Jurnal Ilmiah Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMP IPA Biologi | Makalah Dan Jurnal Gratis Jurnal Ilmiah(3)

Jurnal Vol. 01 Nomor 04 Tahun 2013
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE
(TPS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII.1 PADA MATA
PELAJARAN IPA BIOLOGI DI SMP NEGERI 4 PAREPARE
TAHUN PELAJARAN 2009 /2010
Oleh :
Sajerah, S.Pd.Bio.
(Guru SMP Negeri 4 Parepare)

ABSTRAK
Salah satu materi pada mata pelajaran IPA Biologi yang dirasakan cukup sulit untuk dipahami siswa adalah materi ajar
tentang Sistem Pencernaan, kesulitan yang dirasakan siswa untuk mengingat istilah-istilah Biologi dan menjelaskan proses
sistem pencernaan yang terjadi pada manusia. Kurangnya motivasi belajar siswa dapat di lihat dari sikap dan perilaku siswa
sehari-hari dalam proses belajar mengajar, seperti suka menunda pekerjaan, kurang perhatian dan tidak fokus belajar, serta
semangat belajar yang kurang menyebabkan hasil belajar yang rendah.
Tujuan penelitian untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII.1 pada mata pelajaran IPA Biologi dengan Materi
Ajar Sistem Pencernaan dengan menggunakan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe TPS di SMP Negeri 4 Parepare
tahun pelajaran 2009/2010. Metode penelitian dengan pendekatan sistem siklik yang meliputi 4 tahapan tindakan, yaitu (1)
perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3 pengamatan, dan (4) refleksi. Pelaksanaan penelitian pada semester ganjil mulai
Agustus sampai dengan Oktober 2009 selama 2 (dua) siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa telah memahami materi
ajar Sistem Pencernaan dan memperoleh pengalaman belajar dari kegiatan praktikum sehingga nilai rata-rata kelas pada

siklus I dari 66,56 menjadi 72,50 pada siklus II demikian juga kenaikan prosentase ketuntasan kelas pada siklus I dari 56,25 %
menjadi 75,00 % pada siklus II.
Berdasarkan perolehan hasil belajar dan ketuntasan kelas maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan model
pembelajaran Cooperative Learning tipe TPS dengan variasi praktikum dalam pembelajaran IPA Biologi pada materi Sistem
Pencernaan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII.1 di SMP Negeri 4 Parepare setelah diberi tindakan selama dua
siklus.
Kata kunci : Cooperative Learning Tipe TPS, hasil belajar, IPA Biologi
1

Jurnal Vol. 01 Nomor 04 Tahun 2013
1. Pendahuluan
Biologi merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam yang terus mengalami perkembangan
seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Biologi mempunyai peran penting dalam
mengatasi permasalahan yang terjadi baik masalah lingkungan, kesehatan dan masalah lainnya yang
berhubungan dengan kesejahteraan manusia. Memasuki abad ini merasa perlu banyak mempelajari
konsep dan prinsip dasar Biologi.
Mata pelajaran Biologi yang diberikan di sekolah lanjutan berperan untuk membekali siswa untuk
memiliki kemampuan memahami konsep dan prinsip Biologi yang diperlukan dirinya untuk
dikembangkan ke jenjang selanjutnya atau dalam kehidupan sehari-hari dilingkungannya. Kompetensi
tersebut diperlukan siswa agar memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan

pengetahuannya untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan masalah Biologi.
Salah satu materi pelajaran Biologi yang dirasakan cukup sulit untuk dipahami para siswa adalah
materi tentang Sistem Pencernaan, kesulitan yang di rasakan siswa untuk mengingat istilah-istilah
Biologi dan menjelaskan proses sistem pencernaan yang terjadi pada manusia. Kurangnya motivasi
belajar siswa dapat di lihat dari sikap dan perilaku siswa sehari-hari dalam proses belajar mengajar,
seperti suka menunda pekerjaan, kurang perhatian dan tidak fokus belajar, serta semangat belajar yang
kurang menyebabkan hasil belajar yang rendah. Hal ini juga diikuti dengan kecendrungan siswa malas
membaca buku pelajaran khususnya Biologi sehingga pemahaman konsep dan prinsip menjadi kurang
dikuasai. Rendahnya motivasi belajar siswa, juga disebabkan siswa kurang tertarik mengikuti pelajaran
Biologi karena dianggap monoton dan kurang variatif, sehingga antusias siswa untuk mempelajari
Biologi tumbuh tidak optimal.
Kondisi siswa saat mengikuti pelajaran Biologi yang kurang siap dan tidak konsntrasi sehingga
siswa cenderung pasif saat mengikuti pelajaran. Seharusnya untuk pembelajaran Biologi pada materi ini
diperlukan konsentrasi tinggi, mengingat materi yang dipelajari berupa Sistem Pencernaan bukan
sekedar berupa hafalan melainkan pemahaman yang tinggi. Bila satu bagian proses tidak dipahami
akibat tidak konsentrasi, maka secara keseluruhan dari rangkaian proses akan sulit dimengerti.
Selanjutnya dari permasalahan tersebut perlu dipikirkan bagaimana cara mengatasinya, agar siswa
termotivasi untuk belajar dan meningkatkan hasil belajarnya. Untuk itu perlu dilakukan penelitian
tindakan kelas agar ada jalan keluar untuk mengatasi masalah tersebut.
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa diantaranya mengubah model pembelajaran dari yang biasa

digunakan dengan yang lain, bila model yang biasa digunakan dirasakan kurang variatif dan monoton,
sehingga menyebabkan siswa menjadi jenuh dan tidak bersemangat, maka perlu dipilh model
pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan serta dapat menumbuhkan semangat
belajar siswa. Pemilihan model atau metode pembelajaran menjadi sangat penting, agar model
pembelajaran yang digunakan diharapkan dapat memperoleh hasil yang optimal.
Dalam pembelajaran biologi melalui model pembelajaran tipe Think Pair Share (TPS) diharapkan
siswa aktif sebab jika siswa aktif maka dapat berakibat ingatan siswa mengenai apa yang dipelajarinya
akan lebih lama. Dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi ajar
Sistem Pencernaan yaitu model pembelajaran tipe Think Pair-Share sehingga mampu mengaktifkan
siswa dalam proses belajar mengajar.
Think Pair Share (TPS) merupakan jenis model pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur yang dimaksudkan sebagai alternatif pengganti terhadap
sruktur kelas tradisional. Stuktur ini menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil
(2-6 anggota) dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif daripada penghargaan individual. ThinkPair-Share memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak
untuk berfikir, menjawab dan membantu satu sama lain.
2

Jurnal Vol. 01 Nomor 04 Tahun 2013
Model pembelajaran TPS sebagai struktur kegiatan pembelajaran cooperative learning. Teknik ini
memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan lain

dari teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa. Dengan metode klasikal yang memungkinkan hanya
satu siswa maju dan membagikan hasilnya untuk seluruh kelas (Lie, 2005).
Model pembelajaran tipe Think Pair Share terdapat langkah-langkah yaitu berpikir, berpasangan
dan berbagi. Melalui model pembelajaran ini, diharapkan siswa dapat lebih konsentrasi dalam belajar
karena proses belajar melalui beberapa tahap kejenuhan siswa. Tentunya bimbingan guru dalam
melakukan tahap demi tahap akan menambah motivasi siswa dalam belajar. Selain itu strategi Think –
Pair – Share dapat mengatasi kelemahan-kelemahan siswa dalam proses belajar mengajar.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah;
“Bagaimana menggunakan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Think Pair Share (TPS)
dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII.1 pada mata pelajaran IPA Biologi dengan materi ajar
Sistem Pencernaan di SMP Negeri 4 Parepare Tahun Pelajaran 2009/2010”.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA Biologi dengan
materi ajar Sistem Pencernaan melalui penggunaan model pembelajaran Cooperative Learning tipe TPS
(Think Pair Share) pada siswa kelas VIII.1 di SMP Negeri 4 Parepare tahun pelajaran 2009/2010.
2. Kajian Pustaka
Menurut Oemar (1995), pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan
pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem pembelajaran terdiri dari siswa, guru dan tenaga lainnya,
misalnya tenaga laboratorium. Material meliputi buku-buku, papan tulis dan kapuk, fotografi, slide dan
film, audio dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio

visual, juga komputer. Prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar,
ujian dan sebagainya.
Pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum yang menuntut keaktifan guru dalam menciptakan
dan menumbuhkan kegiatan peserta didik sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan. Dalam hal
ini, guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat ketika peserta didik belum
dapat membentuk kompetisi dasar, apakah kegiatan pembelajaran dihentikan, diubah metodenya, atau
mengulang dulu pembelajaran yang lalu (Mulyasa, 2005).
Dan menurut Anita (2005), sistem pembelajaran cooperative learning bisa didefinisikan sebagai
sistem kerja/belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur
pokok (Johnson dan Johnson, 1993), yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual,
interaksi personal, keahlian bekerja sama dan proses kelompok. Model pembelajaran cooperative
learning tidak sama dengan sekadar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran
cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asalasalan.
Pelaksanaan prosedur model cooperative learning dengan benar akan memungkinkan pendidik
mengelola kelas dengan lebih efektif.
Anita (2005) menjelaskan lebih lanjut bahwa teknik belajar mengajar Berpikir –Berpasangan –
Berempat dikembangkan oleh Frank Lyman (Think – Pair –Share) dan Spencer Kagan (Think – Pair –
Square) sebagai struktur kegiatan pembelajaran cooperative learning. Teknik ini memberi siswa
kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerjasama dengan orang lain. Keunggulan lain dari teknik ini
adalah optimalisasi partisipasi siswa. Dengan metode klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa

maju dan membagikan hasilnya untuk seluruh kelas, Teknik Berpikir – Berpasangan – Berempat ini
memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada siswa untuk dikenali dan
menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain.

3

Jurnal Vol. 01 Nomor 04 Tahun 2013
Dalam pembelajaran biologi melalui model pembelajaran tipe Think Pair-Share diharapkan siswa
aktif maka dapat berakibat ingatan siswa mengenai apa yang dipelajarinya akan lebih lama. Pada materi
ajar sistem pencernaan digunakan model pembelajaran tipe Think-Pair-Share. Model pembelajaran tipe
Think-Pair-Share merupakan model pembelajaran yang tepat digunakan untuk mataeri ajar Sistem
Pencernaan dimana setelah pembelajaran menggunakan tipe Think-Pair-Share diharapkan siswa mampu
mendeskripsikan sistem penceranaan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan serta mampu
mendeskripsikan bagian-bagiannya.
3. Metode Penelitian
Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di kelas VIII.1 SMP Negeri 4 Parepare pada semester ganjil
tahun pelajaran 2009 /2010. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus hingga Oktober 2009.
Subjek penelitian tindakan dari tiga kelas VIII dilakukan pemilihan secara random, dan terpilih
kelas VIII.1 di SMP Negeri 4 Parepare yang berjumlah 32 orang dengan komposisi 19 orang laki-laki
dan 13 orang perempuan. Dalam penelitian ini terdiri dari 2 variabel yaitu variable tindakan berupa

penerapan model pembelajaran Cooperative Learning tipe TPS (Tink Pair Share) dan variable masalah
adalah hasil belajar siswa.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Adapun
maksud melakukan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan mutu pembelajaran Biologi
khususnya pada materi Sistem Pencernaan, mengingat selama ini materi tersebut dipandang oleh siswa
sebagai materi yang sulit. Dengan penerapan rancangan tindakan dalam proses pembelajaran diharapkan
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Kegiatan penelitian terdiri dari 2 siklus atau lebih dan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan yang terdiri
dari (1) tahap perencanaan, (2) tahap pelaksanaan tindakan, (3) tahap pengamatan, dan (4) tahap refleksi.
Penelitian akan dilanjutkan pada siklus berikut jika ternyata hasil tindakan belum mencapai dengan apa
yang diharapkan.
Berdasarkan jadwal kegiatan penelitian diawali dengan tahap persiapan penyusunan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP), instrumen penelitian dan mengadakan pre-tes. Pelaksanaan penelitian
dirancang menjadi 2 siklus dan masing-masing siklus terdiri atas 4 tahapan yang harus dijalani yaitu
perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.
Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran Cooperative Learning tipe TPS (Tink
Pair Share) dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan mengatasi kesulitan siswa saat mempelajari
materi sistem pencernaan diperlukan data yang dapat mendukung dan memberikan informasi dalam
penelitian ini berupa hasil pre-tes hasil belajar, hasil observasi kegiatan belajar mengajar dan data
pendukung lainnya

Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi atau pengamatan dari pelaksanaan siklus
penelitian dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik persentase dan criteria cukup, baik
dan amat baik, serta melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran Biologi untuk
meteri sistem pencernaan. Hasil belajar siswa yang diperoleh pada tiap siklus dianalisis dengan membuat
rata-rata nilai tes, persentase nilai ketuntasan kelas.
4. Hasil dan Pembahasan
Hasil penelitian diperoleh setelah pelaksanaan tindakan selama dua siklus dengan instrumen
lembar pengamatan dan hasil tes. Data hasil penelitian setelah dianalisis meliputi aspek penilaian sikap
belajar siswa selama pelaksanaan tindakan dengan menggunakan model pembelajaran cooperative
learning tipe TPS selama dua siklus dan perolehan hasil belajar siswa kelas VIII.1 pada mata pelajaran
Biologi dideskripsikan hasilnya pada tiap siklus berikut ini.
Pada siklus I sikap belajar siswa dikategorikan Cukup dengan jumlah skor penilaian 19.10 melalui
lembar pengamatan dengan penilaian pada 7 aspek sikap, yaitu ; a) Antusias siswa mengikuti pelajaran
4

Jurnal Vol. 01 Nomor 04 Tahun 2013
dengan skor perolehan 2,7, b) Keseriusan siswa mengikuti pelajaran dengan skor perolehan 3, c)
Partisipasi dan aktifitas mengikuti diskusi saat berpasangan dengan skor perolehan 2,7, d) Partisipasi dan
aktifitas mengikuti diskusi saat diskusi kelas dengan skor perolehan 2,7, e) Keberanian siswa
menyampaikan pendapat dengan skor perolehan 2,7, f) Etika dalam menyampaikan pendapat dengan

skor perolehan 2,3, dan g) Kerjasama dengan sesama siswa dengan skor perolehan 3.
Sedangkan pada siklus II sikap belajar siswa mengalami peningkatan. Hal tersebut berdasarkan
hasil pengamatan yang dikategorikan Baik dengan jumlah skor perolehan 22, mengacu pada 7 aspek
sikap yaitu; a) Antusias siswa mengikuti pelajaran dengan skor perolehan 3,5, b) Keseriusan siswa
mengikuti pelajaran dengan skor perolehan 3,5, c) Partisipasi dan aktifitas mengikuti diskusi saat
berpasangan dengan skor perolehan 3, d) Partisipasi dan aktifitas mengikuti diskusi saat diskusi kelas
dengan skor perolehan 3, e) Keberanian siswa menyampaikan pendapat dengan skor perolehan 3, f)
Etika dalam menyampaikan pendapat dengan skor perolehan 3, dan g) Kerjasama dengan sesama siswa
dengan skor perolehan 3.
Hasil penelitian melalui tes atau ulangan harian diperoleh setelah pelaksanaan pembelajaran
selama tiga kali pertemuan tiap siklusnya. Dan pada pertemuan keempat tiap siklusnya dilaksanakan
ulangan harian. Hasil tindakan pada tiap siklus dideskripsikan hasilnya berikut ini.
Hasil belajar siswa yang dibuktikan pada ulangan harian pada siklus I menunjukkan rata-rata hasil
ulangan 66,56 dari 32 siswa kelas VIII.1 di SMP Negeri 4 Parepare tahun pelajaran 2009/2010. Hasil
ulangan tersebut diperoleh 56,25 % atau 18 siswa dikategorikan tuntas, sedangkan selebihnya 43.75 %
mengikuti remedial dengan acuan KKM 70 pada mata pelajaran IPA Biologi kelas VIII.
Perolehan hasil belajar yang dibuktikan dengan perolehan rata-rata nilai pada ulangan harian
setelah dianalisis yang masih banyak siswa yang remedial yaitu 14 orang dari 32 siswa kelas VIII.1,
maka disimpulkan bahwa tindakan pembelajaran masih perlu dilanjutkan dengan menggunakan model
pembelajaran Cooperative Learning tipe TPS pada siklus II.

Hasil penelitian pada siklus II menunjukkan ada peningkatan 5,94 % bila dibandingkan dengan
hasil tindakan pada siklus I. Hal ini berdasarkan hasil ulangan harian 2 dengan perolehan rata-rata 72,50
dimana skor tertinggi 90 dan skor terendah 50, sehingga jumlah siswa yang tuntas sebesar 75 % atau 24
orang siswa dan yang tidak tuntas 25 % dari 32 siswa kelas VIII.1 dengan acuan KKM 70 %.
Berdasarkan perolehan hasil belajar dengan mengacu pada ulangan harian 1 pada siklus I dan hasil
belajar pada ulangan harian 2 siklus II, disajikan peningkatannya pada tabel berikut ini.
Tabel Peningkatan Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II
No.

Nilai Tiap Siklus
I
II
66,56
72,50

Uraian

Peningkatan

1


Nilai rata-rata kelas

2

Nilai Tertinggi

80

90

10 %

3

Nilai Terendah

40

50

10 %

4

Jumlah Siswa yang tuntas

56,25 %

75 %

18,75 %

5

Jumlah Siswa yang belum tuntas

43,75 %

25 %

18,75 %

6

Prosentase ketuntasan kelas

56,25 %

75,00 %

18,75 %

5,94 %

Dari aspek yang dinilai terhadap tindakan yang diberikan berupa model pembelajaran Cooperative
Learning tipe TPS dan divariasikan dengan metode praktikum menunjukkan adanya perubahan pada
siswa dalam belajar meliputi :
5

Jurnal Vol. 01 Nomor 04 Tahun 2013
a. Siswa lebih serius dan antusias dalam mengikuti pelajaran. Hal ini dirasakan siswa pada akhir siklus 1
dan siklus 2 dimana model Cooperative Learning tipe TPS telah membentuk lingkaran belajar yang
kondusif yang mendukung siswa mengungkapkan pendapatnya, saling berbagi, saling menyimak, dan
memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan.
b. Siswa lebih aktif dan berani mengemukakan pendapatnya. Pada kegiatan pembelajaran ini
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan pendapatnya secara eksplisit dengan
menggunakan bahasa siswa sendiri, berbagi gagasan dengan temannya, dan mendorong siswa
memberikan penjelasan tentang gagasannya.
c. Siswa menjadi santun dalam menyampaikan pendapatnya serta mampu bekerja sama dengan baik.
Dengan aturan yang disepakati bersama secara tidak langsung tumbuh rasa saling menghargai
orang lain, dan diperlukannya orang lain untuk bekerja sama dalam memecahkan masalah.
Sebagai catatan dari pemberian tindakan pada siswa yaitu siswa telah membangun (konstruksi)
suatu pengetahuan, keterampilan dan sikap dari pengalaman belajar yang telah dialami untuk dirinya
sendiri.
Perubahan terlihat dari hasil pengamatan pada aspek siswa dimana jumlah nilai rata-rata dari
masing-masing siklus menunjukkan perubahan dari cukup menjadi baik.
Dan dari hasil belajar siswa ada perubahan pada nilai rata-rata kelas dari 66,56 menjadi 72,50 dan
diikuti dengan kenaikan prosentase ketuntasan kelas pun naik dari 56,25 % menjadi 75,00 %.
Dengan memperhatikan uraian di atas bahwa penggunaan model pembelajaran Cooperative
Learning tipe TPS dalam pembelajaran IPA Biologi pada materi sistem pencernaan dapat meningkatkan
hasil belajar siswa.
5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas tentang penggunaan penggunaan model pembelajaran
Cooperative Learning tipe TPS (Think Pair Share) pada mata pelajaran IPA Biologi untuk materi ajar
Sistem Pencernaan pada siswa kelas VIII.1 diperoleh peningkatan hasil belajar siswa yang ditunjukkan
perubahan nilai rata-rata kelas dari 66,56 menjadi 72,50 dan diikuti dengan kenaikan prosentase kelas
pun naik dari 56,25 % menjadi 75,00 %.
Untuk memperoleh perubahan hasil belajar yang maksimal dari penggunaan model Cooperative
Learning tipe TPS (Think Pair Share) pada mata pelajaran IPA Biologi untuk materi ajar Sistem
Pencernaan, maka strategi yang digunakan adalah :
1. Sebelum kegiatan pembelajaran dilakukan terlebih dulu guru menyiapkan instrumen yang
dipelukan, pembentukan pasangan dan kelompok diskusi siswa dengan memperhatikan gender dan
kemampuan siswa.
2. Saat belajar mandiri atau diskusi perlu divariasikan dengan kegiatan praktikum atau keterampilan
proses lainnya, sebagai penguatan dan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan.
3. Perlu dibuat aturan dan tata tertib diskusi agar siswa terbiasa dengan etika berdiskusi, dalam
menyampaikan gagasan pemikirannya atau mendengarkan siswa lainnya.
4. Pada saat validasi jawaban siswa, gunakan media pembelajaran untuk mendukung proses
pembelajaran, sehingga penekanan konsep atau prinsip materi pelajaran menjadi lebih ekektif.
5. Berilah penghargaan kepada pasangan atau kelompok siswa yang berprestasi, untuk memotivasi
siswa dalam belajar, kerja sama dan semangat berkompetisi yang sehat. Bentuk penghargaan
tersebut berupa julukan / predikat : Super Team, Great Team, dan good Team.

6

Jurnal Vol. 01 Nomor 04 Tahun 2013
Daftar Pustaka

Anita, Lie. 2005. Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia.
Arikunto. Suharsimi. 1992. Prosedur Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22. Jakarta : BP Dharma Bakti.
Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengem-bangan Profesi Guru.
Jakarta Rajawali Press.
Kusumah Wijaya. Dwitagama. Dedi. 2009. Mengenai Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Indeks.
Mulyasa. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Munadi. Yudhi. 2008. Media Pembelajaran. Ciputat : Gaung Persada Persada Press.
Oemar Hamalik. 1995. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Rositawaty. S. Muharram Aris. 2008. Senang Belajar Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Pusat Perbukuan
Depdiknas.
Sudjana. Wina. 2008. Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung : Sinar Baru.
. . . . . . . . . 2002. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta : Bumi Aksara.
Tim Penulis Depdiknas. 2005. Buku IPA SMP. Jakarta : SEQIP.

7