Hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan disiplin kerja guru di MTS Ta'Lim al- Mubtadi Cipondoh - Tangerang
Di MTS TA’LIM AL
-MUBTADI CIPONDOH -TANGERANG
Oleh
DEWI PURWATI
106018200745
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H / 2011 M
(2)
Saya yang bertanda bngan di bawah ini, Nama
Tempat/Tanggal Lahir NIM
JurusanlPr,odi Judul Skripsi
: Dewi Purwati
: Tangerang 30Juni 1988 : t06018200745
: K-I Manajemen Pendidikan
!"Hubungan Kepemirnpinan Kepala Sekolah Dengan Disiplin Kerja GtrnrdiMTs Ta'lim Al*nub{adi Cipondoh'Tangerang : l. Drs. MtrarifsA]Vl, M.Pd
2. Dra. Nurdelima Waruwu, M.Fd Dosen petnbimbing
Dengan ini menydkan bahwa shipsi ymg salra bud benar-bqur hosil karya s€ndifi dan saya bertanggung jaurab s€cara alsd€mis atas ap yang saya tulis. Pe,myataan ini dibuat sebagai salah s*u syarat merempuh ujian Mtmaqasah.
Jakarta, 22 Maret 20I I
-"I\&tf,
aisn$"I!",r",."-iffiw:
2031Fr|/AF807879()&r ' : G l t ,
n . ' Pewi Puniati
1060IE200745 ,i Agl$glggg
(3)
Thngerang r
Skripsi
Diajulsn kepada Fakuttas llmu Tarbiyab dan Kegunran guna m€menuhi syarat-syarat dalam mencapai gelar sarjana(Sl) .
0leh Dewi Purwati r0601E2ffi745
Dibawah bimbingan
Dm. Muarif SAM. M.pd NIP. 19650717 t9940ts | 0A5
Iha. Nurdelima Waruwtt M.pd
NIP. 19671020 2001122 ffit
PROGRAM STUDI I!{ANAJEMEN PEF{DIDIKAI\I JURUSAI\{ KEPENDIDTKAFI ISLAM
FAI(ULTAS ILMU TARBTYAH I}AFI KEGURUAI\I I}IN SYARIT HIDAYATT]LLAH
JAKARTA
2(}11
(4)
Kerja Guru Di MTs Ta'lim at-Mubtadi Cipondoh-Tangerang" diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan GfTK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam ujian Munaqasyah pada tanggal 23 September 2011 di hadapan Dewan Penguji. Karena itu, Penulis berhak mernperoleh Gelar Sarjana Sl (S.Pd) pada Jurusan Kependidikan Islarn - Manajemen Pendidikan.
Jakarla, 23 September 2011
Panitia Ujian Munaqasyah Ketua Panitia
(Ketua Jurusan KI-Manajemen Pendidikan)
Drs. Rusydv Zakaria. M.Ed. M.Phill.
NIP.19560530 198503 I 002
Kaprodi KI-Manaj emen Pendidihan
Drs. H. Muoarif SAM, M. Pd.
NrP. 19650717 199403 | 00s
Penguji I
Drs. Mudiahid,AK"M.Sc.
NIP19470714196510 1001
Penguji II
tr'auzan.MA
NIP. 19761 107200701 1013
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
"S/";',
.
u/6:tt
(5)
MTs Ta'lim al-Mubtadi Cipordoh-Tangcmanf yang disusun oleh Elewi hrwati,
NIM 10601E200745, Program Studi Man4iemen Pendidikan Junrsan
Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kegrrnran UIN Syarif Hidayamllah Jakarta, t€tah diuji kehnarannya oleh dosen pembimbing skripsi.
Jal<art4 22 Nfar€t 201I
Ilofcn Pembirnbing SlilIlsi
,i
,ffi*'
_ / / r
Drar NurdelimgWaruwu. tvt-Pd NrP. 19671020 200r l? 2 001 Drs. Muarif SAM- M.Pd
NrP. 19650717 199403 l 005 flosen Pembimbing Skripsi I
(6)
i
Manajemen Pendidikan.
Disiplin merupakan suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku seseorang, yang sesuai dengan peraturan atau tata tertib untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Untuk menjaga berlakunya peraturan dan tata tertib diperlukan kedisiplinan dari semua personil sekolah. Karena fungsi utama disiplin adalah untuk mengajar mengendalikan diri dengan mudah, menghormati dan mematuhi otoritas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat disiplin kerja guru dan untuk mengetahui peran kepala sekolah dalam meningkatkan disiplin kerja guru di MTs Ta’lim al-Mubtadi Cipondoh-Tangerang.
Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode korelasional, yaitu mencari hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan disiplin kerja guru.
Hasil penelitian ini yaitu terdapat hubungan atau korelasi antara kepemimpinan kepala sekolah dengan disiplin kerja guru, berdasarkan korelasi antar dua variabel dinyatakan korelasi searah (positif). Dengan memperhatikan
hasil dari besarnya rxy yaitu 0,89 maka korelasi positif itu termasuk dalam
kategori kuat atau tinggi pada rentang 0,70-0,90, maka diperoleh rtabel pada taraf
signifikan 5% sebesar 0,553 sedangkan taraf signifikan 1% sebesar 0,684. Kriteria
pengajuan adalah jika rhitung ≥ dari rtabel maka Ha diterima dan Ho ditolak,
sebaliknya jika rhitung ≤ rtabel maka Ha ditolak dan Ho diterima. Ternyata rxy yang
besarnya 0,89 adalah jauh lebih besar dari rtabel, baik pada signifikan 5% maupun
1% karena rxy lebih besar dari rtabel, maka hipotesis alternatif diterima, sedangkan
hipotesis nihil ditolak. Hal ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antara variabel X dan variabel Y. Dari penghitungan koefisien determinasinya adalah 79,21%. Hal ini berarti faktor kepemimpinan kepala sekolah memberikan kontribusi sebesar 79,21 % terhadap faktor disiplin kerja guru, sedangkan sisanya 20,79 % dipengaruhi oleh faktor yang lain, seperti kompensasi yang diberikan, sarana dan prasarana dan iklim kerja yang ada di sekolah juga dapat mempengaruhi disiplin kerja guru.
Penerapan disiplin yang dilakukan oleh kepala sekolah MTs Ta’lim al -Mubtadi menggunakan disiplin demokratis yaitu dengan memberikan penjelasan, diskusi dan penalaran bagi guru yang melanggar peraturan, karena untuk membantu para guru memahami mengapa diharapkan mematuhi dan menaati peraturan yang ada. Bagi yang berhasil mematuhi dan menaati disiplin, kepadanya diberikan pujian dan penghargaan. Dalam disiplin demokratis ini, menekankan kesadaran, kemandirian dan tanggung jawab seseorang dapat berkembang. Oleh karena itu tinggi rendahnya tingkat disiplin kerja guru sangat dipengaruhi oleh kepemimpinan kepala sekolah.
Bagi para guru MTs Ta’lim al-Mubtadi Cipondoh-Tangerang hendaknya
(7)
(8)
iii
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang Maha Karim atas segala Rahmat dan Hidayah-Nya yang dianugerahkan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa penulis sampaikan kepada Nabi besar Muhammad SAW. Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan , jurusan KI-Manajemen Pendidikan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis tidak terlepas dari bantuan dan dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan kesempatan untuk menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed, M.Phil. Ketua Jurusan KI-Manajemen Pendidikan.
3. Drs. Mu’arif SAM, M.Pd. Kaprodi KI-Manajemen pendidikan dan
selaku dosen pembimbing I yang telah membantu penulis dalam memberikan pengarahan, masukan, serta saran sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
4. Dra. Nurdelima Waruwu, M.Pd. sebagai dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing serta memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. 5. Bapak dan Ibu dosen FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan bekal ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis.
6. Kepala sekolah MTs Ta’lim al-Mubtadi Cipondoh-Tangerang, Bapak
Misun S.Pd.I, beserta para staf pengajarnya, terima kasih atas bantuan dan kesediaannya memberikan data guna melengkapi penelitian ini.
7. Kedua OrangTua Penulis yang selalu memberikan do’a dan dorongan
(9)
iv
Kholidatunnur (uyung), Dede Anik, Siti Aulia Sari, Eka Agustini, Astri,
Ina Muhdiana, Adi Praditia, Faridun Nidom, Nur’aini, yuli dan lainnya
yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis secara langsung maupun tidak langsung sehingga terselesaikannya skripsi ini.
Akhirnya, dengan segala keterbatasan penulis hanya dapat mengembalikan segalanya kepada Allah SWT untuk membalas kebaikan mereka, semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin
Jakarta, 22 Maret 2011
(10)
v
Cover
Surat Pernyataan Penulis
Lembar Persetujuan atau Pengesahan
Abstrak ... i
Kata Pengantar ... iii
Daftar Isi ... v
Daftar Tabel ... vii
Daftar Lampiran ... viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6
D. Kegunaan Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Kepemimpinan Kepala Sekolah 1. Pengertian Kepemimpinan ... 8
2. Pengertian Kepala Sekolah ... 12
3. Kemampuan yang harus dimiliki oleh Seorang Kepala Sekolah ... 12
4. Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 14
B. Disiplin Kerja Guru 1. Pengertian Disiplin Kerja Guru ... 22
2. Tugas dan Tanggung Jawab Guru ... 25
3. Aspek-aspek Kerja Guru ... 28
4. Fungsi Disiplin Kerja Guru ... 29
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kerja Guru ... 30
6. Macam-macam Disiplin Kerja Guru ... 32
(11)
vi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian ... 37
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 37
C. Metode Penelitian ... 38
D. Populasi dan Sampel ... 38
E. Teknik Pengumpulan Data ... 38
F. Instrumen Penelitian ... 39
G. Uji Instrumen ... 44
1. Validitas Instrumen ... 44
2. Reliabilitas Instrumen ... 45
H. TeknikPengolahan Data ... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum berdirinya MTS TA’LIM AL-MUBTADI ... 49
B. Deskripsi Data ... 53
C. Uji Hipotesis ... 56
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 60
B. Saran ... 62
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(12)
vii
TABEL 2 : Kisi-kisi Instrumen Penelitian Variabel Y ... 42 TABEL 3 : Data Tenaga Guru MTs Ta’lim al-Mubtadi ... 51 TABEL 4 : Data Siswa MTs Ta’lim al-Mubtadi ... 52 TABEL 5 : Distribusi Frekuensi Hasil Angket Kepemimpinan Kepala
Sekolah ... 53 TABEL 6 : Distribusi Frekuensi Hasil Angket Disiplin Kerja Guru ... 55 TABEL 7 : Pengumpulan Angket Responden Variabel X dan
(13)
viii
Lampiran 2 : Hasil Wawancara
Lampiran 3 : Surat Pengajuan Proposal Skripsi Lampiran 4 : Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 5 : Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 6 : Surat Keterangan
Lampiran 7 : Hasil Uji Validitas
Lampiran 8 : Hasil Uji Reliabilitas
Lampiran 9 : Kode Etik Guru
Lampiran 10 : Tugas Guru Lampiran 11 : Daftar Hadir Guru Lampiran 12 : Daftar Uji Referensi
(14)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG MASALAH
Disiplin belajar merupakan suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku seseorang, yang sesuai dengan peraturan atau tata tertib untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Untuk membentuk satu sikap hidup, perbuatan dan kebiasaan dalam mengikuti, menaati dan mematuhi peraturan yang berlaku, seseorang dapat mengembangkannya melalui kesadaran diri dan kebebasan dirinya dalam menaati dan mengikuti aturan yang ada. Untuk menjaga berlakunya peraturan dan tata tertib diperlukan adanya kedisiplinan, terutama dalam hal ini disiplin sekolah.
Peraturan dan tata tertib merupakan dua hal yang sangat penting bagi kehidupan sekolah sebagai sebuah organisasi yang menyelenggarakan
pendidikan
.
Sekolah adalah lembaga yang bersifat kompleks dan unik.Bersifat kompleks karena sekolah sebagai organisasi di dalamnya terdapat berbagai dimensi yang satu sama lain saling berkaitan dan saling menentukan. Sedangkan bersifat unik, menunjukan bahwa sekolah sebagai organisasi memiliki ciri-ciri tertentu yang tidak dimiliki oleh organisasi-organisasi lain, ciri-ciri tersebut adalah yang menempatkan sekolah memiliki karakter tersendiri, terjadi proses belajar mengajar, hubungan sekolah dengan
(15)
masyarakat dan lain sebagainya. Dalam pengelolaan sekolah pihak yang bertanggung jawab adalah pemimpin atau kepala sekolah. Kepala sekolah yang berhasil apabila mereka mengetahui keberadaan sekolah sebagai organisasi yang kompleks dan unik, serta mampu melaksanakan peranan kepala sekolah sebagai seseorang yang diberi tanggung jawab untuk memimpin sekolah.
Untuk menjadi kepala sekolah diperlukan adanya syarat-syarat,
pertama syarat kualifikasi, yaitu ”memiliki ijazah, kemampuan mengajar, serta
memiliki pengalaman bekerja yang relatif lama”.1
Selain persyaratan kualifikasi untuk menjadi kepala sekolah, terdapat juga persyaratan kompetensi, yaitu berkepribadian yang baik, sosial, manajerial, pengawasan atau supervisi dan kewirausahaan. Semua persyaratan itu harus dipenuhi oleh seorang kepala sekolah, karena seorang kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan.
Kepemimpinan kepala sekolah di lembaga pendidikan mempunyai pengaruh yang sangat besar, terutama dalam mengelola sekolah sesuai dengan visi dan misi untuk mencapai tujuan sekolah yang telah ditentukan. Peranan sebagai pemimpin mencerminkan tanggung jawab kepala sekolah untuk menggerakan seluruh sumber daya yang ada di sekolah. Selain berperan sebagai penggerak juga berperan untuk melakukan pengawasan terhadap segala aktivitas guru, staf serta siswa dan sekaligus untuk meneliti persoalan-persoalan yang timbul di lingkungan sekolah.
Dalam hal ini pengawasan dan pembinaan yang dilakukan kepala
sekolah yaitu mengadakan pengendalian kehadiran guru, penerapan disiplin
serta meningkatkan disiplin kerja guru. Untuk menjaga berlakunya peraturan
dan tata tertib diperlukan kedisiplinan dari semua personil sekolah. Karena
fungsi utama disiplin adalah ”untuk mengajar mengendalikan diri dengan
1
Yusak Burhanuddin, Administrasi Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1998) h.119
(16)
mudah, menghormati dan mematuhi otoritas”.2
Di dalam kehidupan sekolah peraturan dan tata tertib dimaksudkan untuk menjaga terlaksananya kegiatan belajar mengajar siswa.
Di dalam lingkup sekolah, guru merupakan tenaga pengajar yang dibutuhkan sebagai sumber daya manusia yang sangat menentukan keberhasilan program pendidikan. Guru juga merupakan seseorang yang sangat dekat hubungannya dengan anak didik dan terlibat secara langsung oleh peserta didik dinilai sebagai komponen yang paling bertanggung jawab dalam proses dan misi pendidikan serta proses belajar dalam melaksanakan pendidikan sehari-hari di sekolah. Oleh sebab itu peningkatan mutu guru harus dilaksanakan secara optimal dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.
Di lingkungan sekolah tersedia seperangkat peraturan yang harus mengikat sikap para guru untuk menaatinya dan sanksi yang dikenakan jika melanggar peraturan tersebut. Peraturan disusun untuk menciptakan kondisi kerja yang menyenangkan dan dapat meningkatkan produktivitas sekolah. Dengan demikian disiplin mutlak diperlukan dalam sekolah, karena dengan disiplin diharapkan terciptanya suasana tertib.
Disiplin kerja yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya yang mendorong semangat kerja dalam bentuk pelaksanaan peraturan yang sangat diperlukan bagi karyawan, guru, dan peserta didik dalam menciptakan tata tertib organisasi sekolah. Disiplin sangat erat hubungannya dengan sikap mental dan moral seseorang. Untuk mewujudkan disiplin perlu adanya ketentuan-ketentuan dan aturan-aturan yang mengatur disiplin. Terutama dalam hal ini yang berhubungan dengan disiplin kerja guru.
Disiplin kerja guru dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu disiplin waktu dan disiplin perbuatan. Kedua bagian tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam tindakan ketidakdisiplinan terhadap waktu dapat dicontohkan seperti terlambat mengajar di kelas, mengakhiri sebelum
2
Singgih D. Gunarsa, Psikologi Untuk Membimbing, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000), h.136
(17)
pelajaraan selesai, sering tidak masuk kerja dan lain sebagainya. Sedangkan pada tindakan ketidakdisiplinan terhadap perbuatan dalam proses kerja guru, dapat dicontohkan seperti, jarang mengabsen, tidak mengikuti upacara bendera, mengajar tanpa satuan pelajaran, tidak mengkuti rapat dinas dan lainnya. Semakin sering guru dalam proses belajar mengajar melakukan perbuatan tersebut di atas, maka dapat dinilai bahwa disiplin kerja guru semakin rendah. Rendahnya disiplin guru dalam melaksankan kegiatan belajar mengajar di sekolah akan membawa dampak negatif terhadap mutu pendidikan.
Tercapainya suatu keberhasilan disiplin kerja guru tidak terlepas dari efektivitas kepemimpinan kepala sekolah, karena kepala sekolah sebagai pimpinan pendidikan dalam menjalankan tugasnya dituntut untuk bertanggung jawab atas kelancaran pendidikan dan pengajaran di sekolah. Untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, kepala sekolah hendaknya menguasai, memahami dan mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berkenaan dengan fungsi-fungsi manajemen. Kepala sekolah hendaknya mampu mengaplikasikan fungsi tersebut dalam mengelola sekolah yang dipimpinnya. Kepala sekolah juga merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan, terutama dalam hal ini yang berkaitan dengan peningkatan disiplin kerja guru. Dengan adanya efektivitas seorang pemimpin kepala sekolah, maka akan tercapainya suatu peningkatan disiplin kerja guru. Begitu pula sebaliknya, menurunnya efektivitas kepemimpinan kepala sekolah dapat mengakibatkan menurunnya disiplin kerja guru.
Upaya peningkatan kinerja guru pada dasarnya bermuara antara lain pada leadership dan management yang diterapkan kepala sekolah. Fungsi manajerial kepala sekolah harus menyentuh semua aspek yang dibutuhkan oleh guru dan murid. Khusus untuk meningkatkan kinerja guru, kepala sekolah dapat menjalankan fungsi manajerial dengan cara penegakan disiplin kerja guru. Disiplin kerja guru adalah sebuah keharusan dalam upaya
(18)
peningkatan kinerja dan profesionalitas guru yang diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan.
Berbagai cara dalam menanamkan disiplin kerja guru sudah dilakukan diantaranya, dengan membina hubungan yang baik dan harmonis dengan para guru, memberikan peraturan sekolah seperti, masuk mengajar tepat pada waktunya, tidak mengakhiri sebelum jam pelajaran selesai, mengikuti rapat dinas dan lain sebagainya. Namun pada kenyataannya masih terdapat guru yang terlambat datang ke sekolah, sehingga mempengaruhi guru-guru lain dalam mematuhi tata tertib sekolah. Berbagai upaya untuk mendisiplinkan kerja guru telah dilaksanakan oleh kepala sekolah, tetapi nampaknya masih terdapat guru yang belum disiplin, disebabkan karena kurangnya kesadaran serta tanggung jawab guru dalam melaksanakan tugas dan tata tertib. Hal ini dapat dilihat di berbagai sekolah, salah satunya yang terjadi di Madrasah
Tsanawiyah Ta’lim al-Mubtadi Cipondoh-Tangerang.
Pada prosesnya disiplin kerja guru di MTs Ta’lim al-Mubtadi
meningkat dan terkadang juga menurun ditandai dengan masih ditemukannya keterlambatan guru masuk kelas dan terjadinya kekosongan guru di kelas pada saat proses belajar mengajar berlangsung, jarang masuk kerja dan lain sebagainya. Apabila terdapat guru yang tidak hadir dan adanya kekosongan guru di dalam kelas, maka kepala sekolah turut membantu atau ikut serta untuk menggantikan guru tersebut untuk melakukan pengajaran di kelas. Begitu pula pada sisi yang lain terlihat kepala sekolah dengan kepemimpinannya berusaha memberikan perhatian yang besar dalam menerapkan disiplin kerja guru di sekolah. Kepala sekolah berusaha memberikan teladan dengan selalu hadir tepat waktu di sekolah.
Pentingnya kepemimpinan kepala sekolah sangat disadari oleh lembaga pendidikan. Oleh karena itu, biasanya lembaga pendidikan memilih guru yang dianggap memiliki kemampuan yang lebih untuk menjadi kepala sekolah, dengan harapan aktivitas pendidikan yang dijalankan di sekolah dapat berjalan secara efektif dan efisien. Secara garis besar dapat dijelaskan bahwa
(19)
peningkatan disiplin kerja guru dapat dipengaruhi oleh efektivitas kepemimpinan kepala sekolah, karena tercapainya suatu keberhasilan disiplin kerja guru tidak terlepas dari efektivitas kepemimpinan kepala sekolah. Salah
satunya pada kepala sekolah Madrasah Tsanawiyah Ta’lim al-Mubtadi yang
bertempat di jalan KH. Maulana Hasanudin Cipondoh-Tangerang.
Dari latar belakang permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk
mengambil judul “HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
DENGAN DISIPLIN KERJA GURU DI MTS TA’LIM AL-MUBTADI CIPONDOH-TANGERANG”.
B.
IDENTIFIKASI MASALAH
Dalam rangka mengkaji Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Disiplin Kerja Guru, maka identifikasi masalah yaitu sebagai berikut:
1. Kurangnya tanggung jawab guru dalam melaksanakan tugas dan tata
tertib, sehingga guru masih melanggar peraturan tersebut.
2. Minimnya pemberian punishment dalam menegakan disiplin kerja guru,
sehingga guru tidak merasa takut dengan peraturan yang ada.
3. Tidak ada reward yang diberikan oleh sekolah bagi guru yang disiplin,
sehingga guru semena-mena melanggar peraturan sekolah.
4. Kurangnya komunikasi kepala sekolah terhadap guru, sehingga guru
kurang peduli terhadap peraturan yang ada.
5. Kurangnya kemampuan atau kesanggupan dari kepala sekolah untuk
menggerakan guru dalam meningkatkan kedisiplinan.
C. PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH
1. Pembatasan Masalah
Dari uraian identifikasi masalah di atas yang berkaitan dengan kepemimpinan kepala sekolah dan disiplin kerja guru, maka peneliti perlu memberikan pembatasan tentang hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan disiplin kerja guru, yaitu kepemimpinan kepala sekolah merupakan
(20)
kemampuan seorang kepala sekolah dalam menggerakan, mendorong dan membimbing para bawahannya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Disiplin kerja guru merupakan suatu keadaan tertib dan teratur yang
dimiliki oleh guru dalam bekerja di sekolah, tanpa pelanggaran yang merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap dirinya, teman sejawatnya, terhadap sekolah secara keseluruhan.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah tersebut, maka dibuat suatu perumusan masalah yaitu:
a. Bagaimana kepemimpinan kepala sekolah di Madrasah Tsanawiyah
Ta’lim al-Mubtadi Cipondoh-Tangerang?
b. Bagaimana disiplin kerja guru di Madrasah Tsanawiyah Ta’lim al
-Mubtadi Cipondoh-Tangerang?
c. Bagaimana hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan
disiplin kerja guru di Madrasah Tsanawiyah Ta’lim al-Mubtadi
Cipondoh-Tangerang?
D.
KEGUNAAN PENELITIAN
Adapun hasil dari penelitian ini, diharapkan dapat bermanfaat, diantarannya:
1. Bagi sekolah, diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan masukan
serta informasi agar sekolah lebih maju dan lebih baik lagi.
2. Bagi Peneliti, dapat meningkatkan dan menambah ilmu pendidikan
tentang bagaimana hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan disiplin kerja guru.
(21)
8
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan suatu interaksi dari berbagai faktor internal dan eksternal pada sebuah organisasi. Perkembangan organisasi juga mempengaruhi adanya perubahan dan perilaku kepemimpinan, kompleksitas seseorang untuk mempengaruhi, mengarahkan dan mengkoordinasikan aktivitas orang lain dengan menggunakan cara dan dalam situasi tertentu guna mencapai tujuan sebagaimana yang telah ditetapkan.
Kepemimpinan ”secara luas meliputi proses mempengaruhi dalam
menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai
tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya”.1
Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi
orang-orang yang diarahkan terhadap pencapaian tujuan organisasi”.2
Pendapat di atas mengisyaratkan bahwa kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi. Ini berarti bahwa dalam proses kepemimpinan ada pihak yang dipengaruhi dan ada pihak yang mempengaruhi. Dari pernyataan mengenai pengertian kepemimpinan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
1
Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007), edisi 2, h. 3
2
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), h. 107
(22)
kepemimpinan merupakan seni atau usaha untuk menggerakan seseorang atau sekelompok orang untuk dapat bekerjasama dalam mencapai tujuan.
a. Fungsi Kepemimpinan
Fungsi artinya jabatan yang dilakukan atau kegunaan sesuatu hal atau kerja suatu bagian tubuh. Sedangkan fungsi kepemimpinan berhubungan langsung dengan situasi soaial dalam kehidupan kelompok atau organisasi masing-masing.
Fungsi kepemimpinan memiliki dua dimensi , yaitu:
1. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat kemampuan mengarahkan
dalam tindakan atau aktivitas pemimpin.
2. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan atau keterlibatan
orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas pokok
kelompok atau organisasi.3
Secara operasional dapat dibedakan dalam lima fungsi pokok kepemimpinan, yaitu:
a. Fungsi instruksi
Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai komunikator merupakan pihak yang menentukan apa, bagaimana, bilamana, dan di mana perintah itu dikerjakan agar keputusan dapat dilaksanakan secara efektif.
b. Fungsi konsultasi
Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Pada tahap pertama dalam usaha menetapkan keputusan, pemimpin kerapkali
memerlukan bahan pertimbangan, yang mengharuskannya
berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya yang dinilai mempunyai berbagai bahan informasi yang diperlukan dalam menetapkan keputusan.
3
Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku organisasi, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007), edisi 2, h. 53
(23)
c. Fungsi partisifasi
Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya.
d. Fungsi delegasi
Fungsi ini dilaksankan dengan memberikan pelimpahan wewenang membuat atau menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan dari pimpinan.
e. Fungsi pengendalian
Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepemimpinan yang sukses atau efektif mampu mengatur aktivitas anggotanya secara
terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga
memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Sementara itu Wahjosumidjo mengemukakan fungsi-fungsi kepemimpinan yaitu:
a. Membangkitkan kepercayaan dan loyalitas bawahan.
b. Mengkomunikasikan gagasan kepada orang lain.
c. Dengan berbagai cara mempengaruhi orang lain.
d. Menciptakan perubahan secara efektif di dalam penampilan
kelompok, dan menggerakkan orang lain, sehingga secara sadar
orang lain tersebut mau melakukan apa yang dikehendaki.4
Fungsi dari kepemimpinan secara garis besar yaitu mempengaruhi dan menggerakkan orang lain dalam suatu organisasi agar mau melakukan apa yang dikehendaki seorang pemimpin guna tercapainya tujuan.
b. Tipe-tipe Kepemimpinan
Dalam melaksanakan pola dasar perilaku kepemimpinan pada kategori kepemimpinan yang terdiri dari tipe pokok kepemimpinan, yaitu:
4
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007), edisi 1, h. 40
(24)
1. Tipe kepemimpinan otoriter
Tipe kepemimpinan ini menempatkan kekuasaan di tangan satu
orang, pemimpin bertindak sebagai penguasa tunggal. Orang-orang yang dipimpin yang jumlahnya lebih banyak, merupakan pihak yang dikuasai, yang disebut bawahan. Kedudukan bawahan semata-mata sebagai pelaksana keputusan, perintah, dan bahkan kehendak pimpinan.
2. Tipe kepemimpinan Bebas
Merupakan kebalikan dari tipe kepemimpinan otoriter, pemimpin berkedudukan sebagai simbol. Kepemimpinan dijalankan dengan memberikan kebebasan penuh pada orang yang dipimpin dalam mengambil keputusan dan melakukan kegiatan menurut kehendak dan kepentingan masing-masing.
3. Tipe kepemimpinan demokratis
Yaitu dalam mengambil keputusan sangat mementingkan musyawarah, yang diwujudkan pada setiap jenjang dan di dalam unit masing-masing. Dengan demikian dalam pelaksanaan setiap keputusan tidak dirasakan sebagai kegiatan yang dipaksakan, justru sebaliknya semua merasa terdorong mensukseskannya sebagai tanggung jawab bersama. Setiap anggota kelompok atau organisasi merasa perlu aktif bukan untuk kepentingan sendiri atau beberapa orang tertentu, tetapi
untuk kepentingan bersama”.5
Ketiga tipe kepemimpinan diatas dalam praktiknya saling isi mengisi atau saling menunjang secara bervariasi, yang disesuaikan dengan situasinya sehingga akan menghasilkan kepemimpinan yang efektif.
5
Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007), edisi 2, h. 57
(25)
2. Pengertian Profesi Kepala Sekolah
Paradigma baru manajemen pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas secara efektif dan efisien, perlu didukung oleh sumber daya manusia
yang berkualitas”.6
Proses pengembangan sumber daya manusia tersebut harus menyentuh berbagai bidang kehidupan yang tercermin dalam pribadi pemimpin, termasuk para pemimpin pendidikan, seperti kepala sekolah. Kata
“kepala sekolah” tersusun dari dua kata yaitu “kepala” yang dapat diartikan
ketua atau pemimpin dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga, dan
“sekolah” yaitu sebuah lembaga di mana menjadi tempat menerima dan
memberi pelajaran. Secara sederhana kepala sekolah dapat didefinisikan sebagai seseorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar.
Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Setiap kepala sekolah
dihadapkan pada ”tantangan untuk melaksanakan pengembangan pendidikan
secara terarah, berencana dan berkesinambungan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan”.7
Kepala sekolah yang berhasil adalah kepala sekolah yang memahami keberadaan sekolah sebagai organisasi kompleks yang unik, serta mampu melaksanakan perannya dalam memimpin sekolah.
Jadi kepemimpinan kepala sekolah merupakan kemampuan seorang kepala sekolah dalam menggerakan, mendorong dan membimbing para bawahannya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3. Kemampuan yang harus dimiliki oleh Seorang Kepala Sekolah
Seorang pemimpin harus mempunyai kemampuan untuk “menggerakan,
mempengaruhi, memotivasi, mengajak, mengarahkan, menasehati,
membimbing, menyuruh, melarang, serta membina dengan maksud agar manusia sebgai media manajemen mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan
6
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT. Remaja RosdaKarya, 2003), cet.1, h. 23
7
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT. Remaja RosdaKarya, 2003), cet.1, h. 25
(26)
secara efektif dan efisien”.8 Seorang kepala sekolah mempunyai tugas dan tanggung jawab yang cukup berat, oleh karena itu Ia dituntut untuk memiliki pengetahuan, pengalaman, serta pribadi yang cukup di bidang pendidikan, kurikulum siswa maupun dalam hubungan sekolah dengan masyarakat. Di samping itu Ia juga harus memiliki berbagai keterampilan.
Menurut Suharsimi Arikunto, ada lima kekuatan yang harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah, yaitu:
a. Kekuatan Teknikal
Keterampilan ini merupakan kebutuhan yang mendasar, meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan pengawasan.
b. Kekuatan Kemanusiaan
Yaitu kelincahan kepala sekolah dalam berhubungan dengan guru-guru dan staf lainnya termasuk dalam keterampilan ini adalah keterampilan membina motivasi, menumbuhkan rasa percaya diri, kegairahan bekerja dan kedisiplinan yang tinggi dikalangan guru-guru dan staf lainnya.
c. Kekuatan Pendidikan
Keterampilan ini menyangkut tentang konsep-konsep pendidikan yang dioperasikan setiap hari disekolah.
d. Kekuatan Simbolik
Keterampilan yang secara simbolik memperlihatkan kepada orang lain tentang apa-apa yang penting dan berguna bagi organisasi. Misalnya, mendatangi sekolah, melaksanakan untuk memimpin upacara serta mengunjungi kelas-kelas.
e. Keterampilan Budaya atau Kultural
Kepala sekolah bertindak sebagai seseorang yang mendefinisikan, memperkuat serta mengaktualisasikan nilai-nilai, kepercayaan dan
segi-segi budaya yang memberikan identitas pada sekolah”.9
8
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: PT. Remaja RosdaKarya, 2002), h.107
9
Suharsimi Arikunto, Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993), h.197-202
(27)
Dari kelima kekuatan tersebut, wajib dimiliki dan dilaksanakan oleh kepala sekolah agar proses belajar mengajar dapat berjalan secara efektif dan efisien, begitu pula sebaliknya kepemimpinan yang diterapkan kepala sekolah dapat meningkatkan mutu pendidikan dan tercapainya tujuan sekolah yang diinginkan.
4. Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah
Dalam memberdayakan masyarakat dan lingkungan sekitar, kepala
sekolah merupakan ”kunci keberhasilan yang harus menaruh perhatian tentang
apa yang terjadi pada peserta didik di sekolah dan apa yang dipikirkan orang
tua dan masyarakat tentang sekolah”.10 Kepala sekolah harus memiliki visi dan
misi, serta strategi manajemen pendidikan secara utuh dan berorientasi kepada mutu. Strategi ini merupakan usaha sistematis dan terkoordinasi untuk secara terus-menerus memperbaiki kualitas layanan, sehingga fokusnya diarahkan ke pelanggan, dalam hal ini peserta didik, orang tua peserta didik, pemakai lulusan, guru, karyawan, pemerintah, dan masyarakat. Sedikitnya terdapat lima sifat layanan yang harus diwujudkan oleh kepala sekolah agar pelanggan puas,
yakni ”layanan sesuai dengan yang dijanjikan (reliability), mampu menjamin
kualitas pembelajaran (assurance), iklim sekolah yang kondusif (tangible), memberikan perhatian penuh kepada peserta didik (emphaty), cepat tanggap
terhadap kebutuhan peserta didik (responsiveness)”.11
Kepala sekolah memegang peranan penting dalam perkembangan sekolah. Oleh karena itu, ia harus memiliki jiwa kepemimpinan untuk mengatur para guru, pegawai tata usaha, dan pegawai sekolah lainnya. Dalam hal ini, kepala sekolah tidak hanya mengatur para guru saja, melainkan juga ketatausahaan sekolah, siswa, hubungan sekolah dengan masyarakat, dan orang tua siswa. Tercapai tidaknya tujuan sekolah sepenuhnya bergantung pada
10
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), cet. 1, h. 187
11
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), cet. 1, h. 26
(28)
kebijaksanaan yang diterapkan kepala sekolah terhadap seluruh personal sekolah.
Dalam hal ini sebaiknya kepala sekolah melibatkan para guru, petugas administrasi, bagian lainnya ataupun pemerintahan setempat agar rencana yang telah disusun dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Berikut ini akan dijelaskan penjabaran secara ringkas dari berbagai tugas yang harus dilakukan kepala sekolah, yaitu:
a. Membuat perencanaan
Dalam berbagai kegiatan administrasi, membuat perencanaan mutlak diperlukan. Perencanaan yang akan ditentukan oleh kepala sekolah bergantung pada berbagai faktor, diantaranya banyaknya sumber daya manusia yang ada, banyaknya dana yang tersedia, dan jangka waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan rencana tersebut. Perencanaan yang perlu dilakukan oleh kepala sekolah, diantaranya adalah menyusun program tahunan sekolah, yang mencakup program pengajaran, kesiswaan, kepegawaian, keuangan, dan penyediaan fasilitas-fasilitas yang diperlukan. Perencanaan ini selanjutnya dituangkan dalam rencana tahunan sekolah yang dijabarkan dalam dua program semester.
b. Kepala sekolah bertugas menyusun struktur organisasi sekolah
Penyusunan organisasi merupakan tanggung jawab kepala sekolah sebagai administrator pendidikan. Sebelum ditetapkan, penyusunan organisasi itu sebaiknya dibahas bersama-sama dengan seluruh anggota agar hasil yang diperoleh benar-benar merupakan kesepakatan bersama. Hal ini dilakukan untuk memudahkan tercapainya tujuan, karena seluruh anggota organisasi sekolah dengan jelas tugas-tugas mereka, apa kewajiban yang harus dilakukannya dan mereka pun mengetahui kepada siapa mereka harus bertanggung jawab atas tugas-tugas mereka. Selain menyusun struktur organisasi, kepala sekolah juga bertugas untuk mendelegasikan tugas-tugas dan wewenang kepada setiap anggota administrasi sekolah sesuai dengan struktur organisasi yang ada.
(29)
c. Kepala sekolah sebagai koordinator dalam organisasi sekolah
Pengoordinasian organisasi sekolah ini merupakan wewenang dari kepala sekolah. Untuk itu, kecakapan kepala sekolah mutlak diperlukan. Dalam melakukan pengoordinasian ini sebaiknya kepala sekolah juga melibatkan pihak lain, seperti bimbingan dan konseling, guru yang menangani pengaturan kurikulum, wali kelas, petugas tata usaha, dan sebagainya. Dengan kata lain, diperlukan kerja sama dari berbagai bagian
dalam organisasi agar pengoordinasian yang dilakukan dapat
menyelesaikan semua hambatan dan halangan yang ada.
d. Kepala sekolah mengatur kepegawaian dalam organisasi sekolah
Berbagai tugas yang berkenaan dengan kepegawaian sepenuhnya merupakan wewenang kepala sekolah. Pengelolaan kepegawaian ini akan berjalan dengan baik bila kepala sekolah memperhatikan kesinambungan antara pemberian tugas dan dengan kondisi dan kemampuan pelaksanaannya. Kepala sekolah harus benar-benar memperhatikan kesinambungan tersebut agar proses kerja administrasi menjadi lancar. Selain itu, kepala sekolah juga harus memperhatikan kesejahteraan pegawainya dengan menyediakan fasilitas yang mereka butuhkan agar
mereka dapat menjalankan tugas-tugas mereka dengan baik”.12
Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin seharusnya dalam praktik sehari-hari selalu berusaha memperhatikan dan mempraktikan delapan fungsi kepemimpinan di dalam kehidupan sekolah, yaitu:
1. Dalam kehidupan sehari-hari kepala sekolah akan dihadapkan kepada
sikap para guru, staf dan para siswa yang mempunyai latar belakang kehidupan, kepentingan serta tingkat sosial budaya yang berbeda sehingga tidak mustahil terjadi konflik antar individu bahkan antar kelompok. Dengan kata lain sebagai seorang pemimpin kepala sekolah harus dapat memperlakukan sama terhadap orang-orang yang menjadi bawahannya, sehingga tidak terjadi diskriminasi, sebaliknya dapat
12
Yusak Burhanuddin, Administrasi Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1998) h. 121-124
(30)
diciptakan semangat kebersamaan diantara mereka yaitu guru, staf dan para siswa.
2. Sugesti atau saran sangat diperlukan oleh para bawahan dalam
melaksanakan tugas. Para guru, staf dan siswa suatu sekolah hendaknya selalu mendapatkan saran, anjuran dari kepala sekolah sehingga dengan saran tersebut selalu dapat memelihara bahkan meningkatkan semangat, rela berkorban, rasa kebersamaan dalam melaksanakan tugas masing-masing.
3. Dalam mencapai tujuan setiap oraganisasi memerlukan dukungan, dana,
sarana, dan sebagainya. Demikian pula sekolah sebagai suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah digariskan memerlukan berbagai dukungan. Kepala sekolah bertanggung jawab untuk memenuhi atau menyediakan dukungan yang diperlukan oleh para guru, staf dan siswa, baik berupa dana, peralatan, waktu, bahkan suasana yang mendukung.
4. Kepala sekolah berperan sebagai katalisator, dalam arti mampu
menimbulkan dan menggerakan semangat para guru, staf dan siswa dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Patah semangat, kehilangan kepercayaan harus dapat dibangkitkan kembali oleh para kepala sekolah. Sesuai dengan misi yang dibebankan kepada sekolah, kepala sekolah harus mampu membawa perubahan sikap perilaku, intelektual anak didik sesuai dengan tujuan pendidikan.
5. Rasa aman merupakan salah satu kebutuhan setiap orang baik secara
individu maupun kelompok. Oleh sebab itu, seorang kepal sekolah sebagai pemimpin harus dapat menciptakan rasa aman di dalam lingkungan sekolah, sehingga para guru, staf dan siswa dalam melaksanakan tugasnya merasa aman, bebas dari segala perasaan gelisah, kekhawatiran, serta memperoleh jaminan keamanan dari kepala sekolah.
6. Seorang kepala sekolah selaku pemimpin akan menjadi pusat perhatian,
(31)
orang yang mewakili kehidupan sekolah di mana, dan dalam kesempatan apapun.
7. Kepala sekolah pada hakikatnya adalah sumber semangat bagi para
guru, staf dan siswa. Oleh sebab itu, kepala sekolah harus selalu membangkitkan semangat, percaya diri terhadap para guru, staf dan siswa, sehingga mereka menerima dan memahami tujuan sekolah secara antusias, bekerja secara bertanggung jawab ke arah tercapainya tujuan sekolah.
8. Setiap orang dalam kehidupan organisasi baik secara pribadi maupun
kelompok, apabila kebutuhannya diperhatikan dan dipenuhi. Untuk itu kepala sekolah diharapkan selalu dapat menghargai apapun yang dihasilkan oleh para mereka yang menjadi tanggung jawabnya. Penghargaan dan pengakuan ini dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, seperti kenaikan pangkat, fasilitas, kesempatan mengikuti
pendidikan dan sebagainya”.13
Kepala sekolah sebagai pemimpin harus mampu:
a. Menimbulkan kemauan yang kuat dengan penuh semangat dan percaya diri
para bawahan dalam melaksanakan tugas masing-masing.
b. Memberikan bimbingan dan mengarahkan para bawahan serta memberikan
dorongan, memacu dan berdiri di depan demi kemajuan dan memberikan inspirasi dalam mencapai tujuan.
Wahjosumidjo berpendapat, Apabila seorang kepala sekolah ingin berhasil menggerakan bawahan, seorang kepala sekolah harus:
1. Menghindarkan diri dari sikap dan perbuatan yang bersifat memaksa atau
bertindak keras.
2. Mampu melakukan tindakan yang melahirkan kemauan untuk bekerja
dengan semangat dan percaya diri.
13
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007), edisi 1, h. 106-109
(32)
3. Mampu membujuk bawahan, sehingga bawahan yakin apa yang dilakukan
adalah benar”.14
Tugas kepala sekolah dalam kaitannya dengan manajemen tenaga kependidikan di sekolah, bukanlah pekerjaan yang mudah, karena tidak hanya mengusahakan tercapainya tujuan sekolah, tetapi juga tujuan tenaga kependidikan (guru dan non guru) secara pribadi. Oleh kaena itu, kepala sekolah dituntut untuk mengerjakan instrument pengelolaan tenaga kependidikan, seperti daftar absensi, daftar urut kepangkatan, daftar riwayat hidup, dafar riwayat pekerjaan dan komite tenaga kependidikan untuk
membantu kelancaran pendidikan di sekolah yang dipimpinnya”.15
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, kepala sekolah memiliki gaya kepemimpinan masing-masing yang sangat mempengaruhi kinerja para
tenaga kependidikan di lingkungan kerjanya masing-masing. “Kegagalan dan
keberhasilan sekolah banyak ditentukan oleh kepala sekolah, karena kepala sekolah merupakan pengendali dan penentu arah yang hendak ditempuh oleh
sekolah menuju tujuannya”.16
Peranan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja tenaga kependidikan perlu dipahami bahwa setiap kepala sekolah bertanggung jawab mengarahkan apa yang baik bagi tenaga kependidikan, dan dia sendiri harus berbuat baik, kepala sekolah juga harus menjadi contoh, sabar dan penuh pengertian. Fungsi pemimpin hendaknya diartikan sebagai motto Ki Hajar Dewantoro: Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani (di depan menjadi tauladan, di tengah membina dan di belakang
menjadi pendorong atau memotivasi)”.17
14
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007), edisi 1, h. 5
15
E. Mulyasa, Menjadi Kepala SekolahProfesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), h. 158
16
E. Mulyasa, Menjadi Kepala SekolahProfesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), h. 158
17
E. Mulyasa, Menjadi Kepala SekolahProfesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), h. 160
(33)
Setiap pemimpin harus memiliki jiwa dan sikap yang dapat memberikan contoh-contoh dan teladan bagi bawahannya, tak terkecuali kepala sekolah yang memimpin suatu organisasi dilingkungan sekolah. Setiap kepala sekolah harus mampu menjadi pendorong dan motivator kepada bawahannya, agar tercipta situasi dan kondisi belajar yang efektif. Seorang kepala sekolah sangat dituntut untuk mempengaruhi para guru untuk melaksanakan tugas-tugasnya secara profesional. Seorang guru di dalam menjalankan tugasnya sehari-hari sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya, “sikap kepemimpinan seorang kepala sekolah di dalam
menjalankan dan menggerakkan para guru sesuai dengan mekanisme dan aturan yang berlaku tanpa ada intimidasi dan tekanan, maka dapat dipastikan guru itu akan profesional, disiplin dan rajin di dalam menjalankan tugasnya, akan tetapi sebaliknya apabila seorang kepala sekolah didalam menjalankan dan menggerakkan para guru tidak sesuai dengan aturan dan mekanisme yang berlaku tanpa memperhatikan asas kebijaksanaan maka dipastikan guru itu akan tertekan dan akan berjuang pada pelaksanaan tugas yang tidak profesional bahkan guru itu akan membangkang dan malas masuk
mengajar”.18
Untuk lebih meningkatkan kedisiplinan dan kerajinan guru di sekolah, seorang kepala sekolah dapat mengambil beberapa langkah-langkah antara lain sebagai berikut :
1. Langkah Preventif
Langkah ini dimaksudkan untuk mencegah tingkah laku guru yang dapat menimbulkan dan mengurangi kedisiplinan di dalam menjalankan tugas-tugasnya. Langkah ini mempunyai strategi antara lain :
a. Membuat aturan dan tata tertib dan menjalankannya sesuai hasil
keputusan bersama.
b. Membuat prosedur dan kebiasaan-kebiasaan sehari-hari sesuai dengan
bakat dan minat guru.
18
Samsul Maarif, Peranan Kepala Sekolah dalamPeningkatan Kedisiplinan Guru, dari www.unjabisnis.net, 26 September 2010
(34)
c. Menyiapkan kurikulum sekolah yang tepat sesuai dengan kemampuan dan keahlian guru.
d. Meningkatkan keprofesionalan kerja kepala sekolah, agar guru dapat
termotivasi untuk berprestasi dalam bekerja. 2. Langkah Supportif
Langkah ini dimaksudkan untuk lebih mendukung dan mendorong tingkah laku positif dan disiplin yang akan dilakukan guru. Langkah ini mempunyai strategi antara lain:
a. Pemberian penguatan yang positif kepada guru yang bersifat
memajukan sekolah.
b. Pemberian penghargaan yang membesarkan hati guru dan akan lebih
mendorong guru untuk berprestasi lagi.
c. Pemberian insentif yang berupa tanda jasa yang dapat menjadikan guru
akan selalu bertindak secara profesional dan disiplin. 3. Langkah Corectif
Langkah ini di maksudkan untuk mengoreksi dan memperbaiki perilaku guru yang indisipliner dan malas, langkah ini mempunyai strategi antara lain :
a. Menggunakan teguran yang lemah untuk menghentikan tingkah laku
guru yang bersifat negatif.
b. Menggunakan tindakan yang keras untuk suatu tindakan yang
melanggar perarutan.
c. Penghapusan penguatan yang telah diberikan apabila ada tindakan dan
tingkah laku yang tidak sesuai dengan aturan dan norma yang berlaku.
d. Memberikan sanksi yang logis terhadap pelanggaran tata tertib
organisasi.
e. Mengeluarkan surat keputusan pertimbangan mutasi kepada guru yang
sudah tiga kali mendapat surat peringatan”.19
19
Samsul Maarif, Peranan Kepala Sekolah dalamPeningkatan Kedisiplinan Guru, dari www.unjabisnis.net, 26 September 2010
(35)
Di antara pemimpin pendidikan yang bermacam-macam jenis dan tingkatannya, kepala sekolah merupakan pemimpin pendidikan yang sangat penting karena kepala sekolah berhubungan langsung dengan pelaksanaan program pendidikan di sekolah. Ketercapaian tujuan pendidikan sangat bergantung pada kecakapan dan kebijaksanaan kepala sekolah sebagai salah satu pemimpin pendidikan. Hal ini karena kepala sekolah merupakan seorang pejabat yang profesional dalam organisasi sekolah yang bertugas mengatur semua sumber organisasi dan bekerjasama dengan guru-guru dalam mendidik siswa untuk mencapai tujuan pendidikan.
B. DISIPLIN KERJA GURU 1. Pengertian Disiplin Kerja Guru
Istilah disiplin berasal dari bahasa Latin “Disciplina” yang menunjuk
kepada kegiatan belajar dan mengajar, sedangkan istilah dalam bahasa Inggris
“Disciple” yang berarti mengikuti orang untuk belajar di bawah pengawasan
seorang pemimpin”.20
Dalam kegiatan belajar tersebut, bawahan dilatih untuk patuh dan taat kepada peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemimpin. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah disiplin mengandung beberapa arti,
yaitu ”tata tertib dan ketaatan atau kepatuhan kepada peraturan tata tertib,
dibidang studi yang memiliki objek, sistem dan metode tertentu”.21 Menurut
Suharsimi Arikunto, disiplin merupakan “sesuatu yang berkenaan dengan
pengendalian diri seseorang terhadap bentuk-bentuk aturan”.22 Peraturan di
maksud dapat ditetapkan oleh orang yang bersangkutan maupun berasal dari
luar. Sedangkan menurut Subari, disiplin adalah “penurutan terhadap suatu
peraturan dengan kesadaran sendiri untuk terciptanya tujuan peraturan itu”.23
Disiplin adalah “suatu keadaan tertib di mana orang-orang yang tergabung
20Tulus Tu’u, Peran Disiplin Pada Perilaku Dan Prestasi Siswa
, (Jakarta: Grasindo, 2004), h. 30
21
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), h. 208
22
Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), cet. 1, h. 114
23
Subari, Supervisi Pendidikan dalam Rangka Perbaikan Situasi Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), Ed. 1, cet. 1, h. 164
(36)
dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan-peraturan yang telah ada dengan
rasa senang hati”.24
Ahmad Rohani mengartikan disiplin sebagai “setiap
macam pengaruh yang ditujukan untuk membantu peserta didik agar dia dapat memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan juga penting tentang cara menyelesaikan tuntutan yang mungkin ingin ditujukan
peserta didik terhadap lingkungannya”.25
Menurut Wahjosumidjo, disiplin
adalah “sikap mental yang mengandung kerelaan mematuhi semua ketentuan,
peraturan dan norma yang berlaku dalam menunaikan tugas dan tanggung
jawab”.26
Konsep disiplin berkaitan erat dengan tata tertib, aturan, atau norma dalam kehidupan bersama (yang melibatkan orang banyak). Hal ini disiplin merupakan suatu proses dari latihan atau belajar yang bersangkut paut dengan pertumbuhan dan perkembangan.
Pendapat di atas mengisyaratkan bahwa disiplin adalah suatu keadaan di mana sesuatu itu berada dalam keadaan tertib, teratur dan semestinya, serta tiada suatu pelanggaran-pelanggaran baik secara langsung maupun tidak langsung.
Disiplin kerja dimaknai sebagai pelaksanaan manajemen untuk
memperteguh pedoman-pedoman organisasi".27 Disiplin kerja merupakan
salah satu factor yang dapat mempengaruhi produktifitas kerja, sedangkan produktifitas merupakan keberhasilan dari suatu organisasi. Dengan demikian terdapat keterkaitan antara disiplin kerja dengan produktifitas. Jadi disiplin adalah salah satu penentu berhasil atau tidaknya tujuan organisasi.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja adalah suatu ketaatan kepada peraturan di dalam melakukan segala sesuatu pekerjaan untuk mendapatkan hasil yang akan dicapai baik di dalam masyarakat maupun ditempat kerja.
24
Ali Imron, Pembinaan Guru di Indonesia, (Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya, 1995), cet. 1, h. 182
25
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), cet. 2, h. 133-134
26
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007), edisi 1, h. 188
27
Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, (Bandung: Rosda, 2002), h. 129
(37)
Dalam UU RI nomor 20 tahun 2003, tentang sistem pendidikan nasional menyebut kata guru dengan sebutan tenaga pendidik, yaitu anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang
penyelenggaraan pendidikan”.28
Guru merupakan salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha
pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan”.29
Oleh karena itu guru yang merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan harus berperan serta secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga professional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Guru merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar, yang berarti guru bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Dalam melaksanakan bidang pekerjaannya agar dapat berhasil, guru dituntut untuk memiliki disiplin kerja.
Menurut Ahmad Mudzakir dan Joko Sutrisno, “guru hendaknya tidak
jemu dengan pekerjaannya, meskipun dia tidak dapat menentukan atau meramalkan secara tegas tentang bentuk manusia yang bagaimanakah yang akan dihasilkannya di kelak kemudian hari. Ini menjadi kenyataan, bahwa
guru tak pernah mengetahui hasil akhir dari pekerjaan”.30
Menurut Ali Imron, disiplin kerja guru adalah ”suatu keadaan tertib dan
teratur yang dimiliki oleh guru dalam bekerja di sekolah, tanpa pelanggaran yang merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap
dirinya, teman sejawatnya, terhadap sekolah secara keseluruhan”.31
Jadi disiplin kerja guru adalah suatu ketaatan kepada peraturan di dalam melaksanakan tugas-tugasnya yang dimiliki oleh seorang guru di dalam proses
28
UU RI Nomor 20 tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat 5, h. 3
29
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), h. 125
30
Ahmad Mudzakir dan Joko Sutrisno, Psikologi Pendiikan, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997), cet. 1, h. 24
31
Ali Imron, Pembinaan Guru di Indonesia, (Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya, 1995), cet. 1, h. 183
(38)
belajar mengajar di sekolah agar mendapatkan hasil yang akan dicapai baik sekolah maupun pendidik.
Disiplin erat kaitannya dengan sikap mental dan moral yang melekat pada diri seseorang. Disiplin kerja perlu ditunjang dengan adanya ketentuan atau peraturan yang harus ditaati. Dalam mewujudkan disiplin kerja, yang menjadi faktor pokok adalah kesadaran dan keinsyafan terhadap aturan dan ketentuan yang berlaku dalam suatu organisasi sekolah. Kedisiplinan yang harus dimiliki oleh guru berarti harus mempunyai kesadaran dan kesediaan dalam menaati segala macam peraturan yang berlaku di tempat kerjanya.
Guru merupakan komponen pendidikan yang menjadi kunci pokok bagi keberhasilan pendidikan. Guru mempunyai posisi yang paling depan sebagai orang yang terlibat dalam melaksanakan pendidikan di sekolah, untuk itu disiplin kerja guru perlu ditumbuhkan. Disiplin untuk sebagian orang mungkin dapat tumbuh langsung berdasarkan kesadaran, tetapi untuk sebagian yang lain kiranya perlu ditumbuhkan melalui berbagai macam aturan, sanksi atau hukuman, keteladanan pemimpin, pengawasan, ketegasan dan mungkin hubungan kemanusiaan. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya sehari-hari, peran kepala sekolah sangat diharapkan walaupun mungkin guru merasa pekerjaan mereka diawasi, tidak ada kebebasan dalam menjankan tugas-tugas profesinya. Disiplin seorang guru mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap suatu sekolah. Disiplin yang dilakukan oleh guru merupakan disiplin kerja yang dilakukan atau dilaksanakan sesuai ketentuan-ketentuan dan aturan yang berlaku pada lingkungan kerjanya.
2. Tugas dan Tanggung jawab Guru
Tugas dan tanggung jawab guru sebagai seorang pendidik professional sesungguhnya sangat banyak, tidak terbatas pada kegiatan belajar mengajar saja, guru juga bertugas sebagai evaluator, administrator, konselor dan lain-lain. Guru mampu akan lebih cakap menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan menyenangkan serta akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang memuaskan.
(39)
Berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab guru menurut Nana Sudjana mengutif pendapat peters, ada tiga tugas dan tanggung jawab guru, yaitu:
a) Guru sebagai pengajar lebih menekankan kepada tugas dalam
merencanakan dan melaksanakan pengajaran. Dalam tugas ini guru dituntut memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan teknis mengajar, disamping menguasai ilmu juga adanya bahan yang akan diajarkan.
b) Guru sebagai pembimbing memberi tekanan kepada tugas, memberikan
bantuan kepada siswa dalam pemecahan masalah yang dihadapinya. Tugas ini merupakan sebagai aspek mendidik, sebab tugas guru tidak hanya berkenaan dengan penyampaian ilmu pengetahuan, tetapi juga menyangkut pengembangan kepribadian dan pembentuk nilai-nilai para siswa.
c) Guru sebagai administrator kelas pada hakekatnya merupakan jalinan
antara ketatalaksanaan bidang pengajaran dan ketatalaksanaan pada umumnya. Namun ketatalaksanaan bidang pengajaran lebih menonjol dan
lebih diutamakan bagi profesi guru”.32
Guru merupakan sentral serta sumber kegiatan belajar mengajar, karena itu guru harus penuh inisiatif dan kreatif dalam mengelola kelas, karena gurulah yang mengetahui secara pasti situasi dan kondisi kelas terutama keadaan siswa dengan latar belakangnya.
Lain halnya dengan pendapat Oemar Hamalik, mengemukakan peranan guru sebagai berikut:
a. Peran sebagai fasilitator, yang menyediakan
kemudahan-kemudahan bagi siswa untuk melakukan kegiatan belajar.
b. Peran sebagai pembimbing, yang membantu siswa mengatasi
kesulitan dalam proses pembelajaran.
32
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2009), h. 15
(40)
c. Peran sebagai penyedia lingkungan, yang berupaya menciptakan lingkungan yang menantang siswa agar melakukan kegiatan belajar.
d. Peran sebagai komunikator, yang melakukan komunikasi dengan
siswa dan masyarakat.
e. Peran sebagai model yang mampu memberikan contoh yang baik
kepada siswanya agar berprilaku yang baik.
f. Peran sebagai evaluator, yang melakukan penilaian terhadap
kemajuan belajar siswa.
g. Peran sebagai inovator, yang turut menyebar luaskan usaha-usaha
pembaruan kepada masyarakat.
h. Peran sebagai agen moral politik yang turut membina moral
masyarakat, peserta didik menunjang upaya-upaya pembangunan.
i. Peran sebagai agen kognitif, yang menyebarkan ilmu pengetahuan
pada peserta didik dan masyarakat.
j. Peran sebagai manajer, yang memimpin kelompok siswa dalam
kelas, sehingga proses pembelajaran berhasil”.33
Berkaitan dengan tugas atau peran sebagai seorang pendidik, maka guru harus memiliki kemampuan profesional seperti yang diungkapkan oleh Nana Sudjana, yaitu terpenuhinya 10 kompetensi guru yang meliputi:
1. Menguasai bahan
2. Mengelola program belajar mengajar
3. Mengelola kelas
4. Menggunakan media atau sumber belajar
5. Menguasai landasan kependidikan
6. Mengelola interaksi belajar mengajar
7. Menilai prestasi belajar
8. Mengenal fungsi dan layanan bimbingan penyuluhan
9. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
10.Memahami dan menafsirkan hasil penelitian guna
keperluan pengajaran”.34
33
Oemar Hamalik, Kurikulm dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), h. 9
34
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2009), h. 19
(41)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tugas guru bukan hanya mengajarkan ilmu yang dimiliki, tetapi juga mengelola ilmu itu sendiri. Dengan cara demikian akan memperkaya diri dengan berbagai ilmu pengetahuan sebagai bekal dalam melaksanakan tugas pembelajaran di sekolah sehingga mampu memperagakan apa yang diajarkan secara didaktis, maksudnya yaitu agar apa yang disampaikan oleh guru betul-betul dimiliki oleh peserta didik.
3. Aspek-aspek Kerja Guru
Sebagai kunci keberhasilan suatu sekolah, guru dituntut memiliki disiplin kerja yang tinggi. Disiplin kerja sebagai suatu ketaatan menjalankan peraturan yang meliputi beberapa aspek, yaitu sebagai berikut:
a. Disiplin terhadap waktu yang meliputi: Hadir dan pulang tepat waktu,
menepati waktu tugas, Menyelesaikan administrasi kelas dan sekolah secara baik dan teratur, memanfaatkan waktu dengan baik, dan menyelesaikan tugas tepat waktu.
b. Disiplin dalam loyalitas kerja yang meliputi: Melaksanakan proses
pembelajaran dan mengadakan evaluasi pelajaran secara teratur, melayani dan mengawasi peserta didik, datang dan mengikuti rapat tepat waktu serta Ikut membina hubungan baik antara sekolah dengan orang tua murid dan masyarakat.
c. Disiplin dalam mematuhi peraturan yang meliputi: Disiplin dalam
berpakaian, mematuhi kode etik guru dan Ikut memelihara tata tertib kelas
dan sekolah dengan baik”.35
Dengan memperhatikan berbagai aspek kedisiplinan bagi guru sebagaimana tercantum di atas, maka dalam pelaksanaan tugasnya akan tercipta kondisi disiplin kerja yang tinggi. Dan guru yang memiliki disiplin kerja yang tinggi tentunya akan mematuhi dan mentaati serta menjalankan
35
(42)
peraturan dan tata tertib yang berlaku dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab, sehingga akan tercipta suasana lingkungan kerja dan suasana belajar yang kondusif. Hal ini akan menjadi bukti bahwa disiplin kerja guru menjadi salah satu faktor yang dapat membangkitkan disiplin belajar bagi para siswa.
4. Fungsi Disiplin Kerja Guru
Disiplin kerja sebagai ketaatan menjalankan peraturan, mempunyai beberapa fungsi, diantaranya disiplin berfungsi sebagai peningkatan produktivitas yang tinggi, kreatifitas dan aktifitas serta motivasi guru dalam mengajar agar tercipta proses belajar mengajar yang efektif dan efisien.
Fungsi disiplin kerja guru, yaitu sebagai berikut:
a. Disiplin membawa proses kinerja ke arah produktifitas yang tinggi atau
menghasilkan kualitas kerja yang tinggi.
b. Disiplin mempengaruhi kegiatan guru dalam proses kinerja. Karena
disiplin sangat berpengaruh terhadap kreatifitas dan aktifitas kinerja tersebut.
c. Disiplin memperteguh guru untuk memperoleh hasil kerja yang
memuaskan.
d. Disiplin memberi kemudahan bagi guru dalam memperoleh hasil kerja
yang memuaskan.
e. Disiplin memberikan kesiapan bagi guru dalam melaksanakan proses
kinerja.
f. Disiplin akan menunjang hal-hal yang positif dalam melakukan berbagai
kegiatan dan proses kinerja”.36
Dengan demikian betapa pentingnya disiplin kerja guru, karena telah dipaparkan bahwa produktifitas ditentukan oleh disiplin kerja. Oleh karena itu guru yang dapat diharapkan mampu meningkatkan produktifitas kerja. Dari uraian di atas jelaslah bahwa antara disiplin dan kerja terdapat hubungan yang sangat erat, sehingga satu sama lain sangat mempengaruhi. Disiplin yang tinggi akan menimbulkan semangat yang tinggi sebaliknya semangat kerja yang tinggi akan menghasilkan disiplin yang tinggi pula.
36
A. Tabrani Rusyan, dkk, Upaya Meningkatkan Budaya Kinerja Guru Sekolah Dasar,
(43)
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kerja Guru
Disiplin kerja guru dapat terlaksana dengan baik ataupun tidak terkadang dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut:
a. Faktor pegawai (pribadi guru), yaitu kecerdasan (IQ), kecakapan khusus,
umur, jenis kelamin, kondisi fisik, pendidikan, pengalaman kerja, masa kerja, kepribadian, emosi, cara berpikir, persepsi dan sikap kerja.
b. Faktor pekerjaan, yaitu jenis pekerjaan, struktur organisasi, pangkat
(golongan), kedudukan, mutu pengawasan, jaminan finansial, kesempatan
promosi jabatan, interaksi sosial dan hubungan kerja”.37
Faktor kepribadian guru di atas memberikan informasi bahwa penerapan
disiplin kerja guru dapat dipengaruhi oleh Intellectual Quotiont (IQ) guru,
Emotional Quotiont (EQ) guru dan Spiritual Quotiont (SQ) seorang guru. Sedangkan faktor pekerjaan di atas menerangkan tentang bagaimana keadaan guru kaitannya dengan organisasi sekolah (kedudukan, sistem kerja, interaksi sosial di tempat kerja, sarana prasarana dan lain-lain).
Menurut Suroso, faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin kerja guru antara lain: moril atau semangat kerja pegawai, kesejahteraan pegawai dan
suasana kerja yang harmonis”.38
a) Moril atau semangat kerja pegawai
Seorang pegawai akan patuh terhadap disiplin kerja yang telah disepakati apabila moril atau semangat kerja mereka tinggi. Sebaliknya apabila seorang pegawai mempunyai moril yang rendah maka, ia akan berbuat tidak sesuai dengan perauran yang telah disepakati.
b) Kesejahteraan pegawai
Kesejahteraan merupakan keinginan tetap setiap manusia, kesejahteraan selalu dikaitkan dengan terpenuhinya segala kebutuhan.
37
Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, (Bandung: Rosda, 2002), h. 120
38
Suroso, Peranan Kepala Sekolah Terhadap Disiplin Kerja Guru, (Jakarta: Lembaga Penelitian IKIP, 1991), h. 22
(44)
Untuk kesejahteraan pegawai, pemimpin wajib intensif finansial sebagai imbalan jasa yang telah mereka berikan kepada perusahaan.
c) Suasana kerja yang harmonis
Suasana kerja yang harmonis ditandai dengan komunikasi yang lancar, pentilasi yang cukup, letak peralatan yang teratur, yang dapat membantu pegawai berbuat disiplin.
Berbeda dengan pendapat Tulus Tu’u, mengemukakan bahwa ada empat
hal yang dapat mempengaruhi dan membentuk disiplin, yaitu:
a. Kesadaran diri sebagai pemahaman diri bahwa disiplin dianggap penting
bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya. Selain itu, kesadaran diri menjadi motif sangat kuat terwujudnya disiplin.
b. Pengikutan dan ketaatan sebagai langkah penerapan dan praktik atas
peraturan-peraturan yang mengatur perilaku individunya. Hal ini sebagai kelanjutan dari adanya kesadaran diri yang dihasilkan oleh kemampuan dan kemauan diri yang kuat. Tekanan dari luar dirinya sebagai upaya mendorong, menekan dan memaksa agar disiplin diterapkan dalam diri seseorang sehingga peraturan-peraturan diikuti dan dipraktikan.
c. Alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina dan
membentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan.
d. Hukuman sebagai upaya menyadarkan, mengoreksi dan meluruskan yang
salah sehingga orang kembali pada perilaku yang sesuai dengan
harapan”.39
39Tulus Tu’u, Peran Disiplin Pada Perilaku Dan Prestasi Siswa
, (Jakarta: Grasindo, 2004), h. 48-49
(45)
6. Macam-Macam Disiplin
Menurut Tulus Tu’u, macam-macam disiplin terbagi menjadi tiga
macam, yaitu:
a) Disiplin Otoritarian
Dalam disiplin otoritarian, peraturan dibuat sangat ketat dan rinci. Orang yang berada dalam lingkungan disiplin ini diminta mematuhi dan menaati peraturan yang telah disusun dan berlaku di tempat itu. Disiplin Otoritarian selalu berarti pengendalian tingkah laku berdasarkan tekanan, dorongan, pemaksaan dari luar diri seseorang. Hukuman dan ancaman kerapkali dipakai untuk memaksa, menekan, mendorong seseorang mematuhi dan menaati peraturan. Kepatuhan dan ketaatan dianggap baik dan perlu bagi diri, institusi atau keluarga. Apabila disiplin di langgar, wibawa dan otoritas institusi atau keluarga menjadi terganggu. Karena itu, setiap pelanggaran perlu diberi sanksi, ada sesuatu yang harus ditanggung sebagai akibat pelanggarannya. Di sini dapat terjadi orang patuh dan taat pada aturan yang berlaku, tetapi merasa tidak bahagia, tertekan dan tidak aman. Siswa kelihatan baik, tetapi dibaliknya ada ketidakpuasan, pemberontakan dan kegelisahan. Sebenarnya, semua perbuatannya hanya karena keterpaksaan dan ketakutan menerima sanksi. Di sini mereka perlu dibantu untuk memahami arti dan manfaat disiplin itu bagi dirinya, agar ada kesadaran diri yang baik tentang disiplin.
b) Disiplin Permisif
Dalam disiplin ini seseorang dibiarkan bertindak menurut
keinginannya. Kemudian dibebaskan untuk mengambil keputusan sendiri dan bertindak sesuai dengan keputusan yang diambilnya itu. Seseorang yang berbuat sesuatu, dan ternyata membawa akibat melanggar norma atau aturan yang berlaku, tidak diberi sanksi atau hukuman. Dampak teknik permisif ini berupa kebingungan dan kebimbangan. Penyebabnya karena tidak tahu mana yang tidak dilarang dan mana yang dilarang.
(46)
c) Disiplin Demokratis
Disipilin demokratis dilakukan dengan memberi penjelasan, diskusi dan penalaran untuk membantu guru memahami mengapa diharapkan mematuhi dan menaati peraturan yang ada. Teknik ini menekankan aspek edukatif bukan aspek hukuman. Sanksi atau hukuman dapat diberikan kepada yang menolak atau melanggar tata tertib. Akan tetapi, hukuman dimaksud sebagai upaya menyadarkan, mengoreksi, dan mendidik. Teknik disiplin demokratis berusaha mengembangkan disiplin yang muncul atas kesadaran diri sehingga seseorang memiliki disiplin diri yang kuat dan mantap. Oleh karena itu, bagi yang berhasil mematuhi dan menaati disiplin, kepadanya diberikan pujian dan penghargaan. Dalam disiplin
demokratis, kemandirian dan tanggung jawab dapat berkembang”. 40
Dari penjelasan di atas mengenai ketiga macam teknik disiplin dapat di simpulkan bahwa displin otoritarian sangat menekankan kepatuhan dan ketaatan serta sanksi bagi para pelanggarnya. Disiplin permisif memberi kebebasan untuk mengambil keputusan dan tindakan. Sedangkan disiplin demokratis menekankan kesadaran dan tanggung jawab.
Oleh karena itu dari berbagai macam disiplin di atas, disiplin yang digunakan oleh kepala sekolah dalam meningkatkan disiplin kerja guru, yaitu dengan menerapkan disiplin demokratis. Karena disiplin ini sangat menekankan kepada kesadaran serta tanggung jawab guru dalam melaksanakan peraturan dan tata tertib sekolah dengan baik.
7. Pendekatan Disiplin Kerja
Pendekatan disiplin kerja dimaksudkan untuk mengetahui dengan cara apa disiplin kerja dilaksanakan dalam sebuah organisasi (seskolah). Anwar Prabu Mangkunegara membaginya kepada tiga bagian, yaitu: pendekatan
40Tulus Tu’u, Peran Disiplin Pada Perilaku Dan Prestasi Siswa
, (Jakarta: Grasindo, 2004), h. 44-46
(47)
disiplin modern, pendekatan disiplin dengan tradisi dan pendekatan disiplin
bertujuan”.41
a. Pendekatan disiplin modern, dilaksanakan dengan cara mempertemukan
sejumlah keperluan atau kebutuhan baru di luar hukuman. Jadi hukuman fisik sepenuhnya dihindari, penyuluhan akan lebih baik, diberikan kesempatan untuk menemukan fakta-fakta baru sebagai bukti tidak bersalah sehingga bebas dari hukuman.
b. Pendekatan disiplin dengan tradisi, dilaksanakan dengan cara memberikan
hukuman. Pendekatan ini sepenuhnya bermaksud untuk memberikan hukuman pada setiap pelanggaran yang terjadi. Sehingga pelanggaran yang lebih keras akan diberikan hukuman yang lebih keras, demikian seterusnya.
c. Pendekatan disiplin bertujuan, dimaksudkan untuk memberikan kesadaran
kepada guru, murid dan staf bahwa disiplin dirancang dan diberikan bukan hanya formalitas untuk dilanggar dan diberikan hukuman. Tetapi disiplin kerja dibuat agar terjadi pembentukan perilaku dan perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.
Cara yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah dalam menerapkan disiplin bertujuan adalah dengan pemberian penyuluhan di awal tentang tujuan dan maksud diterapkannya disiplin kerja di sekolah, lalu dilakukan evaluasi dan laporan pengawasan terhadap tindakan disiplin yang dilakukan guru. Pendekatan penerapan disiplin kerja guru di atas memberikan informasi bagaimana seharusnya disiplin kerja guru diterapkan. Disiplin kerja guru dapat diterapkan dengan cara penyuluhan, pemberian hukuman dan penyadaran.
41
Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, (Bandung: Rosda, 2002), h. 130
(48)
C. KERANGKA BERPIKIR
Guru sebagai subyek pendidikan di sekolah menjadi orang yang paling berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan membina peserta didik di sekolah maupun di luar sekolah. Guru juga merupakan komponen pendidikan yang menjadi kunci pokok bagi keberhasilan pendidikan, guru mempunyai posisi yang paling depan sebagai orang yang terlibat dalam melaksanakan pendidikan di sekolah, untuk itu disiplin kerja guru perlu ditumbuhkan. Disiplin untuk sebagian orang mungkin dapat tumbuh langsung berdasarkan kesadaran, tetapi untuk sebagian yang lain kiranya perlu ditumbuhkan melalui berbagai macam aturan, sanksi atau hukuman, keteladanan pemimpin, pengawasan, ketegasan dan mungkin hubungan kemanusiaan. Disiplin kerja guru disebuah institusi pendidikan harus dilaksanakan dan dikembangkan dengan sebaiknya agar tercapai tujuan organisasi yaitu mutu pendidikan yang berkualitas.
Oleh karena itu, Setiap kepala sekolah harus mampu menjadi pendorong dan motivator kepada bawahannya, agar tercipta situasi dan kondisi belajar yang efektif. Seorang kepala sekolah sangat dituntut untuk mempengaruhi para guru untuk melaksanakan tugas-tugasnya secara profesional.
Kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah, mempunyai peran yang penting untuk menggerakan, mengarahkan, membimbing, membina, memberi teladan, dorongan serta bantuan kepada para guru, murid dan staf di sekolah. Peran dan fungsi yang terpenting bagi kepala sekolah adalah menggerakan segala sumber daya yang ada pada suatu sekolah sehingga dapat di dayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan yang telah diharapkan dan terciptanya disiplin kerja guru yang baik.
(49)
D. PENGAJUAN HIPOTESIS
Untuk menguji ada atau tidaknya hubungan variabel X
(Kepemimpinan Kepala Sekolah) dengan variabel Y (Disiplin Kerja Guru), maka penulis mengajukan hipotesa sebagai berikut:
Ha : Terdapat hubungan positif yang signifikan antara kepemimpinan kepala
sekolah dengan disiplin kerja guru di MTs Ta’lim al-Mubtadi
Cipondoh-Tangerang.
Ho : Tidak terdapat hubungan positif yang signifikan antara kepemimpinan
kepala sekolah dengan disiplin kerja guru di MTs Ta’lim al-Mubtadi
Cipondoh-Tangerang.
(50)
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan PenelitianSecara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui disiplin kerja
guru di MTS TA’LIM AL-MUBTADI CIPONDOH TANGERANG.
Sedangkan secara lebih spesifik, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui tingkat disiplin kerja guru di Mts Ta’lim al-Mubtadi
Cipondoh-Tangerang.
2. Mengetahui peran kepala sekolah dalam meningkatkan disiplin kerja
guru di Mts Ta’lim al-Mubtadi Cipondoh-Tangerang.
B. Tempat dan Waktu penelitian
Penelitian tentang hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan
disiplin kerja guru yang dilaksanakan di MTS TA’LIM AL-MUBTADI yang
berlokasi di Jl. KH. Maulana Hasanudin Cipondoh-Kota Tangerang. Adapun waktu yang digunakan dalam penelitian ini dimulai bulan April 2010 sampai dengan selesai, dengan rincian sebagai berikut:
No Jenis Kegiatan 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 Pemilihan Judul
2 Konsultasi dengan pembimbing
3 Pendekatan ke sekolah 4 Meminta izin ke sekolah 5 Pengumpulan data 6 Pengolahan dan analisis
(51)
C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode korelasional, yaitu mencari hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan
disiplin kerja guru. Teknik korelasi yang digunakan adalah korelasi product
moment.
D. Populasi dan Teknik Sampling
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Berdasarkan batasan ini maka dapat ditegaskan bahwa populasi dalam penelitian ini adalah kepala sekolah dan guru yang berjumlah 22 orang.
Mengingat terbatasnya jumlah populasi maka seluruh populasi dijadikan sebagai sampel penelitian. Sebagaimana pendapat Suharsimi
Arikunto, “untuk sekedar perkiraan, maka apabila subjeknya kurang dari 100
lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian
populasi”.1
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data digunakan teknik-teknik sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawancara digunakan untuk memperoleh data atau informasi dari kepala sekolah tentang kinerja kepala sekolah dan peran kepala sekolah
dalam meningkatkan disiplin kerja guru di MTs Ta’lim al-Mubtadi
Cipondoh-Tangerang.
2. Angket
yaitu berupa daftar pertanyaan yang harus diisi dan dijawab oleh Responden mengenai sesuatu hal yang berkaitan dengan penelitian. Dimana responden tinggal memilih jawaban yang telah disediakan dengan memilih jawaban yang paling tepat pada empat alternatif jawaban yang telah disediakan.
1
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Penendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), h. 134.
(1)
(2)
(3)
DAFTAR UJI REFERENSI
DEWI PURWATI
r0601820074s
KI.MANAJEMEN Pf,NDIDIKAN
No. Footnote Hal. Skripsi Hal. Referensi Paraf Pembimbing
I
(
I Yusak Burhanuddin, Administrasi Pendidikan
2
l 1 9{lt
2 .
Singgih D. Gunars4 Psikologi untuk membimbing1 3 6
a
J . Tulus Tu'tr, Peran disiplin
pada perilaku dan prestasi siswa
8
3 0
4. Departemen pendidikan dan kebudayaan, Kamus besar bahasa indonesia
8
208
) . Suharsimi Arikunto, Manajemen pengajaran secara manusiawi
8 t l 4
frT^
6. Subari, Supervisi
pendidikan dalam rangka perbaikan situasi mengajar
8
t64
7.
Ali Imrorl Pembinaan gu*| t di indonesia
r82
8 . Ahmad Rohani,
Pengelolaan pengaj aran
9
r33-t34
9. Wahjosumidjo, Kepemimpinan kepala sekolah
9 1 8 8
1 0 .
Anwar Prabu Mangkunegara,Manajemen sumber daya rnanusia perusahaan
129
(4)
u
UU RI nomor 20 tahun 2003, Tentang sistem pendidikan nasionall 0
*3
A
t l t
I U
i / I
7
12.
Sardiman, Interaksi dan motivasi belaj ar mengaj arl 0
125
1 3 .
Ahmad Mudzakir dan Joko Sutrisno, Psikologipendiikan
1 0
24
1 4 . Ali Imron, Pembinaan guru di Indonesia
l 0
1 8 31 5 .
Nana Sudjana" Dasardasar proses belajar mengajart2
l 5'r/
1 6 . Oernar Hamalilq Kurikulm dan pembelaja"-an
l 3
9<.
t 7 .
Nana Su{ana" Dasardasar pros€s belajar mengajart 4
l 9/v( ' D'
1 8 . Anwar PrabuMangkunegara"
Manajemen sumber daya manusia perusahaan
1 6
,Y
t9.
Tulus Tu'u, Peran disiplin pada perilaku daa prestasi siswal 6 4849
20.
Tulus Tu'u" Peran disiplin pada perilaku dan prestasi slswat 7
44462 1 .
Anwar Prabu Mangkunegara,Manajemen sumber daya manusia perusahaan
t 9
1 3 0
22.
VeithzalRivai,Kepernimpinan dan perilaku organisasi
20
aJ
(5)
23.
E. Mulyas4 Manajemen berbasis sekolah ,20
t07tu
-,
24.
Veithzal Rivai. Kepemimpinan dan perilaku organisasi2 l
5 3
2 5 .
WahiosumidjqKepernimpinan kepala sekolah
22
40
26.
Veithzal Rivai, Kepernimpinan dan perilaku organisasiL J ) l
27.
E. Mulyas4 Menjadi kepala sekolah profesionalZ J
23
/f: ,.,N
'2U.
E. MulyasE Menjadi kepala sekolah profesional
24
25
V'
29.
E. Mulyasa Manajemen berbasis sekolah. A
L A 107
30.
Suharsimi Arikunto, Oi'ganisasi danAdministrasi pendidikan teknologi dan kejuruan
25
197-2C23 1 . E. Mulyasa" Meqiadi kepala sekolah profesional
25 1 8 7
32.
E. Mulyasa, Menjadi kepala sekolah profesional2 6 2 6
J J . Yusak Burhanuddin,
Adm inistrasi pendid ikan
2 8
r21-124
34.
Wahjosumidjo, Kepemimpinan kepala sekolah(6)
l
sekolah
{r
7
3 5 .
Wa\iosumidjo, , Kepemimpinan kepala sekolah3 0
f36.
Menjadikepala sekolah profesional
31
1 5 837.
E. Mulyas4 Menjadi kepala sekolah profesional31
r 5 8
3 8 .
E. Mulyas4 Menjadikepala sekolah profesional
31
160
-a
39.
Samsul Maarif, Peranan kepala sekolah dalam peningkatan kedi sipl inangllnr
32
40.
Samsul Maarif peranan kepala sekolah dalam peningkatan kedisiplinan guruJ J
N\"
41. Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik
) t
t34
42.
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Pengantar Statistika43 287
43.
Anas Sudijono, Pengantar statistk pendidikan43
206
44. Suharsimi Arikunto, Manajemen pendidikan
44
r80
4 5 . Anas Sudijono, Pengantar statistk pendidikan