Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Modus Operandi Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan: Studi Kasus pada Polres Salatiga T1 312012088 BAB I

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan kemajuan teknologi dan perkembangan peradaban manusia dari masa ke masa, maka kebutuhan kepentingan manusia semakin bertambah. Hal ini tentu membawa dampak negatif sebab akan mengakibatkan bertambahnya kemungkinan terjadinya kejahatan1.

Terdapat banyak cara yang dilakukan oleh para pelaku kejahatan untuk mendapatkan korbannya dengan mudah. Dalam kasus curanmor, para pelaku biasanya menggunakan modus operandi menebarkan paku dijalan, menjatuhkan kardus dijalan sampai mencegat kendaraan korban. Pengertian modus operandi dalam lingkup kejahatan yaitu operasi cara atau teknik yang berciri khusus dari seorang penjahat dalam melakukan perbuatan jahatnya.

Lebih lanjut Wirjono2 menjelaskan adanya penggolongan tindak pidana berdasarkan atas cara perumusan ketentuan hukum pidana oleh

1

Abidin, A. Zainal, 2007, Hukum PidanaI, Sinar Grafika, Jakarta, hal.18

2

Wirjono dalam http://lielylaw.multiply.com/journal/item/68/KEJAHATAN-DAN-PELANGGARAN?&show_interstitial=1&u=%2journal%2Fitem


(2)

2

pembentuk Undang-Undang, yaitu “apabila tindak pidana yang dimaksudkan dalam suatu ketentuan hukum pidana (Strabepaling) disitu dirumuskan sebagai perbuatan yang menyebabkan suatu akibat tertentu tanpa merumuskan wujud dari perbuatan itu, maka tindak pidana ini dikalangan ilmu pengetahuan hukum dinamakan tindak pidana materiil (materiil delict). Apabila tindak pidana yang dimaksudkan, dirumuskan sebagai wujud perbutan tanpa menyebutkan akibat yang disebabkan oleh perbuatan itu maka kini ada tindak pidana formal (formeel delict).

Kedua rumusan delik tersebut penyidik harus dapat merumuskan wujud perbuatan yang bisa memenuhi unsur seperti wujud perbuatan apa yang dapat menghilangkan jiwa orang lain dilakukan oleh pelaku dalam delik materil, demikian pula halnya dalam delik materil, demikian pula halnya dalam delik formal penyidikan juga harus dapat membuktikan adanya suatu barang yang dapat mendukung unsur mengambil barang. Berdasarkan contoh yang diuraikan di atas tentu membuktikan suatu wujud dan membuktikan adanya suatu barang tidaklah sederhana yang dibayangkan, karena kemajuan iptek telah banyak mempengaruhi para pelaku tindak pidana dalam menentukan modus-modus operandinya, apalagi bila dihadapkan dengan tindak pidana penipuan atau delik-delik lain yang terbesar di luar KUHP.


(3)

3

Kasus yang terjadi di salatiga adalah modus operandi yang dilakukan di sebuah minimarket. sebuah minimarket Indomaret di Jalan Diponegoro, salatiga dibobol pencuri. Akibat kejadian tersebut kerugian ditaksir 16 juta. salah seorang karyawan toko, bapak sunardi yang pertama mengetahui kalau tempatnya bekerja dibobol oleh maling. Dijelaskannya, ia pertama kali tiba di toko sekitar pukul 06.30 dan melihat bungkus rokok berantakan di kasir.

“Saat itu pintu masuk juga tidak mengalami kerusakan. Melihat ini saya curiga dan saat melakukan pengecekan, ternyata pencuri berhasil membawa kabur sejumlah puluhan slop rokok berbagai merek dan uang tunai” sementara itu kapolsek Sidorejo AKP Jumaeri yang menangani kasus ini mengatakan, pihaknya tengah melakukan penyelidikan salah satunya dengan memeriksa CCTV di Indomaret tersebut dan mereka belum bisa memastikan berapa jumlah pencuri yang masuk dan bagaimana mereka bisa masuk di Indomaret dan menyikat barang – barang yang mudah dibaa kabur itu.

Asas hukum mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi dalam hukum dan fungsi dalam ilmu hukum. Asas dalam hukum mendasarkan eksistensinya pada rumusan oleh pembentuk undang-undang dan hakim serta mempunyai pengaruh normatif yang mengikat para pihak, oleh


(4)

4

karena itu hukum pidana dalam fungsi pengendalian masyarakat, penyelenggaraan ketertiban dan penganggulangan kejahatan harus berorientasi kepada asas-asas tersebut. Tindak pidana pencurian diatur dalam Pasal 362 KUHP, selain itu diatur pula dalam Pasal 363 KUHP (pencurian dengan pemberatan), Pasal 364 KUHP (pencurian ringan), Pasal 365 KUHP (pencurian yang disertai dengan kekerasan/ancaman kekerasan, Pasal 367 KUHP (pencurian di lingkungan keluarga).

Perkembangan zaman yang semakin maju dan modern terkait dengan teknologi yang semakin canggih, seseorang dituntut untuk berpendidikan tinggi dan mempunyai keterampilan yang merupakan modal utama untuk mendapatkan pekerjaan yang layak,2akan tetapi lapangan pekerjaan yang terbatas tidak sebanding dengan peningkatan jumlah penduduk Indonesia yang semakin banyak. Masyarakat yang kurang memiliki keterampilan, berpendidikan rendah dan pengangguran lebih memilih menggunakan langkah yang cepat dan praktis guna mendapatkan uang yakni dengan melakukan tindak pidana pencurian peraturan hukum tentang tindak pidana pencurian diatur dalam pasal 362 KUHP pencurian biasa dan pasal 365 KUHP tentang tindak pidana pencurian dengan kekerasan..Perkembangan teknologi yang

3


(5)

5

berkembang dan semakin canggih membuat pelaku semakin berani dalam menjalankan aksinya yakni dengan melakukan pencuriuan dengan dilakukan kekerasan maupun dengan ancaman kekerasan.3

Pelaku pencurian dengan kekerasan sebagian besar dilakukan lebih dari seorang atau secara berkelompok dan setiap pelaku mempunyai peran dan tugas yang berbeda-beda, dampak yang ditimbulkan dari tindak pidana pencurian dengan kekerasan atau ancaman kekerasan yakni menimbulkan luka-luka baik luka ringan maupun luka berat hingga menyebabkan kematian, selain mengalami kerugian fisik korban juga mengalami kerugian materiil dan psikis, oleh karena itu tindak pidana pencurian dengan kekerasan tidak dapat dikategorikan sebagai tindak pidana yang ringan, korban tersebut juga dilindungi oleh hukum yang mengatur HAM. Dituangkan dalam Pasal 17 yang mengatakan “Setiap orang, tanpa diskriminasi, berhak untuk memperoleh keadilan dengan mengajukan permohonan, pengaduan, dan gugatan, dalam perkara pidana, perdata, maupun administrasi serta diadili melalui proses peradilan yang bebas dan tidak memihak, sesuai dengan hukum acara yang menjamin pemeriksaan yang obyektif oleh hakim yang jujur dan adil untuk memperoleh putusan yang adil

3


(6)

6 dan benar.”dan Pasal 29 ayat (1): “Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan hak miliknya”

Modus operandi pelaku tindak pidana pencurian dengan kekerasan dilakukan dengan berbagai macam modus operandi dengan melihat pada tempat atau lokasi yang akan dijadikan sasaran serta perencanaan pencurian dengan kekerasan atau ancaman kekerasan dilakukan secara terencana dan terorganisir.4

Sesuai dengan kodratnya manusia menginginkan adanya perubahan atas lingkungan dan segala aspek yang melingkupi dirinya untuk menuju kearah yang lebih baik dan menguntungkan. Perubahan yang diinginkan tersebut merupakan gambaran dari kedinamisan manusia sebagai makhluk sosial dimana dalam perjalanan hidup manusia dihadapkan pada persoalan-persoalan yang berbeda dan semakin kompleks dari waktu ke waktu.

Sepertinya perubahan-perubahan kondisi ekonomi,politik,situasi sosio historik ,nilai-nilai dan norma-norma, hubungan-hubungan kekuasaan dan hukum yang berlangsung seringkali berdampak ganda

4

Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia Edisi Kedua, Sinar Grafika, Jakarta,2012, hlm 120.


(7)

7

disatu pihak memperlihatkan hasil-hasil yang bermanfaat bagi terwujudnya kesejahteraan masyarakat dalam arti luas,termasuk terpenuhinya kebutuhan akan rasa aman, sedangkan di pihak lain juga menghasilkan semakin kompleksnya interaksi faktor-faktor yang melatar belakangi timbulnya berbagai bentuk tindak kejahatan.

Perubahan nilai,norma ,pandangan dan perilaku masyarakat berpengaruh terhadap tingginya tingkat pelanggaran hukum yang turut serta mempertinggi laju tindak kejahatan secara kuantitas maupun kualitasnya. perubahan sosial berarti kebanyakan orang terlibat dalam kegiatan-kegiatan kelompok dan hubungan-hubungan kelompok yang berbeda dengan apa yang telah mereka lakukan atau apa yang telah orangtuanya lakukan sebelumnya. Masyarakat adalah suatu jaringan kompleks dari pola-pola hubungan dimana semua orang berpartisipasi dengan derajat keterkaitannya masing-masing. Hubungan-hubungan ini berubah dan perilaku juga berubah pada saat yang sama. Individu-individu dihadapkan dengan situasi baru yang harus mereka respons.

Situasi-situasi ini merefleksikan faktor-faktor tertentu seperti teknologi, cara baru untuk mencari penghasilan, perubahan tempat domisili, dan inovasi baru, ide baru, serta nilai-nilai baru. Sehingga, perubahan sosial adalah perubahan bagaimana orang bekerja,


(8)

8

membesarkan anak-anaknya, mendidik anak-anaknya, menata dirinya sendiri, dan mencari arti yang lebih dari kehidupannya.Perubahan sosial juga bisa berarti suatu restrukturisasi dalam cara-cara dasar dimana orang di dalam masyarakat terlibat satu dengan lainnya mengenai pemerintahan, ekonomi, pendidikan, agama, kehidupan keluarga, rekreasi, bahasa, dan aktivitas-aktivitas lainnya.

Pelaku pencurian dengan kekerasan sebagian besar dilakukan lebih dari seorang atau secara berkelompok dan setiap pelaku mempunyai peran dan tugas yang berbeda-beda, dampak yang ditimbulkan dari tindak pidana pencurian dengan kekerasan atau ancaman kekerasan yakni menimbulkan luka-luka baik luka ringan maupun luka berat hingga menyebabkan kematian, selain mengalami kerugian fisik korban juga mengalami kerugian materiil dan psikis, oleh karena itu tindak pidana pencurian dengan kekerasan tidak dapat dikategorikan sebagai tindak pidana yang ringan. Modus operandi pelaku tindak pidana pencurian dengan kekerasan dilakukan dengan berbagai macam modus operandi dengan melihat pada tempat atau lokasi yang akan dijadikan sasaran serta perencanaan pencurian dengan kekerasan atau ancaman kekerasan dilakukan secara terencana dan terorganisir.


(9)

9

Kejahatan mengandung makna tertentu, yakni merupakan suatu pengertian dan penamaan yang relatif.Akan tetapi segala bentuk perbuatan dan tindakan tersebut dinilai oleh sebagian masyarakat sebagai perbuatan anti sosial. Dirasakan oleh masyarakat,terutama jika situasi suatu masyarakat tersebut sedang dalam keadaan berubah. Pada situasi ini biasanya rasa ketentraman dan kesejahteraan masyarakat sedikit banyak mendapat gangguan.

Ganguan ini misalnya berasal dari isu-isu dari berita-berita, di samping dapat diketahu dapat diketahui dari kenyataan-kenyataan yang sedang terjadi pada waktu itu. Tentu saja keadaan mencekam dan tidak aman tersebut dapat mengakibatkan timbulnya berbagai reaksi dari masyarakat,apakah reaksi itu berupa upaya untuk menghindarkan dari kenyataan,berusaha memberantasnya,ataupun reaksi yang berupa tindakan-tindakan balasan terhadap berbagai penyimpangan atau kejahatan yang terjadi itu.5Salah satu bentuk tindak kejahatan yang semakin hari semakin meningkat kuantitasnya maupun kualitasnya adalah tindak pidana pencurian yang menggunakan kekerasan.

Dalam masyarakat, banyak terjadi kasus-kasus yang dikategorikan ke dalam tindak pidana pencurian kendaran bermotor.

5


(10)

10

Apalagi semakin majunya teknologi pada masa sekarang, maka cara orang berfikir semakin maju. Keadaan tersebut sangat berpengaruh terhadap cara orang melakukan kejahatan, sehingga perbuatan tersebut harus mendapat penanganan yang lebih serius.

Dalam tindak pidana pencurian dengan kekerasan pelaku kejahatan yang dilarang dan diancam dengan hukuman di dalam kejahatan ini adalah perbuatan mengambil, yaitu membawa sesuatu barang di bawah kekuasaanya secara mutlak dan nyata. Perbuatan mengambil itu telah selesai, apabila barang tersebut telah berada di tangan pelaku walaupun seandinya benar bahwa kemudian ia telah melepaskan kembali barang itu karena ketahuan oleh orang lain.

Pelaku yang dikatakan telah melawan hukum yaitu pelaku tersebut memiliki suatu barang tanpa hak atau kekuasaan Ia tidak mempunyai hak untuk melakukan perbuatan memiliki. sebab Ia bukanlah orang yang punya. Hanya orang yang sebagai pemilik, yang memunyai hak untuk memilikinya.

Pelaku pencurian dengan kekerasan sebagian besar dilakukan lebih dari seorang atau secara berkelompok dan setiap pelaku mempunyai peran dan tugasyang berbeda-beda, dampak yang


(11)

11

ditimbulkan dari tindak pidana pencurian dengan kekerasan atau ancaman kekerasan yakni menimbulkan luka-luka baik luka ringan maupun luka berat hingga menyebabkan kematian, selain mengalami kerugian fisik korban juga mengalami kerugian materiil dan psikis, oleh karena itu tindak pidana pencurian dengan kekerasan tidak dapat dikategorikan sebagai tindak pidana yang ringan.

Kondisi-kondisi seperti kemiskinan dan pengangguran, secara relatif dapat memicu rangsangan-rangsangan untuk elakukan suatu tindak pidanaseperti kejahatan pencurian, penipuan, penggelapan, dan penyelundupan.Namun dalam hal ini penulis hanya memfokuskan pada tindak pidana pencurian.

Jenis kejahatan pencurian dengan kekerasan merupakan salah satu kejahatan yang paling sering terjadi di masyarakat, dimana hampir terjadi di setiap daerah-daerah yang ada di Indonesia seperti halnya di Kota Salatiga oleh karena itu, menjadi sangat logis apabila jenis kejahatan pencurian dengan kekerasan menempati urusan teratas diantara jeniskejahatan lainnya. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya tersangka dalam kejahatan pencurian yang diadukan ke Pengadilan. Sehingga perlu ditekan sedemikian rupa agar dapat menurungkan angka statistik yang senantiasa mengalami kenaikan setiap tahunnya.


(12)

12

Kejahatan pencurian dengan kekerasan pada hakikatnya dapat ditekan, salah satunya dengan cara meningkatkan sistem keamanan lingkungan, serta adanya kesadaran dari setiap individu dalam masyarakat untuk lebih waspada dalam menjaga harta benda miliknya, maupun dengan cara penerapan sanksi terhadap pelaku pencurian dengan kekerasan.

Kejahatan pencurian termuat dalam buku kedua Kitab Undang – Undang Hukum Pidana (KUHP), telah diklasifikasikan ke beberapa jeniskejahatan pencurian, mulai dari kejahatan pencurian biasa, Dimana pencurian dengan pemberatan adalah pencurian biasa yang disertai dengan cara-cara tertentu dan keadaan tertentu sehingga mempunyai sifat yang lebih berat. Dan oleh karenanya hukuman maksimum pun lebih berat dari pencurian biasa (Pasal 362 KUHP), kejahatn pencurian dengan pemberatan (Pasal 363 KUHP), kejahatan pencurian ringan (Pasal 364 KUHP), kejahatan pencurian dengan kekerasan (Pasal 365), kejahatan pencurian di dalam kalangan keluarga(Pasal 367 KUHP).

Modus operandi pelaku tindak pidana pencurian dengan kekerasan dilakukan dengan berbagai macam modus operandi dengan melihat pada tempat atau lokasi yang akan dijadikan sasaran serta perencanaan pencurian dengan kekerasan atau ancaman kekerasan


(13)

13

dilakukan secara terencanadan terorganisir. 6 Modus yang mereka gunakan beragam antara lain; Pelaku memasuki sasaran seolah-olah sebagai tamu, sedangkan pelaku yang lain menunggu diluar sesuai dengan perannya masing-masing. Korban diancam dengan senjata tajam atau senjata api dan dipaksa untuk memberikan sesuatu terhadap pelaku, apabila korban melawan pelaku akan melumpuhkan korban atau melukai ataupun membunuh, karena para pelaku tersebut tidak segan-segan untuk melukai atau bahkan membunuh para korbanya demi mendapatkan hasil curiannya. Oleh sebab itu tindak pidana, pencurian dengan kekerasan tersebut sering menimbulkan korban jiwa.7.

Dalam kasus ini dapat dipahami bahwa dalam Pasal 368 ayat 1 yang menyatakan8“Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan dirin sendiri atau orang lain secara melawan hukum, memaksa seorang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan untuk memberikan barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang itu atau orang lain, atau supaya membuat hutang maupun menghapuskan, piutang diancam karena pemerasan, dengan pidana penjara paling lama Sembilan tahun”. Soesilo menjelaskan pasal tersebut dalam bukunya

6

Hasil wawancara dengan.AKP Muh Zazid pada tanggal 5 Agustus pukul 13.OO.wib

7

Ibid

8


(14)

14

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal dan menamakan perbuatan dalam Pasal 368 ayat (1) KUHP sebagai pemerasan dengan kekerasan yang mana pemerasnya:9

1. memaksa orang lain;

2. untuk memberikan barang yang sama sekali atau sebagian termasuk kepunyaan orang itu sendiri atau kepunyaan orang lain, atau membuat utang atau menghapuskan piutang;

3. dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan hak

4. memaksanya dengan memakai kekerasan atau ancaman

kekerasan.

Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidikan dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya. Pengertian penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia

9

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl2025/pasal-untuk-menjerat-pelaku-pengancaman di kunjungi pada tanggal 5 Agustus 2015, pukul 22:47 WIB


(15)

15

atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan.

Kasus tindak pidana pencurian dengan kekerasan yang terjadi di wilayah hukum Polres Salatiga selama kurun waktu lima tahun mulai tahun 2011 sampai dengan bulan Oktober 2013 sebagai berikut:

Tabel 1.1

Jumlah Kasus Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan Polres Salatiga

No Tahun Jumlah Kasus

1 2011 39 kasus

2 2012 54 kasus

3 2013 42 kasus

Dari penjelasan diatas maka saya tertarik untuk menulis penelitian dengan judul MODUS OPERANDI TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN DI WILAYAH HUKUM KOTA SALATIGA.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana modus operandi dari tindak pidana pencurian dengan kekerasan yang terjadi di wilayah hukum Polres Salatiga?


(16)

16

2. Bagaimana kendala dan upaya penyidik dalam mengungkap tindak pidana pencurian dengan kekerasan yang terjadi di wilayah hukum Polres Salatiga?

1.3.Tujuan Penelitian

1. Mengetahui dan menganalisis apa saja modus operandi dari tindak pidana pencurian dengan kekerasan yang terjadi di wilayah hukum Polres Salatiga.

2. Mengetahui saja kendala dan upaya penyidik dalam mengungkap tindak pidana pencurian dengan kekerasan yang terjadi di wilayah hukum Polres Salatiga.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik dari segi teoritis, maupun praktis.

a. Segi Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memeberikan kesempatan kepada penulis untuk berlatih berargumentasi secara ilmiah dan untuk ilmu khususnya perkembangan Ilmu Hukum Pidana.

b. Segi Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif sebagai bahan masukan dan para penegak hukum seharusnya


(17)

17

lebih cekatan dalam mengatasi tindak pidana yang terjadi di tengah masyarakat.

1.5. Metode Penelitian 1. Sifat Penelitian.

Penilitian ini adalah penelitian yang bersifat yuridis normatif, karena menganalisis tentang undang-undang kepolisian dan Kitab Undang-undang Hukum Pidana.

2. Pendekatan masalah.

Pendakatan tentang Undang-Undang kepolisian No 2 Tahun 2002, Pendekatan konsep tentang analisis modus operandi tindak pidana pencurian dan Pendekatan kasus pencurian dengan kekerasan.

3. Bahan Hukum

a. Bahan hukum primer yaitu berupa, Kitab Undang-undag Hukum Pidana ,Undang-undang kepolisian No 2 Tahun 2002 b. Bahan hukum sekunder yaitu hasil penelitian di Polres Salatiga c.

Jurnal,http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl2025/pasal-untuk-menjerat-pelaku-pengancaman

d. Bahan hukum tersier, Kamus dan Insiklopedi e. Pengumpulan Bahan Hukum


(18)

18

g. Kasus modus operandi tindak pidana pencurian dengan kekerasan yang terjadi di Kota Salatiga

Metode analisis

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah hukum empiris dengan metode pendekatan yuridis kriminalistik yang lebih memfokuskan pada uapaya untuk mengungkap tindak pidana pencurian dengan kekerasan yang terjadi di wilayah hukum Polres Salatiga dengan menggunakan ilmu bantu modern.

1.6. Sistematika Penulisan

Sistem pembahasan penelitian yang akan disajikan dalam penelitian ini terdiri dari 4 (empat) bab, yang secara terinci sebagai berikut:

Bab I: PENDAHULUAN

Bab ini memutar tentang latar belakang permasalahan yang menguraikan hal-hal yang menjadi dasar pertimbangan dibuatnya tulisan ini . Dalam bab ini juga dapat dibaca pokok permasalahan ,Tujuan penelitian dan Manfaat penelitian ,Metode penelitian dan Sistematika penulisan.


(19)

19 Bab II : PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan menguraikan mengenai soal hakekat modus operandi pencurian dengan kekerasan, yang akan diteliti lebih jauh lagi soal bagaimana tentang modus operandi pencurian dengan kekerasan di hukum positif Indonesia.

Bab III: PENUTUP DIKEMUKAKAN HASIL PEMBAHASAN, KESIMPULAN DAN SARAN.

Dalam bab ini penulis menguraikan mengenai pembahasan dan kesimpulan dari diteliti lebih jauh lagi soal bagaimana tentang modus operandi pencurian dengan kekerasan di hukum positif Indonesia, khususnya di Salatiga.


(20)

20 Daftar Pustaka

Topo Santoso, Eva Achjhani Zulfa, Kriminologi, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2003, hlm. 16

W. A. Bonger, Pengantar tentang Kriminologi, Ghalia Indonesia, 1977, hlm. 88

Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia Edisi Kedua, Sinar Grafika, Jakarta,2012, hlm 120

Kartini Kartono., Patologi Sosial, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2007, hlm.Vi.

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2005, hlm., 10-11.

Bambang Poernomo1987, Asas-Asas Hukum Pidana Ghaila Indonesia, Jakarta

Barda Nawawi Arief ,1991 ,Upaya Non penal dalam penanggulangan kejahatan

Sahetapy dan Mardjono Reksodiputro ,1982 Paradoks dalam kriminologi Rajawali, Jakarta

R.Tresna 1995, Hukum Pidana ,Sinar Baru, Jakarta

Hasil wawancara dengan.AKP Muh Zazid pada tanggal 5 Agustus pukul 13.OO.wib

Prasetyo Teguh. 2012.PT Raja Grafindo Persada. Jakarta Pasal 368 ayat 1 ,Kitab Undang-Undang Hukum Pidana


(21)

21

Abidin A.Zainal 2007 ,Hukum Pidana I ,Sinar Grafika ,Jakarta,hal. 18

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl2025/pasal-untuk-menjerat-pelaku-pengancaman di kunjungi pada tanggal 5 Agustus 2015, pukul 22:47 WIB


(1)

16 2. Bagaimana kendala dan upaya penyidik dalam mengungkap tindak pidana pencurian dengan kekerasan yang terjadi di wilayah hukum Polres Salatiga?

1.3.Tujuan Penelitian

1. Mengetahui dan menganalisis apa saja modus operandi dari tindak pidana pencurian dengan kekerasan yang terjadi di wilayah hukum Polres Salatiga.

2. Mengetahui saja kendala dan upaya penyidik dalam mengungkap tindak pidana pencurian dengan kekerasan yang terjadi di wilayah hukum Polres Salatiga.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik dari segi teoritis, maupun praktis.

a. Segi Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memeberikan kesempatan kepada penulis untuk berlatih berargumentasi secara ilmiah dan untuk ilmu khususnya perkembangan Ilmu Hukum Pidana.

b. Segi Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif sebagai bahan masukan dan para penegak hukum seharusnya


(2)

17 lebih cekatan dalam mengatasi tindak pidana yang terjadi di tengah masyarakat.

1.5. Metode Penelitian 1. Sifat Penelitian.

Penilitian ini adalah penelitian yang bersifat yuridis normatif, karena menganalisis tentang undang-undang kepolisian dan Kitab Undang-undang Hukum Pidana.

2. Pendekatan masalah.

Pendakatan tentang Undang-Undang kepolisian No 2 Tahun 2002, Pendekatan konsep tentang analisis modus operandi tindak pidana pencurian dan Pendekatan kasus pencurian dengan kekerasan.

3. Bahan Hukum

a. Bahan hukum primer yaitu berupa, Kitab Undang-undag Hukum Pidana ,Undang-undang kepolisian No 2 Tahun 2002 b. Bahan hukum sekunder yaitu hasil penelitian di Polres Salatiga c.

Jurnal,http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl2025/pasal-untuk-menjerat-pelaku-pengancaman

d. Bahan hukum tersier, Kamus dan Insiklopedi e. Pengumpulan Bahan Hukum


(3)

18 g. Kasus modus operandi tindak pidana pencurian dengan

kekerasan yang terjadi di Kota Salatiga

Metode analisis

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah hukum empiris dengan metode pendekatan yuridis kriminalistik yang lebih memfokuskan pada uapaya untuk mengungkap tindak pidana pencurian dengan kekerasan yang terjadi di wilayah hukum Polres Salatiga dengan menggunakan ilmu bantu modern.

1.6. Sistematika Penulisan

Sistem pembahasan penelitian yang akan disajikan dalam penelitian ini terdiri dari 4 (empat) bab, yang secara terinci sebagai berikut:

Bab I: PENDAHULUAN

Bab ini memutar tentang latar belakang permasalahan yang menguraikan hal-hal yang menjadi dasar pertimbangan dibuatnya tulisan ini . Dalam bab ini juga dapat dibaca pokok permasalahan ,Tujuan penelitian dan Manfaat penelitian ,Metode penelitian dan Sistematika penulisan.


(4)

19 Bab II : PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan menguraikan mengenai soal hakekat modus operandi pencurian dengan kekerasan, yang akan diteliti lebih jauh lagi soal bagaimana tentang modus operandi pencurian dengan kekerasan di hukum positif Indonesia.

Bab III: PENUTUP DIKEMUKAKAN HASIL PEMBAHASAN,

KESIMPULAN DAN SARAN.

Dalam bab ini penulis menguraikan mengenai pembahasan dan kesimpulan dari diteliti lebih jauh lagi soal bagaimana tentang modus operandi pencurian dengan kekerasan di hukum positif Indonesia, khususnya di Salatiga.


(5)

20 Daftar Pustaka

Topo Santoso, Eva Achjhani Zulfa, Kriminologi, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2003, hlm. 16

W. A. Bonger, Pengantar tentang Kriminologi, Ghalia Indonesia, 1977, hlm. 88

Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia Edisi Kedua, Sinar Grafika, Jakarta,2012, hlm 120

Kartini Kartono., Patologi Sosial, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2007, hlm.Vi.

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2005, hlm., 10-11.

Bambang Poernomo1987, Asas-Asas Hukum Pidana Ghaila Indonesia, Jakarta

Barda Nawawi Arief ,1991 ,Upaya Non penal dalam penanggulangan kejahatan

Sahetapy dan Mardjono Reksodiputro ,1982 Paradoks dalam kriminologi Rajawali, Jakarta

R.Tresna 1995, Hukum Pidana ,Sinar Baru, Jakarta

Hasil wawancara dengan.AKP Muh Zazid pada tanggal 5 Agustus pukul 13.OO.wib

Prasetyo Teguh. 2012.PT Raja Grafindo Persada. Jakarta Pasal 368 ayat 1 ,Kitab Undang-Undang Hukum Pidana


(6)

21 Abidin A.Zainal 2007 ,Hukum Pidana I ,Sinar Grafika ,Jakarta,hal. 18

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl2025/pasal-untuk-menjerat-pelaku-pengancaman di kunjungi pada tanggal 5 Agustus 2015, pukul 22:47 WIB


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Modus Operandi Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan: Studi Kasus pada Polres Salatiga T1 312012088 BAB II

0 3 38

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Modus Operandi Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan: Studi Kasus pada Polres Salatiga

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penegakan Hukum terhadap Tindak Pidana Pencurian Getah Karet PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Getas Salatiga T1 312012028 BAB I

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penegakan Hukum terhadap Tindak Pidana di Bidang Kehutanan: studi kasus di Polres Wonogiri T1 312012029 BAB I

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penegakan Hukum terhadap Pasal 296 KUHP tentang Tindak Pidana Prostitusi oleh Polres Salatiga T1 312007078 BAB I

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penegakan Hukum terhadap Pasal 296 KUHP tentang Tindak Pidana Prostitusi oleh Polres Salatiga T1 312007078 BAB II

0 3 35

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penanganan Tindak Pidana Pencurian dengan Pendekatan Restorative Justice: Studi Kasus di Desa Lengkongecamatan Garungabupaten Wonosobo T1 BAB II

0 0 48

T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penanganan Tindak Pidana Pencurian dengan Pendekatan Restorative Justice: Studi Kasus di Desa Lengkongecamatan Garungabupaten Wonosobo T1 BAB I

0 0 23

T1__BAB III Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penanganan Tindak Pidana Pencurian dengan Pendekatan Restorative Justice: Studi Kasus di Desa Lengkongecamatan Garungabupaten Wonosobo T1 BAB III

0 0 5

T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tanggungjawab Pidana Korporasi dalam Tindak Pidana Pembakaran Hutan T1 BAB I

0 0 12