Peran Perencanaan Agregrat untuk Mengefisiensikan Biaya Produksi pada Kilang Sagu X di Batu Ampar - Riau.
ABSTRACT
Planning is an organization reference for reaching it’s goals. A good business plan needed to maintain production process keep in track. Production planning could be done by applying aggregation planning, in order to minimize production cost and avoid stockout.
X sago factory is a home industry which of sago flour. They applied order based production system, but they often fails to meet buyer’s order quantity due to limited production system, but they often fails to meet buyer’s order quantity due to limited production capacity. X sago factory need good production plan to solve their problem.
Implementation of aggregation plan in X sago factory will help to increase cost efficiency and avoid stockout. Level Workforce + 3 hours overtime is the most possible strategy to be applied in X sago factory.
The result of data research for 2014 period showed that X sago factory will have lowest production cost as low as Rp 170.139.900,-. This strategy could provide the difference in cost with a Level Workforce + Inventory amounting to Rp 20.958.300,- and give the difference in cost with Chase Strategy to Rp 19.683.600,-.
(2)
ABSTRAK
Perencanaan merupakan acuan jalannya kegiatan untuk mencapai tujuan perusahaan. Perencanaan yang matang diperlukan agar proses produksi berjalan dengan semestinya. Perencanaan produksi dapat dilakukan dengan menerapkan perencanaan agregat. Penerapan strategi perencanaan agregat bertujuan untuk meminimalkan biaya produksi serta menghindarkan adanya stockout.
Kilang sagu X merupakan industri rumahan yang memiliki output berupa tepung sagu. Sistem produksinya atas dasar pesanan dengan kapasitas terbatas. Kilang sagu X kadangkala mengalami kegagalan memenuhi permintaan tepung sagu dari konsumennya sesuai dengan yang dijanjikan, sehingga kilang sagu X dalam berproduksi membutuhkan satu perencanaan yang matang.
Penerapan perencanaan agregat di kilang sagu X akan membantu meningkatkan efisiensi biaya dan menghindarkan adanya stockout. Strategi yang memungkinkan diterapkan pada kilang sagu X adalah Level Workforce + overtime 3 jam.
Berdasarkan pengolahan data diperoleh kesimulan bahwa apabila kilang sagu X menerapkan strategi Level Workforce + overtime 3 jam untuk periode Januari 2014 – Juni 2014 maka perusahaan akan memiliki total biaya produksi yang terkecil, yaitu sebesar Rp 170.139.900,-. Strategi ini dapat memberikan selisih biaya dengan Level workforce + inventory sebesar Rp 20.958.300,- dan memberikan selisih biaya dengan Chase Strategy sebesar Rp 19.683.600,-.
(3)
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……….……. i
Abstract……….. iii
Abstrak……….. iv
Daftar Isi………..………. v
Daftar Tabel………..………... vii
Daftar Gambar……….………... viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang………. 1
1.2Identifikasi Masalah………. 4
1.3Tujuan Penelitian………. 4
1.4Kontribusi Penelitian………... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Manajemen Operasi……….… 6
2.2Perencanaan Produksi………...……….. 6
2.2.1 Pengertian Perencanaan Produksi……….…... 6
2.2.2 Tujuan Perencanaan Produksi……….…. 7
2.2.3 Fungsi Perencanaan Produksi………..…. 8
2.3Perencanaan Agregat……….. 9
2.3.1 Tujuan Perencanaan Agregat………..….. 10
2.3.2 Karakteristik Perencanaan Produksi Agregat..………. 11
2.3.3 Langkah-langkah Perencanaan Produksi Agregat…… 12
2.3.4 Strategi Perencanaan Agregat………..………. 13
2.4Peramalan………... 18
2.4.1 Ciri-ciri Peramalan………..…. 19
2.4.2 Langkah-langkah Pembuatan Peramalan……….….… 20
2.4.3 Teknik Peramalan………..…... 20
2.4.4 Ketelitian Peramalan……….……..…….. 24
2.5Kerangka Pemikiran………..….… 26
BAB III METODE PENELITIAN 3.1Pengertian Penelitian………..………… 30
3.2Jenis Penelitian………..……. 30
(4)
3.4Data Penelitian……… 33
3.5Langkah-langkah Penelitian…………..………. 35
BAB IV PEMBAHASAN 4.1Profil Perusahaan……… 37
4.1.1 Organisasi Perusahaan……….. 38
4.1.2 Kegiatan Produksi………..……….…. 40
4.1.3 Data Penjualan dan Kebijakan Produksi Perusahaan... 43
4.1.4 Grafik penjualan………...…. 46
4.2Indeks Musiman…………...………... 47
4.3Peramalan……… 49
4.3.1 Moving Average……….... 49
4.3.2 Exponentional Smoothing………... 54
4.3.3 Trend Linear……….. 60
4.3.4 Perbandingan Kesalahan Peramalan………... 63
4.3.5 Hasil Peramalan………....…. 64
4.4Perencanaan Agregat……… 64
4.4.1 Strategy Level Workforce + Inventory...………..….... 65
4.4.2 Strategy Level Workforce + Overtime 3 jam………… 67
4.4.3 Chase Strategy………... 70
4.4.4 Kebijakan Perencanaan Produksi Kilang Sagu X…… 73
4.5Pemilihan Strategi Perencanaan Agregat……… 75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan………. 77
5.2Saran……… 77
DAFTAR PUSTAKA……… 79
(5)
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Produksi dan permintaan tepung sagu …...………... 44
Tabel 4.2 Indeks musiman……….. 48
Tabel 4.3 Moving Average 3 bulan………. 49
Tabel 4.4 Moving Average 5 bulan………... 52
Tabel 4.5 Exponentional Smoothing ( = 0,10)……….…… 55
Tabel 4.6 Exponentional Smoothing ( = 0,50)……… 57
Tabel 4.7 Trend Linear………..… 60
Tabel 4.8 Pengukuran kesalahan peramalan………..… 63
Tabel 4.9 Hasil ramalan……….… 64
Tabel 4.10 Level workforce + inventory………..….. 66
Tabel 4.11 Level workforce + overtime 3 jam……… 68
Tabel 4.12 Chase strategy………..… 71
Tabel 4.13 Kebijakan Produksi Kilang Sagu X……….…… 74
(6)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka pemikiran………..……… 29
Gambar 3.1 Langkah-langkah penelitian……….. 35
Gambar 4.1 Struktur organisasi perusahaan………... 38
Gambar 4.2 Peta proses operasi……… 41
(7)
BAB I PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Bisnis semakin berkembang dan dihadapkan pada persaingan antar perusahaan semakin ketat, membuat para perusahaan memikirkan cara untuk tetap bertahan. Kebanyakan perusahaan melakukan inovasi-inovasi dalam memenangkan persaingan.Terkait dengan inovasi, Heizer& Render (2011:66) menyatakan perusahaan dapat melakukan strategi-strategi antara lain : (1) better, or at least different (lebih baik atau setidaknya berbeda), (2) cheaper (lebih murah), and (3) more responsive (lebih perhatian). Dalam menjalankan strategi di atas perusahaan harus menjaga kualitas terbaik pada produk mereka, dan perusahaan juga harus mengirimkan produknya tepat waktu sesuai dengan apa yang telah dijanjikan atau yang diinginkan oleh konsumen, dengan demikian bagian produksi bertanggung jawab atas hal tersebut.
Produksi merupakan kegiatan utama yang harus dilakukan perusahaan untuk menghasilkan barang. Dalam kegiatannya perusahaan harus menentukan antara lain output apa yang harus dihasilkan, berapa jumlah outputnya kapan harus dilaksanakannya, yang semuanya tercakup dalam perencanaan produksi. Perencanaan produksi merupakan salah satu kegiatan yang harus dilakukan oleh setiap perusahaan.
Perencanaan, menurut horizon waktu bisa dibagi menjadi tiga, yaitu perencanaan jangka pendek, yang mencakup kurun waktu hingga satu tahun namun umumnya kurang dari tiga bulan; perencanaan jangka menengah
(8)
BAB I PENDAHULUAN
mencakup kurun waktu hingga tiga tahun. dan perencanaan jangka panjang memiliki masa waktu tiga tahun atau lebih.
Perencanaan jangka pendek umumnya digunakan untuk merencanakan pembelian, penjadwalan kerja, jumlah tenaga kerja, penugasan kerja. Perencanaan jangka menengah digunakan untuk merencanakan penjualan, perencanaan dan anggaran produksi, anggaran kas, dan menganalisis bermacam-macam rencana produksi. Sementara prerencanaan jangka panjang digunakan untuk merencanakan produk baru, pengembangan fasilitas, serta ekspansi.
Perencanaan agregat yang termasuk dalam perencanaan produksi jangka menengah, biasanya memiliki kurun waktu 3 hingga 18 bulan ke depan (Heizer dan Render 2010:148). Perencanaan agregat dilaksanakan guna menetapkan seluruh output dalam berbagai tingkatan dalam jangka waktu dekat di masa mendatang guna menghadapi permintaan (demand) yang berfluktuasi atau tidak pasti (Schroeder 2007: 254). Penyusun perencanaan agregat dimaksudkan agar kegiatan operasi perusahaan semakin efisien dalam menghasilkan output.
Tujuan dilaksanakan perencanaan agregat antara lain untuk meminimumkan biaya produksi yang selanjutnya dapat memaksimumkan laba, mengoptimalkan pelayanan pihak perusahaan kepada konsumen, meminimumkan investasi yang tertanam dalam persediaan, meminimumkan perubahan dalam tingkat kerja tenaga kerja, dan memaksimalkan penggunaan fasilitas atau peralatan. Hal tersebut berkaitan dengan pemahaman bahwa biaya yang timbul dari kegiatan operasional ini merupakan salah satu dasar bagi penentuan harga jual produk.
Terdapat tiga strategi yang bisa digunakan dalam penyusunan perencanaan agregat, yaitu 1) Chase Strategy, 2) Level Strategy dan 3) Mixed
(9)
BAB I PENDAHULUAN
Strategy. Menurut Haizer dan Render Chase strategy merupakan strategi perencanaan agregat yang dapat digunakan apabila perusahaan ingin meminimasi persediaan melalui pengejaran tingkat produksi yang disesuaikan dengan peramalan permintaan pada setiap bulan. Dalam strategi ini, setiap perubahan permintaan akan mengakibatkan perubahan terhadap tingkat produksi melalui jumlah tenaga kerja yang disesuaikan. Level strategy merupakan strategi yang dapat digunakan apabila perusahaan ingin mempertahankan tingkat produksi atau jumlah tenaga kerja pada tingkat yang sama selama jangka waktu perencanaan agregat. Dalam strategi ini, perusahaan beranggapan bahwa tingkat tenaga kerja yang stabil akan mengarah kepada kualitas produk yang lebih baik, turnover
yang rendah, dan komitmen yang lebih kuat terhadap tujuan perusahaan. Mixed strategy, merupakan strategi perencanaan agregat yang mengkombinasikan dua strategi yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu chace strategy dan level strategy. Apabila perusahaan menggunakan strategi-strategi tersebut maka perusahaan dapat menentukan jumlah output yang seharusnya diproduksi sesuai dengan tingkat permintaan yang diramalkan.
Kilang sagu X adalah perusahaan keluarga yang memiliki output berupa tepung sagu. Tepung sagu berasal dari batang pohon sagu. Batang pohon sagu yang dipotong menjadi potongan kecil-kecil yang biasanya disebut dengan tual sagu akan diproses lebih lanjut menjadi tepung sagu.
Kilang sagu X dalam berproduksi sangat bergantung pada alam. Namun untuk mempertahankan keberlanjutan hidupnya Kilang sagu X perlu pengelolaan secara serius, yaitu melalui pelayanan yang memuaskan kepada konsumennya. Namun pada kenyataannya justru sebaliknya, Kilang sagu X seringkali
(10)
BAB I PENDAHULUAN
mengecewakan para konsumen. Kekecewaan terjadi ketika Kilang sagu X sering kali tidak dapat memenuhi jumlah permintaan tepung sagu dari konsumen. Hal seperti ini memperlihatkan adanya permasalahan yang berkaitan dengan produksi terutama dalam menentukan jumlah output yang harus disiapkan oleh pihak Kilang sagu X. Dengan demikian Kilang sagu X perlu melakukan penyusunan perencanaan produksi. Dalam upaya membantu penyusunan perencanaan produksi, maka sudah selayaknya dilakukan penelitian yang kemudian hasilnya akan dituangkan dalam bentuk skripsi dengan Peran Perencanaan Agregat untuk Mengefisiensikan Biaya Produksi pada Kilang sagu X di Batu Ampar – Riau
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang ada pada latar belakang diatas maka masalah yang ada dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
a. Bagaimana perencanaan produksi yang dilakukan perusahaan selama ini? b. Strategi perencanaan agregat yang mana yang sesuai digunakan oleh
perusahaan?
c. Berapa besar biaya produksi yang diperoleh perusahaan bila menggunakan perencanaan agregat?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
(11)
BAB I PENDAHULUAN
2. Strategi perencanaan agregat yang cocok digunakan oleh perusahaan. 3. Besar biaya produksi yang ditanggung oleh perusahaan bila
menggunakan strategi perencanaan agregat tertentu.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan penelitian ini.:
1. Bagi Penulis
Penulis dapat mengetahui secara langsung penerapan perencanaan agregat di perusahaan. Juga dapat memperbandingan antara teori yang didapatkan saat kuliah dengan kenyataan yang terjadi di perusahaan, sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis.
2. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai masukan/pertimbangan bagi perusahaan dalam upaya mengefisiensikan biaya produksi.
3. Bagi Masyarakat
Diharapkan dapat menambah wawasan tentang perencanaan agregat yang diaplikasikan pada suatu perusahaan.
(12)
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab 4, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
a. Kilang sagu X sebagai perusahaan peghasil tepung sagu, melakukan kegiatan produksinya berdasarkan kebiasaan yang selama ini berjalan, tanpa ada perencanaan produksi sebelumnya. Target tepung sagu yang harus dihasilkan didasarkan pada kemampuan karyawan yang dimiliki semata. Berdasarkan kegiatan seperti itu maka biaya total produksi untuk periode 2014 sebesar Rp 225.591.100,-.
b. Perencanaan agregat memberikan gambaran jumlah produksi optimum dalam menghadapi tingkat permintaan yang berfluktuasi pada Kilang sagu X. Biaya produksi dengan berbagai strategi perencanaan agregat:
- Apabila Kilang sagu X melakukan perencanaan agregat dengan menggunakan strategi Level Workforce + Inventory maka rencana biaya produksi pada tahun 2014 sebesar Rp 171.172.600.
- Apabila Kilang sagu X melakukan perencanaan agregat dengan menggunakan strategi Level Workforce + Overtime 3 jam maka rencana biaya produksi pada tahun 2014 sebesar Rp 170.139.900.
(13)
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
- Apabila kilang sagu X melakukan perencanaan agregat dengan menggunakan
Chase strategi maka rencana biaya produksi pada tahun 2014 sebesar Rp 142.358.500. Namun srategi ini tidak mungkin digunakan karena untuk mendapat tenaga kerja adalah sulit, sehingga tenaga kerja yang adapun harus dipertahankan.
5.2 Saran
Melalui penelitian yang telah dilakukan, dan melihat kebijakan-kebijakan yang ada di perusahaan serta kesimpulan diatas, maka ada beberapa saran bagi Kilang sagu X agar kegiatan perusahaan dapat berjalan dengan lebih baik. Saran tersebut adalah: a. Kilang sagu X sebaiknya melakukan peramalan permintaan terlebih dahulu
sebelum menyusun perencanaan agregat yang kemudian akan dilanjutkan dengan aktivitas berproduksi.
b. Perencanaan agregat dengan strategi Level Workforce + Overtime 3 jam adalah yang paling efisien, sehingga sebaiknya diterapkan di Kilang sagu X.
c. Guna meningkatkan produktivitas karyawan maka komunikasi antara pemilik dengan karyawan lebih bisa ditingkatkan. Sebagai contoh dalam memberi instruksi harus dilakukan oleh kepala pabrik secara langsung kepada karyawan. d. Guna meningkatkan kapasitas produksi sebaiknya Kilang sagu X dapat
menggunakan peralatan pengering buatan, sehingga tidak hanya mengandalkan pengeringan dari sinar matahari.
(14)
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Pustaka
Aquilano. Chase. Jabobs. (2004). Operation management for competitive advantage. Mc. Graw Hill. New York.
Assauri Soyjan, 2008.Manajemen Produksi dan Operasi, edisirevisi 2008. Jakarta :Lembagapenerbit FE-UI.
Budakbangka. (2009). Pengertian organisasi. http:id.shvoong.com/social-sciences/education/1931281-pengertian-organisasi/
Heizer, Jay dan Barry Render, 2008. Operation Management, 9th Edition. Pearson Prentice Hall. United States of America.
Heizer, Jay dan Barry Render, 2011. Operation Management, 10th Edition. Pearson Prentice Hall. United States of America.
Jogiyanto. H.M. Metoodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman. BPFE. Yogyakarta. 2007
Kusuma, Hendra, 2004. Manajemen Produksi: Perencanaan dan Pengendalian Produksi CV. Andi. Yokyakarta.
Schroeder, Roger. G. 2004. Operation Management : Contemporary Concepts and cases, 3nd Edition, The Mc.Graw Hill company. New York. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabet.
Bandung. 2010
(1)
BAB I PENDAHULUAN
3
Universitas Kristen Maranatha
Strategy. Menurut Haizer dan Render Chase strategy merupakan strategi perencanaan agregat yang dapat digunakan apabila perusahaan ingin meminimasi persediaan melalui pengejaran tingkat produksi yang disesuaikan dengan peramalan permintaan pada setiap bulan. Dalam strategi ini, setiap perubahan permintaan akan mengakibatkan perubahan terhadap tingkat produksi melalui jumlah tenaga kerja yang disesuaikan. Level strategy merupakan strategi yang dapat digunakan apabila perusahaan ingin mempertahankan tingkat produksi atau jumlah tenaga kerja pada tingkat yang sama selama jangka waktu perencanaan agregat. Dalam strategi ini, perusahaan beranggapan bahwa tingkat tenaga kerja yang stabil akan mengarah kepada kualitas produk yang lebih baik, turnover yang rendah, dan komitmen yang lebih kuat terhadap tujuan perusahaan. Mixed strategy, merupakan strategi perencanaan agregat yang mengkombinasikan dua strategi yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu chace strategy dan level strategy. Apabila perusahaan menggunakan strategi-strategi tersebut maka perusahaan dapat menentukan jumlah output yang seharusnya diproduksi sesuai dengan tingkat permintaan yang diramalkan.
Kilang sagu X adalah perusahaan keluarga yang memiliki output berupa tepung sagu. Tepung sagu berasal dari batang pohon sagu. Batang pohon sagu yang dipotong menjadi potongan kecil-kecil yang biasanya disebut dengan tual sagu akan diproses lebih lanjut menjadi tepung sagu.
Kilang sagu X dalam berproduksi sangat bergantung pada alam. Namun untuk mempertahankan keberlanjutan hidupnya Kilang sagu X perlu pengelolaan secara serius, yaitu melalui pelayanan yang memuaskan kepada konsumennya. Namun pada kenyataannya justru sebaliknya, Kilang sagu X seringkali
(2)
BAB I PENDAHULUAN
4
Universitas Kristen Maranatha
mengecewakan para konsumen. Kekecewaan terjadi ketika Kilang sagu X sering kali tidak dapat memenuhi jumlah permintaan tepung sagu dari konsumen. Hal seperti ini memperlihatkan adanya permasalahan yang berkaitan dengan produksi terutama dalam menentukan jumlah output yang harus disiapkan oleh pihak Kilang sagu X. Dengan demikian Kilang sagu X perlu melakukan penyusunan perencanaan produksi. Dalam upaya membantu penyusunan perencanaan produksi, maka sudah selayaknya dilakukan penelitian yang kemudian hasilnya akan dituangkan dalam bentuk skripsi dengan Peran Perencanaan Agregat untuk Mengefisiensikan Biaya Produksi pada Kilang sagu X di Batu Ampar – Riau
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang ada pada latar belakang diatas maka masalah yang ada dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
a. Bagaimana perencanaan produksi yang dilakukan perusahaan selama ini? b. Strategi perencanaan agregat yang mana yang sesuai digunakan oleh
perusahaan?
c. Berapa besar biaya produksi yang diperoleh perusahaan bila menggunakan perencanaan agregat?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
(3)
BAB I PENDAHULUAN
5
Universitas Kristen Maranatha
2. Strategi perencanaan agregat yang cocok digunakan oleh perusahaan. 3. Besar biaya produksi yang ditanggung oleh perusahaan bila
menggunakan strategi perencanaan agregat tertentu.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan penelitian ini.:
1. Bagi Penulis
Penulis dapat mengetahui secara langsung penerapan perencanaan agregat di perusahaan. Juga dapat memperbandingan antara teori yang didapatkan saat kuliah dengan kenyataan yang terjadi di perusahaan, sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis.
2. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai masukan/pertimbangan bagi perusahaan dalam upaya mengefisiensikan biaya produksi.
3. Bagi Masyarakat
Diharapkan dapat menambah wawasan tentang perencanaan agregat yang diaplikasikan pada suatu perusahaan.
(4)
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
77
Universitas Kristen Maranatha
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab 4, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
a. Kilang sagu X sebagai perusahaan peghasil tepung sagu, melakukan kegiatan produksinya berdasarkan kebiasaan yang selama ini berjalan, tanpa ada perencanaan produksi sebelumnya. Target tepung sagu yang harus dihasilkan didasarkan pada kemampuan karyawan yang dimiliki semata. Berdasarkan kegiatan seperti itu maka biaya total produksi untuk periode 2014 sebesar Rp
225.591.100,-.
b. Perencanaan agregat memberikan gambaran jumlah produksi optimum dalam menghadapi tingkat permintaan yang berfluktuasi pada Kilang sagu X. Biaya produksi dengan berbagai strategi perencanaan agregat:
- Apabila Kilang sagu X melakukan perencanaan agregat dengan menggunakan strategi Level Workforce + Inventory maka rencana biaya produksi pada tahun 2014 sebesar Rp 171.172.600.
- Apabila Kilang sagu X melakukan perencanaan agregat dengan menggunakan strategi Level Workforce + Overtime 3 jam maka rencana biaya produksi pada tahun 2014 sebesar Rp 170.139.900.
(5)
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
78
Universitas Kristen Maranatha
- Apabila kilang sagu X melakukan perencanaan agregat dengan menggunakan Chase strategi maka rencana biaya produksi pada tahun 2014 sebesar Rp 142.358.500. Namun srategi ini tidak mungkin digunakan karena untuk mendapat tenaga kerja adalah sulit, sehingga tenaga kerja yang adapun harus dipertahankan.
5.2 Saran
Melalui penelitian yang telah dilakukan, dan melihat kebijakan-kebijakan yang ada di perusahaan serta kesimpulan diatas, maka ada beberapa saran bagi Kilang sagu X agar kegiatan perusahaan dapat berjalan dengan lebih baik. Saran tersebut adalah: a. Kilang sagu X sebaiknya melakukan peramalan permintaan terlebih dahulu
sebelum menyusun perencanaan agregat yang kemudian akan dilanjutkan dengan aktivitas berproduksi.
b. Perencanaan agregat dengan strategi Level Workforce + Overtime 3 jam adalah yang paling efisien, sehingga sebaiknya diterapkan di Kilang sagu X.
c. Guna meningkatkan produktivitas karyawan maka komunikasi antara pemilik dengan karyawan lebih bisa ditingkatkan. Sebagai contoh dalam memberi instruksi harus dilakukan oleh kepala pabrik secara langsung kepada karyawan. d. Guna meningkatkan kapasitas produksi sebaiknya Kilang sagu X dapat
menggunakan peralatan pengering buatan, sehingga tidak hanya mengandalkan pengeringan dari sinar matahari.
(6)
DAFTAR PUSTAKA
79
Universitas Kristen Maranatha
Daftar Pustaka
Aquilano. Chase. Jabobs. (2004). Operation management for competitive advantage. Mc. Graw Hill. New York.
Assauri Soyjan, 2008.Manajemen Produksi dan Operasi, edisirevisi 2008. Jakarta :Lembagapenerbit FE-UI.
Budakbangka. (2009). Pengertian organisasi. http:id.shvoong.com/social-sciences/education/1931281-pengertian-organisasi/
Heizer, Jay dan Barry Render, 2008. Operation Management, 9th Edition. Pearson Prentice Hall. United States of America.
Heizer, Jay dan Barry Render, 2011. Operation Management, 10th Edition. Pearson Prentice Hall. United States of America.
Jogiyanto. H.M. Metoodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman. BPFE. Yogyakarta. 2007
Kusuma, Hendra, 2004. Manajemen Produksi: Perencanaan dan Pengendalian Produksi CV. Andi. Yokyakarta.
Schroeder, Roger. G. 2004. Operation Management : Contemporary Concepts and cases, 3nd Edition, The Mc.Graw Hill company. New York. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabet.
Bandung. 2010