BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN KESADARAN GENDER SISWA : Studi Pra Eksperimen terhadap Siswa Kelas III SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2013/2014.

(1)

140/S/PPB/2013

BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL UNTUK

MENGEMBANGKAN KESADARAN GENDER SISWA

(Studi Pra Eksperimen terhadap Siswa Kelas III SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2013/2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Oleh

ASTRI NOVITA SARI 0901662

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

Hak Cipta

Bimbingan Pribadi Sosial untuk

Mengembangkan Kesadaran

Gender Siswa

(Studi Pra Eksperimen terhadap Siswa Kelas III

SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun

Ajaran 2013/2014)

Oleh Astri Novita Sari

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Astri Novita Sari 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

ASTRI NOVITA SARI 0901662

BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN KESADARAN GENDER SISWA

(Studi Pra-Eksperimen terhadap Siswa Kelas III SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2013/2014)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing I

Prof. Dr. Ahman, M.Pd. NIP. 19590104 1985031002

Pembimbing II

Dr. Ipah Saripah, M,Pd. NIP. 19771014 2001122001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Dr. Nandang Rusmana, M.Pd. NIP. 19600501 1986031004


(4)

ABSTRAK

Astri Novita Sari. (2013). Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Kesadaran Gender Siswa. (Studi Pra Eksperimen terhadap Siswa Kelas III SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2013/2014).

Tujuan penelitian mengetahui efektivitas Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Kesadaran Gender Siswa. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan desain pre-test dan post-test design. Alat pengungkap data menggunakan Inventori Tugas Perkembangan (ITP). Populasi penelitian adalah siswa Kelas III Sekolah Dasar Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2013/2014. Jumlah subjek penelitian adalah 56 siswa yang meliputi kelas III. Analisis data dengan teknik persentase. Hasil penelitian menunjukkan bimbingan pribadi sosial efektif untuk mengembangkan kesadaran gender siswa. Struktur, komponen, dan materi bimbingan pribadi sosial dinilai layak untuk siswa kelas III. Satuan Layanan dapat langsung digunakan oleh guru BK dalam kegiatan bimbingan secara klasikal.


(5)

ABSTRACT

This paper aims to find out the effectiveness of Bimbingan Pribadi Sosial to enhance the

awareness of students’ gender. This research employed quantitative research design

involving pre-test and post-test. To reveal the data the research applied Inventori Tugas Perkembangan (ITP). The population was grade III students of elementary school of Laboratorium Percontohan UPI Bandung year 2013/2014. It involved 55 students in grade III as the subject of the research. To analyze the data percentage technique was used in this research. The result showed that Bimbingan Pribadi Sosial was effective to

enhance the awareness of students’ gender. Structure, component, and material of

Bimbingan Pribadi Sosial were suitable for the students in grade III. Satuan Layanan can directly applied by counselors in classical counseling.


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GRAFIK ... xi

DAFTAR BAGAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Struktur Organisasi Skripsi... 6

BAB II KONSEP BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL DAN KESADARAN GENDER SISWA ... 8

A. Konsep Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial... 8

B. Konsep Gender ... 14

C. Pembelajaran Tematik Integratif Kurikulum 2013... 23

D. Pengembangan Layanan Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Kesadaran Gender Siswa ... 24

E. Asumsi Penelitian ... 25

F. Hipotesis ... 26

G. Penelitian Sebelumnya ... 26

H. Kerangka Pemikiran ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 31

B. Desain Penelitian ... 31

C. Metode Penelitian ... 34


(7)

E. Instrumen Penelitian ... 37

F. Teknik Pengumpulan Data ... 38

G. Teknik Analisis Data ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50

A. Hasil Penelitian ... 50

B. Pembahasan ... 96

C. Keterbatasan Penelitian ... 104

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 105

A. Kesimpulan ... 105

B. Rekomendasi ... 105

DAFTAR PUSTAKA ... 107

DAFTAR LAMPIRAN ...110 RIWAYAT HIDUP PENULIS


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Standar Kompetensi Kemandirian Peserta Didik 19

Tabel 3.1 Kategori Skor z 42

Tabel 3.2 Interpretasi Skor Berdasarkan Kategori Kelas III-A 43 Tabel 3.3 Interpretasi Skor Berdasarkan Kategori Kelas III-B 46 Tabel 4.1 Profil Umum Kesadaran Gender Siswa Kelas III SD

Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2013/2014

50

Tabel 4.2 Hasil Analisis Tugas Perkembangan (ATP) di Kelas II-A SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2012/2013

53

Tabel 4.3 Profil Kesadaran Gender Kelas II-A SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2012/2013 Berdasarkan Kategori

55

Tabel 4.4 Hasil Analisis Tugas Perkembangan (ATP) di Kelas II-B SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2012/2013

58

Tabel 4.5 Hasil Analisis Tugas Perkembangan Aspek Kesadaran Gender di Kelas II-B SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2012/2013 Berdasarkan Kategori

59

Tabel 4.6 Rancangan Operasional Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Kesadaran Gender Siswa

68

Tabel. 4.7 Pengembangan Tema Layanan Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Kesadaran Gender Siswa Kelas III SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2013/2014

70

Tabel 4.8 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Kelas III Sekolah Dasar

72

Tabel 4.9 Hasil Post Test Analisis Tugas Perkembangan Aspek Peran Sosial sebagai Pria atau Wanita di Kelas III SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2013/2014

80


(9)

Sosial sebagai Pria atau Wanita di Kelas III-A SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2013/2014 Tabel 4.11 Hasil Post Test Analisis Tugas Perkembangan Aspek Peran

Sosial sebagai Pria atau Wanita di Kelas III-A SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2013/2014

84

Tabel. 4.12 Hasil Post Test Analisis Tugas Perkembangan Aspek Peran Sosial sebagai Pria atau Wanita di Kelas III-B SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2013/2014

89

Tabel 4.13 Hasil Post Test Analisis Tugas Perkembangan Aspek Peran Sosial sebagai Pria atau Wanita di Kelas III-B SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2013/2014

90


(10)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 3.1 Hasil Analisis Tugas Perkembagan (ATP) di kelas II-A SD S Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2012/2013

39

Grafik 3.2 Hasil Analisis Tugas Perkembagan (ATP) di kelas II-B SD S Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2012/2013

40

Grafik 4.1 Profil Umum Kesadaran Gender Siswa Kelas III SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2013/2014

51

Grafik 4.2 Kategorisasi Profil Kesadaran Gender Siswa Kelas IIIA SD Laboratorium Percontoha UPI Tahun Ajaran 2013/2014

56

Grafik 4.3 Profil Kesadaran Gender Siswa Kelas III-B SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2013/2014

59

Grafik 4.4 Hasil Analisis Tugas Perkembagan (ATP) di kelas II-A SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2012/2013

63

Grafik 4.5 Hasil Analisis Tugas Perkembagan (ATP) di kelas II-B SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2012/2013

64

Grafik 4.6 Perbandingan Pre Test dan Post Test Profil Kesadaran Gender di Kelas IIISD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2013/2014

81

Grafik 4.7 Perbandingan Pre Test dan Post Test Profil Kesadaran Gender di Kelas III-A SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2013/2014

88

Grafik 4.8 Perbandingan Pre Test dan Post Test Profil Kesadaran Gender di Kelas III-B SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2013/2014

93

Grafik 4.9 Perbandingan Post Test Profil Kesadaran Gender di Kelas III-A dan III-B SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2013/2014


(11)

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka pemikiran Penilitian Layanan Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Kesadaran Gender Siswa

29


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap anak memiliki keunikan pada setiap fase perkembangannya. Anak adalah titipan dari Tuhan yang perlu dijaga dan dibimbing dengan baik agar dapat mencapai perkembangan secara optimal. Pada saat anak berada di lingkungan rumah, orang tua bertanggung jawab penuh untuk mendidik putra putrinya dengan cara yang baik dan benar. Pada saat anak telah memasuki dunia sekolah, guru memiliki peran serta untuk bertanggung jawab membantu anak agar mendapatkan pendidikan yang benar sesuai dengan tahap tugas perkembangannya serta norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat.

Akhir masa kanak-kanak (late childhood) berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Masa akhir kanak-kanak ditandai oleh kondisi yang sangat mempengaruhi penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial anak (Hurlock :1980).

Pada era modern ini anak-anak tidak hanya tumbuh dipengaruhi oleh orang-orang sekelilingnya akan tetapi banyak mendapatkan informasi yang berpengaruh terhadap dirinya melalui berbagai alat teknologi seperti handphone, televisi, fasilitas internet juga media masa lainnya. Selain karena pesatnya perkembangan teknologi, anak-anak menjadi lebih cepat matang secara seksual karena ditunjang oleh gizi yang baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Risman (2006) bahwa pubertas dini telah dialami oleh anak-anak yang masih duduk di bangku kelas empat Sekolah Dasar. Pubertas dini terjadi karena meningkatnya kualitas gizi yang semakin baik dan faktor rangsangan seksual yang tinggi.

Hal serupa diungkapkan oleh Handayani dan Amirudin (2008:12) bahwa anak-anak saat ini dikelilingi ribuan informasi dari TV, majalah, dan media lainnya, termasuk di dalamnya informasi tentang seksual. Iklan yang kerap menghiasi acara TV sebagian di antaranya memuat isi seksual tanpa memandang usia pemirsanya.


(13)

2

Adanya tayangan-tayangan televisi bertema cinta tentang ketertarikan pada lawan jenis yang digambarkan dalam setting anak berseragam merah putih membuat anak-anak semakin tergugah untuk mengikuti yang dilihatnya. Tayangan tersebut dimungkinkan menjadi salah satu faktor perangsang sehingga anak mengalami kematangan seksual lebih cepat.

Fakta bahwa anak-anak masa kini mengalami kematangan seksual lebih cepat dibuktikan oleh penelitian Risman (2005) yang menunjukkan sekitar 30% siswa-siswi kelas 4 SD telah mengalami menstruasi dan mimpi basah. Penelitian pada tahun 2005 itu dilakukan terhadap 1.674 murid SD se-Jabotabek yang terdiri dari 897 murid perempuan dan 777 murid laki-laki. Disebutkan, 3 dari 10 siswi kelas 4 SD atau 30% telah mengalami menstruasi. Angka ini terus menanjak di kelas 5 SD yang mencapai 48% dan kelas 6 sebanyak 59%. Sementara untuk murid laki-laki di kelas 4 sebanyak 38% sudah mengalami mimpi basah, kelas 5 sebanyak 47% dan kelas 6 sebanyak 52%.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan rata-rata siswa-siswi kelas 4 hingga 6 SD telah mengalami menstruasi pada perempuan dan mimpi basah pada laki-laki. Artinya, terdapat kecenderungan anak-anak mencapai kematangan seksual atau memasuki masa pubertas lebih cepat. Masa pubertas (baligh) adalah masa peralihan antara masa kanak-kanak ke masa dewasa. Masa ini penuh gejolak, berontak dan tidak menentu (El-Qudsy: 2012) .

Pada saat anak telah mengalami menstruasi atau mimpi basah, anak akan mengalami perubahan-perubahan dalam dirinya. Selain secara fisik akan berubah, kelenjar endokrin di dalam tubuh akan menghasilkan hormon-hormon yang dapat memunculkan perilaku yang baru. Hormon berperan dalam perkembangan perbedaan seks. Kedua kelas hormon seks yakni estrogen dan androgen, yang dikeluarkan oleh gonads (indung telur pada wanita, testes pada pria). Estrogen, seperti estradinol, mempengaruhi perkembangan karakteristik fisik pada perempuan. Androgen, seperti testosteron, mendorong perkembangan karakteristik fisik pada laki-laki. Hormon seks dapat mempengaruhi sosio-emosi anak-anak (Santrock, 2012:286).


(14)

3

Menurut Freud (Kartono,995: 115) titik puncak diferensiasi seksual (kesadaran akan perbedaan seksual) di antara anak laki-laki dan anak perempuan

terjadi pada masa “phallis” pada usia ±3,5 tahun. Pada fase ini kesadaran akan perbedaan anatomis yaitu perbedaan jenis alat kelamin antara anak laki-laki dan anak perempuan akan memberikan arti yang sangat besar terhadap anak.

Berdasarkan hasil analisis tugas perkembangan dari inventori tugas perkembangan yang disebar di kelas II SD Laboratorium Percontohon UPI Tahun Ajaran 2012/2013 menunujukan bahwa dua puluh empat dari lima puluh lima orang siswa, aspek peran sosial sebagai pria dan wanitanya berada pada kategori rendah, yaitu sub aspek kesadaran gender. Ini menunjukkan bahwa hampir 43.64% siswa mengalami hambatan dalam kesadaran gendernya. Selain dari hasil analisis tugas perkembangan, kasus terakhir yang ditemukan oleh guru BK di Kelas II SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2012/2013 yaitu terdapat beberapa siswa laki-laki yang menyimpan video dan gambar tidak senonoh di telepon selulernya serta siswa perempuan mendapat perilaku yang kurang baik dari teman laki-lakinya seperti disingkapkan rok yang dipakainya. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa kesadaran untuk menghormati dan menghargai teman yang berbeda jenis kelamin belum dimiliki oleh siswa.

Minat seksualitas anak-anak memberikan pengaruh terhadap interest/minat anak pada egonya; khususnya pada perbedaan kelamin. Berdasarkan fenomena-fenomena yang telah diuraikan dapat dikatakan bahwa anak-anak pada masa akhir yang telah matang secara seksual memerlukan bimbingan untuk membantu mendapatkan pengetahuan yang baik dan benar mengenai perkembangan seksualnya. Hal ini dilakukan untuk menghindari penyimpangan serta pelecehan seksual yang diakibatkan oleh minimnya pengetahuan anak mengenai perkembangan seksual.

Bussey dan Bandura (Santrock, 2012:287) mengemukakan perkembangan gender anak-anak terjadi melalui observasi dan imitasi terhadap hal-hal yang dikatakan dan dilakukan orang lain, serta melalui penghargaan dan hukuman yang diterima untuk perilaku yang sesuai dan tidak sesuai dengan gender.


(15)

4

Ketika berada di lingkungan sekolah guru menjadi penanggung jawab atas pendidikan anak. Di sekolah, pada umumnya anak-anak memperoleh pengetahuan mengenai anatomi dan reproduksi dari mata pelajaran IPA, akan tetapi pada mata pelajaran tersebut hanya dijelaskan dari segi pengetahuan ilmiah. Anak-anak jarang mendapatkan penjelasan mengenai aspek emosi dari masa pubertas, pergaulan lawan jenis, alat kontrasepsi, penyakit menular seksual (PMS), serta resiko kehamilan di usia dini (Handayani dan Amirudin, 2008: 56). Adanya mata pelajaran keagamaan di sekolah pun seolah tidak cukup bagi anak dalam memperoleh bimbingan mengenai kesadaran gender yang memuat materi mengenai perkembangan seksual.

Egan dan Perry (Santrock, 2012:285) menyatakan bahwa identitas gender merujuk pada penghayatan seseorang terhadap gendernya, termasuk pengetahuan, pemahaman, dan penerimaan menjadi seorang pria atau wanita.

Oleh sebab itu bimbingan mengenai kesadaran gender pada anak diberikan agar anak dapat menerima keadaan diri sebagai laki-laki atau perempuan, dapat menampilkan perilaku sesuai dengan peran sebagai laki-laki atau perempuan. Di samping itu, agar anak memiliki pemahaman tentang cara menghormati dan menghargai teman yang berbeda jenis kelamin, cara bergaul yang baik dengan teman lawan jenisnya, serta mengetahui cara menjaga organ-organ seksualnya yang sangat berharga.

Berdasarkan uraian tersebut, menjadi sebuah tugas bagi guru bimbingan dan konseling untuk merancang strategi bimbingan yang tepat diterapkan pada anak mengenai kesadaran gender sebagai upaya membantu anak mendapatkan bimbingan dan pengetahuan yang baik dan benar mengenai perkembangan seksualnya.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Menurut Havighurst (1984) salah satu tugas perkembangan anak sekolah dasar usia (6,0-12,0) adalah belajar membentuk sikap positif terhadap dirinya sebagai makhluk bertumbuh serta belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya.


(16)

5

Berdasarkan tugas perkembangan tersebut hakikatnya anak diharapkan sudah mampu memelihara badan, meliputi kebersihan, keselamatan diri, dan kesehatan. Selain itu, anak juga diharapkan mampu mengembangkan sikap positif terhadap jenis kelaminnya (pria atau wanita) dan juga menerima dirinya (baik rupa wajahnya maupun postur tubuhnya) secara positif. Sebagaimana yang dikatakan oleh Havighurst (Yusuf, 2009:69) pada usia (6,0-12,0) perbedaan jenis kelamin akan semakin tampak.

Hasil analisis tugas perkembangan dari inventori tugas perkembangan yang disebar di kelas II SD Laboratorium Percontohon UPI Tahun Ajaran 2012/2013 menunjukkan bahwa sekitar 43.64% siswa teridentifikasi memiliki kesadaran gender yang rendah. Selain itu kondisi obyektif pelaksanaan bimbingan dan konseling mengenai aspek kesadaran gender di SD Laboratorium UPI tahun ajaran 2012/2013 diketahui belum terlaksana secara optimal.

Berdasarkan latar belakang di atas, layanan bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kesadaran gender terhadap siswa kelas III SD Laboratorium UPI Tahun Ajaran 2013/2014 penting untuk diteliti, maka rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana rancangan layanan bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk mengembangkan kesadaran gender siswa kelas III SD Laboratorium UPI Tahun Ajaran 2013/2014?

Permasalah tersebut diuraikan ke dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Seperti apa gambaran kesadaran gender siswa kelas III SD Laboratorium percontohan UPI tahun ajaran 2013/2014?

2. Seperti apa perumusan layanan bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kesadaran gender siswa sekolah dasar kelas III di SD Laboratorium Percontohan UPI tahun ajaran 2013/2014?

3. Bagaimana efektivitas layanan bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kesadaran gender siswa sekolah dasar kelas III di SD Laboratorium Percontohan UPI tahun ajaran 2013/2014?


(17)

6

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian adalah menghasilkan rumusan layanan bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kesadaran gender siswa sekolah dasar Kelas III SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2013/2014.

Adapun tujuan khusus penelitian adalah:

1. mendapatkan gambaran mengenai kesadaran gender pada siswa sekolah dasar Kelas III SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2013/2014;

2. menghasilkan rumusan layanan bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kesadaran gender siswa sekolah dasar Kelas III SD laboratorium percontohan UPI Tahun Ajaran 2013/2014;

3. mengetahui efektifitas layanan bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kesadaran gender siswa sekolah dasar Kelas III SD laboratorium percontohan UPI Tahun Ajaran 2013/2014.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoretis maupun praktis.

1. Teoretis

Manfaat penelitian yaitu untuk pengembangan keilmuan dalam dunia bimbingan dan konseling khususnya bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kesadaran gender siswa sekolah dasar.

2. Praktis a. Bagi Guru

Manfaat yang didapat dari penelitian ini yaitu guru dapat membantu siswa untuk mengembangkan aspek kesadaran gendernya.

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Manfaat bagi peneliti selanjutnya adalah memberikan pemahaman mengenai kesadaran gender anak sebagai dasar untuk mengaplikasikan salah teknik bimbingan dan konseling dalam mengembangkan kesadaran gender anak.


(18)

7

E. Struktur Organisasi Skripsi

Sistematika penulisan skripsi terdiri dari lima bab. Bab pertama mengenai pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi.

Bab kedua merupakan tinjauan teoretis mengenai permasalahan yang diangkat. Isi tinjauan teoretis mencakup konsep perkembangan anak, gender dan bimbingan konseling pribadi sosial.

Bab ketiga berisi metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian. Metode penelitian mencakup pendekatan dan jenis penelitian, teknik pengumpulan dan analisis data, sampel penelitian dan prosedur pengolahan data.

Bab keempat adalah hasil penelitian. Hasil penelitian berisi penjelasan statistik mengenai gambaran umum kesadaran gender anak, pembahasan dan analisis hasil penelitian.


(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar Laboratorium Percontohan UPI Bandung. Alasan pemilihan lokasi penelitian yakni belum tersedianya suatu layanan bimbingan pribadi sosial yang difokuskan untuk mengembangkan kesadaran gender siswa.

Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik Kelas III SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun ajaran 2013/2014. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sampel jenuh yaitu penentuan sampel dimana semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono:2011). Jumlah subjek penelitian adalah 55 orang, yang terdiri dari Kelas III A 29 orang, Kelas III B 26 orang. Alasan pemilihan populasi terhadap kelas III antara lain sebagai berikut.

1. Salah satu tugas perkembangan anak pada usia 6-12 tahun adalah belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk bertumbuh serta belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya. 2. Hasil analisis tugas perkembangan dari Inventori Tugas Perkembangan (ITP)

kelas II SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2012/2013 diketahui dua puluh empat dari lima puluh lima orang siswa, aspek peran sosial sebagai pria dan wanitanya berada di bawah rata-rata tugas perkembangan, yaitu sub aspek kesadaran gender. Ini menunjukkan bahwa hampir 43.64% siswa mengalami hambatan dalam kesadaran gendernya.

B. Desain Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran kesadaran gender siswa. Alasan menggunakan pendekatan kuantitatif adalah memungkinkan dilakukan pencatatan penganalisaan data hasil penelitian secara matematis dengan menggunakan penghitungan statistik.


(20)

32

Alur penelitian dan pengembangan layanan BK yang layak menurut pakar dan praktisi ini dapat dilihat dalam alur di bawah ini.

Bagan 3.1 Alur Penelitian PENDAHULUAN INTI AKHIR Studi Empiris Studi Pustaka Latar Belakang Permasalahan

Need Asessment Analisis hasil Inventori Tugas Perkembangan (ITP) kelas II SD Laboratorium UPI Tahun Ajaran 2012/2013 Profil awal kesadaran gender di kelas III SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2013/2014 Perumusan Program

1. Penyusunan Layanan Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Kesadaran Gender Siswa.

2. Penimbangan Program oleh Ahli Program Layanan Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Kesadaran Gender Siswa Pelaksanaan Layanan

Pelaksanaan layanan Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Kesadaran Gender Siswa Kelas III SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun

Ajaran 2013/2014 Evaluasi Post Test Program Pelaksanaan Hasil Mengetahui ketepatan pelaksanaan layanan berdasarkan program yang telah disusun

Menyebarkan kembali Inventori Tugas

Perkembangan (ITP) kepada Siswa kelas III SD

Laboratorium UPI Tahun Ajaran 2013/2014

Diperoleh efektivitas layanan bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kesadaran gender siswa


(21)

33

Penelitian dimulai dengan studi pendahuluan mengenai latar belakang permasalahan yang dijadikan bahan penelitian. Setelah itu melakukan identifikasi masalah yang didukung dengan studi empiris dan studi pustaka. Studi empiris berpedoman pada fenomena yang terjadi pada anak dan tempat subjek penelitian. Sedangkan studi pustaka berpedoman kepada literatur serta penelitian terdahulu yang memperkuat penelitian ini.

Selanjutnya, setelah melakukan studi empiris dan studi pustaka dilakukan analisis tugas perkembangan dari Inventori Tugas Perkembangan (ITP) yang telah dilakukan di kelas II SD Laboratorium UPI Tahun Ajaran 2012/2013. Analisis tugas perkembangan ini dilakukan untuk mengetahui gambaran awal kesadaran gender di kelas III SD Laboratorium Percontohan UPI.

Setelah diketahui gambaran umum kesadaran gender di kelas II SD Laboratorium UPI Tahun Ajaran 2012/2013, tahap selanjutnya yaitu membuat rancangan layanan bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kesadaran gender siswa yang akan dilakukan di SD Laboratorium UPI Kelas III Tahun Ajaran 2013/2014. Sebelum melaksanakan bimbingan, rancangan layanan bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kesadaran gender siswa tersebut diuji secara rasional oleh dua orang pakar bimbingan dan konseling serta satu orang praktisi bimbingan dan konseling yaitu guru BK SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung.

Selanjutnya layanan bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kesadaran gender siswa diberikan kepada siswa kelas III SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2013/2014. Setelah layanan tersebut selesai dilaksanakan tahap selanjutnya yaitu melakukan post tes menggunakan Inventori Tugas Perkembangan (ITP) untuk mengetahui gambaran kesadaran gender siswa setelah melalui layanan bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kesadaran gender siswa.


(22)

34

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu eksperimen dengan desain penelitian pra-eksperimen one group pretest-posttest. Metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono:2011,72).

Dalam penelitian ini digunakan model penelitian pra-eksperimen one group pretest-posttest yaitu terdapat pretest sebelum siswa diberi perlakuan. Menurut Sugiyono (2011) hasil perlakuan diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.

Seperti halnya dalam penelitian ini analisis tugas perkembangan dari Inventori Tugas Perkembangan (ITP) yang telah dilakukan di kelas II SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2012/2013 dijadikan sebagai gambaran awal kesadaran gender siswa sebelum akhirnya diberikan layanan bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kesadaran gender siswa yang disesuaikan dengan tugas perkembangan siswa sekolah dasar, kemudian setelah diberi layanan siswa akan kembali melakukan post test dengan menggunakan Inventori Tugas Perkembangan (ITP) siswa Sekolah Dasar untuk mengetahui perkembangan kesadaran gender siswa setelah diberi layanan bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kesadaran gender siswa.

D. Definisi Operasional Variabel

Penelitian mengenai bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kesadaran gender siswa terdiri dari dua variabel.

1. Bimbingan Pribadi-Sosial

Bimbingan pribadi-sosial merupakan bimbingan untuk membantu individu dalam memecahkan masalah-masalah pribadi-sosial. Bimbingan pribadi sosial diarahkan untuk memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan individu dalam menangani masalah-masalah dirinya. Bimbingan ini merupakan layanan yang mengarah pada pencapaian pribadi yang seimbang dengan


(23)

35

memperhatikan keunikan karakteristik pribadi serta ragam permasalahan yang dialami oleh individu (Yusuf dan Nurihsan, 2009).

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa bimbingan pribadi sosial adalah proses membantu individu dalam mencapai tugas perkembangan dan mengatasi permasalahan pribadi-sosial yang dihadapinya.

Bimbingan pribadi sosial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah upaya peneliti sebagai konselor bekerjasama dengan guru mata pelajaran untuk mengembangkan kemampuan siswa Kelas III SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2013/2014 dalam peran sosialnya sebagai pria atau wanita. Bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kesadaran gender ini didasarkan pada hasil Analisis Tugas Perkembangan (ATP) dari Inventori Tugas Perkembangan (ITP) yang menunjukkan bahwa aspek terendah yang diperoleh oleh siswa adalah aspek kesadaran gender.

Layanan bimbingan pribadi sosial untuk mengembangakan aspek kesadaran gender ini terintegrasi dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar siswa kelas III pada kurikulum 2013. Mata pelajaran yang terintegrasi dengan pengembangan aspek kesadaran gender ini yaitu PKN dan Pendidikan Agama Islam. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya diperlukan kolaborasi antara peneliti yang dalam penelitian ini berperan sebagai konselor dengan guru mata pelajaran tersebut.

Adapun peran guru mata pelajaran dalam pelaksanaan bimbimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kesadaran gender di kelas III SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2013/2014 yaitu:

1) mensosialisasikan layanan bimbingan dan konseling kepada siswa agar siswa dapat memahami kegiatan yang akan dilaksanakan serta agar siswa dapat mengikuti kegiatan bimbingan dengan baik;

2) menyediakan informasi mengenai sikap dan kebiasaan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran;

3) mengidentifikasi peserta didik yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling terutama berkenaan dengan aspek kesadaran gender;


(24)

36

4) memantau perkembangan dan kemajuan para siswa setelah mengikuti kegiatan bimbingan.

Adapun struktur pengembangan layanan bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan kesadaran gender siswa Kelas III SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2013/2014 terdiri dari; rasional, deskripsi kebutuhan, tujuan, komponen program, rancangan operasional, pengembangan tema, pengembangan satuan layanan dan evaluasi.

2. Kesadaran Gender

Kata ‘gender’ bisa diartikan sebagai perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan dalam hal nilai dan perilaku (Neufeldt (ed.), 1984: 561). Secara terminologis, ‘gender’ bisa didefinisikan sebagai harapan-harapan budaya terhadap laki-laki dan perempuan (Lips, 1993: 4). Definisi lain mengenai gender dikemukakan oleh Fakih (2012) bahwa gender merupakan suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa gender adalah suatu sifat yang dijadikan dasar untuk mengidentifikasi perbedaan antara laki-laki dan perempuan dilihat dari segi kondisi sosial dan budaya, nilai dan perilaku, mentalitas, dan emosi.

Kesadaran gender yang dimaksud dalam penilitian ini adalah upaya untuk membantu siswa agar memiliki kemampuan untuk dapat membedakan peran antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan sehari-hari, dapat membedakan serta memahami perbedaan fisik dan emosional antara laki-laki dan perempuan serta mampu untuk dapat saling menghargai dan menghormati antar teman yang berbeda jenis kelamin. Kemampuan siswa kelas III SD Laboratorium UPI Tahun 2013/2014 dalam mengembangkan kesadaran gender ditandai dengan indikator sebagai berikut:

1. Siswa memiliki sikap positif terhadap jenis kelaminnya (pria atau wanita). 2. Dapat menerima serta menghargai diri sebagai laki-laki atau perempuan


(25)

37

3. Dapat memainkan peran sesuai dengan jenis kelaminnya. Salah satu contohnya dari segi permainan akan tampak bahwa laki-laki tidak akan memperbolehkan anak perempuan mengikuti permainannya yang khas laki-laki, seperti main kelereng, main bola dan layang-layang.

E. Instrumen Penelitian

Intrumen pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Inventori Tugas Perkembangan (ITP). Nurhudaya (2011) mengemukakan ITP dapat digunakan untuk mengetahui tingkat perkembangan individu maupun kelompok, mengidentifikasi masalah yang menghambat perkembangan dan membantu siswa yang bermasalah dalam menyelesaikan tugas perkembangannya. ITP dapat mengukur tingkat perkembangan sebelas aspek, yaitu: landasan hidup religius, landasan perilaku etis, kematangan sosial, kematangan intelektual, kesadaran tanggung jawab, peran sosial sebagai pria atau wanita, penerimaan diri dan pengembangannya, kemandirian perilaku ekonomi, wawasan dan persiapan karier, kematangan hubungan dengan teman sebaya dan persiapan diri untuk pernikahan dan hidup berkeluarga. Dalam penelitian ini yang menjadi fokus pengembangan yaitu pada aspek kesadaran gender atau peran sosial sebagai pria atau wanita pada jenjang sekolah dasar. Hal ini didasarkan pada tugas perkembangan anak usia SD yang dirumuskan oleh Havighurst (Yusuf: 2011). 1. Mempelajari keterampilan fisik untu keperluan sehari-hari

2. Membentuk sikap positif/sehat terhadap dirinya sendiri 3. Belajar bergaul/bekerja dengan teman sebaya

4. Belajar peran sosial sebagai dengan jenis kelamin/gender

5. Mengembangkan keterampilan dasar dalam membaca, menulis, berhitung 6. Mengembangkan konsep-konsep yang diperlukan bagi kehidupan sehari-hari 7. Mengembangkan kata hati, moralitas, dan sistem nilai sebagai suatu pedoman

hidup

8. Belajar menjadi pribadi yang mandiri 9. Mengembangkan sikap positif terhadap 10.Mengembangkan konsep diri yang sehat


(26)

38

F. Teknik Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan untuk mendapatkan gambaran mengenai kesadaran gender dalam penelitian ini yaitu Inventori Tugas Perkembangan (ITP) untuk mendapatkan data mengenai gambaran kesadaran gender siswa kelas III SD Laboratorium Percontohan UPI.

ITP diukur dengan memberikan siswa suatu angket yang terdiri atas kumpulan pernyataan yang harus diisi oleh siswa. Setiap butir pernyataan mengukur satu subaspek, terdapat 10 aspek dan 4 subaspek atau 40 butir pernyataan. Siswa memilih satu pernyataan yang paling sesuai dengan keadaan dirinya. Hasil pre-test Inventori Tugas Perkembangan (ITP) di kelas II SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2013/2014 diuraikan dalam grafik sebagai berikut:


(27)

39

2,62

3,26

2,76 2,77 2,84

2,4

2,8 2,7 2,7 2,95

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Analisis Tugas Perkembagan (ATP) di kelas II-A SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2012/2013

Grafik 3.1

Aspek

Keterangan :

1. Landasan Hidup Religius 2. Landasan Perilaku Etis 3. Kematangan Emosional 4. Kematangan Intelektual 5. Kesadaran Tanggung Jawab

6. Peran Sosial sebagai Pria atau Wanita 7. Penerimaan Diri dan Pengembangannya 8. Kemandirian Perilaku Ekonomis 9. Wawasan dan Persiapan Karir

10. Kematangan Hubungan dengan Teman Sebaya


(28)

40

Adapun hasil pre-test analisis tugas perkembangan (ATP) dari inventori tugas perkembangan (ITP) di kelas II-B SD Laboratorium UPI Tahun Ajaran 2012/2013 adalah sebagai berikut.

2,62

3,28

2,81

2,63 2,71 2,54 2,73

2,89

2,65

2,94

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Analisis Tugas Perkembagan (ATP) di kelas II-B SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2012/2013

Grafik 3.2

Aspek

Keterangan :

1. Landasan Hidup Religius 2. Landasan Perilaku Etis 3. Kematangan Emosional 4. Kematangan Intelektual 5. Kesadaran Tanggung Jawab

6. Peran Sosial sebagai Pria atau Wanita 7. Penerimaan Diri dan Pengembangannya 8. Kemandirian Perilaku Ekonomis 9. Wawasan dan Persiapan Karir

10. Kematangan Hubungan dengan Teman Sebaya


(29)

41

Berdasarkan hasil pre test Inventori Tugas Perkembangan (ITP) di Kelas II SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2012/2013 diketahui aspek terendah secara kelompok yang diperoleh oleh dua kelas tersebut adalah aspek peran sosial sebagai pria atau wanita. Hasil tersebut menunjukkan bahwa rata-rata siswa Kelas III SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2013/2014 memerlukan bimbingan dalam aspek peran sosial sebagai pria atau wanita agar siswa dapat mencapai tugas perkembangan tersebut secara optimal.

Adapun analisis kebutuhan siswa kelas III SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2013/2014 berdasarkan analisis tugas perkembangan adalah siswa perlu memiliki kemampuan untuk:

a. mengetahui perbedaan pokok laki-laki dan perempuan; b. mengetahui peran sosial sesuai dengan jenis kelamin;

c. dapat bertingkah laku dan kegiatan sesuai dengan jenis kelamin d. memiliki cita-cita sesuai dengan jenis kelamin.

Oleh karena itu berdasarkan hasil analisis tugas perkembangan tersebut disusun layanan bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kesadaran gender siswa kelas III SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2013/2014, program layanan terlampir.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan untuk mengetahui profil awal kesadaran gender di SD Laboratorium Percontohan UPI yaitu menggunakan perangkat lunak Analisis Tugas Perkembangan (ATP). Analisis Tugas Perkembangan (ATP) adalah perangkat lunak yang digunakan khusus untuk membantu mengolah Inventori Tugas Perkembangan (ITP). Dari ATP dapat diketahui ketercapaian tugas perkembangan siswa. Adapun analisis perkembangan yang diperoleh di antaranya:


(30)

42

1. analisis kelompok, yang terdiri atas: profil kelompok, grafik distribusi frekuensi untuk setiap aspek, grafik distribusi frekuensi konsistensi, delapan butir tertinggi dan terendah;

2. analisis per individu, yang terdiri atas: profil individual, distribusi frekuensi nilai, delapan butir tertinggi dan terendah untuk individu tersebut;

3. visualisasi hasil pengolahan skor dalam bentuk grafik.

Setiap kelas memperoleh kategori yang berbeda-beda, untuk menentukan kategori digunakan perhitungan bilangan baku (skor z) yang diperoleh dari standar deviasi data dan rata-rata. Berikut rumus yang digunakan dalam menentukan kategorisasi:

Keterangan:

= skor z atau bilangan baku = skor yang diperoleh = rata-rata

s = simpangan baku

(Sudjana, 2005:99) Setelah mengetahui nilai skor z langkah selanjutnya yaitu mengelompokkan data menjadi tiga kategori dengan pedoman sebagai berikut:

Tabel 3.1 Kategori Skor z

Rentang Skor z Kategori Skor z

z 1 Tinggi

-1 ≤ z ≤ 1 Sedang


(31)

43

Setelah mengelompokkan kategori berdasarkan perolehan skor z langkah selanjutnya yaitu menginterpretasi setiap rentang skor yang diuraikan dalam tabel sebagai berikut.

Tabel 3.2

Interpretasi Skor Berdasarkan Kategori Kelas III-A

Kategori Interval Interpretasi

Tinggi z 1

Siswa telah mampu membedakan perbedaan fisik antara laki-laki dan perempuan, mengetahui peran di masyarakat sesuai dengan jenis kelaminnya (seperti; laki-laki memiliki kekuatan fisik lebih kuat dibandingkan dengan perempuan sehingga laki-laki harus bisa membantu pekerjaan perempuan, memilih cita-cita yang sesuai dengan jenis kelaminnya, bermain mainan yang sesuai dengan jenis kelaminnya), siswa mampu menerima keadaan dirinya baik itu sebagai laki-laki atau perempuan serta dapat berperilaku sesuai dengan jenis kelaminnya (seperti, laki-laki tidak bersikap lemah gemulai serta perempuan tidak bersikap seperti laki-laki, laki-laki tidak memakai pakaian yang menyerupai perempuan begitupun sebaliknya).

Sedang -1 ≤ z ≤ 1

Siswa telah dapat

memahami perbedaan fisik antara laki-laki dan

perempuan, mengetahui peran di masyarakat sesuai dengan jenis kelaminnya (seperti; laki-laki memiliki


(32)

44

kekuatan fisik lebih kuat dibandingkan dengan perempuan sehingga laki-laki harus bisa membantu pekerjaan perempuan, memilih cita-cita yang sesuai dengan jenis kelaminnya, bermain mainan yang sesuai dengan jenis kelaminnya), siswa memahami keadaan dirinya baik itu sebagai laki-laki atau perempuan serta mengetahui perilaku sesuai dengan jenis kelaminnya (seperti, laki-laki tidak bersikap lemah gemulai serta perempuan tidak bersikap seperti laki-laki, laki-laki tidak memakai pakaian yang menyerupai perempuan begitupun sebaliknya) akan tetapi siswa belum mampu untuk menampilkan perilaku yang seharusnya ditampilkan dalam lingkungan sosial seperti dalam hubungan dengan teman sebayanya yang berbeda jenis kelamin, siswa yang terkategori sedang masih belum mau untuk bergabung dengan teman-teman yang berbeda jenis kelamin dan

cenderung hanya bermain dengan teman-teman yang berjenis kelamin sama.

Rendah z -1

Siswa belum mampu memahami perbedaan fisik antara laki-laki dan

perempuan, belum mengetahui peran dirinya di masyarakat yang sesuai dengan jenis kelaminnya


(33)

45

(seperti; laki-laki memiliki kekuatan fisik lebih kuat dibandingkan dengan perempuan sehingga laki-laki harus bisa membantu pekerjaan perempuan, memilih cita-cita yang sesuai dengan jenis kelaminnya, bermain mainan yang sesuai dengan jenis kelaminnya), siswa belum memahami keadaan dirinya baik itu sebagai laki-laki atau perempuan, siswa belum dapat menampilkan perilaku sesuai dengan jenis kelaminnya (seperti, laki-laki tidak bersikap lemah gemulai serta perempuan tidak bersikap seperti laki-laki, laki-laki tidak memakai pakaian yang menyerupai perempuan begitupun sebaliknya) serta siswa belum dapat

menghargai dan

menghormati teman yang berbeda jenis kelaminnya (seperti; masih senang mengganggu dan menjahili teman yang berbeda jenis kelaminnya).


(34)

46

Adapun interpretasi rentang skor berdasarkan kategori kelas III-B adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3

Interpretasi Skor Berdasarkan Kategori Kelas III-B

Kategori Interval Interpretasi

Tinggi z 1

Siswa telah mampu membedakan perbedaan fisik antara laki-laki dan perempuan, mengetahui peran di masyarakat sesuai dengan jenis kelaminnya (seperti; laki-laki memiliki kekuatan fisik lebih kuat dibandingkan dengan perempuan sehingga laki-laki harus bisa membantu pekerjaan perempuan, memilih cita-cita yang sesuai dengan jenis kelaminnya, bermain mainan yang sesuai dengan jenis kelaminnya), siswa mampu menerima keadaan dirinya baik itu sebagai laki-laki atau perempuan serta dapat berperilaku sesuai dengan jenis kelaminnya (seperti, laki-laki tidak bersikap lemah gemulai serta perempuan tidak bersikap seperti laki-laki, laki-laki tidak memakai pakaian yang menyerupai perempuan begitupun sebaliknya).

Sedang -1 ≤ z ≤ 1

Siswa telah dapat

memahami perbedaan fisik antara laki-laki dan

perempuan, mengetahui peran di masyarakat sesuai dengan jenis kelaminnya (seperti; laki-laki memiliki kekuatan fisik lebih kuat


(35)

47

dibandingkan dengan perempuan sehingga laki-laki harus bisa membantu pekerjaan perempuan, memilih cita-cita yang sesuai dengan jenis kelaminnya, bermain mainan yang sesuai dengan jenis kelaminnya), siswa memahami keadaan dirinya baik itu sebagai laki-laki atau perempuan serta mengetahui perilaku sesuai dengan jenis kelaminnya (seperti, laki-laki tidak bersikap lemah gemulai serta perempuan tidak bersikap seperti laki-laki, laki-laki tidak memakai pakaian yang menyerupai perempuan begitupun sebaliknya) akan tetapi siswa belum mampu untuk menampilkan perilaku yang seharusnya ditampilkan dalam lingkungan sosial seperti dalam hubungan dengan teman sebayanya yang berbeda jenis kelamin, siswa yang terkategori sedang masih belum mau untuk bergabung dengan teman-teman yang berbeda jenis kelamin dan

cenderung hanya bermain dengan teman-teman yang berjenis kelamin sama.

Rendah z -1

Siswa belum mampu memahami perbedaan fisik antara laki-laki dan

perempuan, belum mengetahui peran dirinya di masyarakat yang sesuai dengan jenis kelaminnya (seperti; laki-laki memiliki


(36)

48

kekuatan fisik lebih kuat dibandingkan dengan perempuan sehingga laki-laki harus bisa membantu pekerjaan perempuan, memilih cita-cita yang sesuai dengan jenis kelaminnya, bermain mainan yang sesuai dengan jenis kelaminnya), siswa belum memahami keadaan dirinya baik itu sebagai laki-laki atau perempuan, siswa belum dapat menampilkan perilaku sesuai dengan jenis kelaminnya (seperti, laki-laki tidak bersikap lemah gemulai serta perempuan tidak bersikap seperti laki-laki, laki-laki tidak memakai pakaian yang menyerupai perempuan begitupun sebaliknya) serta siswa belum dapat

menghargai dan

menghormati teman yang berbeda jenis kelaminnya (seperti; masih senang mengganggu dan menjahili teman yang berbeda jenis kelaminnya).

Setelah diperoleh profil awal kesadaran gender siswa di kelas III SD Laboratorium UPI selanjutnya disusun layanan bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kesadaran gender siswa yang berdasarkan pada hasil analisis tugas perkembangan siswa. Dalam pengembangan program bimbingan pribadi sosial ini difokuskan pada aspek tugas perkembangan siswa yang paling rendah. Hasil dari analisis tugas perkembangan siswa aspek yang paling rendah adalah peran sosial


(37)

49

sebagai pria atau wanita oleh karena itu program disusun secara khusus untuk mengembangkan kesadaran gender siswa.

Selanjutnya, untuk mengetahui efektivitas layanan yang diberikan kepada siswa yaitu dengan membandingkan hasil pre tes dan post test Analisis Tugas Perkembangan (ATP). Selain menggunakan ATP, untuk mengetahui efektifitas bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kesadaran gender siswa menggunakan uji t. Tujuan uji t adalah untuk membandingkan kedua data, yaitu pre-test dan post-pre-test. Gunanya untuk menguji kemampuan generalisasi yang berupa dua variabel berbeda dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

(Arikunto, 2008: 306) Keterangan:

t = harga t untuk sampel berkorelasi

D = (difference), perbedaan antara skor tes awal dengan skor tes akhir untuk setiap individu


(38)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kesadaran gender siswa kelas III SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2013/2014 diketahui profil kesadaran gender siswa di kelas III SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2013/2014 rata-rata terkategori sedang.

Artinya, siswa sudah dapat memahami perbedaan fisik antara laki-laki dan perempuan, mengetahui peran di masyarakat sesuai dengan jenis kelaminnya, siswa memahami keadaan dirinya baik itu sebagai laki-laki atau perempuan serta mengetahui perilaku sesuai dengan jenis kelaminnya akan tetapi siswa belum mampu untuk menampilkan perilaku yang seharusnya ditampilkan dalam lingkungan sosial.

Seperti dalam hubungan dengan teman sebayanya yang berbeda jenis kelamin, siswa yang terkategori sedang masih belum mau untuk bergabung dengan teman-teman yang berbeda jenis kelamin dan cenderung hanya bermain dengan teman-teman yang berjenis kelamin sama.

Hasil pelaksanaan bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kesadaran gender siswa Kelas III SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2013/2014 mengalami peningkatan dalam aspek perkembangan peran sosial sebagai pria atau wanita. Artinya, program bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kesadaran gender tersebut terbukti efektif.

B. Rekomendasi

Rekomendasi ditujukkan untuk pihak-pihak terkait dalam penelitian ini. Melalui adanya rekomendasi diharapkan dapat menjadi perbaikan dan pertimbangan bagi pihak-pihak yang terkait.


(39)

106

1. Pihak Sekolah

Pelaksanaan bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kesadaran gender siswa secara klasikal memerlukan media belajar yang memadai agar materi yang disampaikan dapat tersampaikan dengan baik. Oleh karena itu rekomendasi bagi pihak sekolah berdasarkan hasil penelitian mengenai bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kesadaran gender siswa di kelas III SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2013/2014 diharapkan adanya penyediaan sarana dan prasarana yang lebih lengkap seperti penambahan jumlah infocus agar proses belajar siswa dapat berjalan secara optimal karena ditunjang oleh perlengkapan belajar yang lengkap.

2. Guru Bimbingan dan Konseling

Adapun rekomendasi bagi guru bimbingan dan konseling di SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung berdasarkan hasil penelitian yaitu diperlukan upaya lebih lanjut berupa konseling individual bagi siswa yang masih terkategori rendah dalam pencapaian tugas perkembangannya agar siswa dapat mencapai tugas perkembangannya secara optimal.

3. Peneliti Selanjutnya

Rekomendasi bagi peneliti selanjutnya yaitu diperlukan pengembangan instrumen mengenai kesadaran gender yang lebih spesifik serta diperlukan alat pengungkap data lain mengenai aspek peran sosial sebagai pria atau wanita berupa waancara atau observasi.

Selanjutnya, diperlukan adanya pengembangan teknik-teknik bimbingan dan konseling dalam upaya membantu siswa dalam mencapai tugas perkembangannya dalam hal ini tugas perkembangan yang dikembangkan adalah aspek peran sosial sebagai pria atau wanita.


(40)

107

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2008). Prosedur Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara. Boeree, G. (2010). Personality Theories. Jakarta: Prismasophie.

Depdiknas. (2007). Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta.

Echols, John M. dan Hassan Shadily (1983). Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia. Cet. XII.

El-Qudsi, H. (2012). Ketika Anak Bertanya tentang Seks. Solo: Tinta Medina. Fakih, M. (2012). Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Handayani, A. dan Amirudin,A. (2008). Anak Anda Bertanya Seks. Bandung: Khazanah Intelektual.

Havighurst, J. (1984). Perkembangan Manusia dan Pendidikan (terjemahan). Bandung: Jemmars.

Hurlock, E. (1980). Psikologi Perkembangan (terjemahan). Jakarta: Erlangga. Imania Eliasa,E. dan Suwarjo. (2010). 55 Permainan dalam Bimbingan dan

Konseling. Yogyakarta: Paramitra Publishing.

Kartika, D. (2008).Perspektif Gender Anak Usia Dini Melalui Reproduksi Narasi Buku Cerita Anak Berarketip Gender. Thesis pada UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Kartono, K. (1995). Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan). Bandung: Mandar Maju.

Kemendikbud. (2013). Kurikulum 2013 Kompetensi Dasar Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI).

Lips, Hilary M. (1993). Sex and Gender: An Introduction. London: Myfield Publishing Caompany.

Neufeldt, Victoria (ed.). (1984). Webster’s New World Dictionary. New York:


(41)

108

Nurhudaya. (2011). “Penggunaan Inventori dan Analisis Tugas Perkembangan”,

dalam Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi. Bandung: Rajawali Press.

Olivia Femi. (2010). Visual Mapping. Elex Media Komputindo. Jakarta

Papalia,D. (2008). Human Development (Psikologi Perkembangan). Jakarta: Kencana Prenada Media Grup

Pitt,R. (2011). Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender Pada Sekolah Dasar Negri Dan Sekolah Dasar Agama Di Malang Dan Batu. Skripsi pada FISIP UM Malang: Tidak diterbitkan.

Risman, E. (2006). Bicara Seks Pada Anak. [Online]. Tersedia: http://nurulhuriahastuti.multiply.com/reviews/item/6. [September, 2012].

Risman,E. (2005) Media Mempengaruhi Anak Perempuan Cepat Menstruasi. [Online]. Tersedia: http://id.she.yahoo.com/media-mempengaruhi-anak-perempuan-cepat-menstruasi-080312978.html. [September, 2012].

Risman,E. (2006). Dewasanya Anak-anak Sekarang, Kelas 4 Sudah Haid &

Mimpi Basah. [Online]. Tersedia:

http://news.detik.com/read/2006/06/16/120015/617550/10/dewasanya-anak-anak-sekarang-kelas-4-sudah-haid-mimpi-basah. [September 2012].

Santrock, J. (2012). Life Span Development (Edisi Ketigabelas). Jakarta: Penerbit Erlangga.

Sudjana. (2005). Metode Statitika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suherman, U. (2009). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bandung: Rizqi Press


(42)

109

Yusuf, S dan Nurihsan. (2009). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Rosda Karya.

Yusuf, S. (2009). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Rizqi Press.

Yusuf, S. (2009). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosda Karya.

Yusuf. (2011). “Pengembangan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah”.

dalam Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi. Bandung: Rajawali Press.


(43)

110

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A SK Pengangkatan Pembimbing Skripsi Lampiran B Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran C Instrumen Penelitian

Lampiran D Data Hasil Penelitian

Lampiran E Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Kesadaran Gender Siswa


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kesadaran gender siswa kelas III SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2013/2014 diketahui profil kesadaran gender siswa di kelas III SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2013/2014 rata-rata terkategori sedang.

Artinya, siswa sudah dapat memahami perbedaan fisik antara laki-laki dan perempuan, mengetahui peran di masyarakat sesuai dengan jenis kelaminnya, siswa memahami keadaan dirinya baik itu sebagai laki-laki atau perempuan serta mengetahui perilaku sesuai dengan jenis kelaminnya akan tetapi siswa belum mampu untuk menampilkan perilaku yang seharusnya ditampilkan dalam lingkungan sosial.

Seperti dalam hubungan dengan teman sebayanya yang berbeda jenis kelamin, siswa yang terkategori sedang masih belum mau untuk bergabung dengan teman-teman yang berbeda jenis kelamin dan cenderung hanya bermain dengan teman-teman yang berjenis kelamin sama.

Hasil pelaksanaan bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kesadaran gender siswa Kelas III SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2013/2014 mengalami peningkatan dalam aspek perkembangan peran sosial sebagai pria atau wanita. Artinya, program bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kesadaran gender tersebut terbukti efektif.

B. Rekomendasi

Rekomendasi ditujukkan untuk pihak-pihak terkait dalam penelitian ini. Melalui adanya rekomendasi diharapkan dapat menjadi perbaikan dan pertimbangan bagi pihak-pihak yang terkait.


(2)

1. Pihak Sekolah

Pelaksanaan bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kesadaran gender siswa secara klasikal memerlukan media belajar yang memadai agar materi yang disampaikan dapat tersampaikan dengan baik. Oleh karena itu rekomendasi bagi pihak sekolah berdasarkan hasil penelitian mengenai bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kesadaran gender siswa di kelas III SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2013/2014 diharapkan adanya penyediaan sarana dan prasarana yang lebih lengkap seperti penambahan jumlah infocus agar proses belajar siswa dapat berjalan secara optimal karena ditunjang oleh perlengkapan belajar yang lengkap.

2. Guru Bimbingan dan Konseling

Adapun rekomendasi bagi guru bimbingan dan konseling di SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung berdasarkan hasil penelitian yaitu diperlukan upaya lebih lanjut berupa konseling individual bagi siswa yang masih terkategori rendah dalam pencapaian tugas perkembangannya agar siswa dapat mencapai tugas perkembangannya secara optimal.

3. Peneliti Selanjutnya

Rekomendasi bagi peneliti selanjutnya yaitu diperlukan pengembangan instrumen mengenai kesadaran gender yang lebih spesifik serta diperlukan alat pengungkap data lain mengenai aspek peran sosial sebagai pria atau wanita berupa waancara atau observasi.

Selanjutnya, diperlukan adanya pengembangan teknik-teknik bimbingan dan konseling dalam upaya membantu siswa dalam mencapai tugas perkembangannya dalam hal ini tugas perkembangan yang dikembangkan adalah aspek peran sosial sebagai pria atau wanita.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2008). Prosedur Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara. Boeree, G. (2010). Personality Theories. Jakarta: Prismasophie.

Depdiknas. (2007). Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling

dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta.

Echols, John M. dan Hassan Shadily (1983). Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia. Cet. XII.

El-Qudsi, H. (2012). Ketika Anak Bertanya tentang Seks. Solo: Tinta Medina. Fakih, M. (2012). Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Handayani, A. dan Amirudin,A. (2008). Anak Anda Bertanya Seks. Bandung: Khazanah Intelektual.

Havighurst, J. (1984). Perkembangan Manusia dan Pendidikan (terjemahan). Bandung: Jemmars.

Hurlock, E. (1980). Psikologi Perkembangan (terjemahan). Jakarta: Erlangga. Imania Eliasa,E. dan Suwarjo. (2010). 55 Permainan dalam Bimbingan dan

Konseling. Yogyakarta: Paramitra Publishing.

Kartika, D. (2008).Perspektif Gender Anak Usia Dini Melalui Reproduksi Narasi Buku Cerita Anak Berarketip Gender. Thesis pada UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Kartono, K. (1995). Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan). Bandung: Mandar Maju.

Kemendikbud. (2013). Kurikulum 2013 Kompetensi Dasar Sekolah Dasar

(SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI).

Lips, Hilary M. (1993). Sex and Gender: An Introduction. London: Myfield Publishing Caompany.

Neufeldt, Victoria (ed.). (1984). Webster’s New World Dictionary. New York:


(4)

Nurhudaya. (2011). “Penggunaan Inventori dan Analisis Tugas Perkembangan”, dalam Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi. Bandung: Rajawali Press.

Olivia Femi. (2010). Visual Mapping. Elex Media Komputindo. Jakarta

Papalia,D. (2008). Human Development (Psikologi Perkembangan). Jakarta: Kencana Prenada Media Grup

Pitt,R. (2011). Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender Pada Sekolah Dasar Negri Dan Sekolah Dasar Agama Di Malang Dan Batu. Skripsi pada FISIP UM Malang: Tidak diterbitkan.

Risman, E. (2006). Bicara Seks Pada Anak. [Online]. Tersedia: http://nurulhuriahastuti.multiply.com/reviews/item/6. [September, 2012].

Risman,E. (2005) Media Mempengaruhi Anak Perempuan Cepat Menstruasi. [Online]. Tersedia: http://id.she.yahoo.com/media-mempengaruhi-anak-perempuan-cepat-menstruasi-080312978.html. [September, 2012].

Risman,E. (2006). Dewasanya Anak-anak Sekarang, Kelas 4 Sudah Haid &

Mimpi Basah. [Online]. Tersedia:

http://news.detik.com/read/2006/06/16/120015/617550/10/dewasanya-anak-anak-sekarang-kelas-4-sudah-haid-mimpi-basah. [September 2012].

Santrock, J. (2012). Life Span Development (Edisi Ketigabelas). Jakarta: Penerbit Erlangga.

Sudjana. (2005). Metode Statitika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suherman, U. (2009). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bandung: Rizqi Press


(5)

Yusuf, S dan Nurihsan. (2009). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Rosda Karya.

Yusuf, S. (2009). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Rizqi Press.

Yusuf, S. (2009). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosda Karya.

Yusuf. (2011). “Pengembangan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah”. dalam Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi. Bandung: Rajawali Press.


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A SK Pengangkatan Pembimbing Skripsi Lampiran B Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran C Instrumen Penelitian

Lampiran D Data Hasil Penelitian

Lampiran E Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Kesadaran Gender Siswa


Dokumen yang terkait

Perbedaan Metode Pengajaran Remedial terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Kelas I Bidang Studi Biologi Madrasah Aliyah Negeri Negara - Bali Tahun Ajaran 2003 – 2004

0 3 10

Pengaruh Keikutsertaan Ekstrakurikuler Pramuka Terhadap Rasa Percaya Diri Siswa Kelas V SD Muhamadiyah 05 Sukun, malang Tahun Ajaran 2015/2016

0 10 17

Peningkatan Keterampilan Membaca Nyaring dengan Media Komik pada Siswa Kelas III MI Hidayatul Mubtadi'aat Tahun Ajaran 2013-2014

1 39 83

Pengaruh Media Audio Visual (Kartun) terhadap Keterampilan Bercerita pada Siswa Kelas III MI Tarbiyah Al-Islamiyah Kembangan, Jakarta Barat, Tahun Ajaran 2014/2015 M.

0 9 124

Pengaruh Metode Menulis Berantai terhadap Keterampilan Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas IV SD Islam Annajah Petukangan Selatan Jakarta Selatan Tahun Ajaran 2013/2014

4 14 159

Pengaruh Situasi Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Iklim Komunikasi Organisasi Staff Karyawan Dan Pengajar Di SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung

2 13 91

Efektivitas Program E-Learning SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung Terhadap Pemenuhan Informasi Pendidikan Bagi Siswa-Siswinya

0 3 1

Pemodelan Arsitektur Enterprise Untuk Mendukung Layanan Pendidikan Di SD Lab. Percontohan UPI Bandung

0 14 1

Penggunaan Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep oleh Siswa (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII MTs Muhammadiyah 1 Natar pada Materi Pokok Ciri-Ciri Makhluk Hidup Tahun Ajaran 2013/2014)

1 17 57

PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI DAN KEBUTUHAN MAKHLUK HIDUP TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA ( Studi Eksperimen pada Siswa Kelas III SD N 1 Kedaton Bandar Lampung 2012/2013)

0 5 55