PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI DAN KEBUTUHAN MAKHLUK HIDUP TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA ( Studi Eksperimen pada Siswa Kelas III SD N 1 Kedaton Bandar Lampung 2012/2013)

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI DAN KEBUTUHAN

MAKHLUK HIDUP TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA

( Studi Eksperimen pada Siswa Kelas III SD N 1 Kedaton Bandar Lampung 2012/2013)

Oleh JAKA WIJAYA

Keterampilan berpikir kritis (KBK) perlu dimiliki siwa dalam proses

pembelajaran. Namun hasil observasi di SD Negeri 1 Kampung Baru Bandar Lampung menunjukkan bahwa pembelajaran yang berlangsung belum mendukung tercapainya KBK siswa, karena itu diperlukan solusi untuk meningkatkan KBK siswa, salah satunya melalui penggunaan pendekatan keterampilan proses sains (KBK). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan keterampilan proses sains terhadap KBK siswa pada materi pokok Ciri-ciri dan Kebutuhan Makhluk Hidup.

Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan desain pretes postes kelompok tak ekuivalen. Sampel penelitian adalah siswa kelas III A dan III B yang dipilih dari populasi secara cluster random sampling. Data penelitian ini berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari nilai pretes dan postes lalu dihitung selisihnya sehingga diperoleh N-gain, kemudian dianalisis secara statistik menggunakan uji-t pada taraf kepercayaan 5% melalui program SPSS 17. Data kualitatif berupa data aktivitas siswa selama proses pembelajaran yang dianalisis menggunakan indeks aktivitas siswa terhadap penerapan praktikum yang dianalisis secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan terjadinya peningkatan KBK siswa pada kelas eksperimen dengan rata-rata N-gain 57,34 lebih tinggi daripada rata-rata N-gain pada kelas kontrol yaitu 18,86. Selain itu, rata-rata indikator KBK siswa pada kelas eksperimen juga mengalami peningkatan 38,85% lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Rata-rata persentase aktivitas belajar siswa dalam semua aspek yang diamati pada kelas eksperimenpun lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol

(eksperimen = 79,2; kontrol = 71,1). Selain itu, sebagian besar siswa

memberikan tanggapan positif terhadap penerapan keterampilan proses sains (KPS). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengunaan KPS berpengaruh secara signifikan dalam meningkatkan KBK dan akivitas belajar siswa pada materi pokok Ciri-ciri dan Kebutuhan Makhluk Hidup.

Kata kunci : Keterampilan Proses Sains, Ciri-ciri dan Kebutuhan Makhluk Hidup, Keterampilan berpikir Kritis.


(2)

PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI DAN KEBUTUHAN

MAKHLUK HIDUP TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA

(Studi Eksperimen pada Siswa Kelas III SD Negeri 1 Kampung Baru Kedaton Bandar Lampung

2012/2013)

Oleh JAKA WIJAYA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan MIPA

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Kuta Besi Kabupaten Lampung Barat pada tanggal 01 Mei 1985, anak ke dua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Amrillah dan

Ibu Rohmasuri.

Penulis mengawali pendidikan formal di TK Xaverius Terbanggi Besar Lampung Tengah diselesaikan pada tahun 1992, Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Kuta Besi Kec. Batu Brak Lampung Barat diselesaikan pada tahun 1998. Tahun 1998 diterima di SMP Negeri 2 Belalau Kecamatan Batu Brak Kabupaten Lampung Barat yang diselesaikan pada tahun 2001. Tahun 2001 diterima di SMA Negeri 1 Belalau Lampung Barat yang diselesaikan pada tahun 2004. Pada tahun 2005 penulis diterima di Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan Biologi melalui jalur Non Reguler.

Selama menjadi mahasiswa penulis memiliki pengalaman organisasi yaitu sebagai: anggota bidang kreativitas Himpunan Mahasiswa Pendidikan Eksakta (Himasakta) FKIP Unila. Pada tahun 2009, penulis melakukan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA TRI SUKSES Natar Lampung Selatan.


(7)

Dengan menyebut nama Alloh yang Maha pengasih lagi Maha penyayang

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahi robbil alamin, dengan memajatkan syukur kepadaMu ya

Allah, ku persembahkan karya ini untuk :

Ba (Bapak) Amrillah dan Ibu, Ajjong dan Among (Alm) yang telah

membesarkanku dengan penuh cinta dan kasih sayang, mendidik,

selalu mendo akanku, dan menunggu keberhasilanku, kesabaran dan

limpahan kalian takkan pernah terbalaskan walau sampai akhir hayat.

Mudah-mudahan ananda kelak dapat membanggakan dan

membahagiakan kalian semua.

Ngah dan Adikku tercinta, Novi Sri Mulyani, dan Hendri Wahyudi.

Terimakasih atas keceriaan, dukungan dan doanya selama ini.

Para pendidik dan dosen yang terhormat...


(8)

MOTO

Tiada tuhan selain Alloh, dan Nabi Muhammad Rosul Alloh.

Dengan nama Alloh, hanya kepada Alloh lah hamba bertawakkal.

Ya Alloh Rahmat dan ilmu yang ada padamu meliputi segala sesuatu (Q.S

Al-Mu min 7)

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila

kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh

(urusan) yang lain

(Q.S Al-Insyirah : 5-7)

Hanya satu motivasi yang ada, yaitu Allah. Adapun motivasi lainnya harus

dalam rangka karena dan/atau untuk Allah.

(Lilik Handayani)

Sekali anda berputus asa maka seterusnya anda akan terbiasa (Vance Lombard)

Cukuplah cobaan yang akan membuat kita lebih kuat, dan cukuplah

penderitaan yang akan membuat kita lebih manusiawi.

(Jaka Wijaya)


(9)

SANWACANA

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan nikmat-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Unila. Skripsi ini berjudul“Pengaruh Penggunaan Pendekatan Keterampilan Proses Sains Pada Materi pokok Ciri-Ciri Dan Kebutuhan Makhluk Hidup Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;

2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung; 3. Berti Yolida, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi. 4. Dr. Tri Jalmo M.Si., selaku Pembimbing I sekaligus yang telah memberikan

bimbingan dan motivasi hingga skripsi ini dapat selesai;

5. Rini Rita T Marpaung S.Pd, M.Pd., selaku pembimbing II sekaligus sebagai pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan motivasi hingga skripsi ini dapat selesai;

6. Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku Pembahas atas saran-saran perbaikan dan motivasi yang sangat berharga;


(10)

7. Dra. Megawati, selaku kepala SD Negeri 1 Kampung Baru, ibu Helmiyana, S.Pd, dan ibu Dahlia Sari, S.Pd., selaku guru mitra, serta semua pihak di SD Negeri 1 Kampung Baru, atas kerjasama dan bimbingannya.

8. Seluruh dewan guru, staf, dan siswa-siswi kelas III A dan IIIB SD Negeri 1 Kampung Baru atas kerjasama yang baik selama penelitian berlangsung; 9. Orangtuaku yang tak pernah berhenti mendoakan dan menyayangiku; serta

kakak dan adik - adikku atas kasih sayang dan dukungan yang kalian berikan; 10. Megasari yang senantiasa mengingatkan disetiap khilapku .

11. Rekan-rekan dan sahabatku di Pendidikan Biologi NR 05, (Adhitian, Willy Indra Lesmana, Wana Ginandi Putra, Aditia Handayani S.Pd., Septina Wijayanti, Rizki Sevtin Pratiwi, Harum Diana, Nyoman Marteyani, Asni, Novita Sarah Rosti ) serta kaka tingkat dan adik tingkat, terima kasih atas persahabatan, motivasi dan persaudaraan yang kalian berikan.

12. Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Juli 2015 Penulis


(11)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL...

DAFTAR GAMBAR ...

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

F. Kerangka pikir ... 9

G. Hipotesis Penelitian ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 12

A. Keterampilan Proses ... 12

B. Sains ... 18

C. Berpikir Kritis... 20

III. METODE PENELITIAN ... 25

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 25

B. Populasi dan Sampel ... 25

C. Desai Penelitian ... 25

D. Prosedur Penelitian ... 26

E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data ... 32

1. Jenis Data ... 32

2. Teknik Pengambilan Data ... 32

F. Teknik Analisis Data ... 34

1. Analisis Data ... 34

1.1 Data Kuantitatif ... 34

1.2 Data Kualitatif ... 34

1.2.1 Uji Normalitas Data ... 34

1.2.2 Kesamaan Dua Varians ... 35

2. Pengujian Hipotesis ... 35

2.1 Uji Kesamaan Dua Rata-rata ... 35

2.2 Uji Perbedaan Dua Rata-rata ... 36


(12)

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38

A. Hasil Penelitian ... 38

B. Pembahasan ... 44

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 53

A. Simpulan ... 53

B. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 55

LAMPIRAN 1. Silabus ... 58

2. RPP ... 65

3. Lembar Kerja Kelompok ... 72

4. Kunci Jawaban Lembar Kerja Kelompok... 79

5. Soal Pretes Postes ... 81

6. Kisi-Kisi Soal Pretes Postes... 88


(13)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel

1. Indikator keterampilan berpikir kritis ... 24 2. Hubungan antara jenis data, instrument, dan waktu pelaksanaannya 33 3. Lembar observasi keterampilan proses sains siswa... 37 4. Klasifikasi indeks keterampilan proses sains siswa... 37 5. Keterampilan berfikir kritis siswa ... 38 6. Nilai keterampilan berpikir kritis siswa tiap indikator pada kelas

eksperimen kontrol ... 40 7. Rata-rata aktivitas belajar siswa berdasarkan indikator keterampilan


(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar

1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat... 11

2. Pretes-postes tak ekuivalen ... 26

3. Rata-rata Pretes, Postes dan N-gain kedua kelas ... 43

4. Perbandingan rata-rata keterampilan berfikir kritis siswa tiap indikator ... 47

5. Perbandingan aktivitas belajar siswa kelas eksperimen tiap indikator keterampilan proses sains ... 48

6. Contoh soal indikator observasi... 49

7. Contoh soal indikator klasifikasi ... 50

8. Contoh soal indikator interpretasi ... 51


(15)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Semakin pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini, menjadikan persaingan antar individu, antar bangsa semakin ketat. Sehingga hanya yang berkualitas yang dapat memenangkan persaingan tersebut. Mereka yang berkualitas antara lain adalah manusia-manusia yang mampu

mengembangkan Keterampilan berpikirnya sehingga bisa “melek” Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) serta mampu mengikuti perkembangan zaman.

Melalui pendidikan, persiapan sedini mungkin perlu dilakukan untuk menghadapi tantangan tersebut yang secara kualitatif cenderung meningkat. Pelajaran Biologi termasuk dalam rumpun Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yang umumnya memiliki peran penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di dalam

menghasilkan peserta didik yang berkualitas, yaitu manusia Indonesia yang mampu berpikir kritis, kreatif, logis dan berinisiatif dalam menanggapi isu di masyarakat yang diakibatkan oleh dampak perkembangan Ilmu pengetahuan Alam (BSNP, 2006: iv).

Melihat pentingnya Biologi dan peranannya tersebut, maka peningkatan mutu pendidikan harus selalu diupayakan. Salah satu kecakapan hidup (life skill) yang


(16)

2

perlu dikembangkan melalui proses pendidikan adalah ketrampilan berpikir (Depdiknas, 2003:23). Oleh karena itu guru dalam merancang persiapan mengajar perlu menyusun strategi pembelajaran yang dirancang secara seksama sesuai dengan tujuan pembelajaran untuk mencapai hasil belajar siswa yang optimal (Sanjaya, 2006:128).

Salah satu upaya meningkatkan hasil belajar siswa adalah melalui pemberdayaan Keterampilan berpikir kritis. Saat ini keterampilan berpikir kritis dirasakan perlu dalam kegiatan pembelajaran karena segala informasi global masuk dengan mudah, hal tersebut menyebabkan selain informasi yang bersifat baik ataupun buruk akan terus mengalir tanpa henti dan dapat mempengaruhi sifat mental anak. Maka dari itu, diperlukan suatu keterampilan berpikir kritis dengan jelas dan imajinatif, menilai bukti, bermain logika dan mencari alternatif untuk menemukan suatu solusi, memberi anak sebuah rute yang jelas di tengah kekacauan pemikiran pada zaman teknologi dan globalisasi saat ini (Johnson, 2007:187). Mereka harus mampu membedakan antara alasan yang baik dan buruk dan membedakan kebenaran dari kebohongan.

Keterampilan berpikir kritis merupakan alat yang dipergunakan dalam proses penguasaan konsep karena pengetahuan konseptual merupakan akibat dari proses konstruktif. Keterampilan ini tidak dapat berkembang dengan sendirinya seiring dengan perjalanan usia seseorang. Keterampilan ini akan berkembang dengan baik apabila secara sengaja dikembangkan.


(17)

3

Pada kenyataannya, pembelajaran yang dilakukan guru di SD Negeri 1 Kampung Baru masih didominasi dengan penggunaan pendekatan konvensional dan kegiatan lebih berpusat pada guru, dimana proses belajar mengajar hanya terjadi satu arah saja. Aktivitas peserta didik dapat dikatakan mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-hal yang dianggap penting. Guru menjelaskan sains hanya sebatas produk dan sedikit proses.

Salah satu penyebab yang menjadikan alasan adalah padatnya materi yang harus dibahas dan diselesaikan berdasarkan kurikulum yang berlaku, sehingga evaluasi yang diadakan oleh guru kurang memenuhi indikator keterampilan berpikir kritis. Hal ini dapat terjadi juga karena didominasinya pembelajaran dengan penggunaan pendekatan konvensional yaitu sebuah metode mengajar dengan

menyampaikan informasi dan pengetahuan saecara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif, sehingga Keterampilan berpikir kritis siswa belum tergali.

Pendekatan konvensional dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan paham siswa. Tetapi siswa lebih banyak diam dan hanya

menerima saja segala macam informasi tanpa dituntut untuk berpikir lebih lanjut Muhibbin Syah, (2000:17). Kondisi seperti ini menurut Hasnunidah ( 2009:1) tidak memberdayakan siswa untuk mau berpikir dan mampu berbuat untuk memperkaya pengalaman belajarnya (learning to do) dengan meningkatkan interaksi dengan lingkungannya, sehingga tidak akan bisa membangun


(18)

4

Keterampilan berpikir kritis, pemahaman, dan pengetahuannya terhadap dunia di sekitarnya (learning to how dan learning to know).

Kondisi ini harus dicarikan alternatif pemecahan masalahnya karena, hanya menggunakan guru atau buku sebagai sumber belajar, siswa hanya

terbelenggu pada penguasaan materi tanpa mereka menggetahui seperti apa proses memperoleh informasi dalam penguasan materi tersebut mengolah proses-proses tersebut menjadi konsep yang mereka pahami. Alternatif pemecahan masalah di atas yaitu dengan pendekatan keterampilan proses sains, karena keterampilan proses sains merupakan faktor penting dalam proses belajar mengajar, proses belajar mengajar harus terjadi melalui dua arah. Interaksi dua arah antara guru dan siswa, guru mendapat balikan dari siswa. Selain itu, siswa saling berinteraksi atau saling belajar dengan yang lain.

Menurut Rustaman (2005:78) Seperti SAPA (Science A Process Approach) pendekatan ketrampilan proses sains (KPS) merupakan pendekatan

pembelajaran yang berorientasi kepada proses IPA. Namun, dalam tujuan dan pelaksanaannya terdapat perbedaan. SAPA tidak mementingkan konsep. Selain itu SAPA menuntut pengembangan pendekatan proses secara utuh yaitu metode ilmiah setiap pelaksanaannya, sedangkan jenis-jenis

keterampilan proses pendekatan KPS dapat dikembangkan secara terpisah-pisah, bergantung metode yang digunakan. Umpamanya metode demonstrasi dapat di kembangkan keterampilan proses tertentu (obserbvasi, interpretasi, komunikasi, dan aplikasi konsep).


(19)

5

Melalui proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan keterampilan proses sains ini siswa dituntut untuk lebih aktif dalam kegiatan belajar

mengajar. Karena dengan Pendekatan keterampilan proses sains, siswa terlibat secara aktif untuk mencari tahu apa yang akan mereka pelajari melalui

sejumlah proses. Untuk itu diperlukan beberapa keterampilan proses sains yang harus dimiliki oleh seorang siswa terutama keterampilan proses sains dasar (mengamati, mengklasifikasikan, menerapkan konsep, interprestasi dan mengkomunikasikan) agar siswa dapat mengikuti dan memahami materi- materi pembelajaran dengan menanamkan konsep melalui proses ilmiah. Penguasaan keterampilan proses sains harus ditunjang dengan sumber yang relevan dimana siswa dapat mengalami proses-proses pembelajaran itu secara langsung, sehingga siswa akan lebih mudah membangun konsep berdasarkan proses-proses ilmiah dalam penguasaan materi. Dengan pembelajaran yang menggunakan ketrampilan proses siswa diharapkan diharapkan mampu menggunakan dan mengembangkan Keterampilan dasar yang dimilikinya dan berpikir tingkat tinggi termasuk diantaranya adalah berpikir kritis serta dapat menggunakan berbagai macam strategi untuk memecahkan masalah tersebut, mengingat pendidikan pada sekolah dasar adalah pondasi awal pembentukan kecakapan hidup khususnya kecakapan berpikir kritis.

Penguasaan sains melalui pembelajaran secara teoritis sangat ditentukan oleh Keterampilan dan kreativitas peserta didik dalam menguasai keterampilan proses sains. Siswa yang keterampilan proses sainsnya bagus maka prestasi akademiknya juga bagus.


(20)

6

Hal ini senada dengan pendapat Carin dan Sund (dalam Yanu Cariyadi 2004 : 19), yang menyatakan bahwa sains terdiri atas tiga komponen utama yaitu sikap, proses dan produk. Oleh karena itu untuk mencapai produk

pembelajaran biologi yang optimal siswa harus menguasai keterampilan proses sains.

Permasalahan lain dalam sains adalah bahan ajar yang diberikan di sekolah masih terasa lepas dengan permasalahan pokok yang timbul di masyarakat. Berdasarkan fakta seharusnya sains merupakan wahana untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai. Sains berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami tentang alam secara sistematis sehingga sains bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi merupakan suatu proses penemuan (Waryanto, 1996 : 4).

Pengembangan pendidikan sains dengan baik, hanya dapat dicapai jika mengkaji filsafat sains yang mendasarinya (Hadiat, 1999 : 44). Filsafat sains menaruh perhatiannya terhadap cara dan usaha-usaha yang dilakukan

ilmuwan sains untuk mengembangkan produk sains. Hal ini senada dengan pernyataan Gagne (dalam Wartono, 1996 : 2) bahwa hal-hal yang diajarkan pada siswa, seharusnya menyerupai apa yang diperbuat oleh ilmuwan sains.

Salah satu pendekatan pembelajaran yang diduga dapat membantu siswa dalam memberdayakan Keterampilan berpikir kritis yaitu pendekatan pembelajaran keterampilan proses sains. Pendekatan ini biasanya digunakan


(21)

7

terutama bagi siswa-siswa yang belum berpengalaman belajar dengan keterampilan proses sains.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah ada pengaruh yang signifikan penggunaan pendekatan

keterampilan proses sains terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada materi pokok ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup pada siswa kelas III SD Negeri 1 Kampung Baru ?

2. Apakah rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa kelas III SD Negeri 1 Kampung Baru yang diajar menggunakan pendekatan keterampilan proses sains lebih tinggi dari pada rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa yang diajar menggunakan pendekatan konvensional?

C.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Sejauh mana pengaruh penggunaan pendekatan keterampilan proses sains terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada materi pokok ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup pada kelas III SD Negeri 1 Kampung Baru. 2. Rata – rata Keterampilan berpikir kritis siswa antara siswa yang diajar


(22)

8

dengan menggunakan pendekatan konvensional pada siswa kelas III SD Negeri I Kampung Baru.

D.Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Bagi guru / calon guru biologi, dapat memberikan alternatif dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran yang tepat untuk menggali Keterampilan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran Ciri-Ciri dan Kebutuhan Makhluk Hidup.

2. Bagi siswa, dapat memberikan pengalaman belajar yang berbeda dengan melatih Keterampilan berpikir kritis mereka.

3. Bagi peneliti, menambah pengetahuan dan pengalaman dalam pembelajaran biologi dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses sains.

E.Ruang Lingkup Penelitian

Agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap masalah yang akan dikemukakan, maka perlu adanya batasan ruang lingkup penelitian yaitu :

1. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas III SD Negeri 1 Kampung Baru Kedaton Bandar Lampung mata pelajaran IPA semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013. Subyek penelitian adalah siswa kelas IIIA sebagai kelas eksperimen dan kelas IIIB sebagai kelas kontrol

2. Keterampilan Proses sains meliputi 1. mengobservasi (mengamati), 2. mengklasifikasi (menggolongkan), 3. menginterprestasikan (menafsirkan), dan 4. memprediksi (meramalkan). (Semiawan, 1986).


(23)

9

3. Indikator keterampilan berpikir kritis dalam penelitian ini adalah menurut Facione dalam The Deplhi Report (1990 : 147) yaitu : 1. Interpretasi, 2. Analisis, 3. Evaluasi, dan 4. Penjelasan. (Facione, 1990:159)

4. Materi pokok pada penelitian ini yaitu Ciri-Ciri dan Kebutuhan Makhluk hidup

5. Keterampilan berpikir kritis yang diperoleh dari hasil pre test dan post test pada materi pokok Ciri-Ciri dan Kebutuhan Makhluk hidup

F. Kerangka Fikir

Sains berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, kosep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan sains diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Rendahnya keterampilan berpikir kritis siswa disebabkan oleh pembelajaran yang perpusat pada guru, guru hanya menyampaikan sains sebagai produk dan peserta didik menghafal informasi faktual. Peserta didik tidak dibiasakan untuk mengembangkan potensi berpikirnya. Fakta di lingkungan menunjukkan bahwa banyak peserta didik yang cenderung malas berpikir secara mandiri.

Keterampilan proses sains siswa adalah Keterampilan siswa dalam mengobservasi, menghitung, mengukur, mengklasifikasikan, mencari


(24)

10

hubungan ruang/waktu, membuat hipotesis, merencanakan

penelitian/eksperimen, mengendalikan variabel, menyusun kesimpulan, meramalkan, menerapkan dan mengkomunikasikan. Dengan menggunakan keterampilan proses ini, siswa dilatih untuk mengembangkan keterampilan berpikirnya, sehingga siswa diharapkan dapat menemukan pengetahuannya sendiri.

Setiap indikator yang ada pada keterampilan proses, dapat mengembangkan keterampilan berpikir siswa seperti mengklasifikasi, dengan megklasifikasikan siswa dilatih untuk mengembangkan keterampilan menginterpretasikan data, dengan keterampilan menyimpulkan, siswa dilatih untuk menganalisis data, dengan keterampilan menafsirkan, siswa dilatih untuk menginferensi, dengan keterampilan mengkomunikasikan, siswa dilatih untuk memberikan

penjelasan dengan penalaran berdasarkan argumen yang meyakinkan. Materi pokok ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup ini mencakup ciri-ciri makhluk hidup, penggolongan makhluk hidup, perubahan makhlu hidup dan factor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan manusia. Dengan pola belajar seperti ini diharapkan Keterampilan berpikir kritis siswa dapat meningkat, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat. Dimana variabel bebasnya adalah pengaruh penggunaan keterampilan proses sains dan pengaruh pembelajaran tanpa menggunakan keterampilan proses yaitu pendekatan konvensional, sedangkan variabel terikatnya adalah Keterampilan berpikir kritis siswa.


(25)

11

Hubungan antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y) ditunjukkan pada bagan di bawah ini.

Keterangan : X : Pembelajaran menggunakan ”pendekatan keterampilan proses sains.”

Y : Keterampilan berpikir kritis.

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat G. Hipotesis

Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah :

“Pengaruh penggunaan keterampilan proses sains terhadap keterampilan

berpikir kritis siswa pada materi Ciri-Ciri dan Kebutuhan Makhluk Hidup.” Hipotesis penelitiannya adalah sebagai berikut :

1. Ada pengaruh yang signifikan penggunaan keterampilan proses sains terhadap keterampilan berpikir kritis siswa kelas III SD Negeri 1 Kampung Baru pada materi pokok ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup.

2.Rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa dengan pendekatan

keterampilan proses sains lebih tinggi daripada pendekatan konvensional.


(26)

12

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Keterampilan Proses

Keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik bersumber dari Keterampilan-Keterampilan mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam diri siswa. Keterampilan proses memberikan kepada siswa pengertian yang tepat tentang hakikat ilmu pengetahuan. Siswa dapat

mengalami rangsangan ilmu pengetahuan dan dapat lebih baik mengerti fakta dan konsep ilmu pengetahuan. Dengan keterampilan proses berarti memberi kesempatan kepada siswa bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak sekedar menceritakan atau mendengarkan cerita tentang ilmu pengetahuan.

Menggunakan keterampilan proses untuk mengajar ilmu pengetahuan, membuat siswa belajar proses dan produk ilmu pengetahuan sekaligus (Dimyati dan Mudjiono (2006:138).

Menurut Semiawan, (Nasution, 2007:1.9-1.10) menyatakan bahwa keterampilan proses adalah keterampilan fisik dan mental terkait dengan Keterampilan-Keterampilan yang mendasar yang dimiliki, dikuasai dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuan berhasil


(27)

13

menemukan sesuatu yang baru.Konsepsi tentang belajar saat ini mengalami perubahan, sejalan dengan perubahan pandangan tentang hakekat ilmu pengetahuan yang dimotori oleh filsafat konstruktivisme.

Interpretasi siswa terhadap lingkungan merupakan aktifitas yang penting untuk membentuk pengetahuan baru dalam diri kognisi siswa. Orang yang belajar tidak sekedar meniru atau mencerminkan yang diajarkan atau yang dibaca, melainkan secara aktif membentuk pengertian (Bettencour dalam Suparno, 1997:11) Bertolak dari pandangan konstruktivisme, pertama, belajar sebagai proses konstruksi, yaitu aktivitas siswa untuk membangun pengetahuan, representasi internal terhadap pengalaman. Kedua, belajar merupakan suatu proses aktif mengembangkan makna berdasarkan pengalaman. Ketiga, belajar merupakan interpretasi terhadap lingkungan melalui perbedaan struktur atau skema sehingga terjadi pemaknaan baru (Broks dalam Sulton, 1997:1).

Dalam kurikulum 1984 (Pedoman Proses Belajar Mengajar) keterampilan proses dikelompokkan menjadi tujuh. Keterampilan tersebut adalah mengamati,

menggolongkan, menafsirkan, meramalkan, menerapkan, merencanakan penelitian dan mengkomunikasikan (Depdikbud, 1986:9-10).

1. Mengamati (mengobservasi)

Observasi atau pengamatan adalah salah satu keterampilan ilmiah yang mendasar. Mengobservasi atau mengamati tidak sama dengan melihat. Dalam mengobservasi atau mengamati kita memilah-milahkan mana yang penting dari yang kurang atau tidak penting. Kita menggunakan semua indera, untuk


(28)

14

melihat, mendengar, merasa, mengecap, dan mencium. Anak-anak mungkin melihat mereka melihat kambing, kucing, kupi-kupu belalang,burung, lalat, nyamuk, dan cecak, namun mungkin mereka tidak mengamati perilaku masing-masing binatang itu. Mereka sering ke pasar, sawah, took, melihat hujan turun, merasakan hembusan angin, melihat awan, mendengarkan kicauan burung.Namun mungkin mereka tidak mengamati hal-hal itu secara seksama. Semua hanya dilihat, didengar, atau dirasakan tetapi hal-hal itu berlalu begitu saja tanpa memperoleh suatu makna. Para guru perlu melatih anak agar terampil dalam mengobservasi atau mengamati berbagai macam mahluk hidup, benda, dan kenyataan di sekitarnya (Semiawan, 1986:20). Melalui pengamatan, kita dapat belajar tentang dunia sekitar kita yang fantastis. Manusia mengamati objek-objek dengan phenomena alam melalui panca indera : penglihatan, pendengaran, penciuman, dan perasa/pengecap. Informasi yang kita peroleh, dapat menuntun keingintahuan, mempertanyakan, memikirkan, melakukan interpretasi tentang lingkungan kita, dan meneliti lebih lanjut. Selain itu, Keterampilan mengamati merupakan keterampilan paling dasar dalam memproses dan memperoleh ilmu pengetahuan serta merupakan hal esensial untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan proses lain. Mengamati merupakan tanggapan kita terhadap berbagai objek dan peristiwa alam dengan menggunakan panca indera. Dengan kata lain, melalui mengobservasi kita mengumpulkan data tentang tanggapan-tanggapan kita (Funk, 1985:4 ; Gagne dan Berliner, 1984:349).


(29)

15

2. Menghitung

Kita mungkin tidak dapat membayangkan seorang ilmuwan tanpa

Keterampilan menghitung. Banyak kegiatan menghitung yang menyita waktu seorang ilmuwan. Keterampilan menghitung anak biasanya dilatih dan dibina melalui pelajaran matematika, namun dalam pelajaran ilmu pengetahuan alam, ilmu-ilmu social, dan bahasa Indonesia keterampilan ini dapat pula

dikembangkan. Anak-anak dapat dilatih dalam menghitung kelereng, batu kerikil, kancing, kucing, ayam, rumah, luas meja, keliling lingkaran, jarak antar tanaman, hari, jumlah orang, dan waktu tempuh sebuah bus. Hasil penghitungan dapat dikomunikasikan dengan cara membuat table, grafik, atau histogram (Semiawan, 1986:20).

3. Mengklasifikasikan

Agar kita memahami sejumlah besar obyek, peristiwa, dan segala yang ada dalam kehidupan disekitar kita, lebih mudah apabila menentukan berbagai jenis golongan. Kita menentukan golongan dengan mengamati persamaan, perbedaan, dan keterhubungan serta pengelompokan obyek berdasarkan kesesuaiannya dengan berbagai tujuan. Syarat-syarat dasar dari berbagai system pengelompokan adalah bahwa hal itu berguna sepenuhnya. Mengklasifikasikan merupakan keterampilan proses untuk memilahkan berbagai obyek dan atau peristiwa berdasarkan sifat-sifat khususnya, sehingga didapatkan golongan / kelompok sejenis dari obyek dan atau peristiea yang dimaksud. Contoh kegiatan yang menampakkan keterampilan

mengklasifikasikan adalah mengklasifikasikan mahluk hidup selain manusia menjadi dua kelompok: hewan dan tumbuhan (Semiawan, 1986:22)


(30)

16

4. Mengkomunikasikan

Keterampilan berkomunikasi dengan yang lain merupakan dasar untuk segala yang kita kerjakan. Grafik, bagan, peta, lambang-lambang, diagram,

persamaan matematika, dan demonstrasi fisual, sama baiknya dengan kata-kata yang ditulis atau dibicarakan, semua adalah cara-cara komunikasi yang sering kali digunakan dalamilmu pengetahuan. Komunikasi efektif yang jelas, tepat, dan tidak samara-samar serta menggunakan keterampiln-keterampilan yang perlu dalam komunikasi, hendaknya dilatih dan dikembangkan pada diri siswa. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa semua orang mempunyai kebutuhan untuk mengemukakan ide, perasaan, dan kebutuhan lain pada diri kita. Manusia mulai belajar pada awal-awal kehidupan bahwa komunikasi merupakan dasar untuk memecahkan masalah. Mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai penyampaian dan memperoleh fakta, konsep dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual, dan atau suara visual. Contoh-contoh kegiatan dari keterampilan mengkomunikasikan adalah mendiskusikan masalah, membuat laporan, membaca peta, dan kegiatan lain yang sejenis (Semiawan, 1986:32)

5. Mengukur

Keterampilan mengukur menurut Esler dapat dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan satuan-satuan yang cocok dari ukuran panjang, luas, isi, waktu, berat, dan sebagainya. Abruscato menyatakan bahwa mengukur adalah suatu cara yang kita lakukan untuk mengukur


(31)

17

kuantitatif dengan membandingkannya terhadap standar yang konvensional atau standar non konvensional (Nasution, 2007:1.20).

6. Menginferensi

Keterampilan menginferensi menurut Esler (dalam Nasution, 2007:1.49) dapat dikatakan juga sebagai keterampilan membuat kesimpulan sementara.

Menurut Abrustaco, menginferensi atau menduga. Menyimpulkan secara sementara adalah menggunakan logika untuk membuat kesimpulan kesimpulan dari apa yang di observasi.

Contoh kegiatan untuk mengembangkan keterampilan ini adalah dengan menggunakan suatu benda yang dibungkus sehingga siswa pada mulanya siswa tidak tahu apa benda tersebut. Siswa kemudian mengguncang-guncang bungkusan yang berisi benda itu, kemudian menciumnya dan menduganya apa yang ada di dalam bungkusan ini. Dari kegiatan ini, siswa akan belajar bahwa akan muncul lebih dari satu jenis inferensi yang dibuat untuk menjelaskan suatu hasil observasi. Disamping itu juga belajar bahwa inferensi dapat diperbaiki begitu hasil observasi dibuat (Semiawan, 1986:30).

7. Memprediksi

Memprediksi adalah meramal secara khusus tentang apa yang akan terjadi pada observasi yang akan datang. Para ilmuwan sering membuat ramalan atau prediksi berdasarkan hasil observasi, pengukuran, atau penelitian yang


(32)

anak-18

anak dalam membuat peramalan kejadian-kejadian yang akan datang berdasarkan pengetahuan, pengalaman, atau dta yang dikumpulkan (Semiawan, 1986:30).

B. Sains

Sains berasal darinatural scienceatausciencesaja, biasanya disebut ilmu pengetahuan alam, merupakan sekumpulan ilmu-ilmu serumpun yang terdiri atas Biologi, Fisika, Kimia, Geologi, dan Astronomi yang berupaya

menjelaskan setiap fenomena yang terjadi di alam. Mengingat bidang

kajiannya berbeda, tentu saja terminology yang digunakan dalam setiap disiplin ilmu tersebut juga berbeda. Kerangka berpikir sains adalah bahwa : (1) Di alam ada pola yang konsisten dan berlaku universal; (2) Sains merupakan proses memperoleh pengetahuan untuk menjelaskan fenomena; (3) sains selalu berubah dan bukan kebenaran akhir; (4) Sains hanyalah pendekatan terhadap yang “mutlak” karena itu tidak bersifat “bebas nilai” dan (5) Sains bersifat terbatas, sehingga tidak dapat menentukan baik atau buruk (Rutherford dan Ahlgren, 1990:121).

Sains sesungguhnya tidak terpecah-pecah meskipun ada disiplin-disiplin tersebut, karena ada sejumlah pemikiran yang “menembus” antar disiplin Sains yang disebut tema umum, yaitu system, model, kekekalan, pola

perubahan, skala dan evolusi (Rutherford dan Ahlgren, 1990:129). Uraian dari tema-tema tersebut sebagai berikut :


(33)

19

1. Sistem terbentuk apabila ada sekumpulan benda yang berhubungan satu dengan yang lain dan dalam hubungannya setiap komponen dengan fungsinya masing-masing berupaya membentuk suatu kesatuan. Siatem dapat dibentuk dari beberapa sub system.

2. Model merupakan tiruan yang lebih sederhana dari fenomena yang sesungguhnya dipelajari, yang diharapkan daopat menolong kita

memahaminya secara lebih baik. Model ini dpat berupa model fisis, model matematis dan model konseptual.

3. Kekekalan merupakan bagian yang tidak berubah yang ditemukan dalam sebuah perubahan . Misalnya akhir dari banyak system fisis yang melibatkan energi, selalu akan menuju kondisi kesetimbangan. Pada reaksi kimia ada bagian yang tidak berubah yaitu massa zat.

4. Pola perubahan tertentu ditemukan pada setiap perubahan. Dalam alam ada tiga jenis perubahan yaitu : (1) perubahan yang cenderung berpola tetap; (2) perubahan berlangsung dalam siklus; (3) perubahan yang tak teratur .

Perubahan yang berpola tetap misalnya peluruhan radioaktif. Terjadinya hujan menggambarkan perubahan yang berpola siklus. Mengembangnya alam semesta menggambarkan perubahan yang tak teratur.

5. Skala besaran dalam alam semeata bervariasi, misalnya ukuran, tenggang waktu, kecepatan. Banyak ukuran-ukuran dalam alam yang besarnya tidak sesuai dengan pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari, seperti kecepatan cahaya, jarak bintang terdekat, jumlah bintang di galaksi, umur matahari, yang ukurannya jauh lebih besar daripada yang dapat disajikan daripada yang dapat dijelaskan secara intuisi. Sebaliknya kecilnya ukuran


(34)

20

atom, jumlahnya yang sangat banyak dalam materi, cepatnya interaksi antar atom juga jauh dari jangkauan interaksi siswa. Melalui ukuran-ukuran yang tidak biasa ini sains ingin menitipkan Keterampilan untuk memperkirakan ukuran(sense of scale)bagi siswa yang mempelajarinya, sehingga dapat membayangkan perkiraan ukuran benda, jarak, kecepatan, yang dipelajarinya itu secara tepat.

6. Evolusi merupakan perubahan yang sangat lambat. Segala sesuatu yang sekarang ada dianggap berasal dari yang ada pada masa lalu dan telah mengalami perubahan secara perlahan-lahan. Suatu evolusi tak dapat berlangsung dalam keadaan terisolasi, karena segala sesuatu akan

mempengaruhi keadaan sekelilingnya untuk berubah pula, seleksi alam akan menyebabkan mahluk hidup berevolusi.

Melalui keenam tema ini sains dipersatukan dalam pola pemikiran, meskipun berbeda bidang kajiannya, sains selalu menjadi wahana pengembangan berpikir yang sama bagi mereka yang mempelajarinya. Apabila guru sains hanya menguasai terminologi sains secara hafalan, maka hakekat berpikir sains tidak dimilikinya.

C. Berpikir Kritis

Berpikir kritis adalah proses yang melibatkan operasi mental seperti induksi, deduksi, klasifikasi, dan penalaran. Menurut Ennis (1985:33) berpikir kritis merupakan cara berpikir reflektif yang masuk akal atau berdasarkan nalar untuk menentukan apa yang akan dikerjakan dan diyakini. Berpikir


(35)

21

menggunakan proses secara simbolik yang menyatakan objek-objek nyata, kejadian-kejadian dan penggunaan pernyataan simbolik untuk menemukan prinsip-prinsip mendasar suatu objek dan kejadian (Arends, 2000:57). Keterampilan berpikir tingkat tinggi meliputi pemecahan masalah, membuat keputusan, berpikir kreatif, dan berpikir kritis, (Ruggiero dalam Johnson ,2009:187) .

Menurut Norris dan Ennis (dalam Costa, 1994:54) berpikir kritis adalah keterampilan berpikir menggunakan proses mendasar untuk menganalisis argumen, memunculkan wawasan dan interpretasi ke dalam pola penalaran logis, memahami asumsi dan bias yang mendasari tiap posisi, memberikan model representasi ringkas dan meyakinkan.

Tujuan berpikir kritis adalah untuk mengevaluasi tindakan yang dipercaya paling baik. Kerangka kerja yang menimbulkan proses berpikir ketika dilakukan penggalian informasi dan penerapan kriteria yang pantas untuk memutuskan cara bertindak atau melihat sesuatu dari sudut pandang berbeda. Semangat berpikir kritis adalah harus selalu berusaha keras dan tetap terbuka terhadap informasi dan banyak sumber yang dapat dipercaya (Norris dan Ennis dalam Costa, 1994:55).

Ada dua belas indikator Keterampilan berpikir kritis yang dikelimpokkan menjadi lima aspek Keterampilan berpikir kritis yaitu :

1) Memberikan penjelasan secara sederhana (meliputi : memfokuskan pertanyaan, bertanya dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan)


(36)

22

2) Membangun keterampilan dasar (meliputi: mempertimbangkan apakan sumber dapat dipercaya atau tidak, mengamati dan mempertimbangkan suatu laporan hasil observasi)

3) Menyimpulkan (meliputi: mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi, menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi, membuat dan menentukan nilai pertimbangan)

4) Memberikan penjelasan lanjut (meliputi: mendefiniskan istilah dan pertimbangan definisi dalam tiga dimensi, mengidentifikasi asumsi) 5) Mengatur strategi dan taktik (meliputi: menentukan tindakan, berinteraksi

dengan orang lain.

Indikator dan aspek Keterampilan berpikir kritis yang telah diadaptasi yaitu : 1. Merumuskan masalah : Memformulasikan bentuk pertanyaan yang memberi

arah untuk memperoleh jawaban.

2. Memberi argumen : Argumentasi atau alasan yang sesuai konteks,

menunjukkan persamaan dan perbedaan dengan argumentasi komprehensif. 3. Melakukan deduksi : Mendeduksi secara logis, kondisi logis deduktif,

melakukan interpretasi terhadap pertanyaan .

4. Melakukan induksi : Melakukan investigasi atau pengumpulan data, membuat generalisasi dari data, membuat tabel dan grafik, membuat kesimpulan terkait hipotesis.

5. Melakukan evaluasi: Evaluasi diberikan berdasarkan fakta dan berdasar prinsip atau pedoman, memberikan alternatif penyelesaian masalah.


(37)

23

6. Memutuskan dan melaksanakan : memilih kemungkinan solusi, menentukan kemungkinan tindakan yang akan dilaksanakan (Adaptasi : Enis dalam Marpaung (2005:30 ).

Sanjaya (2006:228) mengemukakan bahwa berpikir (thinking) adalah proses mental seseorang yang lebih dari sekedar mengingat (remembering) dan

memahami (comprehending). “Mengingat”pada dasarnya hanya melibatkan usaha penyimpanan sesuatu yang telah dialami untuk suatu saat dikeluarkan kembali atas permintaan, sedangkan “memahami” memerlukan perolehan apa yang didengar dan dibaca serta melihat keterkaitan antar-aspek dalam memori.

Keterampilan berpikir seseorang menyebabkan seseorang tersebut harus bergerak hingga di luar informasi yang didengarnya.

Selanjutnya, Gunawan (2004:74) menjelaskan bahwa keahlian berpikir tingkat tinggi (High Order Thingking) meliputi aspek berpikir kritis, berpikir kreatif, dan Keterampilan memecahkan masalah. Berpikir kritis adalah Keterampilan untuk berpikir pada level yang kompleks dan menggunakan proses analisis dan evaluasi. Berpikir kritis melibatkan keahlian berpikir induktif seperti mengenali hubungan, menganalisis masalah yang bersifat terbuka (dengan banyak kemungkinan

penyelesaian), menentukan sebab dan akibat, membuat kesimpulan dan memperhitungkan data yang relevan. Keahlian berpikir kritis lainnya adalah Keterampilan mendeteksi bias, melakukan evaluasi, membandingkan dan

mempertentangkan, serta Keterampilan untuk membedakan antara fakta dan opini. Mengukur keterampilan berpikir kritis dapat berupa interpretasi, analisis, evaluasi, kesimpulan, dan penjelasan, sebagaimana didefinisikan oleh Facione dalamThe Delhi Report(1990:159)


(38)

24

Tabel 1.1 Indikator Keterampilan Berpikir Kritis No Indikator Sub Indikator 1 Interpretasi

Mengenali,

mengklasifikasi, dan menjelaskan data

1. Menanyakan pertanyaan relevan/menyelidiki ide-ide 2. Memvalidasi data

3. Mengenal persoalan dan masalah 2 Analisis :

Identifikasi maksud dan inferensi hubungan antar data

1. Menafsirkan bukti

2. Mempertimbangkan anggapan/asumsi 3. Mengidentifikasi informasi yang

salah. 3 Evaluasi :

Memutuskan kredibilitas informasi

1. Mendeteksi bias

2. Mempertimbangkan hukum/standar etik

3. Menggunakan refleksi kecurigaan 4. Menguji alternatif

5. Memutuskan sesuai bukti

4 Inferensi:

Mengambil kesimpulan yang wajar dari bukti-bukti

1. Memprediksi konsekuensi 2. Melakukan penalaran

deduktif/induktif

3. Mendukung kesimpulan dengan bukti.

4. Menetapkan prioritas 5. Rencana pendekatan

6. Memodifikasi/intervensi individual 7. Melakukan penelitian dalam praktek 5 Penjelasan :

Menyamakan hasil kegiatan penalaran berdasarkan argumen yang meyakinkan. 1.Memutuskan hasil 2.Merevisi rencana

3.Mengidentivikasi persepsi orang lain.


(39)

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di SD Negeri I Kampung baru tepatnya di jalan Bumi manti No. 2 Kedaton, kelurahan kampung baru, kotamadya Bandar Lampung. Penelitian telah dilaksanakan pada semester ganjil, pada bulan Oktober 2012.

B. Populasi dan sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III Tahun Pelajaran 2012/2013 SD Negeri I Kampung Baru. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas IIIA (n=26 orang) dan IIIB (n=26 orang) yang masing-masing kelas berjumlah 26 siswa. Sampel dipilih dari populasi dengan teknik Claster Random Sampling, selanjutnya kelas IIIA terpilih sebagai kelompok eksperimen dan kelas IIIB sebagai kelompok kontrol.

C. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pretes-postes pada kelompok tak ekuivalen. Kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen menggunakan kelas yang ada dan satu level dengan kondisi yang homogen. Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan pembelajaran menggunakan


(40)

26

keterampilan proses sedangkan kelas kontrol tidak menggunakan pembelajaran menggunakan keterampilan proses. Sampel mendapat penilaian keterampilan proses yang sama. Sehingga struktur desain penelitiannya adalah sebagai berikut :

Keterangan : I1 = Kelompok eksperimen (Kelas III A) I2 = Kelompok kontrol (Kelas III B) O1 = Pretes

O2 = Postes

X = Perlakuan eksperimen (pembelajaran menggunakan pendekatan ketrampilan proses sains)

C = Perlakuan kontrol (pembelajaran menggunakan Pendekatan Konvensional). (diadaptasi dari: Riyanto, 2001: 46)

Gambar 2. Pretes postes tak ekuivalen D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan

penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut :

1. Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian adalah:

a. Membuat surat izin penelitian pendahuluan untuk observasi ke sekolah.

b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti.

I

1

O1

X

O

2


(41)

27

c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol.

d. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKK). e. Membuat instrumen evaluasi yaitu soal pretest/posttes berupa soal

pilihan jamak untuk setiap pertemuan dan lembar observasi untuk pengamatan ketrampilan berpikir kritis siswa.

2. Pelaksanaan Penelitian

Mengadakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan ketrampilan proses sains untuk kelas eksperimen dan tanpa menggunakan

pengembangan ketrampilan proses sains yaitu dengan menggunakan metode yang biasa digunakan oleh guru kelas di SD N 1 Kampung Baru untuk kelas kontrol.

Penelitian ini direncanakan sebanyak tiga kali pertemuan dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut :

A. Kelas Eksperimen (Pendekatan keterampilan proses sains) a. Pendahuluan

1) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam.

2) Guru memberikan pretes untuk pertemuan pertama sebagai penilaian keterampilan berpikir kritis siswa.

3) Guru membacakan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD) dan indikator pembelajaran.


(42)

28

(Pertemuan I); mengajukan pertanyaan ” Di lingkungan sekitar kita banyak berbagai macam makhluk hidup, contohnya manusia, tumbuhan dan hewan. Untuk melangsungkan hidupnya, makhluk hidup tersebut membutuhkan makanan, untuk itu kita harus

mengetahui bagaimana ciri-ciri dan cara makhluk hidup mendapatkan makanan agar kehidupannya terus berlangsung. Dari keterangan Bapak tadi dapatkah kalian menyebutkan ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup serta penggolongannya?”

(Pertemuan II) mengajukan pertanyaan ”coba kalian semua perhatikan hewan dan tumbuhan yang ada di sekitar kalian contohnya ikan hidupnya di air, ayam hidupnya di darat, eceng gondok hidupnya di air dan bunga mawar hidupnya di darat. Dari contoh tadi coba kalian golongkan makhluk hidup berdasarkan tempat hidupnya?”

(Pertemuan III) mengajukan pertanyaan “Pernahkah kalian memakai baju kalian saat masih kecil?. Bagaimanakah keadaannya saat baju itu kalian pakai sekarang?” kemudian guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan mengajukan pertanyaan ”jika demikian berarti makhluk hidup mengalami perubahan, mengapa makhluk hidup mengalami perubahan?

Guru meggali pengetahuan awal siswa dengan pertanyaan

(Pertemuan I); Kebutuhan apa saja yang di butuhkan oleh makhluk hidup?

(Pertemuan II); apakah makhluk hidup bisa golongkan berdasarkan makanannya?


(43)

29

(Pertemuan III); Faktor apa saja yang dibutuhkan untuk tumbuh dan berkembang pada makhluk hidup?

b. Kegiatan inti

1) Guru meminta siswa duduk dalam kelompoknya masing-masing 5 orang (pembagian kelompok dilakukan pada hari sebelumnya). 2) Guru membagikan Lembar Kerja Kelompok (LKK) yang berisi permasalahan kepada setiap kelompok yang harus diselidiki oleh siswa. LKK ini dirancang menggunakan pendekatan keterampilan proses sains.

3) Guru meminta siswa untuk mengamati hewan, tumbuhan dan manusia asli yang disediakan untuk menjawab LKK yang ada.

Pertemuan I : LKK tentang ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup. Pertemuan I : LKK tentang penggolongan makhluk hidup.

Pertemuan III : LKK tentang perubahan pada makhluk hidup. 4) Guru berkeliling untuk membimbing siswa dalam menemukan

jawaban dari permasalahan yang ada dalam LKK.

5) Guru membahas masalah-masalah yang ada di dalam LKK yang belum dapat ditemukan oleh siswa.

c. Penutup

1) Guru mengadakan tes akhir (post tes) untuk pertemuan terakhir. 2) Guru bersama siswa membuat kesimpulan dalam setiap pertemuan. 3) Guru meminta siswa untuk membaca materi yang akan dibahas pada

pertemuan selanjutnya.


(44)

30

B. Kelas Kontrol (Pendekatan Pembelajaran Konvensional) a. Pendahuluan

1) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam.

2) Guru memberikan pretes untuk pertemuan pertama sebagai penilaian keterampilan berpikir kritis siswa.

a. Guru membacakan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD) dan indikator pembelajaran.

3) Guru memberikan motivasi :

(Pertemuan I); mengajukan pertanyaan ” Di lingkungan sekitar kita

banyak berbagai macam makhluk hidup, contohnya manusia, tumbuhan dan hewan. Untuk melangsungkan hidupnya, makhluk hidup tersebut membutuhkan makanan, untuk itu kita harus mengetahui bagaimana ciri-ciri dan cara makhluk hidup mendapatkan makanan agar kehidupannya terus berlangsung. Dari keterangan Bapak tadi dapatkah kalian

menyebutkan ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup serta penggolongannya?”

(Pertemuan II) mengajukan pertanyaan ”coba kalian semua perhatikan hewan dan tumbuhan yang ada di sekitar kalian contohnya ikan hidupnya di air, ayam hidupnya di darat, eceng gondok hidupnya di air dan bunga mawar hidupnya di darat. Dari contoh tadi coba kalian golongkan makhluk hidup berdasarkan tempat hidupnya?”

(Pertemuan III) mengajukan pertanyaan “Pernahkah kalian memakai baju kalian saat masih kecil?. Bagaimanakah keadaannya saat baju itu kalian


(45)

31

pakai sekarang?” kemudian guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan mengajukan pertanyaan ”jika demikian berarti makhluk hidup mengalami perubahan, mengapa makhluk hidup mengalami perubahan? Guru meggali pengetahuan awal siswa dengan pertanyaan

(Pertemuan I); Kebutuhan apa saja yang di butuhkan oleh makhluk hidup? (Pertemuan II); apakah makhluk hidup bisa golongkan berdasarkan

makanannya?

(Pertemuan III); Faktor apa saja yang dibutuhkan untuk tumbuh dan berkembang pada makhluk hidup?

b. Kegiatan Inti

1) Guru meminta siswa untuk membuka buku cetak sains kelas III 2) Guru menjelaskan tentang ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup. 3) Siswa mendengarkan penjelasan dari guru

4) Siswa bertanya mengenai materi yang belum dipahami.

5) Guru mengadakan penguatan dengan menjelaskan materi yang belum dipahami oleh siswa.

c. Penutup

1) Guru menugaskan siswa untuk membaca materi untuk pertemuan selanjutnya

2) Siswa mendapatkan pekerjaan rumah

3) Guru mengadakan tes akhir (post tes) untuk pertemuan terakhir, tentang materi pokok ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup.


(46)

32

E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data 1. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif, data kuatitatif diperoleh dari penguasaan keterampilan berpikir kritis siswa yang diperoleh dari selisih pretest dan posttest yang dilakukan siswa disebut dengan skor gain dan kemudian dianalisis secara statistik. Data kualitatif diperoleh dari data observasi yang berasal dari data persentase keterampilan proses sains masing-masing siswa dan data persentase jumlah masing-masing katagori sub keterampilan yang dikuasai siswa kemudian dikualitatifkan berdasarkan skala katagori keterampilan.

2. Teknik Pengambilan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Pre-test post-test

Data keterampilan berpikir kritis berupa nilai pretes diambil pada pertemuan ke I dan postes diambil pada pertemuan ke II. Nilai pretes diambil sebelum pembelajaran pertemuan pertama pada setiap kelas baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol, sedangkan nilai post tes diambil setelah pembelajaran pertemuan ke empat pada setiap kelas baik eksperimen maupun kontrol. Bentuk soal yang diberikan adalah berupa soal pilihan jamak, dengan jumlah sebanyak duapuluh soal. Teknik penskoran nilai pre-tes dan pos-tes yaitu :


(47)

33

N

Keterangan :

S = Nilai yang diharapkan (dicari)

R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar N = jumlah skor maksimum dari tes tersebut

(Purwanto,1991 :112)

b. Lembar Observasi Keterampilan Proses Sains Siswa

Lembar observasi keterampilan proses sains siswa berisi semua aspek kegiatan yang diamati pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa diamati point kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi tanda (√ ) pada lembar observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan. Jenis data dan alat ukut data atau teknik pengambilan data secara rinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2. Hubungan antara jenis data , instrumen, dan waktu pelaksanaanya

No Jenis Data Alat ukur Pelaksanaan 1 Kuantitatif

Hasil belajar

Tes Pre-test Post-test

Di awal dan diakhir pertemuan

2 Kualitatif

Aktvitas belajar

Lembar observasi Pada saat proses belajar


(48)

34

E. Tehnik Analisis Data 1. Analisis Data

1.1 Data kuantitatif

Data kuantitatif adalah keterampilan berpikir kritis siswa yang diperoleh dari nilai pretest dan post-tes. Kemudian dihitung selisih antara nilai pretest dengan post-test. Nilai selisih tersebut disebut sebagai skor gain, lalu dianalisis secara statistik. Untuk mendapatkan skor gain

menggunakan formula Hake (Loranz, 2008 : 2) sebagai berikut:

100 x Y Z Y X SkorGain    Keterangan : X = nilai pos-test Y = nilai pre-test Z = skor maksimum 1.2 Data Kualitatif

Data kualitatif keterampilan proses sains maupun keterampilan berpikir kritis siswa yang diperoleh dianalisis secara statistik menggunakan SPSS 17, yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat yang berupa:

1.2.1 Uji Normalitas Data

Uji normalitas data digunakan uji Lilliefors menggunakan software SPSS versi 17 (Kurniawan, 2008:3).

Hipotesis :

Ho : Sampel berdistribusi normal

H1 : Sampel tidak berdistribusi normal. Dengan kriteria pengujian yaitu :


(49)

35

Terima Ho jika Lhitung <Ltabel tolak Ho untuk harga yang lainnya. 1.2.2 Kesamaan Dua Varians (Homogenitas data)

Apabila masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua varian dengan uji Fisher menggunakan software SPSS versi 17 (Pratisto, 2004:13).

Hipotesis :

Ho : Kedua sampel mempunyai varians sama. H1 : Kedua sampel mempunyai varians berbeda. Dengan kriteria uji yaitu :

jika F hitung < F tabel atau probabilitasnya > 0,05 maka Ho diterima, jika F hitung > F tabel atau probabilitasnya < 0,05 maka Ho ditolak.

2. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan software SPSS versi 17. 2.1 Uji Kesamaan Dua Rata-rata

Hipotesis :

H0 = Rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa kedua sampel sama, H1 = Rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa kedua sampel tidak

sama.

Dengan kriteria uji yaitu :

jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima,


(50)

36

2.2 Uji Perbedaan Dua Rata-rata Hipotesis :

H0 = Rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen sama dengan kelas kontrol,

H1 = Rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol.

Dengan kriteria uji yaitu :

jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima,

Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel maka Ho ditolak (Pratisto, 2004:10).

F. Pengolahan Data Keterampilan Proses Sains Siswa

Data keterampilan proses sains siswa diambil melalui observasi selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan indeks aktivitas siswa dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1) Menghitung rata–rata skor aktivitas dengan menggunakan rumus:

100

x

n

x

i

Keterangan  = Rata-rata skor aktivitas siswa ∑xi = Jumlah skor yang diperoleh


(51)

37

Tabel 3. Lembar Observasi Keterampilan Proses Sains Siswa

No. Nama Siswa

Aspek yang diamati xi

A B C D

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4 5 jumlah Keterangan : A. Observasi

1. Jika menggunakan 1 indra. 2. Jika menggunakan 2 indra.

3. Jika menggunakan lebih dari 2 indra. B. Mengklasifikasikan

1. Mengelompokkan data. 2. Menjelaskan data.

3. Mengeompokkan dan menjelaskan data. C. Menafsirkan

1. Tidak tepat. 2. Hampir tepat. 3. Tepat.

D. Meramalkan (memprediksi) 1. Bias /rancu.

2. Mendekati lengkap dan benar. 3. Lengkap dan benar.

2) Menafsirkan atau menentukan kategori Indeks Keterampilan Proses Sains Siswa sesuai klasifikasi pada tabel.

Tabel 4 . Kasifikasi indeks keterampilan Proses Sains Siswa Kategori Interpretasi

0,00 – 29,99 Sangat Rendah 30,00 – 54,99 Rendah 55,00 – 74,99 Sedang 75,00 – 89,99 Tinggi 90,00 – 100,00 Sangat Tinggi Dimodifikasi dari Hake (dalam Belina, 2008:37)


(52)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Penerapan pendekatan keterampilan proses sains berpengaruh signifikan terhadap peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa. Keterampilan berpikir kritis siswa pada penerapan pendekatan keterampilan proses sains dengan N-gain(57.34).

2. Rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa pada materi pokok ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidupyang diajar menggunakan pendekatan keterampilan proses sains lebih tinggi daripada siswa yang diajar menggunakan pendekatan konvensional.


(53)

54

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagaiberikut : 1. Untuk sekolah yang kelas pembelajarannya belum pernah menggunakan

pendekatan keterampilan proses sains, sebaiknyasebelum penelitian siswa diperkenalkan dahulu pada pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan keterampilan proses sains ini sampai beberapa pertemuan sehingga, mereka tidak bermain-main pada saat proses belajar berlangsung dan pemilihan jumlah siswa kelas eksperimen diusahakan maksimal 30 orang agar pelaksanaan diskusi kelompok dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses sains lebih efektif.

2. Untuk penelitian lanjut, sebaiknya rancangan penelitian tidak dibatasi oleh duatiga pertemuan saja, sehingga siswa memiliki pengalaman untuk berketerampilan proses sains dengan optimal.


(54)

DAFTAR PUSTAKA

Belina. W. W. 2008.Peningkatan Kecakapan Berpikir Rasional Siswa Dalam Pembelajaran Fisika di SMP Pada Pokok Bahasan Pemantulan Cahaya Melalui Model Pembelajaran PBI (Penelitian eksperimen pada siswa kelas VIII di salah satu SMP Swasta di kota Bandung). Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika UPI. Bandung. Tidak diterbitkan.

BSNP. 2006.Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/Model Silabus SMA/MA. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Cariyadi, Y. 2004.Peningkatan Keterampilan Proses Sains melalui metode Inkuiri Terpimpin disertai penggunaan LCD Proyektror Sebagai Penguatan Konsep Dalam Pembelajaran Biologi. Universitas Muhamadyah. Surakarta. Costa, A.L.1988.Developing Minds A Resource Book For Teaching Thinking.

Assosiation For Supervision and Curriculum Development. Alexandria. Depdikbud. 1986.Kurikulum Pedoman. Proses Belajar Mengajar. Depdikbud.

Jakarta.

Depdiknas. 2003.Pedoman Khusus Pengembangan Instrumen dan Penilaian Ranah Kognitif, Afektif dan Psikomotor.Depdiknas-Dikdasmen. Jakarta Dimyati dan Mudjiono. 2002.Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Ennis. H. 1996.Critical Thinking.Prentice-hall inc.: USA

Facione, P. A. (1990).The Delphi report.Millbrae, CA: The California Academic Press. dalamCritical Thinking in Clinical Nursing PracticeRN

Information Bulletin.

Gunawan,W. 2004.Genius Learning Strategy. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Hadjar, ibnu. 1999.Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Kwantitatif dalam Pendidikan. Raja Grasindo. Jakarta.


(55)

56

Hasnunidah, Neni. 2009.Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa SMP Melalui Penggunaan Model Problem Based Learning Pada Pembelajaran Konsep Struktur dan Fungsi Organ Manusia.Dalam http:// pustaka ilmiah Unila Wordpress (16 Desember 2009 : 19 : 48)

Johnson, E, B. 2009.Contextual Teaching and Learning. Mizan Learning Center. Bandung.

Loranz, D. 2008.Gain Score. Google.

http://www.tmcc.edu./vp/acstu/assesment/downloads/documents/reports/ar chives/discipline/0708/SLOAPHYSDisiciplineRep0708.pdf.

Nasution dan Neohi. 2007.Pendidikan IPA di SD. Universitas Terbuka. Jakarta. Pratisto, A. 2004.Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan

Percobaan dengan SPSS 12. Gramedia. Jakarta.

Purwanto, A, Erwan, dan Sulistyastuti. 2007.Metode Penelitian Kuantitatif. Gava Media. Jakarta.

Riyanto. 2001.Metodelogi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.

Rustaman. 2005.Strategi Belajar Mengajar Biologi. Universitas Negeri Malang. Malang.

Sanjaya. 2008.Strategi Pembelajaran. Kencana Prenada Media Group. Jakarta Sanjaya, W. 2006.Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Kencana Perdana Media. Jakarta.

Semiawan, C. 1986.Pendekatan Keterampilan Proses. PT. Gramedia. Jakarta. Waryanto.1996.Penggunaan Pembelajaran Inkuiri Berbasis Lingkungan

Terhadap Keterampilan Berfikir Siswa SD Pinggiran Kota Bogor. Disertasi. UPI. Bandung.


(1)

2.2 Uji Perbedaan Dua Rata-rata Hipotesis :

H0 = Rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas

eksperimen sama dengan kelas kontrol,

H1 = Rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas

eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol.

Dengan kriteria uji yaitu :

jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima,

Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel maka Ho ditolak (Pratisto,

2004:10).

F. Pengolahan Data Keterampilan Proses Sains Siswa

Data keterampilan proses sains siswa diambil melalui observasi selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan indeks aktivitas siswa dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1) Menghitung rata–rata skor aktivitas dengan menggunakan rumus:

100

x

n

x

i

Keterangan  = Rata-rata skor aktivitas siswa ∑xi = Jumlah skor yang diperoleh


(2)

37

Tabel 3. Lembar Observasi Keterampilan Proses Sains Siswa

No. Nama Siswa

Aspek yang diamati xi

A B C D

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4 5 jumlah Keterangan : A. Observasi

1. Jika menggunakan 1 indra. 2. Jika menggunakan 2 indra.

3. Jika menggunakan lebih dari 2 indra. B. Mengklasifikasikan

1. Mengelompokkan data. 2. Menjelaskan data.

3. Mengeompokkan dan menjelaskan data. C. Menafsirkan

1. Tidak tepat. 2. Hampir tepat. 3. Tepat.

D. Meramalkan (memprediksi) 1. Bias /rancu.

2. Mendekati lengkap dan benar. 3. Lengkap dan benar.

2) Menafsirkan atau menentukan kategori Indeks Keterampilan Proses Sains Siswa sesuai klasifikasi pada tabel.

Tabel 4 . Kasifikasi indeks keterampilan Proses Sains Siswa Kategori Interpretasi

0,00 – 29,99 Sangat Rendah 30,00 – 54,99 Rendah 55,00 – 74,99 Sedang 75,00 – 89,99 Tinggi 90,00 – 100,00 Sangat Tinggi Dimodifikasi dari Hake (dalam Belina, 2008:37)


(3)

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Penerapan pendekatan keterampilan proses sains berpengaruh signifikan terhadap peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa. Keterampilan berpikir kritis siswa pada penerapan pendekatan keterampilan proses sains dengan N-gain(57.34).

2. Rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa pada materi pokok ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidupyang diajar menggunakan pendekatan keterampilan proses sains lebih tinggi daripada siswa yang diajar menggunakan pendekatan konvensional.


(4)

54

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagaiberikut : 1. Untuk sekolah yang kelas pembelajarannya belum pernah menggunakan

pendekatan keterampilan proses sains, sebaiknyasebelum penelitian siswa diperkenalkan dahulu pada pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan keterampilan proses sains ini sampai beberapa pertemuan sehingga, mereka tidak bermain-main pada saat proses belajar berlangsung dan pemilihan jumlah siswa kelas eksperimen diusahakan maksimal 30 orang agar pelaksanaan diskusi kelompok dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses sains lebih efektif.

2. Untuk penelitian lanjut, sebaiknya rancangan penelitian tidak dibatasi oleh duatiga pertemuan saja, sehingga siswa memiliki pengalaman untuk berketerampilan proses sains dengan optimal.


(5)

Belina. W. W. 2008.Peningkatan Kecakapan Berpikir Rasional Siswa Dalam Pembelajaran Fisika di SMP Pada Pokok Bahasan Pemantulan Cahaya Melalui Model Pembelajaran PBI (Penelitian eksperimen pada siswa kelas VIII di salah satu SMP Swasta di kota Bandung). Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika UPI. Bandung. Tidak diterbitkan.

BSNP. 2006.Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/Model Silabus SMA/MA. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Cariyadi, Y. 2004.Peningkatan Keterampilan Proses Sains melalui metode Inkuiri Terpimpin disertai penggunaan LCD Proyektror Sebagai Penguatan Konsep Dalam Pembelajaran Biologi. Universitas Muhamadyah. Surakarta. Costa, A.L.1988.Developing Minds A Resource Book For Teaching Thinking.

Assosiation For Supervision and Curriculum Development. Alexandria. Depdikbud. 1986.Kurikulum Pedoman. Proses Belajar Mengajar. Depdikbud.

Jakarta.

Depdiknas. 2003.Pedoman Khusus Pengembangan Instrumen dan Penilaian Ranah Kognitif, Afektif dan Psikomotor.Depdiknas-Dikdasmen. Jakarta Dimyati dan Mudjiono. 2002.Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Ennis. H. 1996.Critical Thinking.Prentice-hall inc.: USA

Facione, P. A. (1990).The Delphi report.Millbrae, CA: The California Academic Press. dalamCritical Thinking in Clinical Nursing PracticeRN

Information Bulletin.

Gunawan,W. 2004.Genius Learning Strategy. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Hadjar, ibnu. 1999.Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Kwantitatif dalam Pendidikan. Raja Grasindo. Jakarta.


(6)

56

Hasnunidah, Neni. 2009.Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa SMP Melalui Penggunaan Model Problem Based Learning Pada Pembelajaran Konsep Struktur dan Fungsi Organ Manusia.Dalam http:// pustaka ilmiah Unila Wordpress (16 Desember 2009 : 19 : 48)

Johnson, E, B. 2009.Contextual Teaching and Learning. Mizan Learning Center. Bandung.

Loranz, D. 2008.Gain Score. Google.

http://www.tmcc.edu./vp/acstu/assesment/downloads/documents/reports/ar chives/discipline/0708/SLOAPHYSDisiciplineRep0708.pdf.

Nasution dan Neohi. 2007.Pendidikan IPA di SD. Universitas Terbuka. Jakarta. Pratisto, A. 2004.Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan

Percobaan dengan SPSS 12. Gramedia. Jakarta.

Purwanto, A, Erwan, dan Sulistyastuti. 2007.Metode Penelitian Kuantitatif. Gava Media. Jakarta.

Riyanto. 2001.Metodelogi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.

Rustaman. 2005.Strategi Belajar Mengajar Biologi. Universitas Negeri Malang. Malang.

Sanjaya. 2008.Strategi Pembelajaran. Kencana Prenada Media Group. Jakarta Sanjaya, W. 2006.Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Kencana Perdana Media. Jakarta.

Semiawan, C. 1986.Pendekatan Keterampilan Proses. PT. Gramedia. Jakarta. Waryanto.1996.Penggunaan Pembelajaran Inkuiri Berbasis Lingkungan

Terhadap Keterampilan Berfikir Siswa SD Pinggiran Kota Bogor. Disertasi. UPI. Bandung.


Dokumen yang terkait

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING (GUIDED INQUIRY) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII MTs N 2 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2011/2012)

0 16 61

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PRAKTIKUM DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Metro Semester Genap Tahun Pelajar

0 17 61

EFEKTIVITAS LKS BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 20 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 11 52

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK PROTISTA (Studi Eksperimen Semu pada Siswa Kelas X SMA N 12 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Ajaran 2012/2013)

1 9 52

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PRAKTIKUM DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Metro Semest

2 18 54

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN OBSERVASI TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS OLEH SISWA PADA MATERI POKOK KEANEKARAGAMAN CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP (Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Tanjung Bintang Lampung Selatan Semester Genap Tahu

8 114 44

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP ( Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Krui Kabupaten Lampung Barat Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 8 43

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATON (GI) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI POKOK KEANEKARAGAMAN CIRI MAKHLUK HIDUP(Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP N 19 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2012/2013)

0 10 62

PENGARUH PENGGUNAAN METODE DISKOVERI (DISCOVERY LEARNING) TERHADAP AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah Pekalongan Lampung Timur Tahun Ajaran 2012/2

0 4 38

PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI DAN KEBUTUHAN MAKHLUK HIDUP TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA ( Studi Eksperimen pada Siswa Kelas III SD N 1 Kedaton Bandar Lampung 2012/2013)

0 5 55