Cermin Kearifan Lokal Masyarakat Desa Mandalasari Dalam Mantra Pengobatan (Kajian Antropolinguistik).
CERMIN KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DESA MANDALASARI DALAM MANTRA PENGOBATAN (KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK)
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia
oleh
Rosi Nurfadhilah NIM 1001033
PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG 2014
(2)
ii
Cermin Kearifan Lokal Desa
Mandalasari dalam Mantra
Pengobatan
(Kajian Antropolinguistik)
Oleh Rosi Nurfadhilah
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
© Rosi Nurfadhilah 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
iii
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitah itu ada kemudahan.” (Q.S: Al-Insyirah: 5)
Seorang seniman sejati tidak akan pernah membiarkan sebuah kertas itu kosong
Dalam kertas ini akan kugoreskan kata terimakasih
Untuk setiap tawa yang tak ternilai
Untuk setiap tangis yang terhapus
Untuk setiap jatuh dan bangunnya
Untuk setiap peluang di tengah keputus asaan
Dan untuk setiap doa dan dukungan yang tak terputus
Dengan rasa syukur yang tidak terhingga kepada
Allah SWT., penulis persembahkan karya ini untuk keluarga tercinta, Bapak dan Mamah, serta kakak dan adikku. Semoga ilmu dan jalan yang ditempuh ini selalu dalam
(4)
(5)
v
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Cermin Kearifan Lokal Masyarakat Desa Mandalasari dalam Mantra Pengobatan (Kajian Antropolinguistik) adalah benar-benar karya sendiri, tidak ada bagian yang termasuk kriteria plagiat dari karya orang lain. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini.
Bandung, Agustus 2014 Yang membuat pernyataan,
(6)
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah Swt. karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, peneliti mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul "Cermin Kearifan Lokal Masyarakat Desa Mandalasari dalam Mantra Pengobatan (Kajian Antropolinguistik)". Skripsi ini dibuat untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra pada Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Pendidikan Indonesia.
Penelitian dalam skripsi ini dilakukan di Desa Mandalasari, Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung yang berisi analisis data mengenai kajian antropolinguistik, yaitu mendeskripsikan (1) struktur teks mantra pengobatan, (2) referensi leksikon mantra pengobatan, (3) klasifikasi mantra pengobatan, dan (4) cermin kearifan lokal yang terandung dalam mantra pengobatan di Desa Mandalasari, Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung.
Skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan memperkaya khazanah dalam bidang kajian linguistik,khususnya kajian baik secara teoretis maupun praktis bagi pengembangan ilmu antropolinguistik.
Bandung, Agustus 2014
(7)
vii
UCAPAN TERIMAKASIH
Peneliti panjatkan puji dan syukur yang tidak terhingga kepada Allah Swt. yang tiada hentinya memberikan nikmat dan karunia-Nya kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini dengan sepenuh hati. Selawat serta salam semoga selalu tercurah kepada pemimpin agung kita, Nabi Muhammad saw., kepada keluarganya, sahabatnya, dan pengikutnya hingga akhir zaman. Penyelesaian penelitian skripsi ini tidak terlepas dari dukungan, doa, dan bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang peneliti hormati sebagai berikut:
1. Dr. Dadang S. Anshori, S.Pd.,M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS UPI;
2. Dr. Tedi Permadi, M.Hum. selaku Ketua Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS UPI;
3. Dra. Novi Resmini, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan ilmu, pengarahan, masukan, dan motivasi kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini;
4. Mahmud Fasya, S.Pd., M.A. selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan ilmu, memberikan pengarahan, dan motivasi sehingga peneliti bisa menyelesaikan skripsi ini; 5. kedua orangtua, Bapak Enang Mamad dan Mamah Endo yang tak lelah
memberikan bekal ilmu, dan memberi pelajaran hidup yang berarti, yang tidak hentinya berdoa demi kesuksesan peneliti dan selalu memberikan dukungan baik moril maupun materil. Terimakasih atas perhatian, pengertian, kasih sayang, dan cintanya untuk peneliti selama ini;
6. dosen-dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi peneliti;
7. staf Tata Usaha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Mas Joko, Pak Aep, dan Pak Wawan, yang telah memberikan pelayanan terbaik kepada peneliti dalam hal administrasi;
(8)
viii
8. Kakak dan Adik-adikku tersayang Nia Setiawati, Koba Aryan, Acep Hikmatullah, Kharisma Hidayatullah, Alamsyah Nurfalah, Elina Almara Fajar, Syams Aryan Albanna, Anna Aryania Putri, dan seluruh anggota keluarga tersayang yang tak henti memberikan motivasi dalam hidup, yang turut memberikan semangat, dukungan, dan doanya kepada peneliti;
9. masyarakat Desa Mandalasari, Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung, khususnya Pak Ujang yang telah menjadi informan dalam melaksanakan penelitian;
10.sahabat Fams 76: Irma, Devi, Santi, Icha, Kiki, Ashma, Dyah, Fifi, dan Ega, serta adik-adik Fams 76 tercinta yang selalu memberikan nasihat yang positif, motivasi, dan berbagi pengalaman yang tidak akan terlupakan.
11.kelompok “Wanita-wanita Surga Bidadari Dunia (WSBD)”: Megan, Mila, Baniar, Eka, Nurul, Siska, Eva, Dian, dan Happy yang selalu memberikan masukan, motivasi, dan berbagi ilmu. Kenangan yang kita ukir bersama tidak akan terlupakan. Semoga kebersamaan kita tidak dibatasi ruang dan waktu; 12.teman-teman linguistik dan teman-teman Nondik B 2010 yang berjuang
bersama dalam menempuh pendidikan di Universitas Pendidikan Indonesia; 13.semua pihak yang belum disebutkan, yang membantu baik moril ataupun
materil.
Peneliti dengan rasa syukur dan tulus ikhlas memanjatkan doa semoga Allah Swt. melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada pihak-pihak yang disebutkan di atas. Amin.
Bandung, Agustus 2014
(9)
ix Rosi Nurfadhilah, 2014
cermin kearifan lokal masyarakat desa mandalasari dalam mantra pengobatan (kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN... i
LEMBAR PERSEMBAHAN... ii
LEMBAR PERNYATAAN... iii
KATA PENGANTAR... iv
UCAPAN TERIMAKASIH... v
ABSTRAK... vii
ABSTRACT... viii
DAFTAR ISI... ix
DAFTAR BAGAN... xii
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang... 1
B. Masalah... 4
1. Identifikasi Masalah... 4
2. Batasan Masalah... 5
3. Rumusan Masalah... 5
C. Tujuan Penelitian... 5
D. Manfaat Penelitian... 6
E. Stuktur Organisasi Skripsi... 7
BAB II LANDASAN TEORETIS... 8
A. Tinjauan Pustaka... 8
B. Landasan Teoretis ... 9
1. Antropolinguistik... 10
a. Hubungan Bahasa dan Budaya... 11
b. Kedudukan Antropolinguistik dalam Ilmu Linguistik... 12
2. Mantra... 16
3. Taksonomi... 17
4. Leksikon... 18
(10)
x Rosi Nurfadhilah, 2014
cermin kearifan lokal masyarakat desa mandalasari dalam mantra pengobatan (kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6. Kearifan Lokal... 21
7. Etnografi Sunda... 23
BAB III METODE PENELITIAN... 27
A. Lokasi Penelitian... 27
B. Desain Penelitian... 27
C. Sumber Data dan Korpus... 28
D. Metode Penelitian... 29
E. Definisi Operasional... 30
F. Instrumen Penelitian... 30
1. Pedoman Observasi... 31
2. Pedoman Wawancara Tidak Berstruktur... 32
G. Teknik Pengumpulan Data... 33
H. Teknik Pengolahan Data... 33
BAB IV DATA, HASIL, ANALISIS DAN PEMBAHASAN... 35
A. Mantra Pengobatan di Desa Mandalasari... 35
B. Struktur Teks Mantra Pengobatan... 36
1. Struktur Teks Mantra Pembuka... 37
a. Sintaksis ... 37
b. Diksi ……….…… 39
c. Aspek Leksikal... 39
d. Tema………. 45
2. Struktur Teks Mantra Pemanggilan Roh... 48
a. Sintaksis ... 48
b. Diksi ……… 50
c. Aspek Leksikal... 51
(11)
xi Rosi Nurfadhilah, 2014
cermin kearifan lokal masyarakat desa mandalasari dalam mantra pengobatan (kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Struktur Teks Mantra Pengobatan Luka Goresan Benda Tajam... 60
a. Sintaksis ... 60
b. Diksi ……….… 62
c. Aspek Leksikal... 63
d. Tema………. 68
C. Referensi Leksikon yang terkandung dalam Mantra Pengobatan... 72
1. Permohonan... 72
2. Manusia... 72
3. Bagian Tubuh... 73
4. Waktu... 74
5. Tempat... 74
6. Aktivitas... 75
7. Keadaan... 77
8. Alam... 79
9. Benda... 80
10.Ketuhanan... 80
11.Harapan... 82
D. Klasifikasi Leksikon Mantra Pengobatan... 84
1. Nama-nama Mantra Pengobatan di Desa Mandalasari... 85
2. Kategori Tempat... 86
3. Kategori Kegiatan... 86
4.
Kategori Pelaku... 87E. Nilai-nilai Kearifan Lokal... 88
BAB V KESIMPULAN... 95
A. Simpulan... 95
B. Saran... 97
DAFTAR PUSTAKA... 98 LAMPIRAN
(12)
xii Rosi Nurfadhilah, 2014
cermin kearifan lokal masyarakat desa mandalasari dalam mantra pengobatan (kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1. ... 13
Bagan 2.2. ... 14
Bagan 2.3. ... 15
Bagan 3.1. ... 28
Bagan 4.1. ... 38
Bagan 4.2. ... 38
Bagan 4.3. ... 45
Bagan 4.4. ... 46
Bagan 4.5. ... 47
Bagan 4.6. ... 48
Bagan 4.7. ... 49
Bagan 4.8. ... 50
Bagan 4.9. ... 56
Bagan 4.10. ... 57
Bagan 4.11. ... 58
Bagan 4.12. ... 58
Bagan 4.13. ... 59
Bagan 4.14. ... 61
Bagan 4.15. ... 61
Bagan 4.16. ... 68
Bagan 4.17. ... 69
Bagan 4.18. ... 70
(13)
vii
Rosi Nurfadhilah, 2014
cermin kearifan lokal masyarakat desa mandalasari dalam mantra pengobatan (kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Penelitian yang berjudul “Cermin Kearifan Lokal Masyarakat Desa Mandalasari dalam Mantra Pengobatan (Kajian Antropolinguistik)” ini merupakan kajian mengenai bahasa dan budaya dengan teori antropolinguistik. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Mandalasari, Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung karena masyarakat Desa Mandalasari yang dikenal masih melekat dengan budaya. Hal itu ditunjukkan dengan masih adanya mantra-mantra yang digunakan dalam kehidupan untuk tujuan tertentu yang menunjukkan pula bahwa kehidupan mereka masih berpegang pada Tuhan dan kepercayaan terhadap makhluk gaib. Budaya tersebut dikhawatirkan akan punah seiring dengan berkembangnya teknologi.
Sesuai dengan judul penelitian ini, masalah yang dikaji dalam penelitian ini meliputi (1) struktur teks mantra pengobatan di Desa Mandalasari, Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung; (2) deskripsi leksikon mantra pengobatan di Desa Mandalasari, Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung; (3) klasifikasi mantra pengobatan di Desa Mandalasari, Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif yang dimaksudkan untuk memperoleh data dengan mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu observasi partisipan, dan wawancara mendalam.
Teknik analisis data dimulai dengan mengumpulkan data, melakukan traskripsi diikuti dengan terjemahan bebas, melakukan analisis berdasarkan konteks dan klasifikasi, melakukan analisis serta menginterpretasikan mengenai pandangan hidup penutur mantra untuk memperoleh cermin kearifan lokal masyarakat Desa Mandalasari, Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung. Data tersebut peneliti peroleh dari salah satu informan yaitu penutur mantra yang masih aktif di Desa Mandalasari. Pada tahap akhir, peneliti membuat simpulan dari keseluruhan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
Berikut adalah hasil penelitian yang dapat dijelaskan secara singkat. Pertama, struktur teks mantra pengobatan di Desa Mandalasari secara garis besar mencakup bunyi dan aspek leksikal berupa pengulangan, sinonim, antonim, dan kolokasi. Kedua, referensi leksikon dalam mantra pengobatan di Desa Mandalasari terdiri atas (1) permohonan, (2) manusia, (3) bagian tubuh, (4) alam, (5) benda, (6) aktivitas, (7) keadaan, (8) waktu, (9) ketuhanan, dan (10) harapan. Ketiga, dari segi klasifikasi, mantra pengobatan di Desa Mandalasari terbagi dalam beberapa kategori, yaitu kategori kegiatan, kategori waktu, dan kategori pelaku. Keempat, cermin kearifan lokal masyarakat Desa Mandalasari dalam mantra pengobatan tercermin dalam beberapa kalimat dalam mantra yang dianalisis. Dari analisis tersebut terungkap cermin kearifan lokal masyarakat di Desa Mandalasari yang masih menjaga tradisi leluhurnya, menjaga hubungan
(14)
viii
Rosi Nurfadhilah, 2014
cermin kearifan lokal masyarakat desa mandalasari dalam mantra pengobatan (kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
harmonis antarsesamanya, serta tergambar pengetahuan masyarakatnya tentang hal-hal gaib yang masih melekat kuat di benak masyarakat di Desa Mandalasari.
(15)
ix
Rosi Nurfadhilah, 2014
cermin kearifan lokal masyarakat desa mandalasari dalam mantra pengobatan (kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
The study entitled "Cermin Kearifan Lokal Masyarakat Desa Mandalasari dalam Mantra Pengobatan (Kajian Antropolinguistik)" is a study about language and culture with antropolingustics theory. This study was conducted in Mandalasari, Cikancung, Bandung because it society still live culturally. It was indicated by the society who were still using some incantations for particular activities in their daily life. the incantations showed that the society were still holding on the believe in God and supernatural beings. The use of the incantations feared to be extinct along whit the development of technology.
This study examined several problems, including (1) the structure of the text in the medicinal treatment in Mandalasari, Cikancung, Bandung, (2) the description of the lexicon medicinal incantations in Mandalasari, Cikancung, Bandung, (3) the medicinal incantations clasifications in Mandalasari, Cikancung, Bandung, and (4) the medicinal incantations local genius in Mandalasari, Cikancung, Bandung.
This study employed descriptive qualitative method. This method was purposely decided to collect the data by observing the society in their daily life, communicating whit them, understanding their language and understanding how they view the world.
These are the result of the study that were explained briefly. First, the structure of the medicinal incantations text in Mandalasari, Cikancung, Bandung are mostly used words and phrases. Second, the references of the lexicon in the medicinal incantations in Mandalasari, Cikancung, Bandung consist of (1) whises, (2) human, (3) part of body, (4) nature, (5) goods, (6) activities, (7) situations, (8) times, (9) divinity, and (10) hopes. Third, the medicinal incantations are devided into several catagorizations which are activities, times, and the subjects. Forth, the local wisdom of the society in the medicinal incantations can be seen from several sentences in the incantations that have been analysed. The result of the analysis can also reveral the local genius of the society who are still preserving the tradition, keeping the harmonius relationship with other, and maintaining the knowladge of the supernatural beings which still tightly adhere in the society in Mandalasari, Cikancung, Bandung.
(16)
1
Rosi Nurfadhilah, 2014
cermin kearifan lokal masyarakat desa mandalasari dalam mantra pengobatan (kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Herskovits dan Malinowski (Wilson, 1989: 18) mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri.Kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia.
Kebudayaan Sunda merupakan salah satu kebudayaan yang menjadi sumber kekayaan bagi bangsa Indonesia yang dalam perkembangannya perlu di lestarikan.Secara umum, masyarakat Jawa Barat atau tatar Sunda dikenal sebagai masyarakat yang lembut, religius, dan sangat spiritual. Kecenderungan ini tampak sebagaimana dalam konsep kehidupan orang Sunda silih asih„saling mengasihi (mengutamakan sifat welas asih)‟, silih asah „saling menyempurnakan atau memperbaiki diri (melalui pendidikan dan berbagi ilmu)‟, dan silih asuh„saling melindungi (saling menjaga keselamatan)‟. Selain itu,budaya Sunda juga memiliki sejumlah nilai lain seperti kesopanan, rendah hati terhadap sesama, hormat kepada yang lebih tua, dan menyayangi kepada yang lebih kecil. Pada kebudayaan Sunda keseimbangan magis dipertahankan dengan cara melakukan upacara-upacara adat, sedangkan keseimbangan sosial masyarakat Sundaditunjukkan melalui gotong-royong untuk mempertahankannya.
Ada atau tidaknya suatu kebudayaan akan terlihat dalam suatu perwujudan kebudayaan. Perwujudan kebudayaan dibedakan menjadi tiga, yaitu gagasan, aktivitas dan artefak (Hoenigman, 1989: 22). Bahasa merupakan aktivitas dalam perwujudan kebudayaan yang ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Dalam sebuah kebudayaan, salah satu unsur yang penting adalah bahasa. Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling
(17)
2
Rosi Nurfadhilah, 2014
cermin kearifan lokal masyarakat desa mandalasari dalam mantra pengobatan (kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan segala bentuk masyarakat.
Bahasa Sunda adalah salah satu bahasa daerah di Indonesia yang masih hidup dan berkembang, serta dipelihara dengan baik oleh masyarakat penuturnya, salah satunya masyarakat di Desa Mandalasari, Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung. Bahasa Sunda sebagai bahasa ibu dipakai secara luas dalam berbagai kehidupan masyarakat Sunda, seperti dalam kehidupan berumah tangga, sekolah, dan masyarakat. Di samping itu, bahasa Sunda juga merupakan pendukung kebudayaan Sunda yang meliputi bidang kesenian, adat-istiadat, agama, pengobatan, dan sebagainya. Dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah, bahasa Sunda berfungsi sebagai (1) lambang identitas masyarakat Sunda, (2) lambang kebanggaan daerah Sunda, dan (3) alat komunikasi dalam keluarga dan masyarakat Sunda.
Salah satu bentuk bahasa dalam bahasa Sunda adalah mantra. Mantra adalah bunyi, suku kata, atau sekumpulan kata-kata yang dianggap mampu “menciptakan perubahan”misalnya perubahan spiritual (Feuersteun, 2003:21). Mantra disebut juga jampe-jampe oleh masyarakat Sunda. Hingga saat ini, sebagian masyarakat Sunda masih memercayai mantra sehingga keberadaan mantra masih bertahan hingga saat ini. Biasanya mantra-mantra tersebut berupa bahasa Sunda, bahasa Jawa, dan bahasa Arab. Selain itu, jenis dan kegunaan mantra berbeda-beda tergantung mazhab dan firasat yang terkait dengan mantra tersebut.
Sebagian masyarakat tradisional khususnya di Indonesia biasanya menggunakan mantra untuk tujuan tertentu. Hal tersebut sebenarnya bisa sangat efektif bagi para penggunanya. Selain merupakan salah satu sarana komunikasi dan permohonan kepada Tuhan, mantra dengan kata yang berima memungkinkan orang semakin masuk dalam keadaan tenang.
(18)
3
Rosi Nurfadhilah, 2014
cermin kearifan lokal masyarakat desa mandalasari dalam mantra pengobatan (kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Mantra Sunda dipercaya bisa mendatangkan kekuatan gaib bagi para pemiliknya. Dalam menurunkan mantra Sunda biasanya ada upacara khusus seperti puasa atau ditambah dengan menghadirkan benda-benda pusaka seperti keris dan sebagainya. Selain itu, untuk yang memiliki mantra Sunda juga biasanya ada pantangan-pantangan yang mesti dijalankan (Ruhailah, 2002:65).
Berbicara mengenai mantra tidak terlepas dari bahasa dan budaya karena mantra adalah sebuah bahasa yang hidup dalam suatu budaya atau kepercayaan tersendiri. Keterkaitan antara bahasa dan budaya tidak akan terlepas dari hubungan manusia dengan alam, seperti yang terjadi pada masyarakat Desa Mandalasari, Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung yang dikenal masih melekat dengan budaya. Hal itu ditunjukkan dengan masih adanya mantra-mantra yang digunakan dalam kehidupan untuk tujuan tertentu yang menunjukkan pula bahwa kehidupan mereka masih berpegang pada Tuhan dan kepercayaan terhadap makhluk gaib.
Bentuk kepercayaan tersebut diwujudkan dalam penggunaan mantra. Salah satunya adalah mantra pengobatan yang digunakan untuk mengobati orang sakit. Mantra pengobatan berisi tuturan harapan atau doa agar disembuhkan dari penyakit tersebut. Tuturan tersebut memunculkan kekuatan dan kepercayaan dalam diri penutur.Tuturan-tuturan yang merupakan bentuk bahasa tersebutlah yang akan dianalisis menggunakan ilmu antropolinguistik. Antropolinguistik memfokuskan kajiannya pada hubungan bahasa dan kebudayaan di dalam kelompok masyarakat, yakni masyarakat pedesaan seperti pada mantra-mantra yang dipercaya masyarakat di Desa Mandalasari.
Adapun penelitian-penelitian mengenai mantra yang telah dilakukan peneliti-peneliti sebelumnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Suryani (2002) tentang eksistensi dan fungsi mantra dalam kehidupan masyarakat Sunda. Penelitian lain mengenai mantra juga dilakukan oleh Isnendes (2002) tentang puisi mantra di Kecamatan Nagrak, Sukabumi. Hakim (2007) juga melakukan penelitian tentang fungsi mantra dalam masyarakat Sunda.
Selanjutnya, Nurlaela (2008) melakukan kajian tentang analisis puisi mantra di Kampung Ciarileu, Kecamatan Cikajang, Garut. Sementara itu,
(19)
4
Rosi Nurfadhilah, 2014
cermin kearifan lokal masyarakat desa mandalasari dalam mantra pengobatan (kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Novianti (2010) melakukan kajian tentang konsep cantik dalam mantra dangdan Banjarsari.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, pada penelitian ini akan dikaji struktur teks yang digunakan dalam mantra tersebut, serta akan diungkap nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung dalam mantra tersebut. Penelitian ini dapat memberikan gambaran kepada masyarakat Desa Mandalasari akan pentingnya nilai-nilai yang terdapat dalam mantra Sunda yang digunakan dalam pengobatan tradisionaldi Desa Mandalasari, Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung. Inilah yang menjadikan penelitian ini menarik dan penting untuk diteliti.
B. Masalah
Pada bagian ini akan dijelaskan masalah penelitian yang meliputi 1) identifikasi masalah, 2) batasan masalah, dan 3) rumusan masalah. Adapun uraiannya adalah sebagai berikut.
1. Identifikasi Masalah
Dalam penelitian ini akan digunakan pengidentifikasian masalah. Adapun identifikasi masalahnya sebagai berikut.
1) Penutur mantra pengobatan di Desa Mandalasari berkurang seiring banyaknya berbagai alat kedokteran dan obat-obatan.
2) Nilai-nilai budaya dalam kegiatan berobat yang ada di masyarakat Desa Mandalasari telah bergeser.
3) Cara pandang terhadap pengobatan dalam masyarakat sunda masa lalu dan masa kini yang berbeda.
4) Kekurangan jumlah penutur mantra pengobatan dikhawatirkan akan menyebabkan mantra tersebut punah.
(20)
5
Rosi Nurfadhilah, 2014
cermin kearifan lokal masyarakat desa mandalasari dalam mantra pengobatan (kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Batasan Masalah
Setelah mengidentifikasi masalah, berikut adalah batasan masalah dalam penelitian ini. Masalah yang diangkat dalam penelitian kali ini hanya mengupas beberapa hal berikut.
1) Penggunaan mantra yang menjadi fokus penelitian ini adalah di Desa Mandalasari, Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung, yaitu mantra Sunda yang digunakan dalam pengobatan tradisional;
2) Penelitian ini akan difokuskan pada analisis struktur teks pada mantra pengobatan, serta klasifikasi dan deskripsi leksikon yang berhubungan dengan mantra pengobatan di Desa Mandalasari, Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung;
3) Sumber data akan diperoleh dari para penutur mantra pengobatan tradisional di Desa Mandalasari, Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut.
1) Bagaimana struktur teks mantra pengobatan dalam masyarakat Sunda di Desa Mandalasari, Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung?
2) Bagaimana deskripsi leksikon mantra pengobatan dalam masyarakat Sunda di Desa Mandalasari, Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung?
3) Bagaimana klasifikasi mantra pengobatan di Desa Mandalasari, Kecamatan Cikancun, Kabupaten Bandung?
4) Bagaimana nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung dalam mantra pengobatan di Desa Mandalasari, Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menggali nilai-nilai budaya yang sampai saat ini masih hidup dan berkembang dalam masyarakat Sundakhususnya masyarakat Sunda di Desa Mandalasari, Kecamatan Cikancung,
(21)
6
Rosi Nurfadhilah, 2014
cermin kearifan lokal masyarakat desa mandalasari dalam mantra pengobatan (kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kabupaten Bandung. Secara tidak langsung penelitian ini juga turut melestarikan, membina, dan mengembangkan budaya Sunda melalui media bahasa.
Selain itu, berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut:
1) struktur teks mantra pengobatan dalam masyarakat Sunda di Desa Mandalasari, Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung,
2) deskripsi leksikon mantra pengobatan dalam masyarakat Sunda di Desa Mandalasari, Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung,
3) klasifikasi mantra pengobatan dalam masyarakat Sunda di Desa Mandalasari, Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung,dan
4) nilai-nilai kearifan lokal dalam mantra pengobatan di Desa Mandalasari, Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik manfaat teoretis maupun manfaat praktis. Berikut adalah uraian dari manfaat teoretis dan manfaat praktis.
1) Secara teoretis, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan nilai kearifan lokal yang terkandung dalam mantra Sunda pada pengobatan tradisional di Desa Mandalasari, Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung, serta memberikan sumbangan dalam kajian antropolinguistik.
2) Secara praktis, dengan mengetahui nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung dalam mantra Sunda pada pengobatan tradisional di Desa Mandalasari, Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung, para pembaca diharapkan dapat (1) menerapkan nilai-nilai kearifan lokal tersebut dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadi masyarakat yang berbudaya;(2) menjadi salah satu cara pelestarian budaya daerah yang juga merupakan budaya Nasional; dan (3) memberikan informasi mengenai segala hal yang berkaitan dengan mantra Sunda yang digunakan dalam pengobatan tradisional di Desa Mandalasari, Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung.
(22)
7
Rosi Nurfadhilah, 2014
cermin kearifan lokal masyarakat desa mandalasari dalam mantra pengobatan (kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
E. Struktur Organisasi
Struktur organisasi dalam penulisan ini berisi rincian penulisan yang dimulai dari BAB I yang berisi latar belakang, masalah penelitian yang di dalamnya terdapat identifikasi masalah; batasan masalah; dan rumusan masalah; kemudian tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi. Pada BAB II berisi penelitian sebelumnya dan landasan teoretis yang meliputi antropolinguistik, kebudayaan, mantra, klasifikasi, leksikon, struktur teks, hubungan bahasa dan budaya yang meliputi kedudukan antropolinguistik dalam ilmu linguistik, serta diungkap mengenai kearifan lokal. Pada BAB III berisi metode penelitian, BAB IV hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi analisis struktur teks mantra pengobatan, deskripsi leksikon dalam mantra pengobatan, klasifikasi mantra pengobatan, dan nilai-nilai kearifan lokal dalam mantra pengobatan, kemudian pada BAB V berisi kesimpulan dan saran.
(23)
27
Rosi Nurfadhilah, 2014
cermin kearifan lokal masyarakat desa mandalasari dalam mantra pengobatan (kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Sesuai dengan judul, penelitian ini dilakukan di Desa Mandalasari, Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung. Pemilihan lokasi tersebut karena di Desa Mandalasari, Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung ini adalah sebuah lokasi yang masyarakatnya masih memelihara dengan baik bahasa daerahnya yaitu bahasa Sunda. Selain itu, masyarakat di Desa Mandalasari, Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung ini masih sangat erat dengan budayanya salah satunya adalah budaya penggunaan mantra sebagai pengobatan.
Penelitian ini dilakukan di Desa Mandalaari karena Desa Mandalasari adalah salah satu desa yang masyarakatnya masih mempertahankan kehidupan tradisional. Hubungan antar masyarakat sangat harmonis, rukun, dn saling mengetahui terhadap persoalan umum yang ada pada tiap warga.
Desa Mandalasari merupakan desa kelahiran ayah peneliti dan tempat tinggal kakek peneliti. Peneliti memilih desa Mandalasari supaya lebih mudah melakukan penelitian karena peneliti cukup tahu terhadap para sesepuh yang mempunyai mantra pengobatan di desa Mandalasari.
Masyarakat desa Mandalasari masih percaya makhluk halus (ghaib) dan penggunaan mantra. Banyak masyarakat yang sakit parah datang ke dukun untuk diobati. Meskipun saat ini banyak penggunaan obat warung, karena lokasi desa yang jauh dari perkotaan dan tidak adanya transportasi umum yang digunakan membuat masyarakat desa Mandalasari lebih memilih pengobatan tradisional. Adapun obat-obat modern yang digunakan, masyarakat desa Mandalasari masih sering menuturkan mantra pengobatan dalam praktik pengobatannya.
B. Desain Penelitian
Pada bagian ini digambarkan desain penelitian dalam bentuk bagan berikut (adaptasi model Miles dan Huberman, 1992: 20):
(24)
28
Rosi Nurfadhilah, 2014
cermin kearifan lokal masyarakat desa mandalasari dalam mantra pengobatan (kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Desain Penelitian
Bagan 3.1 Desain Penelitian
C. Sumber Data dan Korpus
Data penelitian ini meliputi berbagai mantra Sunda untuk pengobatan yang masih ataupun pernah digunakan. Sumber data dalam tulisan ini adalah sumber data lisan. Sumber data lisan adalah data yang didapatkan melalui observasi
Simpulan
Kajian antropolinguistik dalam mantra pengobatan masyarakat Sunda di Desa Mandalasari, Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung
Mantra Pengobatan dalam Masyarakat Sunda di Desa Mandalasari, Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung
Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dengan teknik observasi partisipan dan teknik wawancara
Data dan Sumber Data
1) Data: Data yang akan diambil dalam penelitian ini adalahmantra pengobatan dalam masyarakat Sunda
2) Sumber data: Sumber data dalam penelitian ini akan difokuskan pada mantra pengobatan dalam masyarakat Sunda di Desa Mandalasari, Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung
Penganalisisan data
1) Struktur teks mantra pengobatan dalam masyarakat Sunda di Desa Mandalasari, Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung
2) Deskripsi dan klasifikasimantra pengobatan dalam masyarakat Sunda di Desa Mandalasari, Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung
3) Fungsi mantra pengobatan dalam masyarakat Sunda di Desa Mandalasari, Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung
4) Nilai-nilai kearifan lokalmantra pengobatan dalam masyarakat Sunda di Desa Mandalasari, Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung
(25)
29
Rosi Nurfadhilah, 2014
cermin kearifan lokal masyarakat desa mandalasari dalam mantra pengobatan (kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
langsung dan wawancara mendalam dengan informan. Salah seorang informan kunci tersebut merupakan seorang laki-laki berusia 47 tahun yang bernama Ujang. Beliau adalah penduduk asli dari Desa Mandalasari, Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung. Data ini akan dianalisis agar diperoleh struktur teksmantra pengobatan, deskripsi dan klasifikasi leksikon yang digunakan dalam mantra pengobatan tersebut, fungsi mantra pengobatan, dan nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung dalam mantra pengobatan tersebut.
D. Metode Penelitian
Kajian ini melibatkan dua disiplin ilmu yang saling berkesinambungan, yaitu linguistik antropologi (anthropological linguistics) dan antropologi linguistik (linguistic anthropology) (Duranti, 1997). Langkah-langkah pengumpulan data yang peneliti lakukan terdiri atas beberapa hal, meliputi usaha membatasi penelitian, mengumpulkan informasi melalui observasi dan wawancara tak berstruktur, dokumentasi, materi-materi visual, serta usaha merancang protokol untuk merekam atau mencatat informasi (Creswell, 2009: 266).
Penelitian ini menggunakan pendekatan antropolinguistik, yaitu mengkaji mengkaji mengkaji hubungan bahasa dan kebudayaan di dalam kelompok masyarakat. Model penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah etnografi komunikasi. Etnografi secara sempit dapat diartikan sebagai penggambaran tentang suatu etnis tertentu di ruang dan dalam masa tertentu, namun dalam pengertian yang lebih luas etnografi adalah studi tentang suatu kebudayaan atau komunitas sosial. Penelitian etnografi komunikasi juga bersifat fleksibel dan akan berkembang secara kontekstual sebagai reaksi dari realitas sosial yang ditemukan secara tidak sengaja di lapangan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif-kualitatif, yaitu penelitian yang menggambarkan atau melukiskan situasi tertentu berdasarkan data yang diperoleh secara terperinci sesuai permasalahan yang ditetapkan dalam penelitian ini.Penelitian deskriptif-kualitatif dimaksudkan untuk memperoleh data dengan mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran
(26)
30
Rosi Nurfadhilah, 2014
cermin kearifan lokal masyarakat desa mandalasari dalam mantra pengobatan (kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mereka tentang dunia sekitarnya. Penelitian kualitatif sering memasukan teori yang sering digunakan sebagai penjelasan atas perilaku dan sikap-sikap tertentu, dan biasanya para peneliti kualitatif seringkali menggunakan prinsip teoretis sebagai panduan umum untuk meneliti gender, kelas, dan ras.
E. Definisi Operasional
Untuk menghindari salah tafsir dalam memahami istilah, penulis memberi beberapa definisi dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut.
1) Cermin kearifan lokal merupakan gambaran, wujud, atau sikap yang dihasilkan dari pengetahuan sebuah masyarakat berbudaya yang menyatu dengan kepercayaan, norma, dan budaya masyarakat tersebut yang dipelihara dan ditaati dalam waktu yang cukup lama.
2) Mantra pengobatan adalah ungkapan yang merupakan rangkaian kata-kata yang dianggap mengandung kekuatan, dan kesaktian untuk mencapai apa yang dikehendaki oleh manusia yaitu disembuhkan dari sebuah penyakit, dalam hal ini diucapkan dalam bahasa Sunda.
3) Masyarakat Sunda Desa Mandalasari merupakan beberapa orang yang tinggal di Desa Mandalasari, Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung yang berbahasa Sunda dan masih memelihara budaya pemakaian mantra di daerah tersebut.
4) Antropolinguistik merupakan ilmu yang mengkaji variasi dan penggunaan bahasa dalam hubungannya dengan kebudayaan pada masyarakat pedesaan.
F. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif ini yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri (human instrument). Dalam melakukan pengamatan atau wawancara tak berstruktur terhadap informan, peneliti mempersiapkan pertanyaan sebagai pedoman untuk peneliti. Dalam menjalankan fungsinya sebagai human instrument peneliti menggunakan dua instrumen, yaitu (1) pedoman observasi dan (2) pedoman wawancara tidak berstruktur.
(27)
31
Rosi Nurfadhilah, 2014
cermin kearifan lokal masyarakat desa mandalasari dalam mantra pengobatan (kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Pedoman Observasi
Pedoman adalah suatu hal atau pokok yang menjadi dasar pegangan serta petunjuk untuk menentukan atau melaksanakan sesuatu. Jadi, pedoman observasi merupakan pegangan atau petunjuk untuk melakukan observasi. Berikut adalah pedoman observasi yang digunakan dalam penelitian ini.
PEDOMAN OBSERVASI
(1) Objek yang diobservasi: Mantra Pengobatan dalam masyarakat Sunda
(2) Lokasi observasi: Desa Mandalasari, Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung.
(3) Mantra pengobatan 1
(4) Mantra pengobatan 2
(5) Mantra pengobatan 3
(28)
32
Rosi Nurfadhilah, 2014
cermin kearifan lokal masyarakat desa mandalasari dalam mantra pengobatan (kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Pedoman Wawancara Tidak Berstruktur
Pedoman wawancara tidak berstruktur adalah lembar pertanyaan yang yang tidak tersusun secara sistematis untuk menghasilkan data yang menjadi pegangan peneliti saat melakukan wawancara. Pertanyaan yang digunakan pada pedoman wawancara hanyalah berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Adapun pedoman wawancara tidak berstruktur yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
No Objek
Wawancara Variabel Pertanyaan wawancara
1 Penutur Mantra Pengobatan di Desa Mandalasari, Keacamatan Cikancung, Kabupaten Bandung.
1) Apa saja mantra
pengobatan di Desa Mandalasari?
2) Bagaimana penutur mendapatkan mantra tersebut (sejarah)?
3) Bagaimana cara
menuturkan mantra tersebut?
4) Apa Fungsi mantra tersebut?
5) Siapa dan apa saja yang terlibat dalam pelaksanaan pengobatan?
2 Masyarakat Tutur
Mantra Pengobatan di Desa Mandalasari, Keacamatan Cikancung, Kabupaten Bandung.
1) Apa yang diketahui tentang mantra pengobatan di Desa Mandalasari?
2) Apa Fungsi yang
dirasakan dari penggunaan mantra pengobatan tersebut?
(29)
33
Rosi Nurfadhilah, 2014
cermin kearifan lokal masyarakat desa mandalasari dalam mantra pengobatan (kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3) Bagaimana pandangan masyarakat mengenai penggunaan mantra pengobatan?
G. Teknik Pengumpulan Data
Cresweel telah mengemukakan tiga teknik utama dalam pengumpulan data studi etnografi komunikasi, yaitu observasi partisipan, wawancara, dan telaah atau analisis dokumen (Kuswarno, 2008: 47-48).Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik observasi partisipan dan teknik wawancara. Dalam teknik observasi partisipan, peneliti ikut terjun langsung atau bergabung dengan penutur mantra dalam kegiatan yang dilakukan. Observasi partisipan ini dilakukan agar peneliti dapat memahami segala hal yang terdapat dalam kegiatan tersebut dan mendapatkan informasi langsung bagaimana bentuk tuturan yang digunakan dalam kegiatan yang dilakukan di tempat penelitian.
Selain menggunakan teknik observasi, teknik wawancara pun dilakukan untuk mengumpulkan data sebanyak-banyaknya. Wawancara secara mendalam dilakukan agar informasi yang didapatkan jelas. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara terbuka.Artinya, pertanyaan yang diajukan tidak berstruktur sehingga memungkinkan informan untuk memberikan jawaban yang lebih bebas.
H. Teknik Pengolahan Data
Dalam teknik pengolahan data digunakan beberapa tahapan. Setelah semua data dikumpulkan, kemudian data akan dianalisis untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam rumusan masalah.
Data-data yang didapat dari hasil pengumpulan data berupa mantra pengobatan tersebut dianalisis melalui beberapa tahapan. Adapun tahapan-tahapannya adalah sebagai berikut:
(30)
34
Rosi Nurfadhilah, 2014
cermin kearifan lokal masyarakat desa mandalasari dalam mantra pengobatan (kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1) melakukan transkripsi, yaitu menyalin tuturan mantra pengobatan tersebut dari bentuk lisan ke dalam bentuk tulisan;
2) melakukan transliterasi atau terjemahan mantra pengobatan tersebut dari bahasa Sunda ke bahasa Indonesia;
3) melakukan analisis struktur teks mantra pengobatan di Desa Mandalasari, Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung;
4) melakukan analisis dan deskripsi leksikon,yaitu memperlihatkan bentuk bahasa yang digunakan dalam mantra pengobatan tersebut;
5) melakukan analisis dan deskripsi klasifikasi mantra pengobatan di Desa Mandalasari, Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung;
6) melakukan analisis dan deskripsi mengenai nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung dalam mantra pengobatan tersebut.
(31)
95
Rosi Nurfadhilah, 2014
cermin kearifan lokal masyarakat desa mandalasari dalam mantra pengobatan (kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap mantra pengobatan di Desa Mandalasari, Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung, peneliti dapat menyimpulkan bahwa mantra pengobatan di Desa Mandalasari terdiri atas tiga tahapan, yaitu pembukaan, pemanggilan, dan pengobatan. Oleh karena itu mantra pengobatannya adalah mantra pembukaan (jampe pamuka), mantra pemanggilan roh (jampe pamanggilan roh), dan mantra pengobatan tertentu sesuai penyakit yang diderita.
Sesuai dengan rumusan masalah yang ada dalam penelitian ini, terdapat beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1. Struktur Teks Mantra Pengobatan di Desa Mandalasari
Dari segi struktur teks yang berhubungan dengan sintaksis, mantra pengobatan di Desa Mandalasari, Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung, didapatkan beberapa kalimat yang memiliki subjek yang jelas dan beberapa subjek yang dilesapkan. Penggunaan subjek yang dilesapkan dilakukan agar kita sebagai subjek lebih menghormati para leluhur. Hal tersebut memberikan gambaran kedekatan hubungan sintaksis dengan budaya mantra. Apabila diteliti dari diksi yang digunakan dalam mantra pembuka ini yaitu bahasa Sunda ragam sedang, artinya ragam bahasa yang digunakan adalah ragam bahasa komunikasi untuk masyarakat secara luas. Hal tersebut dilakukan sebagai strategi untuk mempermudah dalam proses bertutur dan berkomunikasi dengan suatu dzat yang dituju (Tuhan / makhluk ghaib). Cara ini disebut strategi komunikatif. Tema yang terdapat dalam mantra pengobatan di Desa Mandalasari ini juga beragam, yaitu isotopi manusia, pekerjaan, ketuhanan, kekuatan, dan waktu. Selain itu, dalam mantra pengobatan di Desa Mandalasari pun ditemukan beberapa repetisi (pengulangan), yaitu repetisi epizeuksis (pengulangan pada awal larik berturut-turur), repetisi anafora (pengulangan pada awal baris), repetisi mesodiplosis (pengulangan pada tengah baris), repetisi anaforamesodiplosis, repetisi
(32)
96
Rosi Nurfadhilah, 2014
cermin kearifan lokal masyarakat desa mandalasari dalam mantra pengobatan (kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
anaforaepistropa, dan repetisi epistropa (pengulangan di akhir baris). Selain itu, juga terdapat sinonim (padanan kata), antonim (lawan kata), dan kolokasi (sanding kta).
2. Referensi Leksikon Mantra Pengobatan di Desa Mandalasari
Pada analisis referensi leksikon dalam mantra pengobatan di Desa Mandalasari dapat digolongkan menjadi bermacam-macam, yakni (1) permohonan. (2) manusia, (3) bagian tubuh, (4) tempat, (5) waktu, (6) aktifitas, (7) keadaan, (8) alam, (9) benda, (10) ketuhanan, dan (11) harapan.
3. Klasifikasi Leksikon Mantra Pengobatan di Desa Mandalasari
Pada tahap pengklasifikasian, mantra pengobatan di Desa Mandalasari dibagi dalam beberapa kategori, yaitu kategori tempat, kategori kegiatan, dan kategori pelaku.
4. Cermin Kearifan Lokal Mantra Pengobatan di Desa Mandalasari
Pada tataran analisis pencerminan mengenai kearifan lokal masyarakat Desa Mandalasari dalam mantra pengobatan dapat dideskripsikan oleh kalimat-kalimat berikut ini. Pada mantra pembuka, pencerminan mengenai pengobatan di Desa Mandalasari, dideskripsikan oleh kalimat-kalimat berikut ini. Kalimat (2) sup asup ‘masuk masuklah’ dan kalimat (3) awak wawuh jeung nu leutik ‘badan
mengenal yang kecil’ merupakan kalimat yang menunjukan permohonan agar
para roh roh leluhur dapat masuk ke dalam tubuh penderita/pasien. Kalimat (6) awak lupa jadi bisa ‘badan yang lupa/lemah menjadi bisa’ juga merupakan permohonan agar proses pengobatan tersebut lancar dan keadaan yang sakit menjadi sehat. Pada mantra pemanggilan roh, pencerminan mengenai pengobatan di Desa Mandalasari, dideskripsikan oleh kalimat-kalimat berikut ini. Kalimat (7) Ditulung hanteu ditulung ‘Ditolong ataupun tidak ditolong’, (8) Masing waras waktu ayeuna ‘Waktu sehat akan datang juga’, (9) Amit kula deuk nebak nempur
‘Ijin saya akan meminta bantuan’ merupakan kalimat yang merupakan
(33)
roh-97
Rosi Nurfadhilah, 2014
cermin kearifan lokal masyarakat desa mandalasari dalam mantra pengobatan (kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
roh para leluhur dan dilancarkan sampai keadaan yang sakit menjadi sehat. Pada mantra pengobatan luka goresan benda tajam di Desa Mandalasari, pencerminan mengenai pengobatan di Desa Mandalasari, dideskripsikan oleh kalimat-kalimat berikut ini. Kalimat (2) Urub urub Rosululloh ‘Sambung sambunglah ya
Rosululloh’, dan (3) Urub Rosul ing datulloh ‘Menyambung karena Rosul yang
diridhoi Allah’ merupakan kalimat yang menunjukan permohonan agar luka/kulit yang terbuka dapat menyambung kembali dan menjadi pulih.
Kalimat (6) Sumsum balung pada nangtung ‘Sumsum tulang semua berdiri’, (7) Kulit daging pada nyaring ‘Kulit dan daging semua bereaksi’, (8) Urat lamad pada hudang ‘Urat otot semua terbangun’, (9) Tina getih ‘Dari darah’, dan (10) Ret kurapet ku Alloh nu kawasa ‘Rapat merapat oleh Allah yang maha kuasa’ juga merupakan permohonan agar luka yang terbuka karena benda tajam tersebut dapat kembali membaik dengan bantuan dari semua komponen bagian tubuh yang ikut bereaksi dalam proses pengobatan tersebut dan keadaan yang sakit menjadi sehat.
B. Saran
Setelah melakukan penelitian mengenai mantra pengobatan di Desa Mandalasari, Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung, peneliti memiliki beberapa saran. Karena penelitian ini terbatas pada penelitian mantra pengobatan di Desa Mandalasari, penelitian selanjutnya diharapkan dapat menganalisis varian mantra yang lebih banyak dalam penelitian antropolinguistik. Di samping itu, penelitian ini menghasilkan beberapa temuan penelitian yang secara teori masih banyak kekuarangan yang belum ditelusuri. Peneliti berharap agar penelitian-penelitian selanjutnya dalam bidang yang sama dapat meneliti lebih dalam lagi berdasarkan ilmu dan teori yang relevan.
Hasil penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memperkaya ilmu kebahasaan, fenomena budaya, sosial, dan kemanusiaan. Peneliti berharap penelitian ini dapat dijadikan rujukan sebagai sumbangan pemikiran untuk penelitian bahasa khususnya antropolinguistik.
(34)
98
Rosi Nurfadhilah, 2014
cermin kearifan lokal masyarakat desa mandalasari dalam mantra pengobatan (kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Slamet Rijadi. (2000). Menggali Nilai-Nilai Budaya Melalui Susastra Rakyat Tradisi Lisan. Jakarta: ATL.
Beratha, Ni Luh. 1998. Natural Semantic Metalanguage dalam Linguistik Kebudayaan. Denpasar: Balai Penelitian Bahasa.
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2002. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Damayanti S., Vismaia & Sitaresmi Nunung. (2005). Sintaksis Bahasa Indonesia. Bandung: Pusat Studi Literasi.
Duranti, Alessandro. 1997. Linguistic Anthropology. Cambridge: Cambridge University Press.
Feuerstein, G. 2003. The Deeper Dimension of Yoga. Shambala Publications, Boston, MA.
Foley, William A. 2001. Anthropological Linguistics. Massachusetts: Blackwell Publisher Inc.
Hakim. 2007. “Fungsi Mantra dalam Masyarakat Sunda”. Skripsi: Universitas Pendidikan Indonesia.
Halliday dan Ruqaiya Hasan. 1992. Bahasa, Konteks, dan Teks: Aspek Bahasa dalam Pandangan Semiotik Sosial (terjemahan Asruddin Borori Tau).Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Hidayat, Asep Ahmad. 2009. Filsafat Bahasa, Mengungkap Hakikat Bahasa, Makna dan Tanda. Cetekan kedua. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Hudayat, dkk. 2007. “Tinjauan Fungsional Mantra Sunda di Daerah Cisurupan Garut”. Laporan Akhir Penelitian Dasar. Bandung: Universitas Padjadjaran.
Isnendes, Retty. 2002. “Puisi Mantra di Kecamatan Nagrak, Sukabumi”. Skripsi: Universitas Pendidikan Indonesia.
(35)
99
Rosi Nurfadhilah, 2014
cermin kearifan lokal masyarakat desa mandalasari dalam mantra pengobatan (kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Moleong, Lexy J. 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.
MPSS, Pudentia, peny. Metodologi Kajian Tradisi Lisan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 1998.
Novianti, Nury. 2010. “Konsep Cantik dalam Mantra dangdan Banjarsari”. Skripsi: Universitas Pendidikan Indonesia.
Nurlaela, Siti. 2008. “Analisis Puisi Mantra di Kampung Ciarileu, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut”. Skripsi: Universitas Pendidikan Indonesia. Palmer, Gary B. 1999. Toward a Theory of Cultural Linguistics. Austin: The
University of Texas Press.
Ramlan, M. 2001. Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis.Yogyakarta: CV Karyono. Rusyana, Yus. 1970. “Bagbagan Puisi Mantra Sunda”. Bandung: Proyek
Penelitian Pantun dan Foklor Sunda.
Satjadibrata, R. 2011. Kamus Sunda-indonesia. Bandung: Kiblat Buku Utama. Sibarani, Robert. 2004. Antropolinguistik:Antropologi Lingusitik, Linguistik
Antropologi. Medan: Poda.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
Suryani, Elis. 2001. “Eksistensi dan Fungsi Mantra dalam Kehidupan Masyarakat Sunda”. Bandung: de auteur.
Syarifuddin, 2008. “Mantra Nelayan Bajo:Cermin Pikiran Kolektif Orang Bajo di Sumbawa”. Disertasi: Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Universitas Pendidikan Indonesia. 2013. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI Press.
Warnaen, Suwarsih dkk. 1987. “Pandangan Hidup Orang Sunda: Seperti Tercermin dalam Tradisi Lisan dan Sastra Sunda”. Bandung: Bagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Sunda (Sundanologi), Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Wierzbicka, Anna. 1997. Understanding Culture through Their Key Words: English, Rusian, Polish, German, and Japanes. New York: Oxford University Press.
(36)
100
Rosi Nurfadhilah, 2014
cermin kearifan lokal masyarakat desa mandalasari dalam mantra pengobatan (kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Wilson, Edward O. 1998. Consilience: The Unity of Knowledge. Vintage: New York
Yulianto, Dion. 201. Pedoman Umum EYD dan Dasar Pembentukan Istilah: Berdasarkan Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan dan Dasar Pembentukan Istilah Depdiknas. Yogyakarta: DIVA Press.
(1)
95
Rosi Nurfadhilah, 2014
cermin kearifan lokal masyarakat desa mandalasari dalam mantra pengobatan (kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap mantra pengobatan di Desa Mandalasari, Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung, peneliti dapat menyimpulkan bahwa mantra pengobatan di Desa Mandalasari terdiri atas tiga tahapan, yaitu pembukaan, pemanggilan, dan pengobatan. Oleh karena itu mantra pengobatannya adalah mantra pembukaan (jampe pamuka), mantra pemanggilan roh (jampe pamanggilan roh), dan mantra pengobatan tertentu sesuai penyakit yang diderita.
Sesuai dengan rumusan masalah yang ada dalam penelitian ini, terdapat beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1. Struktur Teks Mantra Pengobatan di Desa Mandalasari
Dari segi struktur teks yang berhubungan dengan sintaksis, mantra pengobatan di Desa Mandalasari, Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung, didapatkan beberapa kalimat yang memiliki subjek yang jelas dan beberapa subjek yang dilesapkan. Penggunaan subjek yang dilesapkan dilakukan agar kita sebagai subjek lebih menghormati para leluhur. Hal tersebut memberikan gambaran kedekatan hubungan sintaksis dengan budaya mantra. Apabila diteliti dari diksi yang digunakan dalam mantra pembuka ini yaitu bahasa Sunda ragam sedang, artinya ragam bahasa yang digunakan adalah ragam bahasa komunikasi untuk masyarakat secara luas. Hal tersebut dilakukan sebagai strategi untuk mempermudah dalam proses bertutur dan berkomunikasi dengan suatu dzat yang dituju (Tuhan / makhluk ghaib). Cara ini disebut strategi komunikatif. Tema yang terdapat dalam mantra pengobatan di Desa Mandalasari ini juga beragam, yaitu isotopi manusia, pekerjaan, ketuhanan, kekuatan, dan waktu. Selain itu, dalam mantra pengobatan di Desa Mandalasari pun ditemukan beberapa repetisi (pengulangan), yaitu repetisi epizeuksis (pengulangan pada awal larik berturut-turur), repetisi anafora (pengulangan pada awal baris), repetisi mesodiplosis (pengulangan pada tengah baris), repetisi anaforamesodiplosis, repetisi
(2)
Rosi Nurfadhilah, 2014
cermin kearifan lokal masyarakat desa mandalasari dalam mantra pengobatan (kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
anaforaepistropa, dan repetisi epistropa (pengulangan di akhir baris). Selain itu, juga terdapat sinonim (padanan kata), antonim (lawan kata), dan kolokasi (sanding kta).
2. Referensi Leksikon Mantra Pengobatan di Desa Mandalasari
Pada analisis referensi leksikon dalam mantra pengobatan di Desa Mandalasari dapat digolongkan menjadi bermacam-macam, yakni (1) permohonan. (2) manusia, (3) bagian tubuh, (4) tempat, (5) waktu, (6) aktifitas, (7) keadaan, (8) alam, (9) benda, (10) ketuhanan, dan (11) harapan.
3. Klasifikasi Leksikon Mantra Pengobatan di Desa Mandalasari
Pada tahap pengklasifikasian, mantra pengobatan di Desa Mandalasari dibagi dalam beberapa kategori, yaitu kategori tempat, kategori kegiatan, dan kategori pelaku.
4. Cermin Kearifan Lokal Mantra Pengobatan di Desa Mandalasari
Pada tataran analisis pencerminan mengenai kearifan lokal masyarakat Desa Mandalasari dalam mantra pengobatan dapat dideskripsikan oleh kalimat-kalimat berikut ini. Pada mantra pembuka, pencerminan mengenai pengobatan di Desa Mandalasari, dideskripsikan oleh kalimat-kalimat berikut ini. Kalimat (2)
sup asup ‘masuk masuklah’ dan kalimat (3) awak wawuh jeung nu leutik ‘badan mengenal yang kecil’ merupakan kalimat yang menunjukan permohonan agar
para roh roh leluhur dapat masuk ke dalam tubuh penderita/pasien. Kalimat (6)
awak lupa jadi bisa ‘badan yang lupa/lemah menjadi bisa’ juga merupakan
permohonan agar proses pengobatan tersebut lancar dan keadaan yang sakit menjadi sehat. Pada mantra pemanggilan roh, pencerminan mengenai pengobatan di Desa Mandalasari, dideskripsikan oleh kalimat-kalimat berikut ini. Kalimat (7)
Ditulung hanteu ditulung ‘Ditolong ataupun tidak ditolong’, (8) Masing waras waktu ayeuna ‘Waktu sehat akan datang juga’, (9) Amit kula deuk nebak nempur ‘Ijin saya akan meminta bantuan’ merupakan kalimat yang merupakan permohonan atau paksaan agar proses pengobatan tersebut dapat dibantu oleh
(3)
roh-97
Rosi Nurfadhilah, 2014
cermin kearifan lokal masyarakat desa mandalasari dalam mantra pengobatan (kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
roh para leluhur dan dilancarkan sampai keadaan yang sakit menjadi sehat. Pada mantra pengobatan luka goresan benda tajam di Desa Mandalasari, pencerminan mengenai pengobatan di Desa Mandalasari, dideskripsikan oleh kalimat-kalimat berikut ini. Kalimat (2) Urub urub Rosululloh ‘Sambung sambunglah ya Rosululloh’, dan (3) Urub Rosul ing datulloh ‘Menyambung karena Rosul yang diridhoi Allah’ merupakan kalimat yang menunjukan permohonan agar luka/kulit yang terbuka dapat menyambung kembali dan menjadi pulih.
Kalimat (6) Sumsum balung pada nangtung ‘Sumsum tulang semua berdiri’, (7) Kulit daging pada nyaring ‘Kulit dan daging semua bereaksi’, (8) Urat lamad pada hudang ‘Urat otot semua terbangun’, (9) Tina getih ‘Dari darah’, dan (10) Ret kurapet ku Alloh nu kawasa ‘Rapat merapat oleh Allah yang maha kuasa’ juga merupakan permohonan agar luka yang terbuka karena benda tajam tersebut dapat kembali membaik dengan bantuan dari semua komponen bagian tubuh yang ikut bereaksi dalam proses pengobatan tersebut dan keadaan yang sakit menjadi sehat.
B. Saran
Setelah melakukan penelitian mengenai mantra pengobatan di Desa Mandalasari, Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung, peneliti memiliki beberapa saran. Karena penelitian ini terbatas pada penelitian mantra pengobatan di Desa Mandalasari, penelitian selanjutnya diharapkan dapat menganalisis varian mantra yang lebih banyak dalam penelitian antropolinguistik. Di samping itu, penelitian ini menghasilkan beberapa temuan penelitian yang secara teori masih banyak kekuarangan yang belum ditelusuri. Peneliti berharap agar penelitian-penelitian selanjutnya dalam bidang yang sama dapat meneliti lebih dalam lagi berdasarkan ilmu dan teori yang relevan.
Hasil penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memperkaya ilmu kebahasaan, fenomena budaya, sosial, dan kemanusiaan. Peneliti berharap penelitian ini dapat dijadikan rujukan sebagai sumbangan pemikiran untuk penelitian bahasa khususnya antropolinguistik.
(4)
98
Rosi Nurfadhilah, 2014
cermin kearifan lokal masyarakat desa mandalasari dalam mantra pengobatan (kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Ali, Slamet Rijadi. (2000). Menggali Nilai-Nilai Budaya Melalui Susastra Rakyat Tradisi Lisan. Jakarta: ATL.
Beratha, Ni Luh. 1998. Natural Semantic Metalanguage dalam Linguistik Kebudayaan. Denpasar: Balai Penelitian Bahasa.
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2002. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Damayanti S., Vismaia & Sitaresmi Nunung. (2005). Sintaksis Bahasa Indonesia. Bandung: Pusat Studi Literasi.
Duranti, Alessandro. 1997. Linguistic Anthropology. Cambridge: Cambridge University Press.
Feuerstein, G. 2003. The Deeper Dimension of Yoga. Shambala Publications, Boston, MA.
Foley, William A. 2001. Anthropological Linguistics. Massachusetts: Blackwell Publisher Inc.
Hakim. 2007. “Fungsi Mantra dalam Masyarakat Sunda”. Skripsi: Universitas Pendidikan Indonesia.
Halliday dan Ruqaiya Hasan. 1992. Bahasa, Konteks, dan Teks: Aspek Bahasa dalam Pandangan Semiotik Sosial (terjemahan Asruddin Borori Tau).Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Hidayat, Asep Ahmad. 2009. Filsafat Bahasa, Mengungkap Hakikat Bahasa, Makna dan Tanda. Cetekan kedua. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Hudayat, dkk. 2007. “Tinjauan Fungsional Mantra Sunda di Daerah Cisurupan Garut”. Laporan Akhir Penelitian Dasar. Bandung: Universitas Padjadjaran.
Isnendes, Retty. 2002. “Puisi Mantra di Kecamatan Nagrak, Sukabumi”. Skripsi: Universitas Pendidikan Indonesia.
(5)
99
Rosi Nurfadhilah, 2014
cermin kearifan lokal masyarakat desa mandalasari dalam mantra pengobatan (kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Moleong, Lexy J. 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.
MPSS, Pudentia, peny. Metodologi Kajian Tradisi Lisan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 1998.
Novianti, Nury. 2010. “Konsep Cantik dalam Mantra dangdan Banjarsari”.
Skripsi: Universitas Pendidikan Indonesia.
Nurlaela, Siti. 2008. “Analisis Puisi Mantra di Kampung Ciarileu, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut”. Skripsi: Universitas Pendidikan Indonesia. Palmer, Gary B. 1999. Toward a Theory of Cultural Linguistics. Austin: The
University of Texas Press.
Ramlan, M. 2001. Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis.Yogyakarta: CV Karyono. Rusyana, Yus. 1970. “Bagbagan Puisi Mantra Sunda”. Bandung: Proyek
Penelitian Pantun dan Foklor Sunda.
Satjadibrata, R. 2011. Kamus Sunda-indonesia. Bandung: Kiblat Buku Utama. Sibarani, Robert. 2004. Antropolinguistik:Antropologi Lingusitik, Linguistik
Antropologi. Medan: Poda.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
Suryani, Elis. 2001. “Eksistensi dan Fungsi Mantra dalam Kehidupan Masyarakat Sunda”. Bandung: de auteur.
Syarifuddin, 2008. “Mantra Nelayan Bajo:Cermin Pikiran Kolektif Orang Bajo di Sumbawa”. Disertasi: Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Universitas Pendidikan Indonesia. 2013. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.
Bandung: UPI Press.
Warnaen, Suwarsih dkk. 1987. “Pandangan Hidup Orang Sunda: Seperti Tercermin dalam Tradisi Lisan dan Sastra Sunda”. Bandung: Bagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Sunda (Sundanologi), Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Wierzbicka, Anna. 1997. Understanding Culture through Their Key Words: English, Rusian, Polish, German, and Japanes. New York: Oxford University Press.
(6)
Rosi Nurfadhilah, 2014
cermin kearifan lokal masyarakat desa mandalasari dalam mantra pengobatan (kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Wilson, Edward O. 1998. Consilience: The Unity of Knowledge. Vintage: New York
Yulianto, Dion. 201. Pedoman Umum EYD dan Dasar Pembentukan Istilah: Berdasarkan Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan dan Dasar Pembentukan Istilah Depdiknas. Yogyakarta: DIVA Press.