PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PRAKTIK MENGAJAR REFLEKTIF (MP2MR) UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK MAHASISWA S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD).

(1)

Halaman

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR BAGAN ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GRAFIK ... xiv

DAFTAR FOTO ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah ... 14

C. Rumusan Masalah ... 16

D. Definisi Operasional... 17

E. Pertanyaan Penelitian ... 18

F. Tujuan Penelitian ... 20

G. Manfaat Penelitian ... 21

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Model Pembelajaran 1. Konsep Model Pembelajaran... 22

2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Efektivitas Pembelajaran Praktik Mengajar ... 38

B. Hakikat Praktik Mengajar Berbasis Kompetensi 1. Landasan Filosofis ... 36

2. Landasan Psikologis ... 42

3. Kurikulum Pembelajaran Praktik Mengajar ... 47

4. Pendekatan Program Pendidikan Guru... 52


(2)

7. Hasil Penelitian Terdahulu ... 70

C. Hakikat Kompetensi Pedagogik 1. Konsep Kompetensi Pedagogik... 72

2. Peranan Kompetensi Pedagogik dalam Profesionalisasi Guru ... 76

3. Ruang Lingkup Kompetensi Pedagogik ... 82

D. Hakikat Pendidikan Dasar 1. Konsep, Peran, dan Fungsi Pendidikan Dasar ... 87

2. Struktur Kurikulum SD/MI ... 90

3. Struktur Kurikulum SMP/MTs ... 91

4. Karakteristik Siswa, pendidik, dan Proses Pendidikan ... 92

E. Kerangka Pikir Penelitian ... 97

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian... 100

B. Metode Penelitian ... 101

C. Langkah-langkah Penelitian ... 103

D. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 109

E. Teknik Pengumpulan Data ... 118

F. Analisis Data ... 121

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Studi Pendahuluan ... 125

B. Pengembangan Model 1. Perencanaan Pengembangan Model ... 154

2. Uji Coba Terbatas ... 166

3. Perbaikan Model ... 187

4. Evaluasi Model ... 191

5. Uji Coba yang Lebih Luas ... 196

C. Uji Validasi Model ... 226


(3)

A. Simpulan ... 296

B. Dalil-dalil Hasil Penelitian ... 300

C. Rekomendasi ... 304

DAFTAR BACAAN ... 313

RIWAYAT HIDUP ... 314 LAMPIRAN


(4)

Bagan Halaman

1.1 Sistem Pembelajaran (Park e.al.; 1987) ... 8

2.1 Model Sandwich ... 62

2.2 Pengembangan Profesionalisme Secara Spiral ... 64

2.3 Posisi Kompetensi Pedagogik ... 74

2.4 Kompetensi Guru Secara Keseluruhan ... 79

2.5 Kerangka Pikir Penelitian ... 98

3.1 Langkah-langkah Penelitian ... 104

3.2 Siklus Pengembangan Model ... 106

3.3 Desain Penelitian Kuasi Eksperimen ... 108

4.1 Praktik Mengajar Model Konvensional ... 147

4.2 Model Pembelajaran MP2MR ... 155

4.3 Desain Awal Perencanaan Model ... 159

4.4 Desain Awal Implementasi Model ... 161

4.5 Desain Awal Evaluasi Model ... 165

4.6 Dampak MP2MR ... 166

4.7 Desain Model Implementasi MP2MR Hasil Pengembangan ... 188

4.8 Perbandingan Jumlah Masalah dengan Peningkatan Kompetensi .... 195

4.9 Desain MP2MR ... 237


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Sampel Penelitian Tahap Prasurvey ... 110

3.2 Sampel Penelitian Tahap Uji Coba dan Validasi Model ... 111

3.3 Rombel Sekolah Mitra Tempat Uji Coba Terbatas ... 113

4.1 Nilai Proses Pengembangan MP2MR dan Kompetensi Pedagogik ... 194

4.2 Nilai Kompetensi Pedagogik Mahasiswa Program Studi PGSD Berkatagori Sangat Baik ... 215

4.3 Nilai Kompetensi Pedagogik Mahasiswa Program Studi PGSD Berkatagori Baik ... 216

4.4 Nilai Kompetensi Pedagogik Mahasiswa Program Studi PGSD Berkatagori Cukup Baik ... 217

4.5 Skor Rata-rata Penguasaan Kompetensi Pedagogik ... 227


(6)

Grafik Halaman

3.1 Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis Nol (H0) ... 123 4.1 Perolehan Rata-rata Skor Refleksi, RPP, dan Implementasi

Pada PGSD Berkatagori Sangat Baik, Baik dan Cukup Baik ... 221 4.2 Peningkatan Kompetensi Pedagogik Hasil Uji Validasi ... 236


(7)

Foto

1. Kegiatan Refleksi di SDN 6 Kota Metro

2. Kegiatan Praktik Mengajar di SDN 6 Kota Metro 3. Kegiatan Praktik Mengajar di SDN 2 Suntenjaya 4. Kegiatan Praktik Mengajar di SDN 3 Ciporeat 5. Kegiatan Praktik Mengajar di SDN Gajah Depa


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

1. Tuntutan terhadap Mutu Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Memasuki abad ke 21 terjadi perubahan yang sangat cepat di semua sektor kehidupan. Hal ini ditengarai oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat sekaligus menjadi tantangan bagi dunia pendidikan dalam meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) agar semakin berkualitas. Menindaklanjuti kondisi ini pemerintah Indonesia mengadakan regulasi pendidikan yang sangat mendasar, di antaranya berkenaan dengan demokratisasi pendidikan, disentralisasi pendidikan, peningkatan peran serta masyarakat dalam pendidikan dan penetapan standar pendidikan.

Keseriusan pemerintah ini dibuktikan dengan lahirnya Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, yang menegaskan bahwa guru sebagai pendidik profesional harus menguasai kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Kebijakan ini akhirnya membawa dampak terhadap berbagai pembaharuan pendidikan di Indonesia salah satunya pada legalitas profesi guru yang sudah memiliki sertifikat akta IV kemudian harus mengikuti program Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) dan dibuktikan dengan lulus uji kompetensi.


(9)

Esensi dari undang-undang tersebut sekaligus menjadi acuan bagi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) dalam mempersiapkan calon guru yang profesional, di antaranya harus dibuktikan dengan kemampuan lulusan yang memiliki keahlian dalam merancang, mengelola, dan mengevaluasi proses pembelajaran yang dapat dipertanggungjawabkan secara profesional sesuai dengan tuntutan undang-undang tersebut. Dengan kata lain bahwa gambaran standarisasi guru yang profesional tidak hanya dituntut untuk menguasai pengetahuan atau konten akademik yang akan diajarkan kepada siswa tetapi betul-betul diperlukan penguasaan keahlian secara utuh.

Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) mengembangkan pendidikan yang berakar pada CBTE (Competence Based Teacher Education) yaitu suatu model pendidikan yang berorientasi pada pembentukan kompetensi profesi seorang guru. Bagi profesi guru, makna kompetensi tidak sekedar menguasai kemampuan dalam tataran pengetahuan atau menguasai keterampilan teknis secara parsial, tetapi merupakan suatu keahlian utuh yang dibangun oleh pengetahuan, sikap dan keterampilan dan diimplementasikan dalam bersikap, bertindak secara kontinu dan konsisten sebagai guru yang profesional.

Jika kompetensi dimaknai sebagai keahlian dengan karakterstik khusus yang menjadi profesi seorang guru, maka pengembangan kurikulum pendidikan guru harus diawali dengan (1) penyusunan rumusan tujuan yang berorientasi pada terbentuknya kompetensi (2) proses pembelajaran yang bertumpu pada pembentukan kompetensi (3) proses pembelajaran yang menghargai keberagaman


(10)

kemampuan mahasiswa dalam penguasaan kompetensi secara individual, (4) evaluasi yang dilandasi oleh acuan patokan standar kompetensi guru.

Sistem pembelajaran di bangku kuliah hanya menjadi salah satu wahana yang dirancang untuk menghantarkan mahasiswa agar memiliki kemampuan konseptual (concept oriented) sebagai dasar untuk membentuk suatu kompetensi. Selain itu diperlukan model yang dapat memfasilitasi mahasiswa untuk mengaplikasikan kemampuan konseptualnya ke dalam bentuk kompetensi secara utuh sesuai dengan tuntutan standar di atas.

Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) memberlakukan Program Praktik Lapangan (PPL) sebagai wahana untuk mengaplikasikan dan menyesuaikan kemampuan yang sudah diperoleh mahasiswa secara teoritis di bangku kuliah. Bahkan ketika melaksanakan PPL, mahasiswa selain dituntut mengaplikasikan kemampuan konseptual yang sudah dimilikinya juga hendaknya memiliki kemampuan untuk beradaptasi baik secara sosial, personal, maupun akademik sesuai dengan tuntutan di lapangan.

Terdapat empat model praktik mengajar yang dapat dikembangkan di LPTK, yaitu (1) model internship, (2) model PPL (3) model tematik, (4) model sandwich. Keempat model tersebut memiliki orientasi yang sama yaitu memfasilitasi mahasiswa untuk dapat mengembangkan kompetensi dalam bentuk melaksanakan tanggung jawab kependidikan di suatu sekolah. Sedangkan yang membedakan ke empatnya adalah teknis pelaksanaannya.


(11)

(1) Model internship dilaksanakan untuk menyatukan beberapa kegiatan dalam waktu bersamaan sehingga sekaligus dapat mengatasi masalah keterbatasan waktu, biaya, maupun tempat.

(2) Model PPL merupakan mata kuliah yang bersifat terprogram dan wajib diikuti oleh semua mahasiswa LPTK pada penghujung semester. (3) Model tematik merupakan praktik mengajar diintegrasikan dengan

Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang dipayungi oleh suatu tema.

(4) Model sandwich merupakan konsekwensi dari pengembangan model konkuren, dimana program akademik dan profesional diberikan oleh dosen dalam satu lembaga, melalui struktur kurikulum yang memadukan mata kuliah akademik dengan mata kuliah profesional dalam satu semester pada satu lembaga.

Pembelajaran praktik mengajar merupakan suatu tahapan pengembangan kurikulum LPTK yang berkenaan dengan persiapan profesional calon guru. Program ini pada umumnya berlaku bagi mahasiswa yang sudah lulus sejumlah mata kuliah kelompok konten akademik dan konten pedagogik. Mereka secara formal bekerja di bawah supervisor profesional selama jangka waktu tententu.

Ruang lingkup PPL berkenaan dengan aktivitas menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), mengembangkan pembelajaran, serta mendesain dan melaksanakan evaluasi pembelajaran. Sesungguhnya aktivitas ini menjadi miniatur dari profesionalitas guru, karena di dalamnya terkait sejumlah kemampuan yang sangat kompleks, seperti yang ditegaskan dalam Permen Nomor 16 tahun 2007 tentang standar kompetensi guru kelas SD/MI, yaitu berkenaan


(12)

dengan (1) penguasaan karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual, (2) menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, (3) mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran/bidang pengembangan, (4) menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, (5) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran, (6) memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki, (7) berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik, (8) menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, (9) memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran, dan (10) melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Semua kemampuan tersebut akan bermuara pada kompetensi pedagogik sebagai sasaran utama praktik mengajar. Seperti yang ditegaskan dalam kebijakan pemerintah tentang standar nasional pendidikan, pada penjelasan pasal 28 ayat (3) butir (a) bahwa kompetensi pedagogik merupakan kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya.

Kebijakan tersebut menyiratkan tiga hal penting yang terkait dengan kompetensi pedagogik, yaitu (1) penguasaan kompetensi pedagogik menjadi inti dari keseluruhan kompetensi yang harus dimiliki oleh guru, (2) kompetensi ini akan bermuara pada upaya menyiapkan kondisi yang memudahkan siswa untuk mengaktualisasikan dirinya baik dalam penguasaan aspek pengetahuan,


(13)

keterampilan, maupun pembentukan sikap. (3) Kebermaknaan kompetensi ini sangat tergantung pada kemampuan kompetensi profesional, sosial, dan personal yang menjadi bingkai dari kompetensi pedagogik.

Implementasi yang berkenaan dengan penguasaan kompetensi ini tidak sekedar menjadi prasyarat kelulusan, akan tetapi menjadi muara kinerja seorang guru yang memerlukan suatu proses pembelajaran untuk menumbuhkembangkan pentingnya penguasaan dan peningkatan kompetensi pedagogik secara berkelanjutan sejak masih menjadi mahasiswa sampai menjadi guru, dan bahkan harus menjadi pembiasaan dalam meningkatkan profesionalisasinya.

Lebih kompleks lagi tuntutan terhadap calon guru kelas Sekolah Dasar (SD) sebab selain mereka harus menguasai aspek sosial, moral dan pedagogik, juga harus menguasai lima bidang studi inti yaitu; bidang studi Matematika, Bahasa Indonesia, Sain, Ilmu Pengetahuan Sosial, dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang secara utuh bisa tergambar pada kemampuan profesionalitas ketika menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.

Begitu pentingnya penguasaan kompetensi pedagogik bagi seorang guru. Sebab ternyata secara kuantitas siswa Sekolah Dasar (SD) di Indonesia memiliki kewajiban beban belajar yang sangat tinggi. Untuk kelas satu, kelas dua dan kelas tiga masing-masing memiliki jumlah jam pembelajaran 26-28 per minggu, untuk kelas empat, kelas lima, dan kelas enam terdapat 32 jam per minggu. Jika dihitung dengan satuan jam (60 menit) berdasarkan rentangan minggu efektif 34-38 per tahun pelajaran, maka kelas satu, kelas dua, dan kelas tiga masing-masing menggunakan waktu 516 sampai 621 jam per tahun pelajaran. Sedangkan kelas


(14)

empat, kelas lima, dan kelas enam, masing-masing menggunakan waktu 635 sampai 709 jam per tahun pelajaran. Artinya siswa SD menggunakan waktu di sekolah tidak kurang dari 3.453 sampai 3.990 jam. Oleh karena itu sosok guru dengan segala keahliannya dalam mendesain perencanaan, menjalin komunikasi dengan siswa, membangun motivasi belajar siswa, mengelola pembelajaran di dalam maupun di luar kelas serta mengevaluasi pembelajaran menjadi sangat penting. Bukti yang konsisten dan luar biasa dari studi ini menunjukkan bahwa kompetensi pedagogik sangat memungkinkan untuk mempengaruhi pembiasaan bahkan kualitas pendidikan siswa.

Sebagai suatu sistem, pembentukan kompetensi pedagogik calon guru dibangun oleh sejumlah komponen yang saling terkait di dalamnya. Mahasiswa dengan segenap kemampuannya merupakan salah satu komponen yang memiliki kepentingan utama untuk menjadi calon guru dan komponen lainnya seperti struktur kurikulum (curriculum construction), model pengembangan kurikulum (curriculum development), kemampuan dosen dalam mengembangkan struktur kurikulum ke dalam bentuk-bentuk pembelajaran, kelengkapan fasilitas, media, sumber-sumber pembelajaran, serta sistem penilaian menjadi sejumlah subkomponen yang harus menjadi suatu kekuatan dan diikat oleh kepentingan mahasiswa untuk mencapai suatu tujuan yaitu menjadi calon guru yang profesional sesuai dengan tuntutan pengguna (stakeholders) di lapangan.

Park et al., (1987) menggambarkan keterkaitan sub-sub komponen tersebut seperti terlihat pada bagan beikut ini;


(15)

Bagan1.2; Sistem Pembelajaran (Park, et. al, 1987)

Secara garis besar, bagan tersebut menggambarkan suatu sistem pembelajaran secara utuh yang terdiri atas tiga komponen utama yaitu;

1. Input; berkenaan dengan keadaan yang termanifestasikan pada karakteristik sebelum pembelajaran. Hal ini meliputi struktur kurikulum semua mata kuliah yang ditempuh oleh mahasiswa sebagai prasyarat untuk menguasai suatu kemampuan, keadaan dan kemampuan dosen, kemampuan mahasiswa, sarana dan prasarana, termasuk sasaran kompetensi pedagogik yang harus dikuasai dalam pembelajaran di LPTK. 2. Transactions; proses pembelajaran, termasuk di dalamnya proses

pembentukan kompetensi pedagogik yang berkenaan dengan latihan praktik mengajar, pembimbingan, analisis kesulitan belajar mahasiswa,


(16)

peningkatan pengetahuan konten akademik dan konten pedagogik mahasiswa, dan solusi untuk pemecahan masalah sebagai upaya meningkatkan kompetensi pedagogik mahasiswa.

3. Output; meliputi gambaran performa dan kinerja yang dihasilkan serta sejumlah catatan tentang perubahan perilaku sebagai hasil proses pembelajaran.

Hasil penelitian Society for Teaching and Learning in Higher Education di beberapa University of Teaching Canada (2006), yang merekomendasikan bahwa inti proses pembelajaran sebagai komponen transactions pendidikan guru berbasis kompetensi harus berlandaskan suatu prinsip dimana” a teacher has adequate pedagogical knowledge and skills, including communication of objectives, selection of effective instructional methods, provision of practice and feedback opportunities, and accommodation of student diversity.Oleh karena itu jika yang akan menjadi sasaran dalam penilaian adalah “mahasiswa mampu melaksanakan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah yang benar” maka dosen harus memberikan kesempatan yang memadai agar mahasiswa bisa berlatih dan menerima umpan balik tentang keterampilan itu selama praktik pembelajaran. Bahkan berdasarkan rekomendasi hasil penelitian tersebut jika gaya belajar mahasiswa berbeda maka harus difasilitasi dengan gaya pembelajaran yang berbeda pula.

Pada intinya hasil penelitian tersebut memperkuat bahwa tujuan, metode, dan evaluasi merupakan tiga komponen yang menjadi prinsip agar diperhatikan dalam pengembangan pendidikan guru berbasis kompetensi karena ketiga


(17)

komponen tersebut sangat berpengaruh secara signifikan terhadap keberhasilan pencapaian kompetensi seorang calon guru. Selain itu peran dosen pembimbing atau guru pamong manjadi kendali utama dalam memfasilitasi kebehasilan mahasiswa.

2. Isu Permasalahan Mutu Guru Sekolah Dasar

Mutu pendidikan Sekolah Dasar (SD) tidak dapat dipisahkan dari mutu guru sebagai komponen penting dalam sebuah sistem pendidikan. Guru memiliki tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, melatih, dan menilai siswa, sehingga secanggih apa pun teknologi dan setinggi apa pun perkembangan ilmu pengetahuan saat ini, tidak akan dapat menggantikan peranan seorang guru.

Kemampuan guru memiliki peran penting terhadap peningkatan hasil belajar siswa dan peningkatan kualitas proses pembelajaran. Pandangan ini selaras dengan yang dikemukakan The Finance Project (2006) bahwa; kualitas guru merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan peserta didik. Pendidikan guru, kemampuan guru, dan pengalaman guru berhubungan erat dengan pencapaian yang diperoleh peserta didik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh projek tersebut membuktikan bahwa ; 40% – 90% pencapaian hasil belajar peserta didik disebabkan oleh kualitas guru. Bagaimana guru memahami pelajaran, memahami bagaimana peserta didik belajar dan mempraktekkan metode-metode pembelajaran erat hubungannya dengan perolehan hasil belajar peserta didik. Oleh karena itu, penting sekali untuk menyiapkan guru sebelum terjun sebagai tenaga


(18)

pengajar dan secara terus menerus melakukan perbaikan terhadap pengetahuan dan kecakapan sepanjang karirnya.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka tugas guru pun semakin tertantang baik dalam menyiapkan siswa untuk hidup dan beradaptasi di abad moderen ini maupun memanfaatkan hasil perkembangan tersebut. Tetapi pada kenyataannya masalah mutu pendidikan selalu menjadi keprihatinan hampir semua lapisan masyarakat Indonesia. Hal ini didukung oleh berbagai data yang menggambarkan rendahnya kualitas guru seperti yang dilansir oleh http://forum.viva.co.id/berita-dalam-negeri/316783 tentang hasil Ujian Kompetensi Awal (UKA) pada sertifikasi guru tahun 2012 yang dilaporkan oleh Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Nomor 12344/J/KP/2012 tanggal 16 Maret 2012 tentang Penetapan Kelulusan Peserta Uji Kompetensi Awal (UKA) Sertifikasi Guru dalam Jabatan Tahun 2012 bahwa nilai rata-rata UKA guru TK 58,87 dengan jumlah peserta 23.753 orang. Rata-rata nilai guru SD 36,86 dari jumlah peserta 164.153 orang. Rata-rata nilai guru SMP 46,15 dari jumlah peserta 51.238 orang. Rata-rata nilai guru SMA 51,35 dari jumlah peserta 18.125 orang. Rata-rata nilai guru SMK 50,02 dari jumlah peserta 15.105 orang. Rata-rata nilai iguru SLB 49,07 dari jumlah peserta 2.446 orang. Nilai rata-rata kategori pengawas 32,58 dari jumlah peserta 606 orang.

Berdasarkan data tersebut, ternyata nilai UKA guru SD menempati ranking terrendah dibandingkan guru pada jenjang pendidikan lainnya atau ranking terrendah ke dua setelah nilai rata-rata UKA pengawas. Walaupun UKA


(19)

tidak mencerminkan kompetensi guru secara utuh, tetapi minimal dari segi penguasaan kognisi menggambarkan bahwa umumnya guru SD di Indonesia memiliki penguasaan aspek kognisi yang lebih memprihatinkan dibandingkan dengan guru pada jenjang pendidikan lainnya.

Memperkuat kondisi itu terdapat berbagai temuan di lapangan yang melaporkan lemahnya kompetensi guru, seperti hasil penelitian Akhmad Arif Musadad ( 2008) yang menyimpulkan bahwa guru pemula kurang memiliki kemampuan dalam merancang pembelajaran, mengelola pembelajaran, dan membangun interaksi yang harmonis dengan siswa.

Temuan Ansyar (2006) menunjukkan bahwa; (1) umumnya guru pemula lulusan LPTK hanya berperan sebagai pembekal informasi, (2) lulusan LPTK sudah terkondisi berperan sebagai pelaksana program instruksional, sehingga memaknai pengajaran sebagai target bukan alat untuk mengembangkan potensi peserta didik. (3) suasana pembelajaran di sekolah dan LPTK sendiri, adalah kegagalan untuk menjadikan peserta didik memiliki kemampuan belajar sendiri (self directed learning).

Senada dengan temuan di atas Syarifuddin, A. (2004) mengadakan penelitian tentang kemampuan mahasiswa LPTK yang sedang mengikuti PPL dan hasilnya menunjukkan bahwa 89% mahasiswa hanya menggunakan pertanyaan tingkat rendah yang menuntut jawaban ingatan sehingga tidak mendorong terjadinya aktivitas yang bersifat eksploratif.

Temuan lain yang memperkuat kondisi tersebut dilaporkan oleh Herpratiwi (2008) yang mengungkap evaluasi kinerja praktikan dengan


(20)

menggunakan penilaian acuan patokan ternyata masih rendah. Hal ini tergambar dari 216 populasi mahasiswa PGSD Unila yang mendapatkan nilai B untuk aspek pengembangan strategi pembelajaran 37,04%, penggunaan media 9,26%, merumuskan tujuan pembelajaran 3,70%, rencana evaluasi 0%, kesesuaian materi 7,41%, kesesuaia buku acuan 9,26%, ketepatan waktu 5,55%, penguasaan materi 3,70%, kesesuaian materi dengan kehidupan nyata 3,70%, selebihnya mendapatkan nilai di bawah katagori B. Tidak dapat dipungkiri bahwa kondisi ini dapat menjadi pemicu persoalan rendahnya kualtias proses pembelajaran ketika mereka sudah menjadi guru.

Padahal seharusnya sosok guru profesional yang menjadi acuan program pendidikan guru selain SKL PGSD adalah guru pemula yang setelah menyelesaikan program pendidikannya dia mampu mengajar secara mandiri dan memudahkan siswanya untuk belajar, kemudian dalam waktu empat sampai lima tahun mereka akan mengembangkan potensi kemampuan ini menjadi betul-betul profesional (Catherine Casey, 2007). Seyogyanya inilah yang menjadi target program pendidikan calon guru yang berorientasi pada Standar Kompetensi Kelulusan PGSD.

Permasalahan-permasalahan tersebut tidak dapat dilepaskan dari permasalahan LPTK sebagai lembaga yang mempersiapkan dan menghasilkan guru SD. Kondisi itu menandakan adanya kesenjangan antara tingginya tuntutan kebijakan pemerintah akan kualitas guru dengan kondisi persiapan calon guru di lapangan, terutama yang terkait aspek-aspek berikut ini;


(21)

a. Model desain kurikulum yang dikembangkan oleh LPTK. b. Proses pengembangan kurikulum

c. Penggunaan model evaluasi

d. Rasio ketersediaan sarana dan prasarana dengan jumlah mahasiswa. e. Kualifikasi dosen.

f. Kualitas sekolah latihan yang dijadikan mitra PPL. g. Manajemen PPL.

B.Identifikasi dan Pembatasan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah termasuk beberapa hasil penelitian dan hasil prasurvey lapangan, teridentifikasi sejumlah masalah yang memiliki keterkaitan dengan lemahnya kualitas calon guru seperti berikut ini;

a. Desain yang dikembangkan belum sepenuhnya dilandasi oleh model kurikulum teknologis.

b. Proses pengembangan kurikulum belum mengacu pada pembentukan kompetensi secara jelas.

c. Evaluasi tidak mengacu pada standar baku (acuan patokan).

d. Ratio sebagian sarana dan prasarana terutama laboratorium micro teaching dengan jumlah mahasiswa tidak ideal.

e. Penetapan sekolah mitra sebagai partner PPL tidak pernah diseleksi secara benar.


(22)

f. Manajemen PPL lebih dilandasi oleh aturan administratif dibandingkan dengan aturan akademik.

2. Pembatasan Masalah

Seperti digambarkan pada bagan 1.1 di atas, untuk memperbaiki kualitas lulusan suatu sistem pendidikan, harus dimulai dengan memperbaiki sub-sub komponennya. Tetapi perbaikan terhadap semua subkomponen secara simultan sangat sulit dilakukan. Mempelajari keterkaitan antara sejumlah komponen tersebut, nampaknya salah satu aspek strategis yang sangat terkait dengan pembentukan kompetensi calon guru adalah tentang pembelajaran praktik mengajar sebagai muara dari upaya mempersiapkan calon guru. Ruang lingkup dan fokus dari pembelajaran praktik mengajar sesungguhnya terkait dengan pembentukan kompetensi pedagogik yang di dalamnya tidak lepas dari sasaran standar kompetensi guru kelas seperti ditegaskan dalam Peraturan Menteri (Permen) Nomor 16 tahun 2007.

Alasan lain bahwa pembelajaran praktik mengajar menjadi salah satu aspek yang bukan hanya penting sebagai upaya memadukan kemampuan penguasaan konten akademik dengan konten pedagogik tetapi juga lebih membentuk kompetensi sebagai muara dari semua seluruh kompetensi guru secara aplikatif. Oleh karena itu dilihat dari sisi urgensinya, maka peneliti akan membatasi penelitian ini pada; “model pembelajaran praktik mengajar yang dapat meningkatkan kompetensi pedagogik”, sebagai kajian dalam penelitian


(23)

Upaya ini diharapkan akan menjadi solusi dalam mengoptimalkan pembelajaran praktik mengajar sehingga dapat meningkatkan proses menyiapkan guru yang lebih berkualitas yang akhirnya akan bermuara pada terciptanya kualitas pendidikan yang lebih baik.

C.Rumusan Masalah

Model pembelajaran praktik mengajar di dalam penelitian ini diarahkan kepada suatu pola pembelajaran praktik pada pengembangan kurikulum LPTK yang di dalamnya memiliki prosedur sebagai ikatan aktivitas antara dosen dan mahasiswa yang disesuiakan dengan tujuan yang ingin dicapai, senada dengan yang dipaparkan oleh Bruce Joyce and Marsha Weil’s (2009) bahwa “model of teaching as a plan or pattern that can be used to shape curricula (long-term course of studies) to design instructional materials and guide instruction in the classroom and other settingsModel pembelajaran ini dikembangkan untuk membantu dosen bukan untuk keperluan sesaat tetapi lebih dalam rangka meningkatkan kemampuannya agar bisa memfasilitasi kemudahan belajar bagi seluruh mahasiswa sesuai dengan karakteristiknya sampai akhirnya membentuk suatu kompetensi pedagogik.

Untuk mempertegas ruang lingkup dan sasaran penelitian ini maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah” Model pembelajaran praktik mengajar yang bagaimana yang dapat meningkatkan kompetensi pedagogik mahasiswa S1 PGSD?


(24)

D.Definisi Operasional

Terdapat dua variabel yang sangat penting untuk didefinisikan secara operasional agar dapat memberikan gambaran yang jelas terhadap pelaksanaan penelitian ini. Kedua variabel tersebut adalah model pembelajaran praktik mengajar dan kompetensi pedagogik.

1. Model Pembelajaran Praktik mengajar.

Model pembelajaran dalam penelitian ini mengacu pada kerangka konseptual yang dirancang oleh dosen untuk menggambarkan pertautan aktivitas antara mahasiswa dengan dosen dan sumber belajar lainnya berdasarkan langkah-langkah pembelajaran yang sistematis. Sementara itu praktik mengajar adalah aktivitas latihan yang bersifat implementatif dan adaptif antara kemampuan teoritis dengan tuntutan sekolah sebagai upaya meningkatkan segenap kemampuan mahasiswa dalam merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran secara riil, teramati, dan ternilai berdasarkan acuan patokan yang dilaksanakan secara terus menerus sehingga setiap mahasiswa dapat mencapai target penguasaan penuh. Oleh karena itu dapat dikemukakan bahwa model pembelajaran praktik mengajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah langkah-langkah pengorganisasian pembelajaran secara sistematis yang meliputi aktivitas dosen dalam hal menyiapkan desain, mengelola pembelajaran dalam bentuk monitoring aktivitas praktik, dan memfasilitasi kegiatan penyempurkaan kemampuan mahasiswa, serta mengevaluasinya. Sedangkan kegiatan mahasiswa terkait dengan aktivitas menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),


(25)

implementasi dalam bentuk praktik mengajar, melaksanakan evaluasi, dan upaya menyempurkana praktik mengajar secara intensif.

Pengorganisasian pembelajaran ini sebagai upaya untuk mempermudah terjadinya peningkatan kemampuan merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran bagi mahasiswa secara terencana, teramati, dan ternilai sampai menghasilkan performa yang mencerminkan penguasaan penuh mahasiswa secara individual.

2. Kompetensi pedagogik

Kompetensi pedagogik merupakan wujud kemampuan mahasiswa dalam mengimplementasikan pemahamannya tentang konten akademik dan konten pedagogik yang dibuktikan dengan kinerja dalam (a) Menyusun rencana pembelajaran, (b) Melaksanakan pembelajaran yang mendidik, (c) Menyusun dan melaksanakan evaluasi pembelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum sekolah Dasar.

E.Pertanyaan Penelitian

Masalah pokok dalam penelitian ini berkenaan dengan peningkatan kompetensi pedagogik mahasiswa calon guru. Oleh karena itu penelitian ini diharapkan dapat menjawab permasalahan;

1. Model desain pembelajaran praktik mengajar yang dapat meningkatkan kompetensi pedagogik di lapangan saat ini:


(26)

Pertanyaan Penelitian:

a. Model desain perencanaan praktik mengajar seperti apa yang saat ini digunakan untuk meningkatkan kompetensi pedagogik mahasiswa praktikkan program studi PGSD?

b. Model desain implementasi praktik mengajar seperti apa yang saat ini digunakan untuk meningkatkan kompetensi pedagogik mahasiswa praktikkan program studi PGSD?

c. Model desain evaluasi praktik mengajar seperti apa yang saat ini digunakan untuk meningkatkan kompetensi pedagogik mahasiswa praktikkan program studi PGSD?

2. Model desain pembelajaran praktik mengajar yang dapat meningkatkan kompetensi pedagogik yang akan dikembangkan.

Pertanyaan Penelitian:

a. Model desain perencanaan pembelajaran praktik mengajar seperti apa yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan kompetensi pedagogik mahasiswa praktikkan program studi PGSD?

b. Model desain implementasi pembelajaran praktik mengajar seperti apa yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan kompetensi pedagogik mahasiswa praktikkan program studi PGSD?

c. Model desain evaluasi pembelajaran praktik mengajar seperti apa yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan kompetensi pedagogik mahasiswa praktikkan program studi PGSD?


(27)

3. Pengujian model pembelajaran praktik mengajar hasil pengembangan.

Pertanyaan penelitian:

a. Apakah dengan menggunakan model hasil pengembangan terjadi peningkatan kemampuan menyusun rencana pembelajaran pada mahasiswa?

b. Apakah dengan menggunakan model hasil pengembangan terjadi peningkatan kemampuan mengembangkan pembelajaran pada mahasiswa? c. Apakah dengan menggunakan model hasil pengembangan terjadi

peningkatan kemampuan mengevaluasi pembelajaran pada mahasiswa?

F. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan suatu model pembelajaran praktik mengajar (practical teaching) yang diharapkan dapat meningkatkan kompetensi pedagogik mahasiswa calon guru berdasarkan landasan konseptual yang mendukung dengan memperhatikan kondisi di lapangan.

2. Tujuan Khusus Penelitian

a. Menganalisis model pembelajaran praktik mengajar yang meliputi desain model perencanaan, implementasi, dan desain evaluasi yang digunakan di lapangan.

b. Menemukan model pembelajaran praktik mengajar yang meliputi desain model perencanaan, implementasi, dan desain evaluasi yang dapat meningkatkan kompetensi pedagogik mahasiswa.


(28)

c. Menguji efektivitas model pembelajaran praktik mengajar hasil pengembangan.

G. Manfaat Penelitian

Jika ditemukan model pembelajaran praktik mengajar yang terbukti dapat meningkatkan kompetensi pedagogik mahasiswa calon guru, maka secara teoritis diharapkan dapat menghasilkan prinsip dan prosedur yang relevan dengan kerangka teori belajar behavioristik dan kontruktivistik dalam membangun kompetensi pedagogik. Bahkan di samping memberikan manfaat secara teoritis, diharapkan hasil penelitian ini juga bermanfaat secara praktis:

1. Model pembelajaran praktik mengajar yang dihasilkan diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dalam merancang program Praktek Pengalaman Lapangan (PPL).

2. Model pembelajaran praktik mengajar yang dihasilkan diharapkan menjadi strategi bagi LPTK dalam upaya meningkatkan kemampuan pedagogik mahasiswa calon guru yang lebih efektif.

3. Model pembelajaran praktik mengajar yang dihasilkan diharapkan dapat memudahkan dosen pembimbing maupun guru pamong dalam memberikan pembimbingan kepada mahasiswa calon guru.

4. Model pembelajaran praktik mengajar yang dihasilkan diharapkan dapat membentuk pembiasaan sebagai upaya mengawali peningkatan profesionalisasi guru.


(29)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Fokus penelitian ini berkenaan dengan upaya meningkatkan kompetensi pedagogik mahasiswa calon guru. Di dalamnya terdapat sejumlah aspek yang harus diungkap baik terkait dengan aktivitas sebagai proses maupun aktivitas sebagai hasil. Aktivitas sebagai proses dalam penelitian ini adalah semua upaya yang termasuk model pembelajaran praktik mengajar sedangkan aktivitas sebagai hasil adalah kemampuan-kemampuan mahasiswa yang berhubungan dengan menyusun desain pembelajaran, mengembangkan pembelajaran, dan mengevaluasi pembelajaran.

Agar dapat mendeteksi semua proses dan hasil penelitian ini maka digunakan dua pendekatan penelitian yaitu secara kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan sebagai upaya untuk mengumpulkan data melalui angket dan pedoman observasi sehingga menghasilkan angka-angka kemudian dianalisis dengan prosedur statistik (Creswell, 2008), (Sugiyono, 2011). Pendekatan ini terutama digunakan pada langkah prasurvey untuk mendapatkan data secara pasti tentang kondisi pembelajaran praktik mengajar yang selama ini digunakan di LPTK dan ketika melaksanakan uji validasi untuk membuktikan tingkat efektivitas model hasil pengembangan.

Pendekatan kualitatif digunakan selama proses pengembangan model pembelajaran. Hal ini dimaksudkan untuk mengeksplorasi pengembangan model


(30)

pembelajaran secara induktif dan mendalam (Creswell, 2008) baik dari mahasiswa, guru pamong, maupun dosen pembimbing lapangan. Pada tahap uji validasi peneliti kembali menggunakan pendekatan kuantitatif untuk menguji hasil pengembangan model berdasarkan data yang diperoleh dari dosen pembimbing lapangan dan guru pamong tentang performa mahasiswa. Untuk uji validasi ini baik guru pamong maupun dosen pembimbing menggunakan Instrumen Penilaian Kemampuan Calon Guru 1 (IPKCG 1) tentang kemampuan mendesain RPP dan Instrumen Penilaian Kemampuan Calon Guru 2 (IPKCG 2), tentang kemampuan melaksanakan pembelajaran, dan kemampuan refleksi dari mahasiswa.

B.Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian dan Pengembangan (Research and Development). Menurut Borg &Gall (2006 ) bahwa; “ Educational research and development (R&D) is a process used to develop and validate educational product” yang dimaksud produk dalam penelitian dan pengembangan menurut Borg & Gall termasuk di dalamnya pengorganisasian pembelajaran.

Metode penelitian dan pengembangan ini dilaksanakan melalui beberapa tahap, yaitu dimulai dengan studi pendahuluan yang meliputi prasurvey untuk mengungkap data tentang model yang selama ini digunakan di lapangan dan studi literatur, untuk mendalami konsep-konsep yang berkenaan model pembelajaran khususnya terkait dengan peningkatan kompetensi guru sehingga dihasilkan model yang sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Kemudian produk tersebut dikembangkan sesuai dengan yang seharusnya, direvisi sampai akhirnya


(31)

ditemukan produk yang dianggap sempurna. Selanjutnya produk tersebut diuji efektivitasnya agar diyakini bahwa produk tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki proses pendidikan yang bisa menghasilkan lulusan secara lebih baik. Secara rinci langkah-langkah penelitian dan pengembangan ini diuraikan oleh Borg & Gall berikut ini:

1. Riset dan pengumpulan informasi termasuk telaah literatur, observasi kelas dan persiapan pelaporan

2. Perencanaan, yang meliputi merumuskan tujuan, menetapkan sekuen pelajaran serta pengujian kelayakan untuk skala terbatas.

3. Pengembangan produk awal (preliminary form of product) termasuk mempersiapkan bahan-bahan pembelajaran, buku pegangan, dan perangkat penilaian.

4. Uji lapangan produk awal yang melibatkan satu sampai tiga sekolah dengan menyertakan 6 sampai 12 subjek dengan menggunakan teknik wawancara, observasi, dan angket, selanjutnya data tersebut dianalisis. 5. Berdasarkan hasil analisis, kemudian produk awal tersebut direvisi

sehingga menjadi produk yang lebih baik.

6. Uji lapangan terhadap produk yang sudah diperbaiki dalam skala yang lebih luas. Pada tahap ini dikumpulkan data kuantitatif hasil pre dan post test bahkan jika memungkinkan dibandingkan dengan kelompok kontrol.


(32)

7. Revisi produk berdasarkan hasil uji produk tersebut.

8. Uji lapangan pada skala yang lebih luas lagi dengan menggunakan teknik wawancara, observasi, dan angket. Selanjutnya data tersebut dianalisis.

9. Revisi akhir produk berdasarkan hasil analasisi data pada uji lapangan yang terakhir.

10.Diseminasi dan melaporkan produk.

C.Langkah-langkah Penelitian

Langkah-langkah penelitian dan pengembangan menurut Borg & Gall di atas memberikan acuan bahwa pengembangan suatu produk diawali dengan studi pendahuluan untuk mendapatkan masukan baik secara konseptual berdasarkan literatur maupun secara empirik terkait dengan model pembelajaran praktik mengajar yang ada di lapangan. Hasil studi pendahuluan menjadi masukkan untuk pengembangan produk awal yang dikembangkan dalam labotatorium pendidikan sehingga menghasilkan suatu bentuk microteach lesson. Desain produk awal ini kemudian dikembangkan melalui ujicoba di lapangan mulai dari ujicoba terbatas, evaluasi hasil pengembangan sampai dengan uji luas dan diakhiri dengan eksperimen untuk membandingkan kompetensi pedagogik mahasiswa antara sebelum menggunakan model hasil pengembangan dengan setelah menggunakan model hasil pengembangan sehingga diperoleh gambaran efektivitas produk pada kelompok berkatagori Sangat Baik, Baik, dan Cukup Baik.


(33)

Laboratorium praktik mengajar sesungguhnya dalam penelitian dan pengembangan ini adalah kondisi sekolah secara riil, maka implementasinya dilakukan penyesuaian dengan langkah-langkah seperti terlihat pada bagan berikut ini

Bagan 3.1; Langkah-langkah Penelitian

1. Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan meliputi studi literatur atau kepustakaan yang dilakukan untuk mendalami konsep-konsep tentang pembelajaran model praktik mengajar, kompetensi guru, dan metodologi penelitian, serta kegiatan prasurvey

Studi Pendahuluan

Studi Kepustakaan

Revisi Ujicoba:

Perencanaan Implementasi

Refleksi Perencanaan

dan Pengembangan

Model Awal

Model Akhir

Model Hipotetik

Prasurvey

Eksperimen Model Pembelajaran Model Siap


(34)

dengan tujuan untuk memahami kondisi pembelajaran khususnya tentang praktik mengajar yang terjadi di lapangan saat ini. Kegiatan prasurvey ini merupakan kegiatan penelitian yang memiliki tujuan untuk mengumpulkan informasi tentang semua hal yang berkenaan dengan kegiatan praktik mengajar.

Pada tahap ini dilakukan penelitian tentang proses praktik mengajar yang biasa dilakukan di lapangan. Aspek-aspek yang diletiti berkenaan dengan (1) menelaah panduan praktik mengajar, (2) menganalisis desain dan penerapan pembelajaran praktik mengajar, (3) menganalisis kemampuan mahasiswa yang berkenaan dengan aktivitas pembelajaran praktik mengajar, (4) mengungkap persepsi ketua program studi, dosen pembimbing lapangan, guru pamong, dan mahasiswa tentang praktik mengajar (5) mengobservasi kondisi sekolah mitra yang dijadikan tempat praktik mengajar. Hasil prasurvey dijadikan sebagai bahan masukan dalam mendesain model awal pembelajaran praktik mengajar yang dapat meningkatkan kompetensi pedagogik mahasiswa.

2. Menyusun Rancangan Awal

Berdasarkan pertimbangan hasil studi pendahuluan, langkah selanjutnya adalah bekerjasama dengan pihak program studi, dosen pembimbing lapangan dan guru pamong untuk menyusun rancangan awal model pembelajaran praktik mengajar yang meliputi; (a) model desain perencanaan pembelajaran praktik mengajar (b) model desain implementasi pembelajaran praktik mengajar(c) model desain evalusi pembelajaran praktik mengajar, sampai menghasilkan model hipotetik.


(35)

3. Ujicoba Terbatas

Uji coba terbatas merupakan mengembangan rancangan awal model yang dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip penelitian tindakan kelas (Kurt Lewin dalam McNiff, 1995). Ia menggambarkan penelitian tindakan sebagai serangkaian langkah yang membentuk spiral. Setiap langkah memiliki empat tahap, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Secara visual, tahap-tahap tersebut dapat disajikan pada gambar berikut ini;

Bagan 3.2; Siklus Pengembangan Model

Bagan tersebut menggambarkan langkah-langkah mengembangan model saat ujicoba terbatas berdasarkan siklus (a) perencanaan, (b) pelaksanaan, (c) observasi, dan (d) refleksi kemudian memperbaiki perencanaan kembali (redesign) berdasarkan hasil refleksi. Hal ini dilakukan sampai mendapatkan model yang sempurna. Selama uji coba berjalan, selalu diadakan monitoring secara cermat sehingga diperoleh bahan untuk refleksi dan penyempurnaan pada uji coba berikutnya.

planning

reflecting acting

planning

reflecting

observing observing

acting


(36)

4. Evaluasi Model

Setelah melakukan proses pengembangan model secara berulang-ulang sampai akhirnya mendapatkan model yang dianggap sempurna, maka sebelum dilaksanakan uji coba yang lebih luas, terlebih dahulu diadakan evaluasi terhadap model yang sudah dikembangkan selama ujicoba terbatas. Evaluasi model ini dilaksanakan pada kelas ujicoba terbatas yang memiliki kemampuan rata-rata artinya yang tidak terlalu mencolok di atas rata-rata atau di bawah rata-rata, dengan harapan untuk mendapatkan bukti yang jelas sebagai dasar uji validasi efektivitas pada kondisi Cukup, Baik dan Sangat baik.

5. Validasi Model

Validasi model dilakukan untuk menentukan tingkat ketepatan model hasil pengembangan, yang ditunjukkan dengan performa mahasiswa dalam menguasai kompetensi pedagogik. Oleh karena itu validasi model ini dilakukan dengan cara menganalisis peningkatan kemampuan setiap praktikan yang tergambar dari kinerja dalam mendesain RPP dan melaksanakan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran pada tiga kelompok mahasiswa dari tiga program studi yang terkatagori Cukup Baik, Baik, dan Sangat Baik.

Desain yang digunakan dalam uji validasi ini adalah desain kuasi eksperimen faktorial dengan kasus tunggal (Nana Sudjana dan Ibrahim; 2010), karena dalam penelitian ini terdapat tiga variabel atribut yaitu kelompok mahasiswa program studi PGSD berkatagori Sangat Baik, Baik, dan Cukup Baik. Ketiganya diberikan satu jenis perlakuan atau intervensi sebagai variabel bebas


(37)

yaitu suatu model pembelajaran praktik mengajar hasil pengembangan yang akan dilihat pengaruhnya terhadap kompetensi pedagogik dalam bentuk kemampuan menyusun RPP, melaksanakan pembelajaran, dan mengevaluasi pembelajaran. Untuk mengetahui efek suatu perlakuan pada desain penelitian ini Kozdin (Latipun, 1992) menggambarkannya dengan jalan membandingkan kondisi atau performa subjek antara sebelum perlakuan dengan setelah perlakuan, seperti tampak pada desain berikut ini;

Kelompok Kemampuan awal Perlakuan Kemampuan Akhir

A T1 X T2

B T1 X T2

C T1 X T2

Bagan 3.3; Desain Penelitian Kuasi Eksperimen

Keterangan:

A : Kelompok praktikan dari kampus berkatagori Sangat Baik B :Kelompok praktikan dari kampus berkatagori Baik

C :Kelompok praktikan dari kampus berkatagori Cukup Baik T1 : Kemampuan awal

X : Perlakuan model pembelajaran praktik mengajar hasil pengembangan T2 : Kemampuan akhir


(38)

D.Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada program S1 PGSD di empat kampus yang bisa mewakili kondisi-kondisi kampus lainnya, yaitu PGSD Universitas Lampung, PGSD UPI kampus Bumi Siliwangi dan PGSD UPI kampus Cibiru, serta PGSD UPI kampus Sumedang. Faktor lain yang menjadi dasar pemilihan lokasi ini adalah pertimbangan biaya dan keterjangkauan lokasi, tetapi tidak mengenyampingkan aspek penting lainnya, misalkan memperhatikan kriteria yang ditetapkan oleh Direktoran Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) tentang seleksi penyelenggaraan program studi melalui Program Hibah Kompetisi (PHK) PGSD-A untuk menyiapkan guru-guru SD pada daerah khusus dan PHK PGSD-B untuk menyiapkan guru-guru SD umumnya. Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini termasuk dua dari tujuh lembaga yang memenangkan hibah tersebut sehingga secara resmi sejak tahun akademik 2006/2007 mulai menyelenggarakan program studi S1 PGSD Reguler.

Sampel penelitian dan pengembangan ini adalah mahasiswa yang sedang mengikuti praktik mengajar di sekolah dan subjek penelitian pendukung lainnya adalah ketua program studi S1 PGSD FKIP Unila, Ketua program studi S1 PGSD FIP UPI kampus Bumi Siliwangi, Ketua program studi S1 PGSD FIP UPI kampus Cibiru, dan Ketua program studi S1 PGSD FIP UPI kampus Sumedang, Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) , dan Guru Pamong (GP) pada keempat PGSD tersebut.

Memperhatikan jumlah subjek penelitian yang terlibat pada kegiatan praktik mengajar cukup banyak, maka pada kegiatan prasurvey yang melibatkan


(39)

guru pamong dan mahasiswa ditetapkan dengan menggunakan teknik random sampling.

Tabel 3.1; Sampel Penelitian Tahap Prasurvey

No PROGRAM S1 PGSD JUMLAH

Kaprodi DPL GP Mahasiswa

1. Unila Kampus Daerah Metro

1 10 40 65

2 UPI Kampus Induk Bumi Siliwangi

1 14 56 93

3 UPI Kampus Daerah Cibiru

1 28 59 98

4 UPI Kampus Daerah Sumedang

1 11 44 59

Jumlah 4 63 199 315

Dengan menggunakan taraf signifikansi 5 % menurut penghitungan Tabel Krecjie (Sugiyono, 2001) dalam menentukan sampel guru pamong maka diperoleh sampel penelitian 36 orang untuk kampus Unila, kampus Bumi Siliwangi 48 orang , kampus Cibiru 51 orang , dan kampus Sumedang 40 orang, sehingga total sampel penelitian guru pamong dari empat kampus berjumlah 175 orang. Penentuan Sampel penelitian dilakukan secara rendom yaitu dengan cara memilih sampel sesuai dengan jumlah yang diperlukan dari jumlah keseluruhan dengan menggunakan teknik undian.

Untuk menentukan sampel mahasiswa digunakan teknik sampling dan penghitungan yang sama dan diperoleh jumlah subjek penelitian; untuk kampus Unila 55 orang, kampus Bumi Siliwangi 75 orang, kampus Cibiru 78 orang, dan kampus Sumedang 51 orang. Jumlah sampel keseluruhan mahasiswa menjadi 259 orang.


(40)

Sedangkan pada tahap pengembangan dan uji validitas model, penetapan sampel dilakukan secara purposive random sampling seperti terlihat pada tabel di bawah ini;

Tabel 3.2; Sampel Penelitian Tahap Ujicoba dan Validasi Model

No Program Studi Jumlah Keterangan

Kaprodi DPL GP MHS. 1 Unila Kampus

Metro Kelompok A

1 1 4 6 Ujicoba

terbatas 2 UPI Kampus

BumiSiliwangi

1 Kelompok Praktikan SDN

Suntenjaya 2

1 4 6 Ujicoba

luas Kelompok Praktikan SDN

7 lembang

1 4 7 Uji

validasi 3. UPI Kampus Cibiru 1

Kelompok praktikan SDN Ciporeat 3

1 4 6 Ujicoba

luas Kelompok praktikan SDN

Ciporeat 4

1 4 6 Uji

validasi 4. UPI Kampus Sumedang 1

Kelompok praktikan SDN Gajah Depa

1 4 6 Ujicoba

luas Kelompok praktikan SDN

Cimalaka II

1 4 6 Uji

validasi

Jumlah 4 7 28 37 7

Penentuan sampel untuk tahap pengembangan dan uji validasi dilakukan dengan teknik sampling pertimbangan (purposive sampling), yaitu teknik sampling nonrandom yang ditentukan berdasarkan pertimbangan peneliti (Hasan, 2002). Sedangkan sampel penelitian untuk uji coba terbatas melibatkan kelompok A mahasiswa praktikan pada kampus Unila yang terdiri dari enam orang mahasiswa serta satu orang dosen pembimbing lapangan dan empat orang guru pamong yang aktif membimbing mahasiswa praktikan di sekolahnya. Hal ini


(41)

1. Pertimbangan Penentuan Lokasi

Penentuan lokasi penelitian ditetapkan untuk mendapatkan data baik pada tahap prasurvey, uji coba secara terbatas, luas, dan uji validasi model. Tahap prasurvey dilaksanakan pada program studi S1 PGSD Unila, program studi S1 PGSD UPI kampus Bumi Siliwangi, kampus Cibiru, dan kampus Sumedang, dengan harapan dapat memperoleh data yang lebih komprehensif.

Sedangkan tempat uji coba terbatas lebih didasari beberapa pertimbangan peneliti di antaranya adalah kondisi LPTK yang memenuhi katagori sedang artinya memiliki karakteristik yang lebih mendekati kondisi Sangat Baik atau Cukup Baik sebagai dasar untuk ujicoba yang lebih luas. Di samping itu perhatian dari ketua program studi yang didukung oleh segenap dosen pada program S1 PGSD secara sungguh-sungguh memfasilitasi pelaksanaan penelitian dan pengembangan ini serta dukungan sekolah mitra dengan segenap guru pamongnya. Dosen pembimbing lapangan yang sekaligus ketua program studi ini memiliki latar belakang pendidikan S3 serta sudah memiliki pengalaman membimbing mahasiswa praktikkan semester VIII selama dua angkatan menjadi dukungan positif tersendiri untuk kelancaran penelitian dan pengembangan ini.

Sekolah Dasar (SD) yang ditetapkan sebagai tempat ujicoba terbatas adalah salah satu sekolah mitra yaitu SDN 6 Metro Barat Kota Metro Propinsi Lampung yang sangat kondusif untuk melakukan inovasi pendidikan termasuk pengembangan model praktik mengajar karena didasari oleh beberapa pertimbangan, di antaranya (1) Jumlah guru pamong di SD yang menjadi subjek semuanya berlatar belakang pendidikan S1 dengan masa kerja lebih dari 20 tahun.


(42)

Mereka sudah memiliki pengalaman membimbing praktikkan S1 PGSD sejak tahun 2010 yaitu ketika angkatan pertama mahasiswa program S1 PGSD Unila melaksanakan praktik mengajar dan tahun 2012 adalah periode yang ke tiga, (2) kondisi sarana belajar dan gedung sekolah sangat baik dengan tata letak yang sangat strategis untuk belajar serta jumlah ruang belajar yang cukup (3) memiliki 17 rombongan belajar sehingga mahasiswa praktikan selalu memiliki kesempatan yang cukup baik tanpa harus menunggu secara bergiliran untuk mengadakan praktik mengajar.

Gambaran jumlah rombongan belajar pada SDN 6 Metro Barat Kota Metro dapat dilihat pada tabel di bawah ini;

Tabel 3.3; Rombel Sekolah Mitra Tempat Ujicoba Terbatas

KELAS PARALEL JUMLAH SISWA

1 A B C 30 31 31 2 A B C 30 29 27

3 A

B

37 34

4 A

B C 31 30 31 5 A B C 28 31 27 6 A B C 30 29 27

(4) memiliki kelengkapan sarana belajar di dalam dan di luar kelas yang sangat baik dan lengkap.


(43)

Penentuan lokasi untuk uji coba yang lebih luas dan uji validasi dilaksanakan pada Program Studi S1 PGSD UPI kampus Bumi Siliwangi, kampus Cibiru, dan Kampus Sumedang dengan pertimbangan ketiga kampus ini memiliki kondisi yang lebih representatif untuk kondisi kampus PGSD lainnya.

2. Pertimbangan Jumlah Kelompok Praktikan

Fokus penelitian dan pengembangan ini adalah mengembangkan suatu model pembelajaran praktik mengajar yang dapat meningkatkan kompetensi pedagogik mahasiswa calon guru. Oleh karena itu menentukan satu kelompok praktikan yang menjadi subjek penelitian untuk uji coba terbatas maupun uji coba yang lebih luas atau uji validasi untuk melihat efektivitas model pembelajaran praktik mengajar didasari oleh pertimbangan bahwa kemampuan yang harus diamati pada setiap praktikan meliputi semua indikator kompetensi pedagogik secara kompleks.

Subjek penelitian untuk uji luas pun dilakukan dengan teknik sampling pertimbangan (purposive sampling) pada tiga kelompok praktikan program S1 PGSD UPI, masing-masing berada di kampus induk Bumi Siliwangi, kampus daerah Cibiru dan kampus daerah Sumedang dengan melibatkan dosen pembimbing lapangan dan guru pamong yang membimbing mahasiswa praktikan di masing-masing kelompok tersebut seperti yang dapat dilihat pada tabel 3.2 di atas.


(44)

3. Pertimbangan lokasi uji coba yang lebih luas dan validitas model

Pada dasarnya ketiga kampus yang menjadi lokasi yang lebih luas dan uji validitas model ini berada dalam satu lembaga pendidikan tinggi yaitu Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dengan menggunakan kebijakan dan sistem pengelolaan yang sama, namun tidak menutup mata bahwa ketiganya memiliki kondisi yang berbeda, baik berkenaan dengan kualifikasi dosen maupun aspek sarana dan prasarana.

a. Program Studi S1 PGSD Kampus Bumi Siliwangi sebagai kampus induk dimulai sejak tahun 2002 dengan izin operasional No. 914/D/T/2002. Didukung oleh dosen tetap dan dosen tidak tetap lainnya berasal dari berbagai jurusan dan Program Studi di lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia yang diserahi tugas untuk memberikan kuliah sesuai dengan kebutuhan sebaran mata kuliah yang ditetapkan pada kurikulum PGSD. Berdasarkan kualifikasi pendidikan dosen pada prodi PGSD Bumi Siliwangi Persentase Doktor 30% dan Magister 70%.

Prodi PGSD kampus Bumi Siliwangi terletak ditengah kampus UPI Bumi Siliwangi yang berdekatan dengan perpustakaan Pusat, Lembaga pengabdian pada masyarakat, Balai Bahasa, Gedung FP MIPA. Gedung tempat PGSD Bumi Siliwangi berdekatan pula dengan sekolah dasar percobaan (SDP) Universitas Pendidikan Indonesia.

Saat ini prodi PGSD Bumi Siliwangi memiliki ruang 6 kuliah. Jumlah luas efektif keseluruhan ruang kuliah adalah 660 m2 dengan daya tampung mahasiwa sebanyak 300 orang. Semua ruang kuliah sudah menggunakan White board, sedangkan OHP/LCD dibawa secara langsung ketika akan kuliah. Perpustakaan


(45)

PGSD Bumi Siliwangi terintregrasi dengan perpustakaan pusat UPI. Perpustakaan memiliki koleksi 61.850 judul atau 163.969 eksemplar buku yang berasal dari pembelian dan sumbangan berlangganan sekitar 155 jurnal ilmiah berbahasa inggris untuk berbagai bidang ilmu pendidikan dan berbagai bidang ilmu pendidikan dan berbagai bidang ilmu pendidikan dan pendidikan disiplin ilmu, 271 jurnal ilmiah berbahasa Indonesia serta CD-ROM ERIC (Education Resources information Center).

Keadaan Asrama PGSD FIP UPI gedung berlantai dua, dapat dikatakan terawat dengan baik. Penataan asrama mahasiswa terus dilakukan oleh UPI secara bertahap dalam rangka pencapaian keseimbangan antara kebutuhan mahasiswa dan jumlah ruang yang tersedia.

b. Program S1 PGSD UPI kampus Cibiru

Program S1 PGSD UPI kampus Cibiru secara resmi penyelenggaraannya ditetapkan melalui Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Depatemen Pendidikan Nasional No. 914/DIKTI/Kep/2002, tetapi mulai menerima mahasiswa program S1 reguler yaitu pada tahun 2005.

Berdasarkan kualifikasi pendidikan dosen pada prodi PGSD UPI Kampus Cibiru Persentase Doktor 10,3% , Magister 79,3% dan Sarjana 10,3%. Saat ini prodi PGSD UPI Kampus Cibiru memiliki 15 ruang kuliah. Jumlah luas efektif keseluruhan ruang kuliah adalah 840 m2 dengan daya tampung mahasiwa sebanyak 1.280 orang lengkap dengan laboratorium pengajaran mikro, laboratorium IPA, laboratorium IPS, laboratorium Bahasa, ruang bimbingan konseling, asrama mahasiswa, dan poliklinik. Semua ruang kuliah sudah


(46)

menggunakan White board, sedangkan OHP/LCD dibawa secara langsung ketika akan kuliah. Perpustakaan memiliki koleksi 1060 judul buku teks atau 11801 eksemplar copy yang berasal dari pembelian dan sumbangan berlangganan, terdapat 567 Skripsi/tesis, satu eksemplar proseding, dan satu eksemplar disertasi.

c. Program Studi PGSD Guru Kelas Kampus Sumedang

Program S1 PGSD Guru Kelas Kampus Sumedang didirikan berdasarkan SK Rektor tanggal 13 April 2006 dengan No. 2142/J33/PP.03.02/2006.didukung oleh kualifikasi terakhir dosen 7 % Doktor, 71 % Magister, dan 22 % Sarjana. Kampus ini memiliki 16 ruang kulian dengan Jumlah luas efektif keseluruhan ruang kuliah adalah 800 m2 dengan daya tampung mahasiwa sebanyak 425 orang lengkap dengan laboratorium pengajaran mikro, laboratorium IPA, laboratorium IPS, laboratorium Bahasa. Semua ruang kuliah sudah menggunakan White board, sedangkan OHP/LCD dibawa secara langsung ketika akan kuliah. Perpustakaan memiliki koleksi 4500 judul buku teks termasuk skripsi dan disertasi.

Data tersebut menggambarkan bahwa ketiga program studi S1 PGSD di atas memiliki beragam kondisi baik secara fisik maupun nonfisik. Hal ini pula yang menjadi dasar pertimbangan peneliti untuk menjustifikasi katagorial program studi tersebut dalam pengembangan model pada tahap uji coba secara luas dan uji validasi. Berdasarkan data tersebut, maka peneliti menetapkan program studi S1 PGSD UPI kampus Bumi Siliwangi sebagai program studi S1 PGSD berkatagori Sangat Baik, kampus Cibiru sebagai program studi S1 PGSD


(47)

berkatagori Baik, dan program studi S1 PGSD Sumedang sebagai program studi S1 PGSD berkatagori Cukup Baik.

E.Teknik Pengumpulan Data

Fokus dari penelitian ini meliputi tiga hal, yaitu (1) kondisi pembelajaran praktik mengajar yang sedang berlangsung di PGSD. Hal ini merupakan bagian dari sasaran prasurvey, (2) pengembangan model pembelajaran praktik mengajar, dan evaluasi model (3) validasi model hasil pengembangan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan kebutuhan pada tiap tahap penelitian. Pada tahap prasurvey digunakan angket untuk menggali informasi dari dosen pembimbing lapangan, guru pamong dan mahasiswa praktikan, serta analisis dokumen untuk mengungkap data prestasi hasil praktik mengajar dan panduan praktik mengajar yang selama ini digunakan serta dilengkapi dengan pedoman wawancara untuk menggali informasi dari ketua program studi.

Pada tahap pengembangan model, yang lebih utama digunakan pedoman observasi untuk mengetahui kemampuan praktik mengajar dan kemampuan merefleksi baik yang berkenaan dengan desain pembelajaran maupun implementasi dan evaluasi pembelajaran. Kemudian pada tahap uji validasi digunakan pedoman observasi untuk mengamati kemampuan praktik mengajar dan kemampuan merefleksi.

1. Angket

Untuk mengungkap data pada tahap prasurvey disusun dua jenis angket (a) angket untuk dosen pembimbing lapangan dan guru pamong yang di dalamnya


(48)

berisi 16 item, dan (b) angket untuk mahasiswa yang di dalamnya berisi 17 item. Angket untuk dosen pembimbing lapangan dan guru pamong dimaksudkan untuk mengungkap aspek-aspek desain pembelajaran praktik mengajar, tujuan praktik mengajar, proses dan teknik pembimbingan, serta evaluasi praktik mengajar. Sedangkan angket untuk mahasiswa mengungkap aspek-aspek tujuan praktik mengajar, proses meningkatkan kemampuan praktik mengajar, upaya mengatasi masalah praktik mengajar. Angket ini berisi item-item pertanyaan berstruktur dan pertanyaan terbuka secara gabungan. Hal ini dimaksudkan agar responden dapat memberikan jawaban secara lebih leluasa termasuk dapat menulis sendiri jawabannya jika ternyata alternatif yang disediakan belum mewakili jawaban yang tepat. Secara lengkap kedua angket tersebut dapat dilihat pada lampiran.

Item yang ditanyakan pada angket tersebut hanya bersifat informatif dari pendapat responden yang diturunkan dari kisi-kisi instrumen sehingga hanya perlu dilakukan ujicoba keterbacaan. Uji coba keterbacaan ini dilakukan pada mahasiswa S1 PGSD Unila semester VI. Sedangkan uji coba keterbacaan angket untuk dosen pembimbing lapangan dan guru pamong dilakukan pada dosen dan guru pamong yang semester ini tidak mendapatkan tugas untuk membimbing praktik mengajar.

2. Pedoman observasi

Pedoman observasi digunakan pada tahap pengembangan model dan uji validasi. Pada tahap ini dilakukan observasi langsung oleh guru pamong terhadap aktivitas praktik mengajar mahasiswa yang sebenarnya di dalam kelas. Pedoman observasi ini berisi Instrumen Penilaian Kemampuan Calon Guru I (IPKCG 1)


(49)

yaitu instrumen untuk mengetahui kemampuan mahasiswa praktikan dalam menyusun Rencana atau desain pembelajaran dan Instrumen Penilaian Kemampuan Calon Guru 2 (IPKCG 2) yaitu instrumen untuk mengetahui kemampuan mahasiswa praktikan dalam melaksanakan pembelajaran. IPKCG 1 dan 2 ini memiliki rentangan skor 1 sampai 4. Artinya angka pada rentang nilai 1 jika kemampuan Mhs. Kurang, nilai 2 jika kemampuan Mhs. Cukup, nilai 3 jika kemampuan Mhs. Baik , dan nilai 4 jika kemampuan Mhs. Baik sekali. Selain IPKG 1 dan 2 yang digunakan untuk mengetahui kemampuan mahasiswa praktikan dalam mendesain dan melaksanakan pembelajaran, pada tahap ini juga digunakan alat penilaian reflektif untuk mengetahui kemampuan mahasiswa praktikan dalam merefleksi pengalamannya yang berkenaan dengan mendesain dan melaksanakan serta mengevaluasi pembelajaran. Alat ini digunakan oleh peneliti untuk mengetahui kemampuan reflektif mahasiswa dalam rangka menyempurnakan kemampuan mendesain, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran. Alat penilaian reflektif pun memiliki rentangan skor 1 sampai 4, selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

3. Analisis dokumen dan portofolio

Analisis dokumen digunakan pada tahap prasurvey dengan maksud untuk mengumpulkan informasi sebagai pelengkap data yang berkenaan dengan panduan praktik mengajar yang selama ini digunakan di PGSD, laporan praktik mengajar yang disusun oleh mahasiswa praktikan, dan rekapitulasi nilai praktik mengajar selama mahasiswa melaksanakan program ini di sekolah, serta kinerja mahasiswa praktikan dalam menyusun desain pembelajaran. Analisis dokumen


(50)

sangat penting dan bermanfaat untuk mendapatkan kesempurnaan gambaran model praktik mengajar yang selama ini digunakan, sehingga peneliti mendapatkan pemahaman seutuhnya tentang model pembelajaran praktik mengajar yang sesungguhnya telah terjadi.

4. Pedoman wawancara

Wawancara sebagai teknik pengumpulan data digunakan untuk mendapatkan informasi secara lebih mendalam dari ketua program studi PGSD yang berkenaan dengan pedoman praktik mengajar, proses pelaksanaan praktik mengajar, dan evaluasi praktik mengajar.

F. Analisis Data

Metoda penelitian dan Pengembangan (Research and Development) yang digunakan dalam penelitian ini memiliki tujuan untuk menghasilkan suatu model pembelajaran praktik mengajar yang dapat meningkatkan kompetensi pedagogik mahasiswa PGSD, maka untuk mendapatkan informasi yang sempurna selama proses penelitian ini dikumpulkan dua jenis data yaitu yang bersifat kuantitatif dan kualitatif.

Pada tahap prasurvey data utama yang digunakan bersifat kuantitatif, diungkap melalui angket kemudian diolah dengan menggunakan statistik sederhana yaitu persentase (%) sehingga diperoleh gambaran kecenderungan mengenai model pembelajaran yang selama ini digunakan di lapangan.

Pada tahap pengembangan model data yang diutamakan bersifat kualitatif yaitu berbentuk tanggapan, pendapat, dan masukan dari guru pamong, dosen


(51)

pembimbing lapangan, dan mahasiswa praktikan mengenai penggunaan model pembelajaran praktik mengajar yang dikembangkan. Agar mendapatkan gambaran yang utuh, objektif, dan komprehensif maka pada setiap siklus pengembangan ini dilakukan analisis dengan strategi triangulasi. Sedangkan data kuantitatif yang diperoleh dari IPKCG 1 dan 2 pada tahap ini hanya berfungsi sebagai penguat data kualitatif.

Tahap validasi model dilakukan melalui studi semacam eksperimen atau eksperimen semu (quasi experiment), yaitu dengan cara membandingkan skor kemampuan awal mahasiswa dalam menguasai kompetensi pedagogik atau sebelum menggunakan model pembelajaran hasil pengembangan dengan kemampuan akhir mahasiswa yaitu setelah menggunakan model pembelajaran hasil pengembangan. Data yang diperoleh akan memberikan gambaran apakah setelah menggunakan model hasil pengembangan terjadi peningkatan (gain) kompetensi pedagogik mahasiswa secara signifikan. Data yang digunakan untuk uji validasi ini bersifat kuantitatif yang diperoleh melalui observasi terhadap kemampuan mahasiswa program studi PGSD berkatagori Sangat Baik, Baik, dan Cukup Baik dengan menggunakan Instrumen Penilaian Kemampuan Calon Guru (IPKCG 1) berkenaan dengan merancang pembelajaran dan Instrumen Penilaian Kemampuan Calon Guru (IPKCG 2) berkenaan dengan melaksanakan pembelajaran.

Sesuai dengan karakteristik sampel dan sifat data yang dikumpulkan pada tahap uji validasi ini, maka untuk membuktikan tingkat akurasi hasil penelitian, penulis menganalisis data penguasaan kompetensi pedagogik mahasiswa dengan


(52)

menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test. Untuk itu terlebih dahulu dirumuskan dua buah hipotesis, yaitu:

1. Hipotesis nol (H0), = tidak ada perbedaan kompetensi pedagogik mahasiswa antara sebelum menggunakan MP2MR dan setelah menggunakan MP2MR. Dengan kata lain MP2MR sebagai perlakuan khusus dalam praktik mengajar ternyata tidak efektif untuk meningkatkan kompetensi pedagogik mahasiswa.

2. Hipotesis kerja (H1) = terdapat perbedaan kompetensi pedagogik antara sebelum menggunakan MP2MR dan setelah menggunakan MP2MR. Artinya jika terdapat peningkatan (gain) kompetensi pedagogik setelah diberi perlakuan MP2MR maka MP2MR dipandang efektif untuk meningkatkan kompetensi pedagogik mahasiswa.

Karena penulis menggunakan tingkat signifikansi 95% (α= 0.05), maka H0 akan diterima jika nilai α > 0,05. Sebaliknya, jika nilai α ≤ 0.05 maka H0 akan ditolak dan H1 akan diterima. Daerah penerimaan dan penolakan hipotesis digambarkan pada grafik di bawah ini;

Grafik 3.1;

Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis nol (H0) Tolak H0 Terima H0


(53)

Dengan bantuan program SPSS, dilakukan analisis non-parametric test dengan two related samples yang kemudian dapat menghasilkan tabel mean rank, nilai absolut Z, dan tingkat signifikansi (α) sebagai patokan penolakan atau penerimaan hipotesis.


(54)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Simpulan

Berdasarkan temuan dan bahasan hasil penelitian yang disajikan pada bab sebelumnya dapat ditarik simpulan sebagai berikut;

1. Model pembelajaran praktik mengajar yang selama ini digunakan di lapangan

a. Desain Perencanaan

Model pembelajaran praktik mengajar yang selama ini digunakan di lapangan hanya berbentuk panduan teknis dan tidak menjadi operasionalisasi dari kurikulum LPTK. Oleh karena itu panduan ini tidak dapat memberikan arah pembelajaran dan evaluasi praktik mengajar secara jelas.

b. Desain Implementasi

Pembelajaran praktik mengajar yang digunakan di lapangan selama ini tidak dilandasi Satuan Acara Perkuliahan (SAP) sebagai opersionalisasi dari Visi, misi, dan tujuan program pendidikan guru, maka secara substantif pelaksanaan pembelajaran pun tidak memiliki arah yang terprogram secara jelas. Pelaksanaan pembelajaran praktik mengajar memiliki ruang lingkup tentang sejumlah dan jenis tugas yang harus dilaksanakan oleh mahasiswa mulai tahap orientasi untuk mengenal lingkungan sekolah sampai menyusun RPP dan melaksanakan pembelajaran pada tahap terbimbing, mandiri dan evaluasi. Selama proses praktik mengajar tugas Dosen Pembimbing Lapangan dan Guru Pamong hanya sebagai pemberi saran (advicer) manakala mahasiswa menghadapi masalah.


(55)

c. Desain Evaluasi

Desain evaluasi yang digunakan selama praktik mengajar tidak menggambarkan haasil penguasaan kompetensi pedagogik secara jelas. Bahkan target praktik mengajar yang difahami oleh mahasiswa adalah ketercapaian jumlah praktik. Mahasiswa mengakhiri praktik mengajar bukan didasarkan pada tingkat penguasaan pedagogik secara penuh tetapi sangat tergantung pada jadwal yang tertera di panduan secara bersama-sama. Berdasarkan evaluasi seperti ini maka tingginya frekwensi praktik mengajar tidak memiliki hubungan yang berarti dengan kuantifikasi skor hasil belajar yang diperoleh mahasiswa.

2. Model pembelajaran praktik mengajar hasil pengembangan

a. Desain perencanaan MP2MR

Desain perencanaan MP2MR memiliki sejumlah komponen, Pertama; komponen tujuan yang meliputi standar kompetensi dan indikator. Standar kompetensi ini lahir dari tujuan LPTK sebagai tujuan akhir yang secara penuh harus dicapai oleh semua mahasiswa dan tujuan sementara menggambarkan indikasi keberhasilan sebagai perantara untuk mencapai tujuan akhir tersebut.Tujuan sementara ini didasarkan pada pengalaman (experiental learning) setiap mahasiswa secara individual. Kedua tujuan ini berperan sebagai kendali dalam memilih pengalaman belajar, mengorganisir pengalaman belajar dan mengevaluasi keberhasilan tujuan yang pada akhirnya bermuara pada peningkatan kompetensi pedagogik.


(56)

Kedua; Komponen pengalaman belajar, MP2MR memandang bahwa

praktik mengajar merupakan mata kuliah yang bersifat implementatif, dan bertumpu pada pembentukan performa sebagai wujud peningkatan kompetensi secara praktis. Oleh karena itu dalam menentukan pengalaman belajar mahasiswa, MP2MR menyiapkan suatu aktivitas yang dapat berperan sebagai alat untuk meningkatkan kompetensi pedagogik yaitu dengan mengidentifikasi kelemahan kompetensi pedagogik yang masih terdapat pada mahasiswa.

Ketiga; Komponen organisasi pengalaman belajar; Pengalaman belajar

tersebut tidak terjadi hanya begitu saja tetapi harus diorganisir sehingga menghasilkan perubahan secara praktis dan konstruktif. Karena bagaimanapun kondisinya, peningkatan profesionalisme merupakan kebutuhan yang harus dipelajari dan dikembangkan secara terus menerus. Organisasi pengalaman belajar ini meliputi langkah-langkah; orientasi - menemukan masalah - merumuskan masalah - menentukan alternatif solusi - mengembangkan ide untuk memecahkan masalah - mendesain solusi pemecahan masalah.

Keempat; Komponen evaluasi; MP2MR memfungsikan evaluasi proses

dan evaluasi produk secara seimbang. Evaluasi produk dijadikan sebagai dasar perbaikan proses pembelajaran sedangkan evaluasi proses digunakan untuk melihat konsistensi antara rencana perbaikan dan dampaknya pada hasil belajar.

Evaluasi proses difokuskan pada dua aktivitas, pertama; ketika mahasiswa melaksanakan tahap-tahap pembelajaran berpikir reflektif mulai dari cara mahasiswa menemukan masalah sampai mengkonstruk solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Kedua; ketika mahasiswa melaksanakan praktik mengajar


(57)

sebagai tindak lanjut dari aktivitas pertama. Sedangkan Evaluasi produk ditekankan pada kinerja tentang desain perbaikan RPP dan pembelajaran, bukti perbaikan RPP, dan bukti peningkatan kompetensi yang dijaring melalui IPKG.

b. Desain Implementasi

Implementasi MP2MR menjadikan praktik mengajar sebagai salah sub komponen dari komponen yang lebih luas. Sub komponen lain yang sama pentingnya adalah aktivitas berpikir reflektif, monitoring, dan analisis hasil monitoring, serta evaluasi hasil reflektif. Pada MP2MR, mahasiswa melaksanakan pembelajaran mulai dari mempersiapkan RPP, melaksanakan pembelajaran di kelas atau di luar kelas, serta melaksanakan evaluasi bukan hanya merujuk kepada kurikulum SD, tetapi juga merupakan tindak lanjut dari upaya refleksi yang dilaksanakan bersama dosen dan guru pamong.

Langkah-langkah refleksi ini meliputi; 1) Orientasi

2) Menemukan masalah 3) Merumuskan masalah

4) Menentukan alternatif solusi masalah.

5) Mengembangkan ide untuk memecahkan masalah. 6) Mendesain solusi pemecahan masalah.

c. Desain Evaluasi

Model Pembelajaran Praktik Mengajar Reflektif, menggunakan desain evaluasi yang lebih mengutaman proses, hal itu diperoleh ketika mahasiswa


(58)

berupaya melaksanakan setiap langkah berpikir reflektif mulai dari menemukan masalah, merumuskan masalah, menentukan alternatif solusi, mengembangkan ide untuk memecahkan masalah sampai akhirnya mendesain solusi yang berdampak pada perbaikan RPP dan tindakan pembelajaran pada tugas praktik mengajar selanjutnya.

Model ini memiliki orientasi yang bertumpu pada terjadinya peningkatan kompetensi pedagogik mahasiswa dalam bentuk performa melalui pembelajaran reflektif yang dibimbing oleh langkah-langkah berpikir ilmiah. Oleh karena itu penilaian dilakukan pada setiap tahapan tindakan refleksi dan tindakan praktik mengajar yang dilakukan oleh mahasiswa dengan menggunakan pedoman observasi.

3. Efektivitas Model Pembelajaran Praktik Mengajar Hasil Pengembangan

Hasil analisis uji Wilcoxon Signed Ranks Test dalam penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan MP2MR sebagai perlakuan khusus dalam praktik mengajar secara efektif berpengaruh terhadap kenaikan kompetensi pedagogik pada semua kelompok mahasiswa program S1 PGSD baik yang berkatagori Sangat Baik, Baik, dan Cukup Baik. Hal ini ditunjukkan dengan kenaikan skor kompetensi pedagogik pada semua mahasiswa secara signifikan.

B.Dalil-dalil Hasil Penelitian

Terdapat sejumlah dalil yang dihasilkan dari penelitian ini;

1. Pola pembelajaran yang menarik akan menghasilkan perubahan perilaku yang beragam dan pada akhirnya dapat membentuk kompetensi secara utuh.


(1)

optimal pada setiap mahasiswa walaupun konsekwensinya setiap mahasiswa akan membutuhkan waktu yang berbeda-beda.

3. Sekolah Mitra

Sekolah mitra atau sekolah tempat mahasiswa berpraktik memiliki andil yang besar dalam melaksanakan perannya sebagai partner program studi PGSD. MP2MR menekankan pentingnya kemampuan berpikir reflektif dalam mendukung peningkatan kompetensi pedagogik harus didukung oleh guru pamong yang profesional baik dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru maupun dalam mengembangkan profesinya melalui penelitian-penelitian yang selama ini menuntut pengembangan berpikir ilmiah. Untuk itu sekolah mitra harus menyeksi guru-guru bukan berdasarkan lamanya masa kerja atau senioritas dari aspek usia tetapi yang dapat memenuhi karakteristik di atas.

4. Peneliti

Model ini berhasil dikembangkan pada Program Studi S1 PGSD reguler yang selama ini menggunakan model konkuren dalam pengembangan pendidikian guru. Akan tetapi seiring dengan dibukanya beragam sifat dan jalur program studi ini, maka disarankan untuk peneliti berikutnya agar mengembangkan MP2MR pada program-program baru, misalnya pada Program Pendidikan Guru (PPG) yang menggunakan model konsekutif, atau pada program pendidikan guru dalam jabatan (inservice training) atau bahkan pada program


(2)

DAFTAR BACAAN

Ansyar. (2006). Pemantapan Fungsi LPTK dalam Pendidikan Prajabatan Tenaga Kependidikan. Forum Pendidikan Universitas Negeri Padang.

Arends, R.L. (2001). Learning to Teach. New York: Mc Graw Hill Companies, Inc.

Arends, R.L.,Masla, J.A.,Weber, W.A., (1971). Handbook for the Development of Instructional Modules In Competency-Based Teacher Instructional Program. New York: Cyracuse Center for teh Study of Teaching.

Arikunto, Suharsimi. (2011). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Bandura, A.,& Walter, R.H. (1963) Social Learning and Personality Development. New York: Holt, Rinehart, and Winston.

Bejo. (2006) . Kualitas LPTK. [online] Tersedia:

http://202.169.46.231/News/2006/01/06/Kesra/kes01.htm

Borg, Walter R. & Gall, Meredith Damien. (2006). Educational Research An Introduction. New York: Longman Inc.

Casey, C. E. (2007). The relationships among teacher education admission criteria, practice teaching, and teacher candidate preparedness.

Unpublished dissertation, Ontario Institute for Studies in Education of the University of Toronto.

Cooper, James M. (1990). Classroom Teaching Skills. Lexington,Massachusetts Toronto. D.C. Heath and Company.

Creswell, John W. Research. (2009). Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. California: Sage Publications.

Dewey, J. (1964). How We Think, A Restatement of the Relation of Reflective Thinking to the Education Process. Chicago: Henry Regne.

Dunkin, M. J., & Biddle, B. J. (1974). The Study of Teaching. New York: Holt, Rinehart, and Winston.

Elam, Stanley (1971). Performance Based Teacher Education: What is the State of the Art?, Washington DC: American Association of Colleges of Teacher


(3)

Furqon. (2010). Over Supply Guru Lulusan S1 LPTK. [oline] Tersedia:

http://www.scribd.com/doc/52994635/Talkshow-HMJ-KSDP-27-April-2011

Gaffar, M. Fakry. (2005). Profesionalisasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Bandung : Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Grossman, P. (1990). The making of a teacher. New York: Teachers College

Press.

Hamon, Linda Darling. (2006). Powerful Teacher Education. San Francisco: John Wiley & Son.

Hamon, Linda Darling. (2005).Preparing Teacher for A Changing World. San Francisco: john Wiley & Son.

Hansen. (1998). Preparing student teachers for curriculum-making. Journal of Curriculum Studies.Routledge:Volume 30. Pg 165-179.

Hasan, M.I. (2002). Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Herpratiwi. (2008). Studi Evaluasi Kinerja PPL Mahasiswa PGSD. Bandar Lampung: Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pembelajaran. Unila

Hill, Winfred, F. (1990). Learning: A Survey of psychological Interpretations.

New York: Harper Collins Publisher.

Holmes, Lin. (1992). Understanding Professional Competence. Institute of Personel Management at UMIST.

Houston, W.R. & Howsam, R.B.. (1972). Competency Based Teacher Education. Chicago: Science Research Associations

Hopkins, David. (1993). A Teacher’s Guide to Classroom Research (Second Edition). Buckingham: Open University Press.

Johnson, R. B., & Christensen, L. B. (2004). Educational research: Quantitative, qualitative, and mixed approaches. Boston, MA: Allyn and Bacon.

Joni, T. Raka. (1984). Pedoman Umum Alat Penilaian Kemampuan Guru. Jakarta: Dirjen Pendidikan Tinggi Depdikbud.

Joyce, Bruce &Weil, Marsha. (2009). Models of Teaching. New Jersey: Prentice. Hall. Inc


(4)

Kauchak, Don, & Eggen, Paul. (2011). Introduction to Teaching Becoming A professional. New Jersey: Pearson.

Khozin. (2009). Struktur dan Orientasi Kurikulum LPTK. Malang UM. Knowles, M., Holton, E. F., Swanson, R. A. (2005). The adult learner: The

definitive classic in adult education and human resource development (6th ed.). Burlington, MA: Elsevier. [online] Tersedia:

http://books.google.com/books?id=J6qGsHBj7nQC.

Kolb D. (1984). Experiential learning: experience as the source of learning and development. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall.

Korthagen, F. A. J (2001). Linking practice and theory: The pedagogy of Realistic Teacher Education.New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates.

Marsh, Colin. (2008). Becoming A Teacher; Knowledge, Skill, and Issues. Australia: pearson.

Marshall, Catherine, & Gretchen B Rossman. (1995) Designing Qualllitative Research. London: Sage Publications.

Martin, D.J. & Loomis, Kimberly S. (2007). Building Teachers; A Constructivist Approach to Introducing Education. Canada: Nelson Education, Ltd. McMillan, James H. and Schumacher, Sally. (2008). Research in Education; A

Conceptual Introduction. United States; Long Man Inc.

McNiff, Jean. (1995). Action Research; Principles and Practice. New York: Routledge.

Moon, Boom, et al. (2003). Institutional Approaches to Teacher Education within Higher Education in Europe: Current Models and New Developments. Bucharest: UNIESCO.

Musadad, Akhmad Arif.(2008). Kemampuan Guru Pemula; hasil penelitian. Surabaya: Jurnal Penelitian Paedagogia

Jilid 11, Nomor 1, Februari 2008, halaman 51 – 61 Unes.

Park, O., & Tennyson, R. D. (1987). Adaptive design strategies for selecting number and presentation order of examples in coordinate concept acquisition. Journal of Educational Psychology.Researcher. Phillips, Laurie. (1998). Scaffolding Children's Learning. Tersedia: http://www.auburn.edu/academic/education/eflt/vyg.html.


(5)

Piaget, J. (1972). The child and reality, problems of genetic psychology. New York: Penguin Books.

Pollard, A., (2005). Reflective Teaching. New York: Continuum.

Pollard, A., (1997). Reflective Teaching in Secondary Education. London: Cassell Reece, Ian & Walker, Stephen.(2009). Teaching, Training & learning. Britain:

Bussines Education Publishers.

Robert Houston dan Howard L. Jones. (1972). Competence Based Teacher Education: Progress, Problems, and Prospects. Chicago: Science Research Assiciates.

Rutter, M. Maughan, B., Mortimore, P. Outson, J., & Smith, A. (1979). Fifteen thousand hours: Secondary schools and their effects on children.

Cambridge, MA: Harvard University Press.

Saettler, P. (1990). The evolution of american educational technology . Englewood, CO: Libraries Unlimited, Inc.

Schuler, Randal S. dan Jackson, Susan E, 1(996), Manajemen Sumber Daya Manusia Menghadapi Abad ke 21, Jilid 2. Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.

Shulman, L.S. (1986). Those who understand: Knowledge growth in teaching. Educational.Educational Researcher, 15(2), 4-14.

Spencer, L.M & Spencer, S.M. (1993). Competence at work, models for superior performance. New York: John Wiley & Sons, Inc.

Stainback, Susan & Stainback, Wiliam. (1988). Understanding & Conducting Qualitative Research. Iowa: Kendall/Hunt Publishing Company.

Sudjana, nana & Ibrahim, R. (1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.

Swennen, Anja & Klink, Marcel Van Der. (2009). Becoming a Teacher Educator. Amsterdam: Springer Science & Business Media B.V.

The Finance Project (2006). Teacher Professional Development.[on-line] Tersedia: http:www/ilderness.net/library documents.pdf.1 November 2006. Tyler, Ralph W. (1950). Basic Principles of Curriculum and Instruction. Illinois:

The University of Chicago Press.


(6)

Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Universitas Pendidikan Indonesia.(2010). Re-Desain Pendidikan Profesional

Guru. Bandung: UPI.

Vygotsky, L.S. (1978). Mind in Society. Cambridge: Harvard University Press Wenting. (1993). Planning For Effective Training: A guide to Curriculum

Development. Roma: Food and Agriculture Organization of The United Nations.

Wilson, Linda. (2009). Practical Teaching A Guide to PTLLS &DLLS. Canada: Melody Dawes.

Wraag, E.C.(2008). Clasroom Teaching Skills.Nichols Publishing Company.ISBN 0-89397-186-3

Wirawan.(2002). Profesi dan Standar Evaluasi. Jakarta: Yayasan Bangun Indonesia & UHAMKA Press.

Zhang Jian.( 2006). Several Major Vocational Practical Teaching Model and Forecasting Further Research.Vocational &Technical Education Forum,(10):40-43.