PENINGKATAN KUALITAS KERJA KEPALA SEKOLAH DI MTs AL‐FALAH JETIS KECAMATAN KALIWUNGU Peningkatan Kualitas Kerja Kepala Sekolah Di MTs Al‐Falah Jetis Kecamatan KaliwungU.
PENINGKATAN KUALITAS KERJA KEPALA SEKOLAH
DI MTs AL‐FALAH JETIS KECAMATAN KALIWUNGU
NASKAH PUBLIKASI
Oleh :
SUGITO
NIM: Q 100 100 003
PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
NASKAH PUBLIKASI
PENINGKATAN KUALITAS KERJA KEPALA SEKOLAH
DI MTs AL‐FALAH JETIS KECAMATAN KALIWUNGU
Telah disetujui oleh:
Pembimbing II
Dr. Suwaji.
Pembimbing I
Prof. Dr. Abdul Ngalim, MM., M.Hum.
ABSTRAK
SUGITO. Q 100100003. Judul “Peningkatan Kualitas Kerja Kepala Sekolah di
MTs Al‐Falah Jetis Kecamatan Kaliwungu”. Tesis. Program Magister Manajemen
Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta 2013.
Tujuan Penelitian ini adalah a) Visi dan misi MTs Al‐Falah Jetis Kecamatan
Kaliwungu yang efektif; b) Kepemimpinan kepala sekolah MTs Al‐Falah Jetis
Kecamatan Kaliwungu; c) Kualitas kerja kepemimpinan kepala sekolah di MTs Al‐
Falah Jetis Kecamatan Kaliwungu.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Penelitian ini
dilaksanakan di MTs Al‐Falah Jetis Kecamatan Kaliwungu. Informasn kepala
sekolah, guru dan siswa. Keabsahan data menggunakan teknik triangulasi
sumber.
Kesimpulan penelitian ini adalah: 1) Upaya kepala sekolah dalam
peningkaatan kualitas kerja di MTs Al‐Falah Jetis Kecamatan Kaliwungu. (a)
Kepala Sekolah Selaku Pimpinan, (b) Kepala Sekolah Selaku Administrator
Menyelenggarakan Administrasi, (c) Kepala Sekolah Selaku Supervisor Bertugas
Menyelenggarakan Supervisi Mengenai, 2) Upaya Peningkatan Kualitas Kerja
Kepala Sekolah di MTs Al‐Falah Jetis Kecamatan Kaliwungu dari Karakteristik
Kepemimpinan, yaitu Kepala sekolah merupakan pejabat formal, manajer,
pemimpin dan pendidik. Jabatan kepala sekolah memerlukan persyaratan
universal yang harus dipenuhi. Persyaratan tersebut meliputi keahlian atau
kemampuan dasar dan sifat atau watak.
Kata kunci: pengelolaan, pembelajaran produktif.
ABSTRACT
Sugito. Q 100100003. Title “THE ENHANCEMENT OF WORK QUALITY OF
PRINCIPLE OF MTS AL‐FALAH JETIS KECAMATAN KALIWUNGU”. Thesis.
Education Management Magister of Graduate Program University of
Muhammadiyah Surakarta 2013.
Purpose of this study are a) the effectively of vision and mission in MTS
Al‐Falah Jetis Kecamatan kaliwungu; b) the leadership of the principle of MTS Al‐
Falah Jetis Kecamatan kaliwungu; c) quality of work the principle of MTS Al‐Falah
Jetis Kecamatan kaliwungu.
This research uses qualitative descriptive approach. This research
occurred in MTS Al‐Falah Jetis Kecamatan kaliwungu. The informant are the
principle, teachers, and students. Data validation in this research uses resource
triangulation technique.
The conclusions of this research are: 1) the efforts of the principle in the
development of work quality in MTS Al‐Falah Jetis Kecamatan kaliwungu. (a) the
principle as the leader, (b) the principle as the administrator performing
administration, (c) the principle as the supervisor execute the performance of
supervision relates to, 2) efforts of the work quality development of the principle
in MTS Al‐Falah Jetis Kecamatan kaliwungu from the leadership characteristic,
which the principle as the formal functionary, manager, leader, and educator.
The position of the principle acquires universal requirements that must be
fulfilled. Those requirements include expertise, of basic ability and character and
attitude.
Keywords: arrangement, productive learning.
PENDAHULUAN
Tanggung jawab kepala sekolah tidak hanya terbatas pada tugas internal
sekolah saja tetapi juga tugas di luar sekolah yang berhubungan dan berinteraksi
dengan masyarakat dan pihak orang tua murid. Untuk menghadapi berbagai
pihak dengan berbagai sifat yang berbeda, maka kepala sekolah perlu memiliki
kesadaran tentang adanya perbedaan‐perbedaan yang terjadi di dalam kelompok
yang dihadapi. Kepala sekolah harus mampu menjadi mediator antara sekolah
dengan masyarakat, dengan menyediakan waktu untuk semua pihak agar bisa
berdialog dan membuat kesepakatan dan konsensus yang merefleksikan
harapan‐harapan masyarakat dan kepala sekolah dan pihak terhadap sekolah itu
sendiri .
Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, fokus dalam penelitian
ini, “Bagaimana upaya kepala sekolah meningkatkan kualitas kerja. Fokus
tersebut dibagi menjadi 3 (tiga) sub fokus.
a. Bagaimana upaya kepala sekolah dalam peningkaatan kualitas kerja di MTs
Al‐Falah Jetis Kecamatan Kaliwungu.
b. Bagaimana upaya peningkatan kualitas kerja kepala sekolah di MTs Al‐Falah
Jetis Kecamatan Kaliwungu dari karakteristik kepemimpinan.
Sesuai dengan fokus penelitian tersebut, ada 3 tujuan yang ingin dicapai.
1. Visi dan misi MTs Al‐Falah Jetis Kecamatan Kaliwungu yang efektif.
2. Kepemimpinan kepala sekolah MTs Al‐Falah Jetis Kecamatan Kaliwungu
3. Kualitas kerja kepemimpinan kepala sekolah di MTs Al‐Falah Jetis Kecamatan
Kaliwungu.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengembangkan
pendidikan, baik secara teoritis maupun secara praktis.
1. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan untuk memperluas
kajian bagi kepala sekolah dalam memimpin sekolah agar lebih optimal
sesuai dengan sumber daya yang ada di sekolah pada Madrasah Tsanawiyah.
2. Secara praktis, hasil penelitian ini sangat bermanfaat bagi para Kepala
Sekolah, guru sebagai pembimbing, dan pihak terkait, khususnya
dilingkungan dunia pendidikan dan dalam rangka pengembangan terhadap
ilmu kepemimpinan yang terus mengalami perubahan dan perkembangan.
Kualitas kerja adalah suatu hasil yang dapat diukur dengan efektifitas dan
efisiensi suatu pekerjaan. Pekerjaan tersebut dilakukan oleh sumber daya
manusia atau sumber daya lainnya dalam pencapaian tujuan atau sasaran
perusahaan dengan baik dan berdaya guna. Berdasarkan definisi tersebut dapat
menyimpulkan bahwa kualitas kerja suatu standar fisik yang diukur karena hasil
kerja yang dilakukan atau dilaksanakan karyawan atas tugas‐tugasnya. Flippo
(1995:28)
Bitner dan Zeithaml (dalam Riorini, 2004:22) menyatakan untuk dapat
meningkatkan performance quality (kualitas kerja) ada beberapa cara yang dapat
dilakukan oleh perusahaan yaitu dengan memberikan pelatihan atau training,
memberikan insentive atau bonus dan mengaplikasikan atau menerapkan
teknologi yang dapat membantu meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja.
Kepala sekolah berasal dari dua kata yaitu “kepala” dan “sekolah”. Kata
kepala dapat diartikan “ketua” atau “pemimpin” dalam suatu organisasi atau
sebuah lembaga. Sedangkan kata “sekolah” diartikan sebagai sebuah lembaga di
mana menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran, Wahjosumijo (1999).
Pemimpinan adalah motor penggerak yang senantiasa mempengaruhi,
mendorong dan mengarahkan orang‐orang yang dipimpinnya supaya mereka
mau bekerja dengan penuh semangat dan kepercayaan dalam rangka mencapai
tujuan‐tujuan organisasi. Oleh karena itu pemimpin seharusnya dapat memandu,
menuntun, membimbing, memberi atau membangun motivasi kerja,
mengemudikan organisasi, menjalin jaringan komunikasi yang lebih baik,
sehingga mampu membawa para bawahan untuk mencapai tujuan yang
direncanakan. Menurut Kartono dalam (Anwar, 2003: 67) menyatakan bahwa
pada setiap kepemimpinan minimal mencakup tiga unsur, yakni: 1) ada seorang
pemimpin yang memimpin, mempengaruhi, dan memberikan bimbingan, 2) ada
bawahan yang dikendalikan, 3) ada tujuan yang diperjuangkan melalui
serangkaian kegiatan.
Kepala sekolah mempunyai dua peran utama, pertama sebagai pemimpin
institusi bagi para guru, dan kedua memberikan pimpinan dalam manajemen.
Pembaharuan pendidikan melalui manajemen berbasis sekolah (MBS) dan
komite sekolah yang diperkenalkan sebagai bagian dari desentralisasi
memberikan kepada kepala sekolah kesempatan yang lebih besar untuk
menerapkan dengan lebih mantap berbagai fungsi dari kedua peran tersebut
(Jurnal
MBE
Peran
Kepala
Sekolah
dan
Komite
Sekolah,
2007.
http://mbeproject.net/mbe59.html).
Pada dasarnya seluruh kegiatan yang berlangsung dalam sebuah sekolah
merupakan akibat atau konsekuensi dari berbagai keputusan yang diambil
pimpinan. Apakah pada akhirnya sekolah berhasil mencapai sasaran secara
efisien atau sebaliknya mengalami kegagalan, ditentukan oleh ketepatan dari
berbagai keputusan yang diambil pimpinan. Untuk mendukung proses
pengambilan keputusan yang tepat, setiap sekolah perlu memiliki sistem
pengelolaan informasi yang baik karena setiap keputusan memerlukan dukungan
informasi yang cepat, tepat, dan akurat. Kebutuhan akan sistem seperti itu
semakin dirasakan ketika kita dihadapkan pada persaingan terbuka yang semakin
ketat seperti sekarang ini.
Peranan kepala sekolah sebagai pengambil keputusan merupakan peran
yang paling penting dari peranan yang lain seperti informasional dan
interpersonal. Ada empat peran sebagai pengambil keputusan yaitu,
enterpreneur artinya kepala sekolah berusaha memperbaiki penampilan sekolah.
Disturbance handler artinya memperhatikan gangguan yang timbul di sekolah. A
resource allocater artinya menyediakan segala sumber daya sekolah. A
negotiator roles artinya kepala sekolah harus mampu untuk mengadakan
pembicaraan dan musyawarah dengan pihak luar (Wahyosumidjo, 2002:94).
Lebih lanjut Wahyosumidjo (2002:93‐94), menambahkan bahwa dalam
pengambilan keputusan kepala sekolah berperan sebagai manajer, artinya
berperan dalam proses, pendayagunaan seluruh sumber organisasi dan
pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
a. Clifford (2010) dengan judul “Hiring Quality School Leaders: Challenges and
Emerging Practices”. Penelitian ini membahas tentang Memilih pemimpin
baru bukanlah tugas yang mudah bagi organisasi apapun, dan pekerjaan yang
kompleks sekolah membuat identifikasi dan seleksi kepala bahkan lebih
hallenging. Meningkatnya permintaan berkualitas tinggi kepala sekolah di
sekolah membutuhkan kabupaten untuk memilih kepala sekolah yang siap
untuk menggunakan pendekatan kepemimpinan kontemporer untuk
meningkatkan pengajaran, pembelajaran, dan kinerja organisasi.
b. DR. Yusuf K. K Nsubuga (2006) dengan judul “Analysis of Leadership Styles
and School Performance of Secondary Schools in Uganda”. Dengan
penelitiannya sebagai berikut Penelitian ini berusaha untuk menganalisis
gaya kepemimpinan dari kepala sekolah dan kinerja sekolah sekolah
menengah di Uganda. Peneliti mengakui dari literatur dan pengalaman dari
pengamatan kepemimpinan di sekolah bahwa ada banyak gaya
kepemimpinan yang digunakan oleh guru kepala sekolah. Namun, untuk
tujuan studi ini, peneliti meneliti hubungan antara gaya kepemimpinan
secara umum dan kinerja sekolah, dan dianalisis empat gaya kepemimpinan
dan kinerja sekolah.
c. Richard M. Felder (2007) dengan judul “How To Improve Teaching Quality”.
Membahas tentang untuk meningkatkan kualitas pengajaran akhirnya turun
ke ini. Instruktur yang ingin meningkatkan pengajaran dalam suatu kursus
harus berkonsultasi literatur, melihat metode pembelajaran telah terbukti
untuk bekerja, dan menerapkan mereka dengan mana mereka merasa paling
nyaman. Manajemen kualitas total tidak perlu masukkan gambar sama sekali.
Administrasi yang ingin meningkatkan kualitas program pengajaran yang
pertama harus membuat komitmen yang diperlukan untuk menyediakan
sumber daya yang diperlukan dan insentif untuk partisipasi fakultas.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Sukmadinata
(2007:72) menjelaskan bahwa sebuah penelitian kualitatif pada dasarnya
merupakan sebuah aktifitas pengamatan terhadap individu dalam lingkungan
hidupnya. Karakteristik yang menggunakan pendekatan kualitatif, Moleong
(2006:80) antara lain adalah 1) menggunakan pendekatan kualitatif, 2) Manusia
sebagai alat (instrument), 3) Metode kualitatif, 4) Analisis data secara induktif, 5)
Teori dari dasar (grounded theory), 6) Diskriptif, 7) Lebih mementingkan proses
daripada hasil, 8) Adanya batas yang ditentukan oleh fokus, 9) Adanya kriteria
khusus untuk keabsahan, 10) Desain yang bersifat sementara, 11) Hasil
penelitian dirundingkan dan disepakati bersama.
Sutopo (2002:35) penelitian deskriptif berusaha mendeskripsikan dan
menginterprestasikan apa yang ada (dapat berupa kondisi atau hubungan yang
ada, pendapat yang sedang tumbuh, proses yang sedang berlangsung, akibat
atau efek yang terjadi, atau kecenderungan yang tengah berkembang). Penelitian
deskriptif kualitatif mengunggulkan pada data‐data yang berupa kata‐kata
tertulis atau lisan dari orang‐orang dan perilaku yang dapat diamati akan lebih
tepat menggunakan pendekatan kualitatif.
Desain penelitian ini adalah menggunakan pendekatan etnografi. Model
etnografi adalah penelitian untuk mendeskripsikan kebudayaan sebagaimana
adanya.
Sesuai dengan fokus penelitiannya, tempat atau lokasi penelitian adalah
di MTs Al‐Falah Jetis Kecamatan Kaliwungu.
Berdasarkan paparan mengenai kehadiran peneliti maka peneliti dalam
penelitian ini menempatkan diri sebagai pengamat atau siswa. Penetapan
peneliti dalam kehadiran penelitian sebagai pengamat karena peneliti belum
mengetahui atau tidak mengenal situasi dan kondisi lokasi penelitian tersebut.
Data merupakan serangakaian informasi. Informasi yang lengkap
diperoleh dari berbagai sumber secara serius. Sumber data yang merupakan
informasi dalam penelitian ini adalah data menunjukkan pengelolaan
pembelajaran mata pelajaran produktif dan hasil wawancara langsung dengan
pihak‐pihak yang mendukung penelitian ini, yaitu kepala sekolah, guru dan siswa.
Narasumber dalam penelitian ini adalah guru, siswa maupun kelapa sekolah.
a. Observasi yaitu pengamatan langsung kepada obyek di lapangan yang
dilakukan untuk mendapatkan informasi atau data dari penelitian baik
berupa subyek atau obyek yang bersangkutan.
b. Wawancara yaitu pengumpulan data dengan melakukan tatap muka dan
mengajukan pertanyaan‐pertanyaan kepada pihak‐pihak yang berkompeten
terhadap bidang‐bidang yang akan diteliti.
c. Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal‐hal atau variable yang berupa
cataran, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
agenda dan sebagainya. Menggunakan metode dokumentasi ini peneliti
memegang check‐list untuk mencari variable yang sudah ditentukan.
Ketiga komponen pokok tersebut meliputi pengumpulan data, reduksi
data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan
(verifikasi).
Dalam menguji keabsahan suatu data atau pengawasan yang terus‐
menerus, trianggulasi teknik pengumpulan data, menganalisis kasus negative,
mengadakan sumber check, serta membicarakan dengan orang lain atau teman
sejawat.
PEMBAHASAN
Secara garis besar, ruang lingkup tugas kepala sekolah dapat
diklasifikasikan ke dalam dua aspek pokok, yaitu pekerjaan di bidang administrasi
sekolah dan pekerjaan yang berkenaan dengan pembinaan profesional
kependidikan. Untuk melaksanakan tugas tersebut dengan sebaik – baiknya, ada
tiga jenis ketrampilan pokok yang harus dimiliki oleh kepala sekolah sebagai
pemimpin pendidikan yaitu ketrampilan teknis (technical skill), ketrampilan
berkomunikasi (human relations skill) dan ketrampilan konseptual (conceptual
skill).
Sebagai seorang kepala sekolah yang ingin mewujudkan sebuah visi
sekolah yaitu “terciptanya sekolah yang unggul dalam bidang Iptek yang
dilandasi Imtaq dan berwawasan lingkungan” harus mempunyai strategi untuk
menjalankan visi tersebut. Landasan imtek tersebut diwujudkan dengan proses
penanaman nilai‐nilai agama Islam melalui beberapa kegiatan pembelajaran
keagamaan yang ada di sekolah. Strategi yang digunakan kepala sekolah dalam
membentuk karakteristik di MTs Al Falah Jetis.
KESIMPULAN
1. Kepala Sekolah Selaku Pimpinan
‐
Menyusun perencanaan
‐
Mengorganisasikan kegiatan
‐
Mengkoordinasikan kegiatan
‐
Melaksanakan pengawasan
‐
Melakukan Evaluasi terhadap kegiatan
‐
Menentukan kebijaksanaan
‐
Mengadakan rapat
‐
Mengambil keputusan
‐
Mengatur proses belajar mengajar
‐
Mengatur administrasi: Ketatausahan, siswa, ketenagaan, sarana dan
prasarana, keuangan/RAPBS
‐
Mengatur OSIS
‐
Mengatur hubungan sekolah dengan masyarakat dan instansi terkait
2. Kepala Sekolah Selaku Administrator Menyelenggarakan Administrasi:
‐
Perencanaan
‐
Pengorganaisasian
‐
Pengarahan
‐
Pengkoordinasi
‐
Pengawasan
‐
Kurikulum
‐
Kesiswaan
‐
Ketata Usahaan
‐
Ketenangan
‐
Kantor
‐
Keuangan
‐
Perpustakaan
‐
Laboratorium
‐
Ruang keterampilan
‐
Binmbingan konseling
‐
UKS
‐
OSIS
‐
Serbaguna
‐
Media
‐
Gudang
3. Kepala Sekolah Selaku Supervisor Bertugas Menyelenggarakan Supervisi
Mengenai:
‐
Proses belajar mengajar
‐
Kegiatan bimbingan dan konseling
‐
Kegiatan Ekstra kulikuler
‐
Kegiatan Ketata usahaan
‐
Kegiatan kerja sama dengan masyarakat dan instansi terkait
‐
Kegiatan OSIS
‐
Sarana dan prsarana
4. Upaya Peningkatan Kualitas Kerja Kepala Sekolah di MTs Al‐Falah Jetis
Kecamatan Kaliwungu dari Karakteristik Kepemimpinan, yaitu Kepala sekolah
merupakan pejabat formal, manajer, pemimpin dan pendidik. Jabatan kepala
sekolah memerlukan persyaratan universal yang harus dipenuhi. Persyaratan
tersebut meliputi keahlian atau kemampuan dasar dan sifat atau watak
Kemampuan‐kemampuan yang harus dimiliki oleh kepala sekolah dalam
menjalankan kepemimpinan situasional dapat dijelaskan seperti berikut
a. Keahlian atau kemampuan dasar, meliputi Technical skill, Human skills,
Conceptual skill.
b. Kualifikasi pribadi
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
_______. 2004. Standar Kompetensi Guru. Jakarta: Depdiknas
Agus, Dharma. 2000. Produktivitas dan Efisien Ekonomi. Jakarta : Raja Grafindo
Press.
Anwar, 2003. Pendidikan Kecakapan Hidup. Bandung: Alfabeta.
Arcaro, Jerome. 2006. Pendidikan Berbasis Mutu (Prinsip‐Prinsip Perumusan dan
Tata Langkah Penerapan). Penerjemah Yosal Irianta. Yogyakarta: Pustaka
Belajar.
Arikunto, Suharsimi. 2004. Prosedur Penelitian: Suatu pendekatan Praktek.
Bandung: Rineka Cipta.
Atmodiwirio, S: oebagyo. 2002. Manajemen Pelatihan. JakartaPT. Ardadizya Jaya.
Cascio, Wayne F. 2003. Managing Human Resources. Colorado: Mc Graw –Hill.
Danim, Sudarman.(2008). Kinerja Staf Dan Organisasi. Bandung:Pustaka Setia
Davies, Owen R., Andrew L. Lewis, Martin J. Whitaker, Hongyun Tai, Kevin M.
Shakesheff, Steven M. Howdle;, 2008, “Applications of Supercritical CO2
in The Fabrication of Polymer Systems for Drug Delivery and Tissue
Engineering”, Advanced Drug Delivery Reviews, 60, hal. 373‐387
Departemen Dalam Negeri RI.2000. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 25Tahun 2000, tentang Kewenangan Pemerintah Pusat dan
Propinsi sebagai Daerah Otonom. Jakarta.
Dessler, Gary, 1997, Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi ke‐7, Alih bahasa,
Jilid 1 & Jilid 2, Jakarta: Prenhallindo.
Djatmiko, Yayat Hayati. 2005. Perilaku Organisasi. Bandung : CV. Alfabeta.
Fahrudin Js Pareke, 2004. Jurnal Kepemimpinan Transformasional Dan Perilaku
Kerja Bawahan: Sebuah Agenda Penelitian. www.fokus.ekonomi.co.id.
Vol.. 3 – No. 2 – Agustus 2004.
Flippo, Edwin, 1995. Manajemen Personalia, Edisi Keenam, Jakarta: Erlangga.
Hasibuan, S. P, Melayu. 2007. Manajemen Sumber daya Manusia cetakan
kesepuluh. Jakarta: Bumi Aksara.
Heri Purwanto, 1998, Pengantar Perilaku Manusia Untuk Keperawatan, EGC,
Jakarta.
Malayu, P Siagian, 2002, Kitat Meningkatkan Produktivitas Kerja, Cetakan
Pertama, Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.
Margono.2003. Metodelogi Penelitian Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Matutina. 2001. Manajemen Sumber daya Manusia cetakan kedua. Jakarta:
Gramedia Widia Sarana Indonesia.
Moeljono, Djokosantoso. 2003. Budaya Korporat dan Keunggulan Korporasi,
“Pengembangan Budaya Korporasi.” Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Moh. Nazir, 1999, Metode Penelitian, Jakarta; Ghalia Indonesia.
Moleong, L. J. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya.
Mulyana, Deddy. 2003. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Mulyasa E., 2006. Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung, Remaja
Rosdakarya.
Nurkolis. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Grasindo.
Pawar, B.S., and Easman, K.K. 1997. The Nature and Implication of Contextual
Influences on Transactional Leadership: A Conceptual Examination.
Academy of Management Review, 22 (1): 80‐109.
Riggio, R, E, 2000, Introduction To Industrial/Organizational Psychology ,
ThirdEdition, Prentice Hall, New Jersey
Riorini, Sri vandayuli, “Quality Performance dan Komitmen Organisasi”, Jurnal
Media Riset Bisnis dan Manajemen. Volume 4, Nomor 3, 2004, hal 253‐
274.
Rivai, Veithzal, 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan dari
Teori ke Praktek. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Situmorang, Syafrizal Helmi, 2008. Bisnis Perencanaan dan Pengembangan, USU
Press, Medan
Sugiyono.2003. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV.Alfabeta.
Sukino dan Wilson.2007. Matematika untuk SMP kelaVII. Jakarta: Erlangga
Suryabrata, S. 1987. Metode Penelitian. Jakarta: CV. Rajawali.
Umar, Husein, 2002, Riset Sumber Daya Manusia, cetakan Keempat, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Undang‐Undang 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah
Wahjosumidjo. 1999. Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta :Ghalia Indonesia.
Wiles,Kimball. 1961. Supervision for Better Schools. New York: Englewood Cliffs,
Printice – Hall.
Jurnal:
Dr Yusuf K. Nsubuga 2006. Basic and Secondary Education Ministry of Education
and Sports.
Matthew Clifford, Ph.D. 2010. Hiring Quality School Leaders: Challenges and
Emerging Practices. Learning Point Associates.
Richard M. Felder. 2007. How To Improve Teaching Quality. Department of
Chemical Engineering North Carolina State University. Quality
Management Journal, 6(2), 9‐21.
Internet:
Jurnal MBE Peran Kepala Sekolah dan Komite Sekolah, 2007.
http://mbeproject.net/mbe59.html. (diakses pada tanggal 18 Januari
2012).
Marjohan, 2007. Artikel Tanggung Jawab Kepala Sekolah atas Mutu Pendidikan.
www.edu_articles.com. (diakses pada tanggal 18 Januari 2012).
Risyanto. 2006. Faktor‐Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Pengambilan
Keputusan Kepala SLTP Negeri (Studi Deskriptif Analitik pada SLTP Negeri
di
Kec.
Ciamis
Kabupaten
Ciamis
http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd‐0927106‐093800.
(diakses
pada tanggal 18 Januari 2012).
www.tikkysuwantikno.wordpress.com. (diakses pada tanggal 18 Januari 2012).
http://lib.uin‐malang.ac.id/?mod=th_detail&id=08710027
DI MTs AL‐FALAH JETIS KECAMATAN KALIWUNGU
NASKAH PUBLIKASI
Oleh :
SUGITO
NIM: Q 100 100 003
PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
NASKAH PUBLIKASI
PENINGKATAN KUALITAS KERJA KEPALA SEKOLAH
DI MTs AL‐FALAH JETIS KECAMATAN KALIWUNGU
Telah disetujui oleh:
Pembimbing II
Dr. Suwaji.
Pembimbing I
Prof. Dr. Abdul Ngalim, MM., M.Hum.
ABSTRAK
SUGITO. Q 100100003. Judul “Peningkatan Kualitas Kerja Kepala Sekolah di
MTs Al‐Falah Jetis Kecamatan Kaliwungu”. Tesis. Program Magister Manajemen
Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta 2013.
Tujuan Penelitian ini adalah a) Visi dan misi MTs Al‐Falah Jetis Kecamatan
Kaliwungu yang efektif; b) Kepemimpinan kepala sekolah MTs Al‐Falah Jetis
Kecamatan Kaliwungu; c) Kualitas kerja kepemimpinan kepala sekolah di MTs Al‐
Falah Jetis Kecamatan Kaliwungu.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Penelitian ini
dilaksanakan di MTs Al‐Falah Jetis Kecamatan Kaliwungu. Informasn kepala
sekolah, guru dan siswa. Keabsahan data menggunakan teknik triangulasi
sumber.
Kesimpulan penelitian ini adalah: 1) Upaya kepala sekolah dalam
peningkaatan kualitas kerja di MTs Al‐Falah Jetis Kecamatan Kaliwungu. (a)
Kepala Sekolah Selaku Pimpinan, (b) Kepala Sekolah Selaku Administrator
Menyelenggarakan Administrasi, (c) Kepala Sekolah Selaku Supervisor Bertugas
Menyelenggarakan Supervisi Mengenai, 2) Upaya Peningkatan Kualitas Kerja
Kepala Sekolah di MTs Al‐Falah Jetis Kecamatan Kaliwungu dari Karakteristik
Kepemimpinan, yaitu Kepala sekolah merupakan pejabat formal, manajer,
pemimpin dan pendidik. Jabatan kepala sekolah memerlukan persyaratan
universal yang harus dipenuhi. Persyaratan tersebut meliputi keahlian atau
kemampuan dasar dan sifat atau watak.
Kata kunci: pengelolaan, pembelajaran produktif.
ABSTRACT
Sugito. Q 100100003. Title “THE ENHANCEMENT OF WORK QUALITY OF
PRINCIPLE OF MTS AL‐FALAH JETIS KECAMATAN KALIWUNGU”. Thesis.
Education Management Magister of Graduate Program University of
Muhammadiyah Surakarta 2013.
Purpose of this study are a) the effectively of vision and mission in MTS
Al‐Falah Jetis Kecamatan kaliwungu; b) the leadership of the principle of MTS Al‐
Falah Jetis Kecamatan kaliwungu; c) quality of work the principle of MTS Al‐Falah
Jetis Kecamatan kaliwungu.
This research uses qualitative descriptive approach. This research
occurred in MTS Al‐Falah Jetis Kecamatan kaliwungu. The informant are the
principle, teachers, and students. Data validation in this research uses resource
triangulation technique.
The conclusions of this research are: 1) the efforts of the principle in the
development of work quality in MTS Al‐Falah Jetis Kecamatan kaliwungu. (a) the
principle as the leader, (b) the principle as the administrator performing
administration, (c) the principle as the supervisor execute the performance of
supervision relates to, 2) efforts of the work quality development of the principle
in MTS Al‐Falah Jetis Kecamatan kaliwungu from the leadership characteristic,
which the principle as the formal functionary, manager, leader, and educator.
The position of the principle acquires universal requirements that must be
fulfilled. Those requirements include expertise, of basic ability and character and
attitude.
Keywords: arrangement, productive learning.
PENDAHULUAN
Tanggung jawab kepala sekolah tidak hanya terbatas pada tugas internal
sekolah saja tetapi juga tugas di luar sekolah yang berhubungan dan berinteraksi
dengan masyarakat dan pihak orang tua murid. Untuk menghadapi berbagai
pihak dengan berbagai sifat yang berbeda, maka kepala sekolah perlu memiliki
kesadaran tentang adanya perbedaan‐perbedaan yang terjadi di dalam kelompok
yang dihadapi. Kepala sekolah harus mampu menjadi mediator antara sekolah
dengan masyarakat, dengan menyediakan waktu untuk semua pihak agar bisa
berdialog dan membuat kesepakatan dan konsensus yang merefleksikan
harapan‐harapan masyarakat dan kepala sekolah dan pihak terhadap sekolah itu
sendiri .
Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, fokus dalam penelitian
ini, “Bagaimana upaya kepala sekolah meningkatkan kualitas kerja. Fokus
tersebut dibagi menjadi 3 (tiga) sub fokus.
a. Bagaimana upaya kepala sekolah dalam peningkaatan kualitas kerja di MTs
Al‐Falah Jetis Kecamatan Kaliwungu.
b. Bagaimana upaya peningkatan kualitas kerja kepala sekolah di MTs Al‐Falah
Jetis Kecamatan Kaliwungu dari karakteristik kepemimpinan.
Sesuai dengan fokus penelitian tersebut, ada 3 tujuan yang ingin dicapai.
1. Visi dan misi MTs Al‐Falah Jetis Kecamatan Kaliwungu yang efektif.
2. Kepemimpinan kepala sekolah MTs Al‐Falah Jetis Kecamatan Kaliwungu
3. Kualitas kerja kepemimpinan kepala sekolah di MTs Al‐Falah Jetis Kecamatan
Kaliwungu.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengembangkan
pendidikan, baik secara teoritis maupun secara praktis.
1. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan untuk memperluas
kajian bagi kepala sekolah dalam memimpin sekolah agar lebih optimal
sesuai dengan sumber daya yang ada di sekolah pada Madrasah Tsanawiyah.
2. Secara praktis, hasil penelitian ini sangat bermanfaat bagi para Kepala
Sekolah, guru sebagai pembimbing, dan pihak terkait, khususnya
dilingkungan dunia pendidikan dan dalam rangka pengembangan terhadap
ilmu kepemimpinan yang terus mengalami perubahan dan perkembangan.
Kualitas kerja adalah suatu hasil yang dapat diukur dengan efektifitas dan
efisiensi suatu pekerjaan. Pekerjaan tersebut dilakukan oleh sumber daya
manusia atau sumber daya lainnya dalam pencapaian tujuan atau sasaran
perusahaan dengan baik dan berdaya guna. Berdasarkan definisi tersebut dapat
menyimpulkan bahwa kualitas kerja suatu standar fisik yang diukur karena hasil
kerja yang dilakukan atau dilaksanakan karyawan atas tugas‐tugasnya. Flippo
(1995:28)
Bitner dan Zeithaml (dalam Riorini, 2004:22) menyatakan untuk dapat
meningkatkan performance quality (kualitas kerja) ada beberapa cara yang dapat
dilakukan oleh perusahaan yaitu dengan memberikan pelatihan atau training,
memberikan insentive atau bonus dan mengaplikasikan atau menerapkan
teknologi yang dapat membantu meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja.
Kepala sekolah berasal dari dua kata yaitu “kepala” dan “sekolah”. Kata
kepala dapat diartikan “ketua” atau “pemimpin” dalam suatu organisasi atau
sebuah lembaga. Sedangkan kata “sekolah” diartikan sebagai sebuah lembaga di
mana menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran, Wahjosumijo (1999).
Pemimpinan adalah motor penggerak yang senantiasa mempengaruhi,
mendorong dan mengarahkan orang‐orang yang dipimpinnya supaya mereka
mau bekerja dengan penuh semangat dan kepercayaan dalam rangka mencapai
tujuan‐tujuan organisasi. Oleh karena itu pemimpin seharusnya dapat memandu,
menuntun, membimbing, memberi atau membangun motivasi kerja,
mengemudikan organisasi, menjalin jaringan komunikasi yang lebih baik,
sehingga mampu membawa para bawahan untuk mencapai tujuan yang
direncanakan. Menurut Kartono dalam (Anwar, 2003: 67) menyatakan bahwa
pada setiap kepemimpinan minimal mencakup tiga unsur, yakni: 1) ada seorang
pemimpin yang memimpin, mempengaruhi, dan memberikan bimbingan, 2) ada
bawahan yang dikendalikan, 3) ada tujuan yang diperjuangkan melalui
serangkaian kegiatan.
Kepala sekolah mempunyai dua peran utama, pertama sebagai pemimpin
institusi bagi para guru, dan kedua memberikan pimpinan dalam manajemen.
Pembaharuan pendidikan melalui manajemen berbasis sekolah (MBS) dan
komite sekolah yang diperkenalkan sebagai bagian dari desentralisasi
memberikan kepada kepala sekolah kesempatan yang lebih besar untuk
menerapkan dengan lebih mantap berbagai fungsi dari kedua peran tersebut
(Jurnal
MBE
Peran
Kepala
Sekolah
dan
Komite
Sekolah,
2007.
http://mbeproject.net/mbe59.html).
Pada dasarnya seluruh kegiatan yang berlangsung dalam sebuah sekolah
merupakan akibat atau konsekuensi dari berbagai keputusan yang diambil
pimpinan. Apakah pada akhirnya sekolah berhasil mencapai sasaran secara
efisien atau sebaliknya mengalami kegagalan, ditentukan oleh ketepatan dari
berbagai keputusan yang diambil pimpinan. Untuk mendukung proses
pengambilan keputusan yang tepat, setiap sekolah perlu memiliki sistem
pengelolaan informasi yang baik karena setiap keputusan memerlukan dukungan
informasi yang cepat, tepat, dan akurat. Kebutuhan akan sistem seperti itu
semakin dirasakan ketika kita dihadapkan pada persaingan terbuka yang semakin
ketat seperti sekarang ini.
Peranan kepala sekolah sebagai pengambil keputusan merupakan peran
yang paling penting dari peranan yang lain seperti informasional dan
interpersonal. Ada empat peran sebagai pengambil keputusan yaitu,
enterpreneur artinya kepala sekolah berusaha memperbaiki penampilan sekolah.
Disturbance handler artinya memperhatikan gangguan yang timbul di sekolah. A
resource allocater artinya menyediakan segala sumber daya sekolah. A
negotiator roles artinya kepala sekolah harus mampu untuk mengadakan
pembicaraan dan musyawarah dengan pihak luar (Wahyosumidjo, 2002:94).
Lebih lanjut Wahyosumidjo (2002:93‐94), menambahkan bahwa dalam
pengambilan keputusan kepala sekolah berperan sebagai manajer, artinya
berperan dalam proses, pendayagunaan seluruh sumber organisasi dan
pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
a. Clifford (2010) dengan judul “Hiring Quality School Leaders: Challenges and
Emerging Practices”. Penelitian ini membahas tentang Memilih pemimpin
baru bukanlah tugas yang mudah bagi organisasi apapun, dan pekerjaan yang
kompleks sekolah membuat identifikasi dan seleksi kepala bahkan lebih
hallenging. Meningkatnya permintaan berkualitas tinggi kepala sekolah di
sekolah membutuhkan kabupaten untuk memilih kepala sekolah yang siap
untuk menggunakan pendekatan kepemimpinan kontemporer untuk
meningkatkan pengajaran, pembelajaran, dan kinerja organisasi.
b. DR. Yusuf K. K Nsubuga (2006) dengan judul “Analysis of Leadership Styles
and School Performance of Secondary Schools in Uganda”. Dengan
penelitiannya sebagai berikut Penelitian ini berusaha untuk menganalisis
gaya kepemimpinan dari kepala sekolah dan kinerja sekolah sekolah
menengah di Uganda. Peneliti mengakui dari literatur dan pengalaman dari
pengamatan kepemimpinan di sekolah bahwa ada banyak gaya
kepemimpinan yang digunakan oleh guru kepala sekolah. Namun, untuk
tujuan studi ini, peneliti meneliti hubungan antara gaya kepemimpinan
secara umum dan kinerja sekolah, dan dianalisis empat gaya kepemimpinan
dan kinerja sekolah.
c. Richard M. Felder (2007) dengan judul “How To Improve Teaching Quality”.
Membahas tentang untuk meningkatkan kualitas pengajaran akhirnya turun
ke ini. Instruktur yang ingin meningkatkan pengajaran dalam suatu kursus
harus berkonsultasi literatur, melihat metode pembelajaran telah terbukti
untuk bekerja, dan menerapkan mereka dengan mana mereka merasa paling
nyaman. Manajemen kualitas total tidak perlu masukkan gambar sama sekali.
Administrasi yang ingin meningkatkan kualitas program pengajaran yang
pertama harus membuat komitmen yang diperlukan untuk menyediakan
sumber daya yang diperlukan dan insentif untuk partisipasi fakultas.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Sukmadinata
(2007:72) menjelaskan bahwa sebuah penelitian kualitatif pada dasarnya
merupakan sebuah aktifitas pengamatan terhadap individu dalam lingkungan
hidupnya. Karakteristik yang menggunakan pendekatan kualitatif, Moleong
(2006:80) antara lain adalah 1) menggunakan pendekatan kualitatif, 2) Manusia
sebagai alat (instrument), 3) Metode kualitatif, 4) Analisis data secara induktif, 5)
Teori dari dasar (grounded theory), 6) Diskriptif, 7) Lebih mementingkan proses
daripada hasil, 8) Adanya batas yang ditentukan oleh fokus, 9) Adanya kriteria
khusus untuk keabsahan, 10) Desain yang bersifat sementara, 11) Hasil
penelitian dirundingkan dan disepakati bersama.
Sutopo (2002:35) penelitian deskriptif berusaha mendeskripsikan dan
menginterprestasikan apa yang ada (dapat berupa kondisi atau hubungan yang
ada, pendapat yang sedang tumbuh, proses yang sedang berlangsung, akibat
atau efek yang terjadi, atau kecenderungan yang tengah berkembang). Penelitian
deskriptif kualitatif mengunggulkan pada data‐data yang berupa kata‐kata
tertulis atau lisan dari orang‐orang dan perilaku yang dapat diamati akan lebih
tepat menggunakan pendekatan kualitatif.
Desain penelitian ini adalah menggunakan pendekatan etnografi. Model
etnografi adalah penelitian untuk mendeskripsikan kebudayaan sebagaimana
adanya.
Sesuai dengan fokus penelitiannya, tempat atau lokasi penelitian adalah
di MTs Al‐Falah Jetis Kecamatan Kaliwungu.
Berdasarkan paparan mengenai kehadiran peneliti maka peneliti dalam
penelitian ini menempatkan diri sebagai pengamat atau siswa. Penetapan
peneliti dalam kehadiran penelitian sebagai pengamat karena peneliti belum
mengetahui atau tidak mengenal situasi dan kondisi lokasi penelitian tersebut.
Data merupakan serangakaian informasi. Informasi yang lengkap
diperoleh dari berbagai sumber secara serius. Sumber data yang merupakan
informasi dalam penelitian ini adalah data menunjukkan pengelolaan
pembelajaran mata pelajaran produktif dan hasil wawancara langsung dengan
pihak‐pihak yang mendukung penelitian ini, yaitu kepala sekolah, guru dan siswa.
Narasumber dalam penelitian ini adalah guru, siswa maupun kelapa sekolah.
a. Observasi yaitu pengamatan langsung kepada obyek di lapangan yang
dilakukan untuk mendapatkan informasi atau data dari penelitian baik
berupa subyek atau obyek yang bersangkutan.
b. Wawancara yaitu pengumpulan data dengan melakukan tatap muka dan
mengajukan pertanyaan‐pertanyaan kepada pihak‐pihak yang berkompeten
terhadap bidang‐bidang yang akan diteliti.
c. Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal‐hal atau variable yang berupa
cataran, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
agenda dan sebagainya. Menggunakan metode dokumentasi ini peneliti
memegang check‐list untuk mencari variable yang sudah ditentukan.
Ketiga komponen pokok tersebut meliputi pengumpulan data, reduksi
data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan
(verifikasi).
Dalam menguji keabsahan suatu data atau pengawasan yang terus‐
menerus, trianggulasi teknik pengumpulan data, menganalisis kasus negative,
mengadakan sumber check, serta membicarakan dengan orang lain atau teman
sejawat.
PEMBAHASAN
Secara garis besar, ruang lingkup tugas kepala sekolah dapat
diklasifikasikan ke dalam dua aspek pokok, yaitu pekerjaan di bidang administrasi
sekolah dan pekerjaan yang berkenaan dengan pembinaan profesional
kependidikan. Untuk melaksanakan tugas tersebut dengan sebaik – baiknya, ada
tiga jenis ketrampilan pokok yang harus dimiliki oleh kepala sekolah sebagai
pemimpin pendidikan yaitu ketrampilan teknis (technical skill), ketrampilan
berkomunikasi (human relations skill) dan ketrampilan konseptual (conceptual
skill).
Sebagai seorang kepala sekolah yang ingin mewujudkan sebuah visi
sekolah yaitu “terciptanya sekolah yang unggul dalam bidang Iptek yang
dilandasi Imtaq dan berwawasan lingkungan” harus mempunyai strategi untuk
menjalankan visi tersebut. Landasan imtek tersebut diwujudkan dengan proses
penanaman nilai‐nilai agama Islam melalui beberapa kegiatan pembelajaran
keagamaan yang ada di sekolah. Strategi yang digunakan kepala sekolah dalam
membentuk karakteristik di MTs Al Falah Jetis.
KESIMPULAN
1. Kepala Sekolah Selaku Pimpinan
‐
Menyusun perencanaan
‐
Mengorganisasikan kegiatan
‐
Mengkoordinasikan kegiatan
‐
Melaksanakan pengawasan
‐
Melakukan Evaluasi terhadap kegiatan
‐
Menentukan kebijaksanaan
‐
Mengadakan rapat
‐
Mengambil keputusan
‐
Mengatur proses belajar mengajar
‐
Mengatur administrasi: Ketatausahan, siswa, ketenagaan, sarana dan
prasarana, keuangan/RAPBS
‐
Mengatur OSIS
‐
Mengatur hubungan sekolah dengan masyarakat dan instansi terkait
2. Kepala Sekolah Selaku Administrator Menyelenggarakan Administrasi:
‐
Perencanaan
‐
Pengorganaisasian
‐
Pengarahan
‐
Pengkoordinasi
‐
Pengawasan
‐
Kurikulum
‐
Kesiswaan
‐
Ketata Usahaan
‐
Ketenangan
‐
Kantor
‐
Keuangan
‐
Perpustakaan
‐
Laboratorium
‐
Ruang keterampilan
‐
Binmbingan konseling
‐
UKS
‐
OSIS
‐
Serbaguna
‐
Media
‐
Gudang
3. Kepala Sekolah Selaku Supervisor Bertugas Menyelenggarakan Supervisi
Mengenai:
‐
Proses belajar mengajar
‐
Kegiatan bimbingan dan konseling
‐
Kegiatan Ekstra kulikuler
‐
Kegiatan Ketata usahaan
‐
Kegiatan kerja sama dengan masyarakat dan instansi terkait
‐
Kegiatan OSIS
‐
Sarana dan prsarana
4. Upaya Peningkatan Kualitas Kerja Kepala Sekolah di MTs Al‐Falah Jetis
Kecamatan Kaliwungu dari Karakteristik Kepemimpinan, yaitu Kepala sekolah
merupakan pejabat formal, manajer, pemimpin dan pendidik. Jabatan kepala
sekolah memerlukan persyaratan universal yang harus dipenuhi. Persyaratan
tersebut meliputi keahlian atau kemampuan dasar dan sifat atau watak
Kemampuan‐kemampuan yang harus dimiliki oleh kepala sekolah dalam
menjalankan kepemimpinan situasional dapat dijelaskan seperti berikut
a. Keahlian atau kemampuan dasar, meliputi Technical skill, Human skills,
Conceptual skill.
b. Kualifikasi pribadi
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
_______. 2004. Standar Kompetensi Guru. Jakarta: Depdiknas
Agus, Dharma. 2000. Produktivitas dan Efisien Ekonomi. Jakarta : Raja Grafindo
Press.
Anwar, 2003. Pendidikan Kecakapan Hidup. Bandung: Alfabeta.
Arcaro, Jerome. 2006. Pendidikan Berbasis Mutu (Prinsip‐Prinsip Perumusan dan
Tata Langkah Penerapan). Penerjemah Yosal Irianta. Yogyakarta: Pustaka
Belajar.
Arikunto, Suharsimi. 2004. Prosedur Penelitian: Suatu pendekatan Praktek.
Bandung: Rineka Cipta.
Atmodiwirio, S: oebagyo. 2002. Manajemen Pelatihan. JakartaPT. Ardadizya Jaya.
Cascio, Wayne F. 2003. Managing Human Resources. Colorado: Mc Graw –Hill.
Danim, Sudarman.(2008). Kinerja Staf Dan Organisasi. Bandung:Pustaka Setia
Davies, Owen R., Andrew L. Lewis, Martin J. Whitaker, Hongyun Tai, Kevin M.
Shakesheff, Steven M. Howdle;, 2008, “Applications of Supercritical CO2
in The Fabrication of Polymer Systems for Drug Delivery and Tissue
Engineering”, Advanced Drug Delivery Reviews, 60, hal. 373‐387
Departemen Dalam Negeri RI.2000. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 25Tahun 2000, tentang Kewenangan Pemerintah Pusat dan
Propinsi sebagai Daerah Otonom. Jakarta.
Dessler, Gary, 1997, Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi ke‐7, Alih bahasa,
Jilid 1 & Jilid 2, Jakarta: Prenhallindo.
Djatmiko, Yayat Hayati. 2005. Perilaku Organisasi. Bandung : CV. Alfabeta.
Fahrudin Js Pareke, 2004. Jurnal Kepemimpinan Transformasional Dan Perilaku
Kerja Bawahan: Sebuah Agenda Penelitian. www.fokus.ekonomi.co.id.
Vol.. 3 – No. 2 – Agustus 2004.
Flippo, Edwin, 1995. Manajemen Personalia, Edisi Keenam, Jakarta: Erlangga.
Hasibuan, S. P, Melayu. 2007. Manajemen Sumber daya Manusia cetakan
kesepuluh. Jakarta: Bumi Aksara.
Heri Purwanto, 1998, Pengantar Perilaku Manusia Untuk Keperawatan, EGC,
Jakarta.
Malayu, P Siagian, 2002, Kitat Meningkatkan Produktivitas Kerja, Cetakan
Pertama, Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.
Margono.2003. Metodelogi Penelitian Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Matutina. 2001. Manajemen Sumber daya Manusia cetakan kedua. Jakarta:
Gramedia Widia Sarana Indonesia.
Moeljono, Djokosantoso. 2003. Budaya Korporat dan Keunggulan Korporasi,
“Pengembangan Budaya Korporasi.” Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Moh. Nazir, 1999, Metode Penelitian, Jakarta; Ghalia Indonesia.
Moleong, L. J. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya.
Mulyana, Deddy. 2003. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Mulyasa E., 2006. Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung, Remaja
Rosdakarya.
Nurkolis. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Grasindo.
Pawar, B.S., and Easman, K.K. 1997. The Nature and Implication of Contextual
Influences on Transactional Leadership: A Conceptual Examination.
Academy of Management Review, 22 (1): 80‐109.
Riggio, R, E, 2000, Introduction To Industrial/Organizational Psychology ,
ThirdEdition, Prentice Hall, New Jersey
Riorini, Sri vandayuli, “Quality Performance dan Komitmen Organisasi”, Jurnal
Media Riset Bisnis dan Manajemen. Volume 4, Nomor 3, 2004, hal 253‐
274.
Rivai, Veithzal, 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan dari
Teori ke Praktek. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Situmorang, Syafrizal Helmi, 2008. Bisnis Perencanaan dan Pengembangan, USU
Press, Medan
Sugiyono.2003. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV.Alfabeta.
Sukino dan Wilson.2007. Matematika untuk SMP kelaVII. Jakarta: Erlangga
Suryabrata, S. 1987. Metode Penelitian. Jakarta: CV. Rajawali.
Umar, Husein, 2002, Riset Sumber Daya Manusia, cetakan Keempat, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Undang‐Undang 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah
Wahjosumidjo. 1999. Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta :Ghalia Indonesia.
Wiles,Kimball. 1961. Supervision for Better Schools. New York: Englewood Cliffs,
Printice – Hall.
Jurnal:
Dr Yusuf K. Nsubuga 2006. Basic and Secondary Education Ministry of Education
and Sports.
Matthew Clifford, Ph.D. 2010. Hiring Quality School Leaders: Challenges and
Emerging Practices. Learning Point Associates.
Richard M. Felder. 2007. How To Improve Teaching Quality. Department of
Chemical Engineering North Carolina State University. Quality
Management Journal, 6(2), 9‐21.
Internet:
Jurnal MBE Peran Kepala Sekolah dan Komite Sekolah, 2007.
http://mbeproject.net/mbe59.html. (diakses pada tanggal 18 Januari
2012).
Marjohan, 2007. Artikel Tanggung Jawab Kepala Sekolah atas Mutu Pendidikan.
www.edu_articles.com. (diakses pada tanggal 18 Januari 2012).
Risyanto. 2006. Faktor‐Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Pengambilan
Keputusan Kepala SLTP Negeri (Studi Deskriptif Analitik pada SLTP Negeri
di
Kec.
Ciamis
Kabupaten
Ciamis
http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd‐0927106‐093800.
(diakses
pada tanggal 18 Januari 2012).
www.tikkysuwantikno.wordpress.com. (diakses pada tanggal 18 Januari 2012).
http://lib.uin‐malang.ac.id/?mod=th_detail&id=08710027