PENGARUH BAHAN PENGIKAT GELATIN TERHADAP FORMULA TABLET HISAP EKSTRAK ETANOL DAUN CEREMAI (Phyllanthus acidus) SERTA UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI TERHADAP Staphylococcus aureus.

(1)

SKRIPSI

Oleh :

DEVI UTAMI YULISTYANTI

K 100 060 150

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

SURAKARTA


(2)

A. Latar Belakang Masalah

Tanaman ceremai (Phyllanthus acidus) merupakan tanaman obat yang telah

dimanfaatkan masyarakat sebagai urus-urus, obat mual, sariawan, dan akarnya untuk obat asma (Hutapea, 1991). Menurut Jagessar dkk. (2008) ekstrak daun ceremai dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur patogen pada mulut, seperti Staphylococcus aureus dan Candida albicans. Penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun ceremai terbukti mempunyai daya antimikrobia dan antijamur yang lebih besar daripada ekstrak etil asetat, klorofrom, dan heksan. Ekstrak etanol daun ceremai

yang diuji dengan metode disc diffusion memiliki zona hambatan 21 mm2 terhadap

bakteri Staphylococcus aureus dan Candida albicans zona hambatannya sebesar 20

mm2, sedangkan ekstrak etanol daun ceremai yang diuji dengan metode dilusi cair

memiliki nilai Kadar Hambat Minimum (KHM) sebesar 0,18 mg/10 ml (Jagessar

dkk., 2008). Menurut Budiyanti (2009) ekstrak etanol daun ceremai memiliki nilai

Kadar Bunuh Minimum (KBM) sebesar 0,5% terhadap bakteri Staphylococcus

aureus. Hasil uji bioautografi menunjukkan bahwa senyawa polifenol dalam ekstrak

etanol daun ceremai mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus

(Budiyanti, 2009). Polifenol merupakan senyawa fenol yang bekerja dengan cara mempresipitasikan protein sel bakteri (Robbers dkk., 1996). Dalam hasil skrining fitokimia, senyawa yang terkandung dalam daun ceremai adalah saponin, tanin


(3)

(Purwarini, 2001), flavonoid (Kusmayani, 1998), polifenol dan kayunya mengandung alkaloid (Hutapea, 1991).

Kebanyakan masyarakat memanfaatkan daun ceremai dengan cara diseduh atau direbus, cara ini kurang efektif dalam penyajian. Sehingga pada penelitian ini, peneliti mencoba membuat sediaan daun ceremai dalam bentuk tablet hisap sehingga mempermudah masyarakat dalam mengkonsumsinya dan lebih praktis.

Tablet merupakan bentuk sediaan farmasi yang praktis untuk dikembangkan dalam formula ekstrak obat tradisional (Sugiyartono dkk., 2003). Umumnya tablet hisap ditunjukkan untuk pengobatan iritasi lokal, infeksi mulut atau tenggorokan. Salah satu khasiat daun ceremai sebagai obat sariawan sehingga pembuatan tablet hisap diharapkan dapat memberikan efek lokal pada mulut dan tenggorokan. Tablet hisap ini dipilih karena sebagai salah satu inovasi baru untuk merintis jalan bagi pengembangan obat-obat tradisional, bentuk sediaan ini diharapkan dapat disukai karena mudah dalam penyimpanan dan mudah dalam penggunaannya. Bentuk sediaan ini juga diharapkan dapat memberikan takaran dosis zat aktif yang lebih tepat

dan benar (Banker and Anderson, 1986). Pembuatan tablet hisap merupakan alternatif

untuk pasien yang mengalami kesulitan menelan dan menghindari rasa pahit atau tidak enak pada obat.

Pada pembuatan tablet hisap diperlukan bahan pengikat untuk meningkatkan kekuatan antar granul dan juga memperbaiki tekstur permukaan tablet ketika melarut di dalam rongga mulut (Peters, 1980). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan gelatin. Gelatin merupakan protein alam, yang lebih konsisten daripada akasia atau


(4)

tragakan, lebih mudah dipersiapkan dalam bentuk larutan dan tablet yang terbentuk kerasnya sama dengan bila memakai akasia atau tragakan (Voigt, 1984). Pada umumnya gelatin digunakan sebagai bahan pengikat pembuatan tablet hisap, karena gelatin memberikan rasa lembut dan menghasilkan tablet yang lebih kompak dan keras sehingga dapat melarut secara perlahan-lahan di dalam mulut (Sulaiman, 2007).

Kenaikan konsentrasi gelatin mempengaruhi sifat fisik tablet hisap ekstrak kemangi antara lain meningkatkan kekerasan tablet dan menurunkan kerapuhan pada konsentrasi tinggi (Yusiandre, 2008). Gelatin sebagai bahan pengikat dengan konsentrasi 1-3% memberikan kekerasan tablet hisap yang tinggi 6-9 kg (Sugiyartono dkk., 2003). Pada umumnya bahan pengikat gelatin dengan konsentrasi tinggi dapat meningkatkan kekerasan, waktu melarut, dan menurunkan kerapuhan tablet hisap. Gelatin pada pembuatan tablet mempunyai konsentrasi tertentu yang berbeda-beda antara lain 2-10% (Bandelin, 1989).

Maka berdasarkan keterangan di atas, perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh konsentrasi gelatin sebagai bahan pengikat terhadap sifat fisik tablet hisap

ekstrak etanol daun ceremai (Phyllanthus acidus) dan efeknya terhadap bakteri

Staphylococcus aureus.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh konsentrasi bahan pengikat gelatin terhadap sifat fisik tablet


(5)

2. Apakah tablet hisap ekstrak etanol daun ceremai (Phyllanthus acidus) dapat

menghambat pertumbuhan bakteri Staphyloccocus aureus?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu :

1. Mengetahui pengaruh konsentrasi gelatin sebagai bahan pengikat terhadap sifat

fisik tablet hisap ekstrak etanol daun ceremai (Phyllanthus acidus).

2. Mengetahui tablet hisap ekstrak etanol daun ceremai (Phyllanthus acidus) dapat

menghambat pertumbuhan bakteri Staphyloccocus aureus.

D. Tinjauan Pustaka 1. Tanaman Ceremai

a. Klasifikasi Tanaman Ceremai (Phyllanthus acidus (L.) Skeels)menurut Hutapea

(1991) yaitu :

Divisio : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Bangsa : Euphorbiales

Suku : Euphorbiaceae

Marga : Phyllanthus


(6)

b. Kandungan Kimia

Daun ceremai mengandung flavonoid (Kusmayani, 1998), saponin, dan tanin (Purwarini, 2001), polifenol, disamping itu kayunya juga mengandung alkaloid

(Hutapea, 1991). Berdasarkan hasil uji bioautografi kandungan daun ceremai yang

mempunyai aktivitas antibakteri adalah polifenol (Budiyanti, 2009).

c. Khasiat

Daun ceremai berkhasiat untuk urus-urus dan obat mual, akarnya untuk obat asma, daun muda untuk sariawan (Hutapea, 1991). Ekstrak etanol daun ceremai sebagai antibakteri (Budiyanti, 2009) dan antijamur (Jagessar dkk., 2008). Daun ceremai berbau khas aromatik dan tidak berasa (Anonim, 1989).

2. Ekstrak

a. Pengertian Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Anonim, 1995). Penyarian merupakan peristiwa perpindahan massa zat aktif yang semula berada di dalam sel ditarik oleh cairan penyari sehingga zat aktif larut dalam cairan penyari. Pada umumnya penyarian akan bertambah baik bila serbuk simplisia yang bersentuhan dengan penyari semakin banyak (Anonim, 1986). Berdasarkan sifatnya ekstrak dapat dibagi menjadi empat yaitu ekstrak encer, ekstrak kental, ekstrak kering, dan ekstrak cair.

Ada beberapa metode pembuatan ekstrak yang umum digunakan antara lain : maserasi, perkolasi, dan soxhletasi (Ansel, 1995). Pemilihan terhadap metode


(7)

tersebut disesuaikan dengan kepentingan dalam memperoleh sari yang baik (Anonim, 1986).

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang kontinyu (terus-menerus). Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya (Anonim, 2000).

b. Cairan Penyari

Kriteria cairan penyari yang baik antara lain murah dan mudah didapat, stabil secara kimia dan fisika, bereaksi netral, tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar, selektif yaitu hanya menarik zat berkhasiat yang dikehendaki dan tidak mempengaruhi zat berkhasiat (Anonim, 1986). Cairan penyari yang dapat digunakan adalah air, etanol, etanol–air atau eter (Anonim, 1979). Ekstrak daun ceremai adalah ekstrak yang diperoleh dari penyarian dengan metode maserasi dengan cairan penyari etanol. Menurut Anonim (1986) etanol dipilih karena lebih efektif, tidak beracun, netral, absorbsinya baik dan etanol dapat bercampur dengan air pada segala perbandingan.

3. Tablet Hisap

Tablet hisap adalah sediaan padat mengandung satu atau lebih bahan obat, umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis, yang dapat membuat tablet melarut atau hancur perlahan dalam mulut (Anonim, 1995). Tablet hisap digunakan


(8)

untuk mencegah dan mengobati infeksi rongga mulut dan ruang rahang. Sebagai bahan obatnya didominasi oleh antiseptik, desifektan, anestetik lokal, dan ekspektoran (Voigt, 1984).

Pada umumnya tablet hisap dibuat dengan cara menggabungkan obat dalam suatu bahan dasar kembang gula yang yang keras dan beraroma menarik. Lozenges biasanya dibuat dengan mengempa tapi biasanya dibuat dengan cara peleburan atau dengan proses penuangan kembang gula, sedangkan troces dibuat dengan cara mengempa seperti membuat tablet pada umumnya. Karakteristik dari kedua tablet ini

adalah tidak hancur dalam jangka waktu 30 menit atau kurang (Banker and Anderson,

1986).

Persyaratan mutu fisik tablet hisap berbeda dengan tablet yang biasa, perbedaan tersebut diantaranya adalah kekerasan lebih tinggi (>10 kg), melarut

perlahan dalam mulut (sekitar 5-10 menit) (Banker and Anderson, 1986).

a. Bahan Tambahan dalam Pembuatan Tablet Hisap

1) Bahan Pengisi (diluent)

Bahan pengisi ditambahkan dalam formula tablet untuk memperbesar volume tablet sehingga memungkinkan pencetakan dan peracikan jumlah obat yang sangat sedikit dan dengan bahan pengisi ini maka akan menjamin tablet memiliki ukuran atau massa yang dibutuhkan 0,1-0,8 g. Bahan pengisi yang biasa digunakan dalam penambahan tablet hisap adalah manitol dan glukosa (Voigt, 1984). Jika kandungan zat aktif kecil, sifat tablet secara keseluruhan ditentukan oleh bahan pengisi yang besar jumlahnya (Anonim, 1995).


(9)

2) Bahan Pengikat (binder)

Bahan pengikat dalam jumlah yang cukup dapat ditambahkan dalam bahan yang akan dibuat tablet melalui bahan pelarut yang digunakan saat granulasi (Voigt, 1984). Bahan pengikat dapat ditambahkan dalam bentuk kering dan bentuk larutan akan tetapi lebih efektif jika ditambahkan dalam bentuk larutan (Sulaiman, 2007). Bahan pengikat yang biasa digunakan antara lain gom akasia, gelatin, sukrosa, povidon, metilselulosa, karboksimetilselulosa, dan pasta pati terhidrolisis (Anonim, 1995).

Jika bahan pengikat yang digunakan dalam formulasi terlalu sedikit akan dihasilkan granul yang rapuh. Sebaliknya, terlalu banyak bahan pengikat akan dihasilkan granul yang keras (Aulton, 1994).

3) Bahan Pelicin (lubricant)

Bahan pelicin memudahkan pengeluaran tablet keluar ruang cetak melalui pengurangan gesekan antara dinding dalam lubang ruang cetak dengan permukaan sisi tablet. Hasil terbaik pada saat ini dapat diperoleh melalui bahan pelicin talk atau talk disilikonasi yaitu talk yang dijenuhkan dengan emulsi silikon (Voigt, 1984). Bahan pelicin yang biasa digunakan adalah talk, magnesium stearat, asam stearat,

kalsium stearat, natrium stearat, likopodium, lemak, dan parafin cair (Banker and

Anderson, 1986).

Pada penambahan bahan pelicin sebaiknya ditambahkan ke granulat dalam bentuk kering (Voigt, 1984). Pelicin digunakan untuk memacu aliran serbuk atau

granul dengan jalan mengurangi gesekan di antara partikel-partikel (Banker and


(10)

4) Bahan Pemberi Rasa dan Pemanis

Flavors digunakan untuk memberi rasa atau meningkatkan rasa pada tablet-tablet yang dikehendaki larut atau hancur dimulut sehingga lebih dapat diterima oleh

konsumen. Flavors dapat ditambahkan dalam bentuk padat (spray dried flavors) atau

dalam bentuk minyak atau larutan (water soluble) flavors. Dalam bentuk padat lebih

mudah penangannya dan secara umum lebih stabil daripada bentuk minyak

(Sulaiman, 2007). Bahan pemberi rasa yang biasa digunakan adalah cherry, lemon,

dan citrus flavors (Peters, 1980). Macam-macam gula yang biasa digunakan adalah

manitol, sakarin, dan sukrosa (Banker and Anderson, 1986). Dalam formula tablet

hisap, bahan perasa yang digunakan biasanya juga merupakan bahan pengisi tablet hisap, seperti manitol (Peters, 1980).

b. Metode Pembuatan Tablet

1. Metode Granulasi Basah

Pembuatan granul tablet dapat dilakukan dengan granulasi basah, metode ini granul dibentuk dengan jalan mengikat serbuk dengan suatu perekat sebagai

pengganti pengompakan (Banker and Anderson, 1986). Metode granulasi basah ini

merupakan metode yang sering digunakan dalam memproduksi tablet kompresi. Langkah-langkah yang diperlukan dalam pembuatan tablet dengan metode ini dapat dibagi sebagai berikut: (1) menimbang dan mencampur bahan-bahan; (2) pembuatan granulasi basah; (3) pengayakan adonan lembab menjadi pellet atau granul; (4) pengeringan; (5) pengayakan kering; (6) pencampuran bahan pelicin; (7) pembuatan tablet dengan kompresi (Ansel, 1995).


(11)

Keuntungan metode granulasi basah menurut Sheth et al. (1980) antara lain :

a) Meningkatkan kohesivitas dan kompresibilitas serbuk sehingga diharapkan tablet

yang dibuat dengan mengempa sejumlah granul pada tekanan kompresi tertentu akan menjadi massa yang kompak, mempunyai penampilan bagus, cukup keras dan tidak rapuh.

b) Serbuk yang memiliki sifat alir yang jelek dapat dibuat dengan menggunakan

metode granulasi basah bisa memperbaiki sifat alir dan kohesi untuk pencetakan tablet.

c) Zat aktif yang kompaktibilitasnya rendah dalam dosis yang tinggi harus dibuat

dengan metode granulasi basah karena jika digunakan metode cetak langsung memerlukan banyak eksipien sehingga berat tablet terlalu besar.

d) Sistem granulasi basah dapat mencegah segregasi komponen penyusun tablet

yang telah homogen sebelum proses pencampuran.

2. Metode Granulasi Kering

Metode granulasi kering merupakan salah satu metode yang telah digunakan selama bertahun-tahun untuk bahan yang sensitif terhadap panas (Aulton, 1994). Metode granulasi kering dilakukan dengan cara menekan massa serbuk pada tekanan tinggi sehingga menjadi tablet lebih besar yang tidak berbentuk baik, kemudian digiling dan diayak hingga diperoleh granul dengan ukuran partikel yang diinginkan. Keuntungan metode ini adalah tidak diperlukan panas dan kelembaban dalam proses granulasi (Anonim, 1995). Metode granulasi kering ini khususnya untuk bahan-bahan yang tidak dapat diolah dengan metode granulasi basah, karena kepekaannya terhadap


(12)

uap air atau kerena untuk mengeringkannya diperlukan temperatur yang dinaikkan (Ansel, 1995).

3. Metode Kempa Langsung

Metode pembuatan tablet secara kempa langsung didefinisikan sebagai proses pembuatan tablet dengan langsung mengempa campuran serbuk (zat aktif dan eksipien), dan tidak ada proses sebelumnya kecuali penimbangan dan pencampuran. Permasalahannya adalah tidak semua bahan dapat di buat menjadi tablet dengan metode ini. Bahan yang dapat dikempa langsung hanya bahan yang mempunyai sifat alir dan kompresibilitas yang baik (Sulaiman, 2007). Beberapa granul bahan kimia seperti kalium, kalium iodide, ammonium klorida, dan metenamin memiliki sifat mudah mengalir sebagaimana juga sifat-sifat kohesifnya yang memungkinkan untuk langsung dikompresi dalam mesin tablet tanpa memerlukan granulasi basah atau granulasi kering. Bahan pengisi yang telah dikembangkan memungkinkan pembuatan tablet-tablet tambahan tertentu dengan kompresi langsung, sebab pengeluaran udara dari pengisi pada serbuk mengurangi udara yang terkurung dalam cetakan ketika tablet dikompresi sehingga mengurangi penyebab terjadinya keretakan dari tablet setelah dikompresi (Ansel, 1995).

c. Pemeriksaan Sifat Fisik Granul

1) Waktu Alir

Waktu alir merupakan waktu yang diperlukan bila sejumlah granul dituangkan pada suatu alat kemudian dialirkan. Mudah atau tidaknya aliran granul


(13)

dipengaruhi oleh bentuk granul, bobot jenis, keadaan permukaan, dan kelembabannya. Kecepatan aliran granul sangat penting karena berpengaruh pada keseragaman bobot tablet. Apabila 100 gram serbuk mempunyai waktu alir lebih dari

10 detik, akan mengalami kesulitan pada saat penabletan (Sheth et al., 1980).

2) Sudut Diam

Sudut diam merupakan sudut maksimal yang mungkin terjadi antara permukaan suatu tumpukan serbuk dan bidang horizontal. Bila sudut diam lebih kecil

dari 30oC biasanya menunjukkan bahwa bahan dapat mengalir bebas, bila sudutnya

lebih besar atau sama dengan 40°C biasanya mengalirnya kurang baik (Banker and

Anderson, 1986).

3) Pengetapan

Pengukuran sifat alir dengan metode pengetapan merupakan metode tidak

langsung dengan penghentakan (tapping) terhadap sejumlah serbuk dengan

menggunakan alat volumenometer (mechanical tapping device). Pengetapan

dilakukan dengan mengamati perubahan volume sebelum pengetapan (Vo) dan volume setelah pengetapan setelah konstan (Vt). Hasil pengukuran metode pengetapan dapat dinyatakan dengan harga Tap T (%). Serbuk yang memiliki sifat alir baik jika indeks pemampatannya kurang dari 20 % (Voigt, 1984).

4) Kompaktibilitas

Kompaktibilitas adalah kemampuan bahan untuk membentuk massa yang kompak setelah diberi tekanan. Pengujiannya dilakukan dengan menguji kekerasan tablet hasil pengempaan dengan volume dan tekanan tertentu. Serbuk yang


(14)

kompaktibilitasnya baik, hanya membutuhkan sedikit tekanan pengempaan sudah dapat menghasilkan tablet yang keras. Serbuk yang kompaktibilitasnya jelek, akan membutuhkan tekanan yang tinggi untuk dapat dikempa menjadi tablet dan seringkali

setelah jadi tablet, tablet yang dihasilkan akan mudah mengalami capping atau

laminasi (Sulaiman, 2007).

d. Pemeriksaan Sifat Fisik Tablet Hisap

1) Keseragaman Bobot Tablet

Keseragaman bobot tablet ditentukan berdasarkan banyaknya penyimpangan bobot pada tiap tablet terhadap bobot rata-rata dari semua tablet sesuai syarat yang ditentukan dalam Farmakope Indonesia edisi III (Anonim, 1979). Keseragaman bobot bukan merupakan indikasi yang cukup dari keseragaman kandungan jika zat aktif merupakan bagian kecil dari tablet atau jika tablet bersalut gula (Anonim, 1995).

Tabel 1. Persyaratan Penyimpangan Bobot Tablet

Bobot rata-rata Penyimpangan bobot rata-rata dalam %

A B 25 mg atau kurang

26 mg s/d 150 mg 151 mg s/d 300 mg

Lebih dari 300 mg

15 % 10 % 7,5 % 5 %

30 % 20 % 15 % 10 %

2) Kekerasan Tablet

Tablet harus mempunyai kekuatan atau kekerasan tertentu serta tahan atas kerenyahan agar dapat bertahan terhadap berbagai guncangan mekanik pada saat

pembuatan. Alat yang biasa digunakan adalah hardness tester (Monsanto Stokes) dan


(15)

mempunyai kekerasan yang lebih tinggi daripada tablet biasa yaitu 10-20 kg (Parrott, 1971).

3) Kerapuhan

Kerapuhan dinyatakan sebagai massa seluruh partikel yang dilepaskan dari tablet akibat adanya beban penguji mekanik. Kerapuhan dinyatakan dalam persen yang mengacu pada massa tablet awal sebelum pengujian dilakukan (Voigt, 1984).

Kerapuhan diukur dengan menggunakan friabilator (Roche). Nilai kerapuhan lebih

besar dari 1% dianggap kurang baik (Banker and Anderson, 1986).

4) Waktu Melarut

Waktu melarut adalah waktu yang dibutuhkan tablet hisap untuk melarut secara perlahan di dalam rongga mulut. Pada tablet hisap waktu melarut perlahan

dalam mulut sekitar 5-10 menit (Banker and Anderson, 1986).

4. Monografi Bahan Tambahan Tablet Hisap

1) Gelatin

Gelatin berupa lembaran, kepingan, potongan atau serbuk kasar sampai halus, kuning lemah atau coklat terang. Warna gelatin bervariasi tergantung ukuran partikel. Larutannya berbau lemah seperti kaldu, jika kering stabil di udara (Anonim, 1995).

Umumnya gelatin digunakan pada kebanyakkan formulasi sediaan farmasi yaitu produk oral dan parenteral, gelatin digunakan sebagai gel agent, pensuspensi, bahan pengikat pada tablet, dan meningkatkan kekentalan (viskositas). Gelatin kering stabil pada air dan mempunyai rentang pH antara 3,8-7,6 (Rowe dkk., 2003).

Fungsi utama gelatin di dalam industri adalah untuk meningkatkan elastisitas, konsistensi, dan stabilitas produk pangan yang dihasilkan, bersama-sama dengan air


(16)

gelatin akan dengan mudah membentuk gel koloid semi padat. Jelly yang dibuat dari gelatin mempunyai tekstur yang meleleh di dalam mulut untuk kemudian mengeluarkan semua cita rasa yang dikandungnya (Irwadi, 2007).

Gelatin merupakan protein alam, yang lebih konsisten daripada akasia atau tragakan, lebih mudah dipersiapkan dalam bentuk larutan dan tablet yang terbentuk kerasnya sama dengan bila memakai akasia atau tragakan (Voigt, 1984). Gelatin pada pembuatan tablet mempunyai konsentrasi tertentu yang berbeda-beda antara lain 2-10% (Bandelin, 1989). Pelarut yang digunakan yaitu air dan biasanya pada granulasi basah gelatin dibuat solutio, musilago, atau suspensi (Sulaiman, 2007).

2) Manitol

Manitol mengandung tidak kurang dari 96,0% dan tidak lebih dari 101,5%

C6H14O6, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemerian : serbuk hablur atau

granul mengalir bebas, putih, tidak berbau, rasa manis. Manitol mudah larut dalam air, larut dalam larutan basa, sukar larut dalam piridina, sangat sukar larut dalam

etanol, praktis tidak larut dalam eter (Anonim, 1995). Manitol memiliki rasa manis

kira-kira 72% dari rasa manis sukrosa. Formulasi dengan manitol sifat alirnya kurang

baik sehingga membutuhkan bahan pelicin yang cukup banyak (Banker and

Anderson, 1986). Manitol biasanya digunakan sebagai bahan pengisi tablet dengan kadar 10-90% (Anonim, 1986).


(17)

Talk adalah magnesium silikat hidrat alam, kadang mengandung sedikit alumunium silikat. Pemerian : serbuk sangat halus, putih atau putih kelabu, berkilat, mudah melekat pada kulit dan bebas dari butiran. Talk berkhasiat sebagai zat tambahan, tidak larut dalam hampir semua pelarut, dan disimpanan dalam wadah tertutup baik (Anonim, 1995). Talk memilliki tiga keunggulan antara lain dapat berfungsi sebagai bahan pengatur aliran, bahan pelicin, dan bahan pemisah hasil

cetakan (Voigt,1984). Talk digunakan sebagai glidant (meningkatkan fluiditas massa

yang akan dikempa) pada konsentrasi 1-5% dan lubricant (mengurangi friksi antara

permukaan dinding atau tepi tablet dengan dinding die selama kompresi) pada

konsentrasi 1-2% (Sulaiman, 2007).

4) Aerosil

Nama lain dari aerosil adalah acidum silicum colloidale, silica precipitate,

dan silicon dioxide. Aerosil berupa serbuk putih, mengkilap, tidak berbau, tidak

berasa, aerosil (SiO2), mempunyai bobot molekul 60,08 dan mengandung tidak

kurang dari 98% SiO2 (Anonim, 1995). Aerosil dapat menyerap air 80% dari

massannya (Rowe, 2003).

5) Magnesium Stearat

Magnesium stearat merupakan senyawa magnesium dengan campuran asam-asam organik padat yang diperoleh dari lemak, terutama terdiri dari magnesium stearat dan magnesium palmitat dalam berbagai perbandingan tidak kurang dari 6,8% dan tidak lebih dari 8,3% MgO. Pemerian : serbuk halus, putih, bau lemak khas, mudah melekat pada kulit, bebas dari butiran. Kelarutannya tidak larut dalam air,


(18)

etanol, dan eter (Anonim, 1995). Mg Stearat digunakan sebagai bahan pelicin (lubricant) pada konsentrasi 0,25-1,0% (Sulaiman, 2007).

5. Bakteri Staphyloccocus aureus

Staphylococcus aureus adalah salah satu contoh bakteri Gram positif, tumbuh

dalam kelompok menyerupai buah anggur (Gibson, 1996). Sel Staphylococcus aureus

berbentuk bulat dengan diameter antara 0,8 -1,0 µm, tersusun dalam kelompok tidak teratur, tidak bergerak, tidak membentuk spora. Bakteri ini mudah tumbuh pada berbagai perbenihan dan mempunyai metabolisme aktif, meragikan karbohidrat, serta

menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning tua (Jawetz et al.,

2001).

Genus Staphylococcus terdiri dari sekurangnya 30 spesies. Ada tiga spesies

utama yang penting secara klinik, salah satunya adalah Staphylococcus aureus.

Bakteri ini merupakan bentuk koagulase positif, hal ini yang membedakan dengan

spesien lain danmerupakan patogen utama bagi manusia (Jawetz et al., 2001).

Klasifikasi dari Staphylococcus aureus menurut Salle (1991) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Protophyta

Divisio : Schyzomycetes

Ordo : Eubacteriales

Familia : Micrococcaceae

Genus : Staphylococcus

Species : Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus merupakan penyebab penting penyakit infeksi yang


(19)

nekrosis, dan pembentukan abses (Warsa, 1994). Bakteri ini paling cepat tumbuh pada suhu 37ºC, tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar (20-25ºC). Staphylococcus aureus membentuk koloni berwarna abu-abu sampai kuning emas tua (Jawetz et al., 2001).

6. Uji Aktivitas Antibakteri

Pengujian terhadap aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :

a) Media agar difusi yang digunakan adalah agar Mueller Hinton. Pada metode

difusi ini menurut Anonim (1993) ada beberapa cara, yaitu :

1) Cara Kirby Bauer

Beberapa koloni kuman dari pertumbuhan 24 jam diambil, disuspensikan ke dalam 0,5 ml BHI cair, diinkubasikan 5-8 jam pada 37ºC. Suspensi ditambah aquadest steril hingga kekeruhan tertentu sesuai dengan standar konsentrasi bakteri

8

10 CFU per ml. Kapas lidi steril dicelupkan ke dalam suspensi bakteri lalu ditekan-tekan pada dinding tabung hingga kapasnya tidak terlalu basah, kemudian dioleskan

pada permukaan media agar hingga rata. Kemudian kertas samir (disk) diletakkan di

atasnya, diinkubasikan pada 37ºC selama 18-24 jam, dan hasilnya dibaca :

a. Radical zone yaitu suatu daerah di sekitar disk dimana sama sekali tidak

ditemukan adanya pertumbuhan bakteri. Potensi antibakteri diukur dengan mengukur diameter dari zona radikal.

b. Irradical zone yaitu suatu daerah di sekitar disk dimana pertumbuhan bakteri dihambat oleh antibakteri, tetapi tidak dimatikan.


(20)

2) Cara Sumuran

Beberapa koloni kuman dari pertumbuhan 24 jam pada agar diambil, disuspensikan ke dalam 0,5 ml BHI cair, diinkubasikan 5-8 jam pada 37ºC. Suspensi

ditambah aquadest steril hingga kekeruhan tertentu sesuai dengan standar konsentrasi

bakteri 8

10 CFU per ml. Kapas lidi steril dicelupkan ke dalam suspensi bakteri lalu ditekan-tekan pada dinding tabung hingga kapasnya tidak terlalu basah, kemudian pada permukaan media agar hingga rata. Media agar dibuat sumuran diteteskan larutan antibakteri, diinkubasikan pada 37ºC selama 18-24 jam. Hasilnya dibaca

seperti cara KirbyBauer.

3) Cara Pour Plate

Beberapa koloni kuman dari pertumbuhan 24 jam pada agar diambil, disuspensikan ke dalam 0,5 ml BHI cair, diinkubasikan 5-8 jam pada 37ºC. Suspensi

ditambah aquadest steril hingga kekeruhan tertentu sesuai dengan standar konsentrasi

bakteri 8

10 CFU per ml. Suspensi bakteri diambil satu mata ose dan dimasukkan ke dalam 4 ml agar base 1,5% yang mempunyai suhu 50ºC. Setelah suspensi kuman tersebut homogen, dituang pada media Agar Mueller Hinton, ditunggu sebentar sampai agar tersebut membeku, disk diletakkan di atas media dan dieramkan selama 15-20 jam dengan temperatur 37ºC. Hasil dibaca sesuai standar masing-masing antibakteri.

b) Dilusi Cair/Dilusi Padat

Pada prinsipnya antibakteri diencerkan sampai diperoleh beberapa konsentrasi. Pada dilusi cair, masing-masing konsentrasi obat ditambah suspensi kuman dalam media. Sedangkan pada dilusi padat tiap konsentrasi obat dicampur


(21)

dengan media agar lalu ditanami bakteri. Metode dilusi cair adalah metode untuk menentukan konsentrasi minimal dari suatu antibakteri yang dapat menghambat atau membunuh mikroorganisme. Konsentrasi terendah yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan dengan tidak adanya kekeruhan disebut Konsentrasi

Hambat Minimal (KHM) atau Minimal Inhibitory Concentration (MIC) (Anonim,

1993).

E. Landasan Teori

Tanaman ceremai (Phyllanthus acidus) merupakan salah satu tanaman obat

yang telah diketahui khasiatnya sebagai obat sariawan (Hutapea, 1991). Kandungan daun ceremai yang mempunyai aktivitas antibakteri adalah polifenol, berdasarkan hasil uji bioautografi. Polifenol merupakan senyawa fenol yang bekerja dengan cara mempresipitasikan protein sel bakteri (Robbers dkk., 1996).

Menurut Jagessar dkk. (2008) menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun ceremai terbukti mempunyai daya antimikrobia dan antijamur yang lebih besar daripada ekstrak etil asetat, kloroform, dan heksan. Ekstrak daun ceremai dapat

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan metode disc

diffusion memiliki zona hambatan 21 mm2 dan dengan metode dilusi cair memiliki

nilai Kadar Hambat Minimum (KHM) sebesar 0,18 mg/10 ml. Staphylococcus aureus

merupakan penyebab penting penyakit infeksi yang menyebabkan timbulnya penyakit dengan tanda-tanda yang khas, yaitu peradangan, nekrosis, dan pembentukan abses (Warsa, 1994).


(22)

Untuk meningkatkan kenyamanan dan mempermudah pemakaian daun ceremai dibuat dalam sediaan tablet hisap. Pada pembuatan tablet hisap diperlukan bahan pengikat untuk meningkatkan kekuatan antar granul dan juga memperbaiki tekstur permukaan tablet ketika melarut di dalam rongga mulut (Peters, 1980).

Bahan pengikat yang digunakan gelatin. Gelatin memberikan rasa lembut dan menghasilkan tablet yang lebih kompak dan keras sehingga dapat melarut secara perlahan-lahan di dalam mulut (Sulaiman, 2007). Menurut Yusiandre (2008) dan Laila (2009), kenaikan konsentrasi gelatin mempengaruhi sifat fisik tablet hisap ekstrak kemangi dan ekstrak daun pare antara lain meningkatkan kekerasan tablet dan menurunkan kerapuhan pada konsentrasi tinggi. Gelatin ditambahkan pada pembuatan tablet dengan konsentrasi tertentu yang berbeda-beda antara 2-10% (Bandelin, 1989).

F. Hipotesis

Semakin tinggi konsentrasi gelatin sebagai bahan pengikat akan menaikkan kekerasan dan waktu larut tablet hisap serta menurunkan kerapuhan tablet hisap

ekstrak etanol daun ceremai (Phyllanthus acidus) yang dihasilkan dan tablet hisap


(1)

Talk adalah magnesium silikat hidrat alam, kadang mengandung sedikit alumunium silikat. Pemerian : serbuk sangat halus, putih atau putih kelabu, berkilat, mudah melekat pada kulit dan bebas dari butiran. Talk berkhasiat sebagai zat tambahan, tidak larut dalam hampir semua pelarut, dan disimpanan dalam wadah tertutup baik (Anonim, 1995). Talk memilliki tiga keunggulan antara lain dapat berfungsi sebagai bahan pengatur aliran, bahan pelicin, dan bahan pemisah hasil cetakan (Voigt,1984). Talk digunakan sebagai glidant (meningkatkan fluiditas massa yang akan dikempa) pada konsentrasi 1-5% dan lubricant (mengurangi friksi antara permukaan dinding atau tepi tablet dengan dinding die selama kompresi) pada konsentrasi 1-2% (Sulaiman, 2007).

4) Aerosil

Nama lain dari aerosil adalah acidum silicum colloidale, silica precipitate, dan silicon dioxide. Aerosil berupa serbuk putih, mengkilap, tidak berbau, tidak berasa, aerosil (SiO2), mempunyai bobot molekul 60,08 dan mengandung tidak kurang dari 98% SiO2 (Anonim, 1995). Aerosil dapat menyerap air 80% dari massannya (Rowe, 2003).

5) Magnesium Stearat

Magnesium stearat merupakan senyawa magnesium dengan campuran asam-asam organik padat yang diperoleh dari lemak, terutama terdiri dari magnesium stearat dan magnesium palmitat dalam berbagai perbandingan tidak kurang dari 6,8% dan tidak lebih dari 8,3% MgO. Pemerian : serbuk halus, putih, bau lemak khas, mudah melekat pada kulit, bebas dari butiran. Kelarutannya tidak larut dalam air,


(2)

etanol, dan eter (Anonim, 1995). Mg Stearat digunakan sebagai bahan pelicin (lubricant) pada konsentrasi 0,25-1,0% (Sulaiman, 2007).

5. Bakteri Staphyloccocus aureus

Staphylococcus aureus adalah salah satu contoh bakteri Gram positif, tumbuh dalam kelompok menyerupai buah anggur (Gibson, 1996). Sel Staphylococcus aureus berbentuk bulat dengan diameter antara 0,8 -1,0 µm, tersusun dalam kelompok tidak teratur, tidak bergerak, tidak membentuk spora. Bakteri ini mudah tumbuh pada berbagai perbenihan dan mempunyai metabolisme aktif, meragikan karbohidrat, serta menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning tua (Jawetz et al., 2001).

Genus Staphylococcus terdiri dari sekurangnya 30 spesies. Ada tiga spesies utama yang penting secara klinik, salah satunya adalah Staphylococcus aureus. Bakteri ini merupakan bentuk koagulase positif, hal ini yang membedakan dengan spesien lain dan merupakan patogen utama bagi manusia (Jawetz et al., 2001).

Klasifikasi dari Staphylococcus aureus menurut Salle (1991) adalah sebagai berikut : Kingdom : Protophyta

Divisio : Schyzomycetes Ordo : Eubacteriales Familia : Micrococcaceae Genus : Staphylococcus

Species : Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus merupakan penyebab penting penyakit infeksi yang menyebabkan timbulnya penyakit dengan tanda-tanda yang khas, yaitu peradangan,


(3)

nekrosis, dan pembentukan abses (Warsa, 1994). Bakteri ini paling cepat tumbuh pada suhu 37ºC, tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar (20-25ºC). Staphylococcus aureus membentuk koloni berwarna abu-abu sampai kuning emas tua (Jawetz et al., 2001).

6. Uji Aktivitas Antibakteri

Pengujian terhadap aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :

a) Media agar difusi yang digunakan adalah agar Mueller Hinton. Pada metode difusi ini menurut Anonim (1993) ada beberapa cara, yaitu :

1) Cara Kirby Bauer

Beberapa koloni kuman dari pertumbuhan 24 jam diambil, disuspensikan ke dalam 0,5 ml BHI cair, diinkubasikan 5-8 jam pada 37ºC. Suspensi ditambah aquadest steril hingga kekeruhan tertentu sesuai dengan standar konsentrasi bakteri

8

10 CFU per ml. Kapas lidi steril dicelupkan ke dalam suspensi bakteri lalu ditekan-tekan pada dinding tabung hingga kapasnya tidak terlalu basah, kemudian dioleskan pada permukaan media agar hingga rata. Kemudian kertas samir (disk) diletakkan di atasnya, diinkubasikan pada 37ºC selama 18-24 jam, dan hasilnya dibaca :

a. Radical zone yaitu suatu daerah di sekitar disk dimana sama sekali tidak ditemukan adanya pertumbuhan bakteri. Potensi antibakteri diukur dengan mengukur diameter dari zona radikal.

b. Irradical zone yaitu suatu daerah di sekitar disk dimana pertumbuhan bakteri dihambat oleh antibakteri, tetapi tidak dimatikan.


(4)

2) Cara Sumuran

Beberapa koloni kuman dari pertumbuhan 24 jam pada agar diambil, disuspensikan ke dalam 0,5 ml BHI cair, diinkubasikan 5-8 jam pada 37ºC. Suspensi ditambah aquadest steril hingga kekeruhan tertentu sesuai dengan standar konsentrasi bakteri 8

10 CFU per ml. Kapas lidi steril dicelupkan ke dalam suspensi bakteri lalu ditekan-tekan pada dinding tabung hingga kapasnya tidak terlalu basah, kemudian pada permukaan media agar hingga rata. Media agar dibuat sumuran diteteskan larutan antibakteri, diinkubasikan pada 37ºC selama 18-24 jam. Hasilnya dibaca seperti cara Kirby Bauer.

3) Cara Pour Plate

Beberapa koloni kuman dari pertumbuhan 24 jam pada agar diambil, disuspensikan ke dalam 0,5 ml BHI cair, diinkubasikan 5-8 jam pada 37ºC. Suspensi ditambah aquadest steril hingga kekeruhan tertentu sesuai dengan standar konsentrasi bakteri 8

10 CFU per ml. Suspensi bakteri diambil satu mata ose dan dimasukkan ke dalam 4 ml agar base 1,5% yang mempunyai suhu 50ºC. Setelah suspensi kuman tersebut homogen, dituang pada media Agar Mueller Hinton, ditunggu sebentar sampai agar tersebut membeku, disk diletakkan di atas media dan dieramkan selama 15-20 jam dengan temperatur 37ºC. Hasil dibaca sesuai standar masing-masing antibakteri.

b) Dilusi Cair/Dilusi Padat

Pada prinsipnya antibakteri diencerkan sampai diperoleh beberapa konsentrasi. Pada dilusi cair, masing-masing konsentrasi obat ditambah suspensi kuman dalam media. Sedangkan pada dilusi padat tiap konsentrasi obat dicampur


(5)

dengan media agar lalu ditanami bakteri. Metode dilusi cair adalah metode untuk menentukan konsentrasi minimal dari suatu antibakteri yang dapat menghambat atau membunuh mikroorganisme. Konsentrasi terendah yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan dengan tidak adanya kekeruhan disebut Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) atau Minimal Inhibitory Concentration (MIC) (Anonim, 1993).

E. Landasan Teori

Tanaman ceremai (Phyllanthus acidus) merupakan salah satu tanaman obat yang telah diketahui khasiatnya sebagai obat sariawan (Hutapea, 1991). Kandungan daun ceremai yang mempunyai aktivitas antibakteri adalah polifenol, berdasarkan hasil uji bioautografi. Polifenol merupakan senyawa fenol yang bekerja dengan cara mempresipitasikan protein sel bakteri (Robbers dkk., 1996).

Menurut Jagessar dkk. (2008) menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun ceremai terbukti mempunyai daya antimikrobia dan antijamur yang lebih besar daripada ekstrak etil asetat, kloroform, dan heksan. Ekstrak daun ceremai dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan metode disc diffusion memiliki zona hambatan 21 mm2 dan dengan metode dilusi cair memiliki nilai Kadar Hambat Minimum (KHM) sebesar 0,18 mg/10 ml. Staphylococcus aureus merupakan penyebab penting penyakit infeksi yang menyebabkan timbulnya penyakit dengan tanda-tanda yang khas, yaitu peradangan, nekrosis, dan pembentukan abses (Warsa, 1994).


(6)

Untuk meningkatkan kenyamanan dan mempermudah pemakaian daun ceremai dibuat dalam sediaan tablet hisap. Pada pembuatan tablet hisap diperlukan bahan pengikat untuk meningkatkan kekuatan antar granul dan juga memperbaiki tekstur permukaan tablet ketika melarut di dalam rongga mulut (Peters, 1980).

Bahan pengikat yang digunakan gelatin. Gelatin memberikan rasa lembut dan menghasilkan tablet yang lebih kompak dan keras sehingga dapat melarut secara perlahan-lahan di dalam mulut (Sulaiman, 2007). Menurut Yusiandre (2008) dan Laila (2009), kenaikan konsentrasi gelatin mempengaruhi sifat fisik tablet hisap ekstrak kemangi dan ekstrak daun pare antara lain meningkatkan kekerasan tablet dan menurunkan kerapuhan pada konsentrasi tinggi. Gelatin ditambahkan pada pembuatan tablet dengan konsentrasi tertentu yang berbeda-beda antara 2-10% (Bandelin, 1989).

F. Hipotesis

Semakin tinggi konsentrasi gelatin sebagai bahan pengikat akan menaikkan kekerasan dan waktu larut tablet hisap serta menurunkan kerapuhan tablet hisap ekstrak etanol daun ceremai (Phyllanthus acidus) yang dihasilkan dan tablet hisap dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.


Dokumen yang terkait

Karakterisasi Simplisia Dan Skrining Fitokimia Serta Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Ceremai (Phyllanthus Acidus (L.) Skeels)

11 168 80

Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Buah Ceremai (Phyllanthus acidus (L) Skeels) Terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli

0 2 17

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETIL ASETAT DAN EKSTRAK ETANOL DAUN CEREMAI (Phyllanthus acidus (L.) SKEELS) TERHADAP Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli

1 3 10

PENGARUH BAHAN PENGIKAT NATTRIUM KARBOKSIMETILS SELLULLOSA TERHADAP FORMULA TABLET HISAP KSTRAK ETANOl DAUN CEREMAI (Phyllanthus acidus) SERTA UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI TERHADAP Staphylococcus aureus.

1 4 17

FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK ETANOL DAUN CEREMAI (Phyllanthus acidus) DENGAN AMILUM MANIHOT SEBAGAI BAHAN PENGIKAT SERTA UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI TERHADAP Staphylococus aureus.

4 9 22

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL BUAH CEREMAI (Phyllanthus acidus (L.) Skeels) TERHADAP Staphylococcus aureus dan Escherichia coli MULTIRESISTEN ANTIBIOTIK.

2 5 17

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN CEREMAI (Phyllanthus acidus (L.) Skeels) TERHADAP Staphylococcus aureus dan Escherichia coli DAN BIOAUTOGRAFINYA.

0 1 21

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN CEREMAI (Phyllanthus acidus (L.) Skeels) TERHADAP Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli DAN BIOAUTOGRAFINYA.

0 1 22

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL BUAH CEREMAI (Phyllanthus acidus (L.) Skeels) TERHADAP Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli DAN BIOAUTOGRAFINYA.

0 3 23

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL BUAH CEREMAI (Phyllanthus acidus (L.) Skeels) TERHADAP UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL BUAH CEREMAI (Phyllanthus acidus (L.) Skeels) TERHADAP Pseudomonas aeruginosa DAN Klebsiella pneumoniae SERTA BIOAUTO

0 0 17