GAMBARAN PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK ANTARA SISWA EKSTROVERTDAN INTROVERT DI SD KELAS IV PADA PEMBELAJARAN KONVENSIONAL.

(1)

GAMBARAN PERBANDINGAN KEMAMPUAN

KOMUNIKASI MATEMATIK DAN PEMECAHAN MASALAH

MATEMATIK ANTARA SISWA EKSTROVERT

DAN INTROVERT DI SD KELAS IV PADA

PEMBELAJARAN KONVENSIONAL

(Penelitian Deskriptif Komparatif di SDN Panjalin Kidul I

Kec. Sumberjaya Kab. Majalengka)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

MUMUN MUNTASIROH 0903293

MATEMATIKA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UPI KAMPUS SUMEDANG

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013


(2)

GAMBARAN PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK ANTARA

SISWA EKSTROVERT DAN INTROVERT DI SD KELAS IV PADA PEMBELAJARAN KONVENSIONAL

Oleh Mumun Muntasiroh

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

© Mumun Muntasiroh 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis.


(3)

MUMUN MUNTASIROH

GAMBARAN PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK ANTARA

SISWA EKSTROVERTDAN INTROVERT DI SD KELAS IV PADAPEMBELAJARAN KONVENSIONAL

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH Pembimbing I

Diah Gusrayani, M.Pd. NIP. 197808222005012003

Pembimbing II

Maulana, M.Pd. NIP. 198001252002121002

Mengetahui,

Ketua Program Studi PGSD Kelas UPI kampus Sumedang

Riana Irawati, M.Si. NIP. 198011252005012002


(4)

GAMBARAN PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK ANTARA

SISWA EKSTROVERTDAN INTROVERT DI SD KELAS IV PADA PEMBELAJARAN KONVENSIONAL

(Penelitian Deskriptif Komparatif di SDN Panjalin Kidul I Kec. Sumberjaya Kab. Majalengka)

Oleh

Mumun Muntasiroh 0903293

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Penguji I

Julia, M.Pd.

NIP. 198205132008121002

Penguji II

Maulana, M.Pd. NIP. 198001252002121002

Penguji III

Drs. Dede Tatang S., M.Pd. NIP. 195703251985031005

Mengetahui

Ketua Program Studi PGSD Kelas

Riana Irawati, M.Si. NIP. 198011252005012002


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “GAMBARAN PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK ANTARA SISWA EKSTROVERT DAN INTROVERT DI SD KELAS IV PADA PEMBELAJARAN

KONVENSIONAL” dan seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan tersebut, saya siap menanggung risiko yang dijatuhkan kepada saya apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap karya ini.

Sumedang, Juni 2013 Yang membuat pernyataan,

Mumun Muntasiroh NIM. 0903293


(6)

(7)

i

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan dan Batasan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Pentingnya Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Definisi Operasional ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Kemampuan Komunikasi Matematik dan Pemecahan Masalah Matematik ... 8

1. Pengertian Matematika ... 8

2. Kemampuan Komunikasi Matematik ... 9

3. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik ... 10

B. Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert ... 11

1. Pengertian Kepribadian ... 11

2. Aspek-aspek Kepribadian ... 12

3. Pengertian Kepribadian Ekstrovert dan Introvert serta Ciri-Cirinya ... 12

4. Kelebihan dan Kelemahan Kepribadian Ekstrovert dan Introvert ... 13

5. Cara Mengukur Kepribadian ... 14

C. Teori Kepribadian Carl Gustav Jung ... 17

D. Metode Pembelajaran Konvensional ... 18

1. Pengertian Metode Pembelajaran Konvensional ... 18

2. Macam-macam Pembelajaran Konvensional ... 18

E. Temuan yang Relevan ... 20

F. Hipotesis ... 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 23

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23

B. Subjek Penelitian ... 23

C. Jenis Penelitian ... 23

D. Desain Penelitian ... 24


(8)

ii

F. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya ... 25

1. Soal Tes ... 25

a. Validitas Soal Tes ... 25

b. Reliabilitas Soal Tes ... 27

c. Daya Pembeda ... 28

d. Indeks Kesukaran ... 29

2. Nontes ... 32

a. Tes Kepribadian Siswa ... 32

b. Angket ... 34

c. Observasi ... 35

d. Pedoman Wawancara ... 36

G. Bahan Ajar ... 36

H. Teknik Pengolahan Data ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematik pada Siswa Ekstrovert ... 38

B. Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematik pada Siswa Introvert ... 41

C. Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika pada Siswa Ekstrovert ... 43

D. Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika pada Siswa Introvert ... 46

E. Perbandingan Kemampuan Komunikasi Matematik antara Siswa Ekstrovert dan Introvert ... 48

F. Perbandingan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik antara Siswa Ekstrovert dan Introvert ... 50

G. Keaktifan Siswa dalam Belajar ... 51

H. Hasil Temuan dan Pembahasan ... 53

BAB V KESIM PULAN DAN SARAN ... 58

A. Kesimpulan ... 58

B. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 61

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 65


(9)

iii

DAFTAR TABEL

Table 1.1 19 Kemampuan yang Diperlukan di Pasar kerja Menurut

Ranking ... 3

Tabel 2.1Kelebihan dan Kelemahan Kepribadian Ekstovert dan Introvert ... 14

Table 2.2 Macam-macam Cara Mengukur Kepribadian ... 15

Tabel 2.3 Tipologi Jung ... 17

Tabel 3.1 Interpretasi Validitas � ... 26

Tabel 3.2 Interpretasi Reliabilitas �11 ... 28

Tabel 3.3 IntrepretasiDaya Pembeda ... 29

Tabel 3.4 Interpretasi Indeks Kesukaran ... 30

Tabel 3.5 Rekapitulasi Analisis Butir Soal pada Soal Bilangan Romawi .. 31

Tabel 3.6 Rekapitulasi Analisis Butir Soal pada Soal Simetri dan Pencerminan ... 32

Tabel 3.7 Hasil Tes MBTI (Myers-Briggs Type Indicator) Kelas IVa ... 33

Tabel 3.8 Hasil Tes MBTI (Myers-Briggs Type Indicator) Kelas IVb ... 34

Tabel 3.9 Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Meteri Pokok, dan Submateri ... 37

Tabel 4.1 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Ekstrovert pada Materi Bilangan Romawi, Simetri, dan Pencerminan ... 39

Tabel 4.2 Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Ekstrovert Berdasarkan Indikator Kemampuan ... 41

Tabel 4.3 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Introvert pada Materi Bilangan Romawi, Simetri, dan Pencerminan ... 42

Tabel 4.4 Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Introvert Berdasarkan Indikator Kemampuan ... 43

Tabel 4.5 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Ekstrovert pada Materi Bilangan Romawi dan Simetri ... 44

Tabel 4.6 Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Ekstrovert Berdasarkan Indikator Kemampuan ... 45

Tabel 4.7 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Introvert pada Materi Bilangan Romawi dan Simetri ... 46

Tabel 4.8 Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Introvert Berdasarkan Indikator Kemampuan ... 47

Tabel 4.9 Perbandingan Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematik antara Siswa Ekstrovert dan Introvert ... 48

Tabel 4.10 Perbandingan Siswa Ekstrovert dan Introvert dalam Kemampuan Komunikasi Matematik Dilihat dari Butir Soal dan Materi Pelajaran ... 49

Tabel 4.11 Perbandingan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik antara Siswa Ekstrovert dan Introvert ... 50


(10)

iv

Tabel 4.12 Perbandingan Siswa Ekstrovert dan Introvert dalam Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Dilihat dari

Butir Soal dan Materi Pelajaran ... 51 Tabel 4.13 Tingkat Keaktifan, Kemampuan Komunikasi Matematik,

dan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Ekstrovert dan

Introvert ... 52 Tabel 4.14 Tingkat keaktifan siswa ekstrovert dan introvert ... 53


(11)

v

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran A Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Lampiran A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP 1) ... 65

Lampiran A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP 2) ... 70

Lampiran B Tes Lampiran B.1 Kisi-Kisi Soal Komunikasi Matematik dan Pemecahan Masalah Matematik ... 74

Lampiran B.2 Soal ... 77

Lampiran B.3 Penilaian dan Kunci Jawaban ... 81

Lampiran C Nontes Lampiran C.1 Tes MBTI (MYERS-BRIGGS TYPE INDICATOR) ... 84

Lampiran C.2 Format Penilaian Tes MBTI ... 87

Lampiran C.3 Lembar Observasi Keaktifan Siswa ... 88

Lampiran C.4 Pedoman Wawancara untuk Guru ... 89

Lampiran D Hasil Uji Coba Instrumen Lampiran D.1 Validitas Keseluruhan Soal Bilangan Romawi No. 1-6 ... 90

Lampiran D.2 Validitas Keseluruhan Soal Bilangan Romawi No. 7-9 . 92 Lampiran D.3 Validitas Keseluruhan Soal Simetri dan Pencerminan .. 95

Lampiran D.4 Validitas Butir Soal ... 97

Lampiran D.5 Daya Pembeda ... 98

Lampiran D.6 Indeks Kesukaran ... 99

Lampiran E Data Hasil Penelitian Lampiran E.1 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Ekstrovert ... 100

Lampiran E.2 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Introvert ... 101

Lampiran E.3 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Ekstrovert ... 102

Lampiran E.4 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Introvert ... 103

Lampiran E.5 Hasil Tes MBTI (Myers-Briggs Type Indicator) Kelas IVa ... 104

Lampiran E.6 Hasil Tes MBTI (Myers-Briggs Type Indicator) Kelas IVa ... 105

Lampiran E.7 Hasil Observasi Keaktifan Siswa Ekstrovert dalam Belajar di Kelas ... 106

Lampiran E.8 Hasil Observasi Keaktifan Siswa Introvert dalam Belajar di Kelas ... 107

Lampiran E.9 Hasil Wawancara ... 108

Lampiran E.10 Dokumentasi ... 109

Lampiran F Surat-surat Lampiran F.1 Surat Keputusan Pembimbing ... 112


(12)

vi

Lampiran F.3 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian ... 114 Lampiran G Daftar Monitoring Bimbingan


(13)

1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006, kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematik merupakan bagian dari tujuan mata pelajaran matematika. Dalam kurikulum tersebut diuraikan bahwa mata pelajaran matematika bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut.

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model matematika dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah bagi setiap siswa memiliki kadar yang berbeda. Kemungkinan hal ini karena perbedaan faktor internal dan eksternal yang diperoleh dan dialami siswa. Misalnya karena dukungan orang tua dan adanya hadiah yang diberikan, mendorong siswa untuk lebih giat belajar sehingga kemampuannya lebih terasah.

Dilihat dari sudut pandang kepribadian, tipe kepribadian ekstrovert dan introvert memiliki cara yang berbeda dalam hal berkomunikasi dan memecahkan masalah. Dalam sebuah survey yang digagas oleh Donna McMillan, menemukan bahwa “Apabila ada dua orang ekstrovert dan introvert yang dihadapkan dengan sebuah pertanyaan, maka ekstrovert akan menjawab secara hiperbola, sedangkan introvert akan menjawab dengan akurat” (Rettner dalam Fadly, 2012).Contohnya, si


(14)

2

ekstrovert akan menjawab, “Makanan ini enak sekali! Belum pernah saya merasakan yang seenak ini”, lain halnya dengan orang introvert, ia hanya mengucapkan “Iya, enak”. Menurut McMillan (Fadly, 2012), kepribadian ekstrovert dianggap sebagai perusak survey atau membuatnya menjadi tidak akurat karena ia memberikan informasi secara berlebihan.

Dalam hal memecahkan masalah, sebuah artikel yang mengutip pendapat dari Cain (Setyanti, 2012), mengatakan bahwa orang yang introvert adalah “orang yang gigih, rajin, dan fokus pada pekerjaan yang mereka lakukan”. Lebih lanjut ia mengatakan, apabila seorang introvert diberi masalah yang sulit dipecahkan, mereka akan bekerja lebih keras dan lebih baik daripada ekstrovert.

Namun demikian, kegiatan pembelajaran di zaman sekarang ini lebih mengupayakan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered), dimana menuntut siswa untuk aktif bertanya dan mengemukakan gagasannya. Tentu bagi siswa yang memiliki sifat tertutup sulit untuk menunjukan eksistensinya, sehingga kemampuan yang dimilikinya tidak terekspos. Dalam lembar observasi yang dikembangkan oleh Prihatini (2010) pun menunjukkan bahwa siswa yang aktif adalah siswa yang berani“mengajukan pendapat, pertanyaan, dan komentar sesuai konteks”. Dengan demikian terlihat bahwa siswa yang ideal adalah siswa yang memiliki tipe kepribadian ekstrovert. Meskipun pada kenyataannya tidak semua siswa ekstrovert tergolong siswa unggul.

Bagaimanapun, baik siswa ekstrovert maupun introvert perlu mendapat bimbingan dalam mengembangkan kemampuan komunikasi matematikdan pemecahan masalah matematik karena belum diketahui secara pasti bagaimana tingkat kemampuannnya. Siswa perlu mengembangkan kemampuan komunikasinya karena kemampuan tersebut merupakan kemampuan yang paling diperlukan dalam dunia kerja, seperti yang dilansir oleh National Association Of Colleges And Employee (NACE) (Elfindri, dkk., 2011) dalam survey yang dilakukan dengan hasil sebagai berikut.


(15)

3

Tabel 1.1

19 Kemampuan yang Diperlukan di Pasar Kerja Menurut Ranking

Kemampuan Nilai Skor Rangking Urgensi

Komunikasi 4,69 1

Kejujuran/integritas 4,59 2

Bekerjasama 4,54 3

Interpersonal 4,5 4

Etos kerja yang baik 4,46 5

Motivasi/inisiatif 4,42 6

Mampu beradaptasi 4,41 7

Analitikal 4,36 8

Komputer 4,21 9

Organisasi 4,05 10

Orientasi detail 4 11

Kepemimpinan 3,97 12

Percaya diri 3,95 13

Sopan/beretika 3,82 14

Bijaksana 3,75 15

Indeks prestasi > 3,00 3,68 16

Kreatif 3,59 17

Humoris 3,25 18

Kemampuan entrepreneurship 3,23 19

Hasil survey tersebut semakin menegaskan bahwa kemampuan komunikasi sangat penting dimiliki siswa dan juga kemampuan memecahkan masalah, khususnya dalam mata pelajaran matematika sebagai induknya ilmu. Oleh karena itu perlu diidentifikasi siswa-siswa yang kemampuannya rendah dalam kemampuan komunikasi matematika dan pemecahan masalah matematika, sehingga nantinya dapat diberi bimbingan untuk mengembangkan kemampuan tersebut.Sayangnya, selama ini jika diperhatikan, pelayanan bimbingan konseling di sekolah dasar belum


(16)

4

maksimal. Hanya sebatas pengumpulan data pribadi siswa untuk keperluan buku raport. Begitu pun yang terjadi di sekolah dasar negeri Panjalin Kidul I.

Karena pengetahuan guru dalam memahami kemampuan dalam masing-masing pribadi siswa sangat minim, terutama di SDN Panjalin Kidul I yang dalam proses pembelajaran lebih sering menggunakan metode konvensional, maka untuk itulah, penelitian ini dilakukan untuk melihat kecenderungan kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematik yang dimiliki siswa berdasarkan kepribadiannya. Apakah kebanyakan dari siswa introvert itu kemampuan komunikasinya rendah atau sebaliknya, dan apakah siswa yang ekstrovert memiliki kemampuan pemecahan masalah matematik yang bagus atau sebaliknya.

B.Rumusan dan Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan kedalam bentuk pertanyaan sebagai berikiut.

1. Bagaimana gambaran tingkat kemampuan komunikasi matematik siswa ekstrovert di kelas IV SDN Panjalin Kidul I pada pembelajaran konvensional?

2. Bagaimana gambaran tingkat kemampuan komunikasi matematik siswa introvert di kelas IV SDN Panjalin Kidul I pada pembelajaran konvensional?

3. Bagaimana gambaran tingkat kemampuan pemecahan masalah matematik siswa ekstrovertdi kelas IV SDN Panjalin Kidul I pada pembelajaran konvensional? 4. Bagaimana gambaran tingkat kemampuan pemecahan masalah matematik siswa

introvert di kelas IV SDN Panjalin Kidul I pada pembelajaran konvensional? 5. Berapa perbandingan persentase antara siswa ekstrovert dan introvert di kelas IV

SDN Panjalin Kidul I yang kemampuan komunikasi matematiknya tinggi, sedang, dan rendah?

6. Berapa perbandingan persentase antara siswa ekstrovert dan introvert di kelas IV SDN Panjalin Kidul I yang kemampuan pemecahan masalah matematiknya tinggi, sedang, dan rendah?


(17)

5

Penelitian ini difokuskan pada kelas IV semester genap dan dibatasi pada pembelajaran mengenai materi bilangan romawi, simetri, dan pencerminan.

C.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Gambaran tingkat kemampuan komunikasi matematik siswa ekstrovert di kelas IV SDN Panjalin Kidul I pada pembelajaran konvensional.

2. Gambaran tingkat kemampuan komunikasi matematik siswa introvert di kelas IV SDN Panjalin Kidul I pada pembelajaran konvensional.

3. Gambaran tingkat kemampuan pemecahan masalah matematik siswa ekstrovert di kelas IV SDN Panjalin Kidul I pada pembelajaran konvensional.

4. Gambaran tingkat kemampuan pemecahan masalah matematik siswa introvert di kelas IV SDN Panjalin Kidul I pada pembelajaran konvensional.

5. Perbandingan persentase antara siswa ekstrovert dan introvert di kelas IV SDN Panjalin Kidul I yang kemampuan komunikasi matematiknya tinggi, sedang, dan rendah.

6. Perbandingan persentase antara siswa ekstrovert dan introvert di kelas IV SDN Panjalin Kidul Iyang kemampuan pemecahan masalah matematiknya tinggi, sedang, dan rendah.

7. Mengetahui keaktifan siswa kelas IV SDN Panjalin Kidul I dalam belajar.

D.Pentingnya Penelitian

Penelitian ini penting dilakukan untuk mengidentifikasi kemampuan apa yang rendah dimiliki siswa, apakah itu kemampuan komunikasi matematika atau kemampuan pemecahan masalah matematika, sehingga dapat membantu siswa mengembangkan kemampuannya, serta dapat memahami tipe kepribadian siswa, sehingga dapat diketahui kelemahannya dalam belajar.


(18)

6

E.Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

a. Peneliti dapat melihat kemampuan apa yang paling dominan dimiliki oleh siswadengan tipe kepribadian ekstrovert dan introvert di SDN Panjalin Kidul I. b. Dengan melakukan penelitian ini, peneliti memiliki pengalaman awal dalam

meneliti, sehingga untuk penelitian yang berikutnya akan lebih matang lagi. 2. Bagi Guru

a. Guru dapat mengembangkan kemampuan siswanya yang masih rendah.

b. Sebagai bahan masukan bagi guru untuk lebih memperhatikan kemampuan yang dimiliki siswanya.

3. Bagi Peneliti Lain

a. Penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan yang relevan bagi penelitian berikutnya.

b. Temuan dalam penelitian ini mungkin dapat memberi masalah baru bagi peneliti lain.

F. Definisi Operasional

1. Kepribadian (Ahmadi dan Sholeh, 2005) adalah keseluruhan pola (bentuk) tingkah laku, sifat-sifat, kebiasaan, kecakapan bentuk tubuh serta unsur-unsur psiko-fisik lainnya yang yang selalu menampakkan diri dalam kehidupan seseorang.

2. Kepribadian ekstrovert (Afsoh, 2012) adalah kepribadian yang stimulus utamanya berasal dari lingkungan sehingga dia lebih menyenangi bergaul dan bersama orang lain.

3. Kepribadian introvert (Afsoh, 2012) merupakan kepribadian yang stimulus utamanya berasal dari dirinya sendiri sehingga dia lebih senang untuk menyendiri dan biasanya cenderung lebih tertutup.


(19)

7

4. Metode pembelajaran adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran (Sudjana, 1998: 76).

5. Pembelajaran konvensional (Kholik, 2011) adalah proses pembelajaran yang lebih banyak didominasi guru sebagai pentransfer ilmu, sementara siswa lebih pasif sebagai penerima ilmu.

6. Kemampuan komunikasi matematikadalah kemampuan menyatakan peristiwa sehari-hari dalam simbol matematika, menghubungkan gambar ke dalam ide matematika, menjelaskan matematika yang sudah dipelajari secara tertulis, dan Menulis tentang matematika.

7. Kemampuan pemecahan masalah matematik adalah kemampuan siswa dalam merumuskan masalah, menerapkan strategi, menjelaskan hasil, dan menyusun model matematika.

8. Bilangan romawi atau angka romawi adalah sistem penomoran yang berasal dari Romawi Kuno (Wikipedia).

9. Benda simetris adalah benda yang mempunyai sumbu simetri. 10. Benda Asimetris adalah benda yang tidak memiliki sumbu simetri.

11. Sumbu simetri (Ismunamto, dkk., 2011) adalah garis khayal yang dapat membagi suatu bangun menjadi dua bagian yang sama besar dan sama bentuknya.


(20)

23 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Panjalin Kidul I yang berlokasi di Desa Panjalin Kidul, Kecamatan Sumberjaya, Kabupaten Majalengka. Lokasi ini dipilih karena beberapa alasan. Pertama, karena lokasinya yang strategis, sehingga mudah dijangkau. Kedua, karena kelas IV di SD tersebut berjumlah dua kelas, sehingga subjeknya penelitiannya akan banyak. Jika subjeknya sedikit, maka hasil penelitiannya kurang bagus. Ketiga, guru yang mengajar di SD tersebut sudah terbiasa dengan cara mengajar yang konvensional (metode ceramah, tanya-jawab, dan penugasan), sehingga cocok dengan penelitian. Keempat, karena sudah terbiasa ke SD tersebut, sehingga mudah dalam memperoleh perizinan.

Adapun waktu penelitiannya, dimulai dari uji coba instrumen tes pada bulan Februari 2013, hingga selesainya pengambilan data-data yang diperlukan pada bulan Mei 2013.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV dari SDN Panjalin Kidul I yang terdiri dari dua kelas, IVa dan IVb. Di kelas IVa jumlah siswanya sebanyak 33 orang dan kelas IVb 21 orang, sehingga totalnya 54 siswa.Alasan dipilihnya kelas IV karena kelas tersebut tergolong kelas tinggi, sehingga pembelajarannya tidak bersifat tematik. Selain itu, materi pada kelas IV semester genap belum terlalu rumit.

C. Jenis Penelitian

Sesuai dengan judulnya, penelitian ini bermaksud membandingkan suatu tipe kepribadian dengan kemampuan matematika siswa tanpa adanya perlakuan yang bersifat manipulatif terhadap variabelnya. Oleh karena itu, jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan studi komparatif. Menurut Whitney (Hatimah, dkk., 2007), penelitian deskriptif adalah pencarian fakta dengan


(21)

24

interpretasi yang tepat. Jenis penelitian deskriptif yang digunakan dalam penilitian ini adalah deskriptif komparatif, yaitu penelitian yang bersifat ex post facto.

D. Desain Penelitian

Model komparasi dalam penelitian ini, yaitu komparasi antara dua variabel yang independen, yaitu kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah, serta dua variansi subjek pada masing-masing variabel, ekstrovert dan introvert, dimana subjek-subjeknya tidak berkaitan satu sama lain. Desain penelitiannya dapat digambarkan sebagai berikut.

X1a : X1b X2a : X2b Keterangan:

X1a: kemampuan komunikasi siswa ekstrovert X1b: kemampuan komunikasi siswa introvert

X2a: kemampuan pemecahan masalah siswa ekstrovert X2b: kemampuan pemecahan masalah siswa introvert

E. Prosedur Penelitian

Ada empat tahapan dalam penelitian ini. Keempat tahap tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Tahap persiapan

Dalam tahap ini, peneliti terlebih dahulu mencari tahu berapa jumlah siswa yang ada di SD yang akan diteliti. Kemudian menyusun perangkat pembelajaran yang meliputi pembuatan rencana dan pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan pembuatan instrumen tes dan nontes. Selanjutnya menguji validitas dan reliabilitas alat tes.

2. Tahap pelaksanaan

Pada tahap ini, proses kegiatan belajar-mengajar akan berlangsung selama 3 pertemuan. Proses pengumpulan data akan berlangsung selama tahap ini.


(22)

25

3. Tahap analisis data

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah pengolahan data kualitatif berupa hasil tes kepribadian, data sosiometri, lembar observasi, dan hasil wawancara, serta pengolahan data kuantitatif, yakni soal kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematik.

4. Tahap pembuatan kesimpulan

Setelah semua data diolah dan dianalisis dengan cermat, barulah kemudian dilaksanakan penyimpulan terhadap penelitian yang dilakukan berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskan.

F. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya 1. Soal Tes

Soal tes yang diberikan adalah soal yang menguji kemampuan komunikasi matematika dan pemecahan masalah matematika. Pemberian soal-soal tersebut dikhususkan pada materi bilangan romawi, bangun datar simetri, dan pencerminan.

Agar soal yang diberikan memiliki kualitas yang baik, maka kaidah-kaidahnya harus dipenuhi, yakni memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi, daya pembeda yang baik dan derajat kesukaran yang bervariasi.

a. Validitas Soal Tes

Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur (Anderson, dkk. dalam Arikunto, 1997). Berdasarkan jenisnya, validitas dibedakan menjadi dua jenis, yaitu validitas logis dan empiris. Yang termasuk validitas logis adalah (Arikunto, 1997):

1) Validitas isi. Validitas ini terpenuhi jika materi pada soal tes sesuai atau berkaitan dengan tujuan pembelajaran.

2) Validitas konstruksi. Validitas ini terpenuhi jika tiap butir soal tes tersebut sesuai dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai

Validitas empiris terdiri dari vaiditas “ada sekarang” (concurrent validity) dan validitas prediksi (predictive validity) (Arikunto, 1997).


(23)

26

1) vaiditas “ada sekarang” (concurrent validity). Sesuai dengan jenis validitasnya, maka validitas ini diukur dengan memasangkan hasil tes yang baru dengan hasil tes pengalaman (yang sudah ada).

2) Validitas prediksi. Sesuai dengan namanya, validitas ini bersifat ramalan, yaitu mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang.

Adapun rumus untuk mencari validitas keseluruhan dan validitas tiap butir soal dihitung dengan menggunakan korelasi product moment dengan angka kasar, sebagai berikut (Arikunto, 1997: 69).

= � −

� 2 ( )2 2 ( )2 Keterangan:

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

n = banyaknya subyek

X = nilai tes yang akan dicari validitasnya Y = rata-rata nilai harian

Untuk validitas tiap butir soal, X adalah skor tiap butir soal, sedangkan Y adalah skor total butir soal. Hasil perhitungannya dapat ditafsirkan dengan dua cara. Pertama, dengan mengacu pada klasifikasi koefisien korelasi menurut Guilford (Suherman dan Sukjaya, 1990: 147), yaitu:

Tabel 3.1 Interpretasi Validitas �

Koefisien Korelasi Interpretasi 0,80 <� ≤ 1,00 Validitas Sangat Tinggi 0,60 <� ≤ 0,80 Validitas Tinggi

0,40 <� ≤ 0,60 Validitas Sedang 0,20 <� ≤ 0,40 Validitas Rendah 0,00 <� ≤ 0,20 Validitas Sangat Rendah

� ≤ 0,00 Tidak Valid

Kedua, dengan melihat tabel harga r product moment, sehingga dapat diketahui signifikan atau tidaknyakorelasi tersebut.Pada penelitian ini, cara


(24)

27

penafsiran validitas dilakukan dengan mengacu pada klasifikasi sesuai tabel di atas.

Dari hasil uji coba tes matematika yang dibagi tiga bagian soal, yaitu bilangan Romawi dari nomor 1-6, bilangan Romawi dari nomor 7-9, dan soal simetri dan pencerminan, validitasnya berturut-turut adalah 0,27 (rendah); 0,27 (rendah); dan 0,1 (sangat rendah).

Selanjutnya, diuji validitas butir soal, antara lain: nomor A1b dan A3a tidak valid. Validitas nomor A1c sangat rendah. Soal nomor A4a, B3, B5, dan C3 memiliki validitas rendah. soal nomor A1a, A1d, A2, A3c, A4b, A5a, A5b, A5c, A6a, A6b, B2a, B4, C1, dan C2 tergolong validitas sedang. Soal nomor A3b, A4c, A7, B1, dan B2a validitasnya tinggi. Soal nomor A8 dan A9 validitasnya tergolong sangat tinggi.

b. Reliabilitas Soal Tes

Reliabilitas (Arikunto, 1997) adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada subyek yang sama. Pada umumnya ada tiga metode dalam mencari reliabilitas suatu tes, yaitu metode bentuk paralel (equivalent), metode tes ulang (tes-retest method), dan metode belah dua (split-half method).

Untuk soal tes bentuk uraian, rumus yang digunakan adalah rumuscronbach alpha. Metode ini digunakan karena soal tes yang digunakan tidak mempunyai item benar/salah atau ya/tidak. Rumus perhitungannya adalah sebagai berikut.

r11 = ( n

n−1)(1− Si2 St2 )

Keterangan:

r11 : Koefisien reliabilitas

n : Banyaknya butir soal (item) Si2 : Jumlah varians skor tiap item

St2 : Varians skor total (Suherman dan Sukjaya, 1990: 194)

Berdasarkan tolok ukur yang dibuat Guildford (Suherman dan Sukjaya, 1990: 177), hasil perhitungan tersebut dapat diinterpretasikan sebagai berikut.


(25)

28

Tabel 3.2

Interpretasi Reliabilitas �11

Koefisien Korelasi Interpretasi �11≤ 0,20 Reliabilitas sangat rendah

0,20 <�11≤ 0,40 Reliabilitas rendah 0,40 <�11≤ 0,60 Reliabilitas sedang 0,60 < �11 ≤ 0,80 Reliabilitas tinggi

0,80 <�11 ≤ 1,00 Reliabilitas sangat tinggi

Karena soal-soal tes matematika yang diujicobakan terlalu banyak, maka soal tes yang diberikan dipecah menjadi tiga bagian, sehingga hasil reliabilitasnya ada tiga. Soal bagian A nomor 1 -6 memiliki reliabilitas yang sangat rendah, soal bagian A nomor 7 - 9 reliabilitasnya sangat rendah, dan soal bagian B dan C reliabilitasnya tinggi. Soal bagian A nomor 1 – 6 tergolong rendah karena tingkat kesukarannya banyak yang mudah, sedangkan soal bagian A nomor 7 – 9 semuanya tergolong sukar.

c. Daya Pembeda

Daya pembeda digunakan untuk mengetahui sejauh mana suatu butir soal mampu membedakan antara siswa yang pandai dan yang kurang pandai berdasarkan kriteria tertentu (Rusyan, dkk., 1991). Rumus dan kriteria daya pembeda adalah sebagai berikut.

Keterangan :

= rerata skor dari siswa-siswa kelompok atas yang menjawab benar untuk butir soal yang dicari daya pembedanya

= rerata skor dari siswa-siswa kelompok bawah untuk butir soal yang dicari daya pembedanya

SMI = Skor Maksimal Ideal (bobot) (Suherman dan Sukjaya, 1990: 202) Dengan kriteriaseperti yang tertera pada Tabel 3.4 (Suherman dan Sukjaya, 1990:202).


(26)

29

Tabel 3.3

Interpretasi Daya Pembeda Daya Pembeda Interpretasi

DP ≤ 0,00 Sangat Jelek

0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek

0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup

0,40 < DP ≤ 0,70 Baik

0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat Baik

Daya pembeda dari soal yang diujicobakan memiliki interpretasi sebagai berikut.

a) Daya pembeda jelek: soal nomor A1b, A1c, A3a, A4a, A6b, B3, dan C3. b) Daya pembeda Cukup: soal nomor A1a, A1d, A2, A3c, A5a, A5b, A5c, A6a,

A7, B1, B2a, B4, B5, dan C2.

c) Daya pembeda Baik: soal nomor A3b, A4b, A4c, A9, B2b, dan C1. d) Daya pembeda sangat baik: soal nomor A8.

d. Indeks Kesukaran

Indeks kesukaran tes adalah mengukur berapa besarnya kesukaran butir-butir suatu tes (Rusyan, 1991). Untuk menguji siswa, maka soal yang diberikan harus memiliki derajat kesukaran yang tepat. Indeks kesukaran dihitung berdasarkan rumus:

Keterangan :

= rerata skor dari siswa-siswa SMI = Skor Maksimal Ideal (bobot)

Untuk menginterpretasi indeks kesukaran, digunakan kriteria sebagai berikut (Suherman dan Sukjaya, 1990:213):


(27)

30

Tabel 3.4

Interpretasi Indeks Kesukaran Indeks Kesukaran Interpretasi

IK = 0,00 Terlalu Sukar

0,00 < IK ≤ 0,30 Sukar

0,30 < IK ≤ 0,70 Sedang

0,70 < IK < 1,00 Mudah

IK = 1,00 Terlalu Mudah

Indeks Kesukaran pada tiap-tiap soal dijabarkan sebagai berikut. 1) Sukar: soal nomor B2b dan C3.

2) Sedang: soal nomor A1a, A3c, A4b, A5a, A5b, A5c, A6a, A6b, A8, A9, B3, B4, B5, C2.

3) Mudah: soal nomor A1b, A1c, A1d, A2, A3b, A4a, A4c, A7, B1, dan C1. 4) Terlalu Mudah: soal nomor A3a

Hasil tes matematika soal bilangan romawi dan soal simetri dan pencerminan yang diujicobakan pada siswa kelas V, dapat disimpulkan pada Tabel 3.5 dan 3.6 di bawah ini. Soal-soal yang telah dipilih berdasarkan validitas dan reliabilitasnya, digunakan untuk postes dalam dua kali pertemuan.

1) Soal Bilangan Romawi

Untuk soal bilangan romawi, jumlah soal yang diperlukan adalah tujuh soal dengan alokasi waktu 60 menit. Hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa anak kelas IV di SD yang diteliti, hanya mampu mengerjakan soal kurang dari delapan nomor untuk satu pertemuan.Seperti yang terlihat dalam tabel, soal yang dipakai untuk mengevaluasi belajar siswa adalah soal bagian A nomor 2, 4c, 5b, 6a, 7, 8, dan 9.


(28)

31

Tabel 3.5

Rekapitulasi Analisis Butir Soal pada Soal Bilangan Romawi Validitas keseluruhan : 0,27 (Rendah)

Reliabilitas A1 – A6 :0,03 (Sangat Rendah) Reliabilitas A7 – A9 : -0,28 (Sangat Rendah) No

Soal

Validitas Daya Pembeda Tingkat kesukaran

Keterangan Koefisien Interpretasi Nilai

DP Interpretasi

Nilai

IK Interpretasi

A1a 0,53 Sedang 0,27 Cukup 0,65 Sedang Tidak Digunakan A1b -0,17 Tidak valid 0,00 Jelek 0,74 Mudah Tidak

Digunakan A1c 0,09 Sangat

Rendah

0,05 Jelek 0,85 Mudah Tidak Digunakan A1d 0,49 Sedang 0,23 Cukup 0,62 Mudah Tidak

Digunakan A2 0,56 Sedang 0,27 Cukup 0,64 Mudah Digunakan A3a 0,00 Tidak Valid 0,00 Jelek 1,00 Terlalu

Mudah

Tidak Digunakan

A3b 0,63 Tinggi 0,45 Baik 0,77 Mudah Tidak

Digunakan A3c 0,60 Sedang 0,27 Cukup 0,58 Sedang Tidak

Digunakan A4a 0,26 Rendah 0,03 Jelek 0,98 Mudah Tidak

Digunakan A4b 0,57 Sedang 0,55 Baik 0,70 Sedang Tidak

Digunakan A4c 0,65 Tinggi 0,55 Baik 0,71 Mudah Digunakan A5a 0,51 Sedang 0,30 Cukup 0,60 Sedang Tidak

Digunakan A5b 0,56 Sedang 0,36 Cukup 0,56 Sedang Digunakan A5c 0,53 Sedang 0,27 Cukup 0,50 Sedang Tidak

Digunakan A6a 0,51 Sedang 0,21 Cukup 0,47 Sedang Digunakan A6b 0,41 Sedang 0,18 Jelek 0,47 Sedang Tidak

Digunakan A7 0,61 Tinggi 0,25 Cukup 0,88 Mudah Digunakan A8 0,88 Sangat

Tinggi

0,71 Sangat Baik 0,49 Sedang Digunakan

A9 0,89 Sangat Tinggi

0,67 Baik 0,60 Sedang Digunakan

2) Soal Simetri dan Pencerminan

Jumlah soal yang dipakai adalah tujuh soal, yaitu soal nomor B1, B2, B4, B5, C1, C2, dan C3, untuk alokasi waktu 60 menit karena soal tersebut berupa


(29)

32

uraian, sehingga membutuhkan banyak waktu untuk menjawab. Untuk soal nomor C3, validitasnya rendah karena soal tersebut tergolong sukar. Karena untuk menguji kemampuan siswa tingkat tinggi diperlukan soal yang sulit, maka soal tersebut akan tetap dipakai.

Tabel 3.6

Rekapitulasi Analisis Butir Soal pada Soal Simetri dan Pencerminan Validitas keseluruhan : 0,1 (Sangat Rendah)

Reliabilitas :0,61 (Tinggi) No

Soal

Validitas Daya Pembeda Tingkat kesukaran

Keterangan Koefisien Interpretasi Nilai

DP Interpretasi

Nilai

IK Interpretasi

B1 0,66 Tinggi 0,21 Cukup 0,84 Mudah Digunakan B2a 0,45 Sedang 0,26 Cukup 0,64 Sedang Digunakan B2b 0,73 Tinggi 0,63 Baik 0,26 Sukar Digunakan

B3 0,27 Rendah 0,11 Jelek 0,34 Sedang Tidak Digunakan B4 0,58 Sedang 0,24 Cukup 0,36 Sedang Digunakan B5 0,34 Rendah 0,33 Cukup 0,49 Sedang Digunakan C1 0,60 Sedang 0,44 Baik 0,71 Mudah Digunakan C2 0,49 Sedang 0,28 Cukup 0,68 Sedang Digunakan C3 0,33 Rendah 0,19 Jelek 0,26 Sukar Digunakan

2. Nontes

a. Tes Kepribadian Siswa

Tes kepribadian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes MBTI (Myers-Briggs Type Indicator). Digunakannya tes kepribadian ini karena tes ini sudah banyak digunakan oleh perusahaan untuk menguji dan mengevaluasi kepribadian calon pegawainya.

Meskipun tes ini mengukur empat skala kepribadian, yaitu ekstrovert-introvert, sensing-intuition, thinking-feeling, dan judging-perceiving, tetapi yang diambil hanya inventori skala ekstrovert-introvert saja. Berikut ini adalah hasil tes MBTI pada siswa kelas IVa dan IVb.


(30)

33

1) Kelas IVa

Tabel 3.7

Hasil Tes MBTI (Myers-Briggs Type Indicator) Kelas IVa Nomor

Absen

Jumlah Jawaban Tipe Kepribadian Keterangan

A B

1 Tidak Hadir

2 12 13 Ambivert

3 17 8 Ekstrovert

4 18 7 Ekstrovert

5 12 13 Ambivert

6 13 12 Ambivert

7 15 10 Ekstrovert

8 10 15 Introvert

9 19 6 Ekstrovert

10 17 8 Ekstrovert

11 15 10 Ekstrovert

12 15 10 Ekstrovert

13 17 8 Ekstrovert

14 15 10 Ekstrovert

15 17 8 Ekstrovert

16 14 11 Ekstrovert

17 13 12 Ambivert

18 17 8 Ekstrovert

19 17 8 Ekstrovert

20 15 10 Ekstrovert

21 17 8 Ekstrovert

22 13 12 Ambivert

23 16 9 Ekstrovert

24 20 5 Ekstrovert

25 12 13 Ambivert

26 13 12 Ambivert

27 17 8 Ekstrovert

28 Keluar

29 18 7 Ekstrovert

30 17 8 Ekstrovert

31 14 11 Ekstrovert

32 15 10 Ekstrovert

33 15 10 Ekstrovert

34 Keluar

35 18 7 Ekstrovert

Keterangan:

Jumlah Ekstrovert = 24 Jumlah Introvert = 1 Jumlah Ambivert = 7


(31)

34

2) Kelas IVb

Tabel 3.8

Hasil Tes MBTI (Myers-Briggs Type Indicator) Kelas IVb Nomor

Absen

Jumlah Jawaban Tipe Kepribadian Keterangan

A B

1 Tidak Hadir

2 15 10 Ekstrovert

3 19 6 Ekstrovert

4 Tidak Hadir

5 17 8 Ekstrovert

6 Tidak Hadir

7 18 7 Ekstrovert

8 9 15 Introvert

9 14 11 Ekstrovert

10 9 16 Introvert

11 16 9 Ekstrovert

12 13 12 Ambivert

13 17 8 Ekstrovert

14 17 8 Ekstrovert

15 16 9 Ekstrovert

16 11 14 Introvert

17 18 7 Ekstrovert

18 22 3 Ekstrovert

19 15 10 Ekstrovert

20 Tidak Hadir

21 13 12 Ambivert

Jumlah Ekstrovert = 12 Jumlah Introvert = 3 Jumlah Ambivert = 2

b. Observasi

Observasi (Riduwan, 2006: 57) yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Ada tiga jenis observasi berdasarkan peranan observer (Walgito, 2010), yaitu: a) observasi partisipasi, yaitu observer turut serta dengan orang-orang yang diobservasi, b) observasi nonpartisipasi, yaitu observer hanya diposisikan sebagai penonton, c) kuasi partisipasi, yaitu observer hanya berpura-pura turut serta


(32)

35

dengan yang di observasi. Dalam penelitian yang hendak dilakukan, peneliti bertindak sebagai observer nonpartisipasi.

Berdasarkan pelaksanaannya, observasi dapat dibagi dalam dua jenis (Walgito, 2010), yaitu observasi sistematis dan nonsistematis. Observasi yang akan dilaksanakan mengambil observasi yang sistematis karena berpedoman pada lembar observasi yang sudah disusun.

Ditilik dari segi situasinya, observasi dapat digolongkan ke dalam tiga jenis. Pertama, free situation observation, observasi ini dijalankan dalam situasi yang bebas. Kedua, manipulated situation observation, yaitu observasi yang situasinya sengaja diadakan. Ketiga, partially controlled situation observation, yakni observasi yang sebagian situasinya terkontrol dan sebagian lagi tetap dalam situasi yang bebas. Dalam penelitian ini, jenis observasi yang dipakai adalah observasi partially controlled situation observation karena kegiatan pembelajaran mengikuti rencana yang sudah disusun oleh observer, tetapi pengajar bebas mengeksplorasi kegiatan belajar sesuai yang dikehendaki. Observasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keaktifan siswa dalam belajar di kelas dan yang menjadi observer dalam penelitian ini adalah peneliti.

c. Pedoman Wawancara

Wawancara (Riduwan, 2006: 56) adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Ada tiga jenis wawancara, yaitu:

1) Wawancara terpimpin, yaitu pertanyaan diajukan berdasarkan daftar pertanyaan yang telah disusun.

2) Wawancara bebas, yaitu suatu pembicaraan antara pewawancara dengan nara sumber yang tidak terikat dengan daftar pertanyaan, tetapi pewawancara menggunakan tujuan penelitian sebagai pedoman.

3) Wawancara bebas terpimpin merupakan gabungan dari wawancara bebas dan terpimpin.

Wawancara dalam penelitian ini berpedoman pada wawancara bebas. Dalam penelitian ini, guru di SD yang diteliti akan menjadi narasumber. Wawancara


(33)

36

yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah soal ulangan harian yang dibuat dan dipakai oleh guru dalam mengetes siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai atau tidak dan apa pertimbangan guru sehingga anak yang tidak bisa membaca atau memiliki kemampuan yang kurang, bisa naik kelas.

G. Bahan Ajar

Materi pokok yang akan diajarkan adalah materi bilangan romawi, yang meliputi pengenalan lambang bilangan Romawi, mengubah bilangan Romawi ke dalam bilangan asli atau sebaliknya, serta materi bangun datar dengan sub materisimetri dan pencerminan. Standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dipakai dapat dilihat dalam Tabel 3.8.

Metode pembelajaran yang dipakai dalam pembelajaran ini adalah metode konvensional, berupa metode ceramah, tanya-jawab, dan penugasan.

Tabel 3.9

Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Meteri Pokok, dan Submateri Standar

Kompetensi

Kompetensi Dasar Materi Pokok

Submateri 7. Menggunakan

lambang bilangan romawi

Mengenal lambang bilangan romawi

Bilangan romawi

Lambang bilangan romawi.

Menyatakan bilangan cacah sebagai bilangan romawi dan sebaiknya.

Mengubah bilangan romawi ke dalm bilangan asli atau sebaliknya.

8. Memahami sifat bangun ruang sederhana dan hubungan antar bangun datar.

Mengidentifikasi beda-benda dan bagun datar simetris

Bangun datar Simetri lipat

Sumbu simetri

Menentukan hasil

pencerminan suatu bangun datar.

Pencerminan

H.Teknik Pengolahan Data

Dalam penelitian ini, ada dua jenis data yang diperoleh, data kuantitatif dan data kualitatif. Yang pertama kali dilakukan dalam pengolahan data kuantitatif adalah menganalisis validitas dan reliabilitas soal yang diujicobakan. Selanjutnya akan dipilih soal-soal yang memiliki validitas yang baik untuk


(34)

37

diberikan pada postes dan akan dianalisis hasilnya, yaitu dengan terlebih dahulu mengelompokkan soal yang berjenis kemampuan komunikasi matematik dan pemecahan masalah matematik. Setelah itu, dihitung skor untuk masing-masing kemampuan dan diberi interpretasi tinggi, sedang, dan rendah. Pada tahap selanjutnya akan dibuat persentase untuk membandingkan antara siswa ekstrovert dan introvert.

Sementara untuk data kualitatif, data-data yang diolah adalah tes kepribadian MBTI dan lembar observasi, sedangkan hasil angket dan wawancara digunakan sebagai data pelengkap.

Untuk tes kepribadian MBTI, siswa yang memilih opsi A lebih banyak daripada opsi B, maka kepribadiannya cenderung ekstrovert. Apabila sebaliknya, maka kepribadiannya cenderung introvert.


(35)

58 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Dalam kemampuan komunikasi matematik, 1) tingkat kemampuan siswa ekstrovert yang berada pada kategori sedang dan rendah memiliki proporsi yang sama, rata-rata siswa ekstrovert memiliki kemampuan yang rendah, skor kemampuan komunikasi matematik siswa ekstrovert yang paling rendah adalah menjelaskan matematika yang sudah dipelajari secara tertulis. 2) tingkat kemampuan siswa introvert yang berada pada kategori rendah lebih banyak daripada yang berkategori sedang, rata-rata siswa introvert memiliki kemampuan yang rendah, skor kemampuan siswa introvert rendah dalam semua indikator kemampuan komunikasi matematik.

Dalam kemampuan pemecahan masalah matematik, 1) jumlah siswa estrovert yang berada pada kategori rendah lebih banyak daripada yang berada pada kategori sedang, rata-rata siswa ekstrovert memiliki kemampuan yang rendah, skor kemampuan pemecahan masalah yang rendah adalah menyusun model matematika dan menjelaskan hasil sesuai permasalahan. 2) seluruh siswa introvert tergolong memiliki tingkat kemampuan pemecahan masalah yang rendah, seluruh siswa introvert mendapat skor 0 (nol) dalam menyusun model matematika.

Perbandingan persentase antara siswa ekstrovert dan introvert dalam kemampuan komunikasi matematik adalah: 1) kategori tinggi (4% berbanding 0%), dapat dinyatakan bahwa siswa ekstrovert ada yang lebih mampu mencapai kemampuan tingkat tinggi dalam komunikasi matematik daripada siswa introvert. 2) kategori sedang (48% berbanding 25%), siswa ekstrovert yang memiliki kemampuan komunikasi matematik tingkat sedang hampir dua kali lipat dari siswa introvert yang memiliki kemampuan sedang, itu berarti kemampuan komunikasi matematik tingkat sedang lebih banyak diraih oleh siswa ekstrovert.3) kategori rendah (48% berbanding 75%), tiga per empat siswa introvert memiliki


(36)

59

kemampuan yang buruk dalam komunikasi matematik, itu berarti kemampuan komunikasi matematik siswa ekstrovert lebih baik daripada introvert.

Perbandingan persentase antara siswa ekstrovert dan introvert dalam pemecahan masalah adalah: 1) kategori tinggi (0% berbanding 0%). 2) kategori sedang (36% berbanding 0%). 3) kategori rendah (64% berbanding 100%). Baik siswa ekstrovert maupun introvert tidak ada yang mencapai kemampuan pemecahan masalah matematik tingkat tinggi, bahkan siswa introvert tidak ada yang mampu mencapai tingkat sedang.

Siswa kelas IV (a dan b) di SDN Panjalin Kidul I, memiliki tingkat keaktifan baik (B) sebesar 10,3%, cukup (C) sebesar 65,5%, dan kurang (K) sebesar 24,1%. Sebagian besar siswa (ekstrovert dan introvert) cukup aktif dalam kegiatan belajar di kelas.

B.Saran

Untuk latihan dan ulangan harian, guru perlu membuat variasi soal matematika, baik dalam tingkat kesukarannya (sukar, sedang, dan mudah), maupun soal-soal yang menguji kemampuan komunikasi matematik, pemecahan masalah, maupun kemampuan matematika lainnya, tidak sebatas soal-soal yang ada dalam satu buku paket, agar bisa mengetahui kemampuan siswa dengan baik dan tidak terjadi penggelembungan nilai, padahal siswa masih banyak yang belum mengerti dalam pelajaran matematika. Berkaitan dengan siswa ekstrovert dan introvert, guru lebih baik membiasakan siswa untuk mandiri dalam mengerjakan soal matematika, jangan membiarkan siswa terlalu banyak bertanya dan jangan pula siswa diam saja apabila ada soal yang tidak dimengerti.

Guru juga perlu mencoba melakukan penelitian tindakan kelas dan memperhatikan materi pelajaran yang dirasa sulit bagi siswa, agar kemampuan siswa dapat meningkat, khususnya dalam pelajaran matematika dalam hal kemampuan komunikasi matematik dan pemecahan masalah matematik.

Untuk pihak sekolah, apabila banyak siswa yang absen lebih dari tiga kali, untuk ke depannya sebaiknya dibuat peraturan sedemikian rupa agar absensi siswa lebih baik lagi. Misalnya, jika dalam sebulan kehadiran siswa penuh, maka ia


(37)

60

akan mendapat penghargaan. Selain itu, sebaiknya siswa ditargetkan untuk bisa membaca sejak kelas I, agar di kelas tinggi siswa tidak kesulitan dalam mengikuti pelajaran.

Untuk penelitian berikutnya disarankan menggunakan model pembelajaran yang inovatif dan mengukur kemampuan matematika yang lainnya (koneksi matematik, penalaran, berpikir kreatif, atau apa saja sesuai kehendak peneliti), serta penelitiannya bertujuan untuk meningkatkan suatu kemampuan siswa, bukan hanya ingin mengetahui kemampuan siswa, agar penelitiannya lebih bermanfaat bagi siswa.


(38)

61

DAFTAR PUSTAKA

Afsoh, Dewi Nur (2012). Analisis Kreativitas Siswa SMP dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Ditinjau dari Perbedaan Kepribadian Tipe Ekstrovert dan Introvert. Skripsi S-1 Pendidikan Matematika IAIN Sunan Ampel Surabaya: tidak diterbitkan.

Ahmadi, Abu dan Sholeh, Munawar (2005). Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Anita (2011). Students’ Ability Description on Solving Mathematics Problem at SMK Negeri 1 Pallangga Kabupaten Gowa Considering Personal Types.

[online]. Tersedia:

http://blog.unm.ac.id/hamzahupu/2011/09/05/students%E2%80%99- ability-description-on-solving-mathematics-problem-at-smk-negeri-1-pallangga-kabupaten-gowa-considering-personal-types/ [29 Maret 2013] Arikunto, Suharsimi (1997). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara.

Cangara, Hafied (2004). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Elfindri dkk (2011). Soft Skill untuk Pendidik. Tanpa kota: baduose media.

Fadly, Arief (2012). Pengertian tentang Seseorang yang Introver/Ekstrovert. [online]. Tersedia: http://www.techforedu.org/2012/10/pengertian-tentang-seseorang-yang.html?m=1 [22 Desember 2012]

Franklin, James(2009). “Aristotelian Realism”, dalam Philosophyof Mathematics.

Amsterdam: Elsevier. [Online].

http://books.google.co.id/books?id=mbn35b2ghgkC&pg=PR9&dq=Fran klin,+James+%282009%29.+%E2%80%9CAristotelian+Realism%E2%8

0%9D,&hl=id&sa=X&ei=mlitUdPvFY-IrAf3uYGIBg&ved=0CC0Q6AEwAA#v=onepage&q=Franklin%2C%20 James%20%282009%29.%20%E2%80%9CAristotelian%20Realism%E 2%80%9D%2C&f=false [30 Mei 2013]

Gunawan, I Made (2009). Tesis: Hubungan antara Intelegensi, Motivasi, Keprribadian, dengan Kreativitas Siswa SMA Negeri di Kota Malang.

[online]. Tersedia:

http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/disertasi/article/view/1124 [1 januari 2013] Harper, Douglas (2001). Online Etymology Dictionary. [online]. Tersedia:

http://www.etymonline.com/index.php?allowed_in_frame=0&search=ma thematics&searchmode=nl[20 Mei 2013]


(39)

62

Hatimah, Ihat, dkk. (2007). Penelitian Pendidikan: bahan belajar mandiri. Bandung: UPI PRESS.

Ismunamto, dkk. (2011). Ensiklopedia Matematika. Jakarta: PT Ikrar Mandiriabadi.

Kholik, Muhammad (2011). Metode Pembelajaran Konvensional. [online]. Tersedia: http://muhammadkholik.wordpress.co/2011/11/08/metode-pembelajaran-konvensional [1 Februari 2013]

Maulana (2008). Pendidikan Matematika 1. Tidak diterbitkan.

Paneo, Herman (2007). Pengaruh Umpan Balik Evaluasi Formatif dan Kepribadian Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika. [online]. Tersedia:

http://isjd.pdii.lipi.go.id/index.php/search.html?act=tampil&id=4950&idc =8 [10 Desember 2012]

Peirce, Benjamin (1870). Linear Associative Algebra. Washington: Science

Center Library. [Online]. Tersedia:

http://books.google.co.id/books?id=HqQKAAAAYAAJ&printsec=frontc over&dq=Linear+Associative+Algebra&hl=id&sa=X&ei=8VWtUfzTJo W3rAfu1YGwBg&ved=0CDEQuwUwAA [30 Mei 2013]

Reban, Retina (2012). Pengaruh Model Pembelajaran dan Tipe Kepribadian Terhadap Hasil BelajarBahasa Inggris Siswa SMP Negeri 2 Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang. [online]. Tersedia: http://digilib.unimed.ac.id/UNIMED-master-1200/1200 [12 Desember 2012]

Riduwan (2006). Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.

Ruseffendi, E.T., dkk. (1992). Pendidikan Matematika 3. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Rusyan, Tabrani; Sudirman; Arifin, Zainal; dan Fathoni, Toto (1991). Ilmu Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.

Setyanti, Christina Andhika(2012, 20 juni). 3 Cara Introver Bersaing dengan

Ekstrover. Kompas [online]. Tersedia:

http://female.kompas.com/read/2012/06/20/22172080/3.Cara.Introver.Be rsaing.dengan.Ekstrover. [22 Desember 2012]

Sholihah, Madinatus (2012). Hubungan antara Tipe Kepribadian dengan Keaktifan Belajar Mahasiswa pada Kelas Shobahul Lughoh di


(40)

63

Ma’hadSunan Ampel Al-‘Aly. Skripsi S-1 Jurusan Psikologi IAIN Sunan

Ampel Surabaya: tidak diterbitkan.

Sudjana, Nana (1989). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Suherman, E., dan Sukjaya, Y. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah 157.

Sujanto, Agus; Lubis, Halem; Hadi, Taufik (2009). Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sukardi (2005). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT: Bumi Aksara. Sukmadinata, Nana Syaodih (2005). Landasan Psikologi Proses Pendidikan.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sumardyono (2010). Pengertian Dasar Problem Solving. [online]. Tersedia: http://problemsolving.p4tkmatematika.org/2010/02/pengertian-dasar-problem-solving/ [20 April 2012]

Sun, Yuh-ming (2008). Research on Improvement of Mathematical Communication Ability in Elementary School Students through Social Construction (A Case Study of After-School Math Club for Fourth Grade Students). [online]. Tersedia: http://etd.npue.edu.tw/ETD-db/ETD-search/view_etd?URN=etd-1229108-171055 [30 Maret 2013]

Tristiana (2012). Analisis Kemampuan Siswa Kelas VII I Malang Ttipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Berdasarkan Analosis Kesalahan Newman. [Online].

Tersedia:

http://library.um.ac.id/free- contents/index.php/pub/detail/analisis-kemampuan-siswa-kelas-vii-smpn-

i-malang-tipe-kepribadiab-ekstrovert-dan-introvert-dalam- menyelesaikan-masalah-matematika-berdasarkan-analosis-kesalahan-newman-ita-tristiana-56440.html [30 Maret 2013]

Walgito, Bimo (2010). Bimbingan dan Konseling (Studi dan Karier). Yogyakarta: CV Andi Offset.

Yusuf, Syamsu (2000). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Zaman, Saeful dan Abdillah, Sandi Ibrahim (2009). MBTI (Myers-Briggs Type Indicator) Cara Menggali Potensi Diri untuk Meraih Kesempatan Kerja. Jakarta: Visimedia.


(41)

64

Dokumen

Departemen Pendidikan Nasional (2006). Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD/MI. Jakarta: Dharma Bakti.


(1)

kemampuan yang buruk dalam komunikasi matematik, itu berarti kemampuan komunikasi matematik siswa ekstrovert lebih baik daripada introvert.

Perbandingan persentase antara siswa ekstrovert dan introvert dalam pemecahan masalah adalah: 1) kategori tinggi (0% berbanding 0%). 2) kategori sedang (36% berbanding 0%). 3) kategori rendah (64% berbanding 100%). Baik siswa ekstrovert maupun introvert tidak ada yang mencapai kemampuan pemecahan masalah matematik tingkat tinggi, bahkan siswa introvert tidak ada yang mampu mencapai tingkat sedang.

Siswa kelas IV (a dan b) di SDN Panjalin Kidul I, memiliki tingkat keaktifan baik (B) sebesar 10,3%, cukup (C) sebesar 65,5%, dan kurang (K) sebesar 24,1%. Sebagian besar siswa (ekstrovert dan introvert) cukup aktif dalam kegiatan belajar di kelas.

B.Saran

Untuk latihan dan ulangan harian, guru perlu membuat variasi soal matematika, baik dalam tingkat kesukarannya (sukar, sedang, dan mudah), maupun soal-soal yang menguji kemampuan komunikasi matematik, pemecahan masalah, maupun kemampuan matematika lainnya, tidak sebatas soal-soal yang ada dalam satu buku paket, agar bisa mengetahui kemampuan siswa dengan baik dan tidak terjadi penggelembungan nilai, padahal siswa masih banyak yang belum mengerti dalam pelajaran matematika. Berkaitan dengan siswa ekstrovert dan introvert, guru lebih baik membiasakan siswa untuk mandiri dalam mengerjakan soal matematika, jangan membiarkan siswa terlalu banyak bertanya dan jangan pula siswa diam saja apabila ada soal yang tidak dimengerti.

Guru juga perlu mencoba melakukan penelitian tindakan kelas dan memperhatikan materi pelajaran yang dirasa sulit bagi siswa, agar kemampuan siswa dapat meningkat, khususnya dalam pelajaran matematika dalam hal kemampuan komunikasi matematik dan pemecahan masalah matematik.

Untuk pihak sekolah, apabila banyak siswa yang absen lebih dari tiga kali, untuk ke depannya sebaiknya dibuat peraturan sedemikian rupa agar absensi siswa lebih baik lagi. Misalnya, jika dalam sebulan kehadiran siswa penuh, maka ia


(2)

60

akan mendapat penghargaan. Selain itu, sebaiknya siswa ditargetkan untuk bisa membaca sejak kelas I, agar di kelas tinggi siswa tidak kesulitan dalam mengikuti pelajaran.

Untuk penelitian berikutnya disarankan menggunakan model pembelajaran yang inovatif dan mengukur kemampuan matematika yang lainnya (koneksi matematik, penalaran, berpikir kreatif, atau apa saja sesuai kehendak peneliti), serta penelitiannya bertujuan untuk meningkatkan suatu kemampuan siswa, bukan hanya ingin mengetahui kemampuan siswa, agar penelitiannya lebih bermanfaat bagi siswa.


(3)

61

Ekstrovert dan Introvert. Skripsi S-1 Pendidikan Matematika IAIN Sunan Ampel Surabaya: tidak diterbitkan.

Ahmadi, Abu dan Sholeh, Munawar (2005). Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Anita (2011). Students’ Ability Description on Solving Mathematics Problem at SMK Negeri 1 Pallangga Kabupaten Gowa Considering Personal Types.

[online]. Tersedia:

http://blog.unm.ac.id/hamzahupu/2011/09/05/students%E2%80%99- ability-description-on-solving-mathematics-problem-at-smk-negeri-1-pallangga-kabupaten-gowa-considering-personal-types/ [29 Maret 2013] Arikunto, Suharsimi (1997). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara.

Cangara, Hafied (2004). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Elfindri dkk (2011). Soft Skill untuk Pendidik. Tanpa kota: baduose media.

Fadly, Arief (2012). Pengertian tentang Seseorang yang Introver/Ekstrovert. [online]. Tersedia: http://www.techforedu.org/2012/10/pengertian-tentang-seseorang-yang.html?m=1 [22 Desember 2012]

Franklin, James(2009). “Aristotelian Realism”, dalam Philosophyof Mathematics.

Amsterdam: Elsevier. [Online].

http://books.google.co.id/books?id=mbn35b2ghgkC&pg=PR9&dq=Fran klin,+James+%282009%29.+%E2%80%9CAristotelian+Realism%E2%8

0%9D,&hl=id&sa=X&ei=mlitUdPvFY-IrAf3uYGIBg&ved=0CC0Q6AEwAA#v=onepage&q=Franklin%2C%20 James%20%282009%29.%20%E2%80%9CAristotelian%20Realism%E 2%80%9D%2C&f=false [30 Mei 2013]

Gunawan, I Made (2009). Tesis: Hubungan antara Intelegensi, Motivasi, Keprribadian, dengan Kreativitas Siswa SMA Negeri di Kota Malang.

[online]. Tersedia:

http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/disertasi/article/view/1124 [1 januari 2013] Harper, Douglas (2001). Online Etymology Dictionary. [online]. Tersedia:

http://www.etymonline.com/index.php?allowed_in_frame=0&search=ma


(4)

62

Hatimah, Ihat, dkk. (2007). Penelitian Pendidikan: bahan belajar mandiri. Bandung: UPI PRESS.

Ismunamto, dkk. (2011). Ensiklopedia Matematika. Jakarta: PT Ikrar Mandiriabadi.

Kholik, Muhammad (2011). Metode Pembelajaran Konvensional. [online]. Tersedia: http://muhammadkholik.wordpress.co/2011/11/08/metode-pembelajaran-konvensional [1 Februari 2013]

Maulana (2008). Pendidikan Matematika 1. Tidak diterbitkan.

Paneo, Herman (2007). Pengaruh Umpan Balik Evaluasi Formatif dan Kepribadian Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika. [online]. Tersedia:

http://isjd.pdii.lipi.go.id/index.php/search.html?act=tampil&id=4950&idc =8 [10 Desember 2012]

Peirce, Benjamin (1870). Linear Associative Algebra. Washington: Science

Center Library. [Online]. Tersedia:

http://books.google.co.id/books?id=HqQKAAAAYAAJ&printsec=frontc over&dq=Linear+Associative+Algebra&hl=id&sa=X&ei=8VWtUfzTJo W3rAfu1YGwBg&ved=0CDEQuwUwAA [30 Mei 2013]

Reban, Retina (2012). Pengaruh Model Pembelajaran dan Tipe Kepribadian Terhadap Hasil BelajarBahasa Inggris Siswa SMP Negeri 2 Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang. [online]. Tersedia: http://digilib.unimed.ac.id/UNIMED-master-1200/1200 [12 Desember 2012]

Riduwan (2006). Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.

Ruseffendi, E.T., dkk. (1992). Pendidikan Matematika 3. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Rusyan, Tabrani; Sudirman; Arifin, Zainal; dan Fathoni, Toto (1991). Ilmu Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.

Setyanti, Christina Andhika(2012, 20 juni). 3 Cara Introver Bersaing dengan

Ekstrover. Kompas [online]. Tersedia:

http://female.kompas.com/read/2012/06/20/22172080/3.Cara.Introver.Be rsaing.dengan.Ekstrover. [22 Desember 2012]

Sholihah, Madinatus (2012). Hubungan antara Tipe Kepribadian dengan Keaktifan Belajar Mahasiswa pada Kelas Shobahul Lughoh di


(5)

Ma’hadSunan Ampel Al-‘Aly. Skripsi S-1 Jurusan Psikologi IAIN Sunan Ampel Surabaya: tidak diterbitkan.

Sudjana, Nana (1989). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Suherman, E., dan Sukjaya, Y. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah 157.

Sujanto, Agus; Lubis, Halem; Hadi, Taufik (2009). Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sukardi (2005). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT: Bumi Aksara. Sukmadinata, Nana Syaodih (2005). Landasan Psikologi Proses Pendidikan.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sumardyono (2010). Pengertian Dasar Problem Solving. [online]. Tersedia: http://problemsolving.p4tkmatematika.org/2010/02/pengertian-dasar-problem-solving/ [20 April 2012]

Sun, Yuh-ming (2008). Research on Improvement of Mathematical Communication Ability in Elementary School Students through Social Construction (A Case Study of After-School Math Club for Fourth Grade Students). [online]. Tersedia: http://etd.npue.edu.tw/ETD-db/ETD-search/view_etd?URN=etd-1229108-171055 [30 Maret 2013]

Tristiana (2012). Analisis Kemampuan Siswa Kelas VII I Malang Ttipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Berdasarkan Analosis Kesalahan Newman. [Online].

Tersedia:

http://library.um.ac.id/free- contents/index.php/pub/detail/analisis-kemampuan-siswa-kelas-vii-smpn-

i-malang-tipe-kepribadiab-ekstrovert-dan-introvert-dalam- menyelesaikan-masalah-matematika-berdasarkan-analosis-kesalahan-newman-ita-tristiana-56440.html [30 Maret 2013]

Walgito, Bimo (2010). Bimbingan dan Konseling (Studi dan Karier). Yogyakarta: CV Andi Offset.

Yusuf, Syamsu (2000). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Zaman, Saeful dan Abdillah, Sandi Ibrahim (2009). MBTI (Myers-Briggs Type Indicator) Cara Menggali Potensi Diri untuk Meraih Kesempatan Kerja. Jakarta: Visimedia.


(6)

64

Dokumen

Departemen Pendidikan Nasional (2006). Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD/MI. Jakarta: Dharma Bakti.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Metode Pembelajaran Pemecahan Masalah Kreatif Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa

0 9 168

Pengaruh model pembelajaran treffinger terhadap kemampuan pemecahan masalah matematik siswa

2 39 0

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH.

0 3 37

PERBEDAAN PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA ANTARA PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 BIREUEN.

0 0 15

PERBEDAAN PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA ANTARA PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 BIREUEN.

0 3 43

PERBEDAAN PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA ANTARA PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 BIREUEN.

0 3 3

ANALISIS PERBEDAAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK ANTARA SISWA YANG DIBERI PEMBELAJARAN OPEN-ENDED DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL.

0 2 48

Perbandingan Kemampuan Representasi dan Pemecahan Masalah Matematik Antara Siswa yang Mendapat Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Siswa yang Mendapat Pembelajaran Penemuan Terbimbing.

1 5 63

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBANTUAN KOMPUTER PADA SISWA SMA.

0 2 115

Kemampuan Pemecahan Masalah matematik dan

0 0 6