PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP KEMAMPUAN BERHITUNG PENJUMLAHAN SISWA TUNARUNGU KELAS 2 SDLB DI SLBN CICENDO BANDUNG.

(1)

08/S1-PKh/Oktober/2014

PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP KEMAMPUAN BERHITUNG PENJUMLAHAN SISWA

TUNARUNGU KELAS 2 SDLB DI SLBN CICENDO BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Khusus

Salis Fauzia Istiqomah 1003249

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

08/S1-PKh/Oktober/2014

HALAMAN PENGESAHAN

Salis Fauzia Istiqomah 1003249

PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP KEMAMPUAN BERHITUNG PENJUMLAHAN SISWA

TUNARUNGU KELAS 2 SDLB DI SLBN CICENDO BANDUNG

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH : Dosen Pembimbing I

Dr. Budi Susetyo, M. Pd NIP. 19580907 198703 1 001

Dosen Pembimbing II

Dr. Sunardi, M. Pd NIP. 19600201 198703 1 002

Mengetahui

Ketua Departemen Pendidikan Khusus

Drs. Sunaryo, M. Pd NIP. 19560722 198503 1 001


(3)

08/S1-PKh/Oktober/2014

PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK

TERHADAP KEMAMPUAN BERHITUNG PENJUMLAHAN

SISWA TUNARUNGU KELAS 2 SDLB DI SLBN CICENDO

BANDUNG

Oleh :

Salis Fauzia Istiqomah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan khusus

©Salis Fauzia Istiqomah 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis


(4)

(5)

viii

Salis Fauzia Istiqomah, 2014

Pengaruh pembelajaran Matematika realistik terhadap kemampuan berhitung penjumlahan siswa tunaarungu kelas 2 SDLB di SLBN Cicendo Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GRAFIK ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR ... 8

A. Kajian Pustaka ... 8

1. Hakikat Ketunarunguan ... 8

2. Pembelajaran Matematika Realistik ... 15

3. Kemampuan Berhitung Penjumlahan ... 24

B. Penelitian yang Relevan ... 25

C. Kerangka Berpikir ... 26

BAB III METODE PENELITIAN... 29

A. Metode Penelitian... 29

B. Desain Penelitian ... 29

C. Variabel Penelitian ... 31

1. Definisi Konsep Variabel ... 31


(6)

ix

Salis Fauzia Istiqomah, 2014

Pengaruh pembelajaran Matematika realistik terhadap kemampuan berhitung penjumlahan siswa tunaarungu kelas 2 SDLB di SLBN Cicendo Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. Tempat dan Subjek Penelitian ... 36

1. Tempat Penelitian... 36

2. Subjek Penelitian ... 36

E. Instrumen Penelitian... 36

1. Kisi-kisi Instrumen ... 37

2. Penyusunan Butir Instrumen ... 39

3. Kriteria Penilaian ... 40

F. Proses Pengembangan Instrumen ... 40

1. Validitas Instrumen ... 40

2. Reliabilitas Instrumen ... 43

G. Teknik Pengumpulan Data ... 45

H. Teknik Pengolahan Data ... 45

I. Teknik Analisis Data ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49

A. Hasil Penelitian ... 49

1. Baseline 1 (A-1) ... 49

2. Intervensi (B) ... 50

3. Baseline 2 (A-2) ... 51

4. Perolehan Data ... 52

B. Analisis Data ... 54

1. Analisis Dalam Kondisi ... 54

a. Panjang Kondisi ... 54

b. Kecenderungan Arah ... 54

c. Kecenderungan Stabilitas ... 57

d. Jejak Data ... 61

e. Level Stabilitas dan Rentang ... 61

f. Perubahan Level ... 62

2. Analisis Antar Kondisi ... 63


(7)

x

Salis Fauzia Istiqomah, 2014

Pengaruh pembelajaran Matematika realistik terhadap kemampuan berhitung penjumlahan siswa tunaarungu kelas 2 SDLB di SLBN Cicendo Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Perubahan Kecenderungan Arah dan Efeknya ... 64

c. Perubahan Kecenderungan Stabilitas ... 64

d. Perubahan Level ... 65

e. Persentase Data Overlap ... 66

C. Hasil Analisis ... 70

D. Pembahasan ... 72

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 75

A. Kesimpulan ... 75

B. Rekomendasi ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 77


(8)

xi

Salis Fauzia Istiqomah, 2014

Pengaruh pembelajaran Matematika realistik terhadap kemampuan berhitung penjumlahan siswa tunaarungu kelas 2 SDLB di SLBN Cicendo Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Berhitung Penjumlahan ... 38

Tabel 3.2 Kriteria Penilaian ... 40

Tabel 3.3 Perhitungan Pengujian Validitas Instrumen ... 42

Tabel 3.4 Perhitungan Pengujian Reliabilitas Instrumen ... 44

Tabel 4.1 Hasil Baseline 1 (A-1)... 49

Tabel 4.2 Hasil Intervensi (B) ... 50

Tabel 4.3 Hasil Baseline 2 (A-2)... 51

Tabel 4.4 Data Keseluruhan Kemampuan Berhitung Penjumlahan ... 53

Tabel 4.5 Data Panjang Kondisi ... 54

Tabel 4.6 Data Kecenderungan Arah ... 57

Tabel 4.7 Kondisi Kecenderungan Stabilitas ... 61

Tabel 4.8 Kondisi Jejak Data ... 61

Tabel 4.9 Kondisi Level Stabilitas dan Rentang ... 61

Tabel 4.10 Kondisi Perubahan Level ... 62

Tabel 4.11 Hasil Analisis Dalam Kondisi Kemampuan Berhitung Penjumlahan ... 62

Tabel 4.12 Jumlah Variabel yang Diubah ... 64

Tabel 4.13 Kecenderungan Arah dan Efeknya ... 64

Tabel 4.14 Perubahan Kecenderungan Stabilitas ... 65

Tabel 4.15 Perubahan Level ... 65

Tabel 4.16 Data Persentase Overlap ... 68


(9)

xii

Salis Fauzia Istiqomah, 2014

Pengaruh pembelajaran Matematika realistik terhadap kemampuan berhitung penjumlahan siswa tunaarungu kelas 2 SDLB di SLBN Cicendo Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GRAFIK

Grafik 3.1 Desain A-B-A ... 30

Grafik 4.1 Hasil Baseline 1 (A-1) ... 50

Grafik 4.2 Hasil Intervensi (B)... 51

Grafik 4.3 Hasil Baseline 2 (A-2) ... 52

Grafik 4.4 Data Keseluruhan Kemampuan Berhitung Penjumlahan ... 53

Grafik 4.5 Kecenderungan Arah ... 55

Grafik 4.6 Kecenderungan Arah Baseline 1 (A-1)... 55

Grafik 4.7 Kecenderungan Arah Intervensi (B) ... 56

Grafik 4.8 Kecenderungan Arah Baseline 2 (A-2)... 56

Grafik 4.9 Kecenderungan Stabilitas Baseline 1 (A-1) ... 58

Grafik 4.10 Kecenderungan Stabilitas Instervensi (B) ... 59

Grafik 4.11 Kecenderungan Stabilitas Baseline 2 (A-2) ... 60

Grafik 4.12 Data Overlap Baseline 1 (A-1) dan Intervensi (B) ... 67

Grafik 4.13 Data Overlap Intervensi (B) dan Baseline 2 (A-2) ... 67

Grafik 4.14 Mean Level Baseline 1 (A-1), Intervensi (B), Baseline 2 (A-2) ... 70


(10)

xiii

Salis Fauzia Istiqomah, 2014

Pengaruh pembelajaran Matematika realistik terhadap kemampuan berhitung penjumlahan siswa tunaarungu kelas 2 SDLB di SLBN Cicendo Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kartu Bimbingan Lampiran 2 : Jadwal Penelitian Lampiran 3 : Expert Judgement

Lampiran 4 : Hasil Pengujian Reabilitas Lampiran 5 : Hasil Penelitian

Lampiran 6 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Lampiran 7 : Surat-surat Penelitian


(11)

Salis Fauzia Istiqomah, 2014

Pengaruh pembelajaran Matematika realistik terhadap kemampuan berhitung penjumlahan siswa tunaarungu kelas 2 SDLB di SLBN Cicendo Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Agus, S. (2010). Pembelajaran Matematika Realistik. [Online]. Tersedia di : http://easymatematika.files.wordpress.com. [Diakses 7 Agustus 2014].

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi 2010). Jakarta : Rineka Cipta

Fika, N. (2013). Model Pembelajaran Realistik. [online]. Tersedia di : http://kelompok11-3d.blogspot.com. [Diakses 7 Agustus 2014].

Linggar. (2013). Pembelajaran Matematika Realistik. [Online]. Tersedia di : http://sharewithlinggar.blogspot.com. [Diakses 7 Agustus 2014].

Russeffendi, E. T. (2006). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya Dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA Bandung : Tarsito

Sadja’ah, E. (2005). Gangguan Bicara-Bahasa. Bandung : San Grafika

Sobel, M & Maletsky, E. (2004). Mengajar Matematika Sebuah Buku Sumber Alat Peraga, Aktivitas, dan Strategi Untuk Guru Matematika SD, SMP, SMA. Jakarta : Erlangga

Somad, P. dan Hernawati, T. (1995). Ortopedagogik Anak Tunarungu. Jakarta : DEPDIKBUD. Tidak diterbitkan

Somantri, T.S. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama.

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung : Sinar Baru Algesindo

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatf, dan R&D. Bandung : Alfabeta

Sugiyono. (2010). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

Sumaryanta. (2013). Pembelajaran Matematika Realistik dan Strategi Implementasinya Dikelas. [Online]. Tersedia di : http://p4tkmatematika.org. [Diakses 7 Agustus 2014].

Sunanto, J. (2006). Penelitian dengan Subjek Tunggal. Bandung : UPI PRESS


(12)

Salis Fauzia Istiqomah, 2014

Pengaruh pembelajaran Matematika realistik terhadap kemampuan berhitung penjumlahan siswa tunaarungu kelas 2 SDLB di SLBN Cicendo Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Wijaya, A. (2012). Pendidikan Matematika Realistik Suatu Alternatif Pendekatan Pembelajaran Matematika. Yogyakarta : Graha Ilmu


(13)

1

Salis Fauzia Istiqomah, 2014

Pengaruh pembelajaran Matematika realistik terhadap kemampuan berhitung penjumlahan siswa tunaarungu kelas 2 SDLB di SLBN Cicendo Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak tunarungu merupakan anak yang mengalami hambatan pendengaran. Adanya hambatan pendengaran tersebut menimbulkan dampak terhadap perkembangan pada berbagai aspek. Dampak-dampak tersebut antara lain adalah pada aspek kognitif, bahasa dan bicara, sosial-emosional, dan akademik.

Hambatan dalam aspek akademik, terjadi bukan disebabkan karena intelegensi mereka yang dibawah rata-rata, seperti yang dikemukakan oleh Somantri (2005, hlm. 97) bahwa :

Pada umumnya intelegensi anak tunarungu secara potensial sama dengan anak normal, tetapi secara fungsional perkembangannya dipengaruhi oleh tingkat kemampuan berbahasanya , keterbatasan informasi, dan kiranya daya abstraksi anak. Akibat ketunarunguannya menghambat proses pencapaian pengetahuan yang lebih luas. Dengan demikian perkembangan intelegensi secara fungsional terhambat. Perkembangan kognitif anak tunarungu sangat dipengaruhi oleh perkembangan bahasa, sehingga hambatan pada bahasa akan menghambat perkembangan intelegensi anak tunarungu.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Lewton dan Mackey dalam Sadja’ah (2003, hlm. 5) bahwa “keterbelakangan atau hambatan perkembangan kognisi anak tuli ada hubungannya dengan kemiskinan bahasa, oleh karena perolehan informasi kurang, menjadikan daya abstraksi dan imajinasinya mangalami hambatan pula”.

Pengaruh gangguan pendengaran terhadap aspek perkembangan kognisi juga dikemukakan oleh Backwin dalam Sadja’ah (2003, hlm. 6) bahwa :

Intelegensi rata-rata anak gangguan pendengaran lebih rendah daripada intelegensi anak normal, hal ini disebabkan oleh gangguan bicaranya, oleh karena pada test tanpa verbal didapatkan skor yang mendekati hasil anak normal. Dengan demikian keterlambatan belajar mereka tidak saja


(14)

2

Salis Fauzia Istiqomah, 2014

Pengaruh pembelajaran Matematika realistik terhadap kemampuan berhitung penjumlahan siswa tunaarungu kelas 2 SDLB di SLBN Cicendo Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

disebabkan oleh tingkat kecerdasannya, namun juga ditopang oleh kemampuan berbahasanya.

Hambatan anak tunarungu dalam mengakses informasi secara auditif dapat mempengaruhi daya abstraksinya sehingga menghambat anak tunarungu untuk mencapai pengetahuan yang lebih luas. Adapun permasalahan yang dialami anak tunarungu adalah kesulitan untuk memahami hal yang yang bersifat abstrak, dan lebih mengutamakan visual untuk memperoleh pengetahuan dalam belajarnya. Pengetahuan yang menuntut daya abstraksi tinggi adalah matematika sebab angka-angka itu sifatnya abstrak. Matematika pun merupakan pelajaran yang perannya sangat penting untuk kehidupan manusia. Matematika diajarkan di sekolah membawa misi yang sangat penting, yaitu mendukung ketercapaian tujuan pendidikan nasional. Secara umum tujuan pendidikan matematika di sekolah dapat digolongkan menjadi :

1. Tujuan yang bersifat formal, menekankan kepada menata penalaran dan membentuk kepribadian siswa

2. Tujuan yang bersifat material menekankan kepada kemampuan

memecahkan masalah dan menerapkan matematika. (Admin in Pendidikan, 2011)

Secara lebih terinci, tujuan pembelajaran matematika dipaparkan pada buku standar kompetensi mata pelajaran matematika sebagai berikut:

1. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi.

2. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.

4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan. (Admin in Pendidikan, 2011)


(15)

3

Salis Fauzia Istiqomah, 2014

Pengaruh pembelajaran Matematika realistik terhadap kemampuan berhitung penjumlahan siswa tunaarungu kelas 2 SDLB di SLBN Cicendo Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sementara itu tujuan matematika menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22, Tahun 2006 tentang Standar Isi, yaitu :

1. Memahami konsep Matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau logaritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah;

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi Matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan Matematika;

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model Matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh;

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah;

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan Matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari Matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. (Rinoto Rin, 2013)

Sesuai dengan tujuan diberikannya matematika di sekolah, kita dapat melihat bahwa matematika sekolah memegang peranan sangat penting. Anak didik memerlukan matematika untuk memenuhi kebutuhan praktis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, dapat berhitung, dapat menghitung isi dan berat, dapat mengumpulkan, mengolah, menyajikan dan menafsirkan data, dapat menggunakan kalkulator dan komputer. Selain itu, agar mampu mengikuti pelajaran matematika lebih lanjut, membantu memahami bidang studi lain seperti fisika, kimia, arsitektur, farmasi, geografi, ekonomi, dan sebagainya, dan agar para siswa dapat berpikir logis, kritis, dan praktis, beserta bersikap positif dan berjiwa kreatif.

Pada saat peneliti melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SLBN Cicendo, peneliti sebagai mahasiswa yang sedang praktik di SLBN Cicendo melakukan observasi partisipatif di kelas 1 SD pada pembelajaran matematika. Hasil pengamatan menunjukan bahwa pentingnya peranan matematika untuk kehidupan sehari-hari tidak berbanding lurus dengan


(16)

4

Salis Fauzia Istiqomah, 2014

Pengaruh pembelajaran Matematika realistik terhadap kemampuan berhitung penjumlahan siswa tunaarungu kelas 2 SDLB di SLBN Cicendo Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kemampuan siswa pada mata pelajaran matematika. Hal ini didasarkan pada bahwa ada siswa tunarungu yang mengalami kesulitan dalam berhitung penjumlahan.

Keabstrakan matematika akan sulit dimengerti dan dipahami oleh anak yang duduk di tingkat SD, karena menurut teori perkembangan mental dari J. Piaget, pada umur 7 tahun sampai 12 tahun anak berada pada tahap operasional kongkrit (concrete operational stage).

Para pendidik perlu memperhatikan kondisi usia mental, kemampuan berpikir, belajar melalui aktivitas kongkrit, memperkaya pengalaman dengan memfungsikan seluruh pancaindera (sensory) dan tingkat kemandirian anak. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, perkembangan berpikir matematika anak dapat ditingkatkan.

Pada kenyataannya dalam pembelajaran matematika selama ini, dunia nyata jarang dijadikan tempat mengaplikasikan konsep-konsep matematika. Akibatnya, siswa tidak memahami konsep-konsep matematika dan mengalami kesulitan untuk mengaplikasikannya di kehidupan sehari-hari, dalam hal ini pada siswa tunarungu. Oleh karena itu, agar pembelajaran matematika dapat dipahami anak tunarungu, diperlukan metode pembelajaran yang dapat membantu berpikir kongkrit kearah berpikir abstrak.

Uraian di atas menyiratkan bahwa anak tunarungu terhambat dalam mengabstraksikan sesuatu dan itu berdampak pada kemampuan berhitung atau dalam mata pelajaran matematika, oleh karena itu diperlukan metode pembelajaran yang dapat menunjang kemampuan anak, sehingga anak dapat mengerti kegunaan dari pembelajaran matematika itu sendiri dan dapat diaplikasikan dalam kehidupannya sehari-hari, selain itu dalam penerapannya diharapkan efektif dan dapat digunakan dalam keseharian dan guru dapat


(17)

5

Salis Fauzia Istiqomah, 2014

Pengaruh pembelajaran Matematika realistik terhadap kemampuan berhitung penjumlahan siswa tunaarungu kelas 2 SDLB di SLBN Cicendo Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menjadi fasilitator dan juga mampu menciptakan suasana pembelajaran yang nyaman dan kondusif bagi anak. Metode dalam pembelajaran matematika yang memiliki nilai tinggi untuk diaplikasikan dilapangan adalah pembelajaran matematika realistik (realistic mathematic education).

Pembelajaran matematika realistik merupakan metode pembelajaran matematika yang memanfaatkan realitas dan lingkungan yang dipahami siswa untuk memperlancar proses pembelajaran matematika. Seperti halnya pandangan baru tentang proses belajar mengajar, dalam pembelajaran matematika realistik juga diperlukan upaya mengaktifkan siswa. (http://Faizalnizbah.blogspot.com)

Upaya tersebut dapat diwujudkan dengan cara :

1. Mengoptimalkan keikutsertaan unsur-unsur proses belajar mengajar 2. Mengoptimalkan keikutsertaan seluruh sense peserta didik. Salah satu

kemungkinannya adalah dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat menemukan atau mengkontruksi sendiri pengetahuan yang akan dikuasainya. (http://Faizalnizbah.blogspot.com)

Pembelajaran matematika realistik memberikan kemudahan bagi guru matematika dalam mengembangkan konsep-konsep dan gagasan-gagasan matematika yang bermula dari dunia nyata. Dunia nyata tidak berarti kongkrit secara fisik dan kasat mata, namun juga termasuk yang dapat dibayangkan oleh pikiran anak. Jadi dengan demikian pembelajaran matematika realistik menggunakan situasi dunia nyata atau suatu konteks nyata sebagai titik tolak belajar matematika.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti bermaksud mengkaji lebih dalam apakah dengan pembelajaran matematika realistik dapat meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan siswa tunarungu di SLBN Cicendo Kota Bandung.

B. Identifikasi Masalah


(18)

6

Salis Fauzia Istiqomah, 2014

Pengaruh pembelajaran Matematika realistik terhadap kemampuan berhitung penjumlahan siswa tunaarungu kelas 2 SDLB di SLBN Cicendo Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Motivasi belajar memegang peran penting dalam keberhasilan belajar seseorang.

2. Kematangan anak dapat mempengaruhi kemampuan berhitung siswa, sebab kematangan merupakan prasyarat untuk tumbuh dan berkembang ke tahap yang lebih tinggi.

3. Bakat yang ada dalam diri anak dapat mempengaruhi kemampuan berhitung anak. Pada dasarnya bakat yang ada dalam diri anak berbeda-beda. Apabila anak memiliki bakat pada bidang matematika, maka anak pun akan lebih mudah mempelajari matematika dibandingkan pelajaran yang lain.

4. Metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru diperkirakan dapat mempengaruhi kemampuan berhitung siswa. Pengalaman yang berbeda dari setiap guru akan mempengaruhi cara mengajarnya dan akan berimbas pada kemampuan berhitung para siswa.

5. Media pembelajaran yang digunakan dapat mempengaruhi kemampuan berhitung siswa, media dapat menambah siswa bersikap positif dan membantu siswa agar mudah memahami pelajaran.

Dari beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan berhitung di atas, pada penelitian ini peneliti memilih metode pembelajaran untuk diterapkan dilapangan. Metode pembelajaran matematika yang akan peneliti terapkan di lapangan adalah pembelajaran matematika realistik. Pembelajaran matematika realistik merupakan metode pembelajaran matematika yang bertitik tolak pada pengalaman pengalaman nyata anak dan diduga akan memudahkan anak tunarungu dalam memahami pelajaran matematika yang memang bersifat abstrak.


(19)

7

Salis Fauzia Istiqomah, 2014

Pengaruh pembelajaran Matematika realistik terhadap kemampuan berhitung penjumlahan siswa tunaarungu kelas 2 SDLB di SLBN Cicendo Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi pada penerapan metode pembelajaran matematika realistik atau yang dikenal dengan realistic mathematic education (RME) yang merupakan salah satu pembelajaran matematika yang berorientasi pada matematisasi pengalaman sehari-hari (mathematize of everyday experience). Materi yang akan peneliti bahas dalam penelitian ini adalah materi penjumlahan yang merujuk pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika kelas 1 SD.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :

”Adakah pengaruh penerapan pembelajaran matematika realistik terhadap kemampuan berhitung penjumlahan siswa tunarungu kelas 2 SDLB di SLBN Cicendo Bandung?”

E. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penerapan pembelajaran matematika realistik terhadap peningkatan kemampuan berhitung penjumlahan siswa tunarungu kelas 2 di SLBN Cicendo Bandung.


(20)

8

Salis Fauzia Istiqomah, 2014

Pengaruh pembelajaran Matematika realistik terhadap kemampuan berhitung penjumlahan siswa tunaarungu kelas 2 SDLB di SLBN Cicendo Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1) Mengetahui kemampuan berhitung penjumlahan siswa tunarungu kelas 2 SDLB di SLBN Cicendo Bandung sebelum diterapkannya pembelajaran matematika realistik.

2) Mengetahui kemampuan berhitung penjumlahan siswa tunarungu kelas 2 SDLB di SLBN Cicendo Bandung setelah diterapkannya pembelajaran matematika realistik.

2. Kegunaan Penelitian

a. Secara keilmuan dapat digunakan sebagai salah satu referensi dan bahan pertimbangan dalam menentukan metode pembelajaran operasi hitung penjumlahan pada siswa tunarungu

b. Pertimbangan bagi guru dalam memberikan pembelajaran matematika terutama pembelajaran mengenai operasi hitung penjumlahan

c. Sebagai bahan pertimbangan penelitian selanjutnya dalam pembelajaran matematika terutama dalam operasi hitung penjumlahan.


(21)

29

Salis Fauzia Istiqomah, 2014

Pengaruh pembelajaran Matematika realistik terhadap kemampuan berhitung penjumlahan siswa tunaarungu kelas 2 SDLB di SLBN Cicendo Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

MEDOTE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Secara umum metode penelitian diartikan sebagai “cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu” (Sugiyono, 2008, hlm.3). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran matematika realistik untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan anak tunarungu di SLBN Cicendo Bandung.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain subjek tunggal atau Single Subject Research (SSR) yaitu penelitian eksperimen yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari suatu perlakuan (intervensi) yang diberikan kepada suatu objek secara berulang-ulang dalam waktu tertentu.

Sunanto (2006, hlm.41) mengemukakan bahwa Single Subject Research (SSR) yaitu “ penelitian yang dilakukan pada satu subjek dengan tujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari perlakuan pada satu subjek secara berulang-ulang dengan periode waktu tertentu”.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain A-B-A, karena di dalamnya menunjukan adanya hubungan sebab akibat antara variabel bebas, dimana (A-1) adalah kondisi baseline, (B) adalah kondisi intervensi, dan (A-2) adalah pengukuran kembali pada kondisi baseline.

A-1 (Baseline-1) merupakan kondisi awal atau kemampuan penjumlahan subjek sebelum mendapatkan perlakuan atau kemampuan dasar subjek. Subjek diberi perlakuan alami tanpa pemberian intervensi. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan anak adalah dengan tes tertulis yang bentuknya


(22)

30

Salis Fauzia Istiqomah, 2014

Pengaruh pembelajaran Matematika realistik terhadap kemampuan berhitung penjumlahan siswa tunaarungu kelas 2 SDLB di SLBN Cicendo Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

soal cerita. Pengukuran data dilakukan sampai data stabil, selanjutnya hasil pengukuran dimasukan ke dalam pencatatan data.

B (Intervensi) merupakan kondisi subjek selama proses intervensi. Pada tahap ini subjek diberikan intervensi dengan menerapkan pembelajaran matematika realistik, dimana pembelajaran matematika realistik ini menggunakan masalah kontektual pada proses belajarnya. Selain menggunakan masalah konstektual, pembelajaran matematika realistik pun menggunakan media kongkrit, semi kongkrit, dan abstrak. Pembelajaran matematika relistik tersebut diterapkan pada saat proses intervensi dan dilakukan terus-menerus.

A-2 (Baseline-2) merupakan pengulangan dari kondisi baseline 1 sebagai tahap evaluasi apakah intervensi yang diberikan berhasil atau tidak. Hasil evaluasi dapat dapat menunjukan apakah selama proses intervensi yang diberikan memberikan pengaruh positif pada subjek, dengan membandingkan subjek pada kondisi baseline dan kondisi intervensi. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan berhitung penjumlahan adalah dengan menggunakan tes yang sama seperti pada saat baseline 1. Adapun pola desain penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :

Desain A-B-A

A-1 (Baseline 1)

B (Intervensi)

A-2 (Baseline 2)

Sesi (waktu)

Grafik 3.1 Desain A-B-A


(23)

31

Salis Fauzia Istiqomah, 2014

Pengaruh pembelajaran Matematika realistik terhadap kemampuan berhitung penjumlahan siswa tunaarungu kelas 2 SDLB di SLBN Cicendo Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C. Variabel Penelitian

1. Definisi Konsep Variabel

Kata variabel berasal dari bahasa inggris variable yang berarti faktor tak tetap atau berubah-ubah. “Variabel penelitian merupakan segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya” (Sugiyono, 2012: 38). Kongkritnya adalah konsep operasional, dimana penjelasan dari setiap variabel tergantung pada jenis penelitian yang dilakukan. Variabel dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel dalam penelitian ini adalah pembelajaran matematika realistik dan variabel terikatnya adalah kemampuan berhitung penjumlahan.

a. Pembelajaran Matematika Realistik

Soedjadi dalam linggar (2013) mengemukakan bahwa pembelajaran matematika realistik pada dasarnya adalah pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami oleh peserta didik untuk memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan matematika secara lebih baik dari pada masa lalu.

Lebih lanjut Soedjadi dalam linggar (2013) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan realitas adalah hal-hal nyata atau kongkrit yang dapat diamati atau dipahami siswa lewat membayangkan. Sedangkan yang dimaksud dengan lingkungan adalah lingkungan tempat siswa berada baik lingkungan sekolah, keluarga, maupun masyarakat yang


(24)

32

Salis Fauzia Istiqomah, 2014

Pengaruh pembelajaran Matematika realistik terhadap kemampuan berhitung penjumlahan siswa tunaarungu kelas 2 SDLB di SLBN Cicendo Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dapat dipahami siswa. Lingkungan ini disebut kehidupan sehari-hari siswa.

b. Kemampuan Berhitung Penjumlahan

Penjumlahan menurut kamus besar indonesia (2010) berasal dari kata jumlah yakni tentang bilangan atau sesuatu yang dikumpulkan menjadi satu. Operasi penjumlahan adalah suatu operasi aritmatika dengan simbol ‚„„+“ atau suatu operasi biner yang menghasilkan jumlah dari dua kuantitas atau lebih. Setiap bilangan yang ditambahkan bersama sama sehingga menghasilkan jumlah tertentu.

Berhitung dalam matematika lebih kenal dengan istilah aritmatika yang mempelajari tentang hubungan bilangan-bilangan nyata dengan perhitungan terutama menyangkut penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Dengan demikian dapat diketahui bahwa dalam pengajaran aritmatika atau berhitung siswa pasti dihadapkan dengan persoalan hitung baik berupa penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.

Pengertian kemampuan berhitung permulaan menurut Susanto (2011) adalah kemampuan yang dimiliki setiap anak untuk mengembangkan kemampuannya, karakteristik perkembangannya dimulai dari lingkungan yang terdekat dengan dirinya, sejalan dengan perkembangan kemampuannya anak dapat meningkat ke tahap pengertian mengenai jumlah, yang berhubungan dengan penjumlahan dan pengurangan.

Sriningsih (2008) mengungkapkan bahwa kegiatan berhitung untuk anak usia dini disebut juga sebagai kegiatan menyebutkan urutan bilangan atau membilang buta. Anak menyebutkan urutan bilangan tanpa menghubungkan dengan benda-benda konkret. Pada usia 4 tahun mereka dapat menyebutkan urutan bilangan sampai sepuluh.


(25)

33

Salis Fauzia Istiqomah, 2014

Pengaruh pembelajaran Matematika realistik terhadap kemampuan berhitung penjumlahan siswa tunaarungu kelas 2 SDLB di SLBN Cicendo Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sedangkan usia 5 sampai 6 tahun dapat menyebutkan bilangan sampai seratus.

2. Definisi Operasional Variabel a. Variabel bebas

Variabel bebas merupakan variabel yang menjelaskan terjadinya

fokus atau topik dalam penelitian. “Variabel yang mempengaruhi atau

menjadi sebab timbulnya variabel terikat“ (Sugiyono, 2012, hlm. 39). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran matematika realistik. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pembelajaran matematika realistik adalah metode yang mengedepankan pengalaman anak pada pembelajaran matematika yang bertujuan agar siswa dapat menerapkan pembelajaran matematika dalam kehidupannya sehari-hari.

Langkah-langkah pelaksanaan penelitian yang akan peneliti lakukan untuk menerapkan pembelajaran matematika realistik adalah sebagai berikut :

1) Memahami masalah kontekstual.

Guru memberikan masalah (soal) kontekstual dan siswa diminta untuk memahami masalah tersebut. Guru menjelaskan soal atau masalah dengan memberikan petunjuk/saran seperlunya (terbatas) terhadap bagian-bagian tertentu yang dipahami siswa. Pada langkah ini karakteristik PMR yang diterapkan adalah karakteristik pertama. Selain itu pemberian masalah kontekstual berarti memberi peluang terlaksananya prinsip pertama dari PMR. 2) Menjelaskan masalah kontekstual

Jika situasi siswa macet dalam menyelesaikan masalah, maka guru menjelaskan situasi dan kondisi dari soal dengan cara


(26)

34

Salis Fauzia Istiqomah, 2014

Pengaruh pembelajaran Matematika realistik terhadap kemampuan berhitung penjumlahan siswa tunaarungu kelas 2 SDLB di SLBN Cicendo Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memberikan petunjuk-petunjuk atau berupa saran seperlunya (bersifat terbatas) terhadap bagian-bagian tertentu yang belum dipahami oleh siswa, penjelasan hanya sampai siswa mengerti maksud soal. Langkah ini ditempuh saat siswa mengalami kesulitan memahami masalah kontekstual. Pada langkah ini guru memberikan bantuan dengan memberi petunjuk atau pertanyaan seperlunya yang dapat mengarahkan siswa untuk memahami masalah. Yang tergolong dalam langkah ini adanya interaksi antara siswa dengan guru sebagai pembimbing.

3) Menyelesaikan masalah kontekstual.

Siswa disuruh menyelesaikan masalah kontekstual pada buku siswa atau LKS dengan caranya sendiri. Cara pemecahan dan jawaban masalah yang berbeda lebih diutamakan. Guru memotivasi siswa untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan penuntun untuk mengarahkan siswa memperoleh penyelesaian soal tersebut. Misalnya: bagaimana kamu tahu itu, bagaimana caranya, mengapa kamu berpikir seperti itu dan lain-lain. Pada tahap ini siswa dibimbing untuk menemukan kembali tentang ide atau konsep atau definisi dari soal matematika. Di samping itu pada tahap ini siswa juga diarahkan untuk membentuk dan menggunakan model sendiri untuk membentuk dan menggunakan model sendiri untuk memudahkan menyelesaikan masalah (soal). Guru diharapkan tidak memberi tahu penyelesaian soal atau masalah tersebut, sebelum siswa memperoleh penyelesaiannya sendiri. Pada langkah ini semua prinsip PMR muncul, sedangkan karakteristik PMR yang muncul adalah karakteristik ke-2, menggunakan model.


(27)

35

Salis Fauzia Istiqomah, 2014

Pengaruh pembelajaran Matematika realistik terhadap kemampuan berhitung penjumlahan siswa tunaarungu kelas 2 SDLB di SLBN Cicendo Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4) Membandingkan dan mendiskusikan jawaban

Siswa diminta untuk membandingkan dan mendiskusikan jawaban. Siswa membandingkan jawabannya dengan jawaban guru. Siswa berdiskusi dengan guru mengenai jawabannya. Pada tahap ini dapat digunakan siswa untuk melatih keberanian mengemukakan pendapat, meskipun berbeda dengan gurunya. Karakteristik PMR yang muncul pada tahap ini adalah penggunaan ide atau kontribusi siswa, sebagai upaya untuk mengaktifkan siswa melalui optimalisasi interaksi antara siswa dengan guru.

5) Menarik Kesimpulan

Berdasarkan hasil diskusi yang dilakukan, guru mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan tentang konsep matematika yang terkait dengan masalah kontekstual yang baru diselesaikan. Karakteristik PMR yang muncul pada langkah ini adalah menggunakan interaksi antara guru dengan siswa.

b. Variabel Terikat

“Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel

bebas” (Sunanto, dkk., 2006 : 12). Variabel terikat dalam Single

Subject Research (SSR) dikenal dengan nama target behavior (perilaku sasaran). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan berhitung penjumlahan.

Kemampuan berhitung penjumlahan dalam penelitian ini adalah kemampuan menjumlahkan bilangan dalam pemecahan masalah, dimana siswa diperintahkan untuk menyelesaikan soal matematika yang dihubungkan dengan pengalaman yang ada dikehidupan siswa atau dalam bentuk soal cerita. Materi penjumlahan pada penelitian ini adalah menjumlahkan bilangan asli sampai hasil dari penjumlahan itu 99 sesuai dengan SK dan KD yang ada pada mata pelajaran matematika kelas 1 semester 2.


(28)

36

Salis Fauzia Istiqomah, 2014

Pengaruh pembelajaran Matematika realistik terhadap kemampuan berhitung penjumlahan siswa tunaarungu kelas 2 SDLB di SLBN Cicendo Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kemampuan berhitung penjumlahan diukur melalui tes terulis yang berbentuk isian singkat, datanya berupa persentase (%) dimana jawaban anak akan dihitung dengan rumus. Adapun kemampuan berhitung penjumlahan yang diukur adalah sebagai berikut :

1) Penjumlahan satuan dengan satuan, contoh :

Yusuf mempunyai 7 buku tulis. Kemudian Yusuf membeli lagi 3 buku tulis. Berapa banyak buku tulis Yusuf sekarang ?

2) Penjumlahan satuan dengan puluhan, contoh :

Yusuf mempunyai 20 permen. Kemudian Yusuf diberi 7 permen oleh Firdhan. Berapa permen Yusuf sekarang?

3) Penjumlahan puluhan dengan puluhan, contoh :

Yusuf mempunyai 26 baju. Kemudian Yusuf membeli lagi 16 baju. Berapa baju Yusuf sekarang?

D. Tempat dan Subjek Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SLBN B Cicendo Kota Bandung, yang beralamat di Jalan Cicendo No.2 Kota Bandung Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan di ruang kelas. Penelitian dilaksanakan diluar jam pelajaran.

2. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah seorang peserta didik tunarungu kelas 2 SDLB B. Berikut adalah identitas subjek tersebut :

Inisial Nama : M. Y Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat tanggal lahir : Bandung, 15 Agustus 2005

Agama : Islam

Alamat : Jalan Kacapiring No.136/122 RT 03/03 Bandung


(29)

37

Salis Fauzia Istiqomah, 2014

Pengaruh pembelajaran Matematika realistik terhadap kemampuan berhitung penjumlahan siswa tunaarungu kelas 2 SDLB di SLBN Cicendo Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Tes berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.

Tes bertujuan mengevaluasi individu maupun kelompok yang mempunyai standar objektif untuk mengamati satu atau lebih karakteristik seseorang yang hasilnya dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini jenisnya adalah tes tertulis dan bentuk tes nya isian singkat (soal cerita). Tes yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat pencapaian dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal penjumlahan matematika. Soal tes berjumlah 10 soal. Adapun langkah dalam penyusunan instrumen adalah sebagai berikut :

1. Kisi-kisi instrumen

Kisi-kisi instrumen yang dibuat untuk penelitian ini didasarkan pada aspek yang akan diukur dan disesuaikan dengan kondisi anak. Pembuatan kisi-kisi bertujuan agar materi yang akan diujikan sesuai dengan kurikulum yang ada. Pada penelitian ini bidang studi yang diambil adalah Matematika kelas 1 SDLB semester 2, dengan KD : 4.6 Menyelesaikan masalah yang melibatkan penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka.


(30)

38

Salis Fauzia Istiqomah, 2014

Pengaruh pembelajaran Matematika realistik terhadap kemampuan berhitung penjumlahan siswa tunaarungu kelas 2 SDLB di SLBN Cicendo Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Berhitung Penjumlahan

Variabel Terikat SKKD Indikator Tujuan Banyak soal

Kemampuan berhitung penjumlahan

4. Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai dua angka dalam pemecahan masalah

4.6. Menyelesaikan masalah yang melibatkan penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka

1. Menghitung penjumlahan satuan dengan satuan

1. Anak mampu menghitug penjumlahan satuan dengan satuan

2

2. Menghitung penjumlahan satuan dengan puluhan

2. Anak mampu

menghitung

penjumlahan satuan dengan puluhan

4

3. Menghitung penjumlahan puluhan dengan puluhan

3. Anak mampu

menghitung

penjumlahan puluhan dengan puluhan

4


(31)

39

Salis Fauzia Istiqomah, 2014

Pengaruh pembelajaran Matematika realistik terhadap kemampuan berhitung penjumlahan siswa tunaarungu kelas 2 SDLB di SLBN Cicendo Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Penyusunan Butir Instrumen

Penyusunan instrumen disesuaikan dengan kisi-kisi yang telah disusun. Adapun butir instrumen yang diberikan adalah sebagai berikut :

a. Yusuf mempunyai 7 buku tulis. Kemudian Yusuf membeli lagi 3 buku tulis. Berapa banyak buku tulis Yusuf sekarang ?

b. Yusuf membeli 5 permen. Kemudian Yusuf membeli lagi 4 permen. Berapa banyak permen Yusuf sekarang ?

c. Yusuf mempunyai 20 permen. Kemudian Yusuf diberi 7 permen oleh Firdhan. Berapa permen Yusuf sekarang?

d. Yusuf mewarnai 25 bunga. Kemudian Yusuf mewarnai 8 bunga lagi. Berapa bunga yang diwarnai Yusuf?

e. Yusuf menggambar 31 pesawat. Kemudian Yusuf menggambar lagi 8 pesawat. Berapa pesawat yang digambar Yusuf?

f. Yusuf mempunyai 7 kue. Kemudian Yusuf membeli lagi 60 kue. Berapa banyak kue Yusuf sekarang?

g. Yusuf mempunyai 26 baju. Kemudian Yusuf membeli lagi 16 baju. Berapa baju Yusuf sekarang?

h. Yusuf membeli 43 kue. Kemudian Yusuf membeli lagi 38 kue. Berapa kue yang dibeli Yusuf?

i. Yusuf menggambar 33 meja. Kemudian Yusuf menggambar lagi 47 meja. Berapa meja yang telah digambar Yusuf?

j. Yusuf mempunyai 45 pensil. Kemudian Yusuf membeli lagi 35 pensil. Berapa banyak pensil Yusuf sekarang?


(32)

40

Salis Fauzia Istiqomah, 2014

Pengaruh pembelajaran Matematika realistik terhadap kemampuan berhitung penjumlahan siswa tunaarungu kelas 2 SDLB di SLBN Cicendo Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Kriteria Penilaian

Tabel 3.2 Kriteria Penilaian

Indikator Banyak

soal

Nomor soal

Kriteria penilaian

1. Menghitung penjumlahan

satuan dengan satuan 2 1-2

- Nilai 1 jika jawaban benar

- Nilai 0 jika jawaban salah

2. Menghitung penjumlahan

satuan dengan puluhan 4 3-6

3. Menghitung penjumlahan

puluhan dengan puluhan 4 7-10

Keterangan : Jumlah soal = 10

Hasil tes dihitung dengan rumus :

F. Proses Pengembangan Instrumen

Uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas dari instrumen yang akan digunakan dalam penelitian. Pengujian validitas dilaksanakan dengan menggunakan metode expert judgement yaitu penilaian para ahli, para ahli yang menguji validitas instrumen ini terdiri dari satu orang dosen Pendidikan Khusus FIP UPI dan 4 orang guru SLBN Cicendo Kota Bandung. Pengujian reliabilitas instrumen dilaksanakan di SLBN Cicendo kepada 5 orang siswa, pada penelitian ini menguji reliabilitas konsistensi internal instrumen dengan menggunakan teknik belah dua (split half method).


(33)

41

Salis Fauzia Istiqomah, 2014

Pengaruh pembelajaran Matematika realistik terhadap kemampuan berhitung penjumlahan siswa tunaarungu kelas 2 SDLB di SLBN Cicendo Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menurut Sugiyono (2011, hlm.2), “Valid menunjukan derajat ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti”. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001, hlm.1258), valid berarti menurut cara semestinya; berlaku; sahih, sedangkan validitas merupakan sifat benar menurut bahan bukti yang ada, logika berpikir, atau kekuatan hukum; sifat valid; kesahihan.

Validitas merupakan salah satu syarat dalam membuat instrumen. Menurut Sugiyono (2011, hlm.121), “instrumen yang valid instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur”. Untuk menghasilkan suatu instrumen yang valid, suatu instrumen wajib melalui suatu uji validitas.

Instrumen dalam penelitian ini diuji validitasnya melalui expert-judgement, yaitu penilaian yang dilakukan oleh para ahli atau pakar yang berkompeten dibidangnya. Para ahli dapat memberikan judgement-nya dalam penelitian ini berjumlah lima orang, yang terdiri dari satu dosen dan empat guru. Adapun lima ahli yang melakukan penilaian validitas adalah :

1. Penilai 1 : Dr. Tati Hernawati, M. Pd (Dosen) 2. Penilai 2 : Inge M. H. S. S. Pd (Guru)

3. Penilai 3 : N. Tresnanegsih (Guru)

4. Penilai 4 : Dra. Betty Karyanti, M. Pd (Guru) 5. Penilai 5 : Nina Yulistiani. S.S. S.Pd (Guru)

Kemudian skor hasil penilaian validitas diolah dengan menggunakan rumus :

Keterangan :


(34)

42

Salis Fauzia Istiqomah, 2014

Pengaruh pembelajaran Matematika realistik terhadap kemampuan berhitung penjumlahan siswa tunaarungu kelas 2 SDLB di SLBN Cicendo Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

P : Persentase

f :Frekuensi cocok menurut penilai Ʃf : Jumlah penilai

(Susetyo, 2011, hlm.92)

Kriteria butir validitas adalah sebagai berikut : 1. Valid : %

% 2. Cukup valid : % 3. Kurang valid :

4. Tidak valid : %

Hasil pengujian validitas instrumen adalah sebagai berikut : Tabel 3.3

Perhitungan Pengujian Validitas Instrumen

No Soal

Penilai 1

Penilai 2

Penilai 3

Penilai 4

Penilai

5 Persentase Keterangan

1 1 1 1 1 1 P = Valid

2 1 1 1 1 1 P = Valid

3 1 1 1 1 1 P = Valid


(35)

43

Salis Fauzia Istiqomah, 2014

Pengaruh pembelajaran Matematika realistik terhadap kemampuan berhitung penjumlahan siswa tunaarungu kelas 2 SDLB di SLBN Cicendo Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5 1 1 1 1 1 P = Valid

6 1 1 1 1 1 P = Valid

7 1 1 1 1 1 P = Valid

8 1 1 1 1 1 P = Valid

9 1 1 1 1 1 P = Valid

10 1 1 1 1 1 P = Valid

2. Reliabilitas Instrumen

Uji reliabilitas yang dilakukan pada penelitian ini adalah reliabilitas konsistensi internal karena pengukuran reliabilitas hanya akan dilakukan satu kali (single-trial administration). Cara yang digunakan untuk mengukur reliabilitasnya adalah dengan teknik belah dua (split-half method) dengan memasukan nilai koefisien korelasi tersebut ke dalam rumus Spearman-Brown untuk mencari koefisien reliabilitas. Untuk menguji reliabilitas instrumen, instrumen diuji cobakan pada lima siswa yang ada di SLBN Cicendo Bandung.

Instrumen terdiri dari 10 soal, jawaban salah diberi skor 0 dan jawaban benar diberi skor 1. Adapun rumus yang digunakan dalam uji reliabilitas adalah sebagai berikut :

Keterangan :

: koefisiensi reliabilitas


(36)

44

Salis Fauzia Istiqomah, 2014

Pengaruh pembelajaran Matematika realistik terhadap kemampuan berhitung penjumlahan siswa tunaarungu kelas 2 SDLB di SLBN Cicendo Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rumus korelasi product moment

√{ }{ }

Keterangan :

r = koefisien korelasi n = jumlah siswa

= nilai ganjil dibagi rata-rata nilai ganjil = nilai genap dibagi rata-rata nilai genap

Tabel 3.4

Perhitungan Pengujian reliabilitas Reliabilitas

Res Ganjil ( )

Genap

( ) (X- ̅) (Y- ̅)

1 5 5 1 1 1 1 1

2 5 5 1 1 1 1 1

3 3 3 -1 -1 1 1 1

4 4 4 0 0 0 0 0

5 3 3 -1 -1 1 1 1

= 20

̅ = 4

= 20

̅ = 4

√{ }{ }


(37)

45

Salis Fauzia Istiqomah, 2014

Pengaruh pembelajaran Matematika realistik terhadap kemampuan berhitung penjumlahan siswa tunaarungu kelas 2 SDLB di SLBN Cicendo Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

√{ }{ }

√{ }{ }

Masukan koefisien ini kedalam rumus split half method

Setelah diperoleh harga hitung, selanjutnya untuk dapat diputuskan instrumennya reliabel atau tidak, harga tersebut dibandingkan dengan harga r tabel. Dengan n=5 taraf kesalahan 5% diperoleh 0.878 dan taraf kesalahan 1% diperoleh 0,959. Karena r hitung lebih besar dari r tabel untuk taraf kesalahan

5% (1˃0,878) maupun 1% (1˃0,959), maka dapat disimpulkan instrumen

kemampuan berhitung penjumlahan tersebut reliabel dan dapat dipergunakan untuk penelitian.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan memberikan tes kemampuan berhitung penjumlahan yang jenis tesnya adalah tes tertulis dalam bentuk soal cerita dengan materi yang disesuaikan dengan SK dan KD yang telah ada dalam kurikulum. Tes yang akan diberikan pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan berhitung penjumlahan pada subjek penelitian yang akan diberikan melalui tiga fase, masing-masing fase tersebut


(38)

46

Salis Fauzia Istiqomah, 2014

Pengaruh pembelajaran Matematika realistik terhadap kemampuan berhitung penjumlahan siswa tunaarungu kelas 2 SDLB di SLBN Cicendo Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

adalah baseline 1 (A-1) dimana peneliti ingin mengetahui kemampuan awal subjek, kemudian fase intervensi (B), fase ini untuk mengetahui ketercapaian kemampuan selama mendapat perlakuan, dan fase terakhir yaitu baseline 2 (A-2) untuk mengetahui sejauh mana kemampuan subjek setelah diberi intervensi.

Pengamatan dilakukan 16 sesi. Banyak sesi dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut : tahap baseline 1 (A-1) 4 sesi, tahap intervensi (B) sebanyak 8 kali, dan pada tahap baseline 2 (A-2) sebanyak 4 sesi. Dalam pengumpulan data tersebut, peneliti akan menyiapkan instrumen kemampuan berhitung yang akan digunakan pada tahap A-1, B, dan A-2. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data yang dapat menunjukan ada tidaknya peningkatan kemampuan berhitung sebelum dan setelah diterapkannya metode matematika realistik.

H. Teknik Pengolahan Data

Dalam penelitian ini, pengolahan datanya menggunakan persentase (%).

Persentase menunjukan jumlah terjadinya suatu perilaku. “Persentase adalah

perbandingan antara banyaknya suatu kejadian terhadap banyaknya

kemungkinan terjadinya perilaku dikalikan seratus persen” (Sunanto, 2006,

hlm.16). Perhitungan persentase diperoleh dari jumlah soal yang dapat dijawab dengan benar dan dibandingkan dengan jumlah soal secara keseluruhan kemudian dikalikan seratus persen (100%).

Persentase =

I. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan tahap akhir dalam sebuah penelitian sebelum penarikan kesimpulan. Dalam penelitian ini analisis data dengan subjek


(39)

47

Salis Fauzia Istiqomah, 2014

Pengaruh pembelajaran Matematika realistik terhadap kemampuan berhitung penjumlahan siswa tunaarungu kelas 2 SDLB di SLBN Cicendo Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tunggal menggunakan statistik deskriptif. Analisis data dilakukan pada satu subjek. Menurut Sunanto (2006, hlm.65) bahwa “dalam analisis data penelitian difokuskan pada ada tidaknya pengaruh variabel bebas atau intervensi terhadap variabel terikat”. “Tujuan analisis data dalam penelitian modifikasi adalah untuk mengetahui pengaruh terhadap perilaku sasaran yang

ingin dirubah” (Sunanto : 2006, hlm.65). Analisis data hasil penelitian akan

dianalisis dengan beberapa komponen , yaitu banyaknya data dalam setiap kondisi yang disebut dengan panjang kondisi, tingkat stabilitas dan perubahan data, dan kecenderungan arah grafik.

Data hasil penelitian selanjutnya dianalisis dengan perhitungan tertentu, perhitungan ini dilakukan dengan dua kondisi, yaitu analisis data dalam kondisi dan antar kondisi. Adapun komponen analisis data dalam kondisi yaitu :

1. Panjang kondisi : menunjukan banyaknya data dan sesi yang ada pada suatu kondisi atau fase

2. Kecenderungan arah : kecenderungan arah grafik menunjukan perubahan setiap jejak data dari sesi ke sesi

3. Tingkat stabilitas : menunjukan besar kecilnya perubahan data atau tingkat stabilitas dalam suatu kondisi

4. Tingkat perubahan : selisih antara data pertama dan terakhir atau perubahan dalam suatu kondisi, seperti kondisi baseline atau kondisi intervensi

5. Jejak data : perubahan dari data satu ke data lain dalam suatu kondisi 6. Rentang : jarak antara data pertama dengan data terakhir

Komponen analisis antar kondisi yaitu :

1. Variabel yang diubah : difokuskan pada perilaku sasaran

2. Perubahan kecenderungan : menunjukan perubahan kecenderungan arah grafik antara kondisi baseline dan intervensi


(40)

48

Salis Fauzia Istiqomah, 2014

Pengaruh pembelajaran Matematika realistik terhadap kemampuan berhitung penjumlahan siswa tunaarungu kelas 2 SDLB di SLBN Cicendo Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Perubahan stabilitas dan efeknya : menunjukan tingkat stabilitas perubahan dari sederetan data

4. Perubahan level : menunjukan seberapa besar data berubah dengan selisih antara data terakhir pada kondisi baseline dan data pertama pada kondisi intervensi

5. Data overlap : terjadinya data yang sama pada kedua kondisi, misalnya pada kondisi baseline dan kondisi intervensi

Analisis data dalam penelitian ini akan menggunakan tampilan grafik, hal ini dimaksudkan agar data yang digambarkan menjadi lebih jelas, terukur dan terlihat ada tidaknya peningkatan kemampuan berhitung penjumlaham dengan menerapkan pendidikan matematika realistik sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi perlakuan. Adapun langkah-langkah dalam menganalisis data adalah sebagai berikut :

1. Menskor hasil pengukuran pada fase baseline A-1 pada setiap sesi 2. Menskor hasil pengukuran pada fase intervensi pada setiap sesi 3. Menskor hasil pengukuran pada fase baseline A-2 pada setiap sesi

4. Membuat tabel penelitian untuk skor yang telah diperoleh pada kondisi baseline 1, intervensi, dan kondisi baseline 2

5. Membandingkan hasil skor pada kondisi baseline 1, skor intervensi, dan baseline 2

6. Membuat analisis data yang berbentuk grafik garis sehingga dapat dilihat secara langsung perubahan yang terjadi pada ketiga fase


(41)

75

Salis Fauzia Istiqomah, 2014

Pengaruh pembelajaran Matematika realistik terhadap kemampuan berhitung penjumlahan siswa tunaarungu kelas 2 SDLB di SLBN Cicendo Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran matematika realistik terhadap peningkatan kemampuan berhitung penjumlahan pada seorang siswa tunarungu di SLBN Cicendo Bandung yang inisial namanya adalah M.Y. Berdasarkan penelitian terhadap subjek, diperoleh hasil bahwa M.Y yang diberi intervensi dengan menerapkan pembelajaran matematika realistik menunjukan bahwa kemampuan berhitung penjumlahan subjek mengalami peningkatan.

Hal ini terlihat dari data subjek yang menunjukan adanya perubahan dan terjadi peningkatan pada mean level kemampuan berhitung penjumlahan. Hal ini terlihat pada dari mean level pada tahap baseline 1 (A-1) sebesar 30%, intervensi (B) sebesar 75%, dan baseline 2 (A-2) sebesar 100%.

Hasil tesebut menunjukan pemberian intervensi berpengaruh terhadap target behavior dalam penelitian, yaitu kemampuan berhitung penjumlahan. Dengan demikian, pembelajaran matematika realistik memiliki pengaruh yang positif untuk meningkatan kemampuan berhitung penjumlahan siswa tunarungu di SLBN Cicendo Bandung atas nama M.Y, sehingga dapat menjadi salah satu alternatif untuk diterapkan dalam rangka meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan.

B. Rekomendasi 1. Bagi Pendidik

Memberikan alternatif pembelajaran untuk anak tunarungu dalam hal kemampuan berhitung penjumlahan pada siswa kelas dasar, dimana kemampuan ini harus dimiliki oleh siswa agar siswa dapat mengikuti materi yang lebih tinggi. Diharapkan siswa tunarungu dapat memahami


(42)

76

Salis Fauzia Istiqomah, 2014

Pengaruh pembelajaran Matematika realistik terhadap kemampuan berhitung penjumlahan siswa tunaarungu kelas 2 SDLB di SLBN Cicendo Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

konsep berhitung secara utuh dan menyeluruh. Pembelajaran matematika realistik tidak hanya diperuntukan untuk materi penjumlahan saja melainkan dapat diterapkan untuk materi pembelajaran matematika yang lain. Disarankan jika pendidik menemukan anak dengan hambatan yang sama, untuk mencoba menerapkan metode pembelajaran matematika realistik.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini menggunakan desain subjek tunggal, dengan satu subjek sebagai bahan kajian. Peniliti dalam kajiannya menggunakan pembelajaran pembelajaran matematika realistik untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan. Diharapkan untuk peneliti selanjutnya mencoba melakukan penelitian dengan menerapkan pembelajaran matematika realistik pada dua subjek yang berbeda, metode penelitian yang berbeda, atau menerapkan pembelajaran matematika realistik pada aspek lain.


(43)

77

Salis Fauzia Istiqomah, 2014

Pengaruh pembelajaran Matematika realistik terhadap kemampuan berhitung penjumlahan siswa tunaarungu kelas 2 SDLB di SLBN Cicendo Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Agus, S. (2010). Pembelajaran Matematika Realistik. [Online]. Tersedia di : http://easymatematika.files.wordpress.com. [Diakses 7 Agustus 2014].

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi 2010). Jakarta : Rineka Cipta

Fika, N. (2013). Model Pembelajaran Realistik. [online]. Tersedia di : http://kelompok11-3d.blogspot.com. [Diakses 7 Agustus 2014].

Linggar. (2013). Pembelajaran Matematika Realistik. [Online]. Tersedia di : http://sharewithlinggar.blogspot.com. [Diakses 7 Agustus 2014].

Russeffendi, E. T. (2006). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya Dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA Bandung : Tarsito

Sadja’ah, E. (2005). Gangguan Bicara-Bahasa. Bandung : San Grafika

Sobel, M & Maletsky, E. (2004). Mengajar Matematika Sebuah Buku Sumber Alat Peraga, Aktivitas, dan Strategi Untuk Guru Matematika SD, SMP, SMA. Jakarta : Erlangga

Somad, P. dan Hernawati, T. (1995). Ortopedagogik Anak Tunarungu. Jakarta : DEPDIKBUD. Tidak diterbitkan

Somantri, T.S. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama.

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung : Sinar Baru Algesindo

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatf, dan R&D. Bandung : Alfabeta

Sugiyono. (2010). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

Sumaryanta. (2013). Pembelajaran Matematika Realistik dan Strategi Implementasinya Dikelas. [Online]. Tersedia di : http://p4tkmatematika.org. [Diakses 7 Agustus 2014].

Sunanto, J. (2006). Penelitian dengan Subjek Tunggal. Bandung : UPI PRESS


(44)

78

Salis Fauzia Istiqomah, 2014

Pengaruh pembelajaran Matematika realistik terhadap kemampuan berhitung penjumlahan siswa tunaarungu kelas 2 SDLB di SLBN Cicendo Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Wijaya, A. (2012). Pendidikan Matematika Realistik Suatu Alternatif Pendekatan Pembelajaran Matematika. Yogyakarta : Graha Ilmu


(45)

Salis Fauzia Istiqomah, 2014

Pengaruh pembelajaran Matematika realistik terhadap kemampuan berhitung penjumlahan siswa tunaarungu kelas 2 SDLB di SLBN Cicendo Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Agus, S. (2010). Pembelajaran Matematika Realistik. [Online]. Tersedia di : http://easymatematika.files.wordpress.com. [Diakses 7 Agustus 2014].

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi 2010). Jakarta : Rineka Cipta

Fika, N. (2013). Model Pembelajaran Realistik. [online]. Tersedia di : http://kelompok11-3d.blogspot.com. [Diakses 7 Agustus 2014].

Linggar. (2013). Pembelajaran Matematika Realistik. [Online]. Tersedia di : http://sharewithlinggar.blogspot.com. [Diakses 7 Agustus 2014].

Russeffendi, E. T. (2006). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya Dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA Bandung : Tarsito

Sadja’ah, E. (2005). Gangguan Bicara-Bahasa. Bandung : San Grafika

Sobel, M & Maletsky, E. (2004). Mengajar Matematika Sebuah Buku Sumber Alat Peraga, Aktivitas, dan Strategi Untuk Guru Matematika SD, SMP, SMA. Jakarta : Erlangga

Somad, P. dan Hernawati, T. (1995). Ortopedagogik Anak Tunarungu. Jakarta : DEPDIKBUD. Tidak diterbitkan

Somantri, T.S. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama.

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung : Sinar Baru Algesindo

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatf, dan R&D. Bandung : Alfabeta

Sugiyono. (2010). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

Sumaryanta. (2013). Pembelajaran Matematika Realistik dan Strategi Implementasinya Dikelas. [Online]. Tersedia di : http://p4tkmatematika.org. [Diakses 7 Agustus 2014].

Sunanto, J. (2006). Penelitian dengan Subjek Tunggal. Bandung : UPI PRESS


(46)

Salis Fauzia Istiqomah, 2014

Pengaruh pembelajaran Matematika realistik terhadap kemampuan berhitung penjumlahan siswa tunaarungu kelas 2 SDLB di SLBN Cicendo Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Wijaya, A. (2012). Pendidikan Matematika Realistik Suatu Alternatif Pendekatan Pembelajaran Matematika. Yogyakarta : Graha Ilmu


(1)

Salis Fauzia Istiqomah, 2014

Pengaruh pembelajaran Matematika realistik terhadap kemampuan berhitung penjumlahan siswa tunaarungu kelas 2 SDLB di SLBN Cicendo Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran matematika realistik terhadap peningkatan kemampuan berhitung penjumlahan pada seorang siswa tunarungu di SLBN Cicendo Bandung yang inisial namanya adalah M.Y. Berdasarkan penelitian terhadap subjek, diperoleh hasil bahwa M.Y yang diberi intervensi dengan menerapkan pembelajaran matematika realistik menunjukan bahwa kemampuan berhitung penjumlahan subjek mengalami peningkatan.

Hal ini terlihat dari data subjek yang menunjukan adanya perubahan dan terjadi peningkatan pada mean level kemampuan berhitung penjumlahan. Hal ini terlihat pada dari mean level pada tahap baseline 1 (A-1) sebesar 30%, intervensi (B) sebesar 75%, dan baseline 2 (A-2) sebesar 100%.

Hasil tesebut menunjukan pemberian intervensi berpengaruh terhadap target behavior dalam penelitian, yaitu kemampuan berhitung penjumlahan. Dengan demikian, pembelajaran matematika realistik memiliki pengaruh yang positif untuk meningkatan kemampuan berhitung penjumlahan siswa tunarungu di SLBN Cicendo Bandung atas nama M.Y, sehingga dapat menjadi salah satu alternatif untuk diterapkan dalam rangka meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan.

B. Rekomendasi

1. Bagi Pendidik

Memberikan alternatif pembelajaran untuk anak tunarungu dalam hal kemampuan berhitung penjumlahan pada siswa kelas dasar, dimana kemampuan ini harus dimiliki oleh siswa agar siswa dapat mengikuti materi yang lebih tinggi. Diharapkan siswa tunarungu dapat memahami


(2)

76

Salis Fauzia Istiqomah, 2014

Pengaruh pembelajaran Matematika realistik terhadap kemampuan berhitung penjumlahan siswa tunaarungu kelas 2 SDLB di SLBN Cicendo Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

konsep berhitung secara utuh dan menyeluruh. Pembelajaran matematika realistik tidak hanya diperuntukan untuk materi penjumlahan saja melainkan dapat diterapkan untuk materi pembelajaran matematika yang lain. Disarankan jika pendidik menemukan anak dengan hambatan yang sama, untuk mencoba menerapkan metode pembelajaran matematika realistik.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini menggunakan desain subjek tunggal, dengan satu subjek sebagai bahan kajian. Peniliti dalam kajiannya menggunakan pembelajaran pembelajaran matematika realistik untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan. Diharapkan untuk peneliti selanjutnya mencoba melakukan penelitian dengan menerapkan pembelajaran matematika realistik pada dua subjek yang berbeda, metode penelitian yang berbeda, atau menerapkan pembelajaran matematika realistik pada aspek lain.


(3)

Salis Fauzia Istiqomah, 2014

Pengaruh pembelajaran Matematika realistik terhadap kemampuan berhitung penjumlahan siswa tunaarungu kelas 2 SDLB di SLBN Cicendo Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Agus, S. (2010). Pembelajaran Matematika Realistik. [Online]. Tersedia di :

http://easymatematika.files.wordpress.com. [Diakses 7 Agustus 2014].

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi 2010). Jakarta : Rineka Cipta

Fika, N. (2013). Model Pembelajaran Realistik. [online]. Tersedia di :

http://kelompok11-3d.blogspot.com. [Diakses 7 Agustus 2014].

Linggar. (2013). Pembelajaran Matematika Realistik. [Online]. Tersedia di :

http://sharewithlinggar.blogspot.com. [Diakses 7 Agustus 2014].

Russeffendi, E. T. (2006). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya Dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA

Bandung : Tarsito

Sadja’ah, E. (2005). Gangguan Bicara-Bahasa. Bandung : San Grafika

Sobel, M & Maletsky, E. (2004). Mengajar Matematika Sebuah Buku Sumber Alat Peraga, Aktivitas, dan Strategi Untuk Guru Matematika SD, SMP, SMA.

Jakarta : Erlangga

Somad, P. dan Hernawati, T. (1995). Ortopedagogik Anak Tunarungu. Jakarta : DEPDIKBUD. Tidak diterbitkan

Somantri, T.S. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama.

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung : Sinar Baru Algesindo

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatf, dan R&D. Bandung : Alfabeta

Sugiyono. (2010). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

Sumaryanta. (2013). Pembelajaran Matematika Realistik dan Strategi Implementasinya Dikelas. [Online]. Tersedia di : http://p4tkmatematika.org. [Diakses 7 Agustus 2014].

Sunanto, J. (2006). Penelitian dengan Subjek Tunggal. Bandung : UPI PRESS


(4)

78

Salis Fauzia Istiqomah, 2014

Pengaruh pembelajaran Matematika realistik terhadap kemampuan berhitung penjumlahan siswa tunaarungu kelas 2 SDLB di SLBN Cicendo Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Wijaya, A. (2012). Pendidikan Matematika Realistik Suatu Alternatif Pendekatan Pembelajaran Matematika. Yogyakarta : Graha Ilmu


(5)

Salis Fauzia Istiqomah, 2014

Pengaruh pembelajaran Matematika realistik terhadap kemampuan berhitung penjumlahan siswa tunaarungu kelas 2 SDLB di SLBN Cicendo Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Agus, S. (2010). Pembelajaran Matematika Realistik. [Online]. Tersedia di :

http://easymatematika.files.wordpress.com. [Diakses 7 Agustus 2014].

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi 2010). Jakarta : Rineka Cipta

Fika, N. (2013). Model Pembelajaran Realistik. [online]. Tersedia di :

http://kelompok11-3d.blogspot.com. [Diakses 7 Agustus 2014].

Linggar. (2013). Pembelajaran Matematika Realistik. [Online]. Tersedia di :

http://sharewithlinggar.blogspot.com. [Diakses 7 Agustus 2014].

Russeffendi, E. T. (2006). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya Dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA

Bandung : Tarsito

Sadja’ah, E. (2005). Gangguan Bicara-Bahasa. Bandung : San Grafika

Sobel, M & Maletsky, E. (2004). Mengajar Matematika Sebuah Buku Sumber Alat Peraga, Aktivitas, dan Strategi Untuk Guru Matematika SD, SMP, SMA.

Jakarta : Erlangga

Somad, P. dan Hernawati, T. (1995). Ortopedagogik Anak Tunarungu. Jakarta : DEPDIKBUD. Tidak diterbitkan

Somantri, T.S. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama.

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung : Sinar Baru Algesindo

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatf, dan R&D. Bandung : Alfabeta

Sugiyono. (2010). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

Sumaryanta. (2013). Pembelajaran Matematika Realistik dan Strategi Implementasinya Dikelas. [Online]. Tersedia di : http://p4tkmatematika.org. [Diakses 7 Agustus 2014].

Sunanto, J. (2006). Penelitian dengan Subjek Tunggal. Bandung : UPI PRESS


(6)

Salis Fauzia Istiqomah, 2014

Pengaruh pembelajaran Matematika realistik terhadap kemampuan berhitung penjumlahan siswa tunaarungu kelas 2 SDLB di SLBN Cicendo Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Wijaya, A. (2012). Pendidikan Matematika Realistik Suatu Alternatif Pendekatan Pembelajaran Matematika. Yogyakarta : Graha Ilmu


Dokumen yang terkait

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA TUNARUNGU SLB-B NEGERI CICENDO : Studi Deskriptif Pada Siswa Tunarungu Kelas VII SMPLB di SLB-B Negeri Cicendo Kota Bandung.

0 1 18

PENGARUH METODE MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN SATUAN PENGUKURAN PANJANG SISWA TUNAGRAHITA RINGAN DI KELAS I SDLB C YPLB MAJALENGKA.

0 1 36

PENGARUH METODE JARIMATIKA TERHADAP KEMAMPUAN BERHITUNG PERKALIAN PADA SISWA KELAS VI DI SLBN A CITEUREUP.

1 11 44

PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN OPERASI HITUNG PECAHAN PADA SISWA TUNARUNGU KELAS V SDLB.

0 3 41

PERANAN ORANG TUA DALAM MENGARAHKAN BAKAT ANAK TUNARUNGU JENJANG SDLB DI SLB NEGERI CICENDO BANDUNG.

0 0 28

PENGARUH METODE GILLINGHAM TERHADAP KEMAMPUAN MENGENALI TULISAN HURUF ARAB BRAILLE PADA SISWA TUNANETRA KELAS III SDLB DI SLBN-A BANDUNG : Penelitian Eksperimen pada Siswa Kelas III SDLB di SLBN – A Bandung.

0 1 29

PENGARUH PENGGUNAAN PUZZLE BERSERI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PENYUSUNAN STRUKTUR KALIMAT (SPOK) PADA SISWA TUNARUNGU DI KELAS V SDLB NEGERI CICENDO BANDUNG.

4 10 50

PROSES PEMBELAJARAN TARI KREASI BAGI SISWA SLBN B TUNARUNGU CICENDO KOTA BANDUNG.

0 0 31

PENGGUNAAN METODE JARIMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN OPERASI BERHITUNG PERKALIAN PADA ANAK TUNARUNGU SDLB KELAS IV DI SLB NEGERI CICENDO KOTA BANDUNG - repository UPI S PLB 1106672 Title

0 0 3

PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN OPERASI HITUNG PECAHAN PADA SISWA TUNARUNGU KELAS V SDLB - repository UPI S PLB 1001540 Title

0 0 3