NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM LEKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT.

(1)

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK

TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL

DALAM LEKSIKON UPACARA ADAT

DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

oleh

Wulan Oktavia P 1006516

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2014


(2)

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang judul “Ngaras: Sebuah Kajian

Antropolinguistik Tentang Nilai-Nilai Kearifan Lokal Dalam Leksikon Upacara Adat Di

Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat” ini dan seluruh isinya adalah benar-benar

karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan tersebut, saya siap menanggung risiko yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya.

Bandung, Agustus 2014 Yang membuat pernyataan,

Wulan Oktavia P


(3)

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT


(4)

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT


(5)

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK

TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM LEKSIKON UPACARA ADAT

Wulan Oktavia Puspita NIM 1006516

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya upacara adat Ngaras yang merupakan bagian dari kebudayaan yang mengandung leksikon-leksikon. Bahasa dan kebudayaan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Upacara adat

Ngaras yang diteliti adalah upacara adat Ngaras di Kecamatan Cililin, Kabupaten

Bandung Barat. Lokasi tersebut merupakan salah satu daerah pedesaan yang kerap ditemukan adanya pelaksanaan upacara adat Ngaras. Adapun permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah (1) klasifikasi dan deskripsi berdasarkan aspek lingual dan kultural, (2) fungsi leksikon, dan (3) nilai-nilai kearifan lokal dalam leksikon.

Penelitian leksikon upacara adat Ngaras ini menggunakan pendekatan teoretis antropolinguistik dan metode kualitatif dengan model etnografi komunikasi. Sumber data dalam penelitian ini difokuskan pada informan kunci yang mengetahui pelaksanaan upacara adat Ngaras di Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi partisipan, teknik simak libat cakap, serta teknik rekam.

Berikut adalah hasil penelitian yang dapat dideskripsikan secara singkat. Leksikon yang diperoleh dari penelitian ini berjumlah 133 leksikon. Pertama, klasifikasi berdasarkan bentuk lingual secara garis besar terdiri atas (1) kata dan (2) frasa. Kategori kata terdiri atas kata nomina dan kata verba. Sementara itu, kategori frasa terdiri atas kategori frasa nomina dan frasa verba. Kedua, klasifikasi berdasarkan fungsi leksikon terdiri atas (1) fungsi sosial, (2) fungsi ritual, (3) fungsi edukasi, (4) fungsi religius, (5) fungsi ekonomi, dan (6) fungsi psikologi.

Ketiga, nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung dalam leksikon upacara adat Ngaras yang meliputi cerminan kearifan lokal yang berdimensi vertikal dan nilai

kearifan lokal yang berdimensi Nilai kearifan lokal yang berdimensi vertikal adalah adanya nilai-nilai religius agar manusia tetap bersyukur kepada Allah Swt, dan nilai kearifan lokal yang berdimensi horizontal dapat telihat dari nilai-nilai berikut ini (1) orang Sunda kreatif, (2) orang Sunda bijak memanfaatkan alam, (3) orang Sunda menjaga silaturahmi dengan sesamanya, (3) orang Sunda mengenal kasih sayang.


(6)

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

NGARAS: THE STUDY OF ANTROPOLINGUISTICS ABOUT LOCAL

GENIUS VALUE IN TRADITIONAL CEREMONY OF LEXICON IN KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Wulan Oktavia P NIM 1006516

The background of this research is existence of Ngaras which the part of

culture have contain lexicons. Language and culture is two things which cann’t

sparated. Ngaras traditional ceremony which be inspected is Ngaras in Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat. That location is a village which often be discovered Ngaras. The important problem in that research are (1) clasification and description of lingual aspect, (2) lexicon function, and (3) local genius value in lexicon.

This research used the study of antropolinguistics and kualitative metodh with etnography comunication model. The resource data in this research is focused by the key informan who know about Ngaras in Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat. The colletive data technique of this research is observation partisipant technique, interview, and record technique.

This following is result of the research which can describe shortly. Total lexicon of Ngaras in Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat is 133 lexicon. First, clasification based on lingual aspect, lexicons consisting of (1) word and (2) phrase. Second, clasification based on lexicon function cosisting of (1) social function, (2) ritual function, (3) education function, (4) religius function, (5) economic function, and (6) psicologic function. Third, the local genius value wich be contained in lexicon of Ngaras is take in the reflection of vertical dimension and horizontal dimension. The vertical dimension is existence of religius value in order to human be grateful to Allah Swt. The horizontal dimension can seen by this values (1) Sundanese people is creative, (2) Sundanese people use the nature wisely, (3) Sundanese people take the hospitality to other, and (3) Sundanese people know the love or affection.


(7)

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ...i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PERSEMBAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ...iv

UCAPAN TERIMA KASIH ...vi

ABSTRAK ...vii

DAFTAR ISI ...viii

DAFTAR GAMBAR ...xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Masalah Penelitian ...4

1. Identifikasi Masalah...4

2. Batasan Masalah ... 5

3. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ...6

D. Manfaat Penelitian ...6

E. Struktur Organisasi Penulisan ...6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS A. Tinjauan Pustaka ...8

B. Landasan Teoretis ...9

1. Bentuk Lingual ...11

2. Leksikon ...13

3. Antropolinguistik ...17

4. Pandangan Hidup Orang Sunda ... 24


(8)

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian... 32

B. Desain Penelitian ... 32

C. Metode Penelitian ... 33

D. Definisi Operasional ... 34

E. Instrumen ... 35

F. Teknik Pengumpulan Data ... 38

G. Metode Analisis Data ... 40

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Klasifikasi dan Deskripsi Upacara Adat Ngaras ... 41

1. Klasifikasi dan Deskripsi Upacara Adat Ngaras berdasarkan Satuan Lingual ... 44

a. Leksikon Upacara Adat Ngaras Berupa Kata ... 45

b. Leksikon Upacara Adat Ngaras Berupa Frasa ... 54

2. Deskripsi dan Klasifikasi Leksikon Upacara Adat Ngaras Berdasarkan Aspek Kultural ... 65

a. Leksikon Upacara Adat Ngaras Berdasarkan Alat dan Kelengkapan ... 66

b. Leksikon Upacara Adat Ngaras Berdasarkan Partisipan... 143

c. Leksikon Upacara Adat Ngaras Berdasarkan Aktivitas ... 147

B. Fungsi Leksikon Upacara Adat Ngaras ...153

C. Nilai-nilai Kearifan Lokal yang Terkandung dalam Leksikon Upacara Adat Ngaras ... 156

D. Pembahasan dari Analisis Leksikon Upacara Adat Ngaras ... .... 162

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ...177


(9)

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Saran ...181

DAFTAR PUSTAKA ... 182 LAMPIRAN


(10)

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa adalah bagian dari kebudayaan yang erat hubungannya dengan berpikir (Sibarani, 2004: 46). Masyarakat suatu kebudayaan memiliki cara berpikir tertentu yang ditunjukkan dengan bahasa masyarakat tersebut. Bahasa tersebut meliputi leksikon-leksikon yang ada dalam masyarakat tersebut. Leksikon merupakan komponen bahasa yang memuat semua informasi tentang makna dan pemakaian kata dalam bahasa (Kridalaksana, 2001: 127). Leksikon dapat mencerminkan kebudayaan masyarakat penuturnya yang meliputi cara hidup dan cara berpikir mengenai alam sekelilingnya.

Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang menjadi milik diri manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, 2009: 144). Proses mempelajari kebudayaan tersebut memerlukan bahasa karena bahasa harus dipelajari dalam konteks kebudayaan dan kebudayaan dapat dipelajari melalui bahasa. Berdasarkan uraian tersebut, dapat diketahui bahwa bahasa dan kebudayaan memiliki hubungan yang erat. Bahasa dan kebudayaan saling memengaruhi, saling mengisi, dan saling berdampingan.

Hubungan antara bahasa dan budaya yang erat ditandai dengan suatu unsur kebudayaan baru dapat disampaikan dan dimengerti apabila unsur itu mempunyai nama atau istilah (Sibarani, 2004: 59). Pemberian nama atau istilah pada unsur kebudayaan dapat berwujud leksikon-leksikon yang ada dalam suatu etnis atau masyarakat. Leksikon-leksikon tersebut merupakan gambaran dan cerminan tentang konsep etnis tertentu karena bahasa yang digunakan atau diucapkan oleh suatu kelompok masyarakat adalah suatu refleksi atau cermin keseluruhan kebudayaan tersebut.

Rahyono (2009: 76) mengemukakan bahasa merupakan salah satu bentuk hasil karya budaya. Menurutnya bahasa merupakan instrumen atau alat untuk


(11)

2

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengungkapkan apa yang dipelajari dan dipikirkan manusia secara verbal. Bahasa digunakan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dalam masyarakat. Adanya interaksi dan komunikasi tersebut memunculkan terjadinya aktivitas kebudayaan dalam masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa bahasa merupakan alat penyampai pikiran dan gagasan dalam suatu kebudayaan dan kebudayaan akan hidup dalam masyarakat karena proses interaksi dan komunikasi dengan media berbahasa.

Instrumen interaksi yang berupa bahasa dibangun oleh satuan-satuan pembentuk tuturan, sistem yang mengatur satuan tersebut dan maknanya (Rahyono, 2009: 76). Satuan-satuan pembentuk tuturan tersebut disebut juga satuan lingual yang dimulai dari bunyi, kata, kalimat, sampai pada wacana. Leksikon sebagai salah satu bagian bahasa juga merupakan alat untuk berinteraksi dan berkomunikasi memiliki satuan lingual.

Setiap kebudayaan memiliki ciri atau identitas masing-masing yang dipengaruhi masyarakat itu sendiri, bahkan cara pandang setiap kebudayaannya pun berbeda-beda. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda kebudayaan dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, hal tersebut membuktikan bahwa budaya itu tidak hanya diketahui, dilihat, dan didengar, tetapi juga dipelajari. Oleh karena itu, makna kebudayaan akan sulit diketahui jika tidak didalami dan dipelajari.

Setiap kebudayaan terdiri atas berbagai leksikon yang mewakili kebudayaan tersebut. Leksikon-leksikon tersebut tidak hanya mengandung pengetahuan, tetapi juga nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Leksikon-leksikon tersebut dapat menjadi suatu ciri khas dalam kebudayaan yang mewakili pemikiran, tingkatan sosial, bahkan keagamaan pengguna kebudayaan tersebut.

Bangsa Indonesia memiliki banyak kebudayaan sehingga bangsa Indonesia disebut bangsa yang multikultur. Beragam kebudayaan tersebar dari Sabang sampai Merauke. Hal ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia kaya memiliki kebudayaan yang khas pada setiap etnisnya. Masyarakat Sunda sebagai bagian dari bangsa Indonesia juga memiliki kultur yang khas. Masyarakat Sunda


(12)

3

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memiliki kebiasaan, tradisi, dan hasil kebudayaan. Salah satu tradisi tersebut adalah upacara adat pernikahan.

Pernikahan adalah peristiwa yang sangat didambakan oleh banyak orang. Pernikahan dianggap sebagai salah satu momen yang penting. Setiap etnis tertentu memiliki Tata cara pernikahan yang khas. Masyarakat Sunda memiliki Tata cara upacara adat pernikahan yang khas.

Saat ini masyarakat Sunda telah berubah ke era modern, budaya luar masuk dengan cepat dan memengaruhi cara pandang, gaya hidup, dan pemikiran masyarakat Indonesia. Tata cara upacara adat pernikahan Sunda zaman sekarang pun ikut terkontaminasi oleh budaya luar. Hal tersebut ditandai dengan jarangnya ditemukan upacara adat pernikahan praakad nikah. Upacara tersebut antara lain adalah upacara adat Ngaras.

Upacara adat Ngaras pernikahan Sunda dalam penelitian ini akan dikaji dengan menggunakan pisau analisis antropolinguistik. Penelitian ini akan mengungkapkan pengetahuan lokal orang Sunda yang tertuang dalam upacara adat Ngaras.

Upacara adat Ngaras dalam masyarakat Sunda saat ini sudah jarang

dilaksanakan dalam pernikahan masyarakat Sunda. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan upacara adat Ngaras yang semakin jarang ditemukan. Tanpa pendokumentasian dan penelitian terhadap upacara adat ini mustahil akan diketahui oleh generasi mendatang. Fakta tersebut menjadi salah satu alasan mengapa peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai upacara adat ini.

Kajian antropolinguistik dalam area linguistik sendiri sudah dilakukan oleh beberapa peneliti. Sebagai contoh, penelitian antropolingistik dalam ranah linguistik dan antropologi budaya dilakukan oleh Pratiknyo (2009). Penelitian tersebut mengkaji istilah-istilah upacara perkawinan adat Jawa bubak kawah dan

tumplak punjen di Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo. Selain itu, kajian

antropolinguistik juga telah dilakukan oleh Ayu (2013) yang meneliti leksikon upacara adat Khaul Buyut Tambi di Indramayu. Selanjutnya, Melisa (2013) meneliti upacara adat Ngarot di Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu.


(13)

4

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penelitian tentang upacara adat Ngaras pernah juga dilakukan oleh Hendrayana (2012). Hendrayana menggunakan pisau analisis semantik untuk menganalisis alat-alat yang ada dalam upacara adat Ngaras. Dari penelitian Hendrayana tersebut terungkap bahwa alat-alat upacara Ngaras tersebut sarat dengan makna.

Dari rangkaian penelitian sebelumnya tentang kajian antropolinguistik, terlihat jelas penelitian tentang bahasa, kebudayaan, pengetahuan masyarakat, dan kearifan lokal yang terdapat di dalamnya dalam upacara adat Ngaras belum diteliti sebelumnya. Selanjutnya, peneltian ini berbeda dengan penelitian Hendrayana karena penelitian ini menggunakan pisau analisis antropolinguistik, dan penelitian ini mengangkat mengenai leksikon-leksikon partisipan, aktivitas, dan kelengkapan dalam upacara Ngaras.

Selain itu, ketertarikan peneliti untuk mengkaji upacara adat Ngaras ini diperkuat dengan adanya sebagian orang Sunda yang tidak mengetahui makna simbolik dan nilai-nilai kearifan lokal. Hal itu ditunjukkan dengan sikap sebagian masyarakat tersebut yang menganggap bahwa ritual upacara adat belaka. Kondisi tersebut dikhawatirkan akan turut menghilangkan pengetahuan lokal mengenai upacara adat Ngaras.

B.Masalah

Dalam bagian ini akan diuraikan masalah yang menjadi fokus penelitian. Adapun uraiannya meliputi (1) identifikasi masalah, (2) batasan masalah, dan (3) rumusan masalah.

1. Identifikasi Masalah

Masalah dalam penelitian ini perlu diidentifikasi terlebih dahulu. Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Upacara adat Ngaras merupakan salah satu upacara adat yang memiliki nilai-nilai yang harus digali untuk disampaikan ke generasi berikutnya.


(14)

5

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2) Makna simbolik dan nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung dalam pelaksanaan upacara adat Ngaras kurang dipahami oleh sebagian masyarakat Sunda.

3) Pengaruh budaya luar yang masuk ke nusantara akibat perkembangan globalisasi akan mengancam eksistensi kebudayaan Indonesia, khususnya upacara adat Ngaras.

2. Batasan Masalah

Masalah yang diteliti dalam penelitian ini perlu dibatasi agar masalah tersebut lebih terarah dan terhindar dari penyimpangan. Batasan masalah tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut.

1) Penelitian ini difokuskan pada leksikon upacara adat Ngaras di Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat.

2) Penelitian ini difokuskan pada leksikon upacara adat Ngaras yang terdiri atas alat-alat yang diperlukan pada saat upacara, aktivitas upacara, dan partisipan yang terlibat dalam upacara adat Ngaras di Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat.

3) Data yang ditemukan dikaji berdasarkan aspek bahasa dan budaya menggunakan pisau analisis antropolinguistik.

3. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini dirumuskan masalah-masalah yang dianalisis pada bagian pembahasan. Rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut.

1) Bagaimana klasifikasi dan deskripsi leksikon upacara adat Ngaras di Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat?

2) Bagaimana fungsi leksikon upacara Ngaras di Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat?

3) Bagaimana nilai-nilai kearifan lokal dalam leksikon upacara Ngaras di Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat?


(15)

6

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan hal-hal berikut:

1) klasifikasi dan deskripsi leksikon upacara adat Ngaras di Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat;

2) fungsi leksikon upacara adat Ngaras di Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat;

3) nilai-nilai kearifan lokal dalam leksikon upacara adat Ngaras dalam masyarakat Sunda di Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat.

D.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik manfaat teoretis maupun praktis.

1) Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi untuk melakukan penelitian sejenis atau penelitian selanjutnya di bidang ilmu linguistik khususnya cabang antropolinguistik.

2) Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

a) menjadi salah satu upaya pelestarian bahasa dan budaya yang dimiliki oleh masyarakat Sunda khususnya upacara adat Ngaras;

b) membantu usaha penyelamatan bahasa Sunda dan sebagai pendukung pembinaan dan pengembangan bahasa daerah khususnya dan pengembangan ilmu kebahasaan pada umumnya.

E.Stuktur Organisasi Penulisan

Penelitian ini akan dilaporkan dalam bentuk skripsi yang terdiri atas lima bab. Untuk memudahkan penyajiannya, struktur organisasi penulisan ini disusun dari bab satu sampai bab lima. Hal ini dilakukan untuk memudahkan penulisan dalam mencapai tujuan yang telah direncanakan. Berikut ini adalah uraian struktur organisasi penulisannya.


(16)

7

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bab pertama memuat pendahuluan yang membahas latar belakang masalahan penelitian yang mencakup identifikasi masalah, batasan masalah, dan rumusan masalah. Pembahasan dilanjutkan dengan tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penulisan. Pada bab kedua dipaparkan kajian pustaka dan kerangka teori yang mencakup teori-teori yang digunakan untuk membedah permasalahan yang ada. Adapun pada bab ketiga dijelaskan metode penelitian yang meliputi lokasi dan subjek penelitian, Kecamatanin penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Pada bab keempat dibahas bentuk klasifikasi dan deskripsi pada leksikon upacara adat Ngaras, fungsi leksikon upacara adat Ngaras, dan nilai-nilai kearifan lokal pada leksikon upacara adat Ngaras. Sementara itu, pada bab kelima ditampilkan simpulan dan saran yang merupakan bagian penutup dari skripsi ini.


(17)

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di lingkungan masyarakat Sunda Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat. Upacara adat Ngaras kerap ditemukan di Kecamatan tersebut. Lokasi penelitian ini sengaja dipilih karena ditempat tersebut masih banyak yang mengetahui tentang pelaksanaan upacara adat Ngaras. Berdasarkan hal itu, lokasi ini diharapkan akan mempermudah peneliti untuk mempelajari budaya tersebut.

Subjek penelitian ini difokuskan kepada masyarakat Sunda di Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berbagai macam leksikon upacara adat Ngaras dalam tata upacara pernikahan Sunda. Data tersebut diperoleh dari lima orang informan. Informan utama, yaitu sesepuh yang sering memimpin pelaksanaan upacara adat pernikahan atau sering menjadi pangjejer acara dalam upacara di Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat. Tiga informan lainnya adalah dua orang pengantin wanita yang melaksanakan upacara Ngaras dan juru rias yang sering memberikan jasa paket pernikahan. Data leksikon diperoleh dari lapangan berupa rekaman tuturan lisan. Data tersebut dianalisis guna memperoleh jawaban untuk rumusan masalah pada penelitian ini.

B.Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut (adaptasi model Miles dan Huberman, 1992: 20):


(18)

33

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bagan 3.1 Desain Penelitian

Ngaras : Sebuah Kajian Antropolinguistik Tentang Nilai- Nilai Kearifan Lokal

Dalam Leksikon Upacara Adat

Pengumpulan Data

1) Observasi Partisipan 2) Teknik Simak Libat Cakap 3) Teknik Rekam

Penganalisisan Data

1) Mengklasifikasikan dan mendeskripsikan leksikon upacara adat Ngaras 2) Menganalisis fungsi leksikon upacara adat Ngaras

3) Menafsirkan nilai-nilai kearifan lokal dalam leksikon upacara adat Ngaras

Simpulan

1) Klasifikasi dan deskripsi leksikon upacara adat Ngaras 2) Fungsi leksikon upacara adat Ngaras

3) Nilai-nilai kearifan lokal dalam leksikon upacara adat Ngaras

Data dan Sumber Data

1) Data: Data yang akan diambil dalam penelitian ini, yaitu leksikon upacara adat

Ngaras dalam bahasa Sunda di Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat

2) Sumber data: Sumber data dalam penelitian ini akan difokuskan kepada beberapa informan sebagai masyarakat Sunda di Kecamatan Cililin Kabupten Bandung Barat. Informan utama adalah sesepuh yang sering memimpin upacara adat pernikahan di tempat tersebut. Informan lainnya adalah dua orang pengantin perempuan, seorang juru rias.


(19)

34

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C.Metode Penelitian

Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan antropolinguistik yang berkaitan antara bahasa dalam perspektif kebudayaan. Wierzbicka (1997: 11) mengatakan bahwa ada hubungan yang sangat erat antara kehidupan suatu masyarakat dengan leksikon bahasanya. Penelitian leksikon upacara adat Ngaras tidak hanya meneliti dalam konteks linguistik semata, tetapi dilakukan juga fungsinya dalam menopang praktik kebudayaan (Foley: 2001). Dengan demikian, kajian ini dipusatkan pada model etnografi komunikasi untuk mendeskripsikan leksikon tersebut dan memahami pandangan hidup dari sudut pandang masyarakat Sunda di Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat. Hymes mengemukakan bahwa etnografi komunikasi bertujuan untuk memfokuskan kerangka acuan karena pemerian tempat bahasa di dalam suatu kebudayaan bukan pada bahasa itu sendiri, melainkan pada komunikasinya (Kuswarno, 2008: 11).

Penelitian ini memanfaatkan metode kualitatif karena bertujuan untuk mendapatkan pemaparan yang bersifat aktual dan alami mengenai leksikon upacara adat Ngaras. Bogdan dan Taylor (Moleong, 2011: 4) mengemukakan bahwa metode kualitatif sebagai prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dengan demikian, penelitian ini mengungkap klasifikasi dan deskripsi leksikon, fungsi leksikon, dan nilai-nilai kearifan lokal dari upacara adat Ngaras di Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat. Penelitian ini menghasilkan data yang sesuai dengan keadaan di lapangan tanpa ada kontrol dari peneliti. Dengan menggunakan metode ini, sumber data berlatar alami dengan peneliti berfungsi sebagai alat pengumpul data utama (Moleong, 2011: 8-11).

D.Definisi Operasional

Berikut ini adalah definisi operasional dari sejumlah konsep kunci yang digunakan dalam penelitian.


(20)

35

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1) Upacara adat Ngaras adalah upacara membasuh telapak kaki orang tua oleh calon pengantin yang merupakan salah satu upacara adat pernikahan Sunda sebelum akad nikah;

2) Antropolinguistik adalah ilmu makrolinguistik yang membahas mengenai ilmu bahasa dan kebudayaan;

3) Nilai-nilai kearifan lokal adalah nilai yang terkandung dalam kebudayaan dalam suatu masyarakat.

E.Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Peneliti merupakan orang yang akan dijadikan instrumen utama untuk mendukung terlaksananya penelitian. Peneliti merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analis, penafsir data, dan pada akhirnya akan menjadi pelapor hasil penelitian. Pengertian instrumen atau alat penelitian di sini tepat karena peneliti berperan utama dari segala keseluruhan proses penelitian.

Selain itu, dalam penelitian ini juga digunakan pedoman obsevasi dan pedoman wawancara. Hal tersebut diperlukan untuk mendukung dan memudahkan dalam pelaksanaan penelitian saat di lapangan.

1. Pedoman Observasi

Dalam penelitian ini pedoman observasi digunakan peneliti sebelum terjun ke lapangan, saat di lapangan, dan sesudah di lapangan untuk mengumpulkan data. Adapun pedoman observasi tersebut sebagai berikut.

PEDOMAN OBSERVASI 1. Subjek yang diobservasi :


(21)

36

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Identifikasi Penggunaan Leksikon Alat

4. Identifikasi Penggunaan Leksikon Bahan Utama

5. Identifikasi Penggunaan Leksikon Bahan Sesajen

1. Identifikasi Penggunaan Leksikon Kostum

6. Identifikasi Penggunaan Leksikon Partisipan


(22)

37

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

8. Catatan Khusus/ Lain-lain

2. Pedoman Wawancara

Adapun dalam penelitian ini digunakan pedoman wawancara. Pedoman wawancara memudahkan pengumpulan data khususnya untuk mengetahui klasifikasi leksikon dalam upacara adat Ngaras. Adapun pedoman wawancara tersebut sebagai berikut.

PEDOMAN WAWANCARA

Subjek yang diobservasi : 2. Identitas subjek

3. Identifikasi Penggunaan Leksikon Alat

4. Identifikasi Penggunaan Leksikon Bahan Utama


(23)

38

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6. Identifikasi Penggunaan Leksikon Kostum

7. Identifikasi Penggunaan Leksikon Partisipan

8. Identifikasi Makna Leksikon Aktivitas

9. Catatan Khusus/ Lain-lain

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Observasi Partisipan

Metode observasi partisipan merupakan salah satu metode yang digunakan dalam penelitian ini. Observasi partisipan adalah metode tradisional yang


(24)

39

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

digunakan dalam antropologi yang merupakan sarana untuk peneliti masuk ke dalam masyarakat yang akan ditelitinya (Kuswarno, 2008: 49). Artinya, seorang peneliti harus masuk ke dalam bagian yang akan diteliti. Observasi dilakukan di Kecamatan-Kecamatan yang dominan menggunakan leksikon penanda waktu dalam bahasa Sunda. Observasi partisipan bertujuan untuk mendapatkan data mengenai deskripsi dan nilai-nilai kearifan lokal dari leksikon penanda waktu yang terjadi dalam kehidupan yang real. Dalam penelitian ini peneliti turun langsung ke lapangan untuk mendapatkan data, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau orang yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Partisipasi langsung dilakukan supaya peneliti lebih memahami segala hal yang berkaitan dengan leksikon upacara adat Ngaras. Menurut Moleong, (2007: 164) observasi partisipan mengadakan pengamatan dan mendengarkan secara cermat mungkin sampai pada yang sekecil-kecilnya sekalipun.

2. Teknik Simak Libat Cakap

Sudaryanto (1988: 03) mengemukakan bahwa kegiatan menyadap dilakukan dengan cara berpartisipasi dalam pembicaraan dan penyimak pembicaraan. Artinya, peneliti menyimak tuturan yang dilakukan oleh informan di Kecamatan Cililin kabupaten Bandung Barat dan peneliti ikut berpartisipasi dalam proses tuturan yang mereka lakukan. Peneliti menggunakan teknik ini bertujuan untuk memperoleh data secara alami serta data yang sesuai dengan keadaan di lapangan. Selain teknik yang dipaparkan di atas, penelitian ini pun menggunakan wawancara.

Kuswarno (2008: 54) mengemukakan bahwa tujuan wawancara bermaksud untuk mendorong subjek penelitian untuk mendefinisikan dirinya dan lingkungannya. Pengumpulan data dalam penelitian ini digunakan wawancara tidak berstruktur atau wawancara mendalam. Wawancara tidak berstruktur dilakukan untuk mendapatkan informasi yang jelas dari informan. Wawancara ini


(25)

40

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dilakukan lebih luwes, tidak ada tekanan, bersifat fleksibel, dan ada keterbukaan antara peneliti dan yang diteliti. Dalam wawancara tersebut tergali informasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan rumusan masalah penelitian.

3. Teknik Rekam

Sudaryanto (1988: 4) mengemukakan bahwa perekaman terhadap tuturan dapat dipandang sebagai teknik lanjutan yaitu disebut teknik rekam. Dalam penelitian ini perekaman bertujuan untuk mempermudah peneliti mendengarkan dan memperjelas tuturan informan di Kecamatan Cililin kabupaten Bandung Barat. Proses perekaman menggunakan alat rekaman berupa telepon genggam.

G.Metode Analisis Data

Analisis data merupakan proses pengaturan secara sistematis pada data-data yang telah terkumpul untuk memudahkan pemahaman dan penyusunan laporan. Setelah semua data terkumpul, kemudian dilakukan analisis melalui beberapa tahapan-tahapan, antara lain: (1) mentranskripsikan data hasil rekaman, (2) mentranskripkan data yang sudah diperoleh, (3) mengklasifikasi dan mendeskripsikan leksikon yang diperoleh, (4) menganalisis fungsi dari leksikon, (5) menganalisis nilai-nilai kearifan lokal dari upacara adat Ngaras, dan (6) menyimpulkan.


(26)

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan analisis dan pembahasan pada 133 leksikon upacara adat

Ngaras di Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat diperoleh beberapa

simpulan yang merujuk pada rumusan masalah penelitian.

Leksikon upacara adat Ngaras, dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk lingual dan aspek kultural. Berdasarkan bentuk lingual, leksikon upacara adat

Ngaras dapat diklasifikasikan berdasarkan kata dan frasa.

Leksikon upacara adat Ngaras yang berbentuk kata berjumlah 75 leksikon dan leksikon upacara adat Ngaras yang berbentuk frasa berjumlah 58 leksikon. Berdasarkan uraian tersebut, dapat diketahui bahwa leksikon upacara adat Ngaras yang berbentuk kata lebih dominan.

Leksikon upacara adat Ngaras yang berbentuk kata dapat diklasifikasikan berdasarkan struktur morfem dan kelas kata. Dalam penelitian ini, ditemukan 53 leksikon berbentuk kata dasar, 2 leksikon berbentuk kata berimbuhan, dan 20 leksikon berupa kata majemuk. Sedangkan, berdasarkan klasifikasi berdasarkan kelas kata, leksikon upacara adat Ngaras berupa nomina berjumlah 74 leksikon dan 1 leksikon berupa verba.

Sifat nomina yang dominan pada leksikon tersebut adalah nomina barang atau nomina benda tak hidup. Hal tersebut menunujukkan bahwa masyarakat Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat banyak mengenal artefak atau benda kebudayaan berupa alat dan kelengkapan pada upacara adat Ngaras.

Dalam leksikon upacara adat Ngaras ini, frasa diklasifikasikan berdasarkan kategori frasanya. Leksikon-leksikon upacara adat Ngaras berupa frasa ini termasuk ke dalam kategori frasa nominal dan frasa verbal. Dalam penelitian ini, berdasarkan klasifikasi tersebut ditemukan 37 leksikon atau 66% berupa frasa nomina dan 21 leksikon atau 34% berupa frasa verba.


(27)

178

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Leksikon upacara adat Ngaras yang terdapat pada masyarakat Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat, juga dapat diklasifikasikan dan dideskripsikan berdasarkan aspek kultural yang meliputi alat dan kelengkapan, bahan sesajen partisipan, dan aktivitas. Dalam penelitian ini, ditemukan 99 leksikon berupa alat dan kelengkapan, 59 leksikon berupa bahan sesajen, 22 leksikon berupa aktivitas, dan 12 leksikon berupa paritisipan.

Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui jumlahpersentase leksikon upacara adat Ngaras berupa alat dan kelengkapan berjumlah 74%, aktivitas 17%, dan partisipan 9%. Jumlah leksikon alat dan kelengkapan memiliki jumlah yang dominan pada pelaksanaan upacara adat Ngaras. Hal tersebut berarti bahwa masyarakat Sunda di Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat memahami leksikon upacara adat Ngaras berupa alat dan kelengkapannya.

Leksikon upacara adat Ngaras yang berupa alat pada penelitian ini berjumlah 21 leksikon. Leksikon leksikon menunjukkan bahwa benda-benda tersebut merupakan artefak atau hasil budaya yang memiliki makna-makna simbolik.

Leksikon Upacara Adat Ngaras berupa kelengkapan dapat diklasifikasikan berdasarkan alat (perkakas), bahan utama, bahan sesajen, dan kostum. Pada penelitian ini ditemukan 21 leksikon berupa alat, 4 leksikon berupa bahan utama, 59 leksikon berupa bahan sesajen, dan 15 leksikon berupa kostum. Hal tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Sunda di Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat lebih banyak memahami leksikon upacara adat Ngaras sebagai makna simbolik tradisi budaya leluhur.

Bahan utama merupakan bahan yang wajib digunakan pada pelaksanaan upacara adat Ngaras. Penelitian ini ditemukan 4 leksikon upacara adat Ngaras berupa bahan utama. Leksikon-leksikon tersebut antara lain cai, kembangerosbeureum, kembang eros bodas, dan minyak seungit.

Leksikon-leksikon tersebut merupakan benda-benda alam. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa masyarakat Sunda Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat memiliki pengetahuan dengan alam serta dekat dengan alam.


(28)

179

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bahan sesajen dalam upacara adat Ngaras merupakan bahan-bahan yang disediakan di atas samak pandan. Pada penelitian ini ditemukan 59 leksikon berupa bahan sesajen. Leksikon bahan sesajen tersebut diklasifikan menjadi beberapa kategori yaitu dangdaunan, bungbuahan, beubeutian, sisikian,

samarabadag, hahampangan, lemareun, kekembangan, jujukutan, dan rujakeun.

Berdasarkan analisis terdahulu dapat diketahui bahwa leksikon dangdaunan memiliki jumlah persentasi yang terbesar yaitu 33% dari leksikon bahan sesajen yang lain. Leksikon-leksikon upacara adat Ngaras memiliki makna simbolik. Hal tersebut menunujukkan bahwa masyarakat Sunda memiliki pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan khususnya daun-daunan untuk dijadikan bahan sesajen dalam pelaksanaan upacara adat.

Kostum berkaitan dengan pakaian yang dipakai dalam upacara adat

Ngaras. Pada penelitian ini ditemukan 15 leksikon kostum yang dipakai dalam

upacara adat Ngaras. Kostum-kostum tersebut merupakan kostum yang khas Sunda sehingga kostum menjadi identitas masyarakat Sunda. Kostum-kostum tersebut dalam upacara adat Ngaras biasa diperoleh dari jasa tukang rias.

Pada penelitian ini ditemukan 12 leksikon berupa partisipan dalam upacara adat Ngaras. Leksikon-leksikon tersebut merujuk pada pipangantѐneun, ibu pipangantѐneun, bapa pipangantѐneun, nini, aki, wargi nu cakѐt, dan sadѐrѐk sakandung menunjukkan sistem kekerabatan yang dekat antara parisipan.

Leksikon jurupamirig, jururias, pamaѐnkacapisuling merujuk pada partisipan

yang memiliki bakat kesenian dan mempunyai kreativitas untuk berwirausaha. Pada penelitian ini ditemukan 22 leksikon berupa aktivitas. Aktivitas tersebut diantaranya calik ѐmok cabok, munjungibu, dan munjungbapa. Leksikon calik ѐmok cabok merujuk pada aktivitas duduk khas wanita Sunda. Dalam

aktivitas tersebut wanita harus memakai pakaian yang menutup bagian paha dan betis. Aktivitas tersebut dalam pelaksanaan upacara adat Ngaras ini, dilakukan oleh pipangantѐneun yang memakai kostum samping.

Selain itu, leksikon upacara adat Ngaras dianalisis untuk mencari fungsi dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Fungsi leksikon upacara adat Ngaras


(29)

180

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memiliki hubungan yang erat dengan kehidupan masyarakat Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat.

Fungsi leksikon upacara adat Ngaras dapat dikategorikan menjadi enam fungsi: (1) fungsi sosial, (2) fungsi ritual, (3) fungsi religius, (4) fungsi edukasi, (5) fungsi psikologis, dan (6) fungsi ekonomi. Adanya fungsi-fungsi tersebut yang terkandung dalam leksikon upacara adat Ngaras menunjukkan hubungan antara budaya dan bahasa tidak dapat dipisahkan karena bahasa merupakan cermin budaya, dan budaya dapat dipelajari melalui bahasa.

Leksikon upacara adat Ngaras yang terdapat pada masyarakat Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat digunakan untuk mengenali sebuah konsep atau gagasan masyarakat terhadap salah satu upacara adat dalam masyarakat tersebut. Kearifan lokal yang terkandung dalam leksikon upacara adat Ngaras ini tercermin dalam dua dimensi kearifan lokal. Hal tersebut antara lain kearifan lokal yang berdimensi vertikal dan kearifan lokal yang berdimensi horizontal. Cerminan kearifan lokal yang berdimensi vertikal dalam upacara adat Ngaras ini antara lain nilai-nilai keagamaan untuk bersyukur, berbakti kepada orang tua, dan rendah hati di hadapan Tuhan.

Kearifan lokal yang berdimensi horizontal dalam upacara adat Ngaras ini dapat terlihat pada nilai-nilai (1) orang Sunda kreatif, (2) orang Sunda bijak memanfaatkan alam, (3) orang Sunda menjaga silahturahmi dengan sesamanya, dan (4) orang Sunda mengenal kasih sayang.

B. Saran

Setelah melakukan penelitian terhadap upacara adat Ngaras di Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat, penulis mengajukan saran berikut ini. Penelitian ini hanya difokuskan pada leksikon upacara adat Ngaras di Kecamatan Cililin. Sementara itu, upacara adat Ngaras tidak hanya di lokasi tersebut saja tetapi ada di lokasi lain. Selain itu, data bahasa upacara adat Ngaras juga ada yang berbentuk kidung. Peneliti mengharapkan ada yang meneliti kidung ngaras untuk penelitian selanjutnya.


(30)

181

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dalam penelitian ini dapat bermanfaat untuk memperkaya khazanah kebahasaan, fenomena budaya, dan sosial. Penulis berharap penelitian ini dapat dijadikan rujukan sebagai sumbangan ilmu pengetahuan, khususnya sebagai sumbangan temuan bagi perkembangan disiplin ilmu linguistik antropologis.


(31)

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Ayu, Nurul Purwaning. 2013. “Konsep Hidup dan Mati dalam Upacara Khaul Embah Buyut Tambi” Skripsi. Bandung: FPBS UPI.

Chaer, Abdul. 2007. Leksikologi dan Leksikografi Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul.2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Damaianti, Vismaya dan Nunung Sitaresmi. 2005.Sintaksis Bahasa Indonesia. Bandung: Pusat Studi Literasi FPBS UPI.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Duranti, Alessandro. 2000. Linguistic Anthropology. United Kingdom: Cambridge University Press.

Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Fasya, Mahmud. 2011. “Leksikon Waktu Harian dalam Bahasa Sunda: Kajian

Linguistik Antropologis”. dalam Nasanius, Yassir (ed.) KOLITA 9:

Konferensi Linguistik Tahunan Atma Jaya 9: Tingkat Internasional. Jakarta:

Pusat Kajian Bahasa dan Budaya Unika Atma Jaya.

Foley, William A. 2001. Anthropological Linguistics. Massachusetts: Blackwell Publisher Inc.

Garna, Judistira K. 2008. Budaya Sunda: Melintasi Waktu Menantang Masa

Depan. Bandung: Lembaga Penelitian Unpad dan Judistira Garna

Foundation.

Hendrayana, Dian. 2012. “Ngaras: Upacara Membasuh Kaki Orang Tua yang Sarat Makna” Laporan Penelitian. Bandung: FPBS UPI.

Koentjaraningrat. 1981. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.


(32)

183

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Koentjaraningrat. 2004. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Djambatan. Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik Edisi Ketiga. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama.

Kuswarno, Engkus. 2008. Metode Penelitian Komunikasi: Etnografi Komunikasi

(Suatu Pengantar dan Contoh Penelitiannya). Bandung: Widya

Padjadjaran. Lembaga Basa dan Sastra Sunda. 1980. Kamus Umum Basa

Sunda. Bandung: Terate Bandung.

Miles, Matthew. B. & Huberman, A. Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif:

Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru. Terjemahan Tjeptjep

Rohendi Rohidi Jakarta: UI-Press.

Moleong, Lexy J. 2010. Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: Remaja Rosdakarya.

Melisa, Indah. 2013. “Nilai-Nilai Kearifan Lokal dalam Upacara Ngarot”. Skripsi. Bandung: FPBS UPI.

Palmer, Gary B. 1996. Toward A Theory Of Cultural Linguistics. USA: The University of Texas Press.

Pratiknyo. 2009. “Istilah Upacara Adat Perkawinan Jawa Bubak Kawah dan

Tumplak Punjen. Laporan Penelitian. Semarang: UNNES.

Ramlan. 1985. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: KARYONO Rahyono, F.X. 2009. Kearifan Budaya Dalam Kata. Jakarta: Wedatama

Widyasastra.

Sibarani, Robert. 2004. Antropolinguistik: Antropologi linguistik, Linguistik

Antropologi. Medan: Penerbit Poda.

Soelaeman. 2000. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Rineka Cipta

Spradley, James P. 2006. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya. Sudaryanto. 1988. Metode Linguistik Bagian Kedua: Metode dan Aneka Teknik

Pengumpulan Data. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Sudaryat, Yayat, dkk. 2007. Tata Bahasa Kiwari. Bandung: Penerbit Yrama Widya.


(33)

184

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Warnaen, Suwarsih, dkk. 1987. Pandangan Hidup Orang Sunda: Seperti

Tercermin dalam Tradisi Lisan dan sastra Sunda. Bandung: Bagian

Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Sunda (Sundanologi), Direktorat Jendral Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Wierzbicka, Anna. 1997. Understanding Cultures Through Their Key Words:

English, Russian, Plish, German, adan Japanese. New Yord: Oxford

Univercity Press.

http://www.proceanet.co.id/riset/flora/tumbuh-tumbuhan.html (diakses tanggal 2 agustus 2014)


(1)

179

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bahan sesajen dalam upacara adat Ngaras merupakan bahan-bahan yang disediakan di atas samak pandan. Pada penelitian ini ditemukan 59 leksikon berupa bahan sesajen. Leksikon bahan sesajen tersebut diklasifikan menjadi beberapa kategori yaitu dangdaunan, bungbuahan, beubeutian, sisikian,

samarabadag, hahampangan, lemareun, kekembangan, jujukutan, dan rujakeun.

Berdasarkan analisis terdahulu dapat diketahui bahwa leksikon dangdaunan memiliki jumlah persentasi yang terbesar yaitu 33% dari leksikon bahan sesajen yang lain. Leksikon-leksikon upacara adat Ngaras memiliki makna simbolik. Hal tersebut menunujukkan bahwa masyarakat Sunda memiliki pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan khususnya daun-daunan untuk dijadikan bahan sesajen dalam pelaksanaan upacara adat.

Kostum berkaitan dengan pakaian yang dipakai dalam upacara adat

Ngaras. Pada penelitian ini ditemukan 15 leksikon kostum yang dipakai dalam

upacara adat Ngaras. Kostum-kostum tersebut merupakan kostum yang khas Sunda sehingga kostum menjadi identitas masyarakat Sunda. Kostum-kostum tersebut dalam upacara adat Ngaras biasa diperoleh dari jasa tukang rias.

Pada penelitian ini ditemukan 12 leksikon berupa partisipan dalam upacara adat Ngaras. Leksikon-leksikon tersebut merujuk pada pipangantѐneun, ibu pipangantѐneun, bapa pipangantѐneun, nini, aki, wargi nu cakѐt, dan sadѐrѐk sakandung menunjukkan sistem kekerabatan yang dekat antara parisipan.

Leksikon jurupamirig, jururias, pamaѐnkacapisuling merujuk pada partisipan

yang memiliki bakat kesenian dan mempunyai kreativitas untuk berwirausaha. Pada penelitian ini ditemukan 22 leksikon berupa aktivitas. Aktivitas tersebut diantaranya calik ѐmok cabok, munjungibu, dan munjungbapa. Leksikon calik ѐmok cabok merujuk pada aktivitas duduk khas wanita Sunda. Dalam

aktivitas tersebut wanita harus memakai pakaian yang menutup bagian paha dan betis. Aktivitas tersebut dalam pelaksanaan upacara adat Ngaras ini, dilakukan oleh pipangantѐneun yang memakai kostum samping.

Selain itu, leksikon upacara adat Ngaras dianalisis untuk mencari fungsi dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Fungsi leksikon upacara adat Ngaras


(2)

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memiliki hubungan yang erat dengan kehidupan masyarakat Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat.

Fungsi leksikon upacara adat Ngaras dapat dikategorikan menjadi enam fungsi: (1) fungsi sosial, (2) fungsi ritual, (3) fungsi religius, (4) fungsi edukasi, (5) fungsi psikologis, dan (6) fungsi ekonomi. Adanya fungsi-fungsi tersebut yang terkandung dalam leksikon upacara adat Ngaras menunjukkan hubungan antara budaya dan bahasa tidak dapat dipisahkan karena bahasa merupakan cermin budaya, dan budaya dapat dipelajari melalui bahasa.

Leksikon upacara adat Ngaras yang terdapat pada masyarakat Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat digunakan untuk mengenali sebuah konsep atau gagasan masyarakat terhadap salah satu upacara adat dalam masyarakat tersebut. Kearifan lokal yang terkandung dalam leksikon upacara adat Ngaras ini tercermin dalam dua dimensi kearifan lokal. Hal tersebut antara lain kearifan lokal yang berdimensi vertikal dan kearifan lokal yang berdimensi horizontal. Cerminan kearifan lokal yang berdimensi vertikal dalam upacara adat Ngaras ini antara lain nilai-nilai keagamaan untuk bersyukur, berbakti kepada orang tua, dan rendah hati di hadapan Tuhan.

Kearifan lokal yang berdimensi horizontal dalam upacara adat Ngaras ini dapat terlihat pada nilai-nilai (1) orang Sunda kreatif, (2) orang Sunda bijak memanfaatkan alam, (3) orang Sunda menjaga silahturahmi dengan sesamanya, dan (4) orang Sunda mengenal kasih sayang.

B. Saran

Setelah melakukan penelitian terhadap upacara adat Ngaras di Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat, penulis mengajukan saran berikut ini. Penelitian ini hanya difokuskan pada leksikon upacara adat Ngaras di Kecamatan Cililin. Sementara itu, upacara adat Ngaras tidak hanya di lokasi tersebut saja tetapi ada di lokasi lain. Selain itu, data bahasa upacara adat Ngaras juga ada yang berbentuk kidung. Peneliti mengharapkan ada yang meneliti kidung ngaras untuk penelitian selanjutnya.


(3)

181

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dalam penelitian ini dapat bermanfaat untuk memperkaya khazanah kebahasaan, fenomena budaya, dan sosial. Penulis berharap penelitian ini dapat dijadikan rujukan sebagai sumbangan ilmu pengetahuan, khususnya sebagai sumbangan temuan bagi perkembangan disiplin ilmu linguistik antropologis.


(4)

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Ayu, Nurul Purwaning. 2013. “Konsep Hidup dan Mati dalam Upacara Khaul Embah Buyut Tambi” Skripsi. Bandung: FPBS UPI.

Chaer, Abdul. 2007. Leksikologi dan Leksikografi Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul.2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Damaianti, Vismaya dan Nunung Sitaresmi. 2005.Sintaksis Bahasa Indonesia. Bandung: Pusat Studi Literasi FPBS UPI.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Duranti, Alessandro. 2000. Linguistic Anthropology. United Kingdom: Cambridge University Press.

Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Fasya, Mahmud. 2011. “Leksikon Waktu Harian dalam Bahasa Sunda: Kajian

Linguistik Antropologis”. dalam Nasanius, Yassir (ed.) KOLITA 9:

Konferensi Linguistik Tahunan Atma Jaya 9: Tingkat Internasional. Jakarta:

Pusat Kajian Bahasa dan Budaya Unika Atma Jaya.

Foley, William A. 2001. Anthropological Linguistics. Massachusetts: Blackwell Publisher Inc.

Garna, Judistira K. 2008. Budaya Sunda: Melintasi Waktu Menantang Masa

Depan. Bandung: Lembaga Penelitian Unpad dan Judistira Garna

Foundation.

Hendrayana, Dian. 2012. “Ngaras: Upacara Membasuh Kaki Orang Tua yang Sarat Makna” Laporan Penelitian. Bandung: FPBS UPI.

Koentjaraningrat. 1981. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.


(5)

183

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Koentjaraningrat. 2004. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Djambatan. Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik Edisi Ketiga. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama.

Kuswarno, Engkus. 2008. Metode Penelitian Komunikasi: Etnografi Komunikasi

(Suatu Pengantar dan Contoh Penelitiannya). Bandung: Widya

Padjadjaran. Lembaga Basa dan Sastra Sunda. 1980. Kamus Umum Basa

Sunda. Bandung: Terate Bandung.

Miles, Matthew. B. & Huberman, A. Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif:

Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru. Terjemahan Tjeptjep

Rohendi Rohidi Jakarta: UI-Press.

Moleong, Lexy J. 2010. Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: Remaja Rosdakarya.

Melisa, Indah. 2013. “Nilai-Nilai Kearifan Lokal dalam Upacara Ngarot”. Skripsi. Bandung: FPBS UPI.

Palmer, Gary B. 1996. Toward A Theory Of Cultural Linguistics. USA: The University of Texas Press.

Pratiknyo. 2009. “Istilah Upacara Adat Perkawinan Jawa Bubak Kawah dan

Tumplak Punjen. Laporan Penelitian. Semarang: UNNES.

Ramlan. 1985. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: KARYONO Rahyono, F.X. 2009. Kearifan Budaya Dalam Kata. Jakarta: Wedatama

Widyasastra.

Sibarani, Robert. 2004. Antropolinguistik: Antropologi linguistik, Linguistik

Antropologi. Medan: Penerbit Poda.

Soelaeman. 2000. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Rineka Cipta

Spradley, James P. 2006. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya. Sudaryanto. 1988. Metode Linguistik Bagian Kedua: Metode dan Aneka Teknik

Pengumpulan Data. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Sudaryat, Yayat, dkk. 2007. Tata Bahasa Kiwari. Bandung: Penerbit Yrama Widya.


(6)

Wulan Oktavia Puspita, 2014

NGARAS: SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK TENTANG NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM EKSIKON UPACARA ADAT DI KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Warnaen, Suwarsih, dkk. 1987. Pandangan Hidup Orang Sunda: Seperti

Tercermin dalam Tradisi Lisan dan sastra Sunda. Bandung: Bagian

Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Sunda (Sundanologi), Direktorat Jendral Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Wierzbicka, Anna. 1997. Understanding Cultures Through Their Key Words:

English, Russian, Plish, German, adan Japanese. New Yord: Oxford

Univercity Press.

http://www.proceanet.co.id/riset/flora/tumbuh-tumbuhan.html (diakses tanggal 2 agustus 2014)