MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS SISWA SD PADA MATA PELAJARAN IPS MELALUI STRATEGI REACT : Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV SDN Tikukur 4 Bandung.

(1)

i

UCAPAN TERIMA KASIH ……… iii

ABSTRAK ……… v

DAFTAR TABEL ……… vi

DAFTAR GAMBAR ……… vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……….. 1

B. Rumusan dan Identifikasi Masalah ………. 9

C. Alasan Pemilihan Masalah ……….. 10

D. Tujuan Pemilihan Masalah ……….. 11

E. Mamfaat Penelitian ……….. 11

F. Asumsi Penelitian ……… 12

G. Definisi Operasional ……… 13

H. Metode Penelitian ……… 14

I. Lokasi dan Sampel Penelitian ……….. 14

BAB II LANDASAN TEORI A. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual dengan Strategi REACT ……… 15

B. Pengertian Kemampuan IPS dan Tujuan IPS di Sekolah Dasar … 22

C. Kemampuan Pemahaman Konsep dan Berfikir Kritis ………... 33

D. Beberapa Teori Belajar Pendukung ………. 43


(2)

ii

A. Metode Penelitian ……… 57

B. Prosedur Penelitian ……….. 60

C. Fokus Penelitian ……….. 64

D. Instrumen Penelitian ……… 68

E. Lokasi dan Subjek Penelitian ……….. 75

F. Rencana Pengolahan Data ………... 75

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Kegiatan Pendahuluan ………. 77

B. Perencanaan, Pelaksanaan dan Refleksi Tindakan …….………... 83

C. Analisis Data Hasil Pelaksanaan Tindakan Kelas dalam Kaitannya dengan Peningkatan Pemahaman Konsep dan Berfikir Kritis Siswa ……….. 113

D. Implikasi Strategi REACT terhadap Pembelajaran IPS ……….. 121

E. Pembahasan Hasil Penelitian ………... 123

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan ……….. 135

B. Rekomendasi ………... 136

DAFTAR PUSTAKA ………... 137 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(3)

iii

Tabel 2.1 Perbandingan Pendidikan IPS untuk Tingkat Dasar dan Menengah

dengan di Perguruan Tinggi ……… 24

Tabel 2.2 The Three Sosial Studies Tradition ……… 27 Tabel 3.1 Lembar Hasil Observasi Pelaksanaan dengan Fokus Penelitian dan

Penilaian Pada Guru ……….. 66

Tabel 3.2 Lembar Hasil Observasi Dengan Fokus Penelitian dan Penilaian Pada

Siswa Iklim Sosial Siswa Pada Saat Pembelajaran Berlangsung ……. 67 Tabel 3.3 Lembar Hasil Observasi Iklim Sosial Siswa Pada Saat Pembelajaran

Berlangsung ……. 67

Tabel 3.4 Lembar Wawancara Guru ………... 71


(4)

iv


(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penelitian ini dilatarbelakangi karena adanya keresahan peneliti melihat masih banyak kekurangan khususnya pembelajaran IPS, dimana mata pelajaran IPS pada sebagian besar di Sekolah Dasar (SD) selama ini memiliki kekurangan yakni pembelajaran tersebut lebih menekankan siswa untuk menghapal dan mengingat, dan kurang menfasilitasi siswa untuk memperoleh hasil belajar yang komprehensif, pembelajaran IPS selama ini hanya mengarahkan kepada kemampuan anak untuk menghapal informasi sehingga siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan pemahaman konsep dan berfikir kritis siswa.

Kognitif siswa dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari sehingga ketika anak didik lulus sekolah, mereka pintar teoritis tetapi miskin aplikasi. Siswa kurang mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut diaplikasikan pada kehidupan nyata.

Berdasarkan fakta di atas, pembelajaran IPS di SD, siswa hanya berorientasi mendengar dan mencatat pelajaran setelah itu menghapal, hak ini sangat tidak efektif untuk diterapkan, karena siswa tidak memperoleh penguasaan konsep dan kurangmengembangkan kemampuan berpikir kritis secara baik lebih lanjut. Apa yang kita harapkan dari tujuan pendidikan terutama di SD adalah


(6)

untuk memungkinkan seseorang menjadi problem solver yang efektif dalam kehidupan nyata karena manusia akan menghadapai berbagai masalah dalam kehidupan dan mencoba untuk menemukan cara terbaik untuk memecahkan persoalaan tersebut.

Mata pelajaran IPS selama ini dipandang sebagai mata pelajaran kelas dua yang pada awalnya merupakan opini yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat seolah mendapat justifikasi formal dari pemerintah dengan diadakannya Ujian Nasional yang menempatkan tiga mata pelajaran tertentu sebagai mata pelajaran favorit. Penyimpangan terhadap essensi pendidikan yaitu membentuk manusia seutuhnya dengan mengukur hasil pendidikan dari notabene hanya aspek kognitif tiga mata pelajaran tertentu ini, menjadi preseden buruk bagi penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang berorientasi pada life Skill. Dengan adanya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran, khususnya pada jenis dan jenjang pendidikan formal. Seiring dengan perubahan itu, pembelajaran IPS pun mengalami perubahan yang semula berpusat pada guru beralih berpusat pada siswa. Pembelajaran aktif yang berpusat pada siswa merupakan proses pembelajaran dimana siswa bertanggung jawab dalam pembelajarannya dan siswa diberikan kesempatan untuk membuat keputusan mengenai berbagai dimensi dari proses pembelajaran dan untuk melakukan pengaturan diri. Perubahan paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran ini menuntut sekolah dan guru untuk lebih kreatif dan inovatif dalam menyelengggarakan pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Pelajaran IPS merupakan salah satu pelajaran wajib dalam kurikulum


(7)

pendidikan dasar dan Menengah (pasal 37 UUSPN). Pembelajaran di SD tidak lagi sekedar kegiatan mentransfer ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) dari guru kepada siswa belaka, akan tetapi pembelajaran merupakan suatu proses yang bisa membantu perkembangan siswa secara utuh, baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotornya. Perkembangan tersebut bisa tercapai dengan baik jika dilakukan berbagai usaha perbaikan dalam pembelajaran. Penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semua diarahkan dalam upaya mencapai tujuan. Penguasaan guru akan bahan pelajaran sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. (Syaefuddin 2009 : 53).

Life skill yang mesti dikuasai anak tentunya dalam konteks sosial dan

kewarganegaraan seperti digariskan oleh tujuan mata pelajaran IPS sebagai berikut :

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingn tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampila dalam kehidupan sosial

3. Memiliki komitment dan kesadarn terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan 4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam

masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal nasional dan global

Dari keempat tujuan tersebut tergambar secara tersirat bagaimana seharusnya guru menterjemahkannya dalam desain yang tepat program pembelajaran dan mengartikulasikannya dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari.


(8)

Pemaparan di atas tentunya bukanlah jawaban yang memadai sehubungan dengan buruknya program pendidikan IPS. Penting dipertanyakan kembali akar dari permasalahan ini terutama yang menyangkut proses pendidikan di kelas sebagai garda depan. Apakah guru sebagai pion utama dalam penyelenggaraan pendidikan telah melaksanakan fungsinya dengan maksimal, dalam arti guru tak hanya sebagai unsur yang membelajarkan anak tetapi juga guru sebagai

pembelajar yang selalu mencari dan menyesuaikan diri dengan hal-hal baru

menyangkut teori dan praktik pembelajaran. Apakah keberadaan faktor lain dalam proses pembelajaran telah berfungsi sebagaimana mestinya. Pertanyaan berikutnya yang lebih dalam apakah anak yang kita didik itu adalah anak-anak siap dan matang untuk belajar. Pertanyaan-pertanyaan seperti itu akan terus ada seiring terus berjalannya proses pendidikan tanpa adanya perubahan yang berarti.

Pembelajaran IPS pada dasarnya belum beranjak dari paradigma lama yaitu lebih menekankan pada perenialisme yang menempatkan siswa sebagai

receiver pasif yang berdampak pada pola pembelajaran pewarisan informasi

sehingga tak memberi kesempatan kepada siswa untuk beriteraksi dan berkomunikasi secara aktif dalm proses pembelajaran. Siswa diarahkan hanya untuk menerima tumpukan informasi berupa data dan fakta yang tidak bermakna bagi kehidupan siswa, karena pengetahuan yang demikian tak mempunyai kemampuan berkomunikasi dengan anak sehingga tak merangsang anak untuk terlibat dalam proses pembelajaran secara penuh. Pola komunikasi antara guru dan siswa pun masih berkutat dengan dominasi guru dalam proses pembelajaran,


(9)

dimana guru menempatkan diri dalam situasi yang mengharuskannya berperan menjadi komponen yang paling aktif berfungsi dalam system dan komponen yang lainnya yang ada hanya sebagai pelengkap.

Pertanyaan-pertanyaan di atas bukanlah hal yang mudah untuk dijawab atau dijelaskan tentunya membutuhkan pengkajian mendalam dari berbagai aspek dan perspektif seperti filsafat, budaya, ekonomi dan politik. Meskipun demikian pada tataran praxis pembelajaran,kita dapat mengkajinya dari bagaimana proses pembelajaran itu dijalankan. Era pengetahuan yang sedang kita alami ini memiliki karakter dan terobosan- terobosan baru dalam bidang pengetahuan dan teknologi, Para pembelajar sekarang membutuhkan lebih dari sekedar tranfer ilmu tapi mereka membutuhkan pendekatan atau model pembelajaran yang memberikan, mereka bekal kompentensi, pengertahuan dan sewtangkaian kecakapan yang mereka butuhkan dari waktu ke waktu ( M.T. Amir : 2009)

Terkait dengan paparan di atas permasalahan dalam pembelajaran IPS, dilihat dari persepektif guru sebagai fasilitator kapabilitasnya dianggap kurang memadai. Seperti dijelaskan dalam paragraph awal tulisan ini bagaimana keengganan guru untuk belajar dan mengajar dengan cara yang tepat pada ahirnya melahirkan proses yang membuat anak tidak belajar tetapi hanya sebagi pasif recipient materi ajar dalam jumlah yang banyak. Guru sudah sangat terbiasa dengan anggapan bagaimana materi yang begitu banyak itu bisa disampaikan semuanya pada anak sesuai dengan target waktu yang digariskan dalam kurikulum. Seperti ditekankan oleh Tinning dan Macdonald :


(10)

… Teachers in school are not developing a reflective thinking, thus their teaching task is solely run as something routine, without any attempts to facilitate learning with various teaching and strategies and methods. (Mahendra dkk : 2008 : 39).

Terjemahan bebasnya adalah guru di sekolah tidak mengembangkan berpikir reflektrif, sehingga tugas mengajarnya hanya sebagai rutinitas, tanpa mencoba memfasilitasi pembelajaran dengan berbagai jenis metode dan strategi pengajaran. Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka upaya peningkatan kualitas pembelajaran IPS di SD merupakan suatu kebutuhan yang harus segera dilakukan. Salah satu strategi pembelajaran yang diduga dapat menjembatani kelemahan tersebut adalah strategi REACT ( Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, dan Tranfering ). Strategi pembelajaran ini lebih banyak memfokuskan pada masalah-masalah kontekstual, yaitu pembelajaran yang menghadirkan lingkungan yang real dalam kehidupan sehari-hari siswa, dan juga pembelajaran sebaiknya lebih berpusat pada siswa dan guru tidak bertindak sebagai nara sumber yang dominan sehingga pemberian kesempatan belajar lebih luas dan suasana yang kondusif kepada siswa untuk memperoleh, rnengembangkan pengetahuan, sikap nilai, keaktifan, serta keterampilan sosial seperti keterampilan bekerjasama yang bermanfaat bagi kehidupannya di masyarakat. Selanjutnya Crawford mengatakan bahwa yang di maksud dengan Relating adalah pembelajaran yang dimulai dengan cara mengaitkan antara konsep baru yang sedang dipelajarinya dengan konsep-konsep yang telah dikuasainya; Experiencing adalah pembelajaran yang membuat siswa belajar dengan melakukan kegiatan IPS melalui eksplorasi, pencarian, dan


(11)

penemuan; Applying adalah pembelajaran yang membuat siswa belajar mengaplikasikan konsep; Cooperating adalah pembelajaran dengan mengkondisikan siswa agar belajar bersama, saling berbagi, saling respon dan berkomunikasi dengan sesama temannya; dan yang dimaksud dengan Transferring adalah pembelajaran yang mendorong siswa belajar menggunakan pengetahuan yang telah dipelajari ke dalam konteks atau situasi baru yang belum dipelajari di kelas berdasarkan pada pemahaman.

Pembelajaran dengan strategi REACT adalah kontekstual, yaitu merupakan pembelajaran yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa, seta mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari mereka sebagai anggota keluarga / masayarakat (Tim Dirjen Dikdasmen dalam Sukestiyarno, 2003). Melalui pembelajaran dengan strategi REACT diharapkan siswa memiliki peningkatan kemampuan dalam pemahaman konsep serta kemampuan berfikir kritis. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tantangan yang akan dihadapi baik di sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari diharapakan siswa dapat menjawab semua tantangan dan permasalahan yang dihadapinya, dimana salah satu upaya untuk menjawab tantangan ini adalah melelui peningkatan kualitas siswa dalam berfikir kritis, logis, kreatif dan dapat bekerjasama secar efektif, sehingga siswa mampu memperoleh, memilih dan mengelola informasi dengan baik. Dengan strategi REACT ini juga diharapkan pembelajaran menjadi bermakna, dimana pembelajaran bermakna ini adalah pembelajaran yang dapat mendorong siswa agar mampu membangun


(12)

(mengkontruksi) sendiri pemahaman dari pengetahuan yang dimiliki dan yang sedang dipelajarinya.

Kegiatan pembelajaran yang dipandang dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat memahami, merencanakan, melaksanakan penyelesaian, serta memeriksa kembali hasil pekerjaannya, adalah merupakan pembelajaran yang tercakup dalam Strategi REACT, karena dalam strategi ini melalui pemberian masalah siswa diberi kesempatan untuk menghubungkan konsep lama yang telah dikuasai dengan konsep – konsep baru yang akan dipelajarinya. Selain itu memalui belajar bersama dalam kelompok siswa diberi kesempatan dalam belajar untuk melakukan eksplorasi, pencarian, dan penemuan terhadap apa yang sedang dipelajari dan dihadapinya, selanjutnya siswa belajar mengaplikasikan konsep dan belajar menggunakan pengetahuan yang dimilikinya kedalam konteks atau situasi baru yang belum dipelajari dengan berdasarkan pada pemahaman.

Kemampuan berpikir kritis dan memecahkan masalah juga sangat penting bagi siswa, karena pada hakikatnya siswa adalah bagian dari masyarakat. Sebagai bagian dari masyarakat, tentu siswa akan selalu menemukan berbagai masalah dalam kehidupannya, baik masalah sederhana, kompleks, masalah pribadi dan masalah sosial yang harus dihadapi dan dipecahkannya, serta sebagai bagian dari masyarakat siswa harus memiliki kemampuan berpikir kritis untuk memajukan dan mengembangkan masyarakat tersebut. Oleh karena itu, maka diperlukan usaha sejak dini untuk melatih dan mengembangkan kemampuan anak dalam berpikir kritis dan memecahkan masalah.


(13)

Berdasarkan latar belakang masalah inilah penulis mencoba untuk mengadakan penelitian tindakan kelas di tingkat SD, yang akan meneliti

“MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KEMAMPUAN

BERFIKIR KRITIS SISWA SD PADA MATA PELAJARAN IPS MELALUI

STRATEGI REACT” (Penelitian Tindakan Kelas pada siswa kelas 4 SDN Tikukur 4 Kecamatan Coblong Kota Bandung).

B. Rumusan dan Identifikasi Masalah

Sesuai dengan uraian di atas, diperkirakan bahwa penggunaan Strategi

REACT dalam pembelajaran IPS dapat menumbuhkan kemampuan pemahaman

konsep dan kemapuan berfikir kritis siswa secara efektif. Merujuk pada pernyataan Alfred North Whitehead dalam bukunya yang berjudul The Aim of

Education and Other Essays “Education is the acquisition of the art of the utilisation of knowledge”. Secara umum, masalah yang dipertanyakan dalam

penelitian ini adalah : “Apakah penggunaan Startegi REACT dapat Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Berfikir Kritis Siswa SD pada Mata Pelajaran IPS ?”.

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, penulis mengidentifikasinya menjadi tiga bagian yang merupakan permasalahan yang ingin diungkap dalam penelitian ini, yakni :

1. Bagaimana perencanaan strategi REACT dalam pembelajaran IPS ?

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi REACT dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dan berfikir kritis siswa?


(14)

C. Alasan Pemilihan Masalah

Ada beberapa alasan kenapa penulis memilih masalah ini dalam melakukan penelitian untuk tesisnya, yakni :

1. Masalah pembelajaran adalah masalah yang paling sering dihadapi penulis, dalam kapasitasnya sebagai guru SD.

2. Mata Pelajaran IPS yang dijadikan sebagai objek dalam penelitian ini adalah mata pelajaran yang paling tidak disukai oleh siswa, diharapkan melalui penelitian ini mata pelajaran IPS akan lebih menarik dan disukai siswa. 3. Penelitian dengan menggunakan Strategi REACT dalam kaitannya

meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan berfikir kritis siswa, masih jarang digunakan.

4. Penelitian Tindakan Kelas di tingkat SD, khususnya mata pelajaran IPS masih jarang diteliti.

5. Ketersedian literatur tentang penelitian tindakan ini, relatif cukup banyak ditemukan di perpustakaan maupun sumber-sumber lainnya.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep dan berfikir kritis siswa dengan menggunakan desain strategi REACT.

2. Untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep dan berfikir kritis siswa melalui pelaksanaan pembelajaran dengan strategi REACT.


(15)

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dalam penggunaan strategi REACT di SD, secara khusus diharapkan bermanfaat bagi berbagai pihak, antara lain:

1. Penggunaan strategi REACT dalam meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan berfikir kritis siswa SD yang nantinya dapat dipergunakan oleh berbagai pihak yang memilki kepentingan dengan hasil penelitian ini.

2. Bagi guru dan siswa penggunaan strategi REACT dapat memberikan suatu pengalaman dan menumbuhkan kecakapan kerjasama antar siswa.

3. Bagi guru yang ingin menggunakan strategi REACT dalam pembelajaran IPS diharapkan strategi REACT dapat digunakan sebagai salah satu contoh dalam melaksanakan pembelajaran.

4. Bagi siswa dengan pembelajaran ini diharapkan dapat memperoleh pengalaman dan keterampilan yang berharga sehingga dapat digunakan sebagai latihan untuk mempelajari IPS secara bersama-sama dengan teman sebaya.

5. Bagi kepala sekolah atau pengambil keputusan dalam bidang pendidikan diharapkan hasil penelitan ini dapat digunakan sebagai masukan dalam menentukan kebijakan tentang model / strategi pembelajaran yang cocok untuk mata pelajaran IPS di berbagai jenjang pendidikan umumnya, dan SD khususnya.


(16)

6. Bagi peneliti bidang sejenis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu dasar dan masukan dalam mengembangkan penelitian model kooperatip selanjutnya.

F. Asumsi Penelitian

Asumsi yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah :

1. CTL (Contextual Teaching and Learning) merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang bertujuan membantu para siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari, yaitu dengan konteks lingkungan pribadinya, sosialnya, dan budayanya. Untuk mencapai tujuan tersebut, CTL akan menuntun siswa melalui kedelapan komponen utama, yaitu : membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, melakukan pekerjaan yang berarti, mengatur cara belajar sendiri, bekerjasama, berfikir kritis dan kreatif, membantu siswa untuk tumbuh dan berkembang, mencapai standar yang tinggi, dan menggunakan asesmen autentik. (Johson (Setiawan dan Sitompul, 2007 ; 67).

2. Pembelajaran dengan menggunakan Strategi REACT akan mendorong siswa untuk mampu mengaitkan konsep yang sudah dimilikinya dengan konsep yang akan dipelajarinya dan siswa dapat membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya berdasarkan pengalamannya melalui eksplorasi, pencarian, dan penemuan serta bisa menerapkannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. (Crawford : 2001)


(17)

3. Kemampuan pemahaman konsep dan berfikir kritis siswa dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dalam pencapaian prestasi. Berfikir kritis dalam terjemahan bebasnya adalah pertimbangan yang aktif dan hati-hati atau sebuah bentuk pengetahuan dengan dasar yang menopangnya dan kesimpulan yang menjadi kecenderungannya. (Alec Fisher ; 2001)

G. Definisi Operasional

Terdapat beberapa istilah yang digunakan baik dalam judul maupun isi dalam penelitian ini yang perlu di klarifikasi agar diperoleh kesamaan persepsi, istilah-istilah tersebut antara lain:

1. Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu penelitian yang dilakukan oleh guru bertujuan untuk mengintropeksi, bercermin, merefleksi, atau mengevaluasi dirinya dalam pembelajaran di kelas sehingga menjadikan guru tersebut memiliki kemampuan lebih baik, baik dari segi proses pembelajaran maupun penguasaan metode pembelajaran, dari guru lainnya.

2. Strategi REACT adalah siswa mampu mengaitkan konsep yang sudah dimilikinya dengan konsep yang akan dipelajarinya dan juga mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya berdasarkan pengalamannya dan bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari mereka. 3. Pemahaman Konsep adalah kemampuan siswa dalam menjelaskan atau mengungkapkan kembali suatu objek/materi tertentu berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki oleh objek/materi tersebut.


(18)

4. Berpikir kritis adalah siswa sudah mampu mengeluarkan pendapat dan mempertahankan argumennya berdasarkan pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa harus dilakukan dan untuk membantu memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-harinya.

H. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), Penerapan strategi REACT dilakukan pada meteri pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD dengan materi “Teknologi Transportasi.”

I. Lokasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas IV SDNegeri Tikukur 4 Kecamatan Coblong Kota Bandung. Penelitian berlangsung pada bulan Mei 2011 - Juni 2011.


(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara yang dipakai dalam mengumpulkan data. Suatu penelitian akan memperoleh data yang tepat dan sesuai dengan masalah yang dikaji, apabila ditopang oleh metode penelitian yang tepat. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, yaitu suatu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Bogdan dan Taylor dalam Kusumah (2009)). Kirk dan Miller (1986 : 9), mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai sebuah tradisi tertentu dalam Ilmu Pengetahuan Sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasa dan peristilahannya.

Dilihat dari segi pendekatan metedologinya, penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang difokuskan kepada situasi kelas atau lazim dikenal dengan classroom action research (Kemmis, 1990; Suwarsih, 1994) hal ini didasarkan atas dasar analisis masalah dan tujuan penelitian yang menuntut sejumlah informasi dan tindak lanjut yang terjadi dilapangan untuk segera dikaji dan ditindak lanjuti secar reflektif, kolaboratif, dan partisipatif (Suwarsih, 1994). Menurut penulis bahwa metode PTK adalah suatu penelitian yang mampu menawarkan cara atau prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan profesionalitas guru dalam proses belajar mengajar.


(20)

Sadikin (dalam Mulyasari, 2003 : 18) mengemukakan bahwa :

Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu bentuk penelitian yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam melaksanakan tugas pokoknya, yaitu mengelola pelaksanaan kegiatan. PTK merupakan kolaboratif suatu pendekatan pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pendidikan khususnya dikelas.

Suharsimi Arikunto (2007 : 57) menyatakan bahwa :

Penelitian Tindakan Kelas yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru, bekerja sama dengan peneliti (atau dilakukan oleh guru sendiri yang juga bertindak sebagai peneliti) di kelas atau di sekolah tempat ia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktis pembelajaran.

PTK terutama memamfaatkan data pengamatan dan perilaku empirik. PTK menelaah ada tidaknya kemajuan, sementara itu kegiatan proses pembelajaran tetap berjalan. Informasi-informasi dikumpulkan, diolah, didiskusikan, dan dinilai. Perubahan kemajuan dicermati dari waktu ke waktu atau dari peristiwa ke peristiwa, bukan sekedar improsionistik-subjektif, melainkan dengan melakukan evaluasi formatif. Tujuannya menurut Wiraatmadja (1999 : 29) adalah memberikan masukan bagi pengembalian keputusan praktis dalam situasi konkrit, dan validasi teori atau hipotesis yang dihasilkan tidak tergantung hanya pada uji kebenaran ilmiah semata, namun lebih-lebih dari mamfaatnya dalam membatu orang bertindak terampil dan berfikir kritis.

Dengan demikian, melalui PTK ini guru atau peneliti dapat mengkaji berbagai indikator keberhasilan proses dan hasil pembelajaran yang terjadi pada siswa dan hasil implementasi berbagai program sekolah. Dalam hal ini, Sadikin (dalam Mulyasari, 2003 : 18) mengemukakan bahwa :


(21)

Penelitian Tindakan Kelas ini untuk pemberdayaan dan peningkatan kemampuan subjek yang diberi perlakuan dengan cara menerapkan suatu metode baru yang dirasa mempunyai beberapa kelebihan, baik dilihat dari segi kepraktisannya maupun efisiensinya.

Dapat pula dikatakan bahwa melalui Penelitian Tindakan Kelas, peran guru atau peneliti langsung memperoleh teori yang dibangunnya sendiri bukan yang dibrikan pihak lain. Untuk melaksanakan PTK ada enam (6) prinsip yang harus mendapat perhatian, sebagaimana dikemukakan oleh Hopkin (1993 : 57-61) (dalam Benny A.B. Tesisnya berjudul efektivitas penggunaan metode problem solving terhadap peningkatan motivasi siswa dalam pembelajaran PPKn) sebagai berikut :

1. Pekerjaan utama guru adalah mengajar dan apapun metode penelitian kelas yang diterapkan, seyogyanya tidak berdampak mengganggu komitmennya sebagai pengajar.

2. Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang berlebihan dari guru sehingga berpeluang mengganggu proses pembelajaran. 3. Metodologi yang digunakan harus cukup relibel sehingga memungkinkan guru mengidentifikasi serta merumuskan hipotesis secara cukup meyakinkan. 4. Maslah penelitian yang merisaukannya dan bertolak dari tanggung jawab

profesionalnya, guru sendiri memiliki komitmen terhadap penyelesaiannya. 5. Dalam menyelenggarakan penelitian tindakan kelas, guru harus bersikap

konsisten menaruh kepedulian tinggi terhadap proses etika yang berkaitan dengan pekerjaannya.

6. Meskipun kelas merupakan cakupan tanggung jawab seorang guru, namun dalam pelaksanaan PTK sejauh mungkin harus digunakan classroom

exceeding perspective dalam arti permasalahan tidak dilihat terrbatas dalam

konteks kelas atau mata pelajaran tertentu, melainkan dalam perspektif misi sekolah secara keseluruhan.

Dari pendapat diatas dapat dipahami PTK tidak hanya mencakup pembelajaran dalam konteks kelas saja, melainkan mencakup keseluruhan misi sekolah. Hakikat dari penelitian kelas adalah suatu usaha berupa tindakan atau intervensi yang dilakukan dengan prosedur terencana dan sistematis untuk memecahkan masalah pembelajaran yang dihadapi guru dikelas, karenanya seperti


(22)

yang dikemukakan Sudjana dan Ibrahim (1989 :198), penelitian ini lebih menekankan segi proses (bukan hasil) dari suatu kegiatan pembelajaran.

Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah pertama teknik Observasi, yakni mengamati secara langsung proses pembelajaran yang sedang berlangsung dengan menerapkan strategi REACT. Kedua, wawancara, yakni menanyai dan diskusi dengan guru dan para siswa mengenai proses pembelajaran yang telah dilakukan, serta analisis terhadap dokumen, serta analisis terhadap dokumen, yakni data-data yang didapat dari temuan dilapangan.

B. Prosedur Penelitian

Prosedur dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah berbentuk siklus yang mengacu pada model J.Elliot (dalam Rochiati, 2009 : 64). Setiap siklus, terdiri dari langkah-langkah berupa : rencana umum tindakan, implementasi tindakan, monitoring tindakan beserta efeknya, serta refleksi dari hasil penelitian tindakan tersebut. Sebelum dilaksanakan penelitian ini, terlebih dahulu diadakan survey pendahuluan (observasi/orientasi), untuk mengetahui kondisi-kondisi lapangan yang sesungguhnya. Pada saat orientasi ini, penulis banyak berdialog dengan guru mata pelajaran IPS mengenai jalannya proses pembelajaran dikelas, demikian juga dengan para siswa, penulis berdialog untuk me-rechek segala hal yang telah dikemukakan oleh guru IPS tadi. Kemudian penulis diundang untuk melihat proses pembelajaran IPS yang berlangsung di kelas.

Secara skematis, model pengembangan PTK ini penulis tabelkan dalam Gambar 3.1, yang siklusnya melewati tahapan sebagai berikut :


(23)

Gambar 3.1

Model Pengembangan Penelitian Tindakan Kelas

Keterangan Tabel Skema : Ide Awal

Kajian Teoritik

Orientasi Lapangan

Hasil Analisis Data Studi Pendahuluan /

Refleksi Awal

- Rencana Umum Tindakan ke-1

Implementasi Tindakan ke- 1 Monitoring Implementasi

Tindakan ke-1 dan Efeknya Refleksi

Tindakan ke-1 dengan diskusi hasil observasi

Revisi Rencana Tindakan ke-2, atau

Perubahan Rencana Tindakan ke-2

Implementasi Tindakan ke-2

Monitoring Implementasi Tindakan ke-2 dan Efeknya Refleksi

Tindakan ke-2 dengan diskusi hasil observasi


(24)

Ide awal, ide awal dari penelitian ini adalah karena keresahan peneliti melihat dunia pendidikan khususnya pembelajaran IPS, dimana mata pelajaran IPS pada mayoritas SD (di sekolah dasar ) selama ini memiliki kekurangan yaitu bahwa pembelajaran tersebut lebih menekankan siswa untuk menghapal dan mengingat, dan kurang menfasilitasi siswa agar memiliki hasil belajar yang komprehensif. Pembelajaran IPS selama ini yang terjadi di Sekolah Dasar masih dilakukan secara konvensional melalui textbook oriented dengan mencatat dan menghapal, serta pada masa perkuliahan ketika mendapat materi tentang bagaimana pembelajaran IPS ini seharusnya dilaksanakandan betapa penting PTKini di sosialisasikan dan dilaksanakan oleh para praktisi pendidikan, sebagai bentuk keterlibatan guru dalam perbaikan dan pengembangan profesionalisme kerjanya.

Kajian Teoritik, maksudnya setelah mendapatkan ide awal itu penulis kemudian mencoba untuk mengkaji teori-teori yang ada, yang ada kaitannya dengan permasalahan yang akan penulis teliti. Misalnya penulis mengkaji beberapa literature tentang pengertian, tujuan, dan hakikat pendidikan IPS secara umum, strategi REACT yang akan digunakan dalam pembelajaran, serta teori-teori yang berhubungan dengan penelitian.

Temuan Penelitian, setelah kajian teoritik dilaksanakan, penulis melihat hasil-hasil temuan penelitian yang berkaitan dengan kajian penelitian ini. Membandingkan hasil-hasil temuan penelitian antara satu dengan yang lainnya, sekalipun seperti menurut prinsip PTK, bahwa hasil-hasil temuan penelitian ini tidak bisa digeneralisir karena hanya akan berlaku secara situsiomal dan pada saat itu


(25)

juga, namum setidaknya bisa diambil pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam PTK ini.

Orientasi Lapangan, orientasi lapangan ini brfungsi untuk mencocokan antara kajian teoritik dan hasil-hasil temuan penelitian dengan yang terjadi sesungguhnya dilapangan. Melalui orientasi lapangan juga, penulis mencoba untuk mengenal lebih jauh tentang lokasi dan subjek penelitian, agar pada saat penelitian sesungguhnya dilakukan, tidak lagi mengganggu proses pembelajaran yang sedang berlangsung, karena baik guru maupun siswa sudah mengenal peneliti terlebih dahulu. Pada saat orientasi ini, penulis juga berkesempatan untuk melihat secara langsung bagaimana proses pembelajaran itu berlangsung, dan meneliti apa-apa yang harus disempurnakan dalam pembelajaran tersebut.

Refleksi Awal, setelah penulis meneliti segala hal dan apa-apa yang harus disempurnakan dalam proses pembelajaran ini, maka antara penulis dan guru mitra, diadakan diskusi untuk membicarakan tentang kekurangan-kekurangan tadi. Dan akhirnya didapat kesepakatan untuk mencoba menyempurnakan kekurangan tersebut melalui uji coba pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan selanjutnya.

Rencana Umum Tindakan ke-1, setelah diadakan diskusi anatar penulis dan guru mitra sebagai pelaksana proses pembelajaran mengenai penyempurnaan proses pembelajaran tersebut, akhirnya didapat kesepakatan untuk membuat sebuah strategi pembelajaran yang dirancang bersama mengenai strategi REACT dalam pembelajaran.


(26)

Implementasi Tindakan 1, Implementasi Tindakan ke-1 yang dilakukan oleh penulis dan guru mitra ini merupakan pelaksanaan strategi REACT yang telah dibuat secara bersama-sama antara penulis dan guru mitra, dalam pelaksanaannya bisa saja guru mitra atau penulis berimprovisasi berdasarkan suasana proses pembelajaran yang sedang berlangsung.

Monitoring Implementasi Tindakan ke-1, dalam tahap ini peneliti bukan hanya melihat bagaimana strategi REACT tersebut dilaksanakan, melainkan juga meneliti bagaimana sikap-sikap guru dan siswa selama proses pembelajaran tersebut berlangsung, perkataan-perkataannya, situasi belajar siswa, arah dan sikap siswa, keberanian siswa dalam mengeluarkan pendapat, kemampuannya dalam mempertahankan argument, semuanya ini di catat dalam sebuah instrument penelitian.

Refleksi, dari hasil catatan monitoring implementasi tindakan ini, oleh penulis kemudian didiskusikan kembali dengan guru mitra untuk melihat apakah terdapat kekurangan atau kelebihan dari hasil implemantasi tindakan tersebut. Sekaligus di re-check kepada guru mitra tersebut maupun kepada siswa. Jika terjadi kemajuan yang berarti, maka itu harus tetap dipertahankan, namun jika masih terjadi kekurangan, maka strategi REACT ini harus direvisi bahkan dirubah sama sekali untuk pelaksanaan tindakan selanjutnya.

C. Fokus Penelitian

Dalam PTKyang bersifat reflektif, partisipatif, dan kolaboratif ini, penulis akan menerapkan model PTK gaya Kemmis dan Tagart seperti tercantum dalam


(27)

Hopkins (1993 : 48) yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Pada tahap perencanaan, penulis beserta guru mata pelajaran IPS akan merencanakan bersama materi apa yang akan dibahas dikelas yang akan diamati dan diteliti, setelah sebelumnya diadakan kesepakatan tentang waktu, tingkatan kelas dan tempat pelaksanaan observasi penelitian tersebut. Pada tahap tindakan dan pengamatan, focus observasinya adalah mengenai proses dan tindakan (aktivitas) serta kendala-kendala yang muncul dilapangan saat pembelajaran berlangsung, baik yang timbul dari faktor gurunya sendir, faktor siswa secara individual maupun kelompok, maupun iklim sosial kelas secara keseluruhan.

Dalam proses tindakan ini, hal-hal yang akan dijadikan focus penelitian adalah bagaimana sikap-sikap dan perkataan guru tersebut dalam memberikan materi pembelajarannya dengan menggunakan strategi REACT untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dan berfikir kritis siswa. Kemudian tindakan apa pula yang akan dilakukan guru tersebut jika terjadi feedback dari siswa baik berupa pertanyaan, pendapat, jawaban maupun sikap-sikap yang ditampilkan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Sedangkan untuk siswa itu sendiri dengan iklim limgkungan sosial belajarnya, yang dijadikan fokus penelitiannya adalah sikap-sikap siswa sendiri, baik secara individual maupun secara berkelompok disaat menerima metode pembelajaran dengan menggunakan strategi REACT. Focus penelitian pada guru mencakup hal-hal sebagai yang terlihat pada Tabel 3.1, berikut :


(28)

Tabel 3.1

Lembar Hasil Observasi Pelaksanaan dengan Fokus Penelitian dan Penilaian Pada Guru

Fokus Penelitian dan Penilaian Pada Guru

Kriteria

Penilaian Keterangan B C K

1. Strategi REACT yang dilaksanakan, mengundang pro-kontra

2. Strategi REACT, dapat meningkatkan pemahaman konsep

3. Mampu mengaitkan konsep yang sedang dipelajari oleh siswa dengan konsep yang akan dikuasainya 4. Memberikan pembelajaran melalui eksplorasi,

pencarian, dan penemuan

5. Membuat siswa belajar mengaplikasikan konsep 6. Mengkondisikan siswanya agar belajar bersama,

saling berbagi, saling respon dan berkomunikasi sesama temannya

7. Memberikan waktu yang cukup pada siswanya untuk menelaah materi pembelajaraan yang diberikan

8. Memberikan kesempatan yang banyak pada siswanya untuk bertanya

9. Memberikan dorongan kepada siswanya untuk berani mengeluarkan pendapat

10. Dapat memberikan pertanyaan-pertanyaan yang dapat memancing pertanyaan siswa

11. Memberikan kebebasan kepada siswanya untuk mengeluarkan pendapat yang berbeda dengan orang lain

12. Mampu mendorong siswanya untuk beradu argumen

13. Mampu membangun suasana kelas yang demokratis

14. Mampu mengarahkan siswanya untuk tidak membuat pertanyaan-pertanyaan yang tidak relevan dengan topik pembicaraan

15. Mampu mengarahkan siswanya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan topik pembicaraan


(29)

untuk memahami konsep dari materi yang diberikan

17. Mampu memberikan dorongan kepada siswanya untuk berfikir kritis

18. Memberikan reward kepada siswa yang cakap dalam bertanya/berpendapat

19. Dapat membagi perhatian yang sama kepada seluruh siswa

20. Menggunakan kata-kata yang efektif dan dapat dimengerti siswa

21. Dapat mendorong siswanya untuk membuat sebuah hipotesa sederhana

22. Dapat mendorong siswa untuk membuktikan hipotesa tersebut dengan berfikir kritis nya

23. Dapat menarik kesimpulan jawaban yang benar antara pendapat yang pro dan kontra berdasarkan pemahaman konsep dan berfikir kritis yang dimiliki siswa

Keterangan : B = Baik; C = Cukup; K = Kurang

Sedangkan fokus penelitian pada siswa, secara spesifik adalah mencakup hal-hal sebagai yang terlihat pada Tabel 3.2, berikut :

Tabel 3.2

Lembar Hasil Observasi

Dengan Fokus Penelitian dan Penilaian Pada Siswa

Fokus Penelitian dan Penilaian Pada Siswa

Kriteria

Penilaian Keterangan B C K

1. Penggunaan Strategi REACT menjadikan siswa lebih banyak memperhatikan pelajaran pada saat pembelajaran berlangsung

2. Siswa dapat mengaitkan konsep yang akan dipelajarinya dengan konsep yang telah dimilikinya 3. Siswa belajar dengan melakukan kegiatan ips

melalui ekplorasi, pencarian dan penemuan 4. Siswa sudah bisa mengaplikasikan konsep

5. Keikutsertaan siswa dalam mengomentari materi /pelajaran saat pembelajaran berlangsung

6. Keaktifan siswa dalam bertanya, berpendapat dan menjawab pertanyaan


(30)

7. Kemampuan siswa dalam mengaplikasikan konsep 8. Siswa belajar bersama, saling berbagi, saling

respon dan berkomunikasi sesama temannya

9. Kecepatan dalam merespon setiap pertanyaan yang diberikan guru

10. Mengeluarkan pendapat secara kritis untuk menjawab setiap pertanyaan/permasalahan yang ada

11. Memberikan kesempatan kepada temannya untuk mengeluarkan pendapat/berkomentar

12. Berani beradu argumen dengan orang lain

13. Adanya keterbukaan terhadap pendapat orang lain yang berbeda pendapat dengan dirinya

14. Tidak memaksakan pendapatnya pada orang lain yang argumentasi / pendapatnya lebih kuat

15. Mampu membuat hipotesis sederhana sendiri berdasarkan argumentasi dan pembuktiannya

Tabel 3.3

Lembar Hasil Observasi

Iklim Sosial Siswa Pada Saat Pembelajaran Berlangsung

Fokus Penelitian dan Penilaian Pada Situasi Iklim Sosial Kelas Saat PBM Berlangsung

Kriteria

Penilaian Keterangan B C K

1. Suasana kelas yang yang santai secara psikologis tetapi serius dalam pembelajaran

2. Suasana kelas yang terbuka dan demokratis

3. Suasana kelas yang akrab antar sesama siswa dan juga antara siswa dan guru

4. Suasana kelas yang menyenangkan

5. Suasana kelas yang saling mendukung pada terlaksananya pembelajaran

Keterangan : B = Baik; C = Cukup; K = Kurang

D. Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya, dalam metode penelitian kualitatif-naturalistik, peeliti sendiri yang menjadi instrument utama penelitian (human instrument), yang terjun


(31)

langsung kelapangan (kelas) untuk mengumpulkan data/informasi yang diperlukan. Penggunaan peneliti sebagai instrumen penelitian ini didasarkan pada prinsip “no

entry no research” (nasution : 1992), serta pada asumsi bahwa hanya manusialah

yang mampu memahami dan member makna terhadap interaksi antar manusia, perilaku, menyelami perasaan dan nilai yang terkandung dalam ucapan atau perbuatan yang mereka lakukan (Nasution : 1992).

Instrumen utama penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, observasi ini dilakukan untuk mengamati aktivitas dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Lembar observasi dikembangkan berdasarkan indikator dari setiap aspek yang diteliti, yakni indicator tentang aktivitas dan keterlibatan siswa. Indikator aktivitas belajar mengajar dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa pendidikan modern lebih menitikberatkan pada aktivitas siswa, dimana siswa belajar sambil bekerja. Dengan bekerja siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan serta perilaku lainnya, termasuk sikap dan nilai. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalu tidak ada aktivitas. Seperti Oemar Hamalik (2001 : 179) menyatakan bahwa :

Aktivitas belajar adalah berbagai kegiatan yang diberikan pada pembelajaran dalam situasi belajar mengajar. Aktivitas belajar ini didesain agar memungkinkan siswa memperoleh muatan yang ditentukan, sehingga berbagai tujuan yang ditetapkan, terutama maksud dan tujuan kutikulum tercapai.

Meskipun demikian, untuk mempermudah pekerjaan penelitian, maka peneliti juga mencoba dibantu dengan alat peneliti yang lain, yaitu :


(32)

a. Pedoman Obeservasi

Pedoman observasi yaitu teknik pengamatan dan pencatatan langsung atau tidak langsung terhadap objek yang sedang diteliti (Hadari, 1996 : 100) dengan menggunakan alat-alat seperti daftar isian, daftar pertanyaa, checking listdan sebagainya, dimana cara pengisiannya diisi oleh pengamat itu sendiri (Kartono, 1976 : 176). Sedangkan observasi itu sendiri adalah tindak pengamatan peneliti terhadap objek atau situasi secara terus menerus baik secara langsung maupun tidak langsung (Rianto : 1996). Dalam peristiwa ini, observasi yang dilakukan adalah observasi langsung, karena keuntungan utama teknik ini seperti kata Maleong (1989) adalah dapat memberikan pengalaman-pengalaman saat itu juga secara mendalam. Selain itu dapat member kemungkinan bagi peneliti untuk mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proposional maupun pengetahuan langsung yang diperoleh dari data. Seseorang jika ingin mengetahui apa sebenarnya yang dikerjakan orang, amatilah dia bukan menanyainya.

Observasi dalam PTK ini berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan terkait dengan orientasi ke tindakan berikutnya dimana semua kejadian dicatat di dalam catatan lapangan (field note) sebagai dasar bagi refleksi dan analisa untuk menentukan rencana tindakan pada siklus berikutnya. Untuk mendapatkan data yang sesuai dengan tujuan penelitian, maka disusunlah lembar panduan observasi yang disusun oleh peneliti sendiri dengan meminta pertimbangan dari pembimbing. Lembar panduan observasi ini digunakan oleh penulis untuk mengumpulkan data mengenai penggunaan strategi REACT dalam meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dan berfikir kritis siswa dalam pembelajaran IPS.


(33)

b. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara adalah pedoman percakapan untuk maksud tertentu yang dilakukan oleh dua belah pihak, yaitu pewawancara dan yang diwawancarai untuk memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh pewawancara (Moleong, 1999 : 135). Sedangkan wawancaranya sendiri adalah suatu percakapan terarah yang tujuannya untuk mengumpulkan atau memperkaya informasi atau bahan-bahan (data) yang sangat kaya/mendetail, yang hasil akhirnya digunakan untuk analisis kualitatif.

Menurut Best (dalam Faisal, 1982 : 213-215) mengistilahkan wawancara dengan istilah angket lisan, wawancara sebagai suatu teknik pengumpul data memang memiliki mamfaat yang khas, melalui teknik inipula penliti bisa merangsang responden agar memiliki wawasan pengalaman yang lebih luas. Dan dengan wawancara juga peneliti dapat menggali soal-soal penting yang belum terpikirkan dalam rencana penelitiannya. Karenanya sebagai bahan acuan, penulis mencoba membuat pedoman wawancara pada tabel 3.4, sebagai berikut :

1. Wawancara dengan Guru

Tabel 3.4

Lembar Wawancara Guru

No Aspek yang ditanyakan Tanggapan

1 Model pembelajaran apa yang sering Bapak/Ibu gunakan dalam pembelajaran IPS selama ini?

2 Model pembelajaran apa saja yang Bapak/Ibu kenal dan mengetahui penggunaannya? Bagaimana dengan penggunaan Strategi REACT dalam pembelajaran ?

3 Apakah Bapak/Ibu pernah menggunakan Strategi REACT dalam pembelajaran ?


(34)

4 Dalam persiapan untuk menerapkan Strategi REACT dalam pembelajaran, apakah Bapak/Ibu merasa ada kesulitan?

5 Apakah langkah-langkah pembelajaran pada Strategi

REACT dalam pembelajaran dapat dilaksanakan

seluruhnya atau sebagiannya saja?

6 Menurut Bapak/Ibu bagaimana tanggapan siswa terhadap penggunaan Strategi REACT dalam pembelajaran dibandingkan dengan model pembelajaran yang Bapak/Ibu biasa gunakan?

7 Apakah Strategi REACT dalam pembelajaran ini dapat digunakan untuk pada konsep pembelajaran IPS yang lainnya?

8 Apakah Bapak/Ibu ada keinginan untuk membuat dan menerapkan Strategi REACT pada konsep pembelajaran IPS yang lainnya?

9 Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai Strategi REACT ini dalam pembelajaran IPS?

10 Apa saja kelebihan Strategi REACT dibandingkan dengan model pembelajaran yang biasa Bapak/Ibu gunakan dalam pembelajaran IPS?

11 Apa saja kelemahan Strategi REACT ? bagaimana saran-saran Bapak/Ibu untuk mengatasinya?

12 Kesulitan apa saja menurut pandangan Bapak/Ibu dalam penerapan Strategi REACT ?

13 Apakah Strategi REACT ini sama saja dengan model pembelajaran yang lain yang biasa Bapak/Ibu pakai dalam pembelajaran IPS?

14 Apakah Strategi REACT menambah beban mengajar dan memerlukan waktu yang lama?

15 Apakah penggunaan Strategi REACT dapat meningkatkan pemahaman konsep IPS materi teknologi transportasi ? 16 Apakah Strategi REACT dapat meningkatkan kemampuan

berfikir kritis siswa?

17 Menurut pandangan Bapak/Ibu, kesulitan apa saja yang dialami oleh siswa dalam penerapan Strategi REACT dalam pembelajaran IPS ?

18 Apakah ada perubahan situasi belajar mengajar di kelas dengan penerapan Strategi REACT ?

19 Apakah penggunaan alat peraga dalam Strategi REACT ini sangat membantu siswa dalam pemahaman konsep IPS ? 20 Bagaimana saran-saran Bapak/Ibu terhadap penggunaan

alat peraga dalam Strategi REACT dalam IPS ?

21 Apakah Strategi REACT dapat meningkatkan pemahaman konsep dan berfikir kritis siswa ?


(35)

22 Apakah siswa aktif dalam mengikuti pembelajaran IPS dengan menggunakan Strategi REACT ?

23 Apakah siswa menjadi lebih senang untuk mengerjakan tugas-tugas IPS dengan adanya penerapan Strategi REACT ?

24 Apakah dengan penggunaan Strategi REACT dapat menumbuhkan keterampilan sosial antar sesama siswa baik dalam situasi belajar maupun di luat kelas ?

25 Bagaimana kesan Bapak/Ibu tentang penggunaan Strategi

REACT ini dalam konsep teknologi transportasi yang telah

dilaksanakan ?

2. Wawancara dengan siswa

Tabel 3.5

Lembar Wawancara Siswa

No Aspek yang ditanyakan Tanggapan

1 Bagaimana pendapat kamu tentang pembelajaran IPS selama ini,apakah cukup menarik ?

2 Apakah bapak/ibu guru kamu cukup bagus memberikan pengajarannya ?

3 Hal apakah yang membuat kamu tertarik pada pembelajaran IPS ?

4 Pernahkah bapak/ibu guru kamu dalam proses pembelajarannya membuat sebuah cerita/pernyataan yang dapat membuat kamu dan teman kamu terpecah (pro-kontra) ?

5 Apakah bapak/ibu guru kamu pernah

menggunakan/membuat sebuah media pembelajaran supaya kamu lebih mengerti ?

6 Apakah kamu akan tertarik jika hal tersebut dicobakan di kelas kamu ?

7 Kira-kira pembelajaran seperti apa yang kamu dan teman-teman kamu inginkan ?

8 Apakah pembelajaran dengan menggunakan strategi

REACT yang digunakan pada konsep teknoklogi

transportasi adalah model pembelajaran yang baru ?

9 Apakah cara bapak/ibu guru memberikan materi pembelajaran IPS yang digunakan sebelumnya membuat kamu mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran IPS ?


(36)

10 Setelah mengikuti pembelajaran konsep teknologi transportasi, apakah kamu merasa yakin bisa menyelesaikan soal-soal yang diberikan ?

11 Apakah Startegi REACT yang digunakan pada konsep teknologi transportasi sama saja dengan model pembelajaran yang digunakan pada pembelajaran sebelumnya ?

12 Apakah dengan strategi REACT yang digunakan pada konsep teknologi transportasi dapat meningkatkan pemahaman konsep IPS kamu ?

13 Dengan berkelompok dapatkah membantu kamu dalam menguasai konsep teknologi transportasi ?

14 Apakah kamu mengalami kesulitan dalam menguasai konsep teknologi transportasi jika belajar sendiri ?

15 Apakah kamu lebih senang mengerjakan tugas secara individu atau berkelompok ?

c. Alat Perekam Elektronik (Video)

Alat perekam audio yang digunakan dalam penelitian ini adalah Video, yang bertujuan untuk merekam semua kejadian dalam proses pembelajaran di kelas maupun diluar kelas secara lebih spesifik, dan juga agar penelitian ini bisa lebih akurat dan tidak bisa hanya karena faktor keterbatasan daya ingat peneliti dalam merekam semua aktivitas /kejadian proses pembelajaran tersebut, serta mengurangi seminimal mungkin subyektifitas dari peneliti.

d. Kamera

Sebagai alat perekam visual secara statis untuk mengtabelkan beberapa peristiwa/keadaan dalam proses penelitian ini, hasilnya berupa foto sebagai dokumentasi untuk melihat secara langsung tabelan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung, keadaan lokasi penelitian, objek sekaligus subjek penelitian.


(37)

E. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian menunjukan pada pengertian tempat/lokasi social peneltian yang dicirikan oleh adanya tiga unsure, yaitu : tempat, pelaku, dan kegiatan yang dapat diobservasi (Nasution : 1996).

Unsur tempat/lokasi penelitian adalah tempat dimana berlangsungnya penelitian tersebut, dalam hal ini adalah SDN Tikukur 4 Bandung, yang beralamat di Jl. Titimplik No.1 Bandung, tepatnya di kelas 4. Salah satu kelas yang dipilih oleh guru mitra beserta penulis, dipilihnya kelas ini sebagai “objek penelitian”, karena menurutnya kelas 4 ini siswa/siswinya relative lebih komunikatif dan lugas.

F. Rencana Pengolahan Data

Pada dasarnya, pengolahan dan analisa data penelitian ini dilakukan sepanjang penelitian secara terus menerus dari awal sampai akhir pelaksanaan program tindakan (Suwarsih, 1994). Berkaitan dengan konsepsi tersebut, data dalam penelitian ini juga dianalisa dengan mengikuti pola analisis penelitian sejenis, yakni mulai dari tahap orientasi sampai pada tahap berakhirnya seluruh program tindakan, sesuai dengan karakteristik pokok permasalahan dan tujuan penelitiannya (Hopkins, 1993; Kemmis, 1983).

Data yang menunjukkan dinamika proses, dianalisis dengan analisis kontekstual dan analisis isi yang diikuti argumentasi kualitatif untuk mendeskripsikan kebermaknaan hasil dari penelitian. Data yang dianalisis tersebut adalah hal-hal yang terdapat pada indikator skala pengukuran dimuka.


(38)

Secara garis besar, prosedur pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pengumpulan data, kategorisasi, dan kosifikasi.

2. Display data, penyajian dan penyusunan kembali data yang baik dan benar serta meredusir data-data yang tidak berkaitan dengan penelitian.

3. Validasi data, dengan teknik trianggulasi dan sebagainya. 4. Membuat simpulan dan interprestasi.


(39)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Selama peneliti melakukan penelitian dan pengamatan di Sekolah Dasae Negeri Tikukur 4, terhadap deskripsi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di kelas 4 dapat ditarik beberapa kesimpulan diantaranya :

1. Penggunaan Strategi REACT dalam pembelajaran akan efektif meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dan berfikir kritis siswa, jika guru betul-betul melaksanakan langkah-langkah pembelajarannya. Pembelajaran akan lebih bermakna jika guru bisa menimbulkan dorongan belajar kepada siswanya dengan mengaplikasikan konsep pada kehidupan sehari-hari. Penggunaan Strategi REACT ini ternyata sangat membantu siswa untuk berfikir krits-analitis dalam menyikapi suatu persoalan yang dihadapinya karena setiap siswa dapat mempertahankan pendapat dengan memberikan alasan-alasan yang bisa diterima. Iklim belajar haruslah dibuat sedemikian rupa supaya kondusif untuk pelaksanaan proses pembelajaran, misalnya siswa harus bisa belajar untuk mau menerima pendapat orang lain terutama jika pendapat temannya itu lebih baik dan lebih kuat argumentasinya.

2. Pembelajaran dengan menggunakan Strategi REACT ini dilaksanakan di dalam dan di luar kelas, hal ini bertujuan agar siswa memiliki pengalaman dan bisa mengaplikasikan konsep dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan media pembelajaran dalam Strategi REACT sangat diperlukan dalam proses


(40)

pembelajaran, karena dengan media pembelajaran siswa akan lebih cepat memahami materi yang diberikan. Jika guru kurang menguasai langkah-langkah Strategi REACT dan kurangnya media pembelajaran dalam proses pembelajaran seperti halnya pada siklus I, maka yang terjadi adalah kurang terfokusnya materi yang dibahas, dan akan berakibat pada pengambilan keputusan yang tidak tepat sasaran. Sikap guru jangan sampai otoriter terhadap siswanya, karena itu akan mematikan keberanian siswa untuk berbicara atau mengeluarkan pendapatnya. Guru sebagai fasilitator sekaligus moderator dalam pembelajaran, harus bertindak lebih tegas dalam meluurskan alur pembicaraan siswa yang menyimpang dari permasalahan pokok, juga terhadap siswa yang berbicara dengan menggunakan bahasa-bahasa yang tidak pantas diucapkan dalam pembelajaran.

B. Rekomendasi 1. Untuk Guru

Kemampuan guru dalam melakukan variasi metode dan media dalam proses pembelajaran adalah salah satu cara untuk mengatasi agar proses pembelajaran itu tidak membosankan bagi siswa. Karenanya, penguasaan dan pelaksanaan variasi semacam ini mutlak diperlukan oleh para guru agar proses pembelajaran itu dapat lebih menarik perhatian siswanya untuk lebih memperhatikan materi pembelajaran yang disampaikan gurunya. Guru harus lebih sering menggunakan Strategi REACT dalam proses pembelajarannya agar siswa bisa terlatih dalam memahami konsep materi dan berfikir kritis.


(41)

Kegunaan strategi ini bukan hanya untuk memingkatkan pemahaman konsep daan berfikir kritis siswa, melainkan juga melatih siswa untuk dapat mengeluarkan pendapat dan mempertahankannya dengan bahasa yang benar dan bahasan yang terfokus.Dalam melaksanakan Strategi REACT ini, guru juga sebaiknya menggunakan media pembelajaran yang mendukung terlaksananya proses pembelajaran ini. Pemguasaan guru terhadap langkah-langkah Strategi

REACT dan materi yang akan diberikan sangat mutlak diperlukan.

2. Untuk Siswa

Jika ada guru yang melaksanakan Strategi REACT dalam pembelajaran, maka sebaiknya siswa memamfaatkan hal tersebut dengan sebaik-baiknya. Jadikan proses pembelajaran itu untuk melatih pemahaman konsep dan cara berfikir kritis siswa dalam memecahkan suatu permasalahan yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Beranikan diri untuk mengeluarkan pendapat dan mempertahankannya yang disertai alas an-alasan yang logis. Toleransi pada pendapat teman dan tidak memaksakan pendapat sendiri pada orang lain adalah kemampuan siswa dalam menahan diri terhadap segala sesuatu yang tidak sejalan dengan dirinya.


(42)

3. Untuk Pihak Sekolah

Pihak sekolah sudah seharusnya selalu mendukung pada proses peningkatan kualitas kemampuan diri guru dengan segala cara dan dengan segala kemampuan yang ada. Pengadaan buku-buku sumber pembelajaran dan media pembelajaran untuk guru dan siswa harus lebih diperbanyak lagi, pemamfaatan perpustakaan sebagai sumber ilmu pengetahuan juga agar dikelola dengan baik.

Media pembelajaran yang tersedia disekolah sebaiknya dipergunakan oleh guru demi terlaksananya proses pembelajaran, kenalkan guru-guru pada media-media elektronik agar mereka bisa memamfaatkannya. Sekolah juga harus mendorong para guru agar mau meningkatkan kemampuan dirinya dalam bidang proses pembelajaran, bukan hanya bidang administrasinya saja, karena betapapun bagusnya administrasi yang berisi program-program pembelajaran jika tidak bisa membelajarkannya kepada siswa, maka akan sia-sia proses pembelajaran tersebut.


(43)

140

DAFTAR PUSTAKA

Aqib Z. (2009). Penelitian Tindakan Kelas Bandung : Yrama Widya

Arikunto, S. (1998). Prosedur penelitian Suatu pendekatan Praktik. Jakarta: Reneka Cipta.

Arikunto, S. (2003). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, S. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara.

Barak, M, Ben- Chaim, D., & Zoller, U. (2007). Purposely Teaching For the

Promotion of Higher- Order Thinking Skills; A Case of Critical Thinking.

[Online].Tersedia; http://www. springerlink.com/content. [ 3 Februari 2011].

Bloom. B.S. (1979). Taxonomy Of Education for the Social Studies. New York: Longman.

Chaplin, J.R. dan Messick.,R.G (1992). Elementary Sosial Studies : A Practical Guide. 2 en ed. New York: Longman.

Crawford, (2001). Teaching Contextually. Texas : CCI Publishing, Inc. Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Depdiknas (2007). Kurikulum IPS 2007 Sekolah Dasar/MAdrasah Tsanawiyah. Jakarta: Dirjen Dikdasmen Direktorat Lanjutan Pertama.

Dasim dan Kokom. (2008), Panduan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, Jakarta : Pusat perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Dimiyati. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Emildany, Novi, (2008). Cooperative Learning : Jakarta. Tersedia http;/ www. wordpress.com/2010/05/30. [ 15 Febuari 2011]

Ennis, R.H. (1987). A.Taxonomy of Critical Thinking Disposition and Abilities. In J. B. Baron and R.J.Sternberg (Eds), Teaching for Thinking . (pp9-26). New York : Freman.

Facione, P. A.,Nooren, N. C., Blohm, S. W., & Giancarlo, C. A. (2002). The

California Critical Thinking Skill Test; Test Manual 2002 Update Edition.Milbrae CA; The California Akademic Press.


(44)

141

Hadi, S. (2003). Membimbing Siswa Memahami Konsep Peluang Melalui

Soal-soal Kontekstual. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional

Pendidikan Matematika tanggal 27-28 Maret 2003. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta : Tidak diterbitkan.

Ibrahim, M. et. al. (2000) Pembelajaran Kooperatif. Surabaya:Universitas Negeri Surabaya Press.

Iskandar. (2003). Seputar Pembelajaran Konstektual. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika, tanggal 27-28 Maret 2003. Universitas Sanata Darma. Yogyakarta : Tidak diterbitkan.

Jarolimek, J. Dan Parker, W. C. (1993). Social Studies Elementary Education. 9th. Ed. New York: Mac Millian Publishing Co.

Johnson, D.Q., Johnson, R.T., & Holubac, E.J. (1994) Cooperative Learning in

The Classroom. Virginia: Associatin for Supervision and Curuculum

Develovment

Joyce, B. and Weil, M. (2000). Models of Teaching. New Yersey: Prentice Hall Inc.

Kirk, Jarome & Miller (1986). Reliability and Validity in Qualitative Research. Vol.I.Biverly Hills : Sage Publication.

Kusumah, W. (2009) Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Indeks Nasution, Noehi, dkk.2007. Pendidikan IPS di SD. Jakarta : Universitas Terbuka. Nasution, S (1998), Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta : Bina Aksara.

NCSS.1994. A.Vision of Powerful Teaching and Learning in the Social Studies:

Building Social Understanding and Civic Effacy, Social Education 57

NCSS. (2002). Strategies for Integraiting Media Leteracy into the Social Studies

Curriculum. [online]. Tersedia : http; // www.mediad.org/studyguides/

Strategies For Integrating Media Leteracy //htm. [ 20 maret 2011].

Nur, H. (1997). Pemanfaatan Sumber Belajar oleh Guru dan Pengaruhnya

terhadap Hasil Belajar dalam Pengajaran Pendidikan IPS.

Omar, H. (2003). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Ratna, W, (2006). Teori-Teori Belajar, Bandung: Rosda karya.


(45)

142

Sapriya. (2009). Pendidikan IPS. Bandung: PT Rosdakarya. Santrock, J. (2005). Life Span Development. Jakarta : Erlangga.

Slavin, R.E. (2005). Cooperative Learning. Boston: Allyn and Bacon Inc. Sudjana. (1989). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Sudjana, (2005). Teori-teori Belajar untuk pengajaran. Jakarta: Universitas

Indonesia.

Sugiono. (2009). Metode penelitian Pendidikan, Bandung : Alfabeta.

Supriatna, N. (2008). Kembangkan Kecakapan Sosialmu. Bandung : Grafindo Media Pratama

Sutrisno, [online]. Tersedia http/www.fkip- uninus.org/index.php/artikel pendidikan /58-tuntutan diera –krisis pembiasaan-berpikir kritis.[2 februari 2011].

Somantri, Numan.(2001) Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung : PPS-FPIPS UPI dan PT. Remaja Rosdakarya

Sumaatmadja, Nursyid. (2001). Metodologi Pengajaran IPS. Bandung : Alumni. Suparno, P. (2000). Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta:

Kanisius.

Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif bersifat Konstruktif. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Wahab, A. (2007). Metode dan model- model Mengajar. Bandung: Alfabeta. Wiriaatmadja, R. (2009). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT

Rosdakarya

________,2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Pendidikan Indonesia; Bandung.


(1)

137

pembelajaran, karena dengan media pembelajaran siswa akan lebih cepat memahami materi yang diberikan. Jika guru kurang menguasai langkah-langkah Strategi REACT dan kurangnya media pembelajaran dalam proses pembelajaran seperti halnya pada siklus I, maka yang terjadi adalah kurang terfokusnya materi yang dibahas, dan akan berakibat pada pengambilan keputusan yang tidak tepat sasaran. Sikap guru jangan sampai otoriter terhadap siswanya, karena itu akan mematikan keberanian siswa untuk berbicara atau mengeluarkan pendapatnya. Guru sebagai fasilitator sekaligus moderator dalam pembelajaran, harus bertindak lebih tegas dalam meluurskan alur pembicaraan siswa yang menyimpang dari permasalahan pokok, juga terhadap siswa yang berbicara dengan menggunakan bahasa-bahasa yang tidak pantas diucapkan dalam pembelajaran.

B. Rekomendasi

1. Untuk Guru

Kemampuan guru dalam melakukan variasi metode dan media dalam proses pembelajaran adalah salah satu cara untuk mengatasi agar proses pembelajaran itu tidak membosankan bagi siswa. Karenanya, penguasaan dan pelaksanaan variasi semacam ini mutlak diperlukan oleh para guru agar proses pembelajaran itu dapat lebih menarik perhatian siswanya untuk lebih memperhatikan materi pembelajaran yang disampaikan gurunya. Guru harus lebih sering menggunakan Strategi REACT dalam proses pembelajarannya agar siswa bisa terlatih dalam memahami konsep materi dan berfikir kritis.


(2)

138

Kegunaan strategi ini bukan hanya untuk memingkatkan pemahaman konsep daan berfikir kritis siswa, melainkan juga melatih siswa untuk dapat mengeluarkan pendapat dan mempertahankannya dengan bahasa yang benar dan bahasan yang terfokus.Dalam melaksanakan Strategi REACT ini, guru juga sebaiknya menggunakan media pembelajaran yang mendukung terlaksananya proses pembelajaran ini. Pemguasaan guru terhadap langkah-langkah Strategi REACT dan materi yang akan diberikan sangat mutlak diperlukan.

2. Untuk Siswa

Jika ada guru yang melaksanakan Strategi REACT dalam pembelajaran, maka sebaiknya siswa memamfaatkan hal tersebut dengan sebaik-baiknya. Jadikan proses pembelajaran itu untuk melatih pemahaman konsep dan cara berfikir kritis siswa dalam memecahkan suatu permasalahan yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Beranikan diri untuk mengeluarkan pendapat dan mempertahankannya yang disertai alas an-alasan yang logis. Toleransi pada pendapat teman dan tidak memaksakan pendapat sendiri pada orang lain adalah kemampuan siswa dalam menahan diri terhadap segala sesuatu yang tidak sejalan dengan dirinya.


(3)

139

3. Untuk Pihak Sekolah

Pihak sekolah sudah seharusnya selalu mendukung pada proses peningkatan kualitas kemampuan diri guru dengan segala cara dan dengan segala kemampuan yang ada. Pengadaan buku-buku sumber pembelajaran dan media pembelajaran untuk guru dan siswa harus lebih diperbanyak lagi, pemamfaatan perpustakaan sebagai sumber ilmu pengetahuan juga agar dikelola dengan baik.

Media pembelajaran yang tersedia disekolah sebaiknya dipergunakan oleh guru demi terlaksananya proses pembelajaran, kenalkan guru-guru pada media-media elektronik agar mereka bisa memamfaatkannya. Sekolah juga harus mendorong para guru agar mau meningkatkan kemampuan dirinya dalam bidang proses pembelajaran, bukan hanya bidang administrasinya saja, karena betapapun bagusnya administrasi yang berisi program-program pembelajaran jika tidak bisa membelajarkannya kepada siswa, maka akan sia-sia proses pembelajaran tersebut.


(4)

140

DAFTAR PUSTAKA

Aqib Z. (2009). Penelitian Tindakan Kelas Bandung : Yrama Widya

Arikunto, S. (1998). Prosedur penelitian Suatu pendekatan Praktik. Jakarta: Reneka Cipta.

Arikunto, S. (2003). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, S. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara.

Barak, M, Ben- Chaim, D., & Zoller, U. (2007). Purposely Teaching For the Promotion of Higher- Order Thinking Skills; A Case of Critical Thinking. [Online].Tersedia; http://www. springerlink.com/content. [ 3 Februari 2011].

Bloom. B.S. (1979). Taxonomy Of Education for the Social Studies. New York: Longman.

Chaplin, J.R. dan Messick.,R.G (1992). Elementary Sosial Studies : A Practical Guide. 2 en ed. New York: Longman.

Crawford, (2001). Teaching Contextually. Texas : CCI Publishing, Inc. Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Depdiknas (2007). Kurikulum IPS 2007 Sekolah Dasar/MAdrasah Tsanawiyah. Jakarta: Dirjen Dikdasmen Direktorat Lanjutan Pertama.

Dasim dan Kokom. (2008), Panduan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, Jakarta : Pusat perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Dimiyati. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Emildany, Novi, (2008). Cooperative Learning : Jakarta. Tersedia http;/ www. wordpress.com/2010/05/30. [ 15 Febuari 2011]

Ennis, R.H. (1987). A.Taxonomy of Critical Thinking Disposition and Abilities. In J. B. Baron and R.J.Sternberg (Eds), Teaching for Thinking . (pp9-26). New York : Freman.

Facione, P. A.,Nooren, N. C., Blohm, S. W., & Giancarlo, C. A. (2002). The California Critical Thinking Skill Test; Test Manual 2002 Update Edition.Milbrae CA; The California Akademic Press.


(5)

141

Hadi, S. (2003). Membimbing Siswa Memahami Konsep Peluang Melalui Soal-soal Kontekstual. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika tanggal 27-28 Maret 2003. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta : Tidak diterbitkan.

Ibrahim, M. et. al. (2000) Pembelajaran Kooperatif. Surabaya:Universitas Negeri Surabaya Press.

Iskandar. (2003). Seputar Pembelajaran Konstektual. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika, tanggal 27-28 Maret 2003. Universitas Sanata Darma. Yogyakarta : Tidak diterbitkan.

Jarolimek, J. Dan Parker, W. C. (1993). Social Studies Elementary Education. 9th. Ed. New York: Mac Millian Publishing Co.

Johnson, D.Q., Johnson, R.T., & Holubac, E.J. (1994) Cooperative Learning in The Classroom. Virginia: Associatin for Supervision and Curuculum Develovment

Joyce, B. and Weil, M. (2000). Models of Teaching. New Yersey: Prentice Hall Inc.

Kirk, Jarome & Miller (1986). Reliability and Validity in Qualitative Research. Vol.I.Biverly Hills : Sage Publication.

Kusumah, W. (2009) Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Indeks Nasution, Noehi, dkk.2007. Pendidikan IPS di SD. Jakarta : Universitas Terbuka. Nasution, S (1998), Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta : Bina Aksara.

NCSS.1994. A.Vision of Powerful Teaching and Learning in the Social Studies: Building Social Understanding and Civic Effacy, Social Education 57 NCSS. (2002). Strategies for Integraiting Media Leteracy into the Social Studies

Curriculum. [online]. Tersedia : http; // www.mediad.org/studyguides/ Strategies For Integrating Media Leteracy //htm. [ 20 maret 2011].

Nur, H. (1997). Pemanfaatan Sumber Belajar oleh Guru dan Pengaruhnya terhadap Hasil Belajar dalam Pengajaran Pendidikan IPS.

Omar, H. (2003). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Ratna, W, (2006). Teori-Teori Belajar, Bandung: Rosda karya.


(6)

142

Sapriya. (2009). Pendidikan IPS. Bandung: PT Rosdakarya. Santrock, J. (2005). Life Span Development. Jakarta : Erlangga.

Slavin, R.E. (2005). Cooperative Learning. Boston: Allyn and Bacon Inc. Sudjana. (1989). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Sudjana, (2005). Teori-teori Belajar untuk pengajaran. Jakarta: Universitas

Indonesia.

Sugiono. (2009). Metode penelitian Pendidikan, Bandung : Alfabeta.

Supriatna, N. (2008). Kembangkan Kecakapan Sosialmu. Bandung : Grafindo Media Pratama

Sutrisno, [online]. Tersedia http/www.fkip- uninus.org/index.php/artikel pendidikan /58-tuntutan diera –krisis pembiasaan-berpikir kritis.[2 februari 2011].

Somantri, Numan.(2001) Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung : PPS-FPIPS UPI dan PT. Remaja Rosdakarya

Sumaatmadja, Nursyid. (2001). Metodologi Pengajaran IPS. Bandung : Alumni. Suparno, P. (2000). Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta:

Kanisius.

Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif bersifat Konstruktif. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Wahab, A. (2007). Metode dan model- model Mengajar. Bandung: Alfabeta. Wiriaatmadja, R. (2009). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT

Rosdakarya

________,2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Pendidikan Indonesia; Bandung.


Dokumen yang terkait

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching) Pada Mata Pelajaran Ips

0 7 107

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERFIKIR KRITIS SISWADALAM MATA PELAJARAN IPA MELALUI METODEWORD SQUARE Upaya Meningkatkan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa Dalam Mata Pelajaran Ipa Melalui Metodeword Square Pada Siswa Kelas V SDN 1 Kalanglundo Kecamatan

0 3 15

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERFIKIR KRITIS SISWA DALAM MATA PELAJARAN IPA MELALUI METODE WORD Upaya Meningkatkan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa Dalam Mata Pelajaran Ipa Melalui Metodeword Square Pada Siswa Kelas V SDN 1 Kalanglundo Kecamatan Nga

0 1 14

METODE PEROLEHAN KONSEP UNTUK MENGEMBANGKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 4 Bandung.

0 2 36

METODE PEROLEHAN KONSEP UNTUK MENGEMBANGKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 4 Bandung.

0 2 39

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP ENERGI BUNYI PADA MATA PELAJARAN IPA : Penelitian Tindakan Kelas Dilaksanakan pada Siswa Kelas IV B SD Negeri 4 Cibogo Kabupaten Bandung Barat.

0 5 34

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI CERITA ANAK DENGAN STRATEGI CIRC PADA SISWA KELAS IV SD : Penelitian Tindakan Kelas di SD Negeri Percobaan Cileunyi Kabupaten Bandung.

0 5 40

PENERAPAN STRATEGI THINK PAIR SHARE UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI SISWA SEKOLAH DASAR :Penelitian Tindakan Kelas Pada Mata Pelajaran IPS Di Kelas IV SDN Babakan Sinyar 4 Kec.Kiaracondong Kota Bandung.

0 2 47

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS MELALUI PEMBELAJARAN AKTIF TEKNIK KELOMPOK BELAJAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS IV A SD NEGERI KASONGAN YOGYAKARTA.

0 1 207

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Pada Mata Pelajaran IPS Melalui Pengunaan Media Gambar di SDN Tomini

0 0 15