dan prasarana di SMPN 1 Tarik, pelaksanaan pembelajaran di SMPN 1 Tarik, hasil belajar PAI kelas VII di SMPN 1 Tarik), deskripsi data, analisis data dan pengujian hipotesis.


(21)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penggunaan Media Audio Visual dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Sebenarnya kata media sudah tidak asing lagi ditelinga kita, tetapi pemahaman banyak orang terhadap kata tersebut berbeda - beda. Kata media berasal dati bahasa latin, yakni memiliki arti medius yang secara harfiahnya berarti tengah, pengantar atau perantara.1 Media pendidikan merupakan seperangkat alat bantu atau pelengkap yang digunakan oleh guru atau pendidik dalam rangka berkomunikasi dengan siswa atau peserta didik.2 Dalam bahasa arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Gerlach & Ely (1971) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.3 Media berarti sarana fisik untuk menyampaikan materi pengajaran (isi pesan) seperti buku, film, video, slide dan komputer (Brigs, 1997).4

Heinich dan kawan – kawan. (1982) mengemukakan istilah medium sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan

1

Ibid., h.5-6 2

Sudarwan Danim, Media Komunikasi Pendidikan, Pelayanan Profesional Pembelajaran dan Mutu Hasil Belajar, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995), cet.Ke-1,jilid 1,h.7

3

Azhar Arsyad, Media Pengajaran, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1997), cet.Ke-1, jilid 1,h.3

4

Pawit M. Yusup, Komunikasi Instruksional, Teori dan Praktik, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2010),cet 1,jilid 1,h.226


(22)

penerima. Jadi televisi, film, foto, radio, rekaman audio, gambar yang diproyeksikan, bahan – bahan cetakan, dan sejenisnya adalah media komunikasi. 5 Apabila media itu membawa pesan – pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud – maksud pengajaran maka media itu disebut media pengajaran.

Media pengajaran, menurut Kemp & Dayton (1985:28), dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media itu digunakan untuk perorangan, kelompok, atau kelompok pendengar yang besar jumlahnya, yaitu (1) memotivasi minat atau tindakan, (2) menyajikan informasi, dan (3) memberi instruksi. Untuk tujuan informasi, media pengajaran dapat digunakan dalam rangka penyajian informasi di hadapan sekelompok peserta didik.6 Menurut Yudhi Munadhi dalam bukunya, media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.7 Media dalam pembelajaran dapat mempermudah pendidik menyampaikan informasi mengenai materi yang akan diajarkan dan peserta didik dapat dengan mudah menangkap materi yang disampaikan oleh pendidik.

5

Azhar Arsyad, Media, Ibid., h.4 6

Ibid.,h.21 7


(23)

1. Media Audio Visual

Media audiovisual dibagi menjadi dua jenis. Jenis pertama, dilengkapi fungsi peralatan suara dan gambar dalam satu unit, dinamakan media audio visual murni, seperti film gerak (movie) bersuara, televisi dan video. Jenis kedua adalah media audio visual tidak murni yakni apa yang kita kenal dengan slide, opaque, OHP dan peralatan visual lainnya bila diberi unsur suaradari rekaman kaset yang dimanfaatkan secara bersamaan dalam satu waktu atau satu proses pembelajaran.8

2. Pengertian Media Audio Visual

Media pembelajaran dalam bentuk visual dalam bentuk gambar, foto, atau audio dalam bentuk rekaman suara, bunyi – bunyi tertentu, demikian juga dalam dalam bentuk gabungan keduanya seperti rekaman video yang mengandung unsur audio dan video telah mengubah paradigma hasil belajar. Berapa besar dan bagaimana media audio visual ini mempengaruhi keberhasilan perubahan perilaku peserta didik maka hal itu cukuplah menjadi landasan kuat tentang bagaimana seorang guru harus mempersiapkan media tersebut yang direlevansikan dengan karakteristik materi.9 Media audio visual juga sering dikenal dengan audiovisual aid (AVA).

8

Yudhi Munadhi, Media Pembelajaran, Sebuah Pendekatan Baru (Jakarta : Refenensi (GP Press Group), 2013), cet. Ke-1, Jilid 1,h.113-114

9

Ishak Abdulhak dan Deni Darmawan, Teknologi Pendidikan, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2013),h.81


(24)

Teknologi audio visual cara menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio dan visual. Pengajaran melalui audio visual jelas bercirikan pemakaian perangkat keras selama proses belajar mengajar, seperti mesin proyektor film, tape recorder, dan proyektor visual yang lebar.10 Jadi, pengajaran melalui audio visual adalah produksi dan penggunaan materi yang penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran serta tidak seluruhnya tergantung kepada pemahaman kata atau simbol-simbol yang serupa.

Dengan terbentuknya Department of Audiovisual Instructional (DAVI) dan Association for Educational Communications and Technology (AECT) memberikan definisi keterkaitan audio visual dalam teknik pendidikan. Salah satu pandangannya adalah menekankan pada konsep berdasarkan rekayasa materi dan pendekatan sistematis untuk mengembangkan pengajaran. Dalam studi teknologi pendidikan, ada perbedaan gradual antara alat audio visual (audiovisual aids) dan media audiovisual (audiovisual media). Hills (1982) dalam Hamalik (2002 : 18) mengungkapkan bahwa audio visual aids (AVA) adalah alat-alat yang menggunakan penginderaan penglihatan dan pendengaran. Suatu pelatihan yang menggunakan alat kedua sensoris untuk menerima input dapat mencapai tingkat efektifitas yang tinggi. Alat-alat yang termasuk pada

10


(25)

AVA meliputi : sound film, filmstrip, tape/slide, siaran televisi, dan rekaman video.

Sedangkan media audio visual pada hakikatnya adalah suatu representasi (penyajian realitas, terutama melalui penginderaan penglihatan dan pendengaran yang bertujuan untuk mempertunjukkan pengalaman-pengalaman pendidikan yang nyata kepada peserta didik.11 Cara ini dianggap lebih tepat,cepat dan mudah dibandingkan dengan melalui pembicaraan, pemikiran, dan cerita mengenai pengalaman pendidikan. Dengan demikian media pendidikan berfungsi ganda, yakni sebagai pembawa, penyalur pesan/informasi dan sebagai unsur penunjang proses pembelajaran (Hamalik, 2000 : 20).

3. Klasifikasi Media Pembelajaran

Media pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi tergantung dari sudut mana melihatnya.

a. Dilihat dari sifatnya :

1) Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengarkan saja, atau media yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman suara.

2) Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung unsur suara. Yang termasuk ke dalam media ini adlah

11


(26)

film slide, foto, transparansi, lukisan, gambar, dan berbagai bentuk bahan yang dicetak seperti media grafis.

3) Media audio visual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang dapat dilihat, seperti rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara, dan lain sebagainya. Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan lebih menarik, sebab mengandung kedua unsur jenis media yang pertama dan kedua.

b. Dilihat dari kemampuan jangkauannya, media dapat pula dibagi kedalam :

1) Media yang memiliki daya liput yang luas dan serentak seperti radio dan televisi. Melalui media ini peserta didik dapat mempelajari hal-hal atau kejadian-kejadian yang aktual secara serentak tanpa harus menggunakan ruangan khusus.

2) Media yang memiliki daya liput yang terbatas oleh ruang dan waktu, seperti film slide, film, video, dan lain sebagainya.12

c. Dilihat dari cara atau teknik pemakaiannya, menurut Wina Sanjaya media dapat dibagi menjadi :

1) Media yang diproyeksikan, seperti film, slide, film strip, transparansi, dan lain sebagainya. Jenis media yang demikian memerlukan alat proyeksi khusus, seperti film projektor untuk memproyeksikan film, slide projektor untuk memproyeksikan film

12

Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2012),h.211


(27)

slide, Over Head Projector (OHP) untuk memproyeksikan transparansi. Tanpa dukungan alat proyeksi semacam ini, maka media semacam ini tidak akan berfungsi apa-apa.

2) Media yang tidak diproyeksikan, seperti gambar, foto, lukisan, radio, dan lain sebagainya.13

Rudi Bretz (1977) mengklasifikasi ciri utama media pada unsur pokok yaitu suara, visual dan gerak. Prof. Dr. H. Asnawir dan Drs. M. Basyiruddin Usman, M.Pd. mengungkapkan dalam bukunya bahwa terdapat 8 klasifikasi media yaitu :

a. Media audio visual gerak

Televisi (TV), gambar (suara), film (suara), pita video, film TV, holografi

b. Media audio visual diam

Slow-scan TV, time shared TV, TV diam, film rangkai/suara, film bingkai/suara, halaman/suara, buku dengan radio.

c. Media audio semi gerak

Tulisan jauh, rekaman tulisan, audio pointer. d. Media visual gerak

Film bisu.

e. Media visual diam

Facsimile, halaman cetak, film rangkai, seri gambar, microform, arsip video.

13


(28)

f. Media visual semi gerak Teleugraph .

g. Media audio

Telepon radio, cakram (piringan) audio, pita audio h. Media cetak

Teletip, pita berlubang.

Namun menurut Oemar Hamalik (1985 : 63) dan 4 klasifikasi media pengajaran, yaitu :

a. Alat-alat visual yang dapat dilihat, misalnya filmstrip, transparansi, micro projection, papan tulis, buletin board, gambar-gambar, ilustrasi, chart, grafik, poster, peta dan globe.

b. Alat-alat yang bersifat auditif atau hanya dapat didengar misalnya, phonograph record, transkripsi electris, radio, rekaman tape recorder.

c. Alat-alat yang bisa dilihat dan didengar, misalnya film dan televisi, benda-benda tiga dimensi yang biasanya dipertunjukkan, misalnya: model, spicemens, bak pasir, peta electris, koleksi diorama.

d. Dramatisasi, bermain peranan, sosiodrama, sandiwara boneka, dan sebagainya.

Sedangkan menurut Briggs lebih menekankan pada karakteristik menurut stimulus atau rangsangan yang dapat ditimbulkannya daripada media itu sendiri, yakni kesesuaian rangsangan tersebut dengan karakteristik peserta didik, tugas pembelajaran, bahan dan tranmisinya.


(29)

Disamping itu Briggs mengidentifikasi macam-macam media yang dipergunakan dalam proses belajar mengajar, yaitu: objek, model, suara langsung, rekaman audio, media cetak, pembelajaran terprogram, papan tulis, media transparasi, film bingkai, film, televisi dan gambar.14

Teknologi dalam pendidikan pada dasarnya mendayagunakan media auto-elektronik sebagai media komunikasi, untuk menyampaikan pesan-pesan pendidikan kepada para peserta didik. Pendayagunaan media tersebut dapat secara mandiri atau kombinasi beberapa media. Jenis-jenis media audio visual disebutkan dalam buku Prof. Dr. Ishak Abdulhak dan Dr. Deni Darmawan, ada 10 jenis media audio visual:

a. Transparansi

Jenis informasi (bagian-bagian penting) ditulis pada lembaran transparansi tersebut dan disajikan melalui bantuan OHP. Proses komunikasi audiens disertai dengan penjelasan secara lengkap dan menyeluruh.

b. Slide

Bahan informasi tersusun dalam satu unit yang dibagi-bagi menjadi perangkat slide yang disusun secara sistematis dan disajikan secara berurutan. Slide satu dengan yang lainnya terlepas-lepas dan tidak bersuara. Bentuk komunikasi ini lebih efektif bila disertai dengan penjelasan lisan atau dibarengi dengan rekaman yang telah disiapkan untuk menunjang sajian melalui slide tersebut.

14


(30)

c. Filmstrip

Satuan informasi dalam media ini disajikan secara berkesinambungan, tidak terlepas-lepas, tapi sebagai satu unit bahan yang utuh. Media ini tidak bersuara, dan karenanya perlu dibantu dan dilengkapi dengan penjelasan verbal atau dikombinasikan dengan penjelasan melalui rekaman.

d. Rekaman

Semua bahan informasi dirancang dan direkam secara lengkap. Peserta didik mengikuti sajian sebagaimana halnya mengikuti ceramah, mencatat hal-hal yang dianggap perlu, menulis pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dnegan hal yang belum jelas. Media ini bersifat satu arah dan dapat digunakan untuk membantu media lainnya misalnya siaran radio.

e. Siaran Radio

Program siaran radio dapat dipergunakan dalam rangka pembelajaran jarak jauh. Siaran ini dapat menggunakan rekaman atau komunikator. Si pembicara mengajukan informasi/pelajaran dalam siaran langsung. Rekaman dan program radio menitikberatkan pada pendayagunaan sebagai pendengaran (audio), segi visual diabaikan dan komunikasi berlangsung satu arah.

f. Film

Mengkombinasikan media audio visual dan media audio. Suatu rangkaian cerita yang disajikan dalam bentuk gambar pada layar


(31)

putih disertai gerakan-gerakan dari para pelakunya. Keseluruhan bahan informasi disajikan lebih menarik dengan nada dan gaya serta tata warna, sehingga sajiannya lebih merangsang minat dan perhatian penonton atau penerima pesan.

g. Televisi

Program siaran televisi lebih unggul dibandingkan dengan dengan siaran radio dan film, bahkan kedua media tersebut sekaligus digunakan dalam program siaran TV. Wilayah jangkauannya lebih luas lebih bervariasi dan menarik, dapat dirancang secara khusus atau melalui siaran langsung.

h. Tape atau Video Cassete

Media ini hampir sama dengan rekaman (recording), yakni meliputi rekaman gambar. Rekaman diputar ulang dan tampak gambar film yang berkombinasi dengan suara. Media ini hampir sama dengan film biasa, lebih sederhana, dan lebih praktis keunggulan yang dimiliki oleh rekaman, radio, film, dan televisi juga dimiliki media ini.

i. Laboratorium

Pembelajaran melalui laoratorium juga menggunakan rekaman, baik rekaman suara maupun rekaman video cassete dalam suasana laboratorik. Model labolatorik adalah laboratorium bahasa dan laboratorium pengajaran mikro.


(32)

Penggunaan komputer dalam komunikasi pembelajaran pada prinsipnya sama dengan Computerized Assisted Instruction atau CAI. Kemampuannya menerima informasi, menyimpan, dan mengolah serta memproduksikannya dalam jumlah yang banyak dan jangka waktu yang lama.15

4. Kriteria Pemilihan Media untuk Pembelajaran PAI

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain: tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, ketepat gunaan, kondisi siswa/mahasiswa, ketersediaan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software), mutu teknis dan biaya. Oleh sebab itu, beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan antara lain:

a. Media yang dipilih hendaknya selaras dan menunjang tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Masalah tujuan pembelajaran ini merupakan komponen yang utama yang harus diperhatikan dalam memilih media. Dalam penetapan media harus jelas dan operasional, spesifik, dan benar-benar tergambar dalam bentuk perilaku (behaviour).

b. Aspek materi menjadi pertimbangan yang dianggap penting dalam memilih media. Sesuai atau tidaknya antara materi dengan media yang digunakan akan berdampak pada hasil pembelajaran peserta didik.

15


(33)

c. Kondisi audien (siswa) dari segi subjek belajar menjadi perhatian yang serius bagi guru dalam memilih media yang sesuai dengan kondisi anak. Faktor umur, intelegensi, latar belakang pendidikan, budaya, dan lingkungan anak menjadi titik perhatian dan pertimbangan dalam memilih media pengajaran.

d. Ketersediaan media di sekolah atau memungkinkan bagi guru mendesain sendiri media yang akan digunakan merupakan hal yang perlu menjadi pertimbangan seorang guru. Seringkali suatu media dianggap tepat untuk digunakan dikelas. Akan tetapi di sekolah tersebut tidak tersedia media atau peralatan yang diperlukan, sedangkan untuk mendesain atau mendesain atau merancang suatu media yang dikehendaki tersebut tidak mungkin dilakukan oleh guru. e. Media yang dipilih seharusnya dapat menjelaskan apa yang akan

disampaikan kepada audien (siswa) secara tepat dan berhasil guna, dengan kata lain tujuan yang ditetapkan dapat dicapai secara optimal. f. Biaya yang akan dikeluarkan dalam pemanfaatan media harus

seimbang dengan hasil yang akan dicapai. Pemanfaatan media yang sederhana mungkin lebih menguntungkan daripada menggunakan media yang canggih (teknologi tinggi) bilamana hasil yang dicapai tidak sebanding dengan yang dikeluarkan.16

16


(34)

B. Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPN 1 Tarik

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan menurut Abuddin Nata adalah ”upaya menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai bagi anak didik. Sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan itu menjadi bagian dari kepribadian anak yang pada gilirannya ia menjadi orang pandai, baik, mampu hidup dan berguna bagi masyarakat.”17

Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, bertaqwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur’an dan Al -Hadis, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman.18

Menurut Zakiyah Daradjat (1987:87), pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami kandungan ajaran Islam secara menyeluruh, menghayati makna tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.

17

Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Angkasa, 2003),h.10 18

Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran, Pendidikan Agama Islam, (Bandung : PT.Remaja Rosdakarya, 2012),h.11


(35)

Pendidikan agama juga diartikan sebagai pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama islam, yakni berupa bimbingandan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan, ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama islam yang telah diyakininya secara menyeluruh serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pendangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup didunia maupun diakhirat kelak.19

Tayar Yusuf (1986:35) mengartikan pendidikan agama Islam sebagai usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia muslim, bertaqwa kepada Allah Swt, berbudi pekerti luhur, dan berkepribadian yang memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama Islam dalam kehidupannya, sedangkan menurut A. Tafsir, Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.

Azizy (2002) mengemukakan bahwa esensi pendidikan, yaitu adanya proses transfer nilai, pengetahuan, dan keterampilandari generasi tua kepada generasi muda agar generasi muda mampu hidup. Oleh karena itu, ketika kita menyebut pendidikan Islam, maka akan mencakup dua hal, (a) mendidik peserta didik untuk berperilaku sesuai dengan

19 Zakiyah Darajat, Ilmu pendidikan Islam Sejak Dini, (Jakarta: A.H. Ba’adillah Press, 2002), cet.1, h. 37


(36)

nilai atau akhlak Islam; (b) mendidik peserta didik untuk mempelajari materi ajaran Islam, subjek berupa pengetahuan tentang ajaran Islam.

Munculnya anggapan-anggapan yang kurang menyenangkan tentang pendidikan agama, seperti Islam diajarkan lebih pada hafalan (padahal Islam penuh dengan nilai-nilai) yang harus dipraktikkan; pendidikan agama lebih ditekankan pada hubungan formalitas antara hamba dengan Tuhan-Nya; penghayatan nilai-nilai agama kurang mendapat penekanan dan masih terdapat sederet respons kritis terhadap pendidikan agama. Hal ini disebabkan oleh penilaian kelulusan peserta didik dalam pelajaran agama diukur dengan berapa banyak hafalan dan mengerjakan ujian tertulis dikelas yang dapat didemonstrasikan oleh peserta didik.

Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam itu secara keseluruhannya terliput dalam lingkup Al-Qur’an dan Al-Hadis, keimanan, akhlak, fiqh/ibadah, dan sejarah, sekaligus menggambarkan bahwa ruang lingkup Pendidikan Agama Islam mencakup perwujudan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah Swt, diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya (Hablun minallah wa Hablun minannas)

Jadi Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan,


(37)

pengajaran atau pelatihan yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Dengan demikian Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk membina, menanamkan dan membiasakan peserta didik agar berperilaku sesuai dengan ajaran-ajaran agama Islam bukanlah sekedar penambahan pengetahuan, pembinaan mental jasmani dan intelek semata, akan tetapi bagaimana pengetahuan dan pengalaman yang telah didapatkan itu dapat dipraktekkan dalam perilaku sehari-hari.

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam di sekolah/madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi anusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi (Kurikulum PAI : 2002).

Tujuan pendidikan agama Islam diatas merupakan turunan dari tujuan pendidikan nasional, suatu rumusan dalam UUSPN (UU No.20 tahun 2003), berbunyi: “pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,


(38)

kreatif, mandiri, dan menjdi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Tujuan pendidikan merupakan hal yang dominan dalam pendidikan, ungkapan Breiter, sebagai berikut:

“Pendidikan adalah persoalan tujuan dan fokus. Mendidik anak berarti bertindak dengan tujuan agar mempengaruhi perkembangan anak sebagai seseorang secara utuh. Apa yang dapat anda lakukan ada bermacam-macam cara, anda kemungkinan dapat mengajar dia, anda dapat bermain dengannya, anda dapat mengatur lingkungannya, anda dapat menyensor saluran televisi yang anda tonton, dan anda dapat memberlakukan hukuman agar dia jauh dari penjara”

Ungkapan Roosevelt yaitu, “mendidik seseorang menekankan pada otak/pikiran tidak pada morah adalah sama artinya dengan mendidik atau menebarkan ancaman kepada masyarakat”. Sejalan dengan hal itu, arah pelajaran etika didalam Al-Qur’an dan secara tegas didalam Hadis Nabi mengenai utusannya Nabi adalah untuk memperbaiki moralitas bangsa Arab waktu itu.

Oleh karena itu, berbicara pendidikan agama Islam, baik makna maupun tujuannya haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai ini juga dalam rangka menuai keberhasilan hidup (khasanah) di dunia bagi anak didik yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan (khasanah) di akhirat kelak.


(39)

Menurut Al-Syaibani tujuan tertinggi Pendidikan Agama Islam adalah ”mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat. Sementara tujuan akhir yang hendak dicapai adalah mengembangkan fitrah peserta didik, baik ruh, fisik, kemauan dan akalnya secara dinamis, sehingga akan terbentuk pribadi yang utuh dan mendukung bagi pelaksanaan fungsinya sebagai khalifah fi al-ardh.”20 Sedangkan Muhammad Athiyah al-Abrasyi menyimpulkan bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam terdiri dari lima sasaran, yakni: ”1) membentuk akhlak mulia, 2) mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat, 3) persiapan untuk mencari rezeki dan memelihara segi kemanfaatannya, 4) menumbuhkan semangat ilmiah dikalangan peserta didik, dan 5) mempersiapkan tenaga profesional yang terampil”.21

Secara terperinci, tujuan Pendidikan Agama Islam dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Memahami ajaran agama

Memahami ajaran agama Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits serta menyimpulkan hukum dari ayat-ayatnya untuk keperluan Negara, masyarakat dan pribadi. Ajaran ini dinyatakan dalam Qs. At-Taubah (9) ayat 122:

                                      20

Al-Rasyidin dan H. Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis,Teoritis dan Praktis, (Jakarta:PT.Ciputra Press,2005),cet. II,h.36

21


(40)

“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).

Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali

kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.”22

b. Keluhuran budi pekerti

Nabi Muhammad Saw telah menunjukkan praktek-praktek budi pekerti dan amal perbuatan serta ucapan-ucapan sehingga menjadi suri tauladan bagi seluruh umat manusia di dunia.

c. Kebahagiaan di dunia dan di akhirat

Mengarahkan pendidikan anak untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat dengan melaksanakan ajaran Agama Islam seutuhnya.

d. Persiapan untuk bekerja

Agama Islam memerintahkan kepada semua pemeluknya agar giat bekerja dan jangan mengharapkan hujan dari langit. Kebahagiaan hidup ditentukan oleh amal perbuatan seseorang, apabila mengerjakan perbuatan yang baik (amal shaleh) maka ia akan memperoleh kebahagiaan dalam hidupnya. Firman Allah SWT dalam Qs. Al- An’am (6) ayat 132:

               22


(41)

“Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (seimbang) dengan apa yang dikerjakannya. dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang

mereka kerjakan.”23

Pada intinya Pendidikan Agama Islam mempunyai tujuan yang berintikan tiga aspek, yakni aspek iman, ilmu dan amal. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari Pendidikan Agama Islam adalah menanamkan rasa keragaman pada diri peserta didik serta meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT sehingga di dalam perilaku kesehariannya selalu mengharap ridha Allah SWT dan menjadikan ajaran agama Islam sebagai pedoman hidup dan amal perbuatannya, baik dalam hubungan dengan Allah SWT maupun dalam hubungannya dengan sesama manusia.

3. Pengertian Hasil Belajar

Menurut kamus bahasa Indonesia, hasil adalah suatu yang ada (terjadi) oleh suatu kerja, berhasil sukses.24

Sedangkan belajar adalah sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, psikofisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah, kognitif, afektif dan psikomotorik.

23

Ibid, h. 195 24


(42)

Belajar berarti proses usaha yang dilakukan individu guna memperoleh suatu tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.25

Adapun pengertian belajar menurut W.S Winkel (2002) adalah suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif antara seseorang dengan lingkungan, dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap yang bersifat relatif konstan dan berbekas.

Jadi kesimpulan belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam bertindak.26

Di dalam bukunya, Ahmad Susanto menjelaskan tentang makna hasil belajar, yaitu perubahan – perubahan yang teradi pada diri peserta didik, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Pengertian tentang hasil belajar dipertegas lagi oleh Nawawi dalam K. Brahim (2007: 39) yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan peserta didik dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah

25

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,2005),h.21

26

Ahmad Susanto, Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013),h.5


(43)

yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.27

Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasilbelajar peserta didik adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.

4. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Dalam buku Yudhi Munadi menjelaskan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar.

a. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini meliputi: keserdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.28

1) Faktor Fisiologis

Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat

27

Ibid, h.4 28


(44)

jasmani, dan sebagainya. Semuanya akan membantu dalam proses dan hasil belajar. Kondisi saraf pengontrol kesadaran dapat berpengaruh pada proses dan hasil belajar. Kondisi panca indera akan memberikan pengaruh pada proses dan hasil belajar. Dengan memahami kelebihan dan kelemahan pancaindera dalam memperoleh pengetahuan atau pengalaman akan mempermudah dalam memilih dan menentukan jenis rangsangan atau stimulasi dalam proses belajar.

2) Faktor Psikologis

Faktor kedua dari faktor internal adalah faktor psikologis. Setiap manusia atau anak didik pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, terutama dalam hal kadar bukan dalam hal jenis, tentunya perbedaan-perbedaan tersebut akan berpengaruh pada proses dan hasil belajarnya. Faktor psikologis antaranya meliputi intelegensi, perhatian, minat dan bakat, motif dan motivasi, dan kognitif dan daya nalar.29

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Keadaan keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik. Keluarga yang morat-marit keadaan

29

Yudhi Munadhi, Media Pembelajaran, Sebuah Pendekatan Baru (Jakarta : Refenensi (GP Press Group), 2013), cet. Ke-1, Jilid 1,h.


(45)

ekonominya, pertengkaran suami-istri, perhatian orang tua yang kurang terhadap anaknya, serta kebiasaan sehari-hari berperilaku yang kurang baik dari orang tua dalam kehidupan sehari-hari berpengaruh dalam hasil belajar peserta didik.30

1) Faktor Lingkungan

Kondisi lingkungan juga mempengaruhi proses dan hasil belajar. Lingkungan dapat barupa lingkungan alam dan lingkungan sosial. Lingkungan alam misalnya keadaan suhu, kelembaban, kepengapan udara, dan sebagainya. Belajar pada tengah hari diruang yang memiliki ventilasi udara yang kurangakan berbeda dengan suasana belajar dipagi hari yang udaranya masih segar.

Lingkungan sosial baik yang berwujud manusia maupun hal-hal lainnya, juga dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Misalnya pendidik dan peserta didik yang merasa terganggu dengan pembicaraan orang-orang yang berada diluar kelas dengan pembicaraan yang menggunakan nada keras. Karena itu sekolah hendaknya didirikan dalam lingkungan yang kondusif untuk belajar.

2) Faktor Instrumental

Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunanya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang

30


(46)

diharapkan. Faktor ini berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan belajar yang telah direncanakan.

Faktor instrumental berupa kurikulum, sarana dan fasilitas, dan guru. Kurikulum mengenai tujuan, bahan atau program, proses belajar mengajar, dan evaluasi. Faktor ini berpengaruh besar pada proses dan hasil belajar.

Kualitas pengajaran disekolah sangat ditentukan oleh guru, sebagaimana dikemukakan oleh Wina Sanjaya (2006: 50) bahwa guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Berdasarkan pendapat ini ditegaskan bahwa salah satu faktor eksternal yang sangat berperan mempengaruhi hasil belajar peserta didik adalah guru. Guru dalam proses pembelajaran memegang peranan yang sangat penting.31

C. Efektivitas Penggunaan Media Berbasis Audio Visual dalam Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik

Pembelajaran efektif merupakan tolak ukur keberhasilan guru dalam mengelola kelas. Proses pembelajaran dikatakan efektif apabila seluruh peserta didik dapat terlibat secara aktif, baik mental, fisik, maupun sosialnya. Sebab dalam proses pembelajaran aktivitas yang menonjol ada

31


(47)

pada peserta didik. Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil.32

Dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau sebagian besar peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran, disamping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan percaya pada diri sendiri.

Dari segi hasil pembelajaran dikatakan efektif apabila terjadi perubahan pada tingkah laku yang positif, tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.lebih lanjut, proses pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila masukan merata, menghasilkan output yang banyak dan bermutu tinggi, serta sesuai dengan kebutuhan, perkembangan masyarakat, dan pembangunan. Menurut Depdiknas (2004), pembelajaran dikatakan tuntas apabila telah mencapai angka ≥ 75%.

Pembelajaran dikatakan efektif apabila hasil belajar dan aktivitas belajar peserta didik yang belajar dengan pendekatan pemecahan masalah lebih baik dari peserta didik yang belajar dengan pembelajaran konvensional pada tingkat ketuntasan tertentu. Ketuntasan belajar peserta didik hendaknya disesuaikan dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan disekolah.

Untuk dapat mewujudkan suatu pembelajaran yang efektif, maka perlu diperhatikan beberapa aspek, diantaranya:

32

Ahmad Susanto, Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013),h.53


(48)

a. Guru harus membuat persiapan mengajar yang sistematis b. Proses belajar mengajar (pembelajaran) harusberkualitas tinggi

yang ditunjukkan dengan adanya penyampaian materi oleh guru secara sistematis, dan menggunakan berbagai variasi di dalam penyampaian, baik itu media, metode, suara maupun gerak.

c. Waktu selama proses belajar mengajar berlangsung digunakan secara efektif.

d. Motivasi mengajar guru dan motivasi belajar peserta didik cukup tinggi.

e. Hubungan interaktif antara guru dan peserta didik dalam kelas bagus sehingga setiap terjadi kesulitan belajar dapat segera diatasi.

Demikian rupa kelima aspek itu apabila dapat terlaksana dengan baik, maka akan terwujud sebuah pembelajaran yang efektif.33

Efektivitas belajar supaya dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik, seorang guru harus pandai dalam memilih metode dan media yang digunakan. Dalam hal ini, media audio visual berbentuk video menjadi salah satu alternatifnya.

Menurut ahli pendidikan, Komaruddin dalam buku risetnya ”efektivitas adalah kemampuan untuk mendapatkan hasil yang spesifik atau mendesakan pengaruh spesifik terukur”. Menurut Salim dan

33Ibid


(49)

Sudarsono dalam kamus pendidikan mengungkapkan bahwa ”efektivitas merupakan tahapan untuk mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan”. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mendefinisikan efektivitas adalah keadaan atau pengaruh, dapat membawa, berhasil guna (usaha atau tindakan).

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa efektif sesuatu yang berpengaruh atau mendapat hasil.34 Jadi dengan diterapkannya penggunaan media berbasis audio visual diharapkan pembelajarannya akan efektif sehingga mampu untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik yang optimal pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Efektif atau tidaknya media audio visual tersebut bisa dilihat dalam nilai yang dicapai peserta didik setelah pelaksanaan pembelajaran menggunakan media berbasis audio visual.

D. Hipotesa

Hypotesa berasal dari dua kata “hypo” yang artinya dibawah dan

“thesa” yang artinya kebenaran yang kemudian cara menulisnya

disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia dan berkembang menjadi hipotesis.35

34

Purwodarminto, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Umum bahasaIndonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1987), h. 219

35


(50)

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.36

Sedangkan menurut Sutrisno Hadi, hipotesis adalah dugaan yang mungkin benar atau mungkin salah, ditolak bila salah dan diterima bila fakta-fakta membenarkannya. Penolakan dan penerimaan hipotesis sangat tergantung pada hasil penelitian terhadap fakta yang ditimbulkan.37

Dari permasalahan diatas, peneliti membatasi masalah dengan rumusan masalah, maka peneliti mencoba merumuskan hipotesa yang hanya bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian.

1. Hipotesa Kerja (Ha) yaitu hipotesa alternatif yang menyatakan adanya hubungan yang signifikan antara variabel X dan variabel Y, atau adanya perbedaan antara kedua kelompok. Yaitu antara penggunaan media berbasis audio visual dalam meningkarkan hasil belajar peserta didik.

Dengan rumusan:

a. Jika penggunaan media berbasis audio visual sangat efektif, maka hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran PAI kelas VII-F di SMPN 1 Tarik akan meningkat, maka dapat dikatakan bahwa materi yang disampaikan oleh guru lebih mudah ditangkap oleh peserta didik sehingga nilai yang dihasilkan peserta didik akan naik.

36

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rieneke Cipta, 1996), h.61

37


(51)

b. Jika penggunaan media berbasis audio visual tidak efektif, maka hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran PAI kelas VII-F di SMPN 1 Tarik menurun.

2. Hipotesa Nol (H0) yaitu hipotesa yang menyatakan tidak adanya persamaan atau tidak adanya perbedaan antara kedua variabel, yaitu : “Penggunaan media audio visual tidak efektif dalam meningkatkan hasil belajar peesrta didik pada mata pelajaran PAI kelas VII-F di SMPN 1 Tarik”


(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Dalam rancangan penelitian ini dijelaskan mengenai jenis penelitian yang dilaksanakan ditinjau dari segi tujuan dan sifatnya. Dilihat dari judul penelitian yang penulis teliti yaitu efektivitas penggunaan media berbasis audio visual dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran PAI, penulis menggunakan jenis penelitian kuantitatif yaitu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data – data lengkap yang berupa angka sebagai alat untuk menemukan keterangan mengenai apa saja yang ingin kita ketahui.1

2. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian disebut juga sebagai strategi atau cara yang digunkan untuk mengatur latar belakang penelitian agar peneitian dapat memperoleh data yang valid sesuai dengan karakteristik variabel dan tujuan penelitian.

Pada tahap pertama yaitu menentukan sampel yang akan diteliti. Sampel yang akan diambil berdasarkan pertimbangan jumlah populasi

1


(53)

dari seluruh peserta didik kelas VII-F di SMPN 1 Tarik sebanyak 36 peserta didik.

Selanjutnya pada tahap kedua penentuan metode pengumpulan data dan instrumen penelitian. Adapun metode yang digunakan untuk mengumpulkan data diantaranya metode tes, interview, observasi, dokumentasi dan angket.

Berikutnya tahap ketiga atau yang terakhir adalah menentukan teknik analisis data. Analisis yang dipakai adalah menggunakan teknik korelasi product moment.

3. Identifikasi Variabel

Jika ditinjau dari munculnya variabel, penelitian ini terdiri dari dua variabel:

1. Variabel (x) “penggunaan media berbasis audio visual” yaitu variabel yang mempunyai pengaruh terhadap variabel yang lain. Sub - sub dari variabel “penggunaan media berbasis audio visual”:

a. Penguasaan serta pemahaman materi PAI dengan media berbasis audio visual

b. Pendekatan atau cara Pendidik

2. Variabel (y) “meningkatkan hasil belajar”, yaitu variabel yang dipengaruhi terhadap variabel yang lain atau variabel independen. Sub –sub Variabel (y) “meningkatkan hasil belajar” :


(54)

b. Belajar lebih efektif dan cepat c. Meningkatkan prestasi belajar

Berdasarkan pengambilan data penulis dalam susunan penelitian ini, maka penelitian ini tergolong dalam penelitian kuantitatif.

4. Populasi Penelitian

Setiap penelitian akan selalu berhadapan dengan subjek yang akan diteliti. Suharsimi Arikunto mengatakan bahwa yang dimaksud dengan populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.2

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuhan, gejala, nilai tes, atau peristiwa sebagai sumber data yang mewakili karakteristik tertentu dalam suatu penelitian.3

Dalam sebuah penelitian seorang peneliti dapat menjadikan seluruh subjek untuk diteliti yang disebut dengan penelitian populasi. Dan dapat pula dengan mengambil sebagian saja dari subjek yang telah diteliti sebagai dasar untuk menarik kesimpulan. Pengambilan sebagian subjek sasaran penelitian ini disebut penelitian sampel.

Adapun penelitian sampel menurut Suharsimi Arikunto adalah “sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti”.(Suharsimi Arikunto,1998 : 120) mengenai berapa besar jumlah sampel yang

2

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Rieneke Cipta, 1996),h.155

3


(55)

harus diambil dalam penelitian, tidak dapat dikatakan dengan pasti. Namun demikian apabila populasi subjeknya kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semua sehingga penelitian merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10% - 25%.

Dalam penelitian ini, penulis mengambil keseluruhan subjek penelitian, yaitu peserta didik kelas VII-F di SMPN 1 Tarik yang berjumlah 36 orang. Oleh karena itu penelitian ini disebut penelitian populasi.4

5. Jenis Data

Dalam mengadakan suatu penelitian, tidak lepas dari adanya unsur jenis data yang akan dikumpulkan sebagai bahan kanjian. Data merupakan segala keterangan atau informasi mengenai segala hal yang berkaitan dengan tujuan penelitian.5 Berangkat dari topik permasalahan skripsi ini, maka jenis – jenis data yang relevan sebagai bahan kajian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Data Kualitatif

Yaitu data yang tidak bisa diukur atau dinilai dengan angka sewa langsung.6 Adapun yang termasuk data kualitatif data penelitian ini adalah sebagai berikut:

4

Arikunto, Prosedur Penelitian, Ibid,h.120 5

Ibid., h.104 6


(56)

1) Penggunaan media berbasis audio visual dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran PAI di SMPN 1 Tarik.

2) Gambaran umum objek penelitian yang meliputi : sejarah berdirinya sekolah, struktur organisasi, visi dan misi, tujuan pendidikan, profil sekolah, keadaan pendidik dan peserta didik, keadaan sarana dan prasarana.

b. Data Kuantitatif

Yaitu data yang dapat diukur dan dihitung langsung karena berupa angka-angka. Data ini digunakan untuk mengetahui hasil angket dan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran PAI dengan menggunakan media berbasis audio visual maupun tanpa menggunakan media berbasis audio visual.

6. Sumber Data

Sumber data adalah subjek darimana data dapat diperoleh. Berdasarkan jenis-jenis data yang diperlukan, maka dalam penelitian ini sumber data yang digunakan melalui dua cara yaitu:


(57)

Yaitu sumber data yang digunakan untuk mencari landasan teori dari permasalahan yang diteliti dengan menggunakan buku-buku dan lain-lain.

2. Field Research

Yaitu sumber data yang diperoleh dari lapangan penelitian dengan cara tejun langsung ke objek penelitian untuk memperoleh data yang lebih konkit dan berkaitan dengan masalah yang diteliti.7 Adapun data ini meliputi dua macam, yaitu:

a. Data Primer

Adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya untuk diamati dan dicatat dalam bentuk pertama kalinya yang kemudian dijadikan sebagai bahan utama penelitian.8 Adapun data yang diambil adalah memperoleh informasi dari kepala sekolah, guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

b. Data Sekunder

Yaitu sumber data yang pengumpulannya tidak langsung memberikan data kepada peneliti,9 seperti dari keterangan atau dokumentasi lain yang berkaitan dengan penelitian.

7. Teknik Pengumpulan Data

7

Sutrisno Hadi, Metodologi Research Jilid 1, (Yogyakarta : Andi Offset, 1980),h.66 8

Ibnu Hajar, Dasar-dasar Metodologi Kualitatif dalam Pendidikan, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1999),h.308

9


(58)

Untuk mengumpulkan data yang diperlukan, maka penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data, antara lain:

1. Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data dengan jalan mengamati dan mencatat secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.10

Metode ini digunakan untuk memperoleh data dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek yang sedang diteliti, antara lain gambaran objek penelitian yaitu : sejarah singkat berdirinya SMPN 1 Tarik, visi dan misi, tujuan pendidikan, profil sekolah, struktur organisasi, keadaan pendidik dan peserta didik SMPN 1 Tarik, keadaan sarana dan prasarana.

2. Wawancara

Wawancara adalah metode pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan berhadapan muka dengan orang dapat memberi keterangan pada si peneliti.11

Metode interview dilaksanakn dengan cara terjun langsung ke lapangan dengan mengadakan wawancara secara langsung terhadap responden yang dianggap sebagai sumber data. Wawancara ini untuk memperoleh data yang belum diketahui

10

Margono, Metodologi Pendidikan, Ibid,h.158 11


(59)

melalui observasi juga untuk membenarkan adanya data yang telah diperoleh dari hasil observasi.

3. Angket

Angket adalah metode pengumpulan data melalui formulir yang berisi pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti.12

4. Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode pengumpulan data melalui peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip termasuk buku tentang pendapat teori atau hukum-hukum yang berhubungan dengan masalah peneliti.13

Metode ini digunakan untuk mencari data tentang struktur organisasi SMPN 1 Tarik, jumlah pendidik, karyawan dan peserta didik, sarana dan prasarana, dan data-data lain yang diperlukan. 5. Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok.14 Dengan tes ini peneliti mengukur prestasi belajar peserta didik dalam menguasai materi pelajaran yang telah diajarkan.

12

Ibid.,h.67 13

Margono, Metodologi Pendidikan, Ibid.,h.181 14


(60)

8. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat untuk atau fasilitas yang digunakan dalam penelitian untuk mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti hasilnya cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.15

Keberhasilan penelitian banyak ditentukan oleh instrumen yang digunakan, sebab data yang diperoleh untuk menjawab pertanyaan penelitian dan menguji hipotesis diperoleh melalui instrumen. Instrumen sebagai alat pengumpul data harus benar-benar dirancang dan dibuat sedemikian rupa sehingga menghasilkan data empiris sebagaimana adanya.

Dalam penelitian ini instrumen dalam mengumpulkan data sebagai berikut:

1. Instrumen berupa angket, digunakan peneliti untuk mendapatkan data ketika menggunakan metode angket.

Ada dua jenis dalam angket yaitu:

a. Angket terbuka, memberikan kesempatan pada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri.

b. Angket tertutup, bahwa peneliti sudah menyediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih.

Dalam hal ini angket yang digunakan peneliti adalah angket tertutup yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang sudah

15

Nana Sudjana, Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2009),cet. Ke II,h.97


(61)

disertai jawaban yang akan dipilih responden dengan memberi tanda silang (X) pada alternatif jawaban yang sudah tersedia.

Kemudian angket yang disusun oleh peneliti terdiri dari 20 butir soal. Masing-masing jawaban pertanyaan dalam angket tersebut disediakan alternatif jawaban pilihan dengan standar penilaian sebagai berikut:

a. Untuk skor jawaban selalu (A) dinilai 4

b. Untuk skor jawaban kadang-kadang (B) dinilai 3 c. Untuk skor jawaban jarang (C) dinilai 2

d. Untuk skor jawaban tidak pernah (D) dinilai 1

2. Instrumen pedoman wawancara, instrumen ini digunakan dalam mengumpulkan data melalui metode interview yaitu berupa ancer-ancer pertanyaan yang akan ditanyakan.

9. Teknik Analisis Data

Analisi data diartikan sebagai upaya mengolah data menjadi informasi sehingga karakteristik atau sifat-sifat data tersebut dapat dengan mudah difahami dan bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan penelitian.16

Dengan demikian, teknik analisa data dapat diartikan sebagai cara melaksanakan analisis terhadap data, dengan tujuan mengolah data tersebut menjadi informasi, sehingga sifat-sifat datanya dapat dengan

16

Sambas Ali Muhiddin dan Maman Abdurrahman, Analisis Korelasi Regresi dan Jalur Dalam Penelitian, (Bandung : Pustaka Setia, 2007),h.52


(62)

mudah difahami dan bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan penelitian, baik berkaitan dengan deskripsi data maupun untuk membuat induksi atau menarik kesimpulan tentang karakteristik populasi berdasarkan data yang diperoleh dari sampel.

Untuk menjawab permasalahan pertama dan kedua diatas yaitu tentang efektivitas penggunaan media berbasis audio visual dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran PAI kelas VII-F di SMPN 1 Tarik, maka penulis dalam mencari prosentase hasil angket dan nilai rata-rata hasil observasi dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

1. Untuk penggunaan media berbasis audio visual dan meningkatkan hasil belajar peserta didik, semua data-data yang berhasil dikumpulkan dari sumber-sumber penelitian akan dibahas oleh penulis dengan menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu menjelaskan data-data yang diperolehnya dengan menggunakan perhitungan prosentase atau biasa disebut frekuensi relatif, untuk memperoleh frekuensi relatif digunakan rumus:

P = F x 100% N

Keterangan:


(63)

N: Number of casses (jumlah frekuensi atau banyaknya individu)

P: Angket Prosentasi

Adapun untuk memberikan nilai pada angket, penulis memberikan ketentuan sebagai berikut :

a. Untuk skor jawaban selalu (A) dinilai 4

b. Untuk skor jawaban kadang-kadang (B) dinilai 3 c. Untuk skor jawaban jarang (C) dinilai 2

d. Untuk skor jawaban tidak pernah (D) dinilai 1

Dan untuk menafsirkan hasil perhitungan dengan prosentase penelitian sebagai berikut:

a. 65% - 100% : Tergolong baik b. 35% - 65% : Tergolong cukup c. 20% - 23% : Tergolong kurang d. Kurang 20% : Tergolong tidak baik

2. Mencari nilai rata-rata dari hasil observasi tentang meningkatkan hasil belajar peserta didik, menggunakan rumus:

Mx =

Keterangan: M = Angka Prosentase X = Frekuensi Jawaban


(64)

3. Untuk menjawab permasalahan ketiga dari rumusan masalah diatas, penulis menggunakan teknik korelasi product momrnt dengan rumus:

rxy

Keterangan :

rxy = angka indeks korelasi product moment

∑x2 = jumlah Deviasi skor x

∑y2 = jumlah deviasi skor y setelah dikuadratkan lebih dahulu

Dengan rumus diatas maka diperoleh nilai korelasi (rxy) nilai “r”

ini akan dikonsentrasikan dengan nilai “r” dalam tabel nilai koefisien korelasi “r” product moment sehingga akan dapat diketahui diterima atau tidaknya hipotesis yang penulis ajukan. Adapun pengujian hasil perhitungan di atas dipergunakan taraf 5% serta taraf signifikan 1%. Selanjutnya untuk mengetahui sejauh mana tingkat efektivitas penggunaan media berbasis audio visual dalam meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran PAI, maka penulis menggunakan pedoman sebagai berikut:

Tabel 1 Tabel interpretasi17

Besar nilai r Interpretasi

17


(65)

Antara 0,800 sampai dengan 1,00 Sangat Tinggi

Antara 0,600 sampai dengan 0,800 Tinggi

Antara 0,400 sampai dengan 0,600 Cukup

Antara 0,200 sampai dengan 0,400 Rendah

Antara 0,000 sampai dengan 0,200 Sangat Rendah

Adapun yang mengetahui hasil angket tentang penggunaan media berbasis audio visual dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik digunakan rumus product moment seperti diatas.18

18


(66)

BAB IV

LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah berdirinya SMP Negeri 1 Tarik

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, No. 0188/0/1979 tentang pembukaan sekolah. Sekolah SMPN 1 Tarik didirikan mulai tanggal 1 April 1979. Sekolah ini resmi menjadi sekolah dengan status Negeri pada tanggal 7 September 1981 dengan diresmikan oleh Bapak Gubernur Kepala Daerah Tingkat I yaitu Bapak H. Soenandar Prijosoedarmo.

Bangunan pertama SMP Negeri 1 Tarik dibangun diatas tanah warga setempat yang berupa sawah. Dari yang mulanya berupa persawahan yang luas, sekarang sudah menjadi sebuah bangunan sekolah yang besar dan luas. Dan mengalami beberapa renovasi pada akhir-akhir tahun ini.

Pada perkembangannya, SMP Negeri 1 Tarik merupakan salah satu SMP unggulan di kecamatan Tarik. Hal ini terbukti dengan beberapa prestasi yang terus menjadi langganan peserta didik sekolah ini. Hal inilah yang menjadikan SMP Negeri 1 Tarik terus berupaya untuk mempertahankan prestasi ini dengan mengupayakan inovasi-inovasi baru dalam Pendidikan.


(1)

Tabel 11

Besar nilai r Interpretasi

Antara 0,800 sampai dengan 1,00 Sangat Tinggi Antara 0,600 sampai dengan 0,800 Tinggi

Antara 0,400 sampai dengan 0,600 Cukup Antara 0,200 sampai dengan 0,400 Rendah

Antara 0,000 sampai dengan 0,200 Sangat Rendah

Dari nilai rxy yang diperoleh sebesar = 0,460 maka selanjutnya

dikonsultasikan pada tabel interpretasi. Nilai rxy = 0,460 yang berkisar

antara 0,400 sampai dengan 0,600 dengan demikian dapat diperoleh bahwa efektivitas penggunaan media berbasis audio visual dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik adalah tergolong cukup.


(2)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari semua data-data yang telah dianalisis, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Penggunaan media berbasis audio visual yang diterapkan pada kelas VII F di SMPN 1 Tarik tergolong baik dengan menggunakan video pada tahap peserta didik mengamati untuk merangsang stimulus peserta didik agar memperhatikan materi yang akan disampaikan. Namun akan lebih baik jika setelah menjelaskan materi, guru memberikan video lagi untuk memperjelas apa yang telah di pelajari. 2. Hasil belajar kelas VII F di SMPN 1 Tarik tergolong baik, dengan

didukung hasil UTS dan UAS dengan rata-rata nilai 86,75.

3. Efektifitas penggunaan media berbasis audio visual yang diterapkan di kelas VII F di SMPN 1 Tarik dapat diketahui dengan hasil analisis rumus product moment yang memiliki nilai rxy = 0,460 yang berkisar

antara 0,400 sampai dengan 0,600 dengan demikian dapat diperoleh bahwa efektifitas penggunaan media berbasis audio visual dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran PAI kelas VII-F di SMPN 1 Tarik adalah kategori cukup.


(3)

digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id B. Saran

Adapun penulis memberi saran sebagai wahana membangun pengetahuan bagi guru diantaranya:

a. Penggunaan media berbasis audio visual dapat berpengaruh dengan baik terhadap pembelajaran PAI, untuk itu kepada kepala sekolah diharapkan terus memacu semangat pembaharuan pendidikan dalam pembelajaran yang lebih aktif dan inovatif dan menjadikan input dan out put yang berkualitas.

b. Kepada guru mata pelajaran PAI diharapkan lebih meningkatkan kualitas serta profesionalitas seorang guru dalam memahami karakteristik peserta didik, serta selalu mengadakan perubahanke arah yang lebih baik lagi.

c. Kepada peserta didik agar selalu memacu semangat dalam belajar, serta mengeluarkan daya kreatifitas yang ada pada diri dan berusaha untuk tidak berhenti mencari ilmu guna membangun kemampuan berfikir yang kreatif dan inovatif menuju perubahan zaman.

d. Sarana dan prasarana yang sudah mendukung dalam proses pembelajaran seperti proyektor, mading kelas, papan tulis, diharapkan dapat membantu dan mengembangkan intelektual peserta didik.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulhak, Ishak dan Darmawan,Deni, Teknologi Pendidikan, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2013

Ali Muhiddin, Sambas dan Abdurrahman, Maman, Analisis Korelasi Regresi dan Jalur Dalam Penelitian, Bandung : Pustaka Setia, 2007

Al-Rasyidin dan H. Nizar,Samsul, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis,Teoritis dan Praktis, Jakarta:PT.Ciputra Press,2005

Arsyad,Azhar, Media Pengajaran, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1997 Asnawir dan Usman,Basyirudin Media Pembelajaran, Jakarta : Ciputat Pers, 2002 Danim, Sudarwan, Media Komunikasi Pendidikan, Pelayanan Profesional

Pembelajaran dan Mutu Hasil Belajar, Jakarta : Bumi Aksara, 1995 Darajat,Zakiyah, Ilmu pendidikan Islam Sejak Dini, Jakarta: A.H. Ba’adillah

Press, 2002

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Surabaya: Pustaka Assalam,2010

Hadi,Sutrisno, Metodologi Research Jilid I, Yogyakarta: Andi Offset, 1980

Hajar,Ibnu, Dasar-dasar Metodologi Kualitatif dalam Pendidikan, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1999

Hartono, Kamus Praktis Bahasa Indonesia, Jakarta : Rieneke Cipta, 1996 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,2005


(5)

Majid,Abdul, Belajar dan Pembelajaran, Pendidikan Agama Islam, Bandung : PT.Remaja Rosdakarya, 2012

Mardalis, Metode Penelitian(Pendekatan Proposal), Jakarta : Bumi Aksara, 1995 Sudjana,Nana, Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2009

Margono, Metodologi Pendidikan, Jakarta : Rieneke Cipta, 1997

Munadhi, Yudhi, Media Pembelajaran, Sebuah Pendekatan Baru Jakarta : Refenensi (GP Press Group), 2013

Nasution, Teknologi Pendidikan , Jakarta: Numi Aksara, 1994

Nata,Abuddin, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, Bandung: Angkasa, 2003 Purwodarminto, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Umum bahasaIndonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1987

Sanjaya,Wina Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2012

Subana, Moersetyo dan Sudrajat, Statistik Pendidikan, Bandung : CV Pustaka Setia, 2000

Sudarmo, Padji, Kamus Istilah, Komputer, Teknologi Informasi & komunikasi, Bandung : CV. Yrama Widya, 2006

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rieneke Cipta, 1996

Susanto,Ahmad, Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013


(6)

W.J.S Purwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1976

Yusup, M.Pawit, Komunikasi Instruksional, Teori dan Praktik, Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2010