Evaluasi kualitas layanan bimbingan belajar dengan model 4D (disconfirmation, dissatisfaction, dissonance, disaffection) di lembaga bimbingan belajar Primagama Nginden Intan Surabaya.

(1)

Surabaya

Skripsi

Oleh :

Rizka Rahma N.B

(D73213065)

PRODI MANAJEMAN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Belajar Dengan Model 4D (Dissatisfaction, Disconfirmation, Dissonance dan

Disaffected) di Lembaga Bimbingan Belajar Primagama Nginden Intan Surabaya. Dosen Pembimbing Dra. Mukhlishah AM, M.Pd. dan Hj. Ni’matus Sholihah, M.Ag.

Penelitian ini berjudul Evaluasi Kualitas Layanan Bimbingan Belajar Dengan Model 4D (Dissatisfaction, Disconfirmation, Dissonance dan Disaffected) di Lembaga Bimbingan Belajar Primagama Nginden Intan Surabaya. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menjawab fokus penelitian mengenai evaluasi kualitas layanan bimbingan belajar dengan model 4D. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Peneliti mendalami fenomena-fenomena yang terjadi di lapangan, kemudian ditafsirkan dalam bentuk kata-kata. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah wawancara, observasi, serta dokumentasi. Langgkah-langkah analisis data disini yaitu reduksi data, penyajian data, kemudian penarikan kesimpulan atau verifikasi. Hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan menyebutkan bahwa Manajemen layanan bimbingan belajar di LBB Primagama Nginden Intan Surabaya sudah tertata. Pada tahap perencanaan, tersedia berbagai pedoman tertulis yang akan dijadikan acuan dlam kegiatan pelaksanaan. Pada tahap pelaksanaan, seluruh staff dan instruktur melaksanakan tugasnya denggan baik. Sedangkan tahap selanjutnya adalah pengawasan dan evaluasi yang dilakukan oleh pihak Primagama Pusat dan pihak Primagama Nginden Intan Surabaya sendiri. Evaluasi kualitas layanan bimbingan belajar dengan model 4D yang dilaksanakan di LBB Primagama Nginden Intan Surabaya menggunakan tiga cara dalam pengumpulan data mengenai dissatisfaction, disconfirmation, dissonance, serta disaffection yaitu pengamatan, kontak pengaduan, dan angket evaluasi kepuasan pelanggan. Faktor yang mendukung pelaksanaan evaluasi ini adalah keakraban siswa dengan para instruktur dan staff, serta mudahnya evaluasi ini untuk dilaksanakan. Sedangkan faktor penghambatnya yaitu kejujuran siswa dalam mengisi angket yang masih kurang, dan juga susahnya sharing dengan siswa pendiam.


(7)

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... v

MOTO ... vi

HALAMAN PEREMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... ix

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian ... 1

B. Fokus Penelitian ... 6

C. Tujuan penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Definisi Konseptual ... 8

F. Keaslian Penelitian ... 18

G. Sistematika Pembahasan ... 22

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Manajemen Layanan Lembaga Bimbingan Belajar ... 24


(8)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian... 60

B. Lokasi Penelitian ... 63

C. Sumber Data dan Informan Penelitian ... 63

D. Teknik Pengumpulan Data ... 67

E. Instrumen Penelitian... 70

F. Prosedur Analisis dan Interpretasi Data ... 70

G. Keabsahan Data ... 73

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... A. Deskripsi Subjek ... 75

B. Deskripsi Hasil Temuan ... 79

C. Analisis Hasil Penelitian...105

BAB V PENUTUP ... A. Kesimpulan...121

B. Saran ...123

DAFTAR PUSTAKA...xvi


(9)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Menurut Undang – undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003

Tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB VI pasal 13 mengatakan bahwa,

Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang

dapat saling melengkapi dan meperkaya. Dalam pasal ini, pada ayat 2

dikatakan pula bahwa pendidikan yang disebutkan diatas diselenggarakan

dengan sistem terbuka melalui tatap muka dan/atau melalui jarak jauh.1

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia (Kemendikbud RI) Nomor 81 Tahun 2013 disebutkan bahwa

Pendidikan Nonformal adalah layanan pendidikan yang diselenggarakan

untuk memberdayakan masyarakat melalui pendidikan kecakapan hidup,

pendidikan anak usia dini (PAUD), pendidikan kepemudaan, pendidikan

pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan ketrampilan

dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang

ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.2

Satuan Pendidikan Nonformal (PNF) terdiri dari Lembaga Kursus dan

Pelatihan (LKP), Kelompok Belajar, PKMB, Majelis Taklim, dan Satuan PNF

1

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB IV, Pasal 13, poin 1-2.

2Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81 tahun 2013, tentang


(10)

sejenis. Sedangkan yang dimaksud dengan satuan PNF sejenis diantaranya

yaitu : rumah pintar, balai belajar bersama, lembaga bimbingan belajar, serta

bentuk lain yang berkembang di masyarakat dan diterapkan oleh Direktur

Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal.3

Lembaga Bimbingan Belajar (LBB) merupakan sebuah institusi yang

bergerak dibidang jasa. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia (Permendikbud RI) Nomor 81 Tahun 2013

pasal 4 mengatakan bahwa Lembaga Bimbingan Belajar (LBB) yang didirikan

dapat menyelenggarakan program pendidikan kesetaraan, pendidikan

peningkatan kompetensi akademik, dan/atau pendidikan nonformal lain yang

dibutuhkan masyarakat. Sedangkan materi belajarnya disesuaikan dengan

Garis-garis Besar Program Pembelajaran (GBPP) yang ditetapkan oleh

Kemendiknas.4

Pada saat ini, institusi lembaga bimbingan belajar mendapat perhatian

besar dari masyarakat yang mulai mensejajarkan lembaga bimbingan belajar

dengan lembaga pendidikan formal (sekolah) sebagai tempat mencari ilmu.

Hal ini menyebabkan banyaknya lembaga bimbingan belajar baru

bermunculan dengan menawarkan berbagai produk jasa yang membuat

masyarakat memiliki banyak pilihan yang dapat dipertimbangkan.

3Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81 tahun 2013, tentang

Pendirian Satuan Pendidikan Nonformal, pasal 3 poin 1 & 2


(11)

Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam menjaga eksistensi

lembaga adalah kepuasan pelanggan. Sangat penting bagi lembaga bimbingan

belajar untuk memberikan kualitas layanan yang baik serta meningkatkan

kualitas layanan yang diberikan kepada pelanggan yang dalam hal ini adalah

siswa, agar pelanggan tersebut tidak berpaling. Mengukur kepuasan

pelanggan dapat dilakukan dengan berbagai alat seperti survei pelanggan,

angket, kotak saran, konsultasi dan lain sebagainya.

Setiap siswa (pelanggan) pada lembaga bimbingan tersebut pasti

menginginkan pelayanan yang baik dan memuaskan, baik dari aspek

pelayanan administrasi, aspek pelayanan pendidikan, pengajaran, maupun

aspek pelayanan fasilitas bimbingan belajar yang diberikan. Para siswa

(pelanggan) akan menceritakan dan memberikan rekomendasi kepada siswa

lainnya untuk memilih bimbingan belajar yang dinilai paling profesional

dalam memberikan pelayanan.

Lembaga Bimbingan Belajar Primagama telah berhasil mencetak

generasi muda yang berprestasi dan sukses masuk ke jenjang sekolah

selanjutnya maupun perguruan tinggi favorit. Usia yang matang membuat

bimbel Primagama memiliki banyak pengalaman di dunia pendidikan karena

telah merasakan berbagai model kurikulum pendidikan di Indonesia dan

tipe-tipe peserta didik bimbel. Primagama pun hadir dengan sistem pengajaran


(12)

Tak hanya fokus pada metode belajar dan penyelesaian soal-soal,

bimbingan belajar Primagama juga memberikan konsultasi intensif kepada

para pelajar untuk memilih perguruan tinggi. Primagama memiliki lebih dari

500 cabang atau outlet di seluruh propinsi di Indonesia. Sekitar 254 cabang

berada di kota kabupaten. Selama 33 tahun membimbing lebih dari 4 juta

siswa berprestasi dan didukung oleh 3000 karyawan dan instruktur Smart

yang berpengalaman.

Lembaga Bimbingan Belajar (LBB) Primagama Nginden Intan

Surabaya telah mengalami banyak perkembangan dan penyempurnaan dalam

berbagai hal. LBB ini juga telah mendampingi banyak siswa dalam belajar

dan menghasilkan banyak siswa yang berkompeten. Namun tidak bisa

dipungkiri bahwa banyaknya bimbingan belajar yang ada, terutama di kota

Surabaya membuat LBB ini harus terus menjaga kualitas layanan yang

diberikan.

Kualitas layanan jasa dapat dievaluasi dengan menggunakan berbagai

cara, salah satunya adalah dengan menggunakan model 4D yaitu :

Disconfirmation, Dissatisfaction, Dissonance dan Disaffection. Teori yang mendasari model 4D adalah bahwa pelanggan memutuskan puas atau tidak

puas dengan jalan membandingkan antara tampilan aktual jasa dengan


(13)

memiliki harapan tertentu terhadap tampilan setiap jasa. Harapan tersebut

selanjutnya dibandingkan dengan persepsi aktual jasa yang dikonsumsi.

Namun evaluasi dengan model 4D ini masih sangat jarang digunakan.

Sebagian besar lembaga maupun perusahaan penjual jasa lain lebih fokus

mengevaluasi target atau pencapaian mereka dari sisi positif, sedangkan

model 4D ini mengevaluasi sisi negatif, yaitu ketidaksesuaian antara realita

dengan target yang mereka tetapkan. Berangkat dari paradigma diskonfirmasi,

model 4D mengevaluasi kepuasan pelanggan secara kualitatif dengan

membandingkan actual performance dengan suatu standar tertentu yang

mencerminkan performance yang dipercaya pelanggan sebagai focal brand

yang mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka.5

Lembaga bimbingan belajar Primagama Nginden Intan Surabaya

adalah salah satu lembaga yang mengevaluasi kualitas layanan dengan

menggunakan model 4D. Lembaga bimbingan lain atau bahkan perusahaan

jasa lain masih jarang yang melakukan evaluasi menggunakan model 4D.

Sebagian besar perusahaan jasa melakukan evaluasi hanya dengan sebatas

kotak saran.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk

megkaji mengenai “Evaluasi Kualitas Layanan Bimbingan Belajar Dengan

Menggunakan Model 4D (Disconfirmation, Dissatisfaction, Dissonance,

5Hendra Poerwanto, Mengevaluasi Kualitas Layanan Jasa dengan Menggunakan Model 4D, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan 2, No. 2 (September 2000) : 65.


(14)

Disaffection) di Lembaga Bimbingan Belajar (LBB) Primagama Nginden

Intan Surabaya”

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian dimaksudkan untuk membatasi serta memperjelas

ruang lingkup pembahasan sehingga sesuai dengan permasalahan penelitian

ini. Dari latar belakang yang tertera diatas, maka fokus penelitian dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana manajemen layanan di Lembaga Bimbingan Belajar

Primagama Nginden Intan Surabaya?

2. Bagaimana Evaluasi kualitas layanan bimbingan belajar dengan

menggunakan model 4D (Disconfirmation, Dissatisfaction, Dissonance,

Disaffection) di Lembaga Bimbingan Belajar Primagama Nginden Intan Surabaya?

3. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan evaluasi

kualitas layanan bimbingan belajar dengan menggunakan model 4D

(Disconfirmation, Dissatisfaction,Dissonance, Disaffection) di Lembaga Bimbingan Belajar Primagama Nginden Intan Surabaya?


(15)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian diatas, penelitian ini bertujuan untuk :

1. Untuk mengetahui manajemen layanan di Lembaga Bimbingan Belajar

Primagama Nginden Intan Surabaya.

2. Untuk mengetahui evaluasi kualitas layanan bimbingan belajar dengan

menggunakan model 4D (Disconfirmation, Dissatisfaction, Dissonance,

Disaffection) di Lembaga Bimbingan Belajar Primagama Nginden Intan Surabaya.

3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan

evaluasi kualitas layanan bimbingan belajar dengan menggunakan model

4D (Disconfirmation, Dissatisfaction, Dissonance, Disaffection) di

Lembaga Bimbingan Belajar Primagama Nginden Intan Surabaya?

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan di

dalam bidang ilmu manajemen pendidikan terutama dalam evaluasi

kualitas layanan bimbiingan belajar dengan menggunakan model 4D

2. Manfaat Praktis


(16)

Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis

penelitian ini dengan mengaplikasikan teori-teori yang didapatkan

selama perkuliahan.

b. Untuk Universitas

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumber pengetahuan dan

referensi bagi mahasiswa yang hendak melakukan penelitian pada

bidang yang sejenis serta sebagai darma bakti kepada UIN Sunan

Ampel Surabaya dan Jurusan Manajemen Pendidikan Islam.

c. Untuk Lembaga Bimbingan Belajar

Sebagai informasi bagi lembaga bimbingan belajar guna memperbaiki,

mempertahankan, serta meningkatkan kualitas layanan jasa yang

disediakannya.

E. Definisi Konseptual

Definisi Konseptual atau Definisi Operasional adalah hasil

operasionalisasi, menurut Black dan Champion, untuk mmbuat definisi

operasional adalah dengan memberi makna pada suatu konstruk atau variabel

dengan operasi atau kegiatan dipergunakan untuk mengukur konstruk atau

variabel.6


(17)

1. Lembaga Bimbingan Belajar

Lembaga atau institusi merupakan sekumpulan orang yang

memiliki hubungan yang teratur dengan memberikan definisi pada hak,

kewajiban, kepentingan, dan tanggungjawab bersama.7

Lembaga Bimbingan Belajar dalam hal ini adalah salah satu dari

satuan pendidikan Nonformal. Seperti yang dikatakan dalam Peraturan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tahun 2013

bahwa satuan Pendidikan Nonformal (PNF) terdiri dari Lembaga Kursus

dan Pelatihan (LKP), Kelompok Belajar, PKMB, Majelis Taklim, dan

Satuan PNF sejenis. Sedangkan yang dimaksud dengan satuan PNF

sejenis diantaranya yaitu : rumah pintar, balai belajar bersama, lembaga

bimbingan belajar, serta bentuk lain yang berkembang di masyarakat dan

diterapkan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal

dan Informal.8

Lembaga Bimbingan Belajar (LBB) merupakan sebuah institusi

yang bergerak dibidang jasa. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia (Permendikbud RI) Nomor 81 Tahun

2013 pasal 4 mengatakan bahwa Lembaga Bimbingan Belajar (LBB) yang

7Acitya, Memahami Pengertian Lembaga,” Blog Acitya Untuk Indonesia, March 18, 2013. Acessed

February 02, 2017. http://acitya-fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-74972-ArtikelAN-Pengertian%20Lembaga.html

8Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81 tahun 2013, tentang


(18)

didirikan dapat menyelenggarakan program pendidikan kesetaraan,

pendidikan peningkatan kompetensi akademik, dan/atau pendidikan

nonformal lain yang dibutuhkan masyarakat. Sedangkan materi belajarnya

disesuaikan dengan Garis-garis Besar Program Pembelajaran (GBPP)

yang ditetapkan oleh Kemendiknas.9

2. Evaluasi Kualitas Layanan

Beberapa ahli memberikan definisi yang berbeda tentang kualitas.

Goetsch Davis mendefinisikan kualitas sebagai suatu kondisi dinamis

yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan

yang memenuhi atau melebihi harapan. Deming mendefinisikan kualitas

adalah apapun yang menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen.

Sedangkan Juran menyatakan kualitas sebagai kesesuaian terhadap

spesifikasi.10

Kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan

produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau

melebihi harapan.11 Definisi lain kualitas adalah derajat yang dicapai oleh

karakteristik yang berkaitan dalam memenuhi persyaratan.12

Sedangkan layanan menurut kamus besar bahasa Indonesia berasal dari kata dasar “layan” yang artinya 1) perihal atau cara melayani; 2)

9Ibid, pasal 4

10Z.Yamit, Manajemen Kualitas Produk dan Jasa (Yogyakarta :Ekonesia,2001),7. 11Fandy Tjiptono, Manajemen Jasa (Yogyakarta : Andi Offset, 2006), 51.


(19)

usaha melayani kebutuhan orang lain dengan memperoleh imbalan (uang)

atau jasa; 3) kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual beli

barang atau jasa.13 Menurut Kotler, definisi pelayanan adalah setiap

tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada

pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan

kepemilikan apapun.14

Kualitas layanan atau service quality adalah seberapa jauh

perbedaan antara harapan dan kenyataan para pelanggan atas layanan yang

mereka terima. Kualitas layanan atau service quality dapat diketahui

dengan cara membandingkan persepsi pelanggan atas layanan yang

benar-benar mereka terima dengan layanan sesungguhnya yang mereka

harapkan. Kualitas layanan menjadi hal utama yang diperhatikan serius

oleh perusahaan, yang melibatkan seluruh sumber daya yang dimiliki

perusahaan.15

Menurut Tjiptono, kualitas layanan adalah tingkat keunggulan

yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk

memenuhi keinginan pelanggan. Dengan kata lain, ada dua faktor utama

13Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka,

2005), Cet Ke-III, 646.

14 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, Terjemahan Hendra Teguh, Ronny A, Rusli, Benjamin

Molan, jilid 1 & 2 edisi Milenium, (Jakarta : PT. Prenhalindo, 2003), 83.

15 Budi Wahyono, “Pengertian Tentang Kualitas Pelayanan,” Blog Pendidikan Ekonomi, May 28,

2012, accessed January 16, 2017, http://www.pendidikanekonomi.com/2012/05/pengertian-tentang-kualitas-pelayanan.html.


(20)

mempengaruhi kualitas jasa, yaitu expected service dan perceived service

atau kualitas jasa yang diharapkan dan kualitas jasa yang diterima atau

dirasakan.16

Berdasarkan beberapa definisi kualitas layanan diatas dapat

diketahui bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi kualitas layanan,

yaitu layanan yang diharapkan konsumen dan layanan yang diterima atau

yang dirasakan oleh konsumen.

Mengevaluasi kualitas layanan berarti mengukur atau

membandingkan kinerja suatu jasa dengan seperangkat standar yang

telah ditetapkan terlebih dahulu. Setidaknya ada beberapa konsep

pengukuran kualitas layanan yaitu : Nordic Model, SERVQUAL model,

Three Component Model, 4D, dan Multi Model.17

Konsep dasar kualitas dari suatu pelayanan (jasa) ataupun

kualitas dari suatu produk dapat didefinisikan sebagai pemenuhan

yang dapat melebihi dari keinginan atau harapan pelanggan

(konsumen). Zeithami, Berry dan Parasuraman telah melakukan

berbagai penelitihan terhadap beberapa jenis jasa, dan berhasil

mengidentifikasi lima dimensi karakteristik yang digunakan oleh para

16 Tjiptono, Manajemen Jasa, 59. 17Tjiptono, Manajemen Jasa, 267.


(21)

pelanggan dalam mengealuasi kualitas pelayanan. Kelima dimensi

karakteristik kualitas pelayanan tersebut adalah : 18

1) Tangibles (bukti langsung) 2) Reliability (Kehandalan. 3) Responsiveness

4) Assurance (jaminan) 5) Empaty

3. Kualitas Layanan Bimbingan Belajar

Makna layanan bimbingan belajar mengisyaratkan pada tujuan

intinya, yaitu memberi memberikan kemungkinan yang seluas-luasnya

pada siswa untuk mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang

baik, keterampilan dan materi belajar yang sesuai dengan tingkat

kecepatan, kesulitan belajar, potensi, dan pengembangan diri siswa.19

Ada beberapa materi utama layanan bimbingan belajar.

Adapun materi yang dapat diakomodir melalui kegiatan layanan

bimbingan belajar secara global adalah sebagai berikut :20

18

Ibid, 10

19Prayitno, Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Jakarta : PT. Ikrar Mandiri Abadi,

1997), 87.


(22)

a) Pengenalan siswa yang mengalami masalah (kesulitan) belajar,

baik karena kondisi kemampuan, motivasi, dan sikap maupun

kebiasaan belajar siswa

b) Pengembangan motivasi, sikap maupun kebiasaan belajar siswa

c) Pengembangan keterampilan belajar, membaca, mencatat,

bertanya, menjawab dan menulis

d) Pengajaran perbaikan

e) Program pengayaan

Tujuan layanan bimbingan belajar secara umum adalah

membantu peserta didik agar mendapat penyesuaian yang baik di

dalam situasi belajar, sehingga setiap peserta didik dapat belajar

dengan efisien sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, dan

mencapai perkembangan yang optimal.

4. Evaluasi Kualitas Layanan dengan Model 4D

Negative quality model merupakan model yang melihat kualitas

dari sisi negatif (negative side of quality) melalui elemen 4D yaitu :

Diskonfirmasi (Disconfirmation), Disatisfaksi (Dissatisfaction),

Disonansi (Dissonance) dan Disafeksi (Disaffection). Model 4D

mengevaluasi kepuasan pelanggan secara kualitatif dengan

membandingkan actual performance dengan suatu standar tertentu


(23)

(pelangggan) sebagai brand yang mampu memenuhi keinginan dan

kebutuhan mereka.21

a) Disatisfaksi (Dissatisfaction)

Disatisfaksi adalah suatu bentuk reaksi negatif atau

perubahan ke arah sikap negatif sebagai hasil dari transaksi

tertentu. Disatisfaksi muncul karena adanya satu pengalaman

buruk dalam mengkonsumsi suatu jasa. Elemen dari disatisfaksi

adalah:22

1. Pelayanan, yaitu cara melayani konsumen agar tercipta

kepuasan.

2. Nilai Produk, yaitu nilai yang didapat oleh konsumen atas

sesuatu yang telah dibeli dan dikonsumsinya.

3. Kualitas Layanan, yaitu pandangan perilaku konsumen

terhadap hasil perbandingan antara ekspektasi yang diharapkan

dari suatu layanan dengan kenyataan yang diperoleh dari suatu

layanan.

21Poerwanto, Mengevaluasi Kualitas Layanan Jasa dengan Menggunakan Model 4D, “ 65. 22Ibid ,61


(24)

b) Diskonfirmasi (Disconfirmation)

Diskonfirmasi adalahh kepuasan atau ketidakpuasan yang

dialami oleh seseorang yang merupakan dampak dari perbandingan

antara harapan yang ia miliki sebelum pembelian dengan kondisi

sesungguhnya yang ia peroleh dari produk yang dibelinya tersebut.

Tiga dimensi diskonfirmasi yaitu :23

1. Produk yang ia peroleh berfungsi lebih baik dari yang

diharapkan. Kondisi ini menghasilkan diskonfirmasi positif

jika hal ini terjadi maka konsumen akan merasa puas.

2. Produk yang ia peroleh berfungsi seperti yang ia harapkan.

Kondisi ini menghasilkan diskonfirmasi sederhana. Produk

tersebut tidak memberikan rasa puas namun juga tidak

mengecewakan konsumen, dimana konsumen memiliki rasa

netral.

3. Produk yang ia peroleh berfungsi lebih buruk dari yang

diharapkan. Kondisi ini menghasilkan diskonfirmasi negatif.

Produk yang berfungsi buruk tidak sesuai dengan harapan

konsumen akan menyebabkan kekecewaan sehingga konsumen

merasa tidak puas.

23Aris Susanty, Mengevaluasi Kualitas Layanan Pembelajaran Dengan Menggunakan Konsep 4D

(Disconfirmation, Dissatisfaction, Dissonance, Disaffection) Dan Pengaruhnya Terhadap Motivasi Belajar,” Jurnal Jati Undip 4, nomor 3 (September 2009) : 228.


(25)

c) Disonansi (Dissonance)

Disonansi artinya ketidakcocokan. Dapat dikatakan bahwa

disonansi merupakan keadaan perbedaan atau ketidakkonsistenan

antara kepercayaan dengan tindakan. Terjadinya disonansi akan

memunculkan tiga macam tindakan pada diri seseorang yaitu,

merubah kepercayaan, merubah tindakan, atau merubah persepsi

dan tindakan.

d) Disafeksi (Disaffection)

Disafeksi muncul dari adanya diskonfirmasi dan satu

keyakinan bahwa suatu jasa tertentu memiliki kualitas yang

rendah. Disafeksi merupakan suatu emosi yang dialami ketika

kepercayaan rusak, ketika provider dipersepsikan sebagai sosok

yang tidak jujur atau tidak baik.

Elemen-elemen dari disafeksi adalah:24

a) Emosi, yaitu perasaan konsumen yang berkembang dan surut

dalam waktu yang cepat karena apa yang didapatkan oleh

konsumen tidak sesuai dengan apa yang diharapkan

b) Kepercayaan, yaitu suatu rasa percaya kepada mitra dimana

seseorang berhubungan (bekerjasama). Kepercayaan konsumen

24Susanty, “Mengevaluasi Kualitas Layanan Pembelajaran Dengan Menggunakan Konsep 4D

(Disconfirmation, Dissatisfaction, Dissonance, Disaffection) Dan Pengaruhnya Terhadap Motivasi Belajar,” 231.


(26)

timbul dari keyakinan terhadap kehandalan dan kualitas yang

diberikan proider dalam pelayanannya.

c) Perasaan positif, yaitu rasa senang terhadap kualitas layanan

jasa yang diberikan provider dalam pelayanannya.

d) Kewajiban, yaitu sesuatu yang harus dipenuhi/diberikan oleh

provider atas apa yang telah diterimanya.

F. Keaslian Penelitihan

Dari penelusuran kepustakaan, penulis menemukan beberapa hasil

penelitihan (skripsi) yang memiliki objek serupa dengan penulis namun

memiliki fokus yang berbeda.

Penelitihan saudari Aries Susanty, Program Studi Teknik Industri,

Universitas Diponegoro Semarang 2009, dengan judul Evaluasi Kualitas

Layanan Pembelajaran dengan Menggunakan Konsep 4D (Disconfirmation,

Dissatisfaction, Dissonance, Disaffection) Dan Pengaruhnya Terhadap Motivasi Belajar (Studi Kasus Program Studi XX). Penelitihan ini menelaah

tentang pelaksanaan evaluasi kualitas layanan pembelajaran menggunakan

konsep 4D di suatu program studi tertentu, kemudian mengaitkannya dengan

motivasi belajar mahasiswa.

Penelitihan saudari Lisa Wahyuni, Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur


(27)

2011, dengan judul Konstribusi Konsep 4D (Disconfirmation, Dissatisfaction, Dissonance, Disaffection) Dalam Mengevaluasi Kualitas Layanan Bimbingan Belajar Dan Pengaruhnya Terhadap Motivasi Belajar Siswa Primagama Di

Surabaya Timur. Penelitihan ini menelaah mengenai konstribusi konsep 4D

dalam mengevaluasi kualitas layanan bimbingan belajar di Lembaga

Bimbingan Belajar Primagama Surabaya Timur dan pengaruhnya terhadap

motivasi belajar peserta didik.

Penelitihan saudara Much. Djunaidi, Jurusan Teknik Industri,

Universitas Muhammadiyah Surakarta 2006, dengan judul Penilaian Kualitas

Jasa Pelayanan Lembaga Bimbingan Belajar Primagama Berdasarkan

Preferensi Konsumen. Penelitihan ini menelaah mengenai upaya untuk

mengetahui kepuasan dan tingkat keinginan konsumen (dalam hal ini adalah

peserta didik) dalam rangka peningkatan mutu pelayanan dan kinerja LBB

Primagama cabang Solo.

Berikut persamaan dan perbedaan penelitihan terdahulu dengan

penelitihan yang diambil oleh peneliti :

Tabel 1.2 Persamaan dan perbedan penelitihan terdahulu

NO NAMA JUDUL TEMUAN PERSAMAAN PERBEDAAN

1. Aries

Susanty Evaluasi Kualitas Layanan Pembelajaran dengan

Penelitian ini menelaah

tentang pelaksanaan

evaluasi kualitas

layanan pembelajaran menggunakan konsep

Pembahasan dalam penitian ini

sama–sama

meneliti tentang

evaluasi kualitas

Dalam penelitian

ini terdapat

perbedaan yaitu

dengan


(28)

Menggunakan

Konsep 4D

(Disconfirmati on, Dissatisfaction, Dissonance, Disaffection) Dan Pengaruhnya Terhadap Motivasi Belajar (Studi Kasus Program Studi XX)

4D di suatu program

studi tertentu,

kemudian

mengaitkannya dengan

motivasi belajar

mahasiswa.

layanan dengan

menggunakan

model 4D

(Disconfirmation, Dissatisfaction, Dissonance, Disaffection), yaitu evaluasi dari sisi negatif.

evaluasi dengan

motivasi belajar

mahasiswa.

2 Lisa

Wahyuni

Konstribusi

Konsep 4D

(Disconfirmati on, Dissatisfaction, Dissonance, Disaffection) Dalam Mengevaluasi Kualitas Layanan Bimbingan

Belajar Dan

Pengaruhnya

Dalam penelitian ini

dipaparkan bahwa

konsep 4D memiliki

konstribusi dalam

mengevaluasi kualitas

layanan bimbingan

belajar di LBB

Primagama dan

berpengaruh terhadap

motivasi belajar

peserta didik.

Pembahasan dalam penitian ini

sama – sama

meneliti tentang

evaluasi kualitas layanan

bimbingan belajar menggunakan model 4D, yaitu

evaluasi dengan

membandingkan

actual performance

dengan suatu

Dalam penelitian

ini terdapat

perbedaan dengan

penelitian yang

saya ambil yaitu,

penelitian ini

membahas

pengaruh evaluasi

kualitas layanan

bimbel dengan

motivasi belajar

peserta didik.

Sedangan


(29)

Terhadap Motivasi Belajar Siswa Primagama Di Surabaya Timur

standar atau

baseline tertentu yang

mencerminkan

performance yang dipercaya

pelanggan sebagai

focal brand.

saya ambil hanya membahas

bagaimana

evaluasi kualitas

layanan bimbel

dengan model 4D

di LBB

Primagama

Nginden Intan

Surabaya.

3 Much.

Djunaidi

Penilaian

Kualitas Jasa

Pelayanan Lembaga Bimbingan Belajar Primagama Berdasarkan Preferensi Konsumen

Penelitian ini menelaah tentang upaya untuk mengetahui kepuasan dan tingkat keinginan konsumen (dalam hal

ini adalah peserta

didik) dalam rangka

peningkatan mutu

pelayanan dan kinerja

LBB Primagama

cabang Solo.

Dalam penilitian

ini terdapat

persamaan yaitu sama-sama

meneliti kualitas pelayanan Lembaga Bimbingan Belajar Primagama. Perbedaan

penelitian ini

dengan penelitian yang saya ambil yaittu : penelitian

ini menilai

kualitas jasa

pelayanan berdasarkan preferensi konsumen. Sedangkan

penelitian yang

saya ambil

mengevaluasi

kualitas layanan


(30)

model 4D.

G. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan proposal

ini, maka penulis akan menyajikan pembahasan ke dalam beberapa bab yang

sistematika pembahasannya adalah sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan

Merupakan tahapan awal dasar dari proposal penelitihan ini, yang

meliputi, latar belakang penelitihan, fokus penelitihan, tujuan penelitihan,

manfaat penelitihan, definisi konseptual, keaslian penelitihan dan sistematika

pembahasan.

Bab II : Kajian Pustaka

Dalam bab ini dijelaskan tentang landasan teori yang digunakan oleh

penulis sebagai acuan, baik bersumber dari buku, jurnal, ataupun yang lainnya

yang sesuai dengan pembahasan penulis yaitu Evaluasi Kualitas Layanan

Bimbingan Belajar menggunakan Model 4D (Disconfirmation,

Dissatisfaction, Dissonance, Disaffection). Ini terdiri dari 1) Konsep Lembaga Bimbingan Belajar, 2) Konsep Evaluasi Kualitas Layanan (Definisi Evaluasi,

Definisi Kualitas Layanan, Dimensi Kualitas Layanan), 3) Konsep Evaluasi

Layanan dengan Model 4D, 4) Konsep Kualitas Layanan Bimbingan Belajar


(31)

Bab ini berisi tentang beberapa metode yang digunakan dalam

mengumpulkan data. Beberapa hal yang terdapat didalamnya yaitu : jenis

penelitian, lokasi penelitian, sumber data, metode pengumpulan data, prosedur

analisis data serta keabsahan data.

Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pembahasan pada bab ini meliputi deskripsi umum penelitian, dan

deskripsi hasil penelitian. Dalam bab ini dijelaskan tentang deskripsi subjek,

hasil penelitihan yang terdiri dari deskripsi hasil temuan dan analisis temuan

penelitihan, serta pembahasan yang meliputi manajemen evaluasi kualitas

layanan bimbingan belajar di LBB Primagama Nginden Intan Surabaya,

evaluasi kualitas layanan bimbingan belajar dengan model 4D di LBB

Primagama Nginden Intan Surabaya, serta faktor pendukung dan penghambat

dalam evaluasi kualitas layanan bimbingan belajar dengan model 4D di LBB

Primagama Nginden Intan Surabaya.

Bab V : Penutup

Bab ini merupakan bab akhir yang di dalamnya berisi tentang

simpulan dari hasil penelitihan dan saran-saran atau rekomendasi yang


(32)

KAJIAN PUSTAKA

A. Manajemen Layanan Lembaga Bimbingan Belajar 1. Lembaga Bimbingan Belajar

a. Definisi Lembaga Bimbingan Belajar

Lembaga atau institusi merupakan sekumpulan orang yang

memiliki hubungan yang teratur dengan memberikan definisi pada hak,

kewajiban, kepentingan, dan tanggungjawab bersama.25

Menurut Dewa Ketut Sukardi, bimbingan belajar adalah suatu

proses bantuan dalam hal menemukan cara belajar yang tepat, dalam

memilih program studi yang sesuai, dan dalam mengatasi

kesukaran-kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan-tuntutan belajar di suatu

institusi pendidikan.26

Andi Mappiare mendefinisikan bimbingan belajar adalah

seperangkat usaha bantuan kepada siswa, agar siswa dapat membuat

pilihan, mengadakan penyelesaian dan pemecahan masalah-masalah

pendidikan dan pengajaran atau belajar yang dihadapinya.27

25Acitya, “Memahami Pengertian Lembaga,

26Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan Belajar Dan Konseling Di Sekolah (Jakarta : Rineka Cipta, 2008), 56.

27Andi Mappiare, Pengantar Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah (Surabaya : Usaha Nasional,


(33)

Lembaga Bimbingan Belajar dalam hal ini adalah salah satu dari

satuan pendidikan Nonformal. Seperti yang dikatakan dalam Peraturan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tahun 2013

bahwa satuan Pendidikan Nonformal (PNF) terdiri dari Lembaga Kursus

dan Pelatihan (LKP), Kelompok Belajar, PKMB, Majelis Taklim, dan

Satuan PNF sejenis. Sedangkan yang dimaksud dengan satuan PNF

sejenis diantaranya yaitu : rumah pintar, balai belajar bersama, lembaga

bimbingan belajar, serta bentuk lain yang berkembang di masyarakat dan

diterapkan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal

dan Informal.28

Lembaga Bimbingan Belajar (LBB) merupakan sebuah institusi

yang bergerak dibidang jasa. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia (Permendikbud RI) Nomor 81 Tahun

2013 pasal 4 mengatakan bahwa Lembaga Bimbingan Belajar (LBB) yang

didirikan dapat menyelenggarakan program pendidikan kesetaraan,

pendidikan peningkatan kompetensi akademik, dan/atau pendidikan

nonformal lain yang dibutuhkan masyarakat. Sedangkan materi belajarnya

disesuaikan dengan Garis-garis Besar Program Pembelajaran (GBPP)

yang ditetapkan oleh Kemendiknas.29

28

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81 tahun 2013, tentang Pendirian Satuan Pendidikan Nonformal, pasal 3 - 4


(34)

b. Tujuan Lembaga Bimbingan Belajar

Tujuan penyelenggaraan Lembaga Bimbingan Belajar (LBB)

sesuai dengan tujuan satuan pendidikan nonformal adalah sebagai

berikut :30

1) Menggambarkan pencapaian tingkat mutu yang seharusnya

dicapai dalam program pembelajaran,

2) Mengacu pada visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional

serta relevan dengan kebutuhan pemberdayaan masyarakat,

3) Diputuskan oleh pengelola dan/atau penyelenggara

pendidikan nonformal dengan memperhatikan masukan dari

berbagai pihak,

4) Disosialisasikan kepada segenap pihak yang berkepentingan.

c. Pedoman Pelaksanaan Kerja Lembaga Bimbingan Belajar

Satuan pendidikan nonformal menetapkan pedoman yang

mengatur berbagai aspek pengelolaan secara tertulis. Pedoman

pengelolaan satuan pendidikan nonformal berfungsi sebagai petunjuk

pelaksanaan operasional dan dievaluasi secara berkala sesuai

kebutuhan. Pedoman tersebut diatas meliputi :31

30Salinan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 49 tahun 2007 Tentang

Standar Pengelolaan Pendidikan Oleh Satuan Pendidikan Nonformal, butir A

31Salinan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 49 tahun 2007 Tentang


(35)

1) Kurikulum

2) Kalender pendidikan

3) Struktur organisasi

4) Pembagian tugas diantara pendidik dan tenaga

kependidikan

5) Peraturan pembelajaran

6) Tata tertib

7) Biaya operasional

Selain membuat pedoman, satuan pendidikan lembaga

bimbingan belajar juga membuat rencana kerja tahunan. Pelaksanaan

kegiatan satuan pendidikan nonformal (termasuk Lembaga Bimbingan

Belajar) berdasarkan rencana yang telah ditetapkan, dievaluasi, dan

dikembangkan sesuai dengan kebutuhan. Pengelola satuan pendidikan

mempertanggungjawabkan pelaksanaan pengelolaan kepada pihak

yang berkepentingan.32

d. Pengawasan an Evaluasi Diri LBB

Pengawasan pengelolaan satuan pendidikan nonformal

meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan dan tindak lanjut

hasil pengawasan. Pemantauan dan pengawasan pengelolaan satuan

pendidikan nonformal, dalam hal ini termasuk Lembaga Bimbingan

32Salinan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 49 tahun 2007 Tentang


(36)

Belajar, dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota dan/atau pihak

yang terkait. Pengelola satuan pendidikan nonformal melaporkan hasil

evaluasi kepada penyelenggara dan pihak-pihak yang

berkepentingan.33

Sedangkan untuk evaluasi, LBB melakukan evaluasi diri

terhadap program yang diselenggarakan. LBB menetapkan indikator

untuk menilai kinerja dan melakukan perbaikan dalam rangka

mencapai Standar Nasional Pendidikan. Satuan pendidikan nonformal

melaksanakan :34

1) Evaluasi proses pembelajaran secara periodik sesuai dengan

program yang diselenggarakan

2) Evaluasi program kerja tahunan secara periodik

sekurang-kurangnya satu kali dalam setahun.

2. Evaluasi Kualitas Layanan

a. Pengertian Kualitas Layanan

Beberapa ahli memberikan definisi yang berbeda tentang

kualitas. Goetsch Davis mendefinisikan kualitas sebagai suatu kondisi

dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan

lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Deming

33

Ibid, butir C

34Salinan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 49 tahun 2007 Tentang


(37)

mendefinisikan kualitas adalah apapun yang menjadi kebutuhan dan

keinginan konsumen. Sedangkan Juran menyatakan kualitas sebagai

kesesuaian terhadap spesifikasi.35

Kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan

dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi

atau melebihi harapan.36 Definisi lain kualitas adalah derajat yang

dicapai oleh karakteristik yang berkaitan dalam memenuhi

persyaratan.37

Sedangkan layanan menurut kamus besar bahasa Indonesia berasal dari kata dasar “layan” yang artinya 1) perihal atau cara melayani; 2) usaha melayani kebutuhan orang lain dengan

memperoleh imbalan (uang) atau jasa; 3) kemudahan yang diberikan

sehubungan dengan jual beli barang atau jasa.38 Menurut Kotler,

definisi pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat

ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya

tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun.39

Layanan merupakan upaya tidak kasat mata (tidak dapat

diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara konsumen

35

Yamit, Manajemen Kualitas Produk dan Jasa, 7.

36Tjiptono, Manajemen Jasa, 51.

37Lupiyoadi & Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa (Jakarta : Salemba Empat, 2008), 175. 38Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka,

2005), Cet Ke-III, 646.

39 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, Terjemahan Hendra Teguh, Ronny A, Rusli, Benjamin


(38)

dengan karyawan yang disediakan oleh perusahaan pemberi layanan

untuk memenuhi kebutuhan konsumen atau pelanggan.

Berikut karakteristik produk (barang) dan jasa yang dapat dipakai

untuk memahami pengertian pelayanan (Ratminto, 2009) :

Tabel 2.1 karakteristik produk barang dan jasa

Produk (Barang) Jasa Pelayanan

Konsumen memiliki objeknya. Konsumen memiliki kenangan.

Pengalaman atau memori tersebut tidak bisa dijual atau diberikan kepada orang lain.

Tujuan pembuatan barang adalah

keseragaman, semua barang

adalah sama.

Tujuan penyelenggaraan pelayanan adalah keunikan. Setiap konsumen dan setiap kontak adalah spesial.

Suatu produk atau barang dapat disimpan di gudang, sampelnya dapat dikirim ke konsumen.

Suatu pelayanan terjadi saat tertentu, ini tidak dapat disimpan di gudang atau dikirimkan contohnya.

Konsumen adalah pengguna akhir yang tidak terlibat dalam proses produksi.

Konsumen adalah rekanan yang terlibat dalam proses produksi.

Kontrol kualitas dilakukan dengan

cara membandingkan output

dengan spesifikasinya.

Konsumen melakukan kontrol

kualitas dengan cara

membandingkan harapannya dengan pengalamannya.


(39)

produk (barang) dapat ditarik kembali dari pasar.

cara yang bisa dilakukan untuk memperbaiki adalah minta maaf.

Moral karyawan sangat penting. Moral karyawan berperan sangat

menentukan.

Kualitas layanan atau service quality adalah seberapa jauh

perbedaan antara harapan dan kenyataan para pelanggan atas layanan

yang mereka terima. Kualitas layanan atau service quality dapat

diketahui dengan cara membandingkan persepsi pelanggan atas

layanan yang benar-benar mereka terima dengan layanan

sesungguhnya yang mereka harapkan. Kualitas layanan menjadi hal

utama yang diperhatikan serius oleh perusahaan, yang melibatkan

seluruh sumber daya yang dimiliki perusahaan.40

Menurut Tjiptono, kualitas layanan adalah tingkat keunggulan

yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut

untuk memenuhi keinginan pelanggan. Dengan kata lain, ada dua

faktor utama mempengaruhi kualitas jasa, yaitu expected service dan

perceived service atau kualitas jasa yang diharapkan dan kualitas jasa

yang diterima atau dirasakan.41

40Wahyono, “Pengertian Tentang Kualitas Pelayanan,” 42. 41Tjiptono, Manajemen Jasa, 59.


(40)

Berdasarkan beberapa definisi kualitas layanan diatas dapat

diketahui bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi kualitas

layanan, yaitu layanan yang diharapkan konsumen dan layanan yang

diterima atau yang dirasakan oleh konsumen.

b. Dimensi Evaluasi Kualitas Layanan

Mengevaluasi kualitas layanan berarti mengukur atau membandingkan

kinerja suatu jasa dengan seperangkat standar yang telah ditetapkan

terlebih dahulu. Setidaknya ada beberapa konsep pengukuran kualitas

layanan yaitu : Nordic Model, SERVQUAL model, Three Component

Model, 4D, dan Multi Model.42

Konsep dasar kualitas dari suatu pelayanan (jasa) ataupun kualitas dari

suatu produk dapat didefinisikan sebagai pemenuhan yang dapat

melebihi dari keinginan atau harapan pelanggan (konsumen).

Zeithami, Berry dan Parasuraman telah melakukan berbagai

penelitihan terhadap beberapa jenis jasa, dan berhasil mengidentifikasi

lima dimensi karakteristik yang digunakan oleh para pelanggan dalam

mengealuasi kualitas pelayanan. Kelima dimensi karakteristik kualitas

pelayanan tersebut adalah : 43

1) Tangibles (bukti langsung) merupakan bukti nyata dari kepedulian dan perhatian yang diberikan oleh penyedia jasa kepada konsumen.

42Tjiptono, Manajemen Jasa, 67. 43Ibid, 10


(41)

Pentingnya dimensi tangibles ini akan menumbuhkan image

penyedia jasa terutama bagi konsumen baru dalam mengevaluasi

kualitas jasa. Perusahaan yang tidak memperhatikan fasilitas

fisiknya akan menumbuhkan kebingungan atau bahkan merusak

image perusahaan.

Jadi yang dimaksud dengan dimensi Tangibles adalah suatu

lingkungan fisik dimana jasa disampaikan dan dimana perusahaan

dan konsumennya berinteraksi dan komponen-komponen tangibles

akan memfasilitasi komunikasi jasa tersebut. Tangibles yaitu

meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai, dan sarana

komunikasi.

2) Reliability (Kehandalan) merupakan kemampuan perusahaan untuk melaksanakan jasa sesuai dengan apa yang telah dijanjikan secara

tepat waktu. Pentingnya dimensi ini adalah kepuasan konsumen

akan menurun jika jasa yang diberikan tidak sesuai dengan yang

dijanjikan. Reliability meliputi kemampuan dalam memberikan

pelayanan dengan segera dan memuaskan serta sesuai dengan yang

telah dijanjikan. Responsiveness (daya tangkap) yaitu keinginan

para staf untuk membantu para pelanggan dan memberikan

pelayanan dengan tanggap. Daya tanggap dapat menumbuhkan

persepsi yang positif terhadap kualitas jasa yang diberikan.


(42)

dalam penyampaian jasa, pihak peneyedia jasa berusaha

memperbaiki atau meminimalkan erugian konsumen dengan

segera.

Dimensi ini menekankan pada perhatian dan kecepatan karyawan

yang terlibat untuk menanggapi permintaan, pertanyaan, dan

keluhan konsumen. Jadi, komponen dari dimensi ini terdiri dari

kesigapan karyawan dalam melayani pelanggan, kecepatan

karyawan dalam melayani pelanggan, dan penanganan keluhan

pelanggan.

3) Assurance (jaminan) merupakan pengetahuan dan perilaku karyawan untuk membangun kepercayaan dan keyakinan pada diri

konsumen dalam mengkonsumsi jasa yang ditawarkan. Dimensi

ini sangat penting karena melibatkan persepsi konsumen terhadaap

risiko ketidakpastian yang tinggi terhadap kemampuan penyedia

jasa. Perusahaan membangun kepercayaan dan kesetiaan

konsumen melalui karyawan yang terlibat langsung menangani

konsumen.

Komponen dari dimensi ini yaitu mencakup kemampuan,

kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas

dari bahaya, resiko ataupun keraguan. Dalam hal ini, perilaku para


(43)

perusahaan dapat menjamin jasa pelayanan yang dibutuhkan

pelanggan.

4) Empaty, merupakan kemampuan perusahaan yang dilakukan langsung oleh karyawan untuk memberikan perhatian kepada

konsumen secara individu, termasuk juga kepekaan akan

kebutuhan konsumen. Untuk mewujudkan sikap empati, setiap

anggota perusahaan hendaknya dapat mengatur segala hal yang

bisa mempermudah komunikasi dengan pelanggan. Komponen

dalam dimensi ini meliputi kemudahan dalam melakukan

hubungan, komunikasi yang baik, dan perhatian dengan tulus

terhadap kebutuhan pelanggan.

Dimensi-dimensi kualitas layanan diatas harus diramu dengan

baik. Jika tidak, hal tersebut akan menimbulkan kesenjangan antara

perusahaan dan pelanggan karena perbedaan persepsi tentang wujud

pelayanan yang diberikan mengalami perbedaan dengan harapan

pelanggan.

3. Kualitas Layanan Bimbingan Belajar

a. Makna Layanan Bimbingan Belajar

Makna layanan bimbingan belajar mengisyaratkan pada tujuan


(44)

pada siswa untuk mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang

baik, keterampilan dan materi belajar yang sesuai dengan tingkat

kecepatan, kesulitan belajar, potensi, dan pengembangan diri siswa.44

Ada beberapa materi utama layanan bimbingan belajar.

Adapun materi yang dapat diakomodir melalui kegiatan layanan

bimbingan belajar secara global adalah sebagai berikut :45

1) Pengenalan siswa yang mengalami masalah (kesulitan) belajar,

baik karena kondisi kemampuan, motivasi, dan sikap maupun

kebiasaan belajar siswa

2) Pengembangan motivasi, sikap maupun kebiasaan belajar siswa

3) Pengembangan keterampilan belajar, membaca, mencatat,

bertanya, menjawab dan menulis

4) Pengajaran perbaikan

5) Program pengayaan

b. Tujuan Layanan Bimbingan Belajar

Tujuan layanan bimbingan belajar secara umum adalah

membantu peserta didik agar mendapat penyesuaian yang baik di

dalam situasi belajar, sehingga setiap peserta didik dapat belajar

dengan efisien sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, dan

mencapai perkembangan yang optimal.

44 Prayitno, Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah, 87. 45 Hallen A., Bimbingan dan Koseling, 85.


(45)

Untuk lebih jelasnya, tujuan pelayanan bimbingan belajar

diperinci sebagai berikut :46

1) Mencarikan cara-cara belajar yang efektif dan efisien bagi

anak

2) Menunjukkan cara-cara mempelajari sesuatu dan

menggunakan buku pelajaran

3) Membuat tugas sekolah dan mempersiapkan diri dalam

ulangan dan ujian

4) Memilih suatu bidang studi sesuai dengan bakat, minat,

kecerdasan, cita-cita dan kondisi fisiknya

5) Menunjukkan cara-cara menghadapi kesulitan belajar dalam

bidang studi tertentu

6) Menentukan pembagian waktu dan perencanaan jadwal

belajar.

7) Memilih pelajaran tambahan baik yang berhubungan dengan

pelajaran di sekolah maupun untuk pengembangan bakat dan

karirnya di masa depan.

c. Indikator Kualitas Layanan Bimbingan Belajar

Berikut indikator kualitas berdasarkan dimensi kualitas pelayanan :


(46)

1) Bukti Fisik / Tangible

Yaitu meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai, dan sarana

komunikasi.47 Dalam hal ini indikatornya meliputi kebersihan

lingkungan ruang kelas, penataan ruang dan fasilitas yang

disediakan oleh LBB Primagama Nginden Intan Surabaya.

2) Keandalan / Reliability

Yaitu kemampuan dalam memberikan pelayanan dengan segera

dan memuaskan serta sesuai dengan yang telah dijanjikan.48 Dalam

hal ini indikatornya meliputi pemenuhan janji sesuai motto,

ketepatan jadwal pelaksanaan kursus, serta metode pembelajaran

dan materi kursus yang tepat yang diberikan oleh LBB Primagama

Nginden Intan Surabaya.

3) Daya Tanggap / Responsiveness

Yaitu keinginan para staf untuk membantu para pelanggan dan

memberikan pelayanan dengan tanggap.49 Dalam hal ini

indikatornya adalah kesiapan karyawan dan tutor dalam menerima

keluhan peserta didik, kecekatan karyawan dan tutor dalam

menanggapi keluhan siswa, serta kesediaan karyawan dan tutor

untuk memperbaii keluhan peserta didik.

47

Yamit, Manajemen Kualitas Produk dan Jasa, 7.

48 Ibid, 7.


(47)

4) Jaminan / Assurance

Yaitu mencakup kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya

yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, resiko ataupun

keraguan.50 Dalam hal ini indikatornya meliputi keramahan

karyawan dan tutor, kemampuan serta kejelasan karyawan dan

tutor dalam menjelaskan materi maupun menjawab pertanyaan

peserta didik, serta lingkungan kursus yang aman dan nyaman.

5) Empati / Empathy

Yaitu meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan,

komunikasi yang baik, dan perhatian dengan tulus terhadap

kebutuhan pelanggan.51 Dalam hal ini indikatornya meliputi

karyawan dan tutor yang mengenali peserta didiknya, karyawan

dan tutor yang memberikan perhatian terhadap kebutuhan peserta

didik, serta karyawan dan tutor yang memberikan pelayanan tanpa

memandang status sosial.

B. Evaluasi Kualitas Layanan Bimbingan Belajar dengan Model 4D 1. Evaluasi model 4D

Negative quality model merupakan model yang melihat kualitas

dari sisi negatif (negative side of quality) melalui elemen 4D yaitu :

50

. Yamit, Manajemen Kualitas Produk dan Jasa, 8.


(48)

Diskonfirmasi (Disconfirmation), Disatisfaksi (Dissatisfaction),

Disonansi (Dissonance) dan Disafeksi (Disaffection). Model 4D

mengevaluasi kepuasan pelanggan secara kualitatif dengan

membandingkan actual performance dengan suatu standar tertentu

yang mencerminkan performace yang dipercayai masyarakat

(pelangggan) sebagai brand yang mampu memenuhi keinginan dan

kebutuhan mereka.52

a. Diskonfirmasi (Disconfirmation)

Diskonfirmasi adalahh kepuasan atau ketidakpuasan yang

dialami oleh seseorang yang merupakan dampak dari perbandingan

antara harapan yang ia miliki sebelum pembelian dengan kondisi

sesungguhnya yang ia peroleh dari produk yang dibelinya tersebut.

Tiga dimensi diskonfirmasi yaitu :53

1. Produk yang ia peroleh berfungsi lebih baik dari yang

diharapkan. Kondisi ini menghasilkan diskonfirmasi positif

jika hal ini terjadi maka konsumen akan merasa puas.

2. Produk yang ia peroleh berfungsii seperti yang ia harapkan.

Kondisi ini menghasilkan diskonfirmasi sederhana. Produk

tersebut tidak memberikan rasa puas namun juga tidak

52Poerwanto, “MengevaluasiKualitas Layanan Jasa dengan Menggunakan Model 4D,”65. 53Susanty, “Mengevaluasi Kualitas Layanan P

embelajaran Dengan Menggunakan Konsep 4D (Disconfirmation, Dissatisfaction, Dissonance, Disaffection) Dan Pengaruhnya Terhadap Motivasi


(49)

mengecewakan konsumen, dimana konsumen memiliki rasa

netral.

3. Produk yang ia peroleh berfungsi lebih buruk dari yang

diharapkan. Kondisi ini menghasilkan diskonfirmasi negatif.

Produk yang berfungsi buruk tidak sesuai dengan harapan

konsumen akan menyebabkan kekecewaan sehingga

konsumen merasa tidak puas.

b. Disatisfaksi (Dissatisfaction)

Disatisfaksi adalah suatu bentuk reaksi negatif atau

perubahan ke arah sikap negatif sebagai hasil dari transaksi

tertentu. Disatisfaksi muncul karena adanya satu pengalaman

buruk dalam mengkonsumsi suatu jasa. Elemen dari disatisfaksi

adalah: 54

4. Pelayanan, yaitu cara melayani konsumen agar tercipta

kepuasan.

5. Nilai Produk, yaitu nilai yang didapat oleh konsumen atas

sesuatu yang telah dibeli dan dikonsumsinya.

6. Kualitas Layanan, yaitu pandangan perilaku konsumen

terhadap hasil perbandingan antara ekspektasi yang

diharapkan dari suatu layanan dengan kenyataan yang

diperoleh dari suatu layanan.


(50)

c. Disonansi (Dissonance)

Disonansi artinya ketidakcocokan. Dapat dikatakan bahwa

disonansi merupakan keadaan perbedaan atau ketidakkonsistenan

antara kepercayaan dengan tindakan. Terjadinya disonansi akan

memunculkan tiga macam tindakan pada diri seseorang yaitu,

merubah kepercayaan, merubah tindakan, atau merubah persepsi

dan tindakan.

d. Disafeksi (Disaffection)

Disafeksi muncul dari adanya diskonfirmasi dan satu

keyakinan bahwa suatu jasa tertentu memiliki kualitas yang

rendah. Disafeksi merupakan suatu emosi yang dialami ketika

kepercayaan rusak, ketika provider dipersepsikan sebagai sosok

yang tidak jujur atau tidak baik.

Elemen-elemen dari disafeksi adalah:55

a. Emosi, yaitu perasaan konsumen yang berkembang dan

surut dalam waktu yang cepat karena apa yang didapatkan

oleh konsumen tidak sesuai dengan apa yang diharapkan

b. Kepercayaan, yaitu suatu rasa percaya kepada mitra dimana

seseorang berhubungan (bekerjasama). Kepercayaan

55Susanty, “Mengevaluasi Kualitas Layanan Pembelajaran Dengan Menggunakan Konsep 4D

(Disconfirmation, Dissatisfaction, Dissonance, Disaffection) Dan Pengaruhnya Terhadap Motivasi


(51)

konsumen timbul dari keyakinan terhadap kehandalan dan

kualitas yang diberikan proider dalam pelayanannya.

c. Perasaan positif, yaitu rasa senang terhadap kualitas

layanan jasa yang diberikan provider dalam pelayanannya.

d. Kewajiban, yaitu sesuatu yang harus dipenuhi/diberikan

oleh provider atas apa yang telah diterimanya.

2. Hubungan Antar Komponen 4D

Organisasi yang memiliki terlalu banyak pelanggan yang

mengalami dissatisfaction, dissonance atau disconfirmation, akan

dengan segera menghadapi masalah timbulnya sejumlah besar

pelanggan yang disaffected. Bila ada sejumlah besar pelanggan yang

disaffected, artinya perusahaan kehilangan market share dan reputasi.56 Oleh karena itu, manajer perusahaan jasa harus pandai-pandai

mengelola disatisfaksi, disonansi dan diskonfirmasi.

3. Konsep Evaluasi dengan Model 4D

Konsep – konsep diskonfirmasi, disatisfaksi, dan disonansi

dalam literatur pemasaran yang membahas service quality, service

experience, service marketing merupakan konsep dasar yang

digunakan dalam negative quality model. Paradigma diskonfirmasi


(52)

merupakan inti dari konseptualisasi model 4D dalam

mengevaluasi kualitas jasa. Teori yang pertama mendasari model

4D adalah bahwa pelanggan memutuskan puas atau tidak puas

dengan jalan membandingakan antara tampilan aktual jasa dengan

tampilan yang diharapkan oleh pelanggan.57

Lebih jauh dikatakan pula bahwa kepuasan/ satisfaksi

berhubungan dengan transaksi tertentu. Dengan demikian,

disatisfaksi dapat didefinisikan sebagai bentuk reaksi negatif atau

perubahan kearah sikap negatif sebagai hasil dari transaksi

tertentu. Konsep diskonfirmasi dan disatisfaksi saling berkaitan,

dalam arti kata bahwa peristiwa-peristiwa disatisfaksi akan

mengarah pada diskonfirmasi dan pembentukan persepsi kualitas

jasa yang rendah.58

Berbeda dengan disatisfaksi dan diskonfirmasi, proses

evaluasi service experience yang menghasilkan disonansi dan disafeksi akan mengarah pada terbentuknya suatu tindakan.

Disonansi kognitif timbul ketika ada gap anatara harapan dan

experience yang mendorong pelanggan untuk berhenti

57Poerwanto, “Mengevaluasi Kualitas Layanan Jasa dengan Menggunakan Model 4D,”61. 58 Ibid, 61


(53)

menggunakna jasa tertentu. Karena itu, disonansi kerap

dipandang sebagai bentuk dari disatisfaksi.59

Organisasi yang memiliki banyak pelanggan yang

mengalami disonansi atau diskonfirmasi akan menghadapi

masalah besar yang dapat merusak reputasi perusahaan. Oleh

karena itu, pimpinan atau manajer perusahaan jasa harus pandai

mengelola diskonfirmasi, disatisfaksi, disonansi, dan disafeksi.

Hal penting dalam mengelolah 4D adalah bagaimana

mengukur setiap elemen 4D. Beberapa cara yang dapat digunakan

dalam pengumpulan data mengenai 4D adalah sebagai berikut :60

Tabel 2.2 Cara mengumpulkan data 4D

Attitude Change Action

Dissatisfaction Disconfirmation Dissonance Disaffection Tools Suggestion

channel, customer presentation.

Evaluation questionaire, customer satisfaction surveys

Complaints prosedure

Wastage including failure and withdrawal.

59Poerwanto, “Mengevaluasi Kualitas Layanan Jasa dengan Menggunakan Model 4D,” 62. 60Ibid, 63


(54)

Kegiatan pengumpulan data diatas dapat membantu melakukan

kontekstualisasi aliran berbagai data. Selanjutnya, organisasi perlu

melakukan reespon terhadap insiden-insiden yang menimbulkan

disatisfaksi. Untuk itu, dibutuhkan suatu kerangka kerja yang dapat

memfasilitasi proses komunikasi dan audit yang menjamin bahwa

lerangka kerja tersebut dapat beroperasi efektif.

4. Indikator Evaluasi Layanan Bimbingan Belajar Model 4D

Kualitas sangat erat kaitannya dengan kepuasan pelanggan.

Kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan seseorang setelah

membandingkan hasil yang dirasakan dengan harapannya.61 Dalam hal

ini indikator yang digunakan adalah :

a. Selalu menjalin komunikasi yang baik dengan karyawan dan

tutor

b. Tidak berpindah tempat kursus

c. Merekomendasikan kepada orang lain untuk mengikuti kursus

di tempat yang sama.

d. Indikator Kualitas Layanan Bimbingan Belajar

Berikut indikator kualitas layanan bimbingan belajar berdasarkan

dimensi kualitas pelayanan :


(55)

a. Bukti Fisik / Tangible

Yaitu meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai, dan sarana

komunikasi.62 Dalam hal ini indikatornya meliputi kebersihan

lingkungan ruang kelas, penataan ruang dan fasilitas yang

disediakan oleh LBB Primagama Nginden Intan Surabaya.

b. Keandalan / Reliability

Yaitu kemampuan dalam memberikan pelayanan dengan segera

dan memuaskan serta sesuai dengan yang telah dijanjikan.63 Dalam

hal ini indikatornya meliputi pemenuhan janji sesuai motto,

ketepatan jadwal pelaksanaan kursus, serta metode pembelajaran

dan materi kursus yang tepat yang diberikan oleh LBB Primagama

Nginden Intan Surabaya

c. Daya Tanggap / Responsiveness

Yaitu keinginan para staf untuk membantu para pelanggan dan

memberikan pelayanan dengan tanggap.64 Dalam hal ini

indikatornya adalah kesiapan karyawan dan tutor dalam menerima

keluhan peserta didik, kecekatan karyawan dan tutor dalam

menanggapi keluhan siswa, serta kesediaan karyawan dan tutor

untuk memperbai keluhan peserta didik.

62

Yamit, Manajemen Kualitas Produk dan Jasa, 7.

63 Yamit, Manajemen Kualitas Produk dan Jasa 64ibid


(56)

d. Jaminan / Assurance

Yaitu mencakup kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya

yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, resiko ataupun

keraguan.65 Dalam hal ini indikatornya meliputi keramahan

karyawan dan tutor, kemampuan serta kejelasan karyawan dan

tutor dalam menjelaskan materi maupun menjawab pertanyaan

peserta didik, serta lingkungan kursus yang aman dan nyaman.

e. Empati / Empathy

Yaitu meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan,

komunikasi yang baik, dan perhatian dengan tulus terhadap

kebutuhan pelanggan.66 Dalam hal ini indikatornya meliputi

karyawan dan tutor yang mengenali peserta didiknya, karyawan

dan tutor yang memberikan perhatian terhadap kebutuhan peserta

didik, serta karyawan dan tutor yang memberikan pelayanan tanpa

memandang status sosial.

65Yamit, Manajemen Kualitas Produk dan Jasa, 7. 66ibid


(57)

C. Evaluasi Kualitas Layanan Bimbingan Belajar Dengan Model 4D Di LBB Primagama

1. Layanan Lembaga Bimbingan Belajar Primagama

Lembaga bimbingan belajar (LBB) merupakan sebuah

institusi yang bergerak dibidang jasa. Menurut Peraturan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Permendikbud RI)

Nomor 81 Tahun 2013 pasal 4 mengatakan bahwa Lembaga

Bimbingan Belajar (LBB) yang didirikan dapat menyelenggarakan

program pendidikan kesetaraan, pendidikan peningkatan kompetensi

akademik, dan/atau pendidikan nonformal lain yang dibutuhkan

masyarakat. Sedangkan materi belajarnya disesuaikan dengan

Garis-garis Besar Program Pembelajaran (GBPP) yang ditetapkan oleh

Kemendiknas. Tujuan layanan bimbingan belajar secara umum adalah

membantu peserta didik agar mendapat penyesuaian yang baik di

dalam situasi belajar, sehingga setiap peserta didik dapat belajar

dengan efisien sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, dan

mencapai perkembangan yang optimal.67

Lembaga Bimbingan Belajar Primagama merupakan lembaga

yang menawarkan jasa pendidikan diluar sekolah untuk meningkatkan

prestasi akademik siswa. Materi yang digunakan sesuai dengan materi

67Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81 tahun 2013, tentang


(58)

yang telah ditetapkan oleh kemendiknas, yaitu materi yang sama

dengan lembaga pendidikan formal. Tujuan dari LBB Primagama,

sesuai dengan mottonya yaitu Total mendampingi siswa, terdepan

dalam prestasi. Sedangkan visinya adalah menjadi institusi pendidikan luar sekolah yang terkemuka, terunggul dan terbesar di Indonesia.

Kemudian misinya, menjadikan Primagama sebagai tempat bagi setiap

insane yang berprestasi, berkreasi dan mengembangkan diri; serta

sebagai asset pendidikan nasional kebanggaan masyarakat.

Dalam perencanaan, LBB menetapkan pedoman yang

mengatur berbagai aspek pengelolaan secara tertulis. Pedoman

pengelolaan ini berfungsi sebagai petunjuk pelaksanaan operasional

dan evaluasi secara berkala. LBB Primagama telah memiliki pedoman

tertulis yang menjadi acuan dalam kegiatan operasional dan evaluasi

secara berkala diantaranya yaitu buku panduan akademik, kurikulum

yang sesuai dengan kurikulum sekolah yaitu kurikulum KTSP dan

Kurikulum 2013, Struktur Organisasi, Tata tertib pembelajaran, serta

Biaya Operasional.

Ada beberapa materi utama layanan bimbingan belajar.

Adapun materi yang dapat diakomodir melalui kegiatan layanan

bimbingan belajar secara global adalah sebagai berikut :68

68 Hallen A., Bimbingan dan Koseling, 85.


(59)

a. Pengenalan siswa yang mengalami masalah (kesulitan) belajar,

baik karena kondisi kemampuan, motivasi, dan sikap maupun

kebiasaan belajar siswa

b. Pengembangan motivasi, sikap maupun kebiasaan belajar siswa

c. Pengembangan keterampilan belajar, membaca, mencatat,

bertanya, menjawab dan menulis

d. Pengajaran perbaikan

e. Program pengayaan

Teknis pelayanan basic siswa di LBB Primagama sendiri ada

beberapa tahap, diantaranya yaitu:69

a. Tahap pertama, adalah registrasi, yang mencakup

pengenalan program secara detail, layanan administrasi,

serta pemberian sarana belajar, jadwal belajar, dan

lain-lain.

b. Tahap kedua adalah pengenalan. Disini tersedia tes

diagnostic untuk mendiagnosa kesiapan siswa dalam

mengikuti pelajaran baik di Primagama maupun di sekolah.

c. Tahap ketiga adalah konsultasi. Disini terdapat konsultasi

anatara konselor Primagama, orangtua dan siswa mengenai

rencana penempatan kelas berdasarkan hasil tes diagnostic,


(60)

serta konsultasi tentang kursus tambahan sesuai minat dan

bakat.

d. Tahap keempat merupakan learning proses. Pada proses

pembelajaran, siswa mendapatkan instruktur yang handal,

pola pengajaran REC (yaitu menekankan pada materi

remedial), metode belajar smart solution, evaluasi materi

dan evaluasi KBM rutin, serta program AMT (layanan

yang menjaga agar siswa tetap termotivasi untuk belajar.

e. Tahap kelima adalah Ending program. Pada tahap ini,

tujuan siswa mengikuti bimbel di LBB Primagama

dikerucutkan dan direview apa yang sudah didapat dari

Primagama. Disini juga siswa diberi motivasi untuk

mencapai tujuan.

LBB Primagama menyediakan beberapa layanan program

bimbingan belajar yang dapat dipilih oleh calon siswa yaitu program

regular, program intensif, serta program super intensif. Semua

program tersebut mendapat layanan basic seperti yang telah dijelaskan

diatas.

Program regular dilakukan untuk menyiapkan para siswa

secara mental dan materi dalam menghadapi Tes Mid Semester 1, Tes


(61)

dimulai pada awal semester satu dan berakhir pada satu minggu

sebelum tes kenaikan kelas. Sarana yang digunakan disini adalah

panduan belajar bidang studi yang berisi ringkasan teori praktis dan

sistematis, serta paket soal pengayaan.70

Program Intensif merupakan program yang bertujuan untuk

mempersiapkan siswa secara mental dan materi dalam menghadapi

UN dan UAS. Program ini berlangsung sekitar 3 sampai 3,5

bulan.program ini berakhir sekitar tiga hari sebelum tes UN. Sarana

pokok yang digunakan disini adalah Panduan Belajar Ujian Sekolah

(UAS).71

Program Super Intensif memiliki tujuan yang sama dengan

program intensif yaitu menyiapkan siswa baik secara mental maupun

materi untuk menghadapi UN dan UAS. Sarana yang digunakan juga

sama, yaitu buku Panduan Belajar Sukses UN dan Panduan Belajar

Ujian Sekolah. Perbedaan program ini dengan program intensif adalah

lama program atau waktu pelaksanaannya. Program ini hanya

berlangsung 1,5 sampai 2 bulan saja.72

70

Pimagama, Buku Panduan Akademik , 8

71Ibid, 12 72Ibid, 13


(62)

Dalam pelaksanaan program bimbingan belajar, instruktur

sangat berperan penting. Berikut tugas-tugas instruktur :

a. Mengajar sesuai bidang studi

b. Mengajar dengan tepat waktu dan tepat materi

c. Menyampaikan materi dengan menarik minat siswa

d. Membuat suasana ruang bimbingan belajar menjadi nyaman dan

menyenangkan

e. Melaksanakan evaluasi belajar untuk siswa sesuai jadwal

f. Melakukan koordinasi kerja dengan instruktur lain

Pengawasan pengelolaan satuan pendidikan nonformal

meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan dan tindak lanjut

hasil pengawasan. Sedangkan untuk evaluasi, LBB melakukan

evaluasi diri terhadap program yang diselenggarakan. LBB

menetapkan indikator untuk menilai kinerja dan melakukan perbaikan

dalam rangka mencapai Standar Nasional Pendidikan. Satuan

pendidikan nonformal melaksanakan : 73

a. Evaluasi proses pembelajaran secara periodik sesuai

dengan program yang diselenggarakan.

b. Evaluasi program kerja tahunan secara periodik

sekurang-kurangnya satu kali dalam setahun.

73Salinan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 49 tahun 2007 Tentang


(63)

2. Evaluasi Kualitas Layanan Bimbingan Belajar Dengan Model 4D di LBB Primagama

Negative quality model merupakan model yang melihat kualitas

dari sisi negatif melalui elemen 4D yaitu Disconfirmation,

Dissatifaction, Dissonance, dan Disaffection. Model 4D mengevaluasi

kepuasan pelanggan secara kualitatif dengan membandingkan actual

performance dengan suatu standar tertentu yang mencerminkan

performance yang dipercaya masyarakat sebagai brand yang mampu memenuhi keinginan dan kebutuhan mereka.

Evaluasi dengan model 4D yang ada di LBB Primagama

merupakan evaluasi yang berfokus pada kekurangan-kekurangan yang

ada pada lembaga. Dissatisfaction diartikan dengan mengevaluasi

hal-hal yang menjadi alasan pelanggan atau dalam hal-hal ini adalah siswa,

merubah sikapnya kearah negatif. Disconfirmation diartikan sebagai

mengevaluasi hal-hal yang menyebabkan pelanggan merasa tidak puas.

Dissonance diartikan dengan mengevaluasi hal yang dianggap tidak cocok antara harapan pelanggan dengan tindakan dari pihak lembaga.

Disaffected berarti mengevaluasi kekurangan lembaga yang membuat pelanggan memutuskan untuk berhenti menggunakan jasa lembaga ini.

LBB Primagama Nginden Intan Surabaya melaksanakan evaluasi


(64)

dan memperbaiki kesalahan-kesalahan dari pihak LBB Primagama

Nginden Intan Surabaya. Alasannya, evaluasi ini mudah dilakukan.

Hal yang penting dalam mengelolah 4D adalah bagaimana

mengukur setiap elemen 4D. Beberapa cara yang dapat digunakan dalam

pengumpulan data mengenai 4D adalah sebagai berikut : suggestion

channel, customer presentation, evaluation questionaire, customer satisfaction surveys, complaints prosedure, dan wastage including failure and withdrawal. Selanjutya, lembaga atau organisasi perlu melakukan respon terhadap insiden-insiden yang menimbulkan gejala 4D.

Dari beberapa alat yang dapat digunakan untuk mengumpulkan

data mengenai 4D tersebut diatas, LBB Primagama melaksanakan evaluasi

ini dengan menggunakan angket survey kepuasan pelanggan yang disebar

kepada siswa setiap setahun sekali, kontak pengaduan, serta pengamatan

oleh staff dan instruktur kepada pelanggan atau siswa sehari-hari. Angket

evaluasi ini dibuat dengan mengacu pada buku panduan akademik.

Seluruh staff dan instruktur dilibatkan dalam pelaksanaan evaluasi ini.

a. Disconfirmation

Diskonfirmasi adalah kepuasan atau ketidakpuasan yang

dialami oleh seseorang yang merupakan dampak dari perbandingan

antara harapan yang ia miliki sebelum pembelian dengan kondisi


(65)

Dalam pengumpulan data disconfirmation, LBB Primagama menggunakan angket survey kepuasan pelanggan. Angket ini dibuat

berdasarkan ketentuan yang ada di buku panduan akademik

Primagama, berisi pernyataan puas atau tidak puas yang diberikan oleh

siswa. Angket ini disebar kepada siswa secara rutin setiap satu tahun

sekali. Hasil dari pengolahan angket selanjutnya dijadikan acuan untuk

memperbaiki kekurangan lembaga.

b. Dissatisfaction

Dissatisfaction adalah suatu bentuk reaksi negatif atau perubahan ke arah sikap negatif sebagai hasil transaksi tertentu.

Dissatisfaction muncul karena adanya suatu pengalaman buruk dalam mengkonsumsi suatu jasa.

Selain angket yang disebar secara rutin, LBB Primagama

berupaya mengenali siswa yang mengalami gejala dissatisfaction

dengan melakukan pengamatan sehari-sehari. Pihak LBB

memperhatikan siswa-siswa yang sikapnya berubah. Seperti, siswa

yang biasanya terlihat rajin tiba-tiba sering terlambat atau siswa yang

biasanya terbilang semangat berubah menjadi malas atau sedikit diam.

Dalam menindaklanjuti pernyataan siswa yang mengalami

dissatisfaction, jika itu benar dikarenakan instruktur, maka pihak LBB akan menegur instruktur yang bersangkutan dan juga mendiskusikan


(1)

121

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penyajian dan analisis yang telah dipaparkan pada pembahasan sebelumnya, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Manajemen layanan program bimbingan belajar di LBB Primagama Surabaya, tentang perencanaan, pelaksanaan serta pengawasan dan evaluasi telah dilaksanakan dengan baik. Dalam perencanaan, LBB menetapkan pedoman yang mengatur berbagai aspek pengelolaan secara tertulis. Pedoman pengelolaan ini berfungsi sebagai petunjuk pelaksanaan operasional dan evaluasi secara berkala. LBB Primagama telah memiliki pedoman tertulis yang menjadi acuan dalam kegiatan operasional dan evaluasi secara berkala diantaranya yaitu buku panduan akademik, kurikulum yang sesuai dengan kurikulum sekolah yaitu kurikulum KTSP dan Kurikulum 2013, Struktur Organisasi, Tata tertib pembelajaran, serta Biaya Operasional. Kemudian dalam pelaksanaannya, staff dan instruktur melaksanakan tugas dengan baik meskipun masih ada beberapa instruktur yang sempat mengecewakan.

Dalam hal pengawasan, semua staff/karyawan dan instruktur LBB Primagama Nginden Intan Surabaya berwenang mengawasi jalannya


(2)

122

pelayanan program bimbingan belajar. Mereka saling mengingatkan dan saling membantu agar program-program dilaksanakan dengan baik.

2. Evaluasi kualitas layanan bimbingan belajar adalah bagaimana mengukur setiap elemen 4D. Beberapa cara yang dapat digunakan dalam pengumpulan data mengenai 4D adalah sebagai berikut : suggestion channel, customer presentation, evaluation questionaire, customer satisfaction surveys, complaints prosedure, dan wastage including failure and withdrawal. Selanjutya, lembaga atau organisasi perlu melakukan respon terhadap insiden-insiden yang menimbulkan gejala 4D. LBB Primagama telah menggunakan beberapa cara diatas untuk mengumpulkan data mengenai 4D meskipun tidak semua cara tersebut diatas digunakan oleh LBB ini.

3. Berdasarkan hasil penelitian di LBB Primagama Nginden Intan Surabaya, faktor pendukung dalam pelaksanaan evaluasi kualitas layanan program bimbingan belajar adalah kedekatan siswa dengan instruktur, kerjasama yang baik antara staff dan instruktur. Selain itu, evaluasi ini mudah dilaksanakan tanpa perlu sarana yang bermacam-macam. Sedangkan faktor yang menghambat evaluasi kualitas layanan bimbingan belajar adalah para siswa tidak serius dalam mengisi


(3)

123

angket. Selain itu, siswa yang pendiam juga menjadi faktor penghambat jalannya evaluasi kualias layanan 4D.

B. Saran

Untuk melaksanakan evaluasi kualitas layanan bimbingan belajar dengan model 4D yang sempurna maka sebaiknya LBB Primagama :

1. Menggunakan semua alat pengumpulan data 4D yang terdiri dari suggestion channel, customer presentation, evaluation questionaire, customer satisfaction surveys, complaints prosedure, dan wastage including failure and withdrawal, bukan hanya menggunakan angket, pemgamatan, dan kontak pengaduan saja.

2. Sebaiknya angket tidak hanya disebar satu kali, minimal dua kali dalam satu tahun.


(4)

xvi

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2001. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Abdulhak,Ishak. 2013. Penelitian Tindakan Dalam Pendidikan Nonformal. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Acitya, Memahami Pengertian Lembaga, Acitya Untuk Indonesia, March 18, 2013. Acessed February 02, 2017. http://acitya-fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-74972-ArtikelAN-Pengertian%20Lembaga.html

A,Hallen. 2002.Bimbingan dan Koseling .Jakarta : Ciputat Press.

Ahmadi,Abu & Widodo Supriyono.2004.Psikologi Belajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Bungin, Burhan.2011. Penelitian Sosial.Surabaya: Airlangga University Press.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka, Cet Ke-III.

Divisi Akademik Primagama. 2013.Buku Panduan Akademik. Yoggyakarta :Graha Primagama

Kotler,Philip. Manajemen Pemasaran, Terjemahan Hendra Teguh, Ronny A, Rusli, Benjamin Molan, jilid 1 & 2 edisi Milenium.2003.Jakarta : PT. Prenhalindo.


(5)

xvii

Kotler, Philip & Amstrong Garry.2004.Dasar-Dasar Pemasaran .Jakarta : PT. Indeks.

Lupiyoadi & Hamdani. 2008.Manajemen Pemasaran Jasa .Jakarta : Salemba Empat.

Mappiare,Ansi.1993. Pengantar Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah .Surabaya : Usaha Nasional.

Moloeng, Lexy J. 2009.Metodologi Penelitian Kuantitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Poerwanto, Hendra. 2000. Mengevaluasi Kualitas Layanan Jasa dengan Menggunakan Model 4D, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, vol. 2, Nomor 2

Nasution, S. 2007. Metode Research; Penelitian Ilmiah .Jakarta: Bumi Aksara, 2007.

Prayitno.1997. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah.Jakarta : PT. Ikrar Mandiri Abadi..

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81 tahun 2013, tentang Pendirian Satuan Pendidikan Nonformal.

Salinan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 49 tahun 2007 Tentang Standar Pengelolaan Pendidikan Oleh Satuan Pendidikan

Nonformal.

Sugiono. 2009.Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung : Alfabeta.


(6)

xviii

Sugiyono.2015. Memahami Penelitian Kualitatif .Bandung : Alfabeta . Sukmadinata, Nana Syaodih.2007. Metode Penelitian Pendidikan .Bandung: Remaja Rosdakarya.

Susanty,Aries. 2009. Mengevaluasi Kualitas Layanan Pembelajaran Dengan Menggunakan Konsep 4D (Disconfirmation, Dissatisfaction, Dissonance,

Disaffection) Dan Pengaruhnya Terhadap Motivasi Belajar, Jurnal Jati Undip, vol IV, nomor 3.

Tjiptono, Fandy. 2006. Manajemen Jasa .Yogyakarta : Andi Offset

Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. 1996. Metodologi Penelitian Sosial .Jakarta : Bumi Aksara.


Dokumen yang terkait

Strategi pemasaran lembaga bimbingan belajar Primagama Vila Nusa Indah Bogor

12 114 195

Analisis Aplikasi Evaluasi Belajar Siswa Pada Lembaga Bimbingan Belajar Ganesha Operation

0 5 1

Analisis Efektifitas Bauran Promosi Pada Lembaga Bimbingan Belajar Primagama Quantum Kids Bogor

7 29 97

PENULISAN HUKUM / SKRIPSI TANGGUNG JAWAB PERDATA DALAM PERJANJIAN JASA BIMBINGAN BELAJAR ATAS KEGAGALAN STUDI ANAK DIDIK (STUDI KASUS LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR PRIMAGAMA YOGYAKARTA).

0 2 11

PENDAHULUAN TANGGUNG JAWAB PERDATA DALAM PERJANJIAN JASA BIMBINGAN BELAJAR ATAS KEGAGALAN STUDI ANAK DIDIK (STUDI KASUS LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR PRIMAGAMA YOGYAKARTA).

0 3 16

PENUTUP TANGGUNG JAWAB PERDATA DALAM PERJANJIAN JASA BIMBINGAN BELAJAR ATAS KEGAGALAN STUDI ANAK DIDIK (STUDI KASUS LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR PRIMAGAMA YOGYAKARTA).

0 2 5

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR Hubungan Antara Persepsi Terhadap Layanan Bimbingan Konseling Dengan Kedisiplinan Belajar.

0 0 16

KONTRIBUSI KONSEP 4D (DISCONFIRMATION,DISSATISFACTION, DISSONANCE,DISSAFECTION) DALAM MENGEVALUASI KUALITAS LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR DAN PENGARUHNYA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PRIMAGAMA DI SURABAYA TIMUR.

0 0 115

layanan bimbingan belajar untuk SD

0 0 15

KONTRIBUSI KONSEP 4D (DISCONFIRMATION,DISSATISFACTION, DISSONANCE,DISSAFECTION) DALAM MENGEVALUASI KUALITAS LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR DAN PENGARUHNYA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PRIMAGAMA DI SURABAYA TIMUR

0 0 24