IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KONSTRUKTIF DALAM MEMBENTUK SISWA MENJADI SISWA AKTIF : Studi Kasus di Kelas 4 SD Cendekia Muda Bandung.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
UCAPAN TERIMAKASIH ... iv
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Pertanyaan Penelitian ... 9
E. Penjelasan Istilah ... 11
F. Manfaat Penelitian ... 12
BAB II KAJIAN TEORITIS A. Tinjauan Pendidikan di Sekolah Dasar ... 14
1. Pendidikan di Sekolah Dasar ... 14
2. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ... 16
1. Tahap Perkembangan Anak ... 16
2. Karakteristik Siswa Kelas IV SD ... 19
3. Pendidikan Dasar ... 10
B. Pembelajaran Konstruktif ... 22
1. Pengertian dan Sejarah Teori Pembelajaran Konstruktif ... 22
2. Konstruktivisme Dalam Pendidikan ... 30
3. Pelaksanaan Konstruktivisme dalam Pembelajaran ... 39
C. Belajar Aktif dan Siswa Aktif ... 43
(2)
1. Pengertian dan Mekanisme Belajar Aktif ... 43
2. Siswa Aktif ... 67
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Kualitatif-Studi Kasus ... 70
B. Tahapan Penelitian ... 71
C. Subjek Penelitian ... 72
D. Teknik Pengumpulan Data ... 74
E. Pemilihan Sumber Data ... 78
F. Teknik Analisis Data ... 79
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi SD Cendekia Muda ... 83
1. Gambaran Umum ... 83
2. Kurikulum dan Program SD Cendekia Muda ... 85
B. Hasil Analisis Data ... 112
C. Pembahasan ... 144
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan ... 182
B. Rekomendasi ... 185
DAFTAR PUSTAKA ... 187
INSTRUMEN PENELITIAN ... 190
LAMPIRAN ... 204
(3)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pembagian Konstruktivisme ... 26
Gambar 2.2 Teori Belajar yang bergerak ... 32
Gambar 2.3 Faktor-faktor yang membangun konstruktivisme ... 33
Gambar 2.4 Pandangan Teori Konstruktif ... 35
Gambar 2.5 Pengertian belajar aktif... 46
Gambar 2.6 Prinsip-prinsip belajar aktif. ... 53
Gambar 2.7 Kerucut pengalaman ... 54
Gambar 2.8 Interaksi Dinamis antara guru-siswa-tugas ... 55
Gambar 2.9 Presentasi otak memberi perhatian terhadap gambar dan teks…... 61
Gambar 2.10 Presentasi otak memberi perhatian terhadap teks abstrak dan konkrit ... 62
Gambar 2.11 Kreativitas mensinergikan pengembangan multi-kecerdasan individu ... 64
Gambar 2.12 Kestabilan memori-gaya belajar pasif ... 66
Gambar 2.13 Kestabilan memori-gaya belajar aktif ... 66
Gambar 3.1 Tahapan Penelitian ... 72
Gambar 3.2 Skema Lembaga di Yayasan Laju Pendidikan ... 73
Gambar 3.3 Teknik Analisis Data ... 80
Gambar 3.4 Tringulasi teknik sumber data guru dan siswa ... 81
Gambar 3.5 Tringulasi sumber yang akan dilakukan pada orangtua dan staf sekolah ... 81
(4)
Gambar 4.1 Whole Education with The Principle of God Centered ... 90
Gambar 4.2 Skema Alur Pelaksanaan Kurikulum SD Cendekia Mu da ... 107
Gambar 4.3 Metodologi Pembelajaran Rasulullah SAW ... 108
Gambar 4.4 Sistem Evaluasi Pembelajaran Siswa SD Cendekia Muda ... 109
Gambar 4.5 Salah satu bentuk formasi meja-kursi dan area ruang kelas ... 118
Gambar 4.6Contoh Pengaturan Mebeler dalam Kelas ... 145
(5)
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbandingan Peran Guru Sebagai Instruktur dan Fasilitator ... 51
Tabel 2.2 Perbandingan Antara Belajar Konvensional dan Belajar Aktif ... 65
Tabel 4.1 Jadwal Aktivitas Harian SD Cendekia Muda ... 93
Tabel 4.2 Mata pelajaran per minggu untuk Kelas 4 SD Cendekia Muda ... 94
(6)
1
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pendidikan di sekolah dasar adalah pendidikan anak yang berusia antara 6
sampai 12 tahun yang merupakan pondasi dalam membangun kecerdasan dan
keterampilan hidup seorang anak. Pada tahap ini penting sekali untuk memulai
membangun potensi diri yang dimiliki siswa melalui pendekatan belajar aktif.
Dalam UU No. 20 Pasal 1 ayat 1 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dinyatakan bahwa “ Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana dan proses belajar agar peserta didik secara aktif
membangun potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”.
Sedangkan salah satu penjabaran Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional ini adalah Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yaitu : (1) Proses
belajar-mengajar pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan minat, bakat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
(7)
Dari kedua penjabaran tentang Undang-undang Pendidikan Nasional di atas,
tampak bahwa pemerintah berkeinginan betul siswa Indonesia menjadi siswa aktif
baik dalam tujuan yang lebih besar tentang potensi diri, maupun yang lebih kecil
seperti pembelajaran sehari-hari siswa. Pada kenyataannya, proses pembelajaran
yang terjadi masih banyak siswa yang bersikap pasif (belum aktif) dalam proses
pembelajarannya.
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran di Sekolah Dasar pada umumnya masih
menekankan aspek pengetahuan (kognitif) dan kurang melibatkan siswa secara
aktif dalam proses pembelajaran. Sebagai salah satu contohnya, penelitian yang
dilakukan oleh peneliti terdahulu, misalnya pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial : guru merasa sudah melaksanakan pembelajaran ketika menyampaikan
materi pembelajaran, tetapi karena model pembelajarannya kurang melibatkan
aktifitas siswa secara optimal maka sikap belajar yang ditunjukkan siswa adalah
sikap pasif. Guru berasumsi bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial adalah pengetahuan
yang bisa ditransformasikan secara utuh dari pikiran guru ke benak siswa,
sehingga model pembelajaran yang menekankan transformasi aspek pengetahuan
mendominasi dalam kegiatan pembelajarannya. Hal ini akan menyebabkan bekal
pengetahuan dan keterampilan untuk hidup bermasyarakat sebagai hasil
pembelajaran IPS kurang memadai (Somantri, 2001).
Dari observasi yang dilakukan oleh peneliti berkaitan dengan keaktifan siswa
(8)
rumah kebanyakan siswa yang hanya mengerjakan tugas sesuai permintaan guru
dengan kualitas yang minimal. Ada siswa yang senantiasa menyelesaikan
pekerjaan, namun jarang mengerjakan lebih dari batas minimal. Ia tahu bahwa ia
dapat mengerjakan tugas-tugas yang diberikan kepadanya, namun tidak
memiliki kecenderungan untuk menunjukkannya. Siswa lainnya tidak nyaman
ketika menjawab pertanyaan yang ditujukan padanya di muka umum, namun
tugas-tugas yang diselesaikan di rumah dikerjakannya secara lengkap dan
sebagian besar benar. Sedangkan siswa lain sengaja menunjukkan bahwa
dirinya tidak berusaha mengerjakan tugas, karena dengan tidak berusaha, ia
menciptakan sebuah eksplanasi alternatif untuk kegagalan, membiarkannya
menjadi pertanyaan terbuka bahwa ia akan mendapat menyelesaikan tugas
dengan lebih baik kalau ia berusaha.
Dalam proses penyusunan pemahaman, sebagian dari siswa menunjukkan
kualitas yang belum memuaskan, seperti ternyata siswa menyelesaikan tugas
dengan eksplorasi dan konsistensi yang masih belum memadai dibanding dengan
kapasitas dan latar belakang yang dimiliki. Kebanyakan siswa mengerjakan tugas
hanya karena ingin memenuhi standar yang ditetapkan oleh guru. Hal ini dapat
diukur dari kualitas eksplorasi topik atau materi yang ditugaskan, dan
sumber-sumber rujukan yang digunakan kebanyakan masih bersumber-sumber dari sumber-sumber yang
praktis, misalnya dari internet. Selain itu, siswa juga belum mampu
(9)
memecahkan masalah, siswa dapat melakukannya tetapi dengan prinsip yang
sangat praktis dan belum menggambarkan wawasan yang cukup tinggi.
Siswa Sekolah Dasar adalah siswa yang tahapan perkembangannya disebut
dalam teori Piaget sebagai The Stage of Concrete Operations (Barry J.
Wadsworth, 1989 : 95). Selama masa ini yaitu usia 7 – 11 tahun proses
penyusunan nalar menjadi logis dan konkrit. Pada saat ini anak mengembangkan
apa yang disebut Piaget sebagai tahap operasi logika yang merupakan fondasi
yang sangat penting dalam membangun operasi logika. Secara definitif operasi
logika adalah sebuah kegiatan kognitif yang terinternalisasi pada diri siswa
sehingga ia bisa sampai pada kesimpulan bahwa sesuatu itu “logis” (logical
operation). Dari pembangunan operasi logika ini, siswa diharapkan mengerti dan memiliki keterampilan untuk mengakses dan memproses informasi yang mereka
perlukan untuk memenuhi pencapaian afeksi, kognisi, dan psikomotorik sesuai
perkembangan usianya. Dengan kata lain, proses pembangunan logika diusia ini
ditujukan agar anak dapat menjadi siswa aktif (active learner) yang keinginan dan
antusiasme belajarnya lebih dari sekedar kebutuhan pencapaian kompetensi yang
ditetapkan oleh sekolah, tetapi juga belajar lebih jauh dan lebih dalam lagi dari
yang diajarkan dan dilakukan secara lebih mandiri.
Seorang siswa disebut sebagai siswa aktif jika dalam proses belajarnya, siswa
menggunakan betul kapasitas otaknya, belajar mencari ide-ide, memecahkan
(10)
1996 -Active Learning: 101 Strategies to Teach Any Subject). Sedangkan
menurut Menurut Glasgow (Doing Science, 1996 ) : “Siswa aktif secara
energetik berusaha untuk mengambil tanggung jawab yang lebih besar dalam
proses pembelajarannya. Mereka mengambil peran yang lebih dinamis dalam
memutuskan bagaimana dan apa yang mereka perlu ketahui, apa yang seharusnya
bisa mereka lakukan, dan bagaimana melakukannya. Peran mereka berlanjut ke
dalam pendidikan manajemen diri, dan motivasi dirinya menjadi kekuatan yang
lebih besar dibalik proses belajarnya”.
Dalam membentuk siswa menjadi siswa aktif dibutuhkan sebuah situasi atau
kegiatan belajar yang dapat mengakomodasi kebutuhan belajar mereka. Kegiatan
yang diperlukan merupakan sebuah bentuk kegiatan belajar yang prosesnya
bersifat aktif yang mendorong siswa untuk melakukan pembelajarannya dengan
‘mencari sendiri pengayaan informasinya’, mampu menyajikan contoh, menguji
coba keterampilannya dan menyelesaikan tugas sesuai kapasitas dirinya. Kegiatan
belajar seperti ini membuat siswa mau mendengar, melihat dan menanyakan
sesuatu pada saat belajar. Jika situasi ini dilakukan, mudah bagi kita untuk
membayangkan bahwa pastilah kegiatan belajar yang terjadi adalah situasi belajar
yang menyenangkan, suportif (mendukung siswa), dan secara antar personal
merasa lebih dekat. Kegiatan belajar seperti ini yang disebut sebagai kegiatan
(11)
Dari penjelasan di atas dapat kita lihat bahwa kebutuhan untuk membuat situasi
belajar menjadi active learning dan siswanya menjadi siswa aktif (active learner)
merupakan sebuah tuntutan yang bersifat alamiah. Sehingga adalah sebuah
kebutuhan yang cukup mendasar pula dari sebuah sekolah untuk membuat situasi
yang lebih aktif dalam proses pembelajaran siswanya.
Dalam lingkungan belajar aktif siswa akan membangun mental mereka sendiri
dari informasi yang mereka peroleh dan harus terus menguji validitas model yang
sedang dibangun. Dengan demikian, siswa diharapkan dapat memperoleh
pemahaman yang lebih baik dan bertahan lama dalam ingatannya untuk bekal
kehidupannya di masa akan dating (Modell and Michael 1993 -Promoting Active
Learning in Life Science Classrooms).
Belajar aktif (active learning) ini adalah realisasi bentuk pembelajaran yang
berakar pada paham konstruktivisme yang konsep belajarnya disebut belajar
konstruktif. Konstruktivis merupakan sebuah epistemologi, atau penjelasan
filosofis tentang kealamiahan belajar. Pengetahuan tidak untuk dipaksakan dari
luar diri seseorang tetapi terbentuk dari dalam dirinya. Siswa menyusun /
mengkonstruksi pemahamannya tentang pengetahuan, tidak terbentuk secara
otomatis. Pendekatan konstruktivis meminta perhatian kita atas fakta bahwa kita
harus menyusun pengalaman belajar mengajar untuk menantang pemikiran siswa
(12)
Pendekatan Pembelajaran Konstruktif yang dimaksud adalah pendekatan
konstruktif dengan karakteristik umum, sebagai berikut :
a) Menciptakan lingkungan belajar yang .memiliki konteks yang relevan dengan
yang dipelajari.
b)Fokus pada pendekatan realistik untuk memecahkan masalah di dunia nyata.
c) Instruktur atau guru adalah pendamping yang membantu menganalisis problem
agar mudah dipecahkan.
d)Konsep pembelajaran yang saling terhubung dan menyediakan berbagai
macam bentuk penyampaian tentang konten.
e) Tujuan pembelajaran haruslah bisa dinegosiasikan dan tidak akan dipaksakan
untuk dilakukan jika memang tidak memungkinkan.
f) Melakukan evaluasi mandiri atas pemahaman yang dimiliki atau dicapai.
g) Menyediakan peralatan dan lingkungan yang dapat membantu siswa untuk
untuk menafsirkan berbagai hal.
Ketika terjadi situasi dimana siswa tidak menjadi siswa aktif akibat guru
memberikan pembelajaran dengan pembelajaran tradisional yaitu pembelajaran
yang kebanyakan diberikan dalam bentuk ceramah atau teacher-centered, maka
peluang siswa menjadi tidak aktif memang dapat dipahami. Karena itulah, peneliti
ingin meneliti, bagaimana situasi siswa aktif dalam pelaksanaan pembelajaran
konstruktif di sekolah dasar. Dalam hal ini yang dipilih untuk menjadi lokasi
(13)
B. Perumusan Masalah
Didasarkan atas kajian pada latar belakang masalah, maka peneliti ingin
memecahkan masalah bagaimana pembelajaran konstruktif dapat membuat
siswa aktif. Untuk itu, rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini
adalah :
1. Bagaimana sistem pembelajaran konstruktif yang dilakukan secara
keseluruhan pada kurikulum sekolah SD Cendekia Muda.
2. Bagaimana proses keterlibatan siswa dalam pembelajaran konstruktif ini
seperti bagaimana siswa melakukan pembelajarannya dengan ‘mencari
sendiri pengayaan informasinya, menyajikan contoh, menguji coba
keterampilannya, mampu mengungkap gagasan/perasaan sendiri dan dapat
berpikir cara lain/berpikir alternatif , tidak takut salah.
3. Bagaimana peran guru dalam proses pembelajaran konstruktif ini sehingga
siswa bisa menjadi siswa aktif.
Sehingga dengan demikian, masalah utama penelitian ini adalah bagaimana
penerapan pembelajaran konstruktif yang berlangsung di SD Cendekia Muda
dan bagaimana hal ini memberi kontribusi pada pembentukan siswa menjadi
siswa aktif, faktor-faktor apa saja yang dapat memudahkan dan menghambat
keberhasilannya.
(14)
C.Tujuan Penelitian.
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui persepsi siswa, guru dan orangtua atas pendekatan
Pembelajaran Konstruktif yang sudah diterapkan di SD Cendekia Muda
Bandung.
2. Untuk mengetahui indikasi siswa aktif yang ditunjukkan oleh siswa dengan
pembelajaran konstruktif.
3. Untuk mengetahui partisipasi orangtua dan hal--hal yang harus dilakukan
orangtua dalam membentuk siswa jadi siswa aktif.
4. Faktor-faktor yang mendukung atau menghambat pembelajaran siswa aktif.
D. Pertanyaan Penelitian
Untuk mempertajam permasalahan penelitian maka pertanyaan penelitiannya
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana persepsi siswa, guru dan orangtua murid SD Cendekia Muda
terhadap pendekatan Pembelajaran Konstruktif? :
a) Apakah telah tercipta lingkungan belajar yang relevan dengan standar
kompetensi yang dipelajari?
b)Apakah sudah menggunakan pendekatan realistik untuk memecahkan
(15)
c) Apakah guru telah mengambil peran sebagai fasilitator dan membantu
menganalisis problem?
d)Apakah sudah menggunakan berbagai macam bentuk representasi dan
perspektif dari konten pembelajaran dan menekankan pada keterhubungan
konseptualnya?
e) Apakah sudah terjadi proses negosiasi dalam menetapkan tujuan
pembelajaran?
2. Apakah siswa menunjukkan indikasi siswa aktif dalam pembelajarannya
dengan merujuk kepada sub pertanyaan penelitian sebagai berikut :
a) Apakah siswa telah berusaha untuk mengambil tanggung jawab yang lebih
besar dalam proses pembelajarannya?
b)Bagaimana motivasi siswa dalam proses belajarnya?
c) Apakah siswa telah mengambil peran yang lebih dinamis dalam
memutuskan keikutsertaan belajarnya?
d)Apakah siswa telah memiliki kemampuan manajemen diri dalam proses
belajarnya.”
3. Bagaimana partisipasi orangtua dan hal apa yang dilakukan orangtua dalam
membentuk siswa jadi siswa aktif?
4. Faktor-faktor apa saja yang mendukung terselengaranya pembelajaransiswa
(16)
E. Penjelasan Istilah
1. Pendekatan Pembelajaran Konstruktif yang dimaksud adalah pendekatan
pembelajaran yang memberi ruang kepada siswa untuk menyusun
pemahamannya sendiri atas materi pembelajaran yang diterimanya dengan
berbagai komponen belajar yang terlibat di dalamnya. Hal ini didasarkan atas
pendapat Jonassen (1991 )tentang karakteristik umum pembelajaran
konstruktif, sebagai berikut :
a) Menciptakan lingkungan belajar yang .memiliki konteks yang relevan
dengan yang dipelajari.
b) Fokus pada pendekatan realistik untuk memecahkan masalah di dunia
nyata.
c) Instruktur atau guru adalah pendamping yang membantu menganalisis
problem agar mudah dipecahkan.
d) Konsep pembelajaran yang saling terhubung dan menyediakan berbagai
macam bentuk pembelajaran.
e) Tujuan pembelajaran yang dinegosiasikan.
f) Menyediakan peralatan dan lingkungan yang dapat membantu siswa untuk
(17)
2. Siswa aktif adalah siswa yang secara aktif berusaha untuk mengambil
tanggung jawab dalam proses pembelajarannya. Mereka mengambil peran
yang lebih dinamis dalam memutuskan bagaimana dan apa yang mereka
perlu ketahui, apa yang seharusnya bisa mereka lakukan, dan bagaimana
melakukannya. Peran mereka berlanjut ke dalam pendidikan manajemen diri,
dan motivasi dirinya menjadi kekuatan yang lebih besar dibalik proses
belajarnya.
F. Manfaat Penelitian.
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan :
Dapat menguatkan, menambahkan, mengembangkan inovasi-inovasi yang
makin luas lagi terkait dengan keinginan untuk menjadikan siswa menjadi siswa
aktif dan mereviu Teori Belajar Konstruktif dalam pelaksanaan pembelajaran.
Selain itu, diharapkan hal ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas
kepada peneliti dalam memahami teori-teori pembelajaran serta mampu
mengembangkan temuan-temuan yang diperoleh menjadi penelitian yang
(18)
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan bagi peneliti dapat
menginformasikan faktor-faktor yang dapat memudahkan atau menghambat
tercapainya tujuan Pembelajaran Konstruktif yaitu siswa menjadi siswa aktif.
Selain itu juga diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi penerapan
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) khususnya pada implementasinya di
Sekolah Dasar serta bagi orangtua dapat menjadi masukan yang bisa dibagikan
(19)
70
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian Kualitatif-Studi Kasus
Berdasarkan permasalahan, maka pendekatan penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan asumsi bahwa penelitian bersifat holistik, kompleks, dinamis dan penuh makna. Penerapan Pembelajaran Konstruktif adalah pendekatan yang bersifat psikologis yang diasumsikan dapat menstimulasi siswa berperilaku lebih positif sehingga hal ini dapat membuat siswa lebih fokus dan bertanggung jawab pada masa belajarnya.
Selanjutnya, penelitian ini menggunakan metode penelitian studi kasus yang membahas tentang masalah khas yang terjadi di lokasi penelitian. Marilyn Lichtman (2010:81) dalam bukunya menjelaskan bahwa “A case study approach is in depth examination of a particular case or several case”. Pendapat lain tentang studi kasus ini disampaikan oleh John Creswell (1997: 95) yang menyatakan bahwa :
”For a case study, the researcher should focus on an event, process, or program for which we have no in-depth perspective on this “case”. Conducting the case study provides a picture to help inform our practice or to see unexplored details of this case, thus, the need for the study, or the problem leading to it, can be related to the specific focus of the tradition of choice”.
Sebagian ahli (Stake, 1995) menganggap bahwa yang disebut sebagai kasus adalah objek penelitian itu sendiri, sedangkan sebagian ahli lainnya (seperti Merriam, 1998) menganggap bahwa case atau kasus adalah sebuah
(20)
studi kasus adalah eksplorasi dari sebuah “sistem yang dibatasi oleh waktu dan tempat, detail pengumpulan data cukup mendalam, melibatkan berbagai macam sumber informasi yang memiliki konteks yang luas”.
Pemilihan studi kasus untuk penelitian ini karena situasi yang menjadi objek penelitian yang dilakukan di SD Cendekia Muda dianggap sebagai sebuah kasus dimana ditemukannya sebagian siswa yang pencapaian nilai akademiknya belum berkembang seoptimal yang diinginkan. Penelitian ini juga dibatasi oleh waktu untuk mengetahui situasi yang sebenarnya terjadi agar dapat mengantisipasi kemungkinan berkembangnya situasi menjadi situasi yang lebih buruk.
B. Tahapan Penelitian
Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi tahap persiapan, proses pengumpulan data, pengolahan hasil penelitian, penyajian hasil penelitian. Proses menentukan masalah yang ingin siapa pelaku, dimana tempat penelitian dan aktivitas yang akan diteliti beserta metode apa yang akan digunakan untuk penelitian ini termasuk di dalam tahap persiapan. Studi kasus ini sendiri peneliti letakkan mulai pada tahapan pengumpulan data berdasarkan pendapat Creswell (1997:95) yang mengatakan bahwa pada studi kasus gambaran tentang masalah yang dihadapi berdasarkan proses pengumpulan data baik data observasi, wawancara maupun dokumentasi. Tahap pengolahan hasil penelitian dilakukan berturut-turut dari analisis
(21)
saja adalah menu dapat digambarka
C. Subjek Penelitia
Dalam penelit Spradley dinamak elemen yaitu : te berinteraksi satu istilah sampel. D kualitas dari sebu
Persiapan : •Menentukan masalah yang ingin diteliti •Memilih situasi sosial (Place, Actor, Activity) •Mengurus perizinan penelitian (access & rapport) •Menentukan teknik pengum-pulan data
nuliskan hasil penelitian dan triangulasi. Taha rkan sebagai berikut :
Gambar 3.1. Tahapan Penelitian
tian
elitian kualitatif dikenal istilah subjek penelit akan “social situation” atau situasi sosial yang tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas tu dengan lainnya secara sinergis.. Selain it . Dalam penelitian kualitatif, sampel me ebuah penelitian kualitatif karena faktor ini m
ss Proses Pengumpulan Data : •Melaksanakan & mencatat hasil observasi partisipan •Melaksanakan & mencatat hasil wawancara •Melakukan observasi deskriptif •Melakukan obser-vasi terfokus Pengolahan Hasil Penelitian : •Melaksanakan analisis domain •Melaksanakan analisis taksonomi •Melakukan analisis komponensial
Pen
Has
Pen
•Me has pen •Tria sum tria tekahap penelitian ini
litian, yang oleh ng terdiri atas tiga tas (activity) yang itu dikenal pula merepresentasikan merupakan kunci
Penyajian
Hasil
Penelitian :
Menuliskan hasil penelitian Triangulasi sumber dan triangulasi teknik(22)
yang mendesain berpikir dan perlu dalam keputusan Situasi sosial yan
1. Lokasi Penel
Penelitian berlokasi di k ini berada d menyelengga sekolah Men Gambar 3.2 Tama kanak Aya
in penelitian kualitatif memerlukan kriteria ya rlu untuk memiliki pertimbangan-pertimbanga an hasil penelitiannya.
ang dipilih pada penelitian ini adalah : nelitian
ian ini dilakukan di Sekolah Dasar Cendek di kota Bandung, Jalan Puri Ayu Pratama Arca di bawah naungan Yayasan Laju Pendidi garakan sekolah dengan jenjang Taman Ka enengah Pertama.
2 Skema Lembaga-lembaga di Yayasan Laju Yayasan Laju Pendidikan Taman Kanak-anak Permata Ayahbunda SD Cendekia Muda SD Cendekia Muda Level 1-3 SD Cendekia Muda Level 4-6 SMP
yang jelas dalam ngan yang rasional
ekia Muda yang rcamanik. Sekolah idikan yang juga Kanak-kanak dan
ju Pendidikan ia
SMP Cendekia Muda
(23)
guru, orangtua, staf sekolah, anggota keluarga lainnya yang satu rumah dengan siswa.
3. Aktivitas (Activity) proses belajar mengajar, proses pencarian
materi atau penunjang belajar oleh siswa.
Penelitian dilakukan dengan fokus penelitian dalam hal ini adalah :
1. Pendekatan dan penerapan Pembelajaran Konstruktif di sekolah yang dalam pelaksanaannya disebut belajar aktif (active learning), khususnya yang dilakukan di SD Cendekia Muda Bandung sehari-hari. 2. Siswa aktif, yaitu siswa SD Cendekia Muda Kelas 4 (empat) yang
memiliki motivasi dan tanggung jawab dalam belajar, meliputi : a) kemampuan menyelesaikan tugas. b) kemampuan mengorganisasi materi, c) berkomunikasi, d) memecahkan masalah, e) bekerjasama, f) Pencapaian nilai pelajaran dalam rapor serta bagaimana kemampuan siswa mengatur waktunya, meliputi : waktu untuk belajar, mengeksplorasi materi pengayaan (dengan membaca, menonton, berdiskusi, eksperimen, dll), dan bermain.
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam sebuah penelitian studi kasus, pengumpulan data dilakukan dengan sebanyak mungkin menggunakan teknik pengumpulan data karena peneliti mencoba untuk membangun gambaran yang mendalam tentang kasus yang diteliti. Creswell mengingatkan untuk menggunakan berbagai bentuk
(24)
tentang studi kasus. Yin (1989) menyarankan untuk menggunakan enam bentuk teknik pengumpulan data yaitu : observasi langsung, observasi partisipan, wawancara, studi dokumen, data-data arsip, artefak fisik.
Seperti yang disarankan di atas, pada penelitian ini peneliti juga menggunakan berbagai bentuk observasi (partisipatif, terus terang/tersamar, tak berstruktur) , wawancara, dokumen, data-data arsip dan artefak fisik seperti audio visual material, dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Observasi
Marshal (1995) menyatakan bahwa “through observation, the researcher learn about behavior and the meaning attached to those behavior”. Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut. Dalam observasi partisipan, peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan,dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka (Susan Stainback, 1988).
Kegiatan observasi pada penelitian ini meliputi melakukan pencataan secara sistematik yang terjadi di SD Cendekia Muda meliputi cara belajar aktif dan siswa aktif sebagai implementasi Pembelajaran Konstruktif, seperti : (a) bagaimana yang disebut setting real-world environment (lingkungan dunia nyata), (b) bagaimana pendekatan realistik (realistic approachment) yang dilakukan untuk memecahkan masalah nyata sesuai konsep real-world environment, (c) bagaimana keaktifan siswa di kelas
(25)
fasilitator, manajer kelas.
Observasi meliputi belajar aktif di sekolah seperti bagaimana bentuk-bentuk mebeler dan setting ruang kelas (meja kursi siswa), material pendukung belajar Selain itu diobservasi juga bagaimana proses belajar mengajar seperti pada saat pemberian materi ajar, muatan dan jadwal belajar, metode belajar harian, cara guru mengajar, cara siswa menerima pembelajaran, keaktifan siswa (misalnya :apakah siswa memiliki inisiatif belajar atau menambah sendiri pengetahuannya dengan bertanya ke guru, atau mencari buku-buku penunjang sendiri, atau melakukan pencarian di website, atau berinisiatif melakukan diskusi dengan teman kelompok) , dan lain-lain.
Sedangkan observasi yang meliputi belajar aktif di rumah meliputi bagaimana keaktifan siswa belajar di rumah, mencari materi pendukung mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, bagaimana setting ruang atau tempat belajar di rumah, keterlibatan “orang-orang rumah” dalam proses belajar siswa, dan lain-lain.Dalam rangka ini peneliti akan melakukan homevisit ke rumah siswa.
Observasi juga dilakukan atas diri guru, dimana akan diamati bagaimana pemahaman guru atas konsep belajar aktif (active learning), bagaimana guru menjadi fasilitator, bagaimana cara guru berbicara atau membawa diri, bagaimana pengkondisian belajar yang dilakukan guru, dan lain-lain.
(26)
Wawancara menurut Esterberg (2002) merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topic tertentu (Sugiono, 2009:317). Selanjutnya Esterberg mengemukakan beberapa macam wawancara yaitu wawancara terstruktur, semiterstruktur, dan tidak terstruktur. Pada penelitian ini yang digunakan adalah wawancara terstruktur dan semiterstruktur. Wawancara terstruktur dilakukan jika peneliti sudah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh yang karenanya pengumpul data atau peneliti telah menyiapkan instrument penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternative jawabannyapun telah disiapkan. Dalam wawancara terstruktur ini diberikan pertanyaan yang sama seputar metode belajar aktif konsep siswa aktif. Selain wawancara terstruktur, dilakukan juga wawancara semiterstruktur dimana respondennya adalah siswa dan orangtua (atau orang rumah yang berkompeten) dengan isi wawancara yang menghendaki jawaban apakah siswa telah melakukan metode belajar yang sesuai dengan prinsip Pembelajaran Konstruktif yang direpresentasikan dengan metode belajar aktif dan siswa aktif.
(27)
Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Dalam hal ini Bogdan dan Bilken (1992) menyatakan “In most tradition of qualitative research, the phrase personal document is used broadly to refer to any first person narrative produced by an individual which describes his or her own actions, experience and belief”.
Studi dokumen yang akan dikumpulkan sebagai data bagi penelitian ini meliputi hasil karya akademik siswa, foto-foto proses pembelajaran dan lingkungan belajar, dokumen pendukung yang disiapkan guru dalam mengajar, dan lain-lain yang berlangsung di SD Cendekia Muda khususnya di kelas IV.
4. Data-data Arsip dan Artefak Fisik
Merupakan pelengkap dari data yang diikumpulkan adalah data-data arsip yang dapat menguatkan data-data sebelumnya. Data-data arsip dan artefak fisik misalnya tentang data-data siswa lainnya yang berhubungan serta mungkin data audio-visual pendukung pembelajaran di SD Cendekia Muda.
E. Pemilihan Sumber Data
Dalam penelitian kualitatif ini, sumber data dipilih secara purposive dan bersifat snowball sampling. Penentuan sumber data dalam penelitian mungkin masih akan berkembang seiring dengan berjalannya penelitian di lapangan
(28)
purposive sampling dan snowball sampling, peneliti memilih orang-orang tertentu yang dipertimbangkan akan memberikan data yang diperlukan. Sumber data yang digunakan berjumlah 25 orang dengan inisial dengan rincian 11 orang siswa (RZ, ZK, GF, IR, KF, DE, KN, AL, DF, TR, ST; 9 orang guru dan staf (MU, BD, JD, HS, NN, FB, AN, RN, RS) ; 7 orang orangtua (NN, SA, LS, MAZ, NR, WH, ANR). Sumber data ini bisa berkembang dalam jumlah jika diperlukan untuk memperkaya data sehingga menjadi lebih lengkap. Praktek seperti inilah yang disebut “serial selection af sample units” (Lincoln dan Guba, 1985), atau dalam kata-kata Bogdan dan Bilken (1982) dinamakan “snowball sampling technique”. Unit sampel yang dipilih makin lama makin terarah sejalan dengan makin terarahnya focus penelitian. Proses ini dinamakan Bogdan dan Bilken (1982) sebagai “continuous adjustment of focusing of the sample”.
Dalam penelitian ini yang menjadi sampel sumber data adalah guru-guru yang yang banyak berinteraksi dengan anak dan diasumsikan guru telah menjalankan prinsip-prinsip Pembelajaran Konstruktif, orangtua dari siswa yang diteliti, dan siswa itu sendiri, staf sekolah, orang-orang di sekitar siswa di rumah.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam analisis ini mengikuti metode analisis data kualitatif dengan observasi partisipan, mencatat hasil observasi
(29)
melakukan analis untuk menemuka
Setelah mene sampai data yang adalah tahap k keseluruhan siste dan secara umum Selanjutnya dilak berupa gambaran aktif dan siswa a yang serupa mel diawal penelitian.
Selanjutnya ak memiliki kontra Triangulasi tekni
alisis domain menggunakan lembaran kerja a kan kategori sosialnya.
enentukan domainnya, pengumpulan data t ang terkumpul menjadi makin banyak. Pada
kategorisasi dimana disini disajikan gam stem dan kurikulum yang berlangsung di SD
um tentang pembelajaran konstruktif di SD C ilakukan analisis taksonomi dengan menjab ran fisik dan non fisik SD Cendekia Muda ser
a aktif yang dilakukan. Pada analisis ini aka elalui observasi, wawancara dan dokumentas
n.
Gambar 3.3. Teknik Analisis Data
akan dilakukan analisis komponensial yang me tras melalui triangulasi teknik dan trian knik berarti peneliti menggunakan teknik pen
a analisis domain
tetap dilakukan a analisis domain ambaran tentang D Cendekia Muda Cendekia Muda. jabarkan kategori serta pembelajaran kan dicari elemen tasi yang terfokus
mencari data yang angulasi sumber. pengumpulan data
(30)
menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Triangulasi teknik dilakukan kepada sumber data guru dan siswa
Gambar 3.4. Triangulasi teknik untuk sumber data guru dan siswa Sedangkan triangulasi sumber berarti untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. Triangulasi sumber ini akan dilakukan kepada siswa, guru, orangtua dan staf sekolah.
Gambar 3.5. Triangulasi sumber yang akan dilakukan pada orangtua dan staf sekolah
Observasi partisipatif
Wawancara mendalam
Dokumentasi
Sumber data sama
Wawancara mendalam
A
B
C
(31)
Dengan pengamatan yang terus menerus diharapkan variasi data menjadi tinggi. Analisis data dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai dari lapangan. Dalam hal ini, Nasution (1988) menyatakan “Analisis telah dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Analisis data menjadi pegangan bagi penelitiasn selanjutnya sampai, jika mungkin teori yang grounded”.
Seperti menurut Sanapiah Faisal, 1990, analisis ini merupakan upaya mencari “benang merah” yang mengintegrasikan lintas domain yang ada.
(32)
182
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan yang telah
dilakukan, peneliti menyimpulkan beberapa hal sesuai dengan tujuan penelitian,
sebagai berikut :
1. Persepsi siswa, guru dan orangtua memiliki kesamaan bahwa mereka senang
dengan pendekatan Pembelajaran Konstruktif yang telah diterapkan di SD
Cendekia Muda. Para siswa menyatakan senang dengan hampir semua yang
dilakukan di sekolah. Kebanyakan orangtua tidak mengetahui prinsip-prinsip
konstruktivis yang diterapkan, tetapi dapat merasakan sebuah penerapan yang
berbeda dengan sekolah lain. Sedangkan guru menyatakan senang dengan
pembelajaran Pembelajaran Konstruktif yang dilakukan, meskipun belum
sempurna karen belum secara konsisten melakukan negosiasi dengan siswa
atas tujuan pembelajaran. Atas persepsi itu terdapat beberapa hal sebagai
berikut sebagai simpulan tambahan:
a. Lingkungan belajar (learning environment) yang meliputi aspek-aspek
fisik ruang kelas (suhu, kebersihan, sirkulasi udara, desain interior kelas),
(33)
sumber-sumber belajar (class size management and resources), selama ini telah
berlangsung dan disediakan dengan baik.
b. Pendekatan realistik telah diterapkan dengan cukup baik melalui berbagai
macam strategi seperti cooperative learning, contextual teaching and
learning, colaborative learning, simulasi dan kegiatan belajar seperti pembelajaran harian, fieldtrip, project day, portfolio, serta asesmennya.
c. Kebanyakan guru telah mengambil peran sebagai fasilitator dengan
menghidupkan budaya diskusi, bersikap dialogis, mendengarkan,
memberikan kebebasan dan kesempatan kepada siswa untuk aktif belajar
dan mengungkapkan gagasan serta ide-ide mereka.
d. Pembelajaran di kelas 4 SD cendekia Muda telah menggunakan berbagai
macam bentuk representasi dan perspektif dan konten pembelajaran
dengan tetap menekankan pada hubungan konseptualnya. Semuanya di
kemas dalam metode active learning yang bertujuan memberikan
pengalaman yang berarti dalam pembelajaran siswa.
e. Belum terjadi proses negosiasi dalam menetapkan tujuan pembelajaran.
Bahkan tujuan pembelajaran belum disampaikan dalam ’bahasa tujuan’.
2. Pendekatan Pembelajaran Konstruktif yang diterapkan memiliki
kecenderungan untuk membuat siswa menjadi siswa aktif meskipun dalam
penelitian ini belum dapat dibuktikan secara jelas karena ada salah satu unsur
(34)
pembelajaran dalam bahasa tujuan dan menegosiasikannya dengan siswa. Hal
ini dapat dibuktikan dengan terjadinya situasi dimana siswa mampu
melakukan dialog menyajikan pendapat yang analitis dan ekspresif, cukup
mandiri serta hasil pembelajaran yang cukup memuaskan. Siswa juga
memiliki motivasi belajar yang baik dan memiliki kemampuan manajemen
diri meskipun belum konsisten antara manajemen diri di sekolah dan di
rumah.
3. Sebagian besar orangtua juga cukup memperhatikan proses belajar di
sekolah meskipun tidak mengetahui dengan baik strategi dan
metode-metodenya yang digunakan di SD cendekia Muda. Orangtua belum
melakukan prinsip-prinsip konstruktivis di rumah untuk medukung
pembelajaran di sekolah.
4. Faktor-faktor yang mendukung terlaksananya pembelajaran konstruktif di
sekolah.
Faktor-faktor yang mendukung :
a. Cara pandang belajar konstruktif dari guru, bahwa siswa datang bukan
dalam keadaan kosong tetapi sudah memiliki program cara menyusun
pemahaman sendiri dalam dirinya.
b. Pendekatan belajar dilakukan secara tim, dan semua mengambil peran
(35)
c. Pelaksana pembelajaran konstruktif memiliki kompetensi dalam
merancang pembelajaran dan terbuka untuk perubahan dan pendalaman
yang lebih komprehensif tentang pembelajaran.
d. Komitmen untuk mengembangkan kemampuan literasi dan motivasi
siswa,
Faktor-faktor yang menghambat :
a. Jika guru atau tim pelaksana pembelajaran konstruktif tidak konsisten
menjalankan semua unsur-unsur pembelajaran ini.
b. Jika tim pelaksana tidak memiliki komitmen untuk sebuah hasil pembelajaran
yang lebih baik bagi siswa.
B. Rekomendasi
Didasarkan atas temuan bahwa menggunakan prinsip konstruktivisme pada
pembelajaran di sekolah, terdapat rekomendasi secara konsep maupun praktis.
Secara konsep :
1. Kepada manejemen sekolah-sekolah
Untuk mempertimbangkan menerapkan pembelajaran konstruktif di sekolah
masing-masing, mengingat baik guru maupun siswa merasa senang dan
memperoleh manfaat yang banyak. Guru dapat menjadi fasilitator dan siswa
(36)
2. Kepada guru
Agar menerapkan semua prinsip pembelajaran konstruktif secara konsisten
karena jika ada satu prinsip yang tidak dijalankan maka hasil maksimal tidak
dapat diperoleh. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa pembelajaran
konstruktif memenuhi kriteria sebagai konsep belajar aktif.
3. Kepada peneliti
Untuk melanjutkan penelitian ini dari aspek hal-hal yang dapat menyebabkan
pembelajaran konstruktivis tidak berhasil dengan baik.
Secara praktis :
1. Kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Untuk mempromosikan prinsip pembelajaran terpadu antar matapelajaran
secara lebih intensif lagi agar proses pembangunan pemahaman siswa akan
materi pelajaran lebih komprehensif dan realistik.
2. Kepada orangtua
Meskipun tidak terlalu penting bagi orangtua mengetahui konsep
pembelajaran konstruktif secara lebih jauh, tetapi penting sekali bagi
orangtua untuk memberi bantuan dan motivasi belajar kepada anaknya agar
(37)
187
Daftar Pustaka
Brophy, Jere E. (2010). Motivating Students to Learn. Routledge, New York, NY 10016.
Camille J. Bunting. (2006). Interdisciplinary teaching through outdoor education, Human Kinetics, New York.
Endraswara, Suwardi. (2006). Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan: Ideologi, Epistemologi, dan Aplikasi, Pustaka Widyatama.
Englehart, Joshua M. (2011). Why class size effects cannot stand alone: Insights from a qualitative exploration, Tersedia (Online) www.springerlink.com, 4 November 2011.
Fields, M.V. & Debby Fields. (2006). Constructive Guidance and Discipline. Fifth Edition. Columbus: Upper Saddle River, New Jersey, USA.
Gary D, Fenstermacher, Jonas F, Soltis(2004), Approaches to teaching. Teachers College Press, New York.
Gaskins, West, Irene. (2005). Success with struggling readers: the Benchmark School approach. Benchmark School, The Guilford Press, New York.
Hilda, Jackman. (2009). Early Education Curriculum: A Child's Connection to the World, Wadsworth, California.
Isjoni, Isjoni Ishaq. (2006). Pendidikan sebagai investasi masa depan. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.
(38)
Joe Wittmer, Robert D, Myrick. (1989) The teacher as facilitator. Educational Media Corp, University of Virginia, Virginia.
John P. Hertel, Barbara J. Millis. (2002). Using simulations to promote learning in higher education: an introduction, Stylus Publishing, LLC.
Ken, Jones. (1995). Simulations: a handbook for teachers and trainers. Routledge.
Kuhithau, Carol, Collier; Caspari, Ann K; Maniotes, Leslie K. (2007). Guide Inquiry: Learning int the 21st Century. Libraries Unlimitied Inc, West Port, USA.
Leeder, Andy. Tips for trips, (2003). Continuum International Publishing Group,
London & New York.
Marshall, Catherine & Gretchen B. Rossman. (2006). Designing Qualitive Research. Fourth Edition. California : Sage Publications, Inc.
Mc.Millan, J.H. & Sally Schumacher. (2001). Penelitian Dalam Pendidikan (Terjemahaan). Fifth Edition. London: Longman.
Medina, John J. (2008). Brain Rules. Pear Press : Seattle, WA.
Sadulloh, Uyoh. M.Pd.Drs. (2007). Filsafat Pendidikan. Bandung : Cipta Utama.
Sanjaya, Wina. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta Purna Grafika, Jakarta.
Schunk, D.H. (2009). Learning Theories An Educational Perspective. Fourth Edition.
Columbus: Upper Saddle River, New Jersey.
Stipek, Deborah J, Seal, Kathy. (2001). Motivated minds: raising children to love learning. Henry Holt and Co. USA.
(39)
Sugiyono,Prof.Dr. (2009 ).Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Susan, Jones, Sears. (2002). Contextual teaching and learning : a primer for effective instruction, Phi Delta Kappa Educational Foundation, Bloomington, Indiana. Veer, Rene Van Der & Jaan, Valsiner. (1994). The Vygotsky Reader. USA: Blackwell
Publisher Ltd.
Wadsworth, B.J. (1989). Piagets’s Theory of Cognitive And Affective Development. Fourth Edition. London: Longman Group Ltd.
(1)
184
pembelajaran dalam bahasa tujuan dan menegosiasikannya dengan siswa. Hal ini dapat dibuktikan dengan terjadinya situasi dimana siswa mampu melakukan dialog menyajikan pendapat yang analitis dan ekspresif, cukup mandiri serta hasil pembelajaran yang cukup memuaskan. Siswa juga memiliki motivasi belajar yang baik dan memiliki kemampuan manajemen diri meskipun belum konsisten antara manajemen diri di sekolah dan di rumah.
3. Sebagian besar orangtua juga cukup memperhatikan proses belajar di sekolah meskipun tidak mengetahui dengan baik strategi dan metode-metodenya yang digunakan di SD cendekia Muda. Orangtua belum melakukan prinsip-prinsip konstruktivis di rumah untuk medukung pembelajaran di sekolah.
4. Faktor-faktor yang mendukung terlaksananya pembelajaran konstruktif di sekolah.
Faktor-faktor yang mendukung :
a. Cara pandang belajar konstruktif dari guru, bahwa siswa datang bukan dalam keadaan kosong tetapi sudah memiliki program cara menyusun pemahaman sendiri dalam dirinya.
b. Pendekatan belajar dilakukan secara tim, dan semua mengambil peran yang semestinya dan menjalankannya dengan baik
(2)
c. Pelaksana pembelajaran konstruktif memiliki kompetensi dalam merancang pembelajaran dan terbuka untuk perubahan dan pendalaman yang lebih komprehensif tentang pembelajaran.
d. Komitmen untuk mengembangkan kemampuan literasi dan motivasi siswa,
Faktor-faktor yang menghambat :
a. Jika guru atau tim pelaksana pembelajaran konstruktif tidak konsisten menjalankan semua unsur-unsur pembelajaran ini.
b. Jika tim pelaksana tidak memiliki komitmen untuk sebuah hasil pembelajaran yang lebih baik bagi siswa.
B. Rekomendasi
Didasarkan atas temuan bahwa menggunakan prinsip konstruktivisme pada pembelajaran di sekolah, terdapat rekomendasi secara konsep maupun praktis.
Secara konsep :
1. Kepada manejemen sekolah-sekolah
Untuk mempertimbangkan menerapkan pembelajaran konstruktif di sekolah masing-masing, mengingat baik guru maupun siswa merasa senang dan memperoleh manfaat yang banyak. Guru dapat menjadi fasilitator dan siswa dapat menjadi siswa aktif.
(3)
186
2. Kepada guru
Agar menerapkan semua prinsip pembelajaran konstruktif secara konsisten karena jika ada satu prinsip yang tidak dijalankan maka hasil maksimal tidak dapat diperoleh. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa pembelajaran konstruktif memenuhi kriteria sebagai konsep belajar aktif.
3. Kepada peneliti
Untuk melanjutkan penelitian ini dari aspek hal-hal yang dapat menyebabkan pembelajaran konstruktivis tidak berhasil dengan baik.
Secara praktis :
1. Kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Untuk mempromosikan prinsip pembelajaran terpadu antar matapelajaran secara lebih intensif lagi agar proses pembangunan pemahaman siswa akan materi pelajaran lebih komprehensif dan realistik.
2. Kepada orangtua
Meskipun tidak terlalu penting bagi orangtua mengetahui konsep pembelajaran konstruktif secara lebih jauh, tetapi penting sekali bagi orangtua untuk memberi bantuan dan motivasi belajar kepada anaknya agar lebih menyenangi proses belajar.
(4)
187
Daftar Pustaka
Brophy, Jere E. (2010). Motivating Students to Learn. Routledge, New York, NY 10016.
Camille J. Bunting. (2006). Interdisciplinary teaching through outdoor education, Human Kinetics, New York.
Endraswara, Suwardi. (2006). Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan:
Ideologi, Epistemologi, dan Aplikasi, Pustaka Widyatama.
Englehart, Joshua M. (2011). Why class size effects cannot stand alone: Insights
from a qualitative exploration, Tersedia (Online) www.springerlink.com, 4
November 2011.
Fields, M.V. & Debby Fields. (2006). Constructive Guidance and Discipline. Fifth Edition. Columbus: Upper Saddle River, New Jersey, USA.
Gary D, Fenstermacher, Jonas F, Soltis(2004), Approaches to teaching. Teachers College Press, New York.
Gaskins, West, Irene. (2005). Success with struggling readers: the Benchmark School
approach. Benchmark School, The Guilford Press, New York.
Hilda, Jackman. (2009). Early Education Curriculum: A Child's Connection to the
World, Wadsworth, California.
Isjoni, Isjoni Ishaq. (2006). Pendidikan sebagai investasi masa depan. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.
(5)
188
Joe Wittmer, Robert D, Myrick. (1989) The teacher as facilitator. Educational Media Corp, University of Virginia, Virginia.
John P. Hertel, Barbara J. Millis. (2002). Using simulations to promote learning in
higher education: an introduction, Stylus Publishing, LLC.
Ken, Jones. (1995). Simulations: a handbook for teachers and trainers. Routledge.
Kuhithau, Carol, Collier; Caspari, Ann K; Maniotes, Leslie K. (2007). Guide Inquiry:
Learning int the 21st Century. Libraries Unlimitied Inc, West Port, USA.
Leeder, Andy. Tips for trips, (2003). Continuum International Publishing Group, London & New York.
Marshall, Catherine & Gretchen B. Rossman. (2006). Designing Qualitive Research. Fourth Edition. California : Sage Publications, Inc.
Mc.Millan, J.H. & Sally Schumacher. (2001). Penelitian Dalam Pendidikan
(Terjemahaan). Fifth Edition. London: Longman.
Medina, John J. (2008). Brain Rules. Pear Press : Seattle, WA.
Sadulloh, Uyoh. M.Pd.Drs. (2007). Filsafat Pendidikan. Bandung : Cipta Utama.
Sanjaya, Wina. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta Purna Grafika, Jakarta.
Schunk, D.H. (2009). Learning Theories An Educational Perspective. Fourth Edition. Columbus: Upper Saddle River, New Jersey.
Stipek, Deborah J, Seal, Kathy. (2001). Motivated minds: raising children to love
(6)
Sugiyono,Prof.Dr. (2009 ).Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Susan, Jones, Sears. (2002). Contextual teaching and learning : a primer for effective
instruction, Phi Delta Kappa Educational Foundation, Bloomington, Indiana.
Veer, Rene Van Der & Jaan, Valsiner. (1994). The Vygotsky Reader. USA: Blackwell Publisher Ltd.
Wadsworth, B.J. (1989). Piagets’s Theory of Cognitive And Affective Development. Fourth Edition. London: Longman Group Ltd.