Pemasaran Pariwisata Jabar.

Pikiran Rakyat
o
. o
o
o
o

o Sen;n
2
18

1
17

Rabu

6

5

20


21

o Mar 8Apr

OPeb

OJan

Selasa

4

3
19

7
22

M


.

kaIigus menindaklanjuti alur pemikiran Diro Aritonang, dalam tulisannya bertajuk "Efisiensi" Promosi (Pikiran Rakyat, 5/2), me-

narik untuk dikajiulang bersa- '
ma. Utamanya dikaitkan dengan
urgensi promosi dalam bidang
pariwisata di Jawa Barat (Jabar).
Seperti diketahui, dalam biclang
usaha, khususnya pariwisata,
promosi mutlak harns dilakukan. Masyarakat tidak mungkin
mengenal suatu produkjika tidak dipromosikan, sehingga promosi hams dianggarkan sebagai
belanja yang diprioritaskan setiap perusahaan atau dinas.
Kita sadar memang saat ini
kondisi negara, termasuk Jabar
sedang mengalami keterpurukan akibat hantaman krisis global
yang tak kunjung reda. Antisipasi krisis tersebut, sektor pariwisata Jabar harus lebih kreatif
dalam aktivitas promosi dan pemasarannya. Krisis, sehamsnya
membuat para penentu kebijakan menjadi lebih inovatif dalam

kegiatan promosi dan pemasaran pariwisata Jabar.
Berdasarkan
pengamatan,
konsep promosi pariwisata Jabar masih sebatas promosi
pubIikasi atau lebih kecillagi
selling saya kira tidak akan
dapat memberikan hasil yang
maksimal. Konsep tradisional
sudah harns ditinggalkan, Disparbud Jabar hams lebih serius
menggarap konsep promosi
(komunikasi pemasaran) pariwisata ini secara terintegrasi.
Alhasil, perlu dipikirkan konsep tentang_promosi
dan pema_

-

0.L8

10


24

11

25

Sabtu

12

27

26

OJul OAgs

OSep

M;nggu


14

13

28

OOkt

16

15
29

ONov

30

31

ODes


Pariwisata Jahar

Oleh UUD WAHYUDIN
ENGUTIP dan se-

9

OMei OJun

Pemasaran

Jumat

Kam;s

8
23

saran pariwisata Jabar yang beJ;lar-benar mewakili kepentingan pariwisata di Jabar. Di sinilah pentingnya komunikasi pemasaran secara terintegrasi.


Mengubah "mindset"
Konsepkomunikasipemasaran secaraterintegrasi merupakan prqses pengembangandan
implementasi berbagai bentuk
program komunikasi persuasif
kepada pelanggan dan calon
pelanggan secara berkelanjutan. Tujuannya, memengaruhi
atau memberikan efek langsung kepada perilaku khalayak
sasaran yang dimilikinya.
Disparbud Jabar harus
mengubah mindset dari "inilah
objekwisatadi Jabar yang akan
kami jual, bagaimana memasarkannya" menjadi "inilah
yang diinginkanwisatawan,bagaimana kami menunjukkannya". Disparbud Jabar harus
segera melakukan pendekatan
outside-inplanning untuk me, ,~ ,

~ "

""..'


ngetahui kebutuhan dan keinginan wisatawan. Hal yang'bijaksana apabila Disparbud Jabar dapat meninggalkan pendekatan inside-out marketing
(pendekatan tradisional). Jika
Disparbud tidak memberikan
apa yang diinginkan wisatawan, dengan mudah wisatawan akan meI1emukan objek
wisata di tempat lain yang memenuhi keinginan mereka.
Menurut Rayna Skolnik ada
delapan langkah supaya sukses
menerapkan komunikasi pemasaran terintegrasi. Kita coba
menerapkannya dalam konteks
pariwisata di Jabar.
Pertama, identifikasi kebutuhan dengan mengadakan riset.
Disparbud Jabar harus mulai dengan pikiran yangjelas tentang
wisatawan sasarannya, baik itu
calon wisatawan, wisatawan saat
ini, penentu keputusan, atau pihak yang memengaruhi.
Kedua, mengintegrasikan
elemen bauran komunikasi.
Disparbud Jabar dapat mencari cara untuk memperoleb, efisiensi dengan mensubsitusi satu
alat promosi dengan yang lainnya. Atau, dapat pula melakukan kolaborasi antara mereka

yang menangani iklan, "PR",
event, promosi atau pemasaran, hingga penanganan customer service.
Ketiga, mengedepankan kerja sarna tim. Komunikasi pemasaran terintegrasi meIibatkan bany;lk bidang/ divisi. Mereka yang duduk dalam bidang/ divisi pemasaran, haruslah bekerja sarna dengan bidang/divisi public relations.
Dengan demikian, diperlukan
suatu proses yang membuat
antarbidang/ antardivisi bekerja sarna
dan- mengintegrasikan
.- ,~~
--

program komunikasi pemasaran pariwisata di Jabar.
Keempat, selalu konsisten,
karena konsistensi dalam pesan
menciptakan awareness dan
menekankan pesan yang ingin
disampaikan.Disparbudharns
konsisten dalam membuat citra
pariwisata Jabal. Kepala Disparbud Jabar, HendIyawan punya slogan "Kataji", ada juga
yang menekankan pada 3S
(sea, sun, sand). Jadi tetapkanlah satu pesan sajayang bisa

mewakili pariwisata di Jabar.
KeIima, melakukan meeting
cross-functional secara reguler.
Hal ini perlu dilakukan untuk
koordinasi antarbidang/ antardepartemen sehingga strategi
komunikasi pemasaran berada
di bawah satu visi, misi, dan
strategi Disparbud Jabar.
Keenam, menyediakan pelatihan bagi karyawan. Komunikasi internal (pendidikan dan
pelatihan) yang ditujukan kepada mereka, sebelum komunikasi tersebut sampai kepada
wisatawan. Yang sering terjadi,
karyawan tidak mendapatkan
pelatihan yang cukup, akhirnya
banyak wisatawan mendapatkan pesan yang salah.
Ketujuh, memonitor hasilnya
melalui media. Harian umum
Pikiran Rakyat dapat dijadikan
barometer perkembangan pariwisata di Jabar. Disparbud dapat memonitor berita-berita
tentang kunjungan wisatawan
ke suatu objek tujuan wisata,

perubahan
orientasi wisatawan, repositioning wisata Jabar, pernyataan-pernyataan ahIi pariwisata, danlain-Iain.
Atau dapat juga memantaunya
melalui sajianfeature objek wisata yang hadir di harian ini.
Kedelapan,
memikirkan
kembali masalah kompensasi,
,karena sudah seharusnya program insentif sejalan dengan
pencapaian tujuan organisasi
bukan hanya tujuan individu
maupun bidang/divisi.
Pada akhirnya, apabila Pemerintah Provinsi Jabar (Disparbud) serius menggarap komunikasi pemasaran pariwisata Jabar secara terintegrasi,
sektor pariwisata di Jabar akan
lebih maju. ***

Penulis, Lektor Kepalapada Jurusan.Manajemen Komunikasi Fikom Unpad dan
mengajar Komunikcisi Pemasaran di Jurusan Manajemen
~2munikasi

Kllplng

Humos

Unpod

2009
--~

!"ikgm Unpa