PEMBELAJARAN SENI RUDAT UNTUK MEMBENTUK “KARAKTER” PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SINGAPARNA.

(1)

Asti Trilestari, 2013

Pembelajaran Seni Rudat Untuk Membentuk “Karakter” Pada Siswa Kelas Vii Smp Negeri 1 Singaparna

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

PEMBELAJARAN SENI RUDAT UNTUK MEMBENTUK “KARAKTER” PADA

SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SINGAPARNA

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Seni

Oleh

ASTI TRILESTARI 1103468

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

Asti Trilestari, 2013

Pembelajaran Seni Rudat Untuk Membentuk “Karakter” Pada Siswa Kelas Vii Smp Negeri 1 Singaparna

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

PEMBELAJARAN SENI RUDAT UNTUK MEMBENTUK “KARAKTER” PADA

SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SINGAPARNA

Oleh Asti Trilestari

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Sekolah Pasca Sarjana

© Asti Trilestari 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Asti Trilestari, 2013

Pembelajaran Seni Rudat Untuk Membentuk “Karakter” Pada Siswa Kelas Vii Smp Negeri 1 Singaparna


(4)

Asti Trilestari, 2013

Pembelajaran Seni Rudat Untuk Membentuk “Karakter” Pada Siswa Kelas Vii Smp Negeri 1 Singaparna

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ABSTRAK

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui nilai-nilai karakter yang terkandung pada seni Rudat. Hal ini menjadi penting, karena seni Rudat sebagai produk masyarakat setempat dijadikan sebagai bahan ajar dalam pembelajaran di jenjang Sekolah Menengah Pertama. Untuk dapat memecahkan permasalahan dalam penelitian ini peneliti membagi masalah ke dalam beberapa sub masalah. Nilai-nilai Karakter apa yang terjaring dalam seni Rudat?, Bagaimana Proses Pembelajaran seni Rudat di kelas VII-E SMPN 1 Singaparna Kabupaten Tasikmalaya?, dan Bagaimana Hasil Pembelajaran seni Rudat di kelas VII-E SMPN 1 Singaparna Kabupaten Tasikmalaya?.

Pengumpulan data tentang Pembelajaran Seni Rudat untuk Membentuk

“Karakter” pada Siswa kelas VII-E SMP Negeri 1 Singaparna dilakukan dengan

menggunakan metode Penelitian Tindakan (Action Research). Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah teknik observasi aktif, wawancara, dan studi dokumentasi dari penelitian-penelitian sebelumnya.

Teori yang digunakan sebagai pijakan dalam penelitian ini adalah Tiga tujuan pembelajaran seni (termasuk seni tari), yaitu: 1) sebuah strategi atau cara memupuk, mengembangkan sensitivitas dan kreativitas; 2) memberi peluang seluas-luasnya kepada siswa untuk berekspresi; 3) mengembangkan pribadi anak ke arah pembentukan pribadi yang utuh dan menyeluruh, baik secara individu, sosial, maupun budaya. Karakter berkaitan dengan konsep moral (moral

knonwing), sikap moral (moral felling), dan perilaku moral (moral behavior). Berdasarkan dari data yang berhasil dikumpulkan tergambar bahwa terdapat nilai-nilai karakter dalam kesenian Rudat. Proses pembelajaran seni Rudat dilakukan melalui lima tahap pembelajaran, yaitu: Tahap I, mengidentifikasi, berekplorasi, berkreasi melalui unsur gerak (ruang dan tenaga), Tahap II, mengidentifikasi dan mengaplikasikan lagu (sholawat) terhadap gerak hasil eksplorasi pada pertemuan I, Tahap III, mengapresiasi, mengeksplorasi, dan berkreasi tari sebenarnya diiringi sholawat pada seni Rudat, Tahap IV, mengapresiasi dan menganalisis pesan moral/nilai-nilai yang terkandung pada gerak, lagu, dan fungsi sebenarnya pada seni Rudat, Tahap V, menampilkan seni Rudat. Hasil pembelajaran seni Rudat tergambar bahwa ternyata nilai-nilai karakter yang terdapat pada tari Rudat sudah mulai terepresentasikan ke dalam pikiran siswa yang turut membangun karakter siswa.


(5)

Asti Trilestari, 2013

Pembelajaran Seni Rudat Untuk Membentuk “Karakter” Pada Siswa Kelas Vii Smp Negeri 1 Singaparna

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR ISI

PERNYATAAN………... i

ABSTRAK……….….. ii

KATA PENGANTAR……….…... iii

DAFTAR ISI………... vi

DAFTAR GAMBAR……….. ix

DAFTAR TABEL………... x

DAFTAR BAGAN……….. xi

DAFTAR LAMPIRAN……….. xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………. 1

B. Rumusan Masalah……… 9

C. Tujuan Penelitian………... 10

D. Manfaat Penelitian……… 10

E. Batasan/Definisi Istilah……… 10

F. Hipotesis………..………. 11

G. Metode Penelitian………..…………... 11

H. Subjek Lokasi Penelitian…...………... 12

I. Sistematika Penulisan………... 13

BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu………..………….. 14

B. Pembelajaran Seni Tari………...…. 15

C. Kurikulum……… 19

D. Seni Rudat……… 28

E. Nilai-nilai Karakter……….. 30

1. Definisi Karakter……… 30

2. Mekanisme dalam Pembentukan Karakter………. 34


(6)

Asti Trilestari, 2013

Pembelajaran Seni Rudat Untuk Membentuk “Karakter” Pada Siswa Kelas Vii Smp Negeri 1 Singaparna

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode………..…………. 42

B. Subjek dan Lokasi Penelitian………... 45

C. Instrumen Penelitian………. 46

D. Teknik Pengumpulan Data………... 47

1. Observasi……… 47

2. Wawancara……….……… 48

3. Studi Dokumentasi………. 50

E. Teknik Analisis Data……… 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Seni Rudat Sebagai Bahan Ajar………... 52

B. Nilai-nilai Karakter yang Terdapat Pada Seni Rudat………... 53

1. Gerak ………... 54

a. Koreografi………... 55

b. Makna Gerak……….. 60

c. Analisis Gerak Berdasarkan Kategori Gerak……….. 60

d. Nilai-nilai Karakter yang terdapat pada Gerak tari Rudat……….. 62

2. Kostum ……….………... 63

3. Musik Pengiring………... 65

a. Perkusi……… 66

b. Vokal……….. 67

c. Nilai-nilai karakter yang terdapat pada musik tari Rudat………... 69

4. Fungsi Seni Rudat……….. 70

C. Penetapan Bahan Seni Rudat Sebagai Materi Ajar……….. 71

1. Materi………. 71

2. Pembelajaran Seni Rudat Untuk Menumbuhkan Nilai Karakter………... 72

3. Strategi Pembelajaran Seni Rudat……….. 72

4. Mapping Pembelajaran Seni Rudat……… 73

5. Syntax Pembelajaran Seni Rudat………... 74


(7)

Asti Trilestari, 2013

Pembelajaran Seni Rudat Untuk Membentuk “Karakter” Pada Siswa Kelas Vii Smp Negeri 1 Singaparna

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

D. Profil Sekolah, Kurikulum, Serta Mata Pelajaran Seni Budaya………... 78

1. Profil Sekolah………. 78

2. Kurikulum………... 81

3. Mata Pelajaran Seni Budaya………... 81

4. Standar Kompetensi Lulusan……….. 81

E. Pembelajaran Seni Rudat Untuk Membentuk Nilai-nilai Karakter………….. 85

1. Pertemuan 1………...……… 85

2. Pertemuan 2………... 95

3. Pertemuan 3………... 102

4. Pertemuan 4………... 110

5. Pertemuan 5………... 117

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan………... 125

B. Rekomendasi………. 128

DAFTAR PUSTAKA……….. 130


(8)

Asti Trilestari, 2013

Pembelajaran Seni Rudat Untuk Membentuk “Karakter” Pada Siswa Kelas Vii Smp Negeri 1 Singaparna

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Keterkaitan antara seni Rudat dengan komponen moral……….. 31

Gambar 3.1 Mekanisme Kerja Action Research……..………... 45

Gambar 4.1 Pose Awal……..………... 54

Gambar 4.2 Kostum Tari Rudat pada tahun 1929……… 63

Gambar4.3 Busana pada Seni Rudat di Kampung Cikupa... 64

Gambar 4.4 Kostum Laki-laki Kesenian Rudat di Kampung Cikupa…... 65

Gambar 4.5 Terebang………... 66

Gambar 4.6 Bedug……… 67

Gambar 4.7 SMP Negeri 1 Singaparna Tampak Depan……….. 78

Gambar 4.8 Gerak dengan unsur Ruang dan Tenaga……….. 88

Gambar 4.9 Gerak dengan unsur Ruang dan Tenaga Hasil Kreativitas Anak………. 89

Gambar 4.10 Kegiatan Apresiasi……….……… 105


(9)

Asti Trilestari, 2013

Pembelajaran Seni Rudat Untuk Membentuk “Karakter” Pada Siswa Kelas Vii Smp Negeri 1 Singaparna

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Rumusan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar pada cabang Seni Tari…… 27

Tabel 2.2 Substansi Nilai/Karakter yang ada pada SKL SMP/MTs/SMPLB/Paket B….... 39

Tabel 4.1 Nilai-nilai Karakter yang terdapat pada gerak Tari Rudat………... 62

Tabel 4.2 Nilai-nilai Karakter yang terdapat pada kostum Tari Rudat……… 65

Tabel 4.3 Nilai-nilai Karakter yang terdapat pada musik Tari Rudat……….. 69


(10)

Asti Trilestari, 2013

Pembelajaran Seni Rudat Untuk Membentuk “Karakter” Pada Siswa Kelas Vii Smp Negeri 1 Singaparna

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR BAGAN

Bagan 4.1 Mapping Pembelajaran Seni Rudat………... 73

Bagan 4.2 Syntax Pembelajaran Tari Rudat…………....……… 74

Bagan 4.3 Langkah-langkah Pembelajaran Tari Rudat……….. 76

Bagan 4.4 Pertemuan I……… 85

Bagan 4.5 Pertemuan II………... 95

Bagan 4.6 Pertemuan III……….. 102

Bagan 4.7 Pertemuan IV……….. 110


(11)

Asti Trilestari, 2013

Pembelajaran Seni Rudat Untuk Membentuk “Karakter” Pada Siswa Kelas Vii Smp Negeri 1 Singaparna

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 RPP………... 134

Lampiran 2 Pedoman Wawancara……… 154

Lampiran 3 Profil………. 156

Lampiran 4 Photo Gerak………..

Lampiran 5 Surat Keputusan Izin Tesis………...

158 163 Lampiran 6 Surat Izin Penelitian……….. 165


(12)

Asti Trilestari, 2013

Pembelajaran Seni Rudat Untuk Membentuk “Karakter” Pada Siswa Kelas Vii Smp Negeri 1 Singaparna

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Masyarakat Tasikmalaya dikenal dengan masyarakat religius yang kental dengan kehidupan agamis terutama agama Islam. Nilai-nilai agama Islam menjadi pedoman dalam kehidupan masyarakat Tasikmalaya. Hal ini terlihat dari banyaknya pesantren-pesantren yang dibangun di wilayah Tasikmalaya. Peran pesantren begitu penting sebagai pusat pembelajaran dalam rangka membentuk generasi yang agamis. Banyak orang terutama para pelajar dari luar daerah Tasikmalaya yang sengaja datang untuk menimba ilmu di lingkungan pesantren khususnya yang ada di Kabupaten Tasikmalaya, pesantren-pesantren tersebut diantaranya yaitu Pesantren Cipasung, Pesantren Al-Furqon di Rancamaya, Pesantren At-Tajdid di Cikedokan, Pesantren Al-Muqowamah di Kongsi, Pesantren KHZ Mustofa di Sukamanah, Pesantren Nurul Wafa di Sukarame, Pesantren Cintawana di Cintawana, dan banyak lagi pesantren-pesantren yang tersebar di seluruh pelosok Tasikmalaya.

Pola pendidikan di pesantren memiliki karakteristik yang khas dengan orientasi utama adalah melestarikan ajaran Islam serta mendorong para santri untuk menyampaikannya lagi kepada masyarakat. Oleh karena itu, pesantren juga dapat dipandang sebagai lembaga dakwah yang berperan besar dalam pengembangan agama Islam di masyarakat Tasikmalaya.

Pusat-pusat studi Islam yang dikembangkan oleh para ulama di kota-kota dimana mereka menetap, namun kemudian pesantren juga tumbuh dan berkembang di pedesaan, bahkan belakangan ini sebagian besar pesantren berlokasi di pedesaan. Meskipun demikian, pesantren memiliki hal yang tetap sama, yakni isi pengajaran yang diberikan melalui pengajaran kitab-kitab kuning, meski persoalan-persoalan masyarakat (sosial), ekonomi dan bahkan politik ikut menjadi perhatian para pelajar/santri saat itu. Maka tidaklah mengherankan jika pada masa sekarang peranan pondok pesantren juga merambah ke berbagai bidang kehidupan seperti pemberdayaan pendidikan dan ekonomi masyarakat,


(13)

Asti Trilestari, 2013

Pembelajaran Seni Rudat Untuk Membentuk “Karakter” Pada Siswa Kelas Vii Smp Negeri 1 Singaparna

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

karena memang pada dasarnya pesantren telah berakar dan melembaga di masyarakat, sehingga pengaruhnya juga cukup dominan.

Pesantren pada dasarnya adalah suatu lembaga pendidikan yang menyediakan asrama atau pondok (pemondokan) sebagai tempat tinggal bersama sekaligus tempat belajar para santri dibawah bimbingan kyai. Asrama para santri ini berada dalam lingkungan komplek pesantren dimana kyai beserta keluarganya bertempat tinggal serta adanya masjid sebagai tempat untuk beribadah dan tempat untuk mengaji bagi para santri. Karakteristik pembelajaran di pesantren secara umum yaitu Kyai sebagai pimpinan pondok mendominasi dalam menentukan hal-hal yang harus dilakukan dalam menjalankan kegiatan pendidikan, bahkan oleh beberapa pakar dipadankan sebagai raja, “A pesantren is paralleled by some experts as a kingdom in which the kyai is the king. This

implies that the kyai has total power and authority to control any aspect of his pesantren”

(Raihani, 2001:30). Berikut ini akan dikemukakan beberapa kegiatan yang umumnya dilakukan atau perlu dilakukan dalam mengelola proses pendidikan di pondok pes antren. Beberapa kegiatan di pondok pesantren diantaranya adalah:

1. Ilmu Fiqih (kitab Safinatunaja dan Riyadul Badiah). 2. Tauhid (Aqidatul Awam).

3. Ilmu Tasawuf (kitab Sulam). 4. Ilmu Nahwu.

5. Aqidah Akhlak. 6. Ilmu Tajwid.

7. Amtsilati/kosa kata (cara cepat membaca kitab Kuning). 8. Muamalah, diantaranya adalah:

a. Solat berjamaah

b. Dzikir dan Muhasabah (dzikir malam).

c. Muhadoroh (pembelajaran pidato, MC, imam sholat, dan sebagainya). d. Qiyamul lail (sholat malam).

e. Ziarah ke makam keluarga. f. Istigotsah 1 bulan satu kali.


(14)

Asti Trilestari, 2013

Pembelajaran Seni Rudat Untuk Membentuk “Karakter” Pada Siswa Kelas Vii Smp Negeri 1 Singaparna

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

g. Pengajian muda-mudi 1 bulan satu kali. h. Pembacaan Solawat.

Selain kegiatan-kegiatan di atas, pada pesantren-pesantren tertentu memadukan pola kegiatan di atas dengan pola kegiatan sekolah formal seperti sekolah-sekolah formal pada umumnya.

Selain pendidikan pesantren, di Tasikmalaya juga terdapat sekolah-sekolah formal seperti pada daerah lain di Indonesia. Pola pembelajaran di sekolah formal berbeda dengan pola pembelajaran di pesantren. Pada sekolah formal siswa mengikuti pembelajaran pada waktu-waktu yang telah ditentukan dan siswa tidak bermukim di sekolah. Porsi pembelajaran agama di sekolah formal lebih sedikit daripada pembelajaran agama di pesantren. Kegiatan-kegiatan menitikberatkan pada pencapaian kompetensi siswa seperti yang digariskan pada kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah. Struktur mata pelajaran yang ditetapkan pemerintah dantaranya; Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya, Penjas, Teknologi Informasi dan Komunikasi, serta Mulok Wajib dan Mulok Pilihan. Khusus untuk empat mata pelajaran (Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan IPA diadakan evaluasi bersama yang ditentukan pemerintah atau yang dikenal dengan Ujian Nasional (UN).

Pada dasarnya pola-pola pembelajaran di atas merupakan penanaman nilai-nilai dalam rangka membentuk karakteristik anak didik. Nilai-nilai yang ada di masyarakat yang mendasari pola-pola pembelajaran, baik pembelajaran di pesantren maupun pembelajaran di sekolah formal. Hal ini diharapkan menjadi filter terhadap maraknya serbuan budaya asing yang tidak sejalan dengan budaya kita yang masuk melalui berbagai media elektronik.

Nilai-nilai budaya lokal saat ini mulai terkikis oleh perubahan zaman yang begitu cepat. Akibat terkikisnya nilai-nilai budaya lokal tersebut, dewasa ini apabila kita menyimak berita-berita, baik pada media cetak maupun media elektronik, terjadi kenakalan-kenakalan remaja menjurus kriminal, berita tentang remaja terlibat narkoba, remaja terlibat aksi kekerasan, pemerkosaan anak dan kejahatan-kejahatan lainnya yang begitu mengerikan yang membuat kita miris dengan apa yang akan terjadi pada masa depan bangsa ini.


(15)

Asti Trilestari, 2013

Pembelajaran Seni Rudat Untuk Membentuk “Karakter” Pada Siswa Kelas Vii Smp Negeri 1 Singaparna

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Fenomena sosial tersebut dapat diantisipasi dengan pola pendidikan yang tepat. Revitalisasi nilai-nilai lokal disinyalir dapat meredam berbagai gejolak sosial yang terjadi. Dengan penanaman nilai-nilai karakter diharapkan dapat memberi angin segar terhadap masyarakat khususnya para orang tua. Tidak ada manusia yang hidup bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya yang diakui masyarakat itu. Nilai-nilai itu dijadikan dasar dalam pemberian makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antar anggota masyarakat itu. Posisi seni yang demikian penting dalam kehidupan masyarakat mengharuskan seni menjadi salah satu sumber nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa. Hal ini senada dengan pernyataan yang menyebutkan bahwa: “ketika kehidupan manusia terus berkembang, maka yang berkembang sesungguhnya adalah sistem sosial, sistem ekonomi, sistem kepercayaan, ilmu, teknologi, serta seni” (Hasan, 2010: 3).

Pernyataan tersebut mamaparkan bahwa seni merupakan salah satu aspek yang ada dalam individu yang disebut manusia, dan merupakan suatu sumber nilai dalam kehidupan manusia. Nilai-nilai tersebut adalah religi, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, peduli sosial, tanggung jawab, cinta tanah air dan cinta damai. Dengan demikian melalui karya seni kita bukan hanya dapat mengenal seni secara tekstual saja tetapi dapat dikenal pula nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat pendukungnya.

Seni merupakan refleksi dari masyarakat pendukungnya, sebagai ekspresi manusia yang bersifat estetis, kehadirannya tidak bersifat independen. Suatu karya seni hadir sebagai gambaran dari nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat pendukung dimana kesenian tersebut hidup. Nilai-nilai inilah yang menjadi pengikat hubungan manusia dalam hidup bermasyarakat.

Dalam masyarakat tradisional Sunda khususnya di Kabupaten Tasikmalaya begitu banyak ditemukan seni-seni tradisional yang hingga saat ini masih tetap eksis dan mengandung nilai-nilai kehidupan dari masyarakat pendukungnya. Salah satu jenis kesenian yang saat ini masih tetap eksis di kabupaten Tasikmalaya adalah kesenian Rudat.

Kesenian Rudat merupakan gambaran kebiasaan dari masyarakat kabupaten Tasikmalaya yang dikenal sebagai masyarakat yang kental dengan kehidupan yang agamis terutama agama Islam, oleh sebab itu pula maka bentuk kesenian Rudat yang berkembang di


(16)

Asti Trilestari, 2013

Pembelajaran Seni Rudat Untuk Membentuk “Karakter” Pada Siswa Kelas Vii Smp Negeri 1 Singaparna

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tasikmalaya tidak lepas dari nilai-nilai agama Islam. Dengan kata lain, nilai-nilai Islam selalu dijadikan dasar dalam pembentukan seni pertunjukan tersebut, bahkan hal ini tampak tersirat dalam unsur-unsur pertunjukannya. Hal tersebut terlihat jelas pada syair-syair yang dilantunkan dalam pertunjukan kesenian Rudat yang diiringi dengan waditra terebang. Syair-syair yang dibawakan dalam Rudat yaitu tentang pujian pada keagungan Allah SWT dan kebesaran Nabi Muhammad SAW, dengan tujuan untuk lebih mendekatkan diri dalam proses spiritualisasi.

Di sisi lain, pelaku pertunjukan Rudat dilakukan oleh laki-laki saja atau perempuan saja. Hal ini seiring dengan nilai Islam, dimana perempuan dengan laki-laki yang bukan mukhrim tidak boleh bersatu. Nilai Islam dapat ditilik pula dari busana yang dipergunakan oleh pelaku pertunjukan, yang menggunakan pakaian menutup aurat, tidak ketat dan tidak transparan saat melakukan pertunjukan Rudat. Selain syair, busana, dan pelaku pertunjukan, nilai Islam dapat dilihat pula dari waditra yang digunakan dalam pertunjukan. Terebang merupakan instrumen musik yang identik dan menjadi icon seni Islami. Berbagai jenis seni yang berasal dari Timur Tengah menggunakan terebang sebagai waditranya.

Unsur gerak, puji-pujian, dan musik dalam seni Rudat menjadi unsur yang penting untuk ditanamkan kepada siswa dalam rangka menanamkan nilai-nilai seperti Iman kepada Allah SWT, saling menghargai, kerja sama dsb, guna mencapai manusia Indonesia yang berkarakter. Nilai-nilai tersebut dapat dijadikan landasan dalam mengenalkan ajaran hidup dalam hubungannya antara manusia dengan kholiknya dan antara manusia dengan manusia lainnya Khablum minallah dan Hablum minannas kepada siswa di sekolah. Nilai-nilai keagamaan dan kehidupan yang terkandung dalam seni Rudat juga dapat menjadi bahan yang sejalan dan mendukung kebijakan pemerintah dalam rangka mengembangkan pendidikan yang berlandaskan karakter.

Kesadaran masyarakat akan pendidikan dewasa ini, menuntut berbagai pihak yang terkait dengan dunia pendidikan terlebih pemerintah sebagai pemegang kebijakan untuk merumuskan konsep pendidikan yang sesuai dengan perkembangan masyarakat Indonesia di era globalisasi saat ini. Selain perkembangan zaman, perkembangan politik juga ikut berpengaruh terhadap dunia pendidikan. Berbagai aspek dalam dunia pendidikan menjadi alat dan lahan bagi para politisi dalam rangka melanggengkan kekuasaan atau paling tidak dapat


(17)

Asti Trilestari, 2013

Pembelajaran Seni Rudat Untuk Membentuk “Karakter” Pada Siswa Kelas Vii Smp Negeri 1 Singaparna

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

menarik simpati rakyat pemilihnya. Salah satu yang paling sering terkena dampak dari bidang politik adalah kurikulum.

Kurikulum menjadi sesuatu yang cenderung berubah apabila terjadi perubahan dalam struktur pemerintahan. Perubahan kurikulum yang demikian menuntut pelaku dunia pendidikan terlebih guru sebagai ujung tombak dunia pendidikan lebih kreatif dan terus berinovasi dalam rangka melaksanakan tugas pembelajarannya.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pendidikan seni termasuk ke dalam rumpun estetika. Kegiatan berekspresi/berkreasi dan berapresiasi melalui pendekatan: “belajar dengan seni,” “belajar melalui seni” dan “belajar tentang seni menjadi hal yang dibutuhkan peserta didik saat ini.

Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan diberikan di sekolah karena keunikan, kebermaknaan, dan kebermanfaatan terhadap kebutuhan perkembangan peserta didik, yang terletak pada pemberian pengalaman estetik…, Peran ini tidak dapat diberikan oleh mata pelajaran lain. (Permen no 22 tahun 2006)

Pengalaman estetik akan menumbuhkan kepekaan rasa yang pada akhirnya bermuara kepada kepekaan sosial yaitu relasi antar manusia. Tingkatan yang lebih tinggi yaitu kesadaran maknawi dibalik semua fenomena seni yang hadir melalui berbagai kegiatan seni. Kebermaknaan akan melahirkan kesadaran manusia akan kehadiran kekuatan lain di luar dirinya. Kepekaan seperti ini perlu ditumbuhkan pada diri siswa dalam rangka menumbuhkan karakter. Peran pendidikan seni merupakan inti kemampuan di bidang estetika dalam mewujudkan kepribadian manusia secara utuh.

Peran pendidikan seni yang bersifat multidimensional, multilingual, dan multikultural pada dasarnya dapat dimanfaatkan untuk pembentukan manusia secara utuh. Pendidikan seni berperan tidak hanya mengembangkan kemampuan di bidang estetika saja, tetapi dapat berperan dalam mengembangkan kemampuan di bidang logika dan etika. Hal ini terbukti berdasarkan berbagai penelitian bahwa pendidikan seni mampu meningkatkan kecerdasan emosional (EQ), intelektual (IQ), moral (MQ), adversitas (AQ), dan spiritual (SQ).

Semua kecerdasasan di atas tidak bisa dipisahkan secara sendiri-sendiri namun harus bersinergi dan seimbang secara proporsional dalam rangka membangun pribadi yang utuh,


(18)

Asti Trilestari, 2013

Pembelajaran Seni Rudat Untuk Membentuk “Karakter” Pada Siswa Kelas Vii Smp Negeri 1 Singaparna

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

walaupun dalam teorinya SQ merupakan kecerdasan tertinggi yang berperan sebagai landasan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara epektif semua teori kecerdasan di atas terangkum dalam kegiatan pembelajaran seni dengan pemilihan materi dan proses pembelajaran yang tepat yang dilaksanakan oleh guru.

Dalam struktur KTSP, pemerintah hanya menentukan Standar kompetensi (SK) dan Kompetensi dasar (KD) yang harus dicapai dalam proses pembelajaran. Adapun Standar kompetensi (SK) yang harus dicapai untuk Jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) yaitu pada kelas VII Seni Daerah Setempat, kelas VIII Seni Nusantara, dan kelas IX Seni Asia dan Mancanegara. Selain KTSP, belakangan ini pemerintah mengeluarkan kurikulum baru yang dikenal dengan kurikulum 2013 yang akan mulai diberlakukan pada awal tahun pelajaran 2013. Kurikulum 2013 untuk jenjang SMP diberlakukan secara bertahap. Pada tahun 2013 diberlakukan untuk kelas VII saja, tahun 2014 kelas VII dan VIII, kemudian tahun 2015 kelas VII, VIII, dan IX. Pemerintah menentukan kompetensi inti yang harus dicapai untuk semua mata pelajaran meliputi:


(19)

Asti Trilestari, 2013

Pembelajaran Seni Rudat Untuk Membentuk “Karakter” Pada Siswa Kelas Vii Smp Negeri 1 Singaparna

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1. Menerima, menanggapi, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.

2. Menghargai perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, rasa ingin tahu,

percaya diri, dan motivasi internal, toleransi, pola hidup sehat, ramah lingkungan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.

3. Memahami pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural dalam ilmu

pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian yang tampak mata.

4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai,

merangkai, memodifikasi dan membuat) dan abstrak (menulis, membaca, menghitung, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan dari berbagai sumber lainnya yang sama dalam sudut pandang/teori. (Puskurbuk 2013, Silabus silabus smp/mts mata pelajaran seni budaya)

Kompetensi Dasar setiap mata pelajaran berbeda-beda sesuai karakteristik mata ppelajarannya. Kompetensi dasar pada pelajaran Seni Budaya (seni tari) yang harus dicapai ppada semester 1 meliputi:

1. Menerima, menanggapi dan menghargai keragaman dan keunikan karya seni rupa sebagai bentuk rasa syukur terhadap anugerah Tuhan dan memiliki rasa bangga terhadap bangsa dan tanah air.

2. Menunjukkan sikap menghargai, jujur, disiplin,melalui aktivitas berkesenian. 3. Menunjukkan sikap bertanggung jawab, peduli, dan santun terhadap seni dan

pembuatnya.

4. Menunjukkan sikap percaya diri, motivasi internal, kepedulian terhadap lingkungan dalam berkarya seni.

5. Mengidentifikasi unsur gerak , level dan pola lantai tari.

6. Menirukan unsur gerak tari berdasarkan ruang waktu dan tenaga. 7. Menirukan gerak tari dengan menggunakan level dan pola lantai,

(Puskurbuk 2013, Silabus silabus smp/mts mata pelajaran seni budaya).

Kompetensi dasar pelajaran seni budaya (seni tari) yang harus dicapai pada semester 2 meliputi:

1. Menerima, menanggapi dan menghargai keragaman dan keunikan karya seni rupa sebagai bentuk rasa syukur terhadap anugerah Tuhan dan memiliki rasa bangga terhadap bangsa dan tanah air.


(20)

Asti Trilestari, 2013

Pembelajaran Seni Rudat Untuk Membentuk “Karakter” Pada Siswa Kelas Vii Smp Negeri 1 Singaparna

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Menunjukkan sikap menghargai, jujur, disiplin, melalui aktivitas berkesenian. 3. Menunjukkan sikap bertanggung jawab, peduli, dan santun terhadap seni dan

pembuatnya.

4. Menunjukkan sikap percaya diri, motivasi internal, kepedulian terhadap lingkungan dalam berkarya seni.

5. Mengidentifikasi unsur gerak, level dan pola lantai tari.

6. Memperagakan gerak tari berdasarkan ruang waktu dan tenaga sesuai iringan. 7. Memperagakan gerak tari berdasarkan level, dan pola lantai sesuai iringan

(Puskurbuk 2013, Silabus silabus smp/mts mata pelajaran seni budaya).

Struktur kurikulum di atas memberi ruang atau memungkinkan setiap sekolah dalam hal ini guru seni budaya untuk menentukan sendiri materi bahan ajar yang akan disampaikan kepada peserta didik. Pemilihan materi bahan ajar harus disesuaikan dengan kultur dimana peserta didik hidup dan berinteraksi dengan lingkungannya. Peserta didik yang berada di daerah akan lebih dapat menerima jenis kesenian yang berkembang di daerah tempat peserta didik berada. Sebagai contoh peserta didik yang hidup di kabupaten Tasikmalaya akan lebih termotivasi apabila bahan ajar yang disajikan oleh gurunya mengenai seni daerah yang berkembang di daerah kabupaten Tasikmalaya.

Tuntutan tersebut harus dijawab oleh guru dengan sikap kreatif dan inovatif dalam menentukan materi bahan ajar. Oleh karena itu, guru pendidikan seni diharapkan dapat mempunyai kemampuan untuk menentukan materi bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa, sekaligus mampu mengolah dan mentransformasikannya kepada siswa. Kompetensi guru akan menentukan tingkat keberhasilan suatu kegiatan pembelajaran. Empat kompetensi yang wajib dimiliki guru seperti tertuang dalam Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 8 adalah: kompetensi profesional, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial.

Keempat kompetensi guru yang tertuang dalam Undang-undang guru dan dosen tahun 2005 pada kenyataannya masih jauh panggang daripada api, fakta di lapangan menunjukan bahwa masih banyak guru-guru yang kesulitan dalam melaksanakan pembelajarannya karena keterbatasan kompetensi yang dimilikinya, terutama kompetensi yang berhubungan dengan kompetensi pedagogik, salah satunya adalah kemampuan yang berhubungan dengan kompetensi pedagogik adalah mengolah materi bahan ajar.


(21)

Asti Trilestari, 2013

Pembelajaran Seni Rudat Untuk Membentuk “Karakter” Pada Siswa Kelas Vii Smp Negeri 1 Singaparna

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Berdasarkan fenomena di atas, kiranya menjadi penting suatu pengembangan yang mengangkat seni Rudat untuk dijadikan materi bahan ajar seni daerah setempat pada jenjang SMP kelas VII. Hal tersebut dalam rangka melestarikan dan memperkenalkan kembali serta mengembangkan jenis kesenian ini kepada masyarakat luas sebagai upaya mendukung pemerintah dalam memperkuat ketahanan budaya nasional. Melalui kajian ini diharapkan peserta didik dapat memahami teks dan konteks seni Rudat serta menjalankan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Dengan demikian nilai-nilai budaya yang terdapat dalam seni Rudat dapat diserap sebagai identitas budaya serta dijadikan media untuk menumbuhkan kecerdasan yang bermuara pada pembentukan karakter dan pekerti.

Berdasarkan realitas tersebut, maka peneliti menganggap urgen upaya untuk mengkaji pengembangan materi pelajaran khususnya mengenai Seni Rudat guna dijadikan bahan materi pelajaran seni budaya di kelas VII. Usaha ini perlu dilakukan guna meringankan beban guru dalam mengimplementasikan kurikulum di sekolah. Melalui kajian pengembangan seni Rudat diharapkan bisa menghasilkan materi seni daerah setempat yang dapat menjembatani antara kelemahan guru mengenai materi pelajaran dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran seni budaya dalam proses belajar mengajar.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pada paparan yang telah disampaikan tersebut di atas, penulis mengambil

judul “Pembelajaran Seni Rudat untuk Membentuk “Karakter” pada Siswa kelas VII-E

SMP Negeri 1 Singaparna” dengan merumuskan beberapa masalah dalam bentuk

pertanyaan. Secara spesifik pertanyaan di atas dapat dibagi menjadi tiga sub pertanyaan penelitian.

1. Nilai-nilai Karakter apa yang terjaring dalam seni Rudat?

2. Bagaimana Proses Pembelajaran seni Rudat di kelas VII-E SMPN 1 Singaparna Kabupaten Tasikmalaya?

3. Bagaimana Hasil Pembelajaran seni Rudat di kelas VII-E SMPN 1 Singaparna Kabupaten Tasikmalaya?


(22)

Asti Trilestari, 2013

Pembelajaran Seni Rudat Untuk Membentuk “Karakter” Pada Siswa Kelas Vii Smp Negeri 1 Singaparna

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan utama dari kajian ini yaitu untuk memahami dan mendeskripsikan; 1. Nilai-nilai Karakter yang terjaring dalam Seni Rudat.

2. Proses Pembelajaran seni Rudat di kelas VII-E SMPN 1 Singaparna Kabupaten Tasikmalaya.

3. Hasil Pembelajaran seni Rudat di kelas VII-E SMPN 1 Singaparna Kabupaten Tasikmalaya.

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan dengan harapan akan memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Namun secara spesifik, baik langsung atau pun tidak, penelitian ini akan lebih memberikan manfaat bagi pihak-pihak tertentu di antaranya:

a. Bagi peneliti, memahami seni Rudat dan pengembangannya menjadi bahan ajar untuk mengajarkan seni Tari di sekolah;

b. Bagi siswa di Kab. Tasikmalaya, memberikan wawasan dan pengalaman pembelajaran tari Rudat untuk meningkatkan nilai-nilai karakter siswa kelas VII; c. Bagi guru-guru di Kab. Tasikmalaya, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan

sebagai pengayaan materi guna mengajarkan seni Tari daerah setempat. Selain itu, bagi guru-guru dari daerah lain hasil penelitian ini juga bermanfaat sebagai bahan rujukan materi seni Tari daerah Nusantara;

d. Bagi pemerintah daerah, penelitian ini dapat menjadi masukan dalam rangka pengembangan dan pemeliharaan aset daerah sekaligus pelestarian seni daerah yang nantinya akan menambah kekayaan khasanah kebudayaan daerah;

e. Institusi LPTK, bagi UPI sendiri sebagai lembaga pendidikan tenaga kependidikan, penelitian ini akan memberikan sumbangsih kekayaan temuan akademis yang nantinya diharapkan dapat dikembangkan dan dikaji lebih lanjut.


(23)

Asti Trilestari, 2013

Pembelajaran Seni Rudat Untuk Membentuk “Karakter” Pada Siswa Kelas Vii Smp Negeri 1 Singaparna

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

E. VARIABEL PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

1. Pembelajaran : Proses interaksi antara siswa dengan pendidik dan sumber belajar pada satu kondisi yang sengaja diciptakan agar terjadi perubahan tingkah laku. 2. Seni Rudat :Seni Rudat adalah sejenis kesenian tradisional yang semula

tumbuh dan berkembang di lingkungan pesantren. Rudat merupakan jenis seni pertunjukan yang terdiri dari seni gerak dan musik yang dilantunkan oleh suara manusia dan diiringi tabuhan ritmis dari waditra sejenis terbang. Syair-syair yang terkandung dalam nyanyiannya bernafaskan keagamaan, yaitu puja-puji yang mengagungkan Allah, shalawat atas Rosul, do’a, dan nasihat. Tujuannya adalah untuk menebalkan iman masyarakat terhadap Agama Islam dan kebesaran Allah, dengan demikian diharapkan manusia bisa bermoral tinggi dan berakhlak mulia berlandaskan agama Islam dengan cara selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT. 3. Karakter merupakan cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap

individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa, maupun Negara.

F. HIPOTESIS TINDAKAN

Penelitian ini berangkat dari sebuah asumsi bahwa pembelajaran seni tari dengan menggunakan materi yang disukai siswa dan relevan dengan kondisi sosial mayarakatnya yaitu Seni Rudat dapat meningkatkan “Karakter” siswa kelas VII E SMP Negeri 1 Singaparna Kabupaten Tasikmalaya.

G. METODE PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah guna mengembangkan seni Rudat sebagai seni daerah setempat pada masyarakat Kabupaten Tasikmalaya menjadi sebuah bahan ajar dan menerapkannya dalam proses belajar mengajar di kelas untuk memperbaiki pembelajaran yang dikaji mengenai bentuk model pembelajaran yang sesuai dengan sifat dan karakter seni ini, sekaligus prayarat-prasyarat yang dibutuhkan guna mengimplementasikannya.

Berdasarkan kegiatan tersebut, maka penelitian ini menggunakan metode action research. Menurut Gunawan (2007), action research adalah kegiatan dan atau tindakan perbaikan sesuatu yang perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasinya digarap secara


(24)

Asti Trilestari, 2013

Pembelajaran Seni Rudat Untuk Membentuk “Karakter” Pada Siswa Kelas Vii Smp Negeri 1 Singaparna

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

sistematik, sehingga validitas dan reliabilitasnya mencapai tingkatan riset. Tahapan penelitian tindakan (action research) yang dapat ditempuh yaitu seperti gambar berikut.

Siklus action research, (Davison, Martinsons & Kock (2004)

Davison, Martinsons & Kock (2004), membagi Action research dalam 5 tahapan yang merupakan siklus, yaitu :

1. Melakukan diagnosa (diagnosing)

2. Membuat rencana tindakan (action planning) 3. Melakukan tindakan (action taking)

4. Melakukan evaluasi (evaluating) 5. Pembelajaran (learning)

H. SUBJEK DAN LOKASI

1. Lokasi

Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah SMP Negeri 1 Singaparna. Alasan peneliti mengambil lokasi penelitian ini karena SMP Negeri 1 Singaparna Kabupaten Tasikmalaya melaksanakan mata pelajaran Seni Tari. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan pada proses pembelajaran seni tari, khususnya di SMP


(25)

Asti Trilestari, 2013

Pembelajaran Seni Rudat Untuk Membentuk “Karakter” Pada Siswa Kelas Vii Smp Negeri 1 Singaparna

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Negeri 1 Singaparna. 2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII E berjumlah 23 orang, karena respon terhadap pembelajaran terhadap seni dan karakter siswa kelas VII-E kurang dibanding kelas yang lain, serta kelas VII-E tidak ada yang mengikuti kegiatan eskul seorangpun.

I. SISTEMATIKA PENULISAN

1. Bab I. Pendahuluan, menentukan tentang latar belakang masalah, tujuan dan manfaat penelitian, hipotesis tindakan, metode penelitian, kerangka penelitian, dan sistimatika penelitian action research.

2. Bab II. Kajian Teoretis, membahas tentang Implementasi Materi Seni Tari daerah setempat pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. (seni Rudat untuk meningkatkan “karakter” siswa kelas VII E SMP Negeri 1 Singaparna Kabupaten Tasikmalaya)

3. Bab III. Metodologi Penelitian, membahas tentang metode penelitian, tahapan penelitian, prosedur penelitian, subjek penelitian, dan analisis data.

4. Bab IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan, menyajikan tentang deskripsi umum pembelajaran, deskripsi awal pembelajaran, deskripsi pelaksanaan tindakan, evaluasi hasil pembelajaran, pembahasan hasil penelitian.


(26)

Asti Trilestari, 2013

Pembelajaran Seni Rudat Untuk Membentuk “Karakter” Pada Siswa Kelas Vii Smp Negeri 1 Singaparna

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. PENDEKATAN DAN METODE

Tujuan penelitian ini adalah guna mengembangkan seni Rudat sebagai seni daerah setempat pada masyarakat Kabupaten Tasikmalaya menjadi sebuah bahan ajar dan menerapkannya dalam proses belajar mengajar di kelas untuk dikaji mengenai bentuk model pembelajaran yang sesuai dengan sifat dan karakter seni ini, sekaligus prayarat-prasyarat yang dibutuhkan guna mengimplementasikannya.

Metode yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan (Action Research). Sukmadinata (2011) dalam bukunya Metode Penelitian Pendidikan, mengungkapkan sebagai berikut.

Penelitian tindakan merupakan suatu pencarian sistematik yang dilaksanakan oleh para pelaksana program dalam kegiatannya sendiri, dalam mengumpulkan data tentang pelaksanaan kegiatan, keberhasilan dan hambatan yang dihadapi, untuk kemudian menyusun rencana dan melakukan kegiatan-kegiatan penyempurnaan.

Action research merupakan salah satu usaha untuk memperbaiki kualitas mengajar, sehingga kualitas siswa pun semakin baik. Biggs dalam Alwasillah berpendapat bahwa:

action research is being systematic about changing your teaching and making sure the changes are in the right direction; that your students are now learning better than they used to. The target of action learning is the teaching of the individual teacher herself or himself. (Alwasillah, 2011: 69)

Perubahan dalam action research adalah perubahan yang sistematis, disengaja, diniati, direkam dan diukur. Perubahan yang sistematis akan berujung pada perubahan yang benar secara keilmuan. Belajar melalui action research bukan saja belajarnya siswa atau belajarnya guru saja, tetapi juga belajar pada diri sendiri sebagai guru.

Murtiyasa dalam Fretisari (2012:38) menjelaskan bahwa action research merupakan bentuk kolektif dari penyelidikan refleksi dan evaluasi bagi para dosen, mahasiswa, orangtua, dan anggota masyarakat lainnya pada situasi sosial tertentu dalam rangka memperbaiki rasionalitas serta menilai praktek sosial/praktek pendidikan.


(27)

Asti Trilestari, 2013

Pembelajaran Seni Rudat Untuk Membentuk “Karakter” Pada Siswa Kelas Vii Smp Negeri 1 Singaparna

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pembelajaran seni Rudat dijadikan materi rujukan dalam melaksanakan proses pembelajaran seni tari sebagai media pembentukan dan peningkatan “ karakter” siswa di SMP Negeri 1 Singaparna. Melalui penelitian ini, guru dapat menentukan sendiri langkah-langkah pembelajaran yang efektif untuk mencapai hasil pembelajaran yang baik.

Pada kegiatan penelitian, peneliti sekaligus berperan sebagai guru aplikan (researcher as teacher), tentang model pembelajaran tari Rudat dengan menggunakan model pendekatan tekstual-kontekstual untuk meningkatkan apresiasi siswa. Peneliti melakukan penelitian awal dimana merencanakan langkah-langkah pembelajaran dalam pengembangan model tari Rudat sebagai langkah pertama, kemudian melakukan refleksi untuk memperbaiki suatu model pembelajaran dalam pelaksanaannya, guna meningkatkan apresiasi siswa.

Menurut Arikunto (2008:16) ada empat aspek pokok dalam penelitian tindakan yaitu (1) perencanaan; (2) pelaksanaan; (3) pengamatan; dan (4) refleksi. Keempat langkah tersebut merupakan langkah-langkah penelitian yang sering dilakukan peneliti dalam sebuah penelitian tindakan. Langkah-langkah dalam penelitian tindakan ini yaitu:

1. Tahap Perencanaan (planning)

Tahap ini merupakan langkah awal dalam penelitian, ada beberapa langkah sebelum kegiatan diterapkannya model pembelajaran dilakukan. Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

a. Melakukan survei awal untuk mendiagnosis permasalahan yang terjadi di lapangan, yakni melakukan survei tentang apresiasi siswa terhadap seni tari tradisi yakni tari Rudat dengan berbagai permasalahannya.

b. Merencanakan langkah-langkah model pembelajaran tari Rudat sesuai dengan pokok bahasan yang ada pada kurikulum khususnya tentang materi tari daerah setempat. Langkah-langkah perencanaan itu meliputi pembuatan rencana pembelajaran, menentukan tujuan pembelajaran, menentukan indikator yang ingin dicapai dan menentukan instrumen yang digunakan.

c. Merancang model pembelajaran tari Rudat yang akan diaplikasikan kepada siswa pada proses belajar mengajar berlangsung.


(28)

Asti Trilestari, 2013

Pembelajaran Seni Rudat Untuk Membentuk “Karakter” Pada Siswa Kelas Vii Smp Negeri 1 Singaparna

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tahap pelaksanaan yaitu mengimplementasikan model pembelajaran tari Rudat berdasarkan perencanaan yang telah disusun sebelumnya. Pelaksanaan tindakan ini dimaksudkan untuk memperbaiki praktik-praktik pembelajaran. Hal tersebut dilaksanakan guna meningkatkan apresiasi siswa sesuai dengan model pembelajaran seni tari yang dikembangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Apabila tujuan pembelajaran belum tercapai, maka akan dilakukan kembali untuk memperbaiki proses pembelajaran. Pada pelaksanaannya, peneliti sekaligus sebagai guru aplikan yaitu guru pendidikan seni yang berlatar belakang ilmu atau bidang seni tari, akan membantu dalam mengikuti perkembangan siswa dan perubahan dari respon siswa sebagai tindakan yang diberikan dalam berbagai tahap. Tahapan-tahapan itu diantaranya:

a. Tahap I, yaitu mengidentifikasi, berekplorasi, berkreasi melalui unsur gerak (ruang dan tenaga).

b. Tahap II, yaitu mengidentifikasi dan mengaplikasikan lagu (sholawat) terhadap gerak hasil eksplorasi pada pertemuan I.

c. Tahap III, yaitu mengapresiasi, mengeksplorasi, dan berkreasi tari sebenarnya diiringi sholawat pada seni Rudat.

d. Tahap IV, yaitu mengapresiasi dan menganalisis pesan moral/nilai-nilai yang terkandung pada gerak, lagu, dan fungsi sebenarnya pada seni Rudat.

e. Tahap V, yaitu menampilkan seni Rudat. 3. Tahap Pengamatan (observing)

Dalam penelitian, peneliti bertindak sebagai guru aplikan yang berkolaborasi dengan guru bidang studi seni Tari yaitu Elis Sulastri, S.Pd, M.Pd, dan Drs. H. Jae Juarsa, M.Pd sebgai kepala sekolah. Peneliti melakukan pengamatan untuk mengamati dan mengevaluasi setiap tindakan yang diberikan ketika pelaksanaan pembelajaran berlangsung. Pengamatan tersebut meliputi proses pembelajaran, situasi (keadaan), dan hasil yang diperoleh selama tindakan berlangsung, sehingga dapat diketahui hasil dari pembelajaran telah tercapai atau belum. Apabila belum mencapai hasil yang diharapkan, maka akan dilakukan refleksi untuk memperbaiki hasil pembelajaran secara maksimal.


(29)

Asti Trilestari, 2013

Pembelajaran Seni Rudat Untuk Membentuk “Karakter” Pada Siswa Kelas Vii Smp Negeri 1 Singaparna

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4. Tahap Refleksi (reflecting)

Tahapan ini mengarah pada pelaksanaan pembelajaran tari Rudat, dimana setiap tindakan yang diberikan selalu dievaluasi guna melihat hasil tindakan, apakah indikator pembelajaran telah tercapai atau indikator pembelajaran belum berhasil dituntaskan. Menyikapi hal tersebut peneliti melakukan diskusi bersama guru bidang studi seni tari untuk mengetahui kekurangan serta kendala yang terjadi pada pertemuan itu. Peneliti bersama observer kemudian merancang dan menetapkan tindakan selanjutnya yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Menurut Alwasilah (2011:76) mekanisme kerja action research yaitu

Gambar 3.1

Mekanisme Kerja Action Research (Alwasilah, 2011:76)

Berdasarkan data-data hasil observasi awal terhadap masalah dan fenomena yang ditemukan di lapangan, peneliti memilih langkah-langkah tersebut sebagai dasar dalam pelaksanaan penelitian.

Acting

Observing

Reflecting

Change


(30)

Asti Trilestari, 2013

Pembelajaran Seni Rudat Untuk Membentuk “Karakter” Pada Siswa Kelas Vii Smp Negeri 1 Singaparna

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

B. SUBJEK DAN LOKASI PENELITIAN 1. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah SMP Negeri 1 Singaparna yang berlokasi di Jl.Pancawarna No.29 Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya. Alasan peneliti mengambil lokasi penelitian ini karena SMP Negeri 1 Singaparna Kabupaten Tasikmalaya melaksanakan mata pelajaran Seni Tari. Latar belakang pendidikan guru seni budaya kelas VII yaitu Magister Pendidikan Seni Tari, sehingga dalam pelaksanaan pembelajarannya guru lebih menekankan pada materi seni tari. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan pada proses pembelajaran seni tari, khususnya di SMP Negeri 1 Singaparna.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII E SMP Negeri 1 Singaparna yang berjumlah 23 orang siswa yang heterogen dari segi jenis kelamin, minat, dan bakat dalam kesenian. Pemilihan kelas VII didasari pula dari kurikulum seni budaya (KTSP) yang di dalamnya ditentukan Standar kompetensi (SK) yang harus dicapai dalam proses pembelajaran. Adapun Standar kompetensi (SK) yang harus dicapai untuk Jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) yaitu pada kelas VII Seni daerah setempat serta kurikulum 2013 yang akan diberlakukan pada awal tahun pelajaran 2013 yang didasari pada pembentukan karakter dan pekerti. Berdasarkan data yang diperoleh dari observasi, maka peneliti menganggap penting mengkaji pengembangan materi pelajaran khususnya mengenai Seni daerah setempat yaitu seni Rudat untuk dijadikan bahan materi pelajaran seni budaya di kelas VII.

C. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan. Adapun instrumen penelitian yang akan digunakan yaitu sebagai berikut.

1. Pedoman Observasi

Pedoman observasi berisi seputar proses pembelajaran di kelas, materi seni yang diberikan, model pembelajaran, metode yang digunakan oleh guru, respon siswa dalam


(31)

Asti Trilestari, 2013

Pembelajaran Seni Rudat Untuk Membentuk “Karakter” Pada Siswa Kelas Vii Smp Negeri 1 Singaparna

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

mengikuti pembelajaran, dan sikap apresiatif siswa dilihat dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara merupakan instrumen untuk teknik wawancara. Pedoman wawancara ini berisi daftar pertanyaan yang mempertanyakan data-data pribadi guru bidang studi seni tari, model pembelajaran, metode pembelajaran, tujuan pembelajaran yang dapat mempengaruhi terhadap apresiasi yang bertujuan untuk mendapatkan data perkembangan apresiasi siswa. Pedoman wawancara untuk siswa berisi seputar proses sikap, kreativitas dan hasil pembelajaran tari Rudat (terlampir).

D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, akan dikumpulkan dengan menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, antara lain; observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Pengumpulan data ini dilakukan sejak bulan Januari sebagai observasi awal, dan kegiatan proses pembelajaran dimulai bulan Februari sampai bulan Maret. Secara rinci teknik pengumpulan data tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Observasi

Sukmadinata dalam Fretisari (2012:65) berpendapat bahwa observasi (observation) atau pengamatan merupakan satu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Observasi dimaksudkan untuk mengumpulkan data-data tentang kegiatan para siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran seni tari. Peneliti melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang dijadikan sasaran dengan cara melihat proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Teknik observasi banyak digunakan untuk mendapat data secara langsung dari lapangan melalui action research. Penelitian tindakan dilakukan terhadap pembelajaran seni Rudat untuk membentuk “karakter” pada siswa SMP Negeri 1 Singaparna. Observasi dilakukan tujuh kali, satu kali observasi dilakukan pada saat pra-penelitian, lima kali observasi selama penelitian berlangsung, dan satu kali observasi pasca-penelitian selesai.

Pedoman observasi berisi seputar proses pembelajaran di kelas, materi Seni Rudat yang diberikan, model pembelajaran Seni Rudat, Metode pembelajaran seni Rudat yang digunakan


(32)

Asti Trilestari, 2013

Pembelajaran Seni Rudat Untuk Membentuk “Karakter” Pada Siswa Kelas Vii Smp Negeri 1 Singaparna

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

oleh guru, respon siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan nilai-nilai karakter siswa yang tumbuh. Hal-hal yang diobservasi dalam penelitian dapat dilihat pada tabel berikut,

No. Masa Observasi Frekuensi Hal yang Diobservasi

1. Pra-Penelitian 1 (satu) kali Sikap, perilaku siswa di kelas

2. Penelitian 5 (lima) kali a. Sikap, perilaku, interaksi siswa dengan siswa lain.

b. Minat dan respon siswa terhadap seni Rudat;

c. Kemampuan siswa dalam membawakan seni Rudat.

3. Pasca-penelitian 1 (satu) kali a. Sikap, perilaku, interaksi siswa dengan siswa lain.

b. Minat dan respon siswa dalam membawakan seni Rudat;

c. Dampak pembelajaran seni Rudat.

2. Wawancara

Wawancara adalah dialog yang dilakukan peneliti terhadap responden untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dalam penelitian. Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang terpenting, karena peneliti dapat langsung berinteraksi dan berkomunikasi dengan informan yang menjadi sumber data. Selain itu wawancara juga dapat difungsikan sebagai alat pembantu utama teknik observasi (Alwasilah, 2004:154) mengemukakan: “Interviu dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi yang tidak mungkin diperoleh lewat observasi”. Wawancara dimaksudkan untuk menggali data secara detail tentang pembelajaran apresiatif seni Rudat dalam seni tari.

Respon yang dimaksud dalam penelitian ini adalah guru bidang studi pendidikan seni tari, kepala sekolah, dan siswa SMPN 1 Singaparna. Data-data yang terkumpul dari hasil wawancara ini diharapkan mampu memberikan informasi yang berkaitan dengan permasalahan pembelajaran yang digunakan oleh guru, materi ajar, kendala yang dihadapi dalam menyampaikan materi pelajaran, dan sarana prasarana yang tersedia di sekolah.


(33)

Asti Trilestari, 2013

Pembelajaran Seni Rudat Untuk Membentuk “Karakter” Pada Siswa Kelas Vii Smp Negeri 1 Singaparna

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

a. Wawancara pertama dilakukan kepada Kepala Sekolah dan Guru untuk mengumpulkan informasi awal mengenai profil siswa dan sekolah, kondisi siswa, kemampuan siswa, karakter siswa.

b. Wawancara kedua dilakukan kepada Guru untuk mengumpulkan persepsi guru terhadap karakter siswa di sekolah.

c. Wawancara ketiga dilakukan kepada siswa tentang minat/motivasi siswa dalam pembelajaran seni Rudat.

d. Wawancara keempat dilakukan kepada siswa untuk mengumpulkan informasi dan persepsi siswa terhadap nilai-nilai karakter sebelum proses pembelajaran seni Rudat. e. Wawancara kelima dilakukan kepada siswa untuk mengumpulkan informasi dan

persepsi siswa terhadap nilai-nilai karakter selama proses pembelajaran berlangsung. f. Wawancara keenam dilakukan kepada siswa untuk mengumpulkan informasi dan

persepsi siswa terhadap nilai-nilai karakter setelah mengikuti pembelajaran seni Rudat.

g. Wawancara ketujuh dilakukan kepada guru mengumpulkan informasi dan penilaian guru terhadap perkembangan karakter siswa setelah mengikuti pembelajaran seni Rudat.

h. Wawancara kedelapan dilakukan kepada guru dan siswa untuk menghimpun pesan dan saran serta menggali kesan-kesan siswa dan guru selama mengikuti pembelajaran seni Rudat untuk memperkaya hasil penelitian serta mengumpulkan informasi dan penilaian guru terhadap perkembangan karakter siswa setelah mengikuti pembelajaran seni Rudat.

Hal-hal yang ditanyakan dalam proses wawancara dapat dilihat pada table berikut:

Objek Waktu Hal yang ditanyakan

Guru Seni Tari Pra-penelitian, selama penelitian, dan pasca-penelitian

a. Kegiatan pembelajaran seni tari b. Tujuan pembelajaran seni tari c. Metode pembelajaran seni tari d. Kurikulum pembelajaran seni tari

e. Kreativitas dan apresiasi siswa terhadap pembelajaran seni tari


(34)

Asti Trilestari, 2013

Pembelajaran Seni Rudat Untuk Membentuk “Karakter” Pada Siswa Kelas Vii Smp Negeri 1 Singaparna

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

seni tari

g. “Karakter” siswa dalam menghadapi pembelajaran seni tari

h. Minat dan respon siswa terhadap seni Rudat Kepala Sekolah Pra-penelitian, dan

selama penelitian

a. Gambaran umum “karakter” siswa di SMP Negeri 1 Singaparna

b. Data kasus tentang siswa yang mengalami masalah “karakter”

c. Upaya sekolah dalam mengatasi perilaku siswa yang karakternya kurang baik

d. Tujuan diselenggarakannya pembelajaran seni tari di SMP Negeri 1 Singaparna

e. Hambatan yang dihadapi sekolah dalam pembelajaran seni tari di SMP Negeri 1 Singaparna

Siswa Selama Penelitian a. Minat siswa terhadap seni Rudat b. Respon siswa terhadap seni Rudat c. Kesan siswa terhadap seni Rudat d. Pemahaman siswa terhadap seni Rudat e. Apresiasi siswa terhadap seni Rudat

f. Nilai-nilai karakter siswa dalam pembelajaran seni Rudat

3. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi pada umumnya adalah teknik yang dilakukan melalui penelaahan dan analisis serta interpretasi terhadap dokumen yang berupa sumber data non-manusia, misalnya: catatan pribadi, laporan, ketetapan dan peraturan-peraturan dokumen pemerintah, korespondensi, agenda, ataupun catatan lain menyangkut bukti pelaksanaan suatu proses atau kegiatan yang pernah terjadi.

Dalam penelitian ini, sebagian dokumentasi berupa foto-foto diambil pada saat penelitian skripsi tahun 2010.


(35)

Asti Trilestari, 2013

Pembelajaran Seni Rudat Untuk Membentuk “Karakter” Pada Siswa Kelas Vii Smp Negeri 1 Singaparna

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

E. TEKNIK ANALISIS DATA

Tahapan yang harus dilakukan setelah teknik pengumpulan data yaitu teknik analisis data. Dalam penelitian tindakan, tahap analisis data merupakan bagian dari tahap refleksi, melalui tahapan ini peneliti akan memperoleh wawasan untuk menafsirkan datanya. Data-data yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah merupakan informasi kualitatif yang diperoleh dari beberapa sumber informasi (guru, siswa, dan suasana pembelajaran yang diobservasi). Analisis data kualitatif yang dilakukan, mengikuti konsep yang disampaikan oleh Miles dan Huberman (1984), bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap tahapan penelitian sampai tuntas, dan datanya sampai jenuh. Aktivitas dalam analisis data yang dilakukan adalah dengan reduksi data, displai data, dan verifikasi data. Reduksi data merupakan proses menyeleksi, menentukan fokus, menyederhanakan, meringkas, dan mengubah bentuk data „mentah‟ yang ada dalam catatan lapangan (Madya dalam Istiandini, 2012:56). Setelah semua data terkumpul, data tersebut dianalisis dengan mengatur urutan data dan mengelompokkannya, selanjutnya data-data tersebut diolah sesuai dengan tujuan penelitian.

Tahapan yang kedua yaitu tahapan pemaparan (display) data. Penyajian data dilakukan dengan cara memaparkan semua data dan penelitian sudah terorganisasi dalam satuan-satuan informasi sesuai jenis masalah. Penyajian data dilakukan dengan cermat agar penarikan simpulan dapat dilakukan dengan mudah. Data tersebut adalah data hasil observasi, hasil wawancara, hasil studi dokumentasi, serta hasil dari pelaksanaan pengembangan bahan ajar pembelajaran seni Rudat untuk meningkatkan “karakter” pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Singaparna. Pemaparan data yang sistematik, interaktif, dan inventif serta mantap akan memudahkan pemahaman- pemahaman.

Tahapan yang ketiga yaitu verifikasi data atau penarikan kesimpulan yang dilakukan oleh peneliti dengan cara menafsirkan makna yang tersaji untuk memperoleh simpulan akhir yang dapat dipercaya. Penarikan kesimpulan dilakukan secara bertahap mulai dari kesimpulan sementara kemudian kesimpulan akhir.


(36)

Asti Trilestari, 2013

Pembelajaran Seni Rudat Untuk Membentuk “Karakter” Pada Siswa Kelas Vii Smp Negeri 1 Singaparna

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN

A. KESIMPULAN

Seni Rudat adalah sejenis kesenian tradisional yang semula tumbuh dan berkembang di lingkungan pesantren. Rudat merupakan jenis seni pertunjukan yang terdiri dari seni gerak dan musik yang dilantunkan oleh suara manusia dan diiringi tabuhan ritmis dari waditra sejenis terbang. Syair-syair yang terkandung dalam nyanyiannya bernafaskan keagamaan, yaitu puja-puji yang mengagungkan Allah, shalawat atas Rosul, do’a, dan nasihat. Tujuannya adalah untuk menebalkan iman masyarakat terhadap Agama Islam dan kebesaran Allah, dengan demikian diharapkan manusia bisa bermoral tinggi dan berakhlak mulia berlandaskan agama Islam dengan cara selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Tasikmalaya merupakan salah satu daerah dimana Seni Rudat hidup dan berkembang pada masyarakatnya. Pada perkembangan di masyarakatnya seni Rudat diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pembelajaran oral, dan biasanya pembelajaran dilakukan pada waktu-waktu senggang selepas aktivitas keseharian masyarakatnya. Pembelajaran dilakukan dengan tujuan agar generasi berikutnya menjadi apresiator yang mempertahankan seni Rudat agar tidak punah.

Pembelajaran seni pada jenjang sekolah menengah pertama lebih menekankan kepada pembentukan karakter siswa. Oleh sebab itu pemilihan dan pengemasan materi ajar seni yang akan diajarkan kepada siswa disesuaikan dengan karakteristik siswa dan karakteristik lingkungan masyarakat dimana siswa tersebut berada.

Karakter merupakan cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa, maupun Negara. Nilai-nilai karakter yang terjaring dalam seni Rudat adalah religi, disiplin, kerja keras, kreatif, rasa ingin tahu, peduli sosial, tanggung jawab, bersahabat/komunikatif, gotong royong, bertoleransi dan hargai kemajemukan, cinta damai, anti diskriminasi, sopan dan santun, rendah hati, sportif lugas, satunya kata dan perbuatan, hormat kepada yang


(37)

Asti Trilestari, 2013

Pembelajaran Seni Rudat Untuk Membentuk “Karakter” Pada Siswa Kelas Vii Smp Negeri 1 Singaparna

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dituakan, bermoral dan etis, saling percaya satu sama lain. Nilai karakter tersebut terdapat pada gerak, iringan alat musik dan syair lagu, kostum, juga pada fungsinya.

Proses Pembelajaran seni Rudat dilaksanakan di kelas VII-E SMPN 1 Singaparna Kabupaten Tasikmalaya. Strategi pembelajaran ini diwujudkan dalam bentuk tahapan-tahapan proses pembelajaran, meliputi; tahapan-tahapan kreativitas gerak imitasi, tahap konteks musikal, tahap konteks gerak dan tahapan gerak dan lagu tari Rudat.

Pada tahapan pertama, siswa membuat gerak secara perorangan dan menjadi tutor sebaya untuk melatihkan kepada teman sekelompoknya dengan menumbuhkan kreativitas gerak, mengembangkan unsur ruang (luas, sedang, dan sempit) serta unsur tenaga (kuat,

sedang, dan lemah) dengan stimulus gerak shalat dan berdo’a. Esensi gerak seni Rudat adalah

peniruan gerak shalat, berdo’a dan bela diri. Maka gerak hasil kreativitas anak sudah

mengarah ke gerak seni Rudat. Melalui gerak hasil kreativitas siswa tersebut secara otomatis nilai-nilai karakter yang ingin ditumbuhkan yaitu kreatif dan kerjasama. Pencapaian nilai karakter ketika proses pembelajaran terlihat ada tujuh orang siswa yang serius membuat gerakan dan dapat menyelesaikan pembuatan geraknya secara individu. Siswa yang lain masih terlihat bingung dan masih banyak yang bercanda belum mempunyai rasa tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Ketika hasil, baru ada 1 kelompok yang berani untuk tampil ke depan menampilkan hasil karya kelompoknya, sementara kelompok yang lain masih terlihat malu-malu, walaupun ketika di tahap eksplorasi sudah terlihat masing-masing kelompok sudah mempunyai konsep gerak. Selama pembelajaran, karakteristik siswa menghormati guru, aktif, kerjasama, saling menghormati.

Tahapan kedua, siswa dapat melantunkan syair lagu sholawat yang anak tahu bukan syair lagu seni Rudat. Esensi lagu seni Rudat adalah sholawat. Pencapaian nilai karakter pada proses pembelajaran, yaitu ketika proses mencari lagu sholawat, mengaplikasikan lagu sholawat pada gerak yang sudah dibuat pada pertemuan pertama, menyusun lagu dengan gerak, serta menampilkan karya secara kelompok dengan memakai lagu sholawat. Siswa bekerjasama dalam kelompoknya. Sudah mempunyai sikap mandiri dan percaya diri ketika membuat gerak dan mengajarkan kepada temannya, sehingga saling menghargai karya teman dalam kelompoknya dan membuat kelompok kompak. Pencapaian nilai hasil pembelajaran,


(38)

Asti Trilestari, 2013

Pembelajaran Seni Rudat Untuk Membentuk “Karakter” Pada Siswa Kelas Vii Smp Negeri 1 Singaparna

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dilakukan ketika penampilan akhir. Kelompok yang tidak berani tampil di pertemuan sebelumnya, pada pertemuan kedua mereka mulai berani tampil.

Dengan berbekal pengalaman kreativitas gerak dan musikal yang telah dikuasai sebelumnya, pada tahapan ketiga siswa dihadapkan pada seni Rudat, berhubungan dengan gerak dan musikal pada seni Rudat. Dengan demikian siswa diharapkan dapat memiliki gambaran yang utuh mengenai teks seni Rudat.

Pencapaian nilai karakter ketika penilaian proses pada saat siswa mengapresiasi tari Rudat dengan pengelompokan tugas yang berbeda, yaitu meniru dan menari tari Rudat di iringi lagu; menganalisis nilai-nilai karakter yang terdapat pada gerak, syair lagu, iringan, dan kostum; serta ketika diskusi dan paparan kelompok. Siswa sudah bisa bekerjasama dalam kelompoknya ketika menari tari Rudat yang diiringi lagu sholawat, serta mengajarkan kepada temannya yang belum bisa, sehingga saling menyayangi sesama teman, menghargai pendapat teman serta sikap setia kawan dalam kelompoknya dan membuat kelompok kompak tertanam pada pertemuan ini. Pencapaian karakter ketika penilaian hasil, yaitu nilai kebersamaan dan kekompakan yang dapat dilihat pada waktu presentasi. Bagi temannya yang belum dapat giliran diberi tugas untuk mengapresiasi karya kelompok yang tampil, sehingga muncul sikap saling menghargai dan toleransi antar kelompok. Siswa menghormati guru, aktif, kerjasama.

Pada pertemuan keempat pencapaian nilai karakter saat proses mengapresiasi tari Rudat dengan pengelompokan tugas yang berbeda, yaitu menganalisis nilai-nilai karakter yang terdapat pada fungsi seni Rudat, serta diskusi kelompok. Siswa sudah mampu bekerjasama dalam kelompoknya dalam menganalisis tari Rudat. Pencapaian nilai karakter dalam hasil yaitu ketika siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Pada saat presentasi siswa sudah baik dalam memaparkan hasil temuannya, bisa menanggapi dan menyanggah dengan santun dan menghormati pendapat orang lain. Bagi temannya yang belum dapat giliran diberi tugas untuk mengapresiasi karya kelompok yang tampil, sehingga muncul sikap saling menghargai dan toleransi antar kelompok.

Jenis evaluasi proses dalam pertemuan kelima adalah dengan observasi atau pengamatan ketika menampilkan tari Rudat. Setiap kelompok dengan penuh percaya diri bekerjasama menampilkan tari Rudat dengan baik. Sikap saling menyayangi sesama teman,


(39)

Asti Trilestari, 2013

Pembelajaran Seni Rudat Untuk Membentuk “Karakter” Pada Siswa Kelas Vii Smp Negeri 1 Singaparna

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

saling menghargai pendapat teman, setia kawan, dan toleransi tampak pada pertemuan ini. Mereka saling bertukar pengalaman dan mempelajari gerak dan lagu tari Rudat yang di kembangkan di kelompoknya masing-masing serta saling mengoreksi kekurangan kelompoknya untuk diperbaiki lebih baik lagi sebelum mereka tampil di depan kelas. Rasa kebersamaan dan kekompakan semakin terasa di setiap kelompok yang diharapkan dapat terealisasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Hasil Pembelajaran seni Rudat di kelas VII-E SMPN 1 Singaparna Kabupaten Tasikmalaya berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti ditambah pengamatan yang dilakukan antar kelompok, menunjukkan hasil dapat menumbuhkan karakteristik siswa. Karena sikap siswa dalam kegiatan sehari-hari menghormati guru, aktif, kreatif, kerjasama, kompak, percaya diri dalam setiap penampilan. Penilaian dilakukan ketika proses terkait sikap dan penilaian hasil terkait teks dan konteks seni Rudat. Ternyata nilai-nilai karakter yang terdapat pada tari Rudat sudah mulai terepresentasikan ke dalam pikiran siswa dan menjadi lapisan berikutnya yang turut membangun karakter siswa.

B. REKOMENDASI

Pemilihan seni Rudat sebagai bahan ajar merupakan salah satu upaya untuk memeperkenalkan seni Rudat terhadap para siswa sebagai generasi penerus, dengan harapan bahwa nilai-nilai karakter yang terkandung dalam seni Rudat dapat tertransformasikan terhadap para siswa, konsekwensi berikutnya yaitu menghidupkan seni Rudat agar kesenian ini hidup dan berkembang dengan baik di tengah-tengah masyarakat pendukungnya.

Penelitian yang berjudul Pembelajaran Seni Rudat untuk Membentuk “Karakter” pada Siswa kelas VII-E SMP Negeri 1 Singaparna merupakan satu dari sekian banyak penelitian mengenai pembelajaran seni tradisi. Dengan segala kekurangannya, peneliti berharap hasil penelitian ini dapat berkontribusi positif bagi dunia pendidikan serta perkembangan seni tradisi di Indonesia terutama di Kabupaten Tasikmalaya. Saran dari hasil temuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Bagi para pemegang kebijakan di daerah dapat segera mengambil kebijakan terkait pengembangan dan pemeliharaan seni Rudat di Kabupaten Tasikmalaya. Peneliti berharap


(40)

Asti Trilestari, 2013

Pembelajaran Seni Rudat Untuk Membentuk “Karakter” Pada Siswa Kelas Vii Smp Negeri 1 Singaparna

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pemerintah daerah dalam rangka pengembangan dan pemeliharaan aset daerah sekaligus pelestarian seni daerah yang nantinya akan menambah kekayaan khasanah kebudayaan daerah.

Bagi para pemerhati dan peneliti seni, kajian ini bisa dijadikan bahan referensi dalam melakukan studi tingkat lanjut dari penelitian seni Rudat yang akan datang.

Bagi guru-guru yang mengajar di jenjang Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Tasikmalaya, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai pengayaan materi untuk lebih memahami seni Rudat dan pengembangan lebih jauhnya menjadi alternatif bahan ajar untuk mengajarkan seni Tari di sekolah khusus yang seni Tari daerah setempat bagi yang masih menggunakan KTSP. Bisa pula sebagai acuan model pembelajaran yang menggunakan kurikulum 2013, karena sudah memuat penilaian autentik sikap, pengetahuan dan keterampilan, juga penilaian dilakukan ketika proses dan hasil. Ketika proses, pembelajaran berpusat di anak dan anak menemukan sendiri.

Bagi Institusi LPTK (Lembaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan), penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan dan dikaji lebih lanjut, karena hasil penelitian ini mungkin memberikan sumbangsih kekayaan temuan akademis berkenaan dengan seni tradisi sebagai alternatif bahan ajar di sekolah.


(41)

(42)

130

Asti Trilestari, 2013

Pembelajaran Seni Rudat Untuk Membentuk “Karakter” Pada Siswa Kelas Vii Smp Negeri 1 Singaparna

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Aban. (2010). Kesenian Rudat [Online]. Tersedia: http/www.pro3rri.com/index.php [19 okt 2010]

Abdulhak, Ishak dan Sanjaya. (1995). Media Pembelajaran. Bandung: Pusat Pelayanan dan Pengembangan Media Pendidikan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung.

Alwasilah, A Chaedar. (2006). Pokoknya Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya.

. (2011). Pokoknya Action Research. Bandung: PT Kiblat Buku Utama. Arikunto, Suharsimi, Suharjono, Supardi. (2008). Penelitian Tindakan Kelas Jakarta: PT.

Bumi Aksara

Azzahra, Elia, Susamti. (2012). Pengertian Kurikulum Menurut Beberapa Ahli. [Online] Tersedia: http://eliasusamtiazzahra.blogspot.com/2012/03/pengertian-kurikulum-menurut-beberapa.html [19 Maret 2012]

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. (2010). Perlawanan Santri Buntet, dan Sejarah Lahirnya

Kesenian Rudat [Online]. Tersedia:

http//www.disparbud.jabarprov.goid/wisata/dest-det.php/ [19okt2010]

Faizudin. (2010). Tari Rudat [Online] Tersedia: http://www.bloger.com/profile [13Oktober2010]

Fretisari, Imma. (2012). Peningkatan Apresiasi Siswa Terhadap Nilai-Nilai Seni Budaya Lokal Melalui Pembelajaran Tari Nimang Padi Pada Siswa SMP Negeri 2 Pontianak. Tesis pada Program Studi Pendidikan Seni Pascasarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Hariyanto. (2012). Pengertian Pendidikan Karakter [Online] Tersedia: http://belajarpsikologi.com/pengertian-pendidikan-karakter [6 Desember 2012]

Indriyanto, Bambang. (2013). Artikel Kurikulum. [Online] Tersedia:

http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/artikel-kurikulum-bambang-indriyanto: [22 Maret 2013)

Istiandini, Winda. (2012). Pembelajaran Model Connected “Tari Beskalan” sebagai Stimulus Kreasi Siswa Kelas IX SMA Negeri Rancakalong Sumedang. Tesis


(43)

131

Asti Trilestari, 2013

Pembelajaran Seni Rudat Untuk Membentuk “Karakter” Pada Siswa Kelas Vii Smp Negeri 1 Singaparna

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pada Program Studi Pendidikan Seni Pascasarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Karyati, Iin. (2009). Pengembangan Perilaku Sosial dalam Pembelajaran Tari Sisingaan (Studi Deskriptif Analitik Terhadap Siswa SMKN 8 Kota Bandung). Tesis pada Program Studi Pendidikan Seni Pascasarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Komarasari. (2003). Fungsi Tari Pada Kesenian Terbang di Kampung Simpang Desa Wangisagara Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung. Skripsi pada Program Studi Seni Tari UPI. Tidak diterbitkan.

Masunah, Juju & Narawati. (2003). Seni dan Pendidikan Seni. (Sebuah Bunga Rampai) Bandung : Pusat Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Seni Tradisional (P4ST) Universitas Pendidikan Indonesia.

Narawati, Tati. (2003). Wajah Tari Sunda dari Masa ke Masa. Bandung: P4ST

Natsir, Nanat Fatah. (2007). Peningkatan Kualitas Guru Dalam Perspektif Pendidikan Islam. Educationist Jurnal Kajian Filosofi, teori, kualitas, dan Manajemen Pendidikan No. 1 Vol. 1 Januari 2007. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Peraturan Mentri Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan.

Puskurbuk 2013, Silabus-silabus smp/mts mata pelajaran seni budaya

Ramsis, N. Y. (2008). Mengenal Seni Rudat [Online]

Tersedia:http://spiritualpreneurship.com/? id/downloads/Noval Ramsis [4 Juni 2010]

Rida. (2005). Sistem Pewarisan Seni Rudat di Kampung Cikupa Desa Pusparahayu Kecamatan Puspahiang Kabupaten Tasikmalaya. Skripsi pada Program Seni Tari UPI Bandung. Tidak diterbitkan

Rooijakkers, Ad. (1990). Mengajar Dengan Sukses. Petunjuk Untuk Merencanakan dan Menyampaikan Pengajaran. Jakarta: PT Grasindo.

Sabaria, Ria. (2009). Peranan Pembelajaran Tari Saman Dakam Menumbuhkan Perilaku Prososial Anak (Penelitian Tindakan Terhadap Siswa SD Sejahtera 1 Dinas Pendidikan Kota Bandung Tahun Ajaran 2008/2009). Tesis pada Program Studi Pendidikan Seni Pascasarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Samani, Muchlas & Hariyanto. (2012). Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


(1)

Asti Trilestari, 2013

Pembelajaran Seni Rudat Untuk Membentuk “Karakter” Pada Siswa Kelas Vii Smp Negeri 1 Singaparna Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

saling menghargai pendapat teman, setia kawan, dan toleransi tampak pada pertemuan ini. Mereka saling bertukar pengalaman dan mempelajari gerak dan lagu tari Rudat yang di kembangkan di kelompoknya masing-masing serta saling mengoreksi kekurangan kelompoknya untuk diperbaiki lebih baik lagi sebelum mereka tampil di depan kelas. Rasa kebersamaan dan kekompakan semakin terasa di setiap kelompok yang diharapkan dapat terealisasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Hasil Pembelajaran seni Rudat di kelas VII-E SMPN 1 Singaparna Kabupaten Tasikmalaya berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti ditambah pengamatan yang dilakukan antar kelompok, menunjukkan hasil dapat menumbuhkan karakteristik siswa. Karena sikap siswa dalam kegiatan sehari-hari menghormati guru, aktif, kreatif, kerjasama, kompak, percaya diri dalam setiap penampilan. Penilaian dilakukan ketika proses terkait sikap dan penilaian hasil terkait teks dan konteks seni Rudat. Ternyata nilai-nilai karakter yang terdapat pada tari Rudat sudah mulai terepresentasikan ke dalam pikiran siswa dan menjadi lapisan berikutnya yang turut membangun karakter siswa.

B. REKOMENDASI

Pemilihan seni Rudat sebagai bahan ajar merupakan salah satu upaya untuk memeperkenalkan seni Rudat terhadap para siswa sebagai generasi penerus, dengan harapan bahwa nilai-nilai karakter yang terkandung dalam seni Rudat dapat tertransformasikan terhadap para siswa, konsekwensi berikutnya yaitu menghidupkan seni Rudat agar kesenian ini hidup dan berkembang dengan baik di tengah-tengah masyarakat pendukungnya.

Penelitian yang berjudul Pembelajaran Seni Rudat untuk Membentuk “Karakter”

pada Siswa kelas VII-E SMP Negeri 1 Singaparna merupakan satu dari sekian banyak

penelitian mengenai pembelajaran seni tradisi. Dengan segala kekurangannya, peneliti berharap hasil penelitian ini dapat berkontribusi positif bagi dunia pendidikan serta perkembangan seni tradisi di Indonesia terutama di Kabupaten Tasikmalaya. Saran dari hasil temuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Bagi para pemegang kebijakan di daerah dapat segera mengambil kebijakan terkait pengembangan dan pemeliharaan seni Rudat di Kabupaten Tasikmalaya. Peneliti berharap


(2)

Asti Trilestari, 2013

Pembelajaran Seni Rudat Untuk Membentuk “Karakter” Pada Siswa Kelas Vii Smp Negeri 1 Singaparna Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pemerintah daerah dalam rangka pengembangan dan pemeliharaan aset daerah sekaligus pelestarian seni daerah yang nantinya akan menambah kekayaan khasanah kebudayaan daerah.

Bagi para pemerhati dan peneliti seni, kajian ini bisa dijadikan bahan referensi dalam melakukan studi tingkat lanjut dari penelitian seni Rudat yang akan datang.

Bagi guru-guru yang mengajar di jenjang Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Tasikmalaya, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai pengayaan materi untuk lebih memahami seni Rudat dan pengembangan lebih jauhnya menjadi alternatif bahan ajar untuk mengajarkan seni Tari di sekolah khusus yang seni Tari daerah setempat bagi yang masih menggunakan KTSP. Bisa pula sebagai acuan model pembelajaran yang menggunakan kurikulum 2013, karena sudah memuat penilaian autentik sikap, pengetahuan dan keterampilan, juga penilaian dilakukan ketika proses dan hasil. Ketika proses, pembelajaran berpusat di anak dan anak menemukan sendiri.

Bagi Institusi LPTK (Lembaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan), penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan dan dikaji lebih lanjut, karena hasil penelitian ini mungkin memberikan sumbangsih kekayaan temuan akademis berkenaan dengan seni tradisi sebagai alternatif bahan ajar di sekolah.


(3)

(4)

130

Asti Trilestari, 2013

Pembelajaran Seni Rudat Untuk Membentuk “Karakter” Pada Siswa Kelas Vii Smp Negeri 1 Singaparna Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Aban. (2010). Kesenian Rudat [Online]. Tersedia: http/www.pro3rri.com/index.php [19 okt 2010]

Abdulhak, Ishak dan Sanjaya. (1995). Media Pembelajaran. Bandung: Pusat Pelayanan dan Pengembangan Media Pendidikan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung.

Alwasilah, A Chaedar. (2006). Pokoknya Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya.

. (2011). Pokoknya Action Research. Bandung: PT Kiblat Buku Utama. Arikunto, Suharsimi, Suharjono, Supardi. (2008). Penelitian Tindakan Kelas Jakarta: PT.

Bumi Aksara

Azzahra, Elia, Susamti. (2012). Pengertian Kurikulum Menurut Beberapa Ahli. [Online] Tersedia: http://eliasusamtiazzahra.blogspot.com/2012/03/pengertian-kurikulum-menurut-beberapa.html [19 Maret 2012]

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. (2010). Perlawanan Santri Buntet, dan Sejarah Lahirnya

Kesenian Rudat [Online]. Tersedia:

http//www.disparbud.jabarprov.goid/wisata/dest-det.php/ [19okt2010]

Faizudin. (2010). Tari Rudat [Online] Tersedia: http://www.bloger.com/profile [13Oktober2010]

Fretisari, Imma. (2012). Peningkatan Apresiasi Siswa Terhadap Nilai-Nilai Seni Budaya

Lokal Melalui Pembelajaran Tari Nimang Padi Pada Siswa SMP Negeri 2 Pontianak. Tesis pada Program Studi Pendidikan Seni Pascasarjana UPI

Bandung: tidak diterbitkan.

Hariyanto. (2012). Pengertian Pendidikan Karakter [Online] Tersedia: http://belajarpsikologi.com/pengertian-pendidikan-karakter [6 Desember 2012]

Indriyanto, Bambang. (2013). Artikel Kurikulum. [Online] Tersedia:

http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/artikel-kurikulum-bambang-indriyanto: [22 Maret 2013)

Istiandini, Winda. (2012). Pembelajaran Model Connected “Tari Beskalan” sebagai


(5)

131

Asti Trilestari, 2013

Pembelajaran Seni Rudat Untuk Membentuk “Karakter” Pada Siswa Kelas Vii Smp Negeri 1 Singaparna Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pada Program Studi Pendidikan Seni Pascasarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Karyati, Iin. (2009). Pengembangan Perilaku Sosial dalam Pembelajaran Tari Sisingaan

(Studi Deskriptif Analitik Terhadap Siswa SMKN 8 Kota Bandung). Tesis

pada Program Studi Pendidikan Seni Pascasarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Komarasari. (2003). Fungsi Tari Pada Kesenian Terbang di Kampung Simpang Desa

Wangisagara Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung. Skripsi pada

Program Studi Seni Tari UPI. Tidak diterbitkan.

Masunah, Juju & Narawati. (2003). Seni dan Pendidikan Seni. (Sebuah Bunga Rampai) Bandung : Pusat Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Seni Tradisional (P4ST) Universitas Pendidikan Indonesia.

Narawati, Tati. (2003). Wajah Tari Sunda dari Masa ke Masa. Bandung: P4ST

Natsir, Nanat Fatah. (2007). Peningkatan Kualitas Guru Dalam Perspektif Pendidikan Islam. Educationist Jurnal Kajian Filosofi, teori, kualitas, dan Manajemen Pendidikan No. 1 Vol. 1 Januari 2007. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Peraturan Mentri Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan.

Puskurbuk 2013, Silabus-silabus smp/mts mata pelajaran seni budaya

Ramsis, N. Y. (2008). Mengenal Seni Rudat [Online] Tersedia:http://spiritualpreneurship.com/? id/downloads/Noval Ramsis [4 Juni 2010]

Rida. (2005). Sistem Pewarisan Seni Rudat di Kampung Cikupa Desa Pusparahayu

Kecamatan Puspahiang Kabupaten Tasikmalaya. Skripsi pada Program Seni

Tari UPI Bandung. Tidak diterbitkan

Rooijakkers, Ad. (1990). Mengajar Dengan Sukses. Petunjuk Untuk Merencanakan dan

Menyampaikan Pengajaran. Jakarta: PT Grasindo.

Sabaria, Ria. (2009). Peranan Pembelajaran Tari Saman Dakam Menumbuhkan Perilaku

Prososial Anak (Penelitian Tindakan Terhadap Siswa SD Sejahtera 1 Dinas Pendidikan Kota Bandung Tahun Ajaran 2008/2009). Tesis pada Program

Studi Pendidikan Seni Pascasarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Samani, Muchlas & Hariyanto. (2012). Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


(6)

132

Asti Trilestari, 2013

Pembelajaran Seni Rudat Untuk Membentuk “Karakter” Pada Siswa Kelas Vii Smp Negeri 1 Singaparna Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 8.

Wikipedia. (2013). Kurikulum. [Online] Tersedia: Id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum [31 Maret 2013]

Yusnita, A. et. Al. (2008). Makalah Antropologi: Rudat, Mutiara Budaya Yang Tersembunyi [Online] Tersedia: http://teguhimanprasetya.files.wordpress.com/2008/09 [4 Juni 2010]