CERMIN KEARIFAN LOKAL DALAM WACANA MIDEUR: STUDI ANTROPOLINGUISTIK DI KAMPUNG NUSA, KECAMATAN CIMANGGUNG, KABUPATEN SUMEDANG.

(1)

CERMIN KEARIFAN LOKAL DALAM WACANA MIDEUR: STUDI ANTROPOLINGUISTIK DI KAMPUNG NUSA, KECAMATAN

CIMANGGUNG, KABUPATEN SUMEDANG

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra

oleh

Noorlita Yulianti

NIM 1001036

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2014


(2)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

CERMIN KEARIFAN LOKAL DALAM WACANA MIDEUR: STUDI ANTROPOLINGUISTIK DI KAMPUNG NUSA, KECAMATAN CIMANGGUNG, KABUPATEN SUMEDANG

oleh Noorlita Yulianti

NIM 1010036

Disetujui dan disahkan oleh: Pembimbing I,

Dr. Tedi Permadi, M.Hum. NIP 197006242006041001

Pembimbing II,

Mahmud Fasya, S.Pd., M.A. NIP 197712092005011001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Pendidikan dan Seni

Universitas Pendidikan Indonesia,

Dr. Dadang Anshori, S.Pd., M.Si. NIP 197204031999031002


(3)

CERMIN KEARIFAN LOKAL DALAM WACANA MIDEUR: STUDI ANTROPOLINGUISTIK DI KAMPUNG NUSA, KECAMATAN CIMANGGUNG, KABUPATEN SUMEDANG

oleh Noorlita Yulianti

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Noorlita Yulianti 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(4)

Noorlita Yulianti, 2014

Cermin kearifan lokal dalam wacana mideur:Studi antropolinguistik di kampung nusa, Kecamatan cimanggung, kabupaten sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PERSEMBAHAN

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Masalah Penelitian ... 5

1. Identifikasi Masalah ... 5

2. Batasan Masalah ... 5

3. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Definisi Operasional... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ... 10

A. Kajian Pustaka ... 10

B. Landasan Teori ... 11

1. Antropolinguistik ... 11

2. Kebudayaan dan Bahasa ... 14

3. Kebudayaan dan Pertanian Tradisional Sunda ... 16

4. Wacana Mideur ... 18


(5)

vii

Noorlita Yulianti, 2014

Cermin kearifan lokal dalam wacana mideur:Studi antropolinguistik di kampung nusa, Kecamatan cimanggung, kabupaten sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Perkakas Tradisional, Padamel (Orang), Hewan dan Lahan ... 19

c. Bentuk Lingual ... 20

d. Penggunaan Leksikon ... 21

e. Kata Rajekan ... 22

C. Kandungan Nilai Kearifan Lokal ... 23

1. Pandangan Hidup Orang Sunda ... 24

a. Hubungan antara Manusia dan Tuhan ... 25

b. Hubungan antara Manusia dan Sesama Makhluk Hidup ... 26

c. Hubungan antara Manusia dan Alam ... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

A.Metodologi Penelitian ... 29

1. Lokasi Penelitian ... 30

2. Sumber Data dan Korpus ... 31

3. Teknik Pengumpulan Data ... 31

a. Metode Simak ... 32

b. Metode Cakap ... 32

c. Metode Catat ... 32

d. Dokumentasi ... 32

B. Desain Penelitian ... 32

C.Instrumen Penelitian... 34

D.Teknik Analisis Data ... 37

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 40

A.Bentuk Lingual dalam Wacana Mideur di Kampung Nusa, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang ... 40

1. Struktur Teks Tembang Mideur ... 41


(6)

viii

Noorlita Yulianti, 2014

Cermin kearifan lokal dalam wacana mideur:Studi antropolinguistik di kampung nusa, Kecamatan cimanggung, kabupaten sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Klasifikasi dan Deskripsi Leksikon dalam Wacana Mideur di Kampung

Nusa, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang ... 56

C.Cerminan Kearifan Lokal Yang Terkandung dalam Wacana Mideur di Kampung Nusa, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang ... 102

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 109

A.Simpulan ... 109

B. Saran ... 110

DAFTAR PUSTAKA ... 112 LAMPIRAN


(7)

ix

Noorlita Yulianti, 2014

Cermin kearifan lokal dalam wacana mideur:Studi antropolinguistik di kampung nusa, Kecamatan cimanggung, kabupaten sumedang


(8)

Noorlita Yulianti, 2014

Cermin kearifan lokal dalam wacana mideur:Studi antropolinguistik di kampung nusa, Kecamatan cimanggung, kabupaten sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penelitian berjudul “Cermin Kearifan Lokal dalam Wacana Mideur: Studi Antropolinguistik di Kampung Nusa, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang” merupakan penelitian kajian antropolinguistik yang dipusatkan dengan model etnografi komunikasi. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masih terdapatnya pemanfaatan tanah di Kampung Nusa sebagai lahan untuk bertani serta tembang mideur dan perkakas tradisional bersawah yang masih digunakan yang menyimpan kearifan lokal serta konsep ramah lingkungan yang terdapat di dalamnya. Adapun permasalahan pokok yang dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut (1) bagaimana bentuk lingual dalam wacana mideur di Kampung Nusa, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang; (2) bagaimana klasifikasi dan deskripsi leksikon dalam wacana mideur di Kampung Nusa, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang; (3) bagaimana cerminan kearifan lokal yang terkandung dalam wacana mideur di Kampung Nusa, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang.

Data dalam penelitian ini adalah tembang mideur dan leksikon tembang, perkakas tradisional bersawah, orang/pekerja, hewan yang terlibat dalam kegiatan bertani, dan jenis lahan yang digunakan. Kegiatan tersebut menjadi satu rangkaian dalam wacana mideur di Kampung Nusa Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang. Sumber data penelitian ini adalah tuturan masyarakat dan dokumen yang berkaitan dengan tembang, perkakas, pekerja, hewan, dan lahan yang berkaitan dengan aktivitas pertanian. Teknik analisis yang digunakan di dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif yang berupa deskripsi mendalam terhadap kandungan nilai kearifan lokal dalam wacana mideur. Pengumpulan data yang digunakan adalah metode simak, metode cakap, metode catat, dan dokumentasi. Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai observer, dan lembar observasi. Adapun analisis data mencakup analisis struktur teks, pengklasifikasian, pendeskripsian, dan pencerminan kearifan lokal yang muncul dari wacana mideur di Kampung Nusa, serta membuat simpulan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa wacana mideur di Kampung Nusa terdapat analisis struktur teks berupa bunyi segmental dan suprasegmental, aspek leksikal, dan repetisi (pengulangan), dan unsur pembentuk leksikon. Selain itu juga ditemukan 67 leksikon yang diantaranya 10 leksikon tembang mideur yang berupa kata dan berkategori nomina, 5 leksikon tembang mideur mideur yang berupa frasa dan berkategori verba, 18 leksikon perkakas tradisional bersawah yang berupa kata, 1 leksikon perkakas pertanian tradisional bersawah yang berupa frasa berkategori nominal, 6 leksikon padamel berupa frasa yang berkategori verbal, 8 leksikon hewan berupa frasa yang berkategori adjektival, dan 7 leksikon lahan berupa frasa yang berkategori adjektival.

Sementara itu, dalam cerminan kearifan lokal hubungan vertikal yaitu, hubungan pergaulan antara sesama manusia dalam hidup bermasyarakat harus dilandasi sikap silih asih, silih asah, silih asuh, yaitu tercermin dalam hubungan manusia dengan Tuhan dengan tidak mengejar hal duniawi saja, tetapi juga


(9)

Noorlita Yulianti, 2014

Cermin kearifan lokal dalam wacana mideur:Studi antropolinguistik di kampung nusa, Kecamatan cimanggung, kabupaten sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

perlunya kebutuhan rohani melalui ibadah. Hubungan antar sesama makhluk hidup tercermin dalam rasa mengasihi yang tidak hanya dengan sesama manusia saja, akan tetapi dengan makhluk lainnya seperti kerbau.

ABSTRACT

The study entitled "Mirror of Local Wisdom in Mideur Discourse: Studies Antropolinguistik in Kampung Nusa, District Cimanggung, Sumedang District" is a research study that focused antropolinguistik the ethnography of communication models. This study was motivated by the presence of land use in the village of Nusa as land for farming as well as traditional songs bersawah mideur and tools that are still used that store local knowledge as well as eco-friendly concept contained therein. The main problems that were examined in this study are as follows: (1) how to shape the discourse lingual mideur in Kampung Nusa, District Cimanggung, Sumedang District; (2) how the classification and description of the lexicon in discourse mideur in Kampung Nusa, District Cimanggung, Sumedang District; (3) how the reflection of local wisdom contained in the discourse mideur in Kampung Nusa, District Cimanggung, Sumedang District.

The data in this study is the song mideur and lexicon songs, traditional tooling field, people / workers, animals involved in farming activities, and types of land use. The activity into a series in mideur discourse in Kampung Nusa District of Cimanggung, Sumedang District. The data source of this research is the public utterances and documents related to the song, tools, workers, animals, and land related to agricultural activity. The analysis technique used in this study is a qualitative analysis in the form of in-depth description of the content of the value of local knowledge in discourse mideur. Collection of data used refer to the method, a method capable, methods of record, and documentation. The research instrument was a researcher himself as an observer, and the observation sheet. The data analysis includes analysis of text structure, classification, description, and the reflection of local wisdom that emerged from the discourse mideur in Kampung Nusa, and make conclusions.

The results of this study indicate that the discourse mideur in Kampung Nusa there be a sound analysis of text structure segmental and suprasegmental, lexical aspect, and reps (repetitions), and elements forming the lexicon. It also found 67 lexicons which include 10 songs mideur lexicon in the form of words and noun category, 5 lexicon mideur song in the form of phrases and verb category, 18 field lexicon traditional tools in the form of words, 1 field lexicon traditional agricultural tools in the form of phrases categorized nominal, 6 lexicon padamel be categorized verbal phrases, 8 lexicon animal form adjektival phrase category, and 7 lexicon of land in the form of phrases that have category adjektival.

Meanwhile, in a reflection of local wisdom that vertical relationship, the relationship between fellow human interactions in social life must be based on the


(10)

Noorlita Yulianti, 2014

Cermin kearifan lokal dalam wacana mideur:Studi antropolinguistik di kampung nusa, Kecamatan cimanggung, kabupaten sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

attitude of compassion penance, penance grindstones, and go take care of, which is reflected in man's relationship with God by not pursuing worldly things, but also the need for spiritual needs through worship. Relationships among living things is reflected in the sense of love that is not only with our fellow human beings, but also with other creatures like buffalo.


(11)

Noorlita Yulianti, 2014

Cermin kearifan lokal dalam wacana mideur:Studi antropolinguistik di kampung nusa, Kecamatan cimanggung, kabupaten sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, memiliki berbagai suku, ras, bahasa dan kebudayaan yang diwariskan secara turun-temurun oleh nenek moyang. Adanya keterkaitan antara bahasa dan budaya menjadikan keduanya berhubungan dan memiliki karakteristik masing-masing. Peran kebudayaan menjadi sangat berpengaruh di dalam kehidupan manusia sebagai modal untuk membangun sumber daya manusia. Keduanya saling memengaruhi, saling mengisi dan berjalan berdampingan (Sibarani, 2004:29).

Dewasa ini teknologi dan pengetahuan berkembang begitu pesat. Hal tersebut disadari ataupun tidak, akan merubah kultur masyarakat. perubahan yang terjadi akan semakin terlihat. Perubahan mendasar dalam bahasa dan budaya baik pada daerah perkotaan maupun pedesaan mulai terpengaruh oleh unsur moderinisasi yang akan mengakibatkan segi-segi tertentu akan mengalami perkembangan di masyarakat. Keadaan tersebut akan menggeser sejumlah kebudayaan lama yang akan lenyap secara berangsur-angsur dan hilang fungsinya. Proses industri dan penyebarluasannya menggeser kedudukan kultur agraris yang mendorong orientasi masyarakat ke luar desa. Tidak sedikit kini masyarakat pedesaan mulai meninggalkan lapangan kerja tradisional (bertani) dan beralih pada lapangan kerja industri.

Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan di bidang pertanian, berdampak pada proses mengolah sawah di beberapa daerah yang mulai menggunakan cara-cara modern. Begitupun pada alat-alat pertanian tradisional yang keberadaannya mulai terdesak oleh alat-alat pertanian modern. Lahan pertanian dan persawahan yang mulai beralih fungsi serta melemahnya ikatan tradisional seperti hubungan antargenerasi yang mulai ditinggalkan baik oleh


(12)

2

Noorlita Yulianti, 2014

Cermin kearifan lokal dalam wacana mideur:Studi antropolinguistik di kampung nusa, Kecamatan cimanggung, kabupaten sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

orang tua maupun para remaja. Keadaan tersebut mengakibatkan aspek-aspek budaya pertanian tradisional tersisih dan sudah mulai jarang ditemukan bahkan dikhawatirkan akan hilang.

Abdullah (2010: 10) menyebutkan bahwa kebudayaan mengalami penyempitan dan terbagi ke dalam subbudaya dengan otoritasnya masing-masing yang membedakan dirinya dari suatu budaya general yang hampir tidak dipatuhi lagi. Runtuhnya pusat orientasi tradisional dan munculnya pusat-pusat orientasi nilai yang baru telah menyebabkan pertentangan nilai menjadi sesuatu yang jamak dan dapat dilihat sebagai potensi yang besar untuk mendorong perubahan tatanan sosial yang lebih baik. Selain itu, Sumardjo (2009: 11) mengemukakan bahwa manusia Indonesia sekarang tidak mau tahu tentang pola berpikir yang telah dikembangkan oleh pendahulu-pendahulu mereka. Kita semua menginginkan cara berpikir dan cara hidup yang sama sekali berbeda dengan cara berpikir dan cara hidup nenek moyang lokal.

Kebudayaan di Jawa Barat, khususnya di dalam masyarakat Sunda terdapat banyak unsur budaya yang salah satunya adalah kebudayaan lisan yang berkaitan dengan bidang pertanian rakyat pedesaan yang masih bersifat tradisional salah satunya adalah bercocok tanam di sawah. Keterkaitan antara bahasa dan budaya tersebut menjadikan keduanya memiliki peran yang penting dalam kehidupan manusia. Keterkaitan tersebut tercermin dalam konsep harmoni orang Sunda, secara vertikal yaitu asih (Tuhan) dan horizontal asah (alam), asuh (manusia) yaitu hubungan di dalam kehidupan yang tercipta antara tuhan, manusia, dan sesama makhluk hidup. Hal tersebut tercermin dalam kegiatan tradisi Mideur serta perkakas pertanian bersawah tradisional, yang memiliki pandangan hidup dalam hubungan antara manusia dengan tuhan, manusia dengan sesama makhluk hidup, juga manusia dengan alamnya yaitu penggunaan perkakas pertanian bersawah tradisional sebagai konsep ramah lingkungan.

Budaya tembang/nyanyian yang salah satunya tembang mideur sudah mulai jarang ditemukan di beberapa daerah. Tembang mideur yang berkembang di


(13)

3

Noorlita Yulianti, 2014

Cermin kearifan lokal dalam wacana mideur:Studi antropolinguistik di kampung nusa, Kecamatan cimanggung, kabupaten sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

masyarakat Sunda khususnya masyarakat daerah Kampung Nusa Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang ini menjadi suatu bagian yang memiliki karakteristik dan nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung di dalamnya. Juga pada perkakas pertanian bersawah yang bersifat ramah lingkungan. Hal tersebut menjadi suatu bagian dari budaya dan bahasa karena tembang Mideur dapat dikatakan sebagai budaya rakyat yang mencakup nilai-nilai sosial dari suatu kebudayaan yang disebarkan dan diturun-temurunkan secara lisan. Sebagaimana dikemukakan oleh Hutomo (1991: 3) bahwa tradisi lisan memiliki ciri-ciri yang salah satunya adalah (1) penyebarannya melalui mulut (lisan). Maksudnya, ekspresi budaya yang disebarkan, baik dari segi waktu maupun ruang melalui mulut (lisan) dan (2) lahir di dalam masyarakat yang masih bercorak desa.

Kegiatan mideur atau membajak sawah ini adalah jenis nyanyian kerja yang ditembangkan oleh pembajak. Kegiatan mideur memiliki ciri khas masing-masing pada tiap daerah. Seperti, di tatar Sunda menggunakan istilah “wuluku (magawe/mideur)”, di Jogja menggunakan istilah “luku”, dan di Majalengka

menggunakan istilah ”nyambut”. Begitu pula di beberapa daerah tersebut, kegiatan membajak sawah dengan menggunakan kerbau, tetapi tidak semua tembang memiliki larik.

Ada beberapa penelitian sebelumnya yang telah melakukan penelitian serupa mengenai kajian Antropolinguistik maupun kajian Folklor, seperti yang pernah dilakukan oleh Sunarti (2002) pada penelitiannya mengenai Sintren Brebes Kecamatan Banjarharjo yang mengkaji mengenai struktur lagu, konteks pertunjukan, proses penciptaan dan fungsi. Penelitiannya merupakan penelitian tradisi sastra lisan mengenai sintren. Ia menyimpulkan bahwa lagu-lagu sintren memiliki unsur pembentuk struktur teks, lalu dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu lagu pembuka, lagu isi dan lagu penutup. Selain itu, terdapat pula tema, unsur bunyi, rima lagu, dan majas yang terdapat dalam lagu sintren. Kemudian pada penelitian Widya Triagustina Rahayu (2005) mengenai Tradisi Lisan Lagu-lagu Ngahurip pada Seni Terbang Masyarakat Tanjungkerta


(14)

4

Noorlita Yulianti, 2014

Cermin kearifan lokal dalam wacana mideur:Studi antropolinguistik di kampung nusa, Kecamatan cimanggung, kabupaten sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kabupaten Sumedang. Penelitian tersebut, dijelaskan bagaimana struktur lagu, proses penciptaan, konteks pertunjukan dan fungsi lagu-lagu Ngahurip pada seni terbang.

Selanjutnya, pada penelitian yang dilakukan oleh Nuri Novianti Afidah (2012) yang melakukan penelitian mengenai tinjauan Antropolinguistik pada mantra dangdan Banjarsari: Cermin Konsep Cantik Orang Sunda di Banjarsari. Hasil penelitian tersebut, menjelaskan ragam bentuk lingual mantra dangdan Banjarsari secara garis besar mencakup kata dan frasa. Kemudian, variasi referensi leksikon dalam mantra dangdan Banjarsari yang terdiri atas (1) permohonan, (2) bagian tubuh, (3) binatang, (4) benda, (5) aktivitas mata, (6) keadaan, (7) kekerabatan, dan (8) harapan. Dalam penelitiannya, cermin konsep cantik orang Sunda di Banjarsari dideskripsikan oleh kalimat-kalimat dan penggunaan leksikon dalam mantra dangdan.

Selain itu ada penelitian yang dilakukan oleh Nurshophia Agustina (2013) mengenai Cerminan Budaya pada Leksikon Perkakas Pertanian Tradisional dalam Bahasa Sunda: Studi Etnolinguistik Di Desa Pangauban, Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung. Ia meneliti bagaimana klasifikasi leksikon, deskripsi leksikon perkakas tradisional, kemudian cerminan kebudayaan yang muncul berdasarkan leksikon perkakas pertanian tradisional. Kesimpulan dari penelitian tersebut menjelaskan bahwa perkakas pertanian tradisional dalam bahasa Sunda di Desa Pangauban memiliki 40 leksikon dan diklasifikasikan menjadi tujuh kelompok yaitu, kayu, bambu, besi, batu, perpaduan besi dan kayu serta kain mota. Leksikon yang terdapat dalam Kamus Umum Basa Sunda ditemukan 28, leksikon adapun leksikon yang terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ditemukan 30 leksikon. Berdasarkan hasil temuan di atas, leksikon tersebut tidak ditemukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Kamus Umum Basa Sunda. Leksion-leksikon yang tidak ditemukan dapat menjadi sumbangan bagi Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Kamus Umum Basa Sunda. Selain itu, leksikon tersebut memiliki cermin gejala kebudayaan berdimensi vertikal dan horizontal.


(15)

5

Noorlita Yulianti, 2014

Cermin kearifan lokal dalam wacana mideur:Studi antropolinguistik di kampung nusa, Kecamatan cimanggung, kabupaten sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kemudian penelitian selanjutnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh

Shapira (2013) yang berjudul “Leksikon Makanan dan Peralatan dalam Upacara

Adat Wuku Taun di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung. Penelitian tersebut membahas mengenai upacara adat Wuku Taun yang di dalamnya terdapat leksikon makanan dan peralatan dalam upacara.

Berdasarkan tinjauan di atas, banyak hal yang dapat diamati mengenai budaya dan bahasa khususnya pada wacana mideur. Kebudayaan itu sendiri terbagi dalam tiga wujud kebudayaan, yakni ide atau gagasan, tindakan atau aktivitas, dan artifak atau hasil karya yang berada dalam suatu kelompok masyarakat yang memiliki kebiasaan dalam tiga wujud kebudayaan tersebut. Penelitian ini merupakan penilitian lanjutan dan penelitian mengenai tembang Mideur ini belum pernah dilakukan dalam penelitian sebelumnya. Penelitian ini lebih memfokuskan pada tembang Mideur dan perkakas pertanian tradisional yang digunakan selama proses bersawah.

B. Masalah

Masalah yang akan diuraikan pada bagian ini peneliti membaginya ke dalam tiga fokus penelitian yang meliputi 1) identifikasi masalah, 2) batasan masalah, dan 3) rumusan masalah.

1. Identifikasi Masalah

Peneliti akan melakukan identifikasi terlebih dahulu terhadap masalah yang akan diteliti. Adapun identifikasi masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Para ahli waris penutur yang pada saat ini sudah mulai enggan meneruskan dan menggunakan tembang mideur serta para ahli waris yang sudah mulai memilih menggunakan peralatan modern, sehingga berdampak akan punah karena perubahan sosial.


(16)

6

Noorlita Yulianti, 2014

Cermin kearifan lokal dalam wacana mideur:Studi antropolinguistik di kampung nusa, Kecamatan cimanggung, kabupaten sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2) Nilai-nilai budaya dan kearifan lokal yang terkandung dalam wacana mideur di Kampung Nusa, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang dikhawatirkan akan bergeser bahkan hilang seiring berkembangnya teknologi. 3) Banyaknya tata cara bertani secara tradisional yang kini tidak diketahui lagi

oleh masyarakat dikarenakan berkembangnya penerapan cara bertani modern sehingga para petani baik orang tua maupun remaja sekarang tak lagi memahami dan menemukan praktek-praktek bertani tradisional.

2. Batasan Masalah

Agar lebih terarah, masalah dalam penelitian ini akan dibatasi hanya pada beberapa aspek berikut ini.

1) Fokus dalam penelitian ini adalah proses mengolah lahan bersawah yang meliputi tembang mideur, perkakas pertanian tradisional bersawah, padamel (orang/pekerja), hewan dan lahan bersawah serta cerminan kearifan lokal yang terkandung dalam wacana mideur di Kampung Nusa, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang.

2) Penelitian ini akan lebih ditekankan kepada bentuk lingual, klasifikasi dan deskripsi dalam leksikon serta cermin kearifan lokal dalam wacana mideur. 3) Sumber data penelitian akan diperoleh dari berbagai referensi yang berkaitan

dengan wacana mideur dan penutur yang dapat memberikan informasi mengenai wacana mideur.

3. Rumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini akan dirumuskan menjadi beberapa pertanyaan berikut ini.

1) Bagaimana bentuk lingual dalam wacana mideur di Kampung Nusa, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang?

2) Bagaimana klasifikasi dan deskripsi leksikon dalam wacana mideur di Kampung Nusa, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang?


(17)

7

Noorlita Yulianti, 2014

Cermin kearifan lokal dalam wacana mideur:Studi antropolinguistik di kampung nusa, Kecamatan cimanggung, kabupaten sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3) Bagaimana cerminan kearifan lokal yang terkandung dalam wacana mideur di Kampung Nusa, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut.

1) bentuk lingual dalam wacana mideur di Kampung Nusa, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang;

2) klasifikasi dan deskripsi leksikon dalam wacana mideur di Kampung Nusa, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang;

3) cerminan kearifan lokal yang terkandung dalam wacana mideur di Kampung Nusa, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sejumlah manfaat, baik manfaat teoretis maupun manfaat praktis.

1. Secara Teoretis

Adapun manfaat teoretis dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam kajian antropolinguistik sebagai ilmu yang mengkaji hubungan bahasa dengan budaya penuturnya dan untuk memperkaya bahan kajian dalam bidang linguistik antropologi. Selain itu, juga memberikan wawasan tambahan bagi ilmu antropolinguistik dan pustaka acuan bagi penelitian selanjutnya.

2) Sebagai ilmu pengetahuan, banyak ditemukan nilai kearifan lokal yang terkandung dalam tembang Mideur di Kampung Nusa, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang.


(18)

8

Noorlita Yulianti, 2014

Cermin kearifan lokal dalam wacana mideur:Studi antropolinguistik di kampung nusa, Kecamatan cimanggung, kabupaten sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3) Dapat memberikan wawasan tambahan bagi perkembangan ilmu perkamusan yang berhubungan dengan leksikon-leksikon yang terdapat dalam wacana mideur.

2. Secara Praktis

Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Memberikan pengetahuan pada masyarakat akan cermin kearifan lokal dalam wacana mideur, di Kampung Nusa, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang.

2) Menjadi salah satu acuan untuk melestarikan budaya lokal yang merupakan bagian dari budaya Nusantara.

3) Penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan upaya pemertahanan terhadap ilmu pengetahuan antropolinguistik dan upaya untuk menjaga keharmonisan manusia dengan alam yang terekam dalam wacana mideur yang di dalamnya terdapat cermin kearifan lokal.

E. Definisi Operasional

Pada bagian ini, peneliti akan mendeskripsikan beberapa definisi operasional dari beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini.

1) Wacana mideur merupakan objek dari penelitian ini, yaitu rangkaian kegiatan mengolah lahan sawah berupa tembang (nyanyian kerja), leksikon peralatan, leksikon orang, leksikon hewan, leksikon lahan/tempat.

2) Tembang mideur merupakan nyanyian yang ditembangkan ketika sedang membajak sawah, dilakukan oleh pembajak sawah dengan menggunakan munding/sapi yang bertujuan untuk memerintah alur kerbau selama proses membajak/mengolah lahan sawah hingga lahan siap untuk ditanami padi. Tembang mideur ini berbentuk puisi berlarik yang mengungkapkan bagaimana nilai-nilai serta harapan dan hubungan antara Tuhan, sesama makhluk hidup


(19)

9

Noorlita Yulianti, 2014

Cermin kearifan lokal dalam wacana mideur:Studi antropolinguistik di kampung nusa, Kecamatan cimanggung, kabupaten sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan alam. Tembang ini merupakan tradisi lisan masyarakat Kampung Nusa dan tersebar di beberapa desa dan beberapa masyarakat Sunda di beberapa daerah. 3) Perkakas pertanian adalah alat-alat tradisional yang digunakan dalam proses

bercocok tanam di sawah. Perkakas pertanian pada penelitian ini hanya perkakas yang digunakan untuk bercocok tanam di sawah.

4) Pemideur adalah orang yang terlibat selama proses mengolah lahan sawah seperti, padamel serang magawe, padamel macul, padamel tandur, padamel ngarambet, padamel dibuat. Padamel serang magawe adalah orang/pekerja yang melakukan bajak sawah menggunakan munding (kerbau), padamel macul adalah orang/pekerja yang bertugas mencangkul bagian-bagian sudut lahan sawah yang tidak terbajak oleh munding (kerbau), padamel tandur adalah orang/pekerja yang melakukan tanam padi sambil mundur, padamel ngarambet adalah orang/pekerja yang melakukan penyiangan/menyiangi (mencabut/membersihkan rumput), padamel dibuat adalah orang/pekerja yang bertugas menuai padi pada masa panen.

5) Penutur tembang adalah orang yang ahli dalam penggunaan tembang mideur.

6) Munding (Kerbau)/Sapi adalah hewan yang digunakan selama proses

membajak sawah.

7) Serang (Sawah) adalah lahan/tempat yang digunakan dalam proses rangkaian mengolah tanah untuk menanam padi.

8) Antropolinguistik merupakan cabang ilmu linguistik yang terbentuk dari antropo dan linguistik. Antropolinguistik lebih menitikberatkan pada hubungan antara bahasa dan kebudayaan di dalam suatu masyarakat. Selain itu, antropolinguistik lebih menekankan pemahaman budaya berdasarkan linguistik yang kemudian dikaji untuk menemukan nilai-nilai budaya dan bahasa khususnya dalam wacana mideur yang terdapat di Kampung Nusa, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang.


(20)

Noorlita Yulianti, 2014

Cermin kearifan lokal dalam wacana mideur:Studi antropolinguistik di kampung nusa, Kecamatan cimanggung, kabupaten sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam pengertian yang lebih luas metode dianggap sebagai cara-cara, strategi untuk memahami realitas, langkah-langkah sistematis untuk memecahkan rangkaian sebab akibat berikutnya (Ratna, 2010:84), dari dasar itu metode dapat difungsikan untuk menyederhanakan masalah, agar lebih mudah untuk dipecahkan dan dipahami objek suatu penelitian yang sesuai dengan objek, tujuan, sifat, serta ilmu atau teori yang mendukungnya. Oleh karena itu, pemilihan metode yang tepat untuk kemudian digunakan dalam suatu penelitian diharuskan sesuai dengan objek penelitiannya, karena metode akan menentukan hasil suatu penelitian yang akan dicapai.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan antropolinguistik. Selain itu, metode penelitian bahasa berhubungan erat dengan tujuan penelitian bahasa. Penelitian bahasa bertujuan mengumpulkan dan mengkaji data, serta mempelajari fenomena kebahasaan. Penelitian bahasa melibatkan kaidah-kaidah sebagai hasil deskriptif dengan metode kajian berdasarkan teori-teori tertentu (Djajasudarma 2006: 4). Penelitian ini juga menggunakan model etnografi komunikasi yaitu metode yang melibatkan peneliti terjun langsung ke masyarakat.

Merujuk dari metode sebelumnya, penelitian ini pun menggunakan metode kualitatif, yaitu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktifitas sosial, sikap, kepercayaan, presepsi, pemikiran orang secara individual ataupun kelompok. Sebagaimana dikemukakan oleh Ratna (2010: 94) penelitian kualitatif tidak semata-mata mendeskripsikan, tetapi yang lebih penting adalah menemukan makna yang terkandung di baliknya, sebagai makna tersembunyi, atau dengan sengaja disembunyikan, seperti mengapa


(21)

30

Noorlita Yulianti, 2014

Cermin kearifan lokal dalam wacana mideur:Studi antropolinguistik di kampung nusa, Kecamatan cimanggung, kabupaten sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kesadaran itu kurang, cukup, dan sebagainya. Dengan kata lain, penelitian kualitatif bertujuan untuk mencari gambaran dan diketahui unsur yang terkandung. Pada penelitian ini akan dikaji secara khusus, bagaimana bentuk lingual, struktur teks, makna dan fungsi dari tembang Mideur, klasifikasi dan leksikon perkakas pertanian yang digunakan dalam lingkup membajak sawah, serta nilai-nilai budaya/kearifan lokal dan konsep ramah lingkungan yang terdapat dalam perkakas pertanian.

Selain itu, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah model etnografi komunikasi. Etnografi komunikasi merupakan salah satu dari sekian studi penelitian kualitatif, yang mengkhususkan pada penemuan berbagai pola komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam suatu masyarakat tutur. Dalam etnografi komunikasi terdapat isu-isu dasar yang mendasarinya. Isu tersebut adalah bahasa, komunikasi dan kebudayaan. Setiap masyarakat memiliki sistem komunikasi tersendiri, maka dengan sendirinya untuk keberlangsungan hidup, masyarakat dapat membentuk kebudayaannya. Keterkaitannya melahirkan hipotesis relativitas linguistik dari Edward Safir dan Benjamin Lee Whorf, yaitu bahwa “struktur bahasa atau akidah berbicara suatu budaya akan menentukan perilaku dan pola pikir dalam budaya tersebut”. Oleh karena itulah pentingnya peranan bahasa bagi kebudayaan dan kemudian kebudayaan itu sendiri yang pada akhirnya akan menentukan sistem komunikasi dan bentuk bahasa.

Etnografi komunikasi adalah pengkajian peranan bahasa dalam perilaku komunikatif suatu masyarakat, yaitu cara-cara bagaimana bahasa dipergunakan dalam masyarakat yang berbeda-beda kebudayaannya (Kuswarno, 2011: 11). Tujuan utama etnografi komunikasi adalah menghimpun data deskriptif dan analisis terhadapnya tentang bagaimana makna-makna sosial dipergunakan, yang pada akhirnya tujuan ini mengarahkan etnografi komunikasi kepada suatu metode penelitian untuk menghasilkan deskripsi etnografis tentang bagaimana cara-cara berbicara dan saluran komunikasinya, digunakan dalam masyarakat yang berbeda-beda.


(22)

31

Noorlita Yulianti, 2014

Cermin kearifan lokal dalam wacana mideur:Studi antropolinguistik di kampung nusa, Kecamatan cimanggung, kabupaten sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. Lokasi Penelitian

Penelitian mengenai wacana mideur ini berlokasi di Kampung Nusa, Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang. Lokasi tersebut berada di daerah selatan kabupaten Sumedang dan merupakan daerah pedesaan yang letaknya berada di ketinggian pegunungan. Wacana mideur ini sudah mulai jarang ditemukan di daerah perkotaan maupun daerah sekitarnya dan masih dapat dijumpai di lokasi penelitian namun sudah sangat terbatas. Corak masyarakat Kampung Nusa yang sebagian masih bermata pencaharian bercocok tanam, salah satunya bersawah. Hal tersebut merupakan salah satu alasan peneliti memilih lokasi Kampung Nusa Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang ini sebagai lokasi peneliatian wacana mideur dengan menggunakan studi Antropolinguistik.

2. Sumber Data dan Korpus

Sumber data penelitian ini adalah tembang Mideur dalam kegiatan membajak sawah berupa nyanyian kerja yang dituturkan oleh informan pada saat melakukan kegiatan tersebut, serta leksikon-leksikon perkakas pertanian tradisional, orang-orang yang terlibat, hewan dan lahan yang digunakan dalam wacana mideur. Penutur merupakan masyarakat asli Kampung Nusa, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang. Peneliti melakukan observasi dan simak libat cakap dengan informan yang ahli dalam kegiatan mideur. Peneliti menyimak dan terlibat pada saat melakukan observasi dan data yang diperoleh bersifat alamiah dan apa adanya tanpa melihat dan menilai benar atau salah. Tembang Mideur ini diperoleh secara langsung melalui pengamatan dan perekaman dari informan yang sekaligus penutur yaitu Bapak Endem dan Bapak Bajang.

Data atau korpus dalam penelitian ini adalah bentuk lingual dari tembang Mideur, serta bentuk lingual leksikon-leksikon pada wacana mideur yang mencakup tembang, perkakas pertanian, orang yang terlibat, hewan dan lahanyang digunakan dalam lingkup kegiatan membajak sawah. Pemilihan data hanya bersumber dari wacana mideur tersebut.


(23)

32

Noorlita Yulianti, 2014

Cermin kearifan lokal dalam wacana mideur:Studi antropolinguistik di kampung nusa, Kecamatan cimanggung, kabupaten sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini, dilakukan dengan a. metode simak, b. metode cakap, c. metode catat, d. dokumentasi. Peneliti melakukan proses simak, cakap, pencatatan dan perekaman sistematis semua data secara langsung sebagai observasi partisipan yaitu peneliti ikut berperan aktif dalam kegiatan. Berikut teknik pengumpulan data dalam penelitian ini.

a. Metode Simak

Peneliti turun dan berhadapan langsung ke masyarakat untuk mendapatkan data dari informan dengan cara menyimak, mencatat, dan merekam kegiatan pada untuk melihat bagaimana struktural kegiatan pada saat menyanyikan tembang ketika membajak sawah dari mulai menyiapkan tanah sampai dengan saat sesi mideur berlangsung hingga lahan siap ditanami benih padi. b. Metode Cakap

Peneliti menggunakan metode ini untuk memperoleh data dengan berhadapan langsung, bercakap-cakap dengan informan yang ahli dan memahami wacana mideur.

c. Metode Catat

Pada saat melakukan metode simak dan cakap, peneliti mencatat informasi yang dikemukakan oleh informan dengan baik dan rinci.

d. Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian ini adalah hasil rekaman berupa rekaman tembang yang dinyanyikan secara langsung oleh penutur dan rekaman yang selanjutnya merupakan rekaman wawancara awal dengan narasumber seputar wacana mideur. Setelah direkam dan dicatat kemudian ditranskripkan dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan tidak mengubah atau menghilangkan aslinya.


(24)

33

Noorlita Yulianti, 2014

Cermin kearifan lokal dalam wacana mideur:Studi antropolinguistik di kampung nusa, Kecamatan cimanggung, kabupaten sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini desain penelitian yang digunakan adalah analisis linguistik sinkronik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Daring, 2008) sinkronik adalah bersangkutan dengan peristiwa yang terjadi di suatu masa yang terbatas. Selain itu, Kridalaksana (2008: 222) menyebutkan bahwa sinkronik merupakan kajian bahasa linguistik yang bersangkutan dengan peristiwa terjadi dalam masa suatu terbatas, dan tidak melibatkan perkembangan historis bentuk bahasa yang maknanya mirip atau sama dengan bentuk lain. Kajian bahasa secara sinkronik merupakan kajian yang memformulasikan gejala-gejala bahasa berdasarkan ujaran-ujaran pembicara tanpa mempersoalkan urutan waktu. Kajian ini sangat perlu dilakukan karena di dalamnya menyangkut berbagai hubungan yang merupakan bidang tata bahasa. Linguistik sinkronik dapat disebut juga sebagai linguistik deskriptif atau linguistik struktural yaitu penelitian untuk mencari struktur umum yang terdapat pada bahasa-bahasa yang diselidiki melalui proses perkembangan bahasa yang satu ke bahasa yang lain.

Pada penelitian ini digunakan linguistik sinkronik karena penelitian ini dilakukan dalam kurun waktu tertentu, yaitu mengkaji fakta bahasa yang masih digunakan dan dapat ditemukan di Kampung Nusa, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang. Oleh karena itu, data yang diperoleh akan relativ sama di berbagai daerah Jawa Barat pada umumnya dan khususnya di Kampung Nusa. Dalam penelitian ini data yang diperoleh akan dikaji dan diketahui struktur tembang dan leksikonnya dalam satu kegiatan pada wacana mideur dan kemudian akan diungkap cermin kearifan lokal yang terkandung dalam wacana mideur ini. Adapun desain penelitiannya adalah sebagai berikut.

Diagram 3.1

Desain Penelitian Cermin Kearifan Lokal dalam Wacana Mideur di Kampung Nusa, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang

Studi Antropolinguistik

Subjek Penelitian Sumber data : Masyarakat Kampung Nusa


(25)

34

Noorlita Yulianti, 2014

Cermin kearifan lokal dalam wacana mideur:Studi antropolinguistik di kampung nusa, Kecamatan cimanggung, kabupaten sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini digunakan empat metode pengumpulan data, yaitu (1) metode simak, (2) metode cakap, (3) metode catat, dan (4) dokumentasi

Tembang dan Leksikon dalam Wacana Mideur

Leksikon yang terdapat dalam rangkaian kegiatan mengolah sawah ditemukan

Teknik Analisis Data

Data hasil observasi simak, cakap, catat, dan dokumentasi dari informan ditranskripsi dan dikelompokkan. Kemudian, data dianalisis berdasarkan bentuk lingual wacana mideur, struktur teks tembang mideur, klasifikasi leksikon berdasarkan satuan lingual, kultur, cerminan pada hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama makhluk hidup, dan manusia dengan alam

Hasil Penelitian Cermin kearifan lokal dalam wacana mideur.


(26)

35

Noorlita Yulianti, 2014

Cermin kearifan lokal dalam wacana mideur:Studi antropolinguistik di kampung nusa, Kecamatan cimanggung, kabupaten sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. Observasi

Pada tahap observasi, peneliti mulai melakukan peninjauan secara cermat terhadap objek agar memuat semua hasil perolehan data yang dibutuhkan. Menurut Adler dan Adler (2009: 532) (dalam Ratna 2010: 217) semua penelitian dunia sosial pada dasarnya menggunakan teknik observasi adalah observer (pengamat) dan orang yang diamati yang kemudian juga berfungsi sebagai pemberi informasi, yaitu informan. Hal tersebut dapat diartikan bahwa semua hasil perolehan data dari objek yang diamati juga pada informan yang memberikan informasi dalam lingkup permasalahan dalam penelitian.

2. Pedoman Observasi

Pedoman observasi digunakan untuk mendapatkan data wacana mideur selama melakukan observasi. Dalam penelitian, peneliti menggunakan lembar pedoman observasi, lembar pedoman wawancara, dan kartu data sebagai berikut.

Tabel 3.1 Format Pedoman Observasi Wacana Mideur

No. Tahapan Keterangan

1. Persiapan Tahap persiapan pada penelitian ini meliputi: studi pustaka, persiapan perlengkapan dan peralatan yang akan digunakan selama melakukan penelitian, serta persiapan administrasi berupa pengurusan surat perizinan dari Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, dan Pemerintah Kabupaten Sumedang serta Kampung Nusa Kecamatan Cimanggung.


(27)

36

Noorlita Yulianti, 2014

Cermin kearifan lokal dalam wacana mideur:Studi antropolinguistik di kampung nusa, Kecamatan cimanggung, kabupaten sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Penelitian Lapangan Tahap penelitian lapangan ini meliputi:

pelaksanaan penelitian dan pengumpulan data.

3. Penyusunan Laporan Pada tahap penyusunan laporan, peneliti melakukan pengolahan dan analisis data yang ditemukan di lapangan.

3. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi yang dituturkan oleh penutur dan identitas pribadi secara mendalam yang berhubungan dengan tradisi yg dituturkan dalam wacana Mideur. Peneliti menggunakan pedoman wawancara sebagai berikut.

Tabel 3.2 Format Pedoman Wawancara Wacana Mideur Pedoman Wawancara

1) Subjek/Objek yang diobservasi : Tembang serta leksikon rangkaian kegiatan mengolah lahan sawah (mideur.

2) Identitas Subjek/Objek : Berlokasi di Kampung Nusa, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang.

3) Identifikasi Penggunaan Tembang mideur


(28)

37

Noorlita Yulianti, 2014

Cermin kearifan lokal dalam wacana mideur:Studi antropolinguistik di kampung nusa, Kecamatan cimanggung, kabupaten sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 5) Identifikasi Penggunaan Orang

6) Identifikasi Penggunaan Hewan

7) Identifikasi Penggunaan Lahan/Tempat

8) Catatan Khusus/Lain-lain

4. Kartu Data

Selain tabel pedoman observasi dan pedoman wawancara di atas, terdapat kartu data yang fungsinya untuk mempermudah dalam mengolah data. Berikut ini contoh kartu data yang digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 3.3 Kartu Data Data

1. Klasifikasi: 2. Fungsi:

3. Cermin Kearifan Lokal:


(29)

38

Noorlita Yulianti, 2014

Cermin kearifan lokal dalam wacana mideur:Studi antropolinguistik di kampung nusa, Kecamatan cimanggung, kabupaten sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu e. Tabel 2.4 Contoh Kartu Data

Data

Garu sisir bumi

1. Klasifikasi:

- Satuan lingual berupa frasa

- Kultur dalam kategori tembang mideur 2. Fungsi:

- Perkakas tradisional bersawah yang terbuat dari kayu. - Untuk menggemburkan lahan sawah

3. Cermin Kearifan Lokal:

sebagai media untuk melakukan proses bercocok tanam di sawah dengan menggunakan alat ramah lingkungan.

Simpulan

Garu sisir bumi merupakan alat tradisional bersawah dari kayu yang digunakan untuk membajak sawah fungsinya agar sawah menjadi gembur kembali hingga siap ditanami benih padi.

D. Teknik Analisis Data

Pada tahap ini peneliti akan mengumpulkan data melalui hasil observasi. Selanjutnya peneliti akan menganalisis dan mengolah data-data yang telah terkumpul secara sistematis untuk memudahkan pemahaman dan penyusunan laporan. Teknik yang akan dilakukan untuk mengolah data dalam penelitian ini diantaranya sebagai berikut:


(30)

39

Noorlita Yulianti, 2014

Cermin kearifan lokal dalam wacana mideur:Studi antropolinguistik di kampung nusa, Kecamatan cimanggung, kabupaten sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. mentranskripsikan bentuk lingual dari wacana Mideur di Kampung Nusa, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang;

2. analisis struktur teks dalam tembang mideur dan bentuk lingual leksikon dalam wacana mideur di Kampung Nusa, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang;

3. mengklasifikasikan dan mendeskripsikan leksikon wacana mideur dalam bahasa Sunda di Kampung Nusa, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang seperti mengklasifikasikan leksikon perkakas pertanian tradisional berdasarkan alat utama dan pendukung, bentuk, bahan, fungsi, dan cara pemakaian. Serta mengklasifikasi orang-orang yang terlibat, hewan dan lahan yang digunakan;

4. mengkaji dan mendeskripsikan cermin kearifan lokal yang muncul dalam wacana mideur di Kampung Nusa, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang;

5. membuat simpulan.

Tabel 3.4 Format Lembar Observasi

Subjek/Objek yang diobservasi : Tembang serta leksikon rangkaian kegiatan mengolah lahan sawah (mideur.

Identitas Subjek/Objek : Berlokasi di Kampung Nusa, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang. Informan I, Mang Endem (50 tahun), Laki-laki

Informan II, Mang Bajang (55 tahun), Laki-laki

1) Identifikasi Penggunaan Tembang mideur

Arang, Arang deui leumpangna barengan narik geulis, Bubuntut pangjurung nafsu, Cacadan urat pamener, Deudeuh da mideur deui, Deur, Depa/Derum, Heus, Kia, Kia arang, Kia arang deui, Luput , Mideur mundur bari muntir, Nyalanjam bulan tumanggal, Pecut timeuti hoe, Pideur, Singkal nu panyuwat


(31)

40

Noorlita Yulianti, 2014

Cermin kearifan lokal dalam wacana mideur:Studi antropolinguistik di kampung nusa, Kecamatan cimanggung, kabupaten sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu bumi, Wis.

2) Identifikasi Penggunaan Peralatan

Arit, kored, pacul, surung, carangka, caplak, lolondok/lalandak, sosorong, pasangan (samilan & sawed), garu, cacadan, pecut, bubuntut, babantal, cacadan singkal, lanjam, pangprang, setreng (SS), konarat.

3) Identifikasi Penggunaan Orang

Padamel serang magawe, padamel macul, padamel tandur, padamel ngarambet, padamel dibuat.

4) Identifikasi Penggunaan Hewan

Munding bule, munding hideung, munding majapahit, munding Gerang, sapi kroya, sapi ciamis, sapi metal, sapi brahma

5) Identifikasi Penggunaan Lahan/Tempat

Sawah ledok, sawah guludug, sawah ranca, sawah jero, kotakan alit, kotakan badag, galeng, gawir/damping.

6) Catatan Khusus/Lain-lain

garu sisir bumi, disosorong, dicaplak, ditandur, ngarambet hiji, mindo saacan beukah, rampak/koneng.


(32)

41

Noorlita Yulianti, 2014

Cermin kearifan lokal dalam wacana mideur:Studi antropolinguistik di kampung nusa, Kecamatan cimanggung, kabupaten sumedang


(33)

Noorlita Yulianti, 2014

Cermin kearifan lokal dalam wacana mideur:Studi antropolinguistik di kampung nusa, Kecamatan cimanggung, kabupaten sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Setelah melakukan analisis dan pembahasan, maka pada bagian ini akan dipaparkan kesimpulan pada penelitian ini yang meliputi bentuk lingual dalam wacana mideur yang berupa struktur teks dan bentuk lingual leksikon wacana mideur, klasifikasi satuan lingual, klasifikasi kultural leksikon, deksripsi leksikon dalam wacana mideur, serta cerminan kearifan lokal yang terkandung dalam wacana mideur di Kampung Nusa, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang. Dalam penelitian ini, ditemukan satu jenis tembang mideur yaitu tembang yang dinyanyikan pada saat membajak sawah dengan menggunakan kerbau. Dalam struktur teks tembang tersebut terdapat beberapa aspek yang meliputi bunyi segmental dan suprasegmental, aspek leksikal, dan pengulangan (repetisi) yang di dalamnya terdapat repetisi anafora (pengulangan bunyi, kata, atau struktur sintaktis pada larik-larik atau kalimat-kalimat yg berturutan untuk memperoleh efek tertentu), repetisi anaforamesodiplosis (pengulangan kata/frasa yang terdapat pada awal dan tengah baris), repetisi anaforaepistrofa (pengulangan kata/frasa yang terdapat pada awal dan akhir baris), repetisi epistrofa (pengulangan kata/frasa yang terdapat pada akhir baris). Selanjutnya pada bentuk lingual leksikon, ditemukan 5 leksikon berupa kata yang berkategori nomina dan merupakan kata dwipurwa (pengulangan suku kata awal).

Selain itu juga ditemukan 67 leksikon yang diantaranya 10 leksikon tembang mideur yang berupa kata dan berkategori nomina, 5 leksikon tembang mideur mideur yang berupa frasa dan berkategori verba, 18 leksikon perkakas tradisional bersawah yang berupa kata, 1 leksikon perkakas pertanian tradisional bersawah yang berupa frasa berkategori nominal, 6 leksikon padamel berupa frasa


(34)

110

Noorlita Yulianti, 2014

Cermin kearifan lokal dalam wacana mideur:Studi antropolinguistik di kampung nusa, Kecamatan cimanggung, kabupaten sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang berkategori verbal, 8 leksikon hewan berupa frasa yang berkategori adjektival, dan 7 leksikon lahan berupa frasa yang berkategori adjektival.

Sementara itu, dalam cerminan kearifan lokal hubungan vertikal yaitu, hubungan antara pergaulan antara sesama manusia dalam hidup bermasyarakat harus harus dilandasi sikap tri tangtu pandangan orang Sunda silih asih, silih asah, silih asuh, yaitu saling mengasihi, saling meningkatkan kepandaian dalam berlomba mengejar kebaikan, dan saling memperingatkan antara sesamanya, serta pembagian istilah dalam masyarakat bahwa manusia merupakan makhluk eling yaitu manusia sebagai khalifah yang mempunyai peran, tugas, dan tanggung jawab terhadap lingkungan. Kemudian hewan dan binatang dengan istilah makhluk nyaring serta tumbuhan dan benda lainnya sebagai makhluk cicing.

Pandangan tersebut tercermin dalam kedisiplinan waktu yaitu dalam waktu pelaksanaan mideur yang dilakukan pada pukul 06.00 hingga pukul 10.00 atau sering disebut wanci pegat sawed, yaitu selesainya kegiatan mideur yang ditandai dengan dilepasnya sawed (tali yang diikatkan di leher kerbau). Waktu ketika kerbau beristirahat setelah bekerja dan waktu beristirahat bagi pekerja setelah membajak. Hubungan tersebut merupakan kearifan lokal yang tercermin bahwa sesama makhluk hidup harus saling mengasihi, yaitu ditandai dengan waktu jam kerja jika menggunakan kerbau hanya berdurasi lebih kurang selama 3 jam. Adanya rasa saling menyayangi dan menghargai sesama makhluk hidup serta keseimbangan hubungan antara kebutuhan rohani juga dengan menjaga kelestarian alam sekitarnya, karena hal tersebut merupakan hubungan berkesinambungan yang tak dapat dipisahkan.

Selain itu, cerminan yang terdapat dalam leksikon-leksikon perkakas bersawah, hanpir semua leksikon perkakas tersebut memiliki konsep ramah lingkungan serta mencerminkan kearifan lokalnya melalui bahan-bahan yang digunakan dan masih sederhana serta cara pembuatan yang masih menggunakan pengetahuan tradisional


(35)

111

Noorlita Yulianti, 2014

Cermin kearifan lokal dalam wacana mideur:Studi antropolinguistik di kampung nusa, Kecamatan cimanggung, kabupaten sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Saran

Selama melaksanakan penelitian ini, banyak ditemukan beberapa kendala teoretis dan teknis. Kendala teoretis tersebut berkaitan dengan keterbatasan data yang ditemukan di lapangan sehingga peneliti kurang maksimal dalam merumuskan teori dalam penelitian ini. Sementara itu, kendala teknis dalam penelitian ini adalah terbatasnya informan sehingga data yang ditemukanpun terbatas. Oleh sebab itu, peneliti mengemukakan beberapa saran sebagai berikut. 1) Penelitian ini cukup menarik jika fokus serta kompleksnya data dan informan,

sehingga data akan lebih kaya.

2) Para ahli waris dan masyarakat diharapkan dapat melestarikan leksikon-leksikon yang masih dapat ditemukan dalam wacana mideur, sehingga keberadaannya tidak punah seiring berkembangnya pengetahuan dan teknologi.

3) Secara lebih luas, pemerintah seyogyanya dapat melihat peristiwa budaya warisan nenek moyang yang memiliki banyak nilai kearifan lokal dan dapat melihat dalam perspektif keilmuan dan komprehensif.


(36)

Noorlita Yulianti, 2014

Cermin kearifan lokal dalam wacana mideur:Studi antropolinguistik di kampung nusa, Kecamatan cimanggung, kabupaten sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Irwan. 2010. Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Afidah, Nuri Novianti. 2012. Mantra Dangdan Banjarsari: Cermin Konsep Cantik Orang Sunda Di Banjarsari. Bandung: tidak diterbitkan.

Agustina, Nurshopia. 2013. Cermin Budaya Dalam Leksikon Perkakas Pertanian Dalam Bahasa Sunda Di Desa Pangauban. Bandung: tidak diterbitkan. Chaer, Abdul. 2007. Leksikologi & Leksikografi Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Darpan, dkk. 2013. Kompendium Istilah: Sistem Pertanian Masyarakat Sunda. Bandung: Pustaka Jaya.

Djajasudarma, T. Fatimah. 2006. Metode Linguistik. Bandung: PT Refika Aditama.

Ekadjati, Edi S. 1993. Kebudayaan Sunda (Suatu Pendekatan Sejarah). Bandung: Pustaka Jaya.

Eriyanto. 2001. Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS.

Garna, Judistira K. 2008. Budaya Sunda: Melintasi Waktu Menantang Masa Depan. Bandung: Lembaga Penelitian Unpad.

Hidayat, Rachmat Taufiq, dkk. Peperenian Urang Sunda. Bandung: PT Kiblat Buku Utama.

Hutomo, Suripan Sadi. 1991. Mutiara Yang Terlupakan: Pengantar Studi Sastra Lisan. Jawa Timur: Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia.

Idris, Nuny Sulistiany. 2012. Handout Perkuliahan Metode Penelitian Linguistik. Bandung: tidak diterbitkan.

Koentjaraningrat. 1970. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Dian Rakyat.

Koentjaraningrat. 1970. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan.


(37)

113

Noorlita Yulianti, 2014

Cermin kearifan lokal dalam wacana mideur:Studi antropolinguistik di kampung nusa, Kecamatan cimanggung, kabupaten sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama.

Kuswarno, Engkus. 2011. Etnografi Komunikasi: Pengantar dan Contoh Penelitiannya. Bandung: Widya Padjadjaran.

Melisa, Indah. 2013. Konsep Regenerasi Bertani dalam Leksikon Upacara Adat

Ngarot Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu. Bandung: tidak

diterbitkan.

M.S, Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Pamelasari, Novi. 2013. Kandungan Nilai Kearifan Lokal dalam Leksikon Batik Trusmi. Bandung: tidak diterbitkan.

Rahayu, Widya Triagustina. 2005. Tradisi Lisan Lagu-Lagu Ngahurip pada seni

Terbang Masyarakat Tanjungkerta Kabupaten Sumedang. Bandung: tidak

diterbitkan.

Ramlan, M.1996. Ilmu Bahasa Indonesia. Yogyakarta: C.V. Karyono.

Ratna, Nyoman Kutha. Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu Sosial Humaniora pada Umumnya. 2010. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Shapira, Nurul. 2013. “Leksikon Makanan dan Peralatan dalan Upacara Adat Wuku Taun di kampung adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan

Pangalengan, Kabupaten Bandung”. Prosiding. Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak Diterbitkan.

Sibarani, Robert. 2004. Antropolinguistik. PODA: Medan.

Soeganda, R. Akip Prawira. 1982. Upacara Adat Di Pasundan. Bandung: Sumur Bandung.

Sumardjo, Jakob. 2009. Simbol-Simbol Artefak Budaya Sunda. Bandung: Kelir. Sunarti. 2006. Sintren Brebes Kecamatan Banjarharjo: Struktur Lagu, Konteks

Pertunjukan, Proses Penciptaan, dan Fungsi. Bandung: tidak diterbitkan. Tim Penyusun. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa. Transisi. 2009. Ancaman Kedaulatan Pangan: Politik Pangan Menuju

Kedaulatan Pangan yang Berbasis Kearifan Lokal. Malang: In-Trans Institute.

Universitas Pendidikan Indonesia. 2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.


(38)

113

Noorlita Yulianti, 2014

Cermin kearifan lokal dalam wacana mideur:Studi antropolinguistik di kampung nusa, Kecamatan cimanggung, kabupaten sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Warnaen, Suwarsih, dkk. 1987. Pandangan Hidup Orang Sunda. Bandung: Depdikbud.

Yulianti, Noorlita. 2012. Nyanyian Mideur Kajian Sastra Lisan: Struktur, Konteks Penuturan, Dan Fungsi. Bandung: tidak diterbitkan.


(1)

Noorlita Yulianti, 2014

Cermin kearifan lokal dalam wacana mideur:Studi antropolinguistik di kampung nusa, Kecamatan cimanggung, kabupaten sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Setelah melakukan analisis dan pembahasan, maka pada bagian ini akan dipaparkan kesimpulan pada penelitian ini yang meliputi bentuk lingual dalam wacana mideur yang berupa struktur teks dan bentuk lingual leksikon wacana

mideur, klasifikasi satuan lingual, klasifikasi kultural leksikon, deksripsi leksikon dalam wacana mideur, serta cerminan kearifan lokal yang terkandung dalam wacana mideur di Kampung Nusa, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang. Dalam penelitian ini, ditemukan satu jenis tembang mideur yaitu tembang yang dinyanyikan pada saat membajak sawah dengan menggunakan kerbau. Dalam struktur teks tembang tersebut terdapat beberapa aspek yang meliputi bunyi segmental dan suprasegmental, aspek leksikal, dan pengulangan (repetisi) yang di dalamnya terdapat repetisi anafora (pengulangan bunyi, kata, atau struktur sintaktis pada larik-larik atau kalimat-kalimat yg berturutan untuk memperoleh efek tertentu), repetisi anaforamesodiplosis (pengulangan kata/frasa yang terdapat pada awal dan tengah baris), repetisi anaforaepistrofa (pengulangan kata/frasa yang terdapat pada awal dan akhir baris), repetisi epistrofa (pengulangan kata/frasa yang terdapat pada akhir baris). Selanjutnya pada bentuk lingual leksikon, ditemukan 5 leksikon berupa kata yang berkategori nomina dan merupakan kata dwipurwa (pengulangan suku kata awal).

Selain itu juga ditemukan 67 leksikon yang diantaranya 10 leksikon tembang mideur yang berupa kata dan berkategori nomina, 5 leksikon tembang

mideur mideur yang berupa frasa dan berkategori verba, 18 leksikon perkakas tradisional bersawah yang berupa kata, 1 leksikon perkakas pertanian tradisional bersawah yang berupa frasa berkategori nominal, 6 leksikon padamel berupa frasa


(2)

Noorlita Yulianti, 2014

Cermin kearifan lokal dalam wacana mideur:Studi antropolinguistik di kampung nusa, Kecamatan cimanggung, kabupaten sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang berkategori verbal, 8 leksikon hewan berupa frasa yang berkategori adjektival, dan 7 leksikon lahan berupa frasa yang berkategori adjektival.

Sementara itu, dalam cerminan kearifan lokal hubungan vertikal yaitu, hubungan antara pergaulan antara sesama manusia dalam hidup bermasyarakat harus harus dilandasi sikap tri tangtu pandangan orang Sunda silih asih, silih asah, silih asuh, yaitu saling mengasihi, saling meningkatkan kepandaian dalam berlomba mengejar kebaikan, dan saling memperingatkan antara sesamanya, serta pembagian istilah dalam masyarakat bahwa manusia merupakan makhluk eling

yaitu manusia sebagai khalifah yang mempunyai peran, tugas, dan tanggung jawab terhadap lingkungan. Kemudian hewan dan binatang dengan istilah makhluk nyaring serta tumbuhan dan benda lainnya sebagai makhluk cicing.

Pandangan tersebut tercermin dalam kedisiplinan waktu yaitu dalam waktu pelaksanaan mideur yang dilakukan pada pukul 06.00 hingga pukul 10.00 atau sering disebut wanci pegat sawed, yaitu selesainya kegiatan mideur yang ditandai dengan dilepasnya sawed (tali yang diikatkan di leher kerbau). Waktu ketika kerbau beristirahat setelah bekerja dan waktu beristirahat bagi pekerja setelah membajak. Hubungan tersebut merupakan kearifan lokal yang tercermin bahwa sesama makhluk hidup harus saling mengasihi, yaitu ditandai dengan waktu jam kerja jika menggunakan kerbau hanya berdurasi lebih kurang selama 3 jam. Adanya rasa saling menyayangi dan menghargai sesama makhluk hidup serta keseimbangan hubungan antara kebutuhan rohani juga dengan menjaga kelestarian alam sekitarnya, karena hal tersebut merupakan hubungan berkesinambungan yang tak dapat dipisahkan.

Selain itu, cerminan yang terdapat dalam leksikon-leksikon perkakas bersawah, hanpir semua leksikon perkakas tersebut memiliki konsep ramah lingkungan serta mencerminkan kearifan lokalnya melalui bahan-bahan yang digunakan dan masih sederhana serta cara pembuatan yang masih menggunakan pengetahuan tradisional


(3)

111

Noorlita Yulianti, 2014

Cermin kearifan lokal dalam wacana mideur:Studi antropolinguistik di kampung nusa, Kecamatan cimanggung, kabupaten sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Saran

Selama melaksanakan penelitian ini, banyak ditemukan beberapa kendala teoretis dan teknis. Kendala teoretis tersebut berkaitan dengan keterbatasan data yang ditemukan di lapangan sehingga peneliti kurang maksimal dalam merumuskan teori dalam penelitian ini. Sementara itu, kendala teknis dalam penelitian ini adalah terbatasnya informan sehingga data yang ditemukanpun terbatas. Oleh sebab itu, peneliti mengemukakan beberapa saran sebagai berikut. 1) Penelitian ini cukup menarik jika fokus serta kompleksnya data dan informan,

sehingga data akan lebih kaya.

2) Para ahli waris dan masyarakat diharapkan dapat melestarikan leksikon-leksikon yang masih dapat ditemukan dalam wacana mideur, sehingga keberadaannya tidak punah seiring berkembangnya pengetahuan dan teknologi.

3) Secara lebih luas, pemerintah seyogyanya dapat melihat peristiwa budaya warisan nenek moyang yang memiliki banyak nilai kearifan lokal dan dapat melihat dalam perspektif keilmuan dan komprehensif.


(4)

Noorlita Yulianti, 2014

Cermin kearifan lokal dalam wacana mideur:Studi antropolinguistik di kampung nusa, Kecamatan cimanggung, kabupaten sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Irwan. 2010. Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Afidah, Nuri Novianti. 2012. Mantra Dangdan Banjarsari: Cermin Konsep Cantik Orang Sunda Di Banjarsari. Bandung: tidak diterbitkan.

Agustina, Nurshopia. 2013. Cermin Budaya Dalam Leksikon Perkakas Pertanian Dalam Bahasa Sunda Di Desa Pangauban. Bandung: tidak diterbitkan. Chaer, Abdul. 2007. Leksikologi & Leksikografi Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Darpan, dkk. 2013. Kompendium Istilah: Sistem Pertanian Masyarakat Sunda.

Bandung: Pustaka Jaya.

Djajasudarma, T. Fatimah. 2006. Metode Linguistik. Bandung: PT Refika Aditama.

Ekadjati, Edi S. 1993. Kebudayaan Sunda (Suatu Pendekatan Sejarah). Bandung: Pustaka Jaya.

Eriyanto. 2001. Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS.

Garna, Judistira K. 2008. Budaya Sunda: Melintasi Waktu Menantang Masa Depan. Bandung: Lembaga Penelitian Unpad.

Hidayat, Rachmat Taufiq, dkk. Peperenian Urang Sunda. Bandung: PT Kiblat Buku Utama.

Hutomo, Suripan Sadi. 1991. Mutiara Yang Terlupakan: Pengantar Studi Sastra Lisan. Jawa Timur:Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia.

Idris, Nuny Sulistiany. 2012. Handout Perkuliahan Metode Penelitian Linguistik. Bandung: tidak diterbitkan.

Koentjaraningrat. 1970. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Dian Rakyat.

Koentjaraningrat. 1970. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan.


(5)

113

Noorlita Yulianti, 2014

Cermin kearifan lokal dalam wacana mideur:Studi antropolinguistik di kampung nusa, Kecamatan cimanggung, kabupaten sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama.

Kuswarno, Engkus. 2011. Etnografi Komunikasi: Pengantar dan Contoh Penelitiannya. Bandung: Widya Padjadjaran.

Melisa, Indah. 2013. Konsep Regenerasi Bertani dalam Leksikon Upacara Adat Ngarot Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu. Bandung: tidak diterbitkan.

M.S, Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Pamelasari, Novi. 2013. Kandungan Nilai Kearifan Lokal dalam Leksikon Batik Trusmi. Bandung: tidak diterbitkan.

Rahayu, Widya Triagustina. 2005. Tradisi Lisan Lagu-Lagu Ngahurip pada seni Terbang Masyarakat Tanjungkerta Kabupaten Sumedang. Bandung: tidak diterbitkan.

Ramlan, M.1996. Ilmu Bahasa Indonesia. Yogyakarta: C.V. Karyono.

Ratna, Nyoman Kutha. Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu Sosial Humaniora pada Umumnya. 2010. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Shapira, Nurul. 2013. “Leksikon Makanan dan Peralatan dalan Upacara Adat Wuku Taun di kampung adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan

Pangalengan, Kabupaten Bandung”. Prosiding. Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak Diterbitkan.

Sibarani, Robert. 2004. Antropolinguistik. PODA: Medan.

Soeganda, R. Akip Prawira. 1982. Upacara Adat Di Pasundan. Bandung: Sumur Bandung.

Sumardjo, Jakob. 2009. Simbol-Simbol Artefak Budaya Sunda. Bandung: Kelir. Sunarti. 2006. Sintren Brebes Kecamatan Banjarharjo: Struktur Lagu, Konteks

Pertunjukan, Proses Penciptaan, dan Fungsi. Bandung: tidak diterbitkan. Tim Penyusun. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa. Transisi. 2009. Ancaman Kedaulatan Pangan: Politik Pangan Menuju

Kedaulatan Pangan yang Berbasis Kearifan Lokal. Malang: In-Trans Institute.

Universitas Pendidikan Indonesia. 2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.


(6)

Noorlita Yulianti, 2014

Cermin kearifan lokal dalam wacana mideur:Studi antropolinguistik di kampung nusa, Kecamatan cimanggung, kabupaten sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Warnaen, Suwarsih, dkk. 1987. Pandangan Hidup Orang Sunda. Bandung: Depdikbud.

Yulianti, Noorlita. 2012. Nyanyian Mideur Kajian Sastra Lisan: Struktur, Konteks Penuturan, Dan Fungsi. Bandung: tidak diterbitkan.