PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM UPAYA MEREHABILITASI NARAPIDANA MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK.

(1)

Dian Nawang Wulan P, 2015

PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM UPAYA MEREHABILITASI NARAPIDANA MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM MEREHABILITASI NARAPIDANA MENJADI

WARGANEGARA YANG BAIK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Departemen Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh

Dian Nawang Wulan P 1006224

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

Dian Nawang Wulan P, 2015

PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM UPAYA MEREHABILITASI NARAPIDANA MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM UPAYA MEREHABILITASI NARAPIDANA

MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

Oleh

Dian Nawang Wulan P NIM. 1006224

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Departemen Pendidikan Kewarganegaraan

© Dian Nawang Wulan P Universitas Pendidikan Indonesia

Maret 2015


(3)

Dian Nawang Wulan P, 2015

PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM UPAYA MEREHABILITASI NARAPIDANA MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(4)

Dian Nawang Wulan P, 2015

PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM UPAYA MEREHABILITASI NARAPIDANA MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK


(5)

Dian Nawang Wulan P, 2015

PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM UPAYA MEREHABILITASI NARAPIDANA MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK


(6)

Dian Nawang Wulan P, 2015

PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM UPAYA MEREHABILITASI NARAPIDANA MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Dian Nawang Wulan Pratiwi (1006224), “Peranan Lembaga

Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Bandung Dalam Narapidana Menjadi Warga Negara Yang Baik.”

Negara indonesia adalah negara hukum, pernyataan ini jelas terdapat di dalam pasal 1 ayat 3 Undang-Unadng Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Oleh karena itu, setiap pelanggaran yang dilakukan akan mendpatkan sanksi tegas yang berupa hukuman pidana penjara. Lembaga Pemasyarakatan merupakan instansi terakhir tempat dalam telaku tindak pidana menjalani hukumannya. Adapun tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk mengkaji mengenai peranan Lembaga Pemasyarakatan Wanita klas IIA Bandung dalam merehabilitasi narapidana menjadi warga negara yang baik. Penelitian ini untuk mengkaji tentang rehabilitasi narapidana melalui proses pembinaan aspek yurudis, aspek moral, dan aspek kemandirian, serta mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam proses pembinaan dan bagaimana upaya dalam menghadapi kendala-kendala tersebut selama proses pembinaan oleh petugas Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Bandung. Pendekatan penelitian ini menggunakan penelitian kulitatif. Metode penelitiannya adalah deskriptif analisis, data yang diperoleh melalui teknik pengamatan, teknik observasi, dan teknik dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian mengungkapkan bahwa : pembinaan aspek yuridis, meliputi : penyuluhan hukum secara global, penyuluhan hukum secara personal, asimilasi, penyuluhan pemilihan umum, hak dan kewajiban narapidana, asimilasi dan pembebasan bersyarat. Pembinaan aspek moral meliputi : pembinaan PRAMUKA, kesehatan, kunjungan keluarga, kesenian, kursus bahasa inggris, morning meeting, pelatihan positif thingking (motivasi), pembinaan keagamaan, pembelajaran untuk mengikuti program paket kesetaraan. Pembinaan aspek kemandirian, meliputi : Salon, Menjahit, Rajut, Sulam Dan Mute, Daur Ulang Limbah Bungkus Kopi, Pembuatan Bulu Mata Palsu, Pembuatan Kerajinan Aksesoris, Paper Bag dan Membuat Tata Boga. Kendala-kendala yang dihadapi adalah perhatiandari instansi pemerintah lainnya dalam hal memberikan bimbingan yuridis kepada narapidana, tempat dan fasilitas yang kurang memadai dan modal. Upaya petugas dalam menghadapi kendala tersebut adalah adanya kontribusi dari pihak Layanan Bimbingan Hukum (LBH) dan Mahasiswa dalam memberikan konseling hukum kepada narapidana, mengoptimalkan ruang dan fasilitas yang ada untuk membina seluruh narapidana dan keuntungan yang didapat dalam penjualan hasil karya narapidana digunakan sebagai penambahan modal keterampilan


(7)

Dian Nawang Wulan P, 2015

PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM UPAYA MEREHABILITASI NARAPIDANA MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dian Nawang Wulan Pratiwi. (1006224), "The Role of Women's Correctional Institution Class IIA Bandung In Rehabilitating Inmates Being a Good

Citizen."

Indonesia is a Country of law. This statement is clearly contained in the article 1, paragraph 3 of Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Therefore, any abuses will get a strict imprison punishment. Prison is the last institution where the criminals serve their sentence. The purpose of this study was conducted to examine the role of the Women's Correctional Institution Bandung class IIA in rehabilitating inmates become good citizens. This research is to study about the rehabilitation of prisoners through the coaching process juridical aspect, moral aspect, and independence aspect, as well as knowing how to encounter the obstacles in the process of coaching and how much efforts to face of these constraints during the coaching process by Women Officers of Correctional Institution Class IIA Bandung. This research approach uses qualitative research. The research method is descriptive analysis, the data obtained through observation techniques, observation, and documentation techniques. Based on the results of the study revealed: coaching juridical aspects, including: global legal counseling, personal legal counseling, assimilation, counseling elections, the rights and obligations of prisoners, assimilation and parole. Development of the moral aspects are include: coaching SCOUT, health, family visits, art, English language courses, morning meeting, positive training thinking (motivation), religious guidance, learning the equality program study. Coaching aspect of independence, include: Hair stylist, Sewing, Knitting, Embroidery And Mute, Waste Wrap Coffee Recycling, Making Eye Lashes, Handicraft Accessories, Paper Bag and Catering. The obstacles which occurs is such as the lack attention of other government agencies in terms of providing judicial guidance to narapida, inadequate facilities and capitals. The efforts from officer to overcome these obstacles is by providing the contribution of the Legal Guidance Services (LBH) and Students in providing legal counseling for the prisoners, optimizing space and facilities to foster all prisoners and to have a benefits in the sale of the work of prisoners used as a capital additional resource.


(8)

Dian Nawang Wulan P, 2015

PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM UPAYA MEREHABILITASI NARAPIDANA MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia adalah negara hukum, pernyataan ini terdapat jelas di dalam pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Hasil amandemen ke IV yang menyebutkan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum hal ini mengandung pengertian bahwa segala aspek kehidupan di Indonesia di dasarkan atas hukum (rechstaat). Hukum dibutuhkan untuk mengantisipasi perkembangan yang pesat dalam kehidupan manusia. Selain itu hukum juga di perlukan dalam mengantisipasi penyimpangan-penyimpang yang terjadi dalam masyarakat yang nantinya akan berdampak pada ketentraman dan ketertiban masyarakat.

Setiap pelanggaran atau penyimpangan yang dilakukan akan mendapatkan sanksi atau hukuman yang tegas akibat perbuatan yang dilakukannya. Peraturan bertujuan untuk memberi pedoman kepada manusia bagaimana cara berperilaku yang baik dan bertindak dalam masyarakat, sehingga manusia tidak terjebak dalam kejahatan atau pelanggaran yang nantinya akan merugikan diri sendiri dan

orang lain. Seperti yang dikemukakan oleh Bonger (1982: 25) bahwa “kejahatan

adalah perbuatan yang sangat anti-sosial yang memperoleh tantangan dengan

sadar dari negara berupa pembinaan penderitaan (hukuman atau tindakan)”. Dapat

disimpulkan bahwa, suatu tindak kejahatan merupakan pelanggaran sosial dimana pelakunya harus diberikan hukuman, sehingga nantinya tidak mengulangi tindak kejahatan yang dilakukannya.

Pidana penjara merupakan salah satu hukuman yang terdapat dalam sistem hukum pidana di Indonesia. Menurut pendapat Roeslan saleh (1987:62)

menyatakan bahwa “pidana penjara adalah pidana utama diantara pidana


(9)

Dian Nawang Wulan P, 2015

PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM UPAYA MEREHABILITASI NARAPIDANA MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

atau sementara waktu”. Demikian pula menurut Arief (dalam, Priyatno 2006: 2) bahwa :

“Pidana penjara merupakan salah satu jenis pidana yang paling sering

digunakan sebagai sarana untuk menanggulangi kejahatan. Pidana penjara adalah salah satu jenis pidana yang menjunjung tinggi hak asasih manusia (HAM) dan orang yang telah dijatuhi pidana penjara akan ditempatkan di

lembaga pemasyarakatan”.

Lembaga Pemasyarakatan sebagai bagian dari sistem peradilan pidana bertujuan merealisasikan dari salah satu tujuan sistem peradilan pidana, yaitu meresosialisasi dan merehabilitasi pelanggar hukum. Tujuan pembinaan pelanggar hukum tidak semata-mata membalas dendam, tujuan sebenarnya dari pemidanaan di Indonesia adalah narapidana dapat memperbaiki dirinya sehingga tujuan dari sistem pemasyarakatan dapat tercapai yakni, narapidana atau warga binaan pemasyarakatan dianggap seseorang yang telah berbuat kekhilafan dan tersesat sehingga narapidana tersebut dibina dan dibimbing sehingga dapat menjadi orang yang lebih baik.

Lembaga Pemasyarakatan adalah instansi terakhir dalam proses peradilan pidana sebagai wadah bagi pelaku tindak pidana yang sudah mendapat keputusan dari hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap untuk menjalani pemidanaan, disamping itu juga diberikan pembinaan dan pembimbingan agar kembali menjadi orang baik. Pembinaan warga binaan selalu diarahkan pada resosialisasi (dimasyarakatkan kembali) dengan sistem pemasyarakatan berdasarkan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Pembinaan warga binaan di Indonesia sudah dikenal sejak jaman pemerintahan Hindia Belanda dengan diberlakukannya Geistichten Regelement (Reglemen penjara). Konsep kepenjaraan yang berasal dari pandangan liberal tidak sesuai lagi bagi bangsa Indonesia yang mempunyai pandangan hidup Pancasila, sehingga mendatangkan ide/gagasan Sahardjo untuk mengubah sistem penjara menjadi sistem pemasyarakatan.

Demikian pula di dalam penjelasan yang ada di Undang-Undang Republik Indonesia N0. 12 tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan memaparkan bahwa bagi


(10)

Dian Nawang Wulan P, 2015

PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM UPAYA MEREHABILITASI NARAPIDANA MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila, pemikiran-pemikiran baru mengenai fungsi pemidanaan yang diterapkan tidak lagi sekedar penghukuman penjara yang sangat menyiksa, melainkan pemidaan sekarang berfungsi untuk memberikan suatu usaha rehabilitasi dan reintegrasi kepada warga binaan pemasyarakatan.

Sistem pemasyarakatan adalah suatu tatanan yang mengenai arah dan batas serta cara pembinaan warga binaan pemasyarakatan berdasarkan Pancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara pembina, yang dibina, dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas warga binaan pemasyarakatan agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana yang dilakukannya agar dapat diterima kembali oleh masyarakat dan dapat berpartisipasi dalam pembangunan serta menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab. Sejalan dengan pemikiran tersebut Harsono (1995: 18-19) berpendapat bahwa:

“Narapidana bukan saja sebagai objek, melainkan juga subjek yang tidak berbeda dari manusia lainnya yang sewaktu-waktu dapat melakukan kesalahan atau kekhilfan yang dapat dikenakan pidana, sehingga harus diberantas atau dimusnahkan. Sementara itu, yang harus diberantas adalah faktor-faktor yang dapat menyebabkan narapidana tersebut berbuat hal-hal yang bertentangan dengan hukum, kesusilaan, agama, atau kewajiban-kewajiban sosial lainnya yang dapat dikenakan pidana”.

“Umumnya pemidanaan adalah suatu upaya untuk menyadarkan Narapidana atau anak pidana agar dapat menyesali segala perbuatan yang telah dilakukannya dan mengembalikannya menjadi warga masyarakat yang baik, taat kepada hukum, menjunjung tinggi nilai-nilai moral, sosial dan keagamaan, sehingga tercapai kehidupan masyarakat yang aman, tertib dan

damai.”

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa narapidana juga manusia biasa yang mempunyai suatu kekhilafan. Oleh sebab itu, peranan Lembaga Permasyarakatan sangat dibutuhkan untuk membina dan membimbing kepribadian narapidana dalam perubahan sikap menjadi lebih baik, dengan pembinaan moral juga mentalnya agar dapat menjadi pribadi yang lebih baik lagi dimasa akan datang, serta tidak mengulangi tindak kejahatan yang pernah dilakukannya dimasa silam. Disinilah lembaga pemasyarakatan dituntut untuk


(11)

Dian Nawang Wulan P, 2015

PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM UPAYA MEREHABILITASI NARAPIDANA MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dapat merehabilitasi narapidana menjadi manusia yang taat akan hukum, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan memberikan keterampilan sebagai bekal untuk nanti narapidana bekerja ketika narapidana tersebut telah bebas.

Pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan menurut Undang-Undang No 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan Pasal 12 ayat 1 dan 2 yakni:

1. Dalam rangka pembinaan terhadap Narapidana di LAPAS dilakukan penggolongan atas dasar :

a. Umur;

b. Jenis kelamin;

c. Lama pidana yang dijatuhkan; d. Jenis kejahatan; dan

e. Kriteria lainnya sesuai dengan kebutuhan atau perkembangan pembinaan.

2. Pembinaan Narapidana Wanita di Lapas dilaksanakan di Lapas Wanita. Sesuai dengan Undang-Undang di atas dapat disimpulkan, bahwa Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) Narapidana tidak disatukan melainkan dipisakan berdasarkan penggolongan yang dimaksudkan ayat 1 dan ayat 2.

Penempatan narapidana wanita harus khusus ditempatkan di Lembaga Pemasyarakatan yang dihuni dan yang dibimbing oleh para wanita pula, hal ini bertujuan agara pendekatan emosional terhadap narapidana dan petugas, disamping itu penempatan khusus wanita untuk menjaga harkat dan martabat narapidana wanita karena haknya sebagai warga negara harus dijunjung tinggi.

Pembinaan narapidana wanita bukanlah suatu yang mudah, karena seseorang menjadi narapidana tidak hanya disebabkan faktor-faktor penyebab kejahatan yang datang dari luar bersifat material, tapi juga faktor mental spritualnya yang sudah rusak akibat dari kesalahan dan sosialisasi yang membentuk pribadinya. Dalam kaitan ini Lembaga Pemasyarakatan dituntut untuk dapat mengembalikan seorang narapidana ke masyarakat dalam keadaan siap untuk kembali ke masyarakat. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Atmasasmita (1984: 84) bahwa:

Disuatu pihak lembaga Pemasyarakatan dituntut untuk membina dan mengembalikan seseorang narapidana ke masyarakat dalam keadaan siap bermasyarakat, akan tetapi di lain pihak proses penyembuan mental


(12)

Dian Nawang Wulan P, 2015

PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM UPAYA MEREHABILITASI NARAPIDANA MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kejiwaannya yang sudah parah karena terbakar oleh proses penegakan hukum harus pula dilaksanakan dengan baik.

Berdasarkan pendapat tesebut dapat dikemukakan bahwa, Lembaga Pemasyarakatan mempunyai tugas yang cukup berat, yakni:

a. Mengambalikan kodrat narapidana wanita sebagai wanita seutuhnya dimana sikap alamiah wanita adalah lemah dan lembut, serta narapidana wanita tersebut mendapatkan pembekalan hidup bermasyarakat, tentunya yang banyak faktor yang diperoleh selama narapidana wanita tersebut berada dalam Lembaga Pemasyarakatan diantaranya dibekali keterampilan dan keahlian agar nantinya dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di dalam masyarakat

b. Menyembuhkan mental dan kejiwaan yang sudah parah, akibat dari proses sosialisasi di lingkungan sebelumnya. Membentuk kepribadian yang lebih baik agar nantinya dapat bersosialisasi dengan baik dalam kehidupan ber masyarakat.

Mengacu pada studi Allegritti (dalam, Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor : M.Hh-Ot.02.02 Tahun 2009, Hal 24) ada sejumlah prinsip dari program-program yang dianggap sensitif dan responsif gender, yaitu:

a. Menjamin adanya petugas yang memiliki pemaham isu-isu perempuan dan kebutuhan perempuan yang kompleks dan mengerti bagaimana mengimplementasikan pelayanan yang sensitif gender secara praktis b. Menjamin pemberdayaan perempuan untuk membuat atas perawatan dan

perkembangan mereka sendiri, dan untuk berpartisipasi di dalam proses pembuatan keputusan

c. Menggunakan pendekatan holistik

d. Mengakui bahwa stereotipe peran jenis kelamin tertentu dan peran gender yang dikonstruksi secara sosial dapat memojokan posisi perempuan

e. Menjamin bahwa fokusnya adalah pada mengembangkan dan mengimplementasikan layanan yang tepat dan memenuhi kebutuhan perempuan, dan bukannya memaksakan agar perempuan cocok dengan


(13)

Dian Nawang Wulan P, 2015

PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM UPAYA MEREHABILITASI NARAPIDANA MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

layanan sebelumnya yang hanya memenuhi kelompok-kelompok yang didominasi laki-laki.

Berdasarkan pendapat di atas pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan, memerlukan penganan utuh dan terpadu, apabila penanganannya setengah-setengah maka hasilnya tidak maksimal (memuaskan) dalam arti setelah mereka keluar dari Lembaga Pemasyarakatan, bisa jadi melakukan tindak kejahatan kembali. Program pembinaan dan pembimbingan yang diberikan oleh petugas Lembaga Pemasyarakatan dalam membina dan membimbing narapidana wanita harus secara aspek menyeluruh (holistik). Narapidana diharapkan nantinya dapat kembali kedalam masyarakat dapat menjalankan fungsi dan peran sosialnya, pada akhirnya dapat berperan aktif untuk menopang pembangunan nasional.

Agar mantan narapidana dapat kembali diterima dalam masyarakat dan lepas dari predikat seseorang yang berbahaya, maka narapidana wanita tersebut harus telah dipersiapkan baik aspek jasmani maupun aspek rohaninya melalui proses pembinaan yang utuh berdasarkan nilai-nilai Pancasila seperti yang digagas oleh Romli Atmasasmita (1982: 94), yaitu :

Pancasila menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai suatu kesatuan yang bulat dan utuh yang mempunyai jiwa dan badan. Antara jiwa dan badan harus seimbang. Tujuan Pemasyarakatan yaitu memperbaiki si tuna warga agar ia menjadi manusia yang baik. Maka pembinaan mereka harus berdasarkan Pancasila.

Dalam proses pembinaan berdasarkan Pancasila Lembaga Pemasyarakatan dituntut untuk melakukan Pembinaan dan Pembimbingan narapidana wanita agar menjadi warga negara yang baik (to be good citizenship) dengan memiliki sejumlah karakteristik utama seperti yang dikemukakan oleh Cogan (dalam Kokasih Djahiri, 2002: 92) sebagai berikut :

1) Rasa kepribadian atau jati diri mandiri (a sense of identity)

2) Rasa nikmat akan sejumlah haknya, baik legal, political, sosio economical rights dan mampu menjalankannya secara baik dan benar 3) Rasa tanggung jawab akan kewajiban-kewajiban (obligation) yang

menjdai keharusannya


(14)

Dian Nawang Wulan P, 2015

PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM UPAYA MEREHABILITASI NARAPIDANA MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5) Kemampuan untuk menyerap atau menerima nilai-nilai dasar kemasyarakatan (basic sosietal values).

Dampak dari program pembinaan dan pembimbingan di Lembaga Pemasyarakatan ditujukan untuk membentuk karakteristik narapidana wanita menjadi warga negara yang baik, yang nantinya mantan narapidana tersebut tidak terbawa oleh arus yang menyebabkan mantan narapidana tersebut melakukan tidak pidana yang seperti dibuatnya dahulu.

Dari uraian di atas, dapat terlihat yang menjadi masalah utama dalam penelitian ini adalah Lembaga Pemasyarakatan dituntut untuk mendidik dan mengembalikan narapidana tersebut ke masyarakat dalam keadaan siap bermasyarakat dan tidak melakukan kejahatannya kembali, serta menjadi warga negara yang baik agar dapat berkontribusi aktif dalam pembangunan nasional.

Oleh sebab itu, penulis tertarik mengadakan suatu penelitian tentang “Peranan Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Bandung Dalam Merehabilitasi Narapidana Menjadi Warga Negara Yang Baik”.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang penulis kemukakan di atas, penulis ingin memaparkan tentang kegiatan atau program yang diberikan kepada Narapidana Wanita di Lembaga Pemasyarakatan Wanita klas IIA Bandung kususnya dalam merehabilitasi narapidana untuk menjadi warga negara yang baik agar narapidana tersebut tidak akan mengulangi tindak pidana yang dilakukannya dan narapidana tersebut dapat diterima kembali di lingkungan sosial dimana narapidana tersebut berada. Selain itu, penulis ingin mengetahui bagaimana respon narapidana tentang program yang di berikan Petugas LAPAS dan juga hambatan yang dialami oleh petugas LAPAS serta upaya yang dilakukan oleh Petugas LAPAS dalam menyelesaikan hambatan tersebut.


(15)

Dian Nawang Wulan P, 2015

PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM UPAYA MEREHABILITASI NARAPIDANA MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rumusan masalah yang akan dikaji adalah tentang “Bagaimana Peranan Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Bandung Dalam Merehabilitasi Narapidana Menjadi Warga Negara Yang Baik?”

Untuk memudahkan pembahasan hasil penelitian masalah pokok tersebut, maka peneliti mengidentifikasi dalam beberapa sub masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pembinaan aspek yuridis yang dilakukan oleh petugas Lembaga

Pemasyarakatan Wanita klas IIA Bandung dalam merehabilitasi narapidana menjadi warga negara yang baik?

2. Bagaimanakah pembinaan aspek moral yang dilakukan oleh petugas Lembaga Pemasyarakatan Wanita klas IIA Bandung dalam merehabilitasi narapidana menjadi warga negara yang baik?

3. Bagaimanakah pembinaan aspek kemandirian yang dilakukan oleh petugas Lembaga Pemasyarakatan Wanita klas IIA Bandung dalam merehabilitasi narapidana menjadi warga negara yang baik?

4. Apa saja hambatan-hambatan yang dihadapi oleh petugas Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Bandung dalam pelaksanaan pogram pembinaan dan pembimbingan aspek yuridis, moral, dan kemandirian dalam merehabilitasi narapidana menjadi warga negara yang baik?

5. Apa saja upaya-upaya yang diberikan oleh petugas Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Bandung dalam pelaksanaan pogram pembinaan dan pembimbingan aspek yuridis, moral, dan kemandirian dalam merehabilitasi narapidana menjadi warga negara yang baik?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

2. Sesuai dengan rumusan masalah, secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji mengenai Peranan Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Bandung dalam merehabilitasi narapidana menjadi warga negara yang baik.


(16)

Dian Nawang Wulan P, 2015

PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM UPAYA MEREHABILITASI NARAPIDANA MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Adapun yang menjadi tujuan khusus dari penelitian ini, sebagai berikut: a. Untuk mengetahui pembinaan aspek yuridis yang dilakukan oleh petugas Lembaga Pemasyarakatan Wanita klas IIA Bandung dalam merehabilitasi narapidana menjadi warga negara yang baik

b. Untuk mengetahui pembinaan aspek moral yang dilakukan oleh petugas Lembaga Pemasyarakatan Wanita klas IIA Bandung dalam merehabilitasi narapidana menjadi warga negara yang baik

c. Untuk mengetahui pembinaan aspek kemandirian yang dilakukan oleh petugas Lembaga Pemasyarakatan Wanita klas IIA Bandung dalam merehabilitasi narapidana menjadi warga negara yang baik

d. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi oleh petugas Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Bandung dalam pelaksanaan pogram pembinaan dan pembimbingan aspek yuridis, moral, dan kemandirian dalam merehabilitasi narapidana menjadi warga negara yang baik

e. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dihadapi oleh petugas Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Bandung dalam pelaksanaan pogram pembinaan dan pembimbingan aspek yuridis, moral, dan kemandirian dalam merehabilitasi narapidana menjadi warga negara yang baik.

D.Manfaat Penelitian

Penelitian ini berkaitan dengan upaya untuk memperoleh informasi dan data mengenai peranan Lembaga Pemasyarakatan Dalam merehabilitasi narapidana wanita menjadi warga negara yang baik. sehubungan dengan hal tersebut, maka dapat diperoleh manfaat, sebagai berikut:

1. Secara teoritis

Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat dalam bentuk sumbangan saran untuk perkembangan ilmu pada Penulis khususnya yang berhubungan dengan Pembinaan Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Bandung.


(17)

Dian Nawang Wulan P, 2015

PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM UPAYA MEREHABILITASI NARAPIDANA MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Bagi Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan FPIPS UPI

Diharapkan dapat memberikan informasi dan sumbangan pemikiran yang berarti tentang pengetahuan menganai Lembaga Pemasyarakatan, dimana untuk mengetahui bagaimana peranan Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Bandung untuk merehabilitasi sosial Narapidana wanita agar menjadi warga negara yang baik.

b. Bagi Mahasiswa

Mahasiswa dapat menambah pengetahuan dan bahan bacaan agar mengetahui bagaimana peranan Lembaga Permasyarakatan dalam mengembalikan status sosial narapidana wanita agar dapat menjadi warga negara yang baik, serta nantinya mahasiswa tertarik terhadap perkembangan ilmu hukum dan Kewarganegaran khususnya pelaksanaan konsep Pemasyarakatan.

c. Bagi Petugas Lembaga Pemasyarakatan

Petugas lebih mengembangkan inovasi baru lagi dari saran yang diberikan oleh penulis agar tercipta suasana yang harmonis antara narapidana dan petugas. d. Bagi Narapidana

Narapidana dapat mengetahui pentingnya mengikuti semua program yang telah diberikan oleh petugas serta dapat mengambil mamfaat dari semua yang diperoleh selama berada di dalam Lembaga Pemasyarakatan.

e. Bagi Masyarakat

Masyarakat lebih memahami tentang pengayoman di dalam Lembaga Pemasyarakatan hingga akhirnya dapat menerima mantan narapidana yang telah menjalani pembinaan selama berada di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Bandung.

E.Stuktur Organisasi Skripsi

Stuktur organisasi skripsi berisi rician mengenai urutan dari setiap bab dan bagian bab dalam seluruh penulisan skripsi, yang terdiri dari bab satu sampai


(18)

Dian Nawang Wulan P, 2015

PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM UPAYA MEREHABILITASI NARAPIDANA MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan bab terakhir, yaitu bab lima. Rincian urutan dari setiap bab adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab satu sebagai pendahuluan, akan dijelaskan mengenai latar belakang penelitian, identifikasi penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan stuktur organisasi skripsi.

Bab II Kajian Pustaka

Bab dua sebagai kajian pustaka, akan dipaparkan mengenai teori-teori yang mendukung terhadap masalah yang akan dikaji. Pada bagian bab ini, akan dijelaskan mengenai kajian umum tentang lembaga pemasyarakatan, kajian umum tentang narapidana, kajian umum tentang warga negara yang baik, dan kajian umum tentang rehabilitasi narapidana menjadi warga negara yang baik di lembaga pemasyarakatan.

Bab II Metode Penelitian

Bab tiga ini berisi paparan secara rinci mengenai pendekatan dan metode penelitian, termaksud beberapa komponen seperti lokasi dan subjek penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data: wawancara, observasi, studi dokumentasi, serta analisis data: reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data.

Bab IV Hasil Penelitian

Bab empat sebagai hasil dari penelitian dan pembahasan, akan dijelaskan mengenai deskripsi lokasi penelitian, deskripsi data hasil penelitian, serta pembahasan dari hasil analisis data yang ditemukan penulis di lapangan. Bab V Kesimpulan dan Saran


(19)

Dian Nawang Wulan P, 2015

PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM UPAYA MEREHABILITASI NARAPIDANA MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bab lima berisi tentang kesimpulan dan saran ini menyajikan tentang penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian di lapangan. Bab ini berisi mengenai kesimpulan-keseimpulan yang diambil dari analisis data secara keseluruhan, serta berisi mengenai saran-saran untuk objek yang diteliti.


(20)

Dian Nawang Wulan P, 2015

PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM UPAYA MEREHABILITASI NARAPIDANA MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. PENDEKATAN DAN METODE PENELITIAN 1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitiaan ini adalah pendekatan kualitatif. Dipilihnya pendekatan kualitatif dalam penelitian ini didasarkan pada, masalah yang akan dikaji oleh peneliti yaitu, peranan Lembaga Pemasyarakatan Wanita klas IIA Bandung dalam merehabilitasi narapidana menjadi warga negara yang baik yang memerlukan sejumlah data di lapangan yang bersifat aktual dan kontekstual. Menurut Lexy J. Moleong (2012: 6) mengemukakan bahwa :

“Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode

alamiah”.

Lebih lanjut dijelaskan oleh Nasution (1996: 9), mengenai posisi peneliti

dalam sebuah penelitian adalah “penelitian kualitatif, peneliti sebagai instrumen penelitian. Peneliti adalah key instrumen atau alat peneliti utama”. Hal tersebut menegaskan bahwa, peneliti bertindak sebagai instrumen yang akan melakukan observasi dan wawancara kepada subyek yang akan diteliti dan menjadikannya sebuah data yang valid dan menguraikannya secara deskriktif hasil temuan-temuan yang peneliti peroleh di lapangan.

2. Metode Penelitian

Dalam suatu penelitian, metode digunakan untuk memecahkan masalah yang akan diteliti, metode penelitian adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran secara ilmiah berdasarkan data yang sesuai dan dapat dipertanggungjawabkan kebenaranya. Menurut Surakhmad (2004: 131) menyatakan bahwa :


(21)

Dian Nawang Wulan P, 2015

PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM UPAYA MEREHABILITASI NARAPIDANA MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Metode merupakan cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan, misalnya untuk mengkaji suatu rangkaian hipotesa dengan menggunakan teknik serta alat-alat tertentu. Cara utama ini digunakan setelah penyelidikan memperhitungkan kewajarannya ditinjau dari tujuan penyelidikan serta situasi penyelidikan.

Berdasarkan pendapat di atas, keberhasilan suatu penelitian tepatnya menggunakan metode dalam penelitian tersebut sesuai dengan tujuan dari penelitian yang ditetapkan sebelumnya. Dengan kata lain, metode penelitian diperlukan karena dalam metode tersebut akan ditemukan langkah-langkah dalam penelitian tentang objek penelitian yang hendak diteliti diketahui dan diamati, kemudian menjadi sebuah data-data yang tepat sesuai dengan tujuan penelitian.

Oleh karena itu, kejelian peneliti dalam menentukan suatu penggunaan metode penelitian amat sangat diperlukan untuk menentukan metode yang dipilih untuk melakukan suatu penelitian. Dalam penelitian yang akan diteliti oleh penulis akan menggunakan metode penelitian deskriptif analitis. Menurut pendapat Best (Sukardi, 2004: 57) tentang metode penelitian deskriptif analisis adalah sebagai berikut :

Metode deskripsi analitis yaitu metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian yang sedang terjadi dan berhubungan dengan kondisi masa kini. Metode deskriptif berusaha menggambarkan dan menginterprestasikan objek sesuai dengan apa adanya.

Dari penjelasan di atas, penelitian deskriptif analisis merupakan suatu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan kejadian yang terjadi sebenar-benarnya di lapangan sesuai dengan kenyataanya. Adapun ciri-ciri penelitian deskriktif analitis yang dikemukakan Surakhmad (1998: 140), yaitu sebagai berikut :

a. Menempatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada saat sekarang, pada masalah-masalah yang aktual

b. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis (karena itu metode ini sering pula di sebut metode analitik) Berdasarkan peendapat di atas, mengenai ciri-ciri metode deskriptif analisis tersebut peneliti ingin mengetahui bagaimana peranan Lembaga Pemasyarakatan


(22)

Dian Nawang Wulan P, 2015

PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM UPAYA MEREHABILITASI NARAPIDANA MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

wanita klas IIA Bandung dalam merehabilitasi narapidana menjadi warga negara yang baik, dimulai dari pengumpulan data-data yang diperlukan, disusun menjadi suatu data yang valid, dianalisis dan disimpulkan dan untuk dijadikan sebuah tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini tanpa menambahkan atau mengurangi data melainkan sesuai dengan keadaan yang sebenernya terjadi dilapangan.

B. LOKASI DAN SUBJEK PENELITIAN 1. Lokasi Penelitian

Menurut Nasution (2003: 43) lokasi penelitian menunjukan pada pengertian tempat atau lokasi penelitian yang dicirikan oleh adanya unsur yaitu pelaku, tempat dan kegiatan yang dapat diobservasi. Adapun yang menjadi lokasi penelitian adalah Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Bandung. Jalan Pacuan Kuda Nomor 03, Bandung. Sementara itu, yang menjadi pertimbangan dasar dipilihnya lokasi penelitian adalah :

a. Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Bandung, merupakan satu-satunya Lembaga Pemasyarakatan yang dikhususkan oleh wanita di Jawa Barat

b. Peneliti ingin mengetahui bagaimana peranan petugas dalam merehabilitasi, melalui program-progam dalam pembinaan aspek yuridis, moral, dan kemandirian yang diberikan oleh petugas lembaga pemasyarakatan kepada narapidana narapidana di Lembaga Pemasyarakata Wanita Klas IIA Bandung.

2. Subjek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah beberapa petugas dan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan wanita klas IIA Bandung. Menurut pendapat Sugiyono (2012:215) subjek penelitian adalah :

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetepi oleh Spradley dinamakan Social Situation atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen, yaitu tempat (place), pelaku (actor), dan aktifitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Situasi sosial tersebut dapat dinyatakan sebagai objek penelitian yang ingin difahami secara lebih mendalam apa yang terjadi di dalamnya


(23)

Dian Nawang Wulan P, 2015

PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM UPAYA MEREHABILITASI NARAPIDANA MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Yang dimaksudkan di atas, penelitian kualitatif lebih mengutamakan situasi sosial tersebut sebagai objek yang dimaksudkan sumbernya ialah seseorang yang benar-benar memahami dan mengerti menganai masalah yang akan dibahas dalam wawancara dan nantinya akan memperoleh sebuah data yang valid. Sementara itu, subjek penelitian yang dijadikan sebuah sample penelitiannya, hal ini dikemukakan oleh Nasution (2003: 32) bahwa :

Dalam penelitian kualitatif yang dijadikan sampel hanyalah sumber yang dapat memberikan informasi. Sampel dapat berupa hal, peristiwa, manusia, situasi yang diobservasi. Sering sampel dipilih secara purposive, bertalian dengan purpose atau tujuan tertentu. Sering pula responden diminta untuk menunjuk orang lain yang dapat memberikan informasi kemudian responden ini diminta pula untuk menunjuk orang lain dan seterusnya. Cara ini lazim disebut snowball sampling yang dilakukan secara serial atau berurutan.

Dari pendapat para tokoh tersebut peneliti menyimpulkan bahwa subjek penelitian ditentukan atau dipilih berdasarkan tempat yang diadaknnya penelitian. Subjek penelitian adalah narasumber dimana dipilih secara purposif bertalian dengan purpose atau tujuan tertentu dimana subjeknya memiliki pengetahuan tentang apa yang akan diteliti. Sehingga subjeknya tidak memberikan keterangan diluar masalah-masalah yang diteliti oleh peneliti, hal ini akan menguntungkan peneliti dalam memecahkan rumusan masalah yang sedang diteliti, sehingga nantinya memudahkan peneliti dalam menganalisis data yang peneliti peroleh dari subjek yang diteliti.

Dalam pengumpulan data yang diambil harus didasarkan pada ketentuan atau kejenuhan. Dengan kata lain, data yang diberikan dari responden yang pertama sampai dengan beberapa responden informasi yang diberikan sama, maka data tersebut sudah dianggap cukup untuk proses pengumpulan data sehingga tidak perlunya lagi meminta dari responden lainnya. Berdasarkan pada semua uraian di atas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa yang menjadi subjek penelitian ini, dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.1 Subjek Penelitian


(24)

Dian Nawang Wulan P, 2015

PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM UPAYA MEREHABILITASI NARAPIDANA MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

NO RESPONDEN JUMLAH

1 Petugas Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Bandung 6 Orang

2 Narapidana 7 Orang

Jumlah keseluruhan Responden 13 orang Sumber : dibuat oleh Peneliti 2015

Tabel tersebut menerangkan bahwa yang responden atau subjek dari penelitian ini berjumlah 13 (tiga belas) orang yang akan diwawancarai mengenai Peranan Lembaga Pemasyarakatan kelas IIA wanita Bandung dalam merehabilitasi narapidana menjadi warganegara yang baik, adapun subjek yang terlibat didalam pengumpulan informasi ini ialah : berapa petugas dan beberapa narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Bandung.

C. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik pengumpulan data merupakan proses yang sangat penting dalam mendukung suatu penelitian. Menurut Sugiyono (2012: 224) teknik pengumpulan data adalah :

Langkah yang paling utama dalam penelitian karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahi teknik pengumpulan data, maka penelitian tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan

Adapun teknik penelitian yang digunakan dalam proses pengumpulan data adalaah sebagai berikut :

1. Pengamatan

Salah satu yang digunakan dalam metode penelitian kualitatif bersifat deskriptif analisis adalah melalui pengamatan, ini ditujukan untuk mengamati secara langsung obyek yang akan diteliti. Melalui teknik pengamatan peneliti dapat langsung mengetahui tentang gambaran dan segala aktivitas yang terjadi pada proses penelitian, khususnya dalam proses pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan kelas IIA wanita Bandung. Hal ini sejalan dengan pendapat


(25)

Dian Nawang Wulan P, 2015

PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM UPAYA MEREHABILITASI NARAPIDANA MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Moleong (2007 : 174) tentang beberapa alasan mengenai penelitian yang bersifat deskriktif pengamatan dimanfaatkan sebesar-besarnya dalam teknik pengumpulan data, yaitu sebagai berikut :

a. Bahwa teknik pengamatan ini didasarkan atas pengalaman secara langsung. Tampaknya pengamatan langsung merupakan alat yang ampuh untuk mengetes suatu kebenaran

b. Teknik pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan yang sebenarnya

c. Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proposional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data.

d. Sering terjadi keraguan pada peneliti, jangan-jangan pada data yang dijaringnya ada yang keliru atau bias. Jalan yang terbaik untuk mengecek kepercayaan data tersebut ialah dengan jalan memanfaatkan pengamatan e. Teknik pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami

situasi-situasi yang rumit. Situasi ini mungkin terjadi jika peneliti ingin memperhatikan beberapa tingkah laku sekaligus. Jadi, pengamatan menjadi alat yang ampuh untuk situasi-situasi yang rumit dan untuk perilaku yang kompleks

f.Dalam kasus-kasus tertentu dimana teknik komunikasi lainnya tidak dimungkinkan untuk dilaksanakan maka pengamatan menjadi alat yang bermanfaat.

Dari pendapat di atas, alasan dari peneliti menggunakan teknik pengamatan dalam memperoleh data karena, teknik pengamatan dinilai penulis mampu memberikan data yang dibutuhkan oleh peneliti. Melalui teknik pengamatan peneliti dapat mengamati objek yang diteliti secara langsung agar peneliti tidak memiliki keraguan atas data yang diperoleh. Hasil pengamatan selama proses penelitiaan berlangsung, peneliti membuat catatan lapangan yang dirangkai berdasarkan apa yang dilihat, didengar, serta dirasakan langsung oleh peneliti.

2. Wawancara

Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data dalam sebuah penelitian dengan cara komunikasi untuk mendapatkan informasi dan data faktual yang langsung diperoleh dari responden. Teknik wawancara dilakukan melalui proses tanya jawab secara lisan dengan responden yang terkait dalam penelitian.


(26)

Dian Nawang Wulan P, 2015

PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM UPAYA MEREHABILITASI NARAPIDANA MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berkaitan dengan hal tersebut, pengertian wawancara yang dikemukakan oleh Danial (2009: 71) mengatakan bahwa :

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan cara melakukan dialog, tanya jawab antara peneliti dan responden dengan cara sungguh-sungguh. Wawancara dapat dilakukan dimana saja selama dialog masih bisa dilakukan, misalnya sambil berjalan, duduk santai, disuatu tempat, di lapangan, di kantor, di kebun, di bengkel, atau di mana saja.

Dengan menggunakan wawancara penelitian tersebut peneliti dapat melakukan dialog ataupun tanya jawab dengan sumber tidak tergantung pada tempat khusus. Disamping itu juga dalam teknik wawancara harus memperhatikan beberapa hal agar responden dapat menjawab pertanyaan wawancara dengan baik. Menurut Moleong (2012: 190) persiapan wawancara tak terstuktur dapat dilaksanakan menurut tahapan-tahapan tertentu, yakni sebagai berikut :

Tahap pertama, ialah menemukan siapa yang akan diwawancarai. Barangkali suatu saat pilihan hanya berkisar di antara beberapa orang menemui persyaratan. Tahap kedua, ialah mencari tahu bagaimana cara yang sebaiknya untuk mengadakan kontak dengan responden. Karena responden adalah orang-orang pilihan, dianjurkan agar jangan membiarkan orang ketiga menghubungi, tetapi peneliti sendirilah yang melakukannya. Tahap ketiga, adalah mengadakan persiapan yang matang untuk melakukan wawancara.

Berdasarkan dari pendapat di atas, peneliti akan melakukan wawancara kepada beberapa petugas Lembaga Pemasyarakatan dan beberapa narapidana yang terlibat dalam proses pembinaan. Dalam pelaksanaan wawancara ini peneliti menggunakan tanya jawab dengan responden dan menuangkan hasil wawancara dalam bentuk catatan lapangan. Peneliti menggunakan wawancara terstuktur dan tidak terstuktur. Wawancara terstruktur yaitu dengan membuat pedoman wawancara yang berupa instrumen penelitian yang berisi tentang pertannyaan-pertanyaan yang diajukan kepada responden, sedangkan wawancara tak terstuktur adalah pertanyaan-pertanyaan yang tidak ada dalam pedoman wawancara yang didapatkan melalui hasil alamiah ketika wawancara telah berlangsung (perkembangan dari pertanyaan yang ada pada instrumen).


(27)

Dian Nawang Wulan P, 2015

PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM UPAYA MEREHABILITASI NARAPIDANA MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang berupa dokumen yang bersifat pribadi, gambar-gambar, atau karya-karya yang dapat menunjang dalam sebuah penelitian. Menurut Arikunto (2002 : 206), adalah sebagai berikut :

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variasi yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat ,agenda, dan sebagainya. Dibandingkan dengan metode lain, maka metode ini agak tidak begitu sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan sumber datanya masih tetap, belum berubah. Dengan metode dokumentasi yang diamati bukan benda hidup tetapi benda mati.

Metode ini dipilih karena untuk memudahkan penulis sebagai pelengkap guna memperoleh data sebagai bahan informasi yang digunakan dalam penelitian ini. Pertimbangan penulis dalam menggunakan metode dokumentasi sebagai alat pengumpul data adalah :

a) Lebih hemat

b) Tidak ada data yang terlewatkan dikarenakan lupa c) Lebih mudah untu mengecek dan menarik kesimpulan d) Lebih terpercaya keobjektifannya atas data yang diperoleh.

Esensi yang diperoleh dari metode dokumentasi adalah memperoleh bukti atau mendapatkan gambaran dari apa yang diteliti sehingga dapat melengkapi data-data atau informasi. Data yang diperoleh yaitu dari arsip-arsip Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wanita Bandung seperti jadwal kegiatan pembinaan, surat edaran Menteri Kementrian Hukum dan HAM tentang kewajiban bagi Lembaga Permasyarakatan, contoh blangko kerjasama Lapas dengan pihak luar, dan beberapa foto kegiatan pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan kelas IIA wanita Bandung.

D. TAHAP PENELITIAN 1. Persiapan Penelitian

Dalam tahap ini, peneliti mempersiapakan hal-hal yang berkaitan dengan penelitiaan diantaranya fokus permasalahan dan objek penelitian. Selanjutnya


(28)

Dian Nawang Wulan P, 2015

PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM UPAYA MEREHABILITASI NARAPIDANA MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

peneliti mengajukan judul dan proposal skripsi sesuai dengan apa yang akan diteliti. Setelah proposal skripsi disetujui oleh pembimbing I dan pembimbing II maka peneliti melakukan pra penelitian ke Lembaga Pemasyarakatan kelas IIA wanita Bandung untuk menggali gambaran awal dari subjek dan lokasi penelitian.

2. Perizinan Penelitian

Perizinan penelitian ini bertujuan agar memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian terhadap subjek dan lokasi yang akan diteliti. Adapun perizinan penelitian ditempuh dan dikeluarkan oleh :

a. Mengajukan surat permohonan izin untuk mengadakan penelitian kepada Ketua Jurusan PKn FPIPS UPI untuk mendapatkan surat rekomendasi untuk mengadakan penelitian di Lembaga Pemasyarakatan kelas IIA wanita Bandung

b. Mengajukan surat permohonan izin penelitian yang telah direkomendasikan oleh Ketua Jurusan PKn FPIPS UPI kepada bagian Akademik untuk meminta rekomendasi surat penelitian atas nama FPIPS yang telah ditandatangani oleh Pembantu Dekan I dengan persetujuan Dekan FPIPS UPI untuk mendapatkan rekomendasi mengadakan penelitian di Lembaga Pemasyarakatan kelas IIA wanita Bandung.

c. Dengan membawa surat rekomendasi dari UPI, peneliti meminta izin kepada Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Jawa Barat kebagian Direktorat Jenderal Pemasyarakatan untuk mendapatkan surat rekomendasi mengadakan penelitian di Lembaga Pemasyarakatan kelas IIA wanita Bandung

d. Dengan membawa surat rekomendasi izin penelitian dari Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Jawa Barat kebagian Direktorat Jenderal Pemasyarakatan kepada Lembaga pemasyarakatan kelas IIA wanita bandung penulis meminta izin untuk melaksanakan penelitian.

3. Pelaksanaan Penelitian

Tahap ini merupakan inti dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti, dalam tahap ini peneliti mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyan penelitian yang telah


(29)

Dian Nawang Wulan P, 2015

PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM UPAYA MEREHABILITASI NARAPIDANA MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

disusun untuk menghimpun informasi tentang fokus masalah yang diajukan oleh peneliti. Adapun langkah-langkah yang ditempuh pada proses penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Menghubungi Kepala Seksi Pembinaan dan Pendidikan Lembaga Pemasyarakatan kelas IIA wanita Bandung, untuk selanjutnya mengadakan wawancara untuk memperoleh informasi tentang pembinaan rehabilitasi yang diberikan kepada Narapidana

b. Menghubungi Kepala Seksi Kegiatan Kerja Lembaga Pemasyarakatan kelas IIA wanita Bandung, untuk selanjutnya mengadakan wawancara untuk memperoleh informasi tentang pembinaan rehabilitasi yang diberikan kepada Narapidana

c. Menghubungi Kepala Sub Seksi Bimbingan dan Kemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan kelas IIA wanita Bandung, untuk selanjutnya mengadakan wawancara untuk memperoleh informasi tentang pembinaan rehabilitasi yang diberikan kepada Narapidana

d. Menghubungi Kepala Sub Seksi Registrasi Lembaga Pemasyarakatan kelas IIA wanita Bandung, untuk selanjutnya mengadakan wawancara untuk memperoleh informasi tentang pembinaan rehabilitasi yang diberikan kepada Narapidana

e. Meminta izin kepada petugas lapas untuk mewawancarai beberapa Narapidana untuk diwawancarai mengenai pembinaan rehabilitasi oleh petugas

f. Membuat catatan dan dokumentasi tentang hasil wawancara yang didapatkan dari beberapa responden untuk kemudian dikelola menjadi sebuah data.

4. Pengelolaan dan Analisis Data

Dalam tahap ini, informasi data yang didapatkan dari proses penelitian dikelola menjadi sebuah data yang valid. Data yang didapat dianalisis untuk mencari sebuah kebenaran dalam mencari jawaban atas fokus masalah yang diteliti.


(30)

Dian Nawang Wulan P, 2015

PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM UPAYA MEREHABILITASI NARAPIDANA MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 5. Penyusunan Laporan

Tahap ini adalah penggabungan seluruh bagian/bab penelitian yang telah ditulis oleh peneliti, untuk dipertanggungjawabkan disidang akhir pengujian skripsi.

E. TAHAP PENGELOLAAN DAN ANALISIS DATA

Setelah keseluruhan dari proses penelitian, informasi yang didapat dari hasil penelitian di lapangan, maka selanjutnya peneliti mulai melakukan pengelolaan data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan studi literatur. Melakukan analisis data untuk kemudian dijadikan sebuah data untuk mengungkapkan hasil temuan dari informasi yang didapat di lapangan. Menurut pendapat Sugiyono (2012: 244) tentang analisis data adalah sebagai berikut :

Analisis data kualitatif adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, kemudian mempelajarinya, dan membuat kesempulan.

Pengelolaan dan analisis data merupakan sebuah proses terpenting dalam sebuah penelitian, karena melalui proses ini data yang didapat oleh peneliti dilapangan dikelola dan dianalisis sehingga menjadi sebuah data yang bermanfaat. Data yang didapat kemudian akan dikelola dan dianalisis melalui proses penyusunan, mengkategorikan data, mencari kaitan isi dari berbagai data yang diperoleh untuk mendapatkan maknanya dan sesuai dengan kajian yang diteliti oleh peneliti.

Tahap akhir dari analisis data untuk mendapatkan data yang sesuai atau valid. Setelah tahap ini selesai, dilanjutkan dengan penafsiran data dalam mengelola hasil data sementara menjadi sebuah teori subtantive dengan menggunakan beberapa metode tertentu. Proses analisis data dimulai dari menelaah, memeriksa seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, dirangkum


(31)

Dian Nawang Wulan P, 2015

PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM UPAYA MEREHABILITASI NARAPIDANA MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan difokuskan pada hal-hal penting. Menurut Miles dan Huberman mengenai komponen-komponen analisis data adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2

Komponen-Komponen Analisis Data

Sumber : Miles dan Huberman (2012 : 20) Sumber : Miles dan Huberman (2012 : 20)

Dengan mengacu Pendapat pada di atas, maka proses analisis data yang dilakukan oleh penulis mengenai cara mengelola data yang didapatkan penulis dari mulai melakukan pengamatan, wawancara, dan studi dokumentasi, maka penulis melakukan pengelolaan dasar ialah sebagai berikut :

1. Penyeleksian dan Pengelompokan Data

Data yang sudah terkumpul diseleksi dan kemudian dirangkum serta disesuaikan denga fokus penelitian yang telah ditetapkan. Kemudian data tersebut dikelompokan berdasarkan kategori tertentu untuk dicari tema dan pola penyebarannya berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat.

Untuk memperjelas data, peneliti menggunakan pengamatan, wawancara, dan studi dokumentasi yang ditujukan kepada petugas dan narapidana Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Bandung. Dengan kata lain reduksi data bertujuan untuk mempermudah pemahaman atas data yang telah terkumpul dari hasil catatan lapangan dengan cara dirangkum, mengklasifikasikan sesuai dengan masalah dan aspek-aspek yang telah diteliti.

2. Penyajian Data

Pengumpulan Data

Kesimpulan dan Verifikasi data

Penyajian Data Reduksi Data


(32)

Dian Nawang Wulan P, 2015

PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM UPAYA MEREHABILITASI NARAPIDANA MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penyajian data atau display data adalah sekumpulan informasi akan memberikan gambaran penelitian secara menyeluruh. Dengan kata lain, menyajikan data secara terperinci dan menyeluruh dengan mencari pola hubungannya.

Penyajian data merupakan hasil wawancara dengan petugas dan narapidana Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Bandung yang merupakan hasil dari pengamatan lapangan dan dokumentasi. Dari keseluruhan data yang telah didapat tersebut, dipahami satu persatu, kemudian disatukan dan diinterprestasikan sesuai dengan rumusan masalah yang diteliti.

3. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi data

Kesimpulan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan tujuan mencari, arti, makna, penjelasan yang dilakukan terhadap data yang dianalisis dengan mencari hal-hal penting. Kesimpulan ini dibentuk pernyataan singkat mengenai peranan petugas Lembaga pemasyarakatan kelas IIA wanita Bandung dalam merehabilitasi narapidana menjadi warga negara yang baik.

Dengan demikian, secara umum proses pengelolaan data dimulai dengan penncatatan data dilapangan (data mentah), kemudian ditulis kembali dalam bentuk unfikasi dan kategorisasi data, setelah dirangkum, direduksi dan disesuaikandengan fokus masalah penelitian. Prosedur pengelolaan dan analisis data yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini. Melalui tahap-tahap tersebu, peneliti memperoleh data secara lengkap dan memenuhi kehabsahan data sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah yang berlaku, mengenai peranan petugas Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Bandung dalam merehabilitasi narapidana menjadi warga negara yang baik.


(33)

Dian Nawang Wulan P, 2015

PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM UPAYA MEREHABILITASI NARAPIDANA MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan kajian-kajian, penelitian dan pembahasan yang dilakukan oleh penulis tentang Peranan Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Bandung dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu kesimpulan umum dan kesimpulan khusus. Dalam melaksanakan penelitian ini, penulis akan mengemukakan sebagai berikut :

1. Kesimpulan Umum

Dalam merehabilitasi narapidana menjadi warga negara yang baik, petugas Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Bandeng telah memberikan seluruh aspek dalam kehidupan narapidana, rehabilitasi yang diberikan berupa : pembinaan aspek yuridis, pembinaan aspek moral, dan pembinaan aspek kemandirian. Seluruh aspek tersebut diberikan kepada narapidana dengan tujuan narapidana dapat menyerap ilmu-ilmu yang diberikan oleh petugas dan dapat mengaplikasikannya ke dalam masyarakat ketika kelak narapidana telah bebas dan dapat menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab. Untuk dirinya sendiri, keluarga, lingkungan bangsa dan negara serta dapat berkontribusi aktif dalam pembagnunan nasional.

2. Kesimpulan Khusus

a. Pembinaan aspek yuridis yang di berikan oleh petugas Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Bandung kepada warga binaannya diantaranya ialah : Penyuluhan Hukum Secara Luas, dan Layanan Hukum Secara Personal, Hak dan Kewajiban Narapidana, Asimilasi, Penyuluhan Pemilihan Umum, Penyuluhan NARKOTIKA, dan Pembebasan bersyarat. b. Perubahan yang dirasakan oleh warga binaan pemasyarakatan setelah

mengikuti program pembinaan aspek yuridis antara lain, mengetahui tentang kesalahan yang mereka perbuat, sadar akan hukum, akan lebih


(34)

Dian Nawang Wulan P, 2015

PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM UPAYA MEREHABILITASI NARAPIDANA MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berhati-hati agar tidak membuat pelanggaran hukum terjadi, dan memahami tentang dasar-dasar kemasyarakatan. Perubahan yang sudah nampak pada proses pembinaan yuridis ini adalah warga binaan pemasyarakatan dapat saling menghormati antar warga binaan lainnya, mampu menyadari kesalahan yang dilakukannya sehingga tidak membuat keributan dengan warga binaan yang lain, menaati semua peraturan di lembaga pemasyarakatan, sehingga hubungan antara warga binaan pemasyarakatan dan petugas berjalan harmonis, warga binaan pemasyarakatan juga menjadi lebih disiplin, bertanggung jawab dan juga telah menyadari kekhilafannya dimasa lampau yang menyebabkan warga binaan pemasyarakatan (narapidana) tersebut di masukan ke lembaga pemasayarakatan. Hal tersebut sebagai wujud dari pembinaan aspek yuridis yang diberikan oleh petugas lembaga pemasyarakatan, walaupun tidak menutup kemungkinan dari sekian banyaknya warga binaan pemasyarakatan masih ada salah diantara dari mereka yang belum memahami tentang kesadaran hukum.

c. Pembinaan aspek Moral yang di berikan oleh petugas Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Bandung kepada warga binaannya diantaranya ialah : pembinaan aspek rohani (Pendidikan Agama), Pendidikan Formal untuk menempuh program kesetaraan paket, Les Bahasa Asing, PRAMUKA, Pelatihan Positif Thingking (Motivasi), Olah Raga, Kesenian, Pemeriksaan Kesehatan, dan Kunjungan Keluarga Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP).

d. Perubahan yang dirasakan dari warga binaan saat mengikuti program pembinaan aspek moral oleh petugas Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Bandung ialah : warga binaan mampu lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, menerima dengan ikhlas dan sabar dalam menerima kenyataan, mampu berfikir positif dan tidak menyalahkan dirinya sendiri, sopan dan santun dalam bertutur maupun berperilaku, wawasan pengetahuannya bertambah, dan motivasi dirinya untuk menjadi


(35)

Dian Nawang Wulan P, 2015

PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM UPAYA MEREHABILITASI NARAPIDANA MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

manusia yang lebih baik lagi serta mampu hidup sehat dan bugar. Hal tersebut sebagai wujud dari pembinaan aspek moral yang diberikan oleh petugas lembaga pemasyarakatan, walaupun tidak menutu kemungkinan dari sekian banyaknya warga binaan pemasyarakatan masih ada salah diantara dari mereka yang belum mengalami perubahan secara signifikan. e. Pembinaan aspek kemandirian yang di berikan oleh petugas Lembaga

Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Bandung kepada warga binaannya diantaranya ialah : Keterampilan Tata Boga, Pelatihan Salon dan Kecantikan, Pelatihan Pengelolaan Limbah Bungkus Kopi, Perca dan aplikasi Sulam, Pembuatan kerajinan Rajutan dan Mute, dan Pelatihan Pembuatan Bulu Mata palsu serta kegiatan lainnya sesuai dengan minat dan bakat narapidana tentunya ditunjang oleh peralatan yang ada.

f. Pembinaan aspek kemandirian yang oleh petugas Lembaga

Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Bandung, secara tidak langsung pemberian keterampilan mampu merubah warga binaan menjadi warga negara yang baik. Keahlian dan keterampilan yang diberikan akan menjadi peluang usaha, dan untuk mencari kerja setelah warga binaan tersebut telah dibebaskan dari lembaga pemasyarakatan.

g. Semua proses pembinaan yang diberikan oleh petugas Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Bandung telah mencakup semua aspek kehidupan warga binaan, pemberian pembinaan dan pembekalan kepada warga binaan pemasyarakatan nantinya akan bermanfaat ketika warga binaan tersebut telah kembali ke dalam masyarakat. Selain itu, penilaian dan Pandangan buruk masyarakat yang telah melekat pada mantan warga binaan pemasyarakatan (narapidana) perlahan-lahan dapat menghilang karena mantan warga binaan pemasyarakatan (narapidana) telah melakukan perbaikan diri ke arah yang lebih baik sewaktu mereka tinggal di lembaga pemasyarakatan, pada dasarnya mantan narapidana adalah manusia yang harus dijunjung tinggi harkat dan martabatnya serta hak dan kewajiban yang sama sebagai warga negara. Masyarakat diharapkan


(36)

Dian Nawang Wulan P, 2015

PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM UPAYA MEREHABILITASI NARAPIDANA MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mampu menerima mantan narapidana untuk melaksanakan fungsi dan peran sosialnya secara maksimal, tanpa adanya lagi pengucilan sehingga narapidana merasa bahwa dirinya bisa diterima kembali ke dalam masyarakat dan tidak mengulangi tindak kejahatannya.

B. SARAN

Berdasarkan simpulan penelitian yang diuraikan di atas, maka penulis mengajukan beberapa saran yang disampaikan kepada beberapa pihak melalui skripsi ini, yaitu sebagai berikut :

1. Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Bandung

a. Memperbanyak kerja sama antara Instansi Pemerintah/pihak-pihak di luar Lembaga Pemasyarakatan dalam rangka untuk melakukan pembinaan terhadap narapidana

b. Mempertahankan pihak-pihak yang telah membantu narapidana dalam proses pembinaan bukan saja Insidensil melaikan harus bersifat tetap atau seterusnya secara terjadwal, agar nantinya narapidana mampu menyerap secara optimal.

c. Melaksanakan suatu kegiatan dimana dalam proses pembinaannya harus dapat menampung aspirasi narapidana, atau apa yang menjadi keinginan narapidana dengan cara menempatkan kotak-kotak untuk kritik dan saran narapidana kepada petugas Lembaga Pemasyarakatan, agar terjalin komunikasi yang baik antara narapidana dan petugas hingga akhirnya akan tercipta suasana yang kondusif

d. Petugas diharapkan menyediakan ruang atau tempat yang cukup, untuk menampung narapidana dalam menjalani program-program pembinan yang diberikan kepada narapidana, agar seluruh narapidana mengikuti kegiata pembinaan yang diadakan oleh petugas Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Bandung

2. Polri diharapkan memberikan perhatian kepada Narapidana dengan cara mengadakan sosialisasi tentang hukum secara rutin minimal sebulan sekali agar Narapidana dapat paham tentang hukum sehingga kelak ketika telas


(37)

Dian Nawang Wulan P, 2015

PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM UPAYA MEREHABILITASI NARAPIDANA MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dibebaskan dari Lembaga Permasyarakatan Narapidana tidak akan mengulang kejahatan yang dilakukan

3. Kementrian Hukum dan HAM diharapkan memberi perhatian lebih khusus untuk memberi pembimbingan tentang hukum dan hak-hak serta kewajiban Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan serta memberikan kegiatan yang bisa membangkitkan semangat untuk maju dan berkembang ketika Narapidana telah keluar mampu mandiri dan berkelakun baik. Kegiatan diharapkan rutin dilakukan minimal sebulan dua kali.

4. Seluruh Dinas Pemerintahan terkait yang dengan Lembaga Pemasyarakatan Diharapkan menjalin kerjasama dalam mendidik dan membimbing warga binaan pemasyarakatan sehingga nantinya setelah keluar dari Lembaga Pemasyarakatan Narapidana tersebut tidak melakukan perbuatan yang melanggar hukum

5. Departemen Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan memberikan pengetahuan tentang Lembaga Pemasyarakatan kepada mahasiswa dengan cara melakukan praktikum ke Lembaga Pemasyarakatan

6. LSM atau LBH diharapkan Mempertahankan secara terus-menerus program yang telah diberikan kepada warga binaan pemasyarakatan agar dapat menjadi warga negara yang baik, serta Memberikan program-program baru sebagai sarana hiburan kepada warga binaan pemasyarakatan agar mereka tidak merasa bosan dan jenuh dalam mengikuti bimbingan

7. Mahasiswa khususnya Pendidikan Kewarganegraan Universitas Pendidikan Indonesia diharapkan memberikan kontribusi aktif untuk memberikan motivasi kepada narapidan di Lembaga Pemasyarakatan klas IIA Wanita agar narapidana merasa banyak yang peduli terhadap mereka

8. Masyarakat diharapkan menghilang pendangan buruk terhadap narapidana yang telah dibebaskan dari Lembaga Pemasyarakatan, serta mampu menerima dengan baik dan memperlakuan mantan narapidana dengan baik didalam lingkungan agar mantan narapidana merasa diterima oleh masyarakat dan


(38)

Dian Nawang Wulan P, 2015

PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM UPAYA MEREHABILITASI NARAPIDANA MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mantan narapidana tersebut tidak akan mengulangi atau melanggar hukum kembali.


(39)

Dian Nawang Wulan P, 2015

PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM UPAYA MEREHABILITASI NARAPIDANA MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

BUKU DAN JURNAL

Alwi, Hasan,dkk. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: balai Pustaka. Atmasasmita, Romli. 1982. Kepenjaraan Dalam Suatu Bunga Rampai. Bandung :

Armico

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Bonger. 1982. Pengantar Tentang Kriminologi. Jakarta : Ghalia Indonesia

Danial, Endang. 2009. Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Pendidikan Indonesia

Darwis, Ranidar. 2003. Pendidikan Hukum Dalam Konteks Sosial Budaya Bagi Pembinaan Kesadaran Hukum Warga Negara (dalam pengukuhan guru besar tetap). Bandung : DEPDIKNAS UPI

Djahiri, Kosasih A. 2002. Pkn Sebagai Sistem Pembelajar Demokrasi Di Sekolah (dalam jurnal civicus vol 1 no. 2). Bandung : PKN FPIPS UPI

Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Kementrian Kehakiman RI. 1983. Sejarah Pemasyarakatan (Dari Kepenjaraan Ke Pemasyarakatan). Jakarta : Direktorat Jendral Pemasyarakatan, Kementrian Kehakiman RI

Hamzah, andi. 1983 Penghantar Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta : Ghalia Indonesia

Hamzah dan Rahayu. 1983. Suatu Tinjauan Ringkas Sistem Pemidanaan Di Indonesia. Jakarta : Akademika Pressindo

Harsono, C.I. 1995. Sistem Baru Pembinaan Narapidana. Jakarta : Djembatan Meleong, Lexy J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. PT. Remaja

Rosada Karya.

______________ (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. PT. Remaja Rosada Karya.

Miles, Metthew B and Huberman, A Michael. 2012. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia Press


(40)

Dian Nawang Wulan P, 2015

PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM UPAYA MEREHABILITASI NARAPIDANA MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Nasution. 2003. Metode Research. Jakarta : Bumi Aksara

Nurmalina, Komala dan Syaifullah. (2008). Memahami Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung : Laboratorium PKn

P.A.F, Lamintang. 1984. Hukum Panitenser Indonesia. Bandung : Armico

Paramarta, Y. Ambeg. 2014. Sistem Pemasyarakatan (Memulihkan Hubungan Hidup, Kehidupan dan Penghidupan). Jakarta : Lembaga Kajian Pemasyarakatan

Priyanto, Dwidja. 2006. Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara Di Indonesia. Bandung : Rafika Aditama

Rayyan, A. Upaya Panti Sosial Bina Wyata Dalam Mendidik Anak Asuh menjadi Warga Negara Yang Baik. Bandung : Jurusan PMPKN (tidak Di Terbitkan) Roeslan, Saleh. 1987. Sifat Melawan Hukum Dari Perbuatan Pidana. Jakarta :

Aksara Baru

Samosir, Djisman. 2012. Penologi dan Pemasyarakatan. Bandung : Nusa Aulia Soeparman, Herman. 2000. Narkoba Telah Merubah Rumah Kami Menjadi

Neraka. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional-Dirjen Dikti

Soetaprawiro, Koerniatmanto. 1994. Hukum Kewarganegaraan dan Keimigrasian Indonesia. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta. Sujanto, Adi. 2004. Sistem Pemasyarakatan Indonesia Membangun Manusia

Mandiri. Jakarta : Direktoral Jenderal Pemasyarakatan Departemen Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia

Sukardi. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Surakhmad, W. 1998. Pengantar Pendidikan Ilmiah : Dasar, Metode, Teknik. Bandung : Tarsito

_____________.2004. Pengantar Pendidikan Ilmiah : Dasar, Metode, Teknik. Bandung : Tarsito

Suparlan, YB. 1990. Kamus Istilah Pekerjaan Sosial. Yogyakarta : KANINUS Wuriyan, Sri dan Syaifullah. 2008. Ilmu Kewarganegaraan (Civics). Bandung:

Laboratorium Kewarganegaraan


(1)

136

Dian Nawang Wulan P, 2015

PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM UPAYA MEREHABILITASI NARAPIDANA MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mampu menerima mantan narapidana untuk melaksanakan fungsi dan peran sosialnya secara maksimal, tanpa adanya lagi pengucilan sehingga narapidana merasa bahwa dirinya bisa diterima kembali ke dalam masyarakat dan tidak mengulangi tindak kejahatannya.

B. SARAN

Berdasarkan simpulan penelitian yang diuraikan di atas, maka penulis mengajukan beberapa saran yang disampaikan kepada beberapa pihak melalui skripsi ini, yaitu sebagai berikut :

1. Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Bandung

a. Memperbanyak kerja sama antara Instansi Pemerintah/pihak-pihak di luar Lembaga Pemasyarakatan dalam rangka untuk melakukan pembinaan terhadap narapidana

b. Mempertahankan pihak-pihak yang telah membantu narapidana dalam proses pembinaan bukan saja Insidensil melaikan harus bersifat tetap atau seterusnya secara terjadwal, agar nantinya narapidana mampu menyerap secara optimal.

c. Melaksanakan suatu kegiatan dimana dalam proses pembinaannya harus dapat menampung aspirasi narapidana, atau apa yang menjadi keinginan narapidana dengan cara menempatkan kotak-kotak untuk kritik dan saran narapidana kepada petugas Lembaga Pemasyarakatan, agar terjalin komunikasi yang baik antara narapidana dan petugas hingga akhirnya akan tercipta suasana yang kondusif

d. Petugas diharapkan menyediakan ruang atau tempat yang cukup, untuk menampung narapidana dalam menjalani program-program pembinan yang diberikan kepada narapidana, agar seluruh narapidana mengikuti kegiata pembinaan yang diadakan oleh petugas Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Bandung

2. Polri diharapkan memberikan perhatian kepada Narapidana dengan cara mengadakan sosialisasi tentang hukum secara rutin minimal sebulan sekali agar Narapidana dapat paham tentang hukum sehingga kelak ketika telas


(2)

Dian Nawang Wulan P, 2015

PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM UPAYA MEREHABILITASI NARAPIDANA MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dibebaskan dari Lembaga Permasyarakatan Narapidana tidak akan mengulang kejahatan yang dilakukan

3. Kementrian Hukum dan HAM diharapkan memberi perhatian lebih khusus untuk memberi pembimbingan tentang hukum dan hak-hak serta kewajiban Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan serta memberikan kegiatan yang bisa membangkitkan semangat untuk maju dan berkembang ketika Narapidana telah keluar mampu mandiri dan berkelakun baik. Kegiatan diharapkan rutin dilakukan minimal sebulan dua kali.

4. Seluruh Dinas Pemerintahan terkait yang dengan Lembaga Pemasyarakatan Diharapkan menjalin kerjasama dalam mendidik dan membimbing warga binaan pemasyarakatan sehingga nantinya setelah keluar dari Lembaga Pemasyarakatan Narapidana tersebut tidak melakukan perbuatan yang melanggar hukum

5. Departemen Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan memberikan pengetahuan tentang Lembaga Pemasyarakatan kepada mahasiswa dengan cara melakukan praktikum ke Lembaga Pemasyarakatan

6. LSM atau LBH diharapkan Mempertahankan secara terus-menerus program yang telah diberikan kepada warga binaan pemasyarakatan agar dapat menjadi warga negara yang baik, serta Memberikan program-program baru sebagai sarana hiburan kepada warga binaan pemasyarakatan agar mereka tidak merasa bosan dan jenuh dalam mengikuti bimbingan

7. Mahasiswa khususnya Pendidikan Kewarganegraan Universitas Pendidikan Indonesia diharapkan memberikan kontribusi aktif untuk memberikan motivasi kepada narapidan di Lembaga Pemasyarakatan klas IIA Wanita agar narapidana merasa banyak yang peduli terhadap mereka

8. Masyarakat diharapkan menghilang pendangan buruk terhadap narapidana yang telah dibebaskan dari Lembaga Pemasyarakatan, serta mampu menerima dengan baik dan memperlakuan mantan narapidana dengan baik didalam lingkungan agar mantan narapidana merasa diterima oleh masyarakat dan


(3)

138

Dian Nawang Wulan P, 2015

PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM UPAYA MEREHABILITASI NARAPIDANA MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mantan narapidana tersebut tidak akan mengulangi atau melanggar hukum kembali.


(4)

Dian Nawang Wulan P, 2015

PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM UPAYA MEREHABILITASI NARAPIDANA MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

BUKU DAN JURNAL

Alwi, Hasan,dkk. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: balai Pustaka. Atmasasmita, Romli. 1982. Kepenjaraan Dalam Suatu Bunga Rampai. Bandung :

Armico

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Bonger. 1982. Pengantar Tentang Kriminologi. Jakarta : Ghalia Indonesia

Danial, Endang. 2009. Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Pendidikan Indonesia

Darwis, Ranidar. 2003. Pendidikan Hukum Dalam Konteks Sosial Budaya Bagi

Pembinaan Kesadaran Hukum Warga Negara (dalam pengukuhan guru

besar tetap). Bandung : DEPDIKNAS UPI

Djahiri, Kosasih A. 2002. Pkn Sebagai Sistem Pembelajar Demokrasi Di Sekolah (dalam jurnal civicus vol 1 no. 2). Bandung : PKN FPIPS UPI

Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Kementrian Kehakiman RI. 1983. Sejarah

Pemasyarakatan (Dari Kepenjaraan Ke Pemasyarakatan). Jakarta :

Direktorat Jendral Pemasyarakatan, Kementrian Kehakiman RI

Hamzah, andi. 1983 Penghantar Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta : Ghalia Indonesia

Hamzah dan Rahayu. 1983. Suatu Tinjauan Ringkas Sistem Pemidanaan Di

Indonesia. Jakarta : Akademika Pressindo

Harsono, C.I. 1995. Sistem Baru Pembinaan Narapidana. Jakarta : Djembatan Meleong, Lexy J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. PT. Remaja

Rosada Karya.

______________ (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. PT. Remaja Rosada Karya.

Miles, Metthew B and Huberman, A Michael. 2012. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia Press


(5)

142

Dian Nawang Wulan P, 2015

PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM UPAYA MEREHABILITASI NARAPIDANA MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Nasution. 2003. Metode Research. Jakarta : Bumi Aksara

Nurmalina, Komala dan Syaifullah. (2008). Memahami Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung : Laboratorium PKn

P.A.F, Lamintang. 1984. Hukum Panitenser Indonesia. Bandung : Armico

Paramarta, Y. Ambeg. 2014. Sistem Pemasyarakatan (Memulihkan Hubungan

Hidup, Kehidupan dan Penghidupan). Jakarta : Lembaga Kajian

Pemasyarakatan

Priyanto, Dwidja. 2006. Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara Di Indonesia. Bandung : Rafika Aditama

Rayyan, A. Upaya Panti Sosial Bina Wyata Dalam Mendidik Anak Asuh menjadi

Warga Negara Yang Baik. Bandung : Jurusan PMPKN (tidak Di Terbitkan)

Roeslan, Saleh. 1987. Sifat Melawan Hukum Dari Perbuatan Pidana. Jakarta : Aksara Baru

Samosir, Djisman. 2012. Penologi dan Pemasyarakatan. Bandung : Nusa Aulia Soeparman, Herman. 2000. Narkoba Telah Merubah Rumah Kami Menjadi

Neraka. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional-Dirjen Dikti

Soetaprawiro, Koerniatmanto. 1994. Hukum Kewarganegaraan dan Keimigrasian

Indonesia. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta. Sujanto, Adi. 2004. Sistem Pemasyarakatan Indonesia Membangun Manusia

Mandiri. Jakarta : Direktoral Jenderal Pemasyarakatan Departemen

Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia

Sukardi. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Surakhmad, W. 1998. Pengantar Pendidikan Ilmiah : Dasar, Metode, Teknik. Bandung : Tarsito

_____________.2004. Pengantar Pendidikan Ilmiah : Dasar, Metode, Teknik. Bandung : Tarsito

Suparlan, YB. 1990. Kamus Istilah Pekerjaan Sosial. Yogyakarta : KANINUS Wuriyan, Sri dan Syaifullah. 2008. Ilmu Kewarganegaraan (Civics). Bandung:

Laboratorium Kewarganegaraan Internet :


(6)

Dian Nawang Wulan P, 2015

PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM UPAYA MEREHABILITASI NARAPIDANA MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Winarno. 2012. Karakteristik Warga Negara Yang Baik (Pkn Progersif Vol. 7 No. 1) [online]. Tersedia: http:///www.eprints.uns.ac.id/1117/1/2235-5038-1-SM.pdf. [5 Desember 2014]

Peraturan Perundang-Undangan:

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesi Tahun 1945

Undang-Undang Republik Indonesia No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 31 Tahun 1999 Tentang Pembinaan

dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan

Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor : M.Hh-Ot.02.02 Tahun 2009 Tentang Cetak Biru Pembaharuan Pelaksanaan Sistem pemasyarakatan

Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.HH-05.0T.01.01 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Kehakiman Nomor M.01-PR.07.03 Tahun 1985 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemasyrakatan

Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Assessment Risiko Dan Assessment Kebutuhan Bagi Narapidana Dan Klien Pemasyarakatan

Keputusan Mentri Kehakiman Republik Indonesia No: M. 02-PK.04.10 Tahun 1990 tentang Pola Pembinaan Narapidana/Tahanan