PENERAPAN MODEL LEVELS OF INQUIRY BERBANTUAN TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMA PADA PEMBELAJARAN FISIKA.
PENERAPAN MODEL LEVELS OF INQUIRY BERBANTUAN TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMA PADA
PEMBELAJARAN FISIKA
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI
Oleh: HERMANSYAH
09055542
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
(2)
PENERAPAN MODEL LEVELS OF INQUIRY BERBANTUAN
TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR SISWA SMA PADA PEMBELAJARAN FISIKA
Oleh Hermansyah
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
©Hermansyah 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
Halaman Pengesahan Skripsi HERMANSYAH
PENERAPAN MODEL LEVELS OF INQUIRY BERBANTUAN TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMA PADA
PEMBELAJARAN FISIKA
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :
Pembimbing I
Drs. Purwanto, MA. NIP. 195708231984031001
Pembimbing II
Drs. Unang Purwana, M.Pd. NIP. 195711301981011001
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Fisika
Dr. Ida Kaniawati, M.Si NIP. 196807031992032001
(4)
iv
Hermansyah, 2014
Penerapan Model Levels Of Inquiry Berbantuan Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi MasalahPenelitian ... 8
C. Rumusan MasalahPenelitian ... 8
D. TujuanPenelitian ... 8
E. Manfaat Penelitian ... 9
F. Struktur Organisasi Skripsi ... 9
BAB IITINJAUAN PUSTAKA ... 10
1. Pembelajaran Inkuiri ... 10
2. Model Levels of Inquiry ... 11
1. Tahapan Levels of Inquiry ... 13
a. Discovery Learning ... 14
b. Interactive Demonstration ... 16
c. Inquiry Lesson ... 17
d. Inquiry Lab ... 19
e. Hypothetical Inquiry ... 21
2. Siklus Belajar Levels of Inquiry ... 23
3. Tutor Sebaya ... 24
1. Definisi Tutor Sebaya ... 24
(5)
v
Hermansyah, 2014
Penerapan Model Levels Of Inquiry Berbantuan Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Manfaat Tutor Sebaya ... 26
4. Model Pembelajaran Levels of Inquiry Berbantuan Tutor Sebaya ... 26
1. TahapanSiklus Model Levels of InquiryBerbantuan Tutor Sebaya ... 27
2. TahapanSiklus Model Levels of InquiryBerbantuan Tutor Sebaya ... 28
a. Discovery Learning Berbantuan Tutor Sebaya ... 28
b. Interactive DemonstrationBerbantuan Tutor Sebaya ... 28
c. Inquiry LessonBerbantuan Tutor Sebaya ... 29
d. Inquiry LabBerbantuan Tutor Sebaya ... 30
e. Hypothetical Inquiry Berbantuan Tutor Sebaya ... 30
5. Hasil Belajar ... 31
1. Ranah Kognitif ... 31
2. Ranah Afektif ... 32
3. Ranah Psikomotor ... 33
4. Hubungan Levels of InquiryBerbantuan Tutor Sebaya dengan Hasil Belajar Siswa ... 34
1. Model Levels of Inquiry Berbantuan Tutor Sebaya terhadap Hasil Belajar Aspek Kognitif ... 36
2. Model Levels of Inquiry Berbantuan Tutor Sebaya terhadap Hasil Belajar Aspek Afektif ... 38
3. Model Levels of Inquiry Berbantuan Tutor Sebaya terhadap Hasil Belajar Aspek Psikomotor ... 41
5. Kelebihan dan Kekurangan Model Levels of Inquiry Berbantuan Tutor Sebaya ... 42
6. Materi Suhu dan Kalor dengan Model Levels of Inquiry Berbantuan Tutor Sebaya ... 44
BAB III METODE PENELITIAN ... 58
A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian... 58
1. Lokasi Penelitian ... 58
2. Populasi Penelitian ... 58
(6)
vi
Hermansyah, 2014
Penerapan Model Levels Of Inquiry Berbantuan Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Desain Penelitian ... 58
C. MetodePenelitian ... 59
D. Definisi Operasional ... 59
E. Instrumen Penelitian ... 60
1. Teshasilbelajarranahkognitif ... 60
2. LembarObservasi ... 60
F. Proses Pengembangan Instrumen ... 61
1. Uji Validitas... 61
2. Uji Reliabilitas ... 62
3. Uji Daya Pembeda ... 63
4. Uji Tingkat Kemudahan ... 64
G. Prosedur Penelitian ... 65
1. TahapPersiapan ... 65
2. Tahap Perencanaan ... 65
3. Tahap Pelaksanaan ... 66
4. Tahap Akhir ... 66
H. Teknik Pengumpulan Data ... 67
1. Tes ... 67
a. Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif ... 67
2. Non-Tes ... 67
a. Hasil Belajar Siswa Ranah Afekstif dan Psikomotor ... 67
b. Keterlaksanaan model Levels of Inquiry berbantuan Tutor Sebaya... 67
I. Teknik Analisis Data ... 67
1. Analisis Tes Hasil Belajar Ranah Kognitif ... 67
2. Analisis Non-Tes a. Hasil Belajar Ranah Afektif dan Psikomotor ... 68
b. Keterlaksanaan model Levels of Inquiry berbantuan Tutor Sebaya ... 69
(7)
vii
Hermansyah, 2014
Penerapan Model Levels Of Inquiry Berbantuan Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN ... 70
A. Keterlaksanaan Model Levels of Inquiry Berbantuan Tutor Sebaya ... 70
1. Pemaparan Data ... 70
2. Pembahasan ... 71
B. Hasil Belajar Siswa dalam Ranah Kognitif ... 72
1. Pemaparan Data ... 72
2. Pembahasan ... 73
C. Hasil Belajar Siswa dalam Ranah Kognitif ... 75
1. Pemaparan Data ... 75
2. Pembahasan ... 76
D. Hasil Belajar Siswa dalam Ranah Kognitif ... 79
1. Pemaparan Data ... 79
2. Pembahasan ... 80
BAB VKESIMPULAN ... 83
A. Kesimpulan ... 83
B. Saran ... 84
DAFTAR PUSTAKA ... 85
LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR TABEL Tabel 2. 1 Levels of Inquiry ... 12
Tabel 2. 2 Tujuan Pedagogik Tahapan Levels of Inquiry ... 14
Tabel 2. 3 Langkah-langkah Discovery Learning ... 15
Tabel 2. 4 Langkah-langkahInteractive Demonstration ... 16
Tabel 2. 5 Langkah-langkahInquiry Lesson ... 18
Tabel 2. 6 Langkah-langkah Inquiry Lab ... 19
Tabel 2. 7 Tipe Inquiry Lab ... 20
Tabel 2. 8 Tiga tipe Inquiry Lab ... 21
Tabel 2. 9 Langkah-langkah Discovery LearningBerbantuan Tutor Sebaya ... 28
Tabel 2.10 Langkah-langkah Interactive Demonstration Berbantuan Tutor Sebaya ... 28
(8)
viii
Hermansyah, 2014
Penerapan Model Levels Of Inquiry Berbantuan Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 2.12 Langkah-langkah Inquiry LabBerbantuan Tutor Sebaya ... 30
Tabel 2.13 Hubungan Kegiatan Pembelajaran dengan model Levels of InquiryBerbantuan Tutor Sebaya terhadap Hasil Belajar Siswa ... 35
Tabel 2.14Kelebihan dan Kekurangan model Levels of Inquiry Berbantuan Tutor Sebaya ... 42
Tabel 2.15 Hubungan Materi Suhu dan Kalor dengan Levels of Inquiry ... 45
Tabel 3. 1 Klasifikasi Validitas Butir Soal ... 62
Tabel 3. 2 Klasifikasi Reabilitas Soal ... 63
Tabel 3. 3 Klasifikasi Nilai Daya Pembeda ... 64
Tabel 3. 4 Klasifikasi Tingkat Kemudahan Soal ... 64
Tabel 3. 5 Kriteria Skor Gain Yang dinormalisasi ... 68
Tabel 3. 6 Kategori Tafsiran Indeks Prestasi Kelompok ... 68
Tabel 3. 7 Interpretasi Pelaksanaan Pembelajaran ... 70
DAFTAR GAMBAR Gambar 2. 1 Lima Tahapan Siklus Belajar Levels of Inquiry ... 23
Gambar 2. 2 Lima Tahapan Siklus Belajar Levels of InquiryBerbantuan Tutor Sebaya ... 27
Gambar 2. 3 Skala Termometer ... 46
Gambar 2. 4 Grafik V-T ... 51
Gambar 2. 5 Grafik Q-T ... 56
Gambar 3. 1 Pola one group pretest-posttest design ... 58
Gambar 3. 2Tahapan Penelitian ... 66
Gambar 4. 1 Diagram Keterlaksanaan PembelajaranModel Levels Of InquiryBerbantuan Tutor Sebaya... 70
Gambar 4. 2 Diagram perkembangan indikator hasil belajar pada Aspek Kognitif ... 72
Gambar 4. 3 Diagram perkembangan indikator hasil belajar pada AspekAfektif .... ... 75
Gambar 4. 4 Diagram perkembangan indikator hasil belajar pada Aspek Psikomotor ... 79
(9)
ix
Hermansyah, 2014
Penerapan Model Levels Of Inquiry Berbantuan Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A. PERANGKAT PEMBELAJARAN
A.1 RencanaPelaksanaanPembelajaran(RPP) A.2 Skenario Pembelajaran
A.3Lembar Kerja Siswa (LKS)
LAMPIRAN B.INSTRUMEN PENELITIAN
B.1 LembarObservasiHasilBelajarRanahAfektif B.2 LembarJudgementHasilBelajarRanahAfektif B.3 LembarObservasiHasilBelajarRanahPsikomotor B.4 LembarJudgementHasilBelajarRanahPsikomotor B.5 Kisi-kisiSoalHasilBelajarRanahKognitif
B.6 SoalTesHasilBelajarRanahKognitif
B.7 LembarJudgementHasilBelajarRanahKognitif
B.8 LembarObservasiKeterlaksanaanPembelajaran Levels of Inquiry
LAMPIRAN C. ANALISIS DAN HASIL PENGOLAHAN DATA
C.1 HasilAnalisisUjiCobaInstrumen
C.2 RekapitulasiHasilAnalisisUjiCobaInstrumen
C.3 HasilPengolahanLembarObservasiHasilBelajarRanahAfektif C.4 HasilPengolahanLembarObservasiHasilBelajarRanahPsikomotor C.5 HasilPengolahanLembarObservasiHasilBelajarRanahKognitif
LAMPIRAN D. DOKUMENTASI
D.1 TabelNilai-Nilai r Product Moment
D.2 TabelSkor Gain danKeterlaksanaanPembelajaran D.3 DokumentasiHasilPenelitian
D.4 DaftarKegiatanBimbingan Individual D.5 Persuratan
D.6Riwayat Hidup
D.7Format Observasi Wawancara Dan Angket D.8 Tabel Hasil Penelitian
(10)
i Hermansyah, 2014
Penerapan Model Levels Of Inquiry Berbantuan Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penerapan Model Levels of InquiryBerbantuan Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Fisika
Abstrak
Pembelajaran Fisika di sekolah pada umumnya belum melatihkan kemampuan berinkuiri sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar fisika siswa. Oleh karenanya dilakukan penelitian menggunakan Model Levels of Inquiry Berbantuan Tutor Sebaya dengan desain One Group Pretest-Posttest Design. Sampel penelitian terdiri dari 39 siswa kelas X IPA. Pengambilan data melalui soal tes dan lembar observasi. Nilai gain yang dinormalisasi rata-rata hasil belajar aspek kognitif diperoleh sebesar 0,54 dengan kategori sedang. Hasil belajar siswa pada ranah afektif didapatkan keterampilan siswa rata-rata. Pada tingkatan menerima (A1) memiliki persentase IPK 95% termasuk dalam kategori sangat terampil. Pada tingkatan merespon (A2) memiliki persentase IPK 90% termasuk dalam kategori sangat terampil. Padatingkatan menilai (A3) memiliki persentase IPK 88% termasuk dalam kategori terampil. Pada tingkatan mengorganisasi (A4) memiliki persentase IPK 81% termasuk dalam kategori terampil. Pada tingkatan mengkarakterisasi (A5) memiliki persentase IPK 84% termasuk dalam kategori terampil.Pada ranah psikomotordidapatkan keterampilan siswa rata-rata pada tingkatan memanipulasi (P2) memiliki persentase IPK 90% termasuk dalam kategori sangat terampil. Pada tingkatan mempresisi (P3) memiliki persentase IPK 91% termasuk dalam kategori sangat terampil. Padatingkatan mengartikulasi (P4) memiliki persentase IPK 90% termasuk dalam kategori terampil. Pada tingkatan menaturalisasi (P5) memiliki persentase IPK 75% termasuk dalam kategori terampil.
Kata kunci: Model Levels of Inquiry Berbantuan Tutor Sebaya, Hasil Belajar.
Implementation Levels of Inquiry Model Assisted Peer Tutor To Improve Student Study Results In Physics Education
Physics learning at school as a general rule haven’t yet to exercise inquiry skills of studentsoit gives affect to physics student’s achievement. Therefore the researchbe done using Levels of Inquiry Model with Peer Tutor and quasi experimental and One group Pretest and Posttest Design. Researchsampels consist of 39 students in X Science class. The data collected with questions test and observation sheet. The average gain score have been normalized of student’s achievement in cognitive domain is 0,54 in medium category. The student’s achievement in affective domain was gotten average student skill. In receive level (A1) have IPK percentage 95% include to very skilled category. In respond level (A2) have IPK percentage 90% include to very skilled category.In value level
(11)
ii Hermansyah, 2014
Penerapan Model Levels Of Inquiry Berbantuan Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(A3) have IPK percentage 88% include to skilled category.In organization level (A4) have IPK percentage 81% include to skilled category.In characterization level (A5) have IPK percentage 95% include to skilled category. The student’s achievement in psicomotor domain was gotten average student skill. In manipulation level (P2) have IPK percentage 90% include to very skilled category. In precision level (P3) have IPK percentage 91% include to very skilled category.In articulation level (P4) have IPK percentage 90% include to very skilled category.In organization level (P5) have IPK percentage 75% include to skilled category.
(12)
1
Hermansyah, 2014
Penerapan Model Levels Of Inquiry Berbantuan Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mata pelajaran fisika merupakan salah satu cabang mata pelajaran IPAyang diselenggarakan sebagai sarana atau wahana untuk melatih siswa agar dapat menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai kemampuan mengembangkan pengetahuan dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta bekal untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu, siswa diharapkan dapat memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain. Selain siswa dapat menguasai konsep dan prinsip fisika serta memupuk sikap ilmiah, siswa juga diharapkan dapat mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis (Permendiknas, 2006). Tujuan di atas menekankan pada kompetensi ranah sikap, keterampilan kognitif, keterampilan psikomotorik, dan pengetahuan seperti yang dijelaskan dalam karakteristik kurikulum berbasis kompetensi kurikulum 2013 poin keempat dalam dokumen kurikulum 2013 (Depdikbud, 2012)
Siswa dalam upaya menguasai konsep fisika, menumbuhkan sikap ilmiah, dan mengembangkan pengalamannya dapat diaktualisasikan dalam kegiatan ilmiah yaitu melakukan kegiatan inkuiri ilmiah. Sebagaimana Depdiknas (2007) yang menyatakan bahwa pembelajaran IPA/sains sebaiknya dilakukan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek kecakapan hidup. Upaya ini harus menekankan pembelajaran yang berpusat pada
(13)
2
Hermansyah, 2014
Penerapan Model Levels Of Inquiry Berbantuan Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
siswa, guru hanya berperan sebagai mediator, fasilitator, dan motivator, sedangkan siswa diharapkan lebih aktif dalam pembelajaran, yaitu tidak diberitahu melainkan mencari tahu.
Dari paparan di atas, mata pelajaran fisika diselenggarakan agar siswa bisa lebih aktif dalam melatih keterampilan ranah kognitif, afektif, dan psikomotornya dengan cara mengaktualisasikannya melalui kegiatan inkuiri ilmiah berupa kegiatan eksperimen. Untuk mengetahui keterlaksanaan keterampilanyang harus dilatihkan tersebut pada pembelajaran fisika disekolah, dilakukan studi pendahuluan di salah satu SMA Negeri yang ada di kota Bandung. Observasi pertama dilakukan pada tanggal 18-22 November 2013 dan observasi kedua tanggal 12-14 Februari 2014. Dalam studi pendahuluan ini peneliti menyebarkan angket kepada 70 siswa, melakukan wawancara dengan guru fisika dan melakukan observasi kelas di sekolah tersebut. Instrumen-instrumen yang digunakan dalam studi pendahuluan tersebut dapat dilihat dalam lampiran D7. Dari studi pendahuluan ini diperoleh data tentang respons siswa terkait mata pelajaran fisika, pencapaian hasil belajar siswa, permasalahan-permasalahan terkait pembelajaran fisika, dan kondisi pembelajaran fisika di kelas. Pada observasi pertama peneliti melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran fisika dan melihat hasil ulangan harian siswa. Dari hasil wawancara dengan guru mengenai pelaksanaan pembelajaran fisika di kelas diantaranya adalah penyampaian pembelajaran masih bersifat informatif atau siswa hanya menerima informasi dari guru tanpa memahaminya lebih lanjut. Pembelajaran yang bersifat informatif ini biasanya disampaikan melalui metode ceramah sehingga siswa tidak terlalu aktif dalam berinteraksi dengan guru, sehingga pembelajaran yang diharapkan siswa lebih aktif seperti yang tertuang dalam kurikulum 2013 belum berjalan sebagaimana mestinya.
Selain penyampaian pembelajaran yang bersifat informatif, upaya untuk menumbuhkan sikap ilmiah siswa belum dilakukan sebagaimana mestinya di sekolah, ini dikarenakan belum dilatihkannya sikap ilmiah kepada siswa, terlihat
(14)
3
Hermansyah, 2014
Penerapan Model Levels Of Inquiry Berbantuan Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
belum terlaksananya kegiatan eksperimen di sekolah. Belum terlaksananya kegiatan inkuiri ilmiah atau kegiatan eksperimen ini akan sulit untuk melatihkan keterampilan afektif dan psikomotor. Hal ini dikarenakan kegiatan praktikum merupakan strategi yang direkomendasikan untuk pengajaran sains, karena kegiatan praktikum mencakup pada pemecahan masalah, pengajaran berbasis penyelidikan, kegiatan berbasis laboratorium dan pengajaran berbasis proyek.
Selain wawancara, pada observasi pertama ini peneliti juga melihat pencapaian ranah kognitif dari hasil ulangan harian dan sebaran angket ke siswa, kemampuan kognitif siswa jika dilihat dari nilai ulangan harian siswa rata-rata masih di bawah 60 atau masih dibawah KKM yaitu di bawah nilai 70.Rendahnya nilai ulangan harian ini juga juga diperkuat dengan angket yang menyatakan 53% dari 70 siswa masih kurang dalam memahami materi fisika dan 69% dari 70 siswa menyatakan belum mampu menerapkan materi fisika dalam kehidupan sehari-hari.
Pada observasi kedua, peneliti melakukan pengamatan langsung untuk mengetahui apakah aspek yang harus dilatihkan dalam mata pelajaran fisika sudah terlaksana sebagaimana mestinya dalam pembelajaran.Aspekyang dilatihkan ini berdasarkan pada tujuan diselenggarakannya mata pelajaran fisika yang bersesuaian dengan tujuan yang dicanangkan oleh Benjamin S. Bloom (1956) dan David Krathwohl (1964) (dalam Anderson, 2001)yaitu memiliki tiga kemampuan (kompetensi) diantaranyaranah kognitif, afektif, dan psikomotor.Pada observasi kedua, peneliti mengamati ranah afektif dan psikomotor. Dari banyak level yang dilatihkan pada ranah afektif dan psikomotor, hanya beberapa level saja yang terlaksana, ada beberapa level yang tidak dilatihkan kepada siswa, terlihat pada saat pengamatan di lapangan yaitu pada saat kegiatan praktikum. Dari 5 level yang harus dilatihkan kepada siswa hanya 1 dari 5 level saja siswa sudah terampil melakukannya.
Level yang diamati dalam ranah afektif adalah yang mencakup level
(15)
4
Hermansyah, 2014
Penerapan Model Levels Of Inquiry Berbantuan Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pengamatan terlihat pada saat guru menyampaikan petunjuk ke setiap kelompok praktikum tidak semua memperhatikan dan mendengarkan apa yang disampaikan guru. Pada saat presentasi untuk melaporkan hasil percobaan, siswa kurang memperhatikan dengan seksama apa yang disampaikan oleh temannya yang sedang presentasi sehingga berpengaruh pada level selanjutnya yaitu level merespons (bertanya, menjawab, dan menanggapi), dikarenakan tidak memperhatikan presentasi kelompok lain. Pada saat bertanya pun kelompok yang presentasi agak sulit memahami pertanyaannya sehingga jawaban yang diberikan pun kurang sesuai dengan apayang ditanyakan, sehingga suasana kelas menjadi ribut karena saling menanggapi satu sama lain, yang bertanya dan menjawab terlihat adalah orang yang sama. Siswa yang bukan presentasi tidak terlihat ada yang menulis atau merangkum kembali hasil presentasi kelompok lain. Sehingga level menerima ini tidak terlaksana seperti yang diharapkan.
Pada level menilai (kerjasama, kejujuran, dan bertanggung jawab) terlihat pada saat praktikum adalah belum jelasnya pembagian tugas sehingga nilai kerjasamanya masih kurang.Beberapa siswa terlihat tidak serius melakukan percobaan sehingga nilai tanggung jawabnya masih terlihat kurang. Sehingga level nilai ini tidak terlaksana seperti yang diharapkan.
Pada level mengorganisasi (membagi tugas, melaporkan, dan menyimpulkan) dari hasil pengamatan belum terlihatnya pemberian tugas yang jelas, sehingga beberapa siswa di salah satu kelompok terlihat tidak beraktivitas, ada yang menulis saja, berebutan melakukan percobaan dan sebagainya. Pada saat pelaporan dan presentasi di depan kelas, beberapa kelompok belum mampu meyimpulkan hasil percobaan dengan baik terlihat pada tujuan dan kesimpulan hasil percobaan yang belum sesuai.
Pada levelmengkarakterisasi yang merupakan perbuatan yang konsisten dilakukan yang menjadi ciri-ciri pelakunya diantaranya terbuka dan hati-hati. Kebanyakan siswa hati-hati dalam bekerja hanya saja masih belum terbuka dalam
(16)
5
Hermansyah, 2014
Penerapan Model Levels Of Inquiry Berbantuan Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menyampaikan sesuatu. Sehingga level mengkarakterisasi ini tidak terlaksana seperti yang diharapkan.
Dalam ranah psikomotor, keterampilan di beberapa levelyang terlihat pada saat observasi diantaranya adalah siswa belum terampil melakukannya.Dari limalevel yang dilatihkan hanya satu level yang siswa terampil melakukannya. Level yang siswa terampil melakukannya dalam ranah psikomotor ini adalah level peniruan, manipulasi, ketepatan, artikulasi, dan pengalamiahan. Pada level peniruan, siswa belum sepenuhnya mampu meniru menggunakan alat percobaan, sehingga ada beberapa alat yang belum tepat penggunaannya contohnya pada kelompok yang praktikum tekanan hidrostatis siswa menutupi lubang tabung untuk melihat pancaran air tiap lubang menggunakan double tip yang menempel kuat seharusnya menggunakan solatip yang tidak menempel kuat, ini juga menyangkut pada tahap artikulasi siswa yang kurang dalam menggunakan alat sesuai ketentuannya dan tidak diberikannya langkah-langkah percobaan, siswa disuruh membuat langkah-langkah percobaannya masing-masing, sedangkan setiap kelompok memiliki percobaan yang berbeda-beda, ada yang mudah dan ada juga yang sedikit sukar. Pada level ketepatan, beberapa kelompok ada yang salah dalam menggunakan satuan.Pada level artikulasi, terlihat pada hasil percobaan siswa yang belum ditulis dengan rapih. Sedangkan pada level pengalamiahan atau gerakan yang dilakukan secara rutin tanpa harus memikirkan terlebih dahulu diantaranya merapihkan, membersihkan, meletakkan, menyimpan, mengambil, pada tahap ini terlihat siswa sudah biasa melakukannya pada saat praktikum, hanya sebagian siswa saja yang tidak melakukannya dengan baik dan benar.
Selain itu, pada saat observasi kedua peneliti mengamati beberapa siswa didalam kelompok diskusi yang aktif, terlihat siswa yang aktif ini masih kurang berbobot dalam menjawab, dan menanggapi pertanyaan diskusi.Sedangkan siswa yang memiliki kemampuan lebih masih terlihat tertutup dan kurang berbagi dengan siswa yang lainnya.Siswa yang memiliki kemampuan lebih ini diharapkan natinya dapat dibimbing, dan dijadikan tutor sebaya di kelompoknya sehingga
(17)
6
Hermansyah, 2014
Penerapan Model Levels Of Inquiry Berbantuan Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dapat memberikan arahan kepada teman-teman di kelompoknya. Selain itu juga level karakteristik (keterbukaan) pada siswa bisa dimaksimalkan, siswa yang berkemampuan lebih akan lebih terbuka dan yakin membantu membimbing teman-temannya setelah diberi arahan oleh guru.
Dari observasi yang terlihat di lapangan, banyak sekali level-level yang dilatihkan kepada siswa di tiap ranah hasil belajar yang tidak terlaksana sepenuhnya, hanya beberapa level saja yang terlihat masih rendah seperti yang terlihat pada observasi yang kedua. Level-levelyang dimaksud adalah tiga kemampuan (kompetensi) yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Selain banyaknya level yang belum dilatihkan, masih jarangnya guru menggunakan model pembelajaran yang tepat, sehingga pembelajaran yang bersifat informatif pun masih sering dilakukan pada setiap pembelajaran. Tidak terlaksananya beberapa level yang dilatihkan pada ranah hasil belajardan kurangnya guru melatihkan keterampilan ranah afektif dan psikomotor serta rata-rata nilai ulangan harian siswa yang masih di bawah 60 sehingga menunjukkan hasil belajar siswa masih rendah.
Untuk melatihkan level-levelpada ranah hasil belajar ini dapat dilatihkan dengan kegiatan inkuiri. Inkuiri merupakan komponen paling dasar bagi guru sains untuk melatihkan level tersebut kepada siswa. Inkuiri yang dilakukan oleh siswa ini didefinisikan oleh National Science Education Standards (NAS, 1995, hlm. 23) (dalam Wenning, 2005, hlm. 3) sebagai aktivitas siswa dalam mengembangkan pengetahuan dan pemahaman tentang ide ilmiah sama dengan pemahaman bagaimana ilmuwan belajar alam dunia. Seorang guru Fisika harus mempunyai pemahaman sifat dasar hirarkis dan hubungan dari jenis kebiasaan pedagogis dan proses-proses inkuiri yang komprehensif jika mereka mengajarkanFisikasecara efektif menggunakan inkuiri (Wenning, 2005, hlm. 4). Pemahaman tentang pengajaran inkuiri yang kurang mendalam akan menjadi kendala bagi guru Fisika pada saat mengajar dengan menggunakan pendekatan yang terbaru atau berubah menyesuaikan dengan sistem pendidikan Fisika yang
(18)
7
Hermansyah, 2014
Penerapan Model Levels Of Inquiry Berbantuan Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dipakai sekarang ini (Wenning, 2011, hlm. 8). Agar pengajaran inkuiri ini dapat dipahami dan dilaksanakan dengan mudah serta sejalan dengan sistem pendidikan Fisika sekarang ini, peneliti pendidikan mengembangkan model bersifat instruksional untuk membantu para praktisi memahami pentingnya dari dan hubungan antara aktivitas yang berhubungan dengan pengajaran (Wenning, 2011, hlm. 9). Model pengajaran inkuiri dikembangkan oleh Carl J. Wenning menjadi
Levels of Inquiry yang menjelaskan secara lengkap urutan pembelajaran yang
berkaitan (Wenning, 2005a, 2011, hlm. 9). Pengajaran inkuiri pada Levels of
Inquiry dibagi secara hirarki menjadi beberapa level, dimulai level terendah
hingga ke yang tertinggi, setiap levelnya memiliki tahapan-tahapan yang akan mempermudah guru dalam mengajarkan Fisika secara efektif menggunakan inkuiri.
Dengan demikian untuk mempermudah melatihkan level pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor kepada siswa melalui kegiatan inkuiri, peneliti menggunakan Levels of Inquiry untuk mengajarkan materi fisika pada penelitian ini. Di tiap levelnya terdapat tahapan-tahapan yang akan mempermudah untuk melatihkan level-level di ketiga ranah tersebut. Selain itu, siswa yang memiliki kemampuan lebih yang cenderung tertutup dan kurang berbagi dengan siswa lain tentunya dapat dibimbing agar bisa lebih terbuka dan berbagi dengan siswa lain sehingga bisa dijadikan tutor di dalam kelompok. Sebagaimana menurut Benard (1990), tutor adalah seorang siswa yang berkompeten dengan diberikan pelatihan minimal dan bimbingan guru, membantu satu atau lebih siswa ditingkat kelas yang sama dalam belajar mengenai keterampilan atau konsep. Proses pemilihan tutor ini dimulai dari menyeleksi tutor berdasarkan prestasi belajar, sikap, dan karakter siswa yang mudah untuk diarahkan dan mengarahkan, memberikan pelatihan dan bimbingan, dan mengevaluasi kegiatan yang sudah dilakukan oleh tutor. Yang akan dijadikan tutor ini adalah teman sebayanya agar bisa efektif berinteraksi dalam kelompoknya seperti di beberapa studi penelitian mengenai tutor sebaya yang telah dilakukan oleh DePaulo dkk(dalam Gertner dan Riessman,
(19)
8
Hermansyah, 2014
Penerapan Model Levels Of Inquiry Berbantuan Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1993; Tim Penyelenggara Tutorial UPI, 2009) menyebutkan bahwa keefektifan dapat terjadi dengan adanya kesamaan usia dan tingkat prestasi dari tutor dan tutee (siswa yang bukan tutor).Sehingga siswa yang dijadikan tutor sebaya ini bisa berbagi dan mengarahkan siswa yang lainnya di dalam kelompok diskusi. Dengan demikian, untuk mengefektifkan siswa yang memiliki kemampuan lebih dalam melakukan kegiatan inkuiri dengan siswa lain, peneliti mencoba memasukkan peran tutor sebaya kedalam model Levels of Inquiry. Model ini kemudian dinamakan dengan model Levels of Inquiryberbantuan tutor sebaya. Dengan adanya model ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang masih rendah.
Dari uraian di atas, maka penelitian ini diberi judul “Penerapan Model Levels of InquiryBerbantuan Tutor Sebaya Untuk MeningkatkanHasil Belajar Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika.”
B. Identifikasi Masalah
Masalah yang diidentifikasi pada penelitian ini adalah pembelajaran yang masih bersifat informatif, nilai ulangan siswa yang masih rendah, dan belum dilatihkannya beberapa level pada ranah afektif dan psikomotor dalam pembelajaran. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah hasil belajar pada penelitian meliputi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor.kognitif merujuk pada taksonomi Bloom revisi oleh Anderson (2001)yaitu level mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3), dan menganalisis (C4). Penelitian ini hanya dibatasi sampai C4 disesuaikan dengan Standar Kompetensi (SK) yaitu menganalisis.Pada ranah afektif diantaranyalevelmenerima (A1), merespon (A2), menilai (A3), mengorganisasi (A4), mengkarakterisasi (A5).Level padaranah psikomotor diantaranya levelmemanipulasi (P2), mempresisi (P3), mengartikulasi (P4),danmenaturalisasi (P5).
(20)
9
Hermansyah, 2014
Penerapan Model Levels Of Inquiry Berbantuan Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka rumusan masalah penelitian adalah “Bagaimanakah penerapan model Levels of Inquiryberbantuan tutor sebaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran fisika?” dengan pertanyaan penelitian:
1. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa kelas X IPA dalam ranah kognitif setelah diterapkan model Levels of Inquiryberbantuan tutor sebaya? 2. Bagaimanakah profil hasil belajar siswa kelas X IPA dalam ranah afektif
setelah diterapkan model Levels of Inquiryberbantuan tutor sebaya?
3. Bagaimanakah profil hasil belajar siswa kelas X IPA dalam ranah untuk psikomotor setelah diterapkan model Levels of Inquiryberbantuan tutor sebaya?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentangpeningkatan hasil belajar siswa pada ranah kognitif, dan profil hasil belajar siswa pada ranah afektif, dan psikomotor kelas X IPA setelah diberikan model Levels of Inquiryberbantuan tutor sebaya.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian model Levels of Inquiryberbantuan tutor sebayaini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap perbaikan kualitas pembelajaran. 2. Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan positif dan menjadi
alternatif model pembelajaran fisika sehingga mampu meningkatkan kualitas pembelajaran.
F. Struktur Organisasi
Adapun rincian tentang urutan penulisan dari setiap bab sebagai berikut. 1. Bab I: Pendahuluan
(21)
10
Hermansyah, 2014
Penerapan Model Levels Of Inquiry Berbantuan Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bab I berisi uraian tentang pendahuluan yang merupakan bagian awal dari skripsi berisi latar belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi.
2. Bab II:Kajian Pustaka.
Bab II meupakan kajian pustaka yang berisi teori yang sedang dikaji diantaranya adalah pembelajaran inkuiri, Levels of Inquiryyang terdiri dari Tahapan dalam modelLevels of Inquirydansiklus belajar Levels of Inquiry. Selain itu terdapat teori tentangtutor sebaya, modelLevels of Inquiry berbantuan tutor sebaya yang terdiri dari tahapan dalam Levels of
Inquiryberbantuan tutor sebaya, hasil belajar, hubungan Levels Of
Inquiryberbantuan tutor sebaya dengan hasil belajar siswa, dan kelebihan dan kekurangan Levels of Inquiry berbantuan tutor sebaya.
3. Bab III: Metode Penelitian
Bab III berisi penjabaran yang rinci mengenai model penelitian, termasuk beberapa komponen lainnya yaitu lokasi, populasi, dan sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, dan analisis data. 4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab IV terdiri atas dua hal utama yaitu analisis data dan pembahasan data. 5. Bab V Kesimpulan dan Saran
(22)
1
Hermansyah, 2014
Penerapan Model Levels Of Inquiry Berbantuan Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian
1. Lokasi
Lokasi penelitian yang dipilih adalah salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Kota Bandung.
2. Populasi
Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas X di salah satu SMANegeri di Bandung.
3. Sampel
Sampel penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu berdasarkan tujuan tertentu.Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel salah satu kelas yang memiliki rata-rata nilai ulangan harian yang hampir sama dengan kelas lainnya untuk diteliti bagaimana hasil belajar siswa setelah diterapkan Levels of Inquiryberbantuan Tutor Sebaya.Sampel yang digunakan adalah kelas X IPA 2 dikarenakan selain memiliki rata-rata nilai ulangan harian yang hampir sama dengan kelas lainnya, juga dikarenakan memiliki keterwakilan sifat dan karakteristik yang sama dengan semua kelas X. Informasi tentang sampel ini didapatkan dari guru pada saat melakukan observasi pertama.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian one group pretest-posttest. Dalam desain ini dilakukan tes sebanyak dua kali sebelum treatment dan sesudah treatment. Tes yang dilakukan sebelum treatment (O1) disebut pre-test, dan tes yang dilakukan sesudah
treatment(O2) disebut post-test.Perbedaan antara O1 dan O2, yakni O2-O1,
diasumsikan merupakan efek dari treatment atau eksperimen.
O1 X O2
Pretes t
(23)
2
Hermansyah, 2014
Penerapan Model Levels Of Inquiry Berbantuan Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.1. Pola one group pretest-posttest design
Gambar3.1 merupakan desain penelitian berupa one group pretest-posttest designkarena di dalam penelitian yang menjadi subjek penelitian hanya kelas eksperimen saja tanpa ada kelas kontrol atau kelas pembanding sehingga hasil penelitian hanya melihat peningkatan yang dialami oleh kelas eksperimen sebelum dan sesudah diberi treatment atau perlakuan.
C. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan merupakan metode quasi experiment.
D. Definisi Operasional
1. Model Levels of Inquiry Berbantuan Tutor Sebaya
Model Levels of Inquiry berbantuan tutor sebaya adalah model pengajaran yang melibatkan seluruh kemampuan siswa dalam menemukan sesuatu dengan dibantu oleh siswa yang memiliki kemampuan lebih pada setiap levelnya menjadi tutor sebaya di setiap kelompoknya. Level-levelpada model Levels of Inquiry berbantuan tutor sebaya adalah levelDiscovery Learning, Interactive
Demonstration, Inquiry Lesson, Inquiry Lab dan Hypothetical Inquiryyang
berbantuan tutor sebaya. Siswa yang berkemampuan lebih dijadikan tutor sebaya untuk membantu guru dalam mengontrol kegiatan inkuiri di setiap kelompoknya.
Keterlaksanaan modelLevels of Inquiry berbantuan tutor sebaya diukur melalui lembar observasi. Keterlaksanaan model dilihat menggunakan lembar observasi dengan teknikchecklist jawaban ya atau tidak. Keterlaksanaan dilihat dari persentase keterlaksanaan untuk setiap level setiap pertemuan.
2. Hasil belajar
Hasil belajar menurut Sudjana (2009) adalah keterampilan-keterampilan yang dimiliki siswa setelah siswa menerima pengalaman belajarnya. Bloom (dalam Munaf, 2001) mengklasifikasikan hasil belajar kedalam tiga ranah yaitu:
(24)
3
Hermansyah, 2014
Penerapan Model Levels Of Inquiry Berbantuan Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective domain), dan ranah psikomotor (psychomotor domain).
Pada ranah kognitif, pencapaian hasil belajarnya dapat dilihat dari rata-rata gain yang dinormalisasi setiap pertemuannya dan diklasifikasikan berdasarkan kriteria skor gain yang dinormalisasi yang dibuat oleh Hake (1998). Pada ranah afektif dan ranah psikomotor diukur dengan menggunakan lembar observasi. Dengan menggunakan teknis checklist dan mengkonversi data kualitatif berupa hasil observasi ke dalam bentuk penskoran kuantitatif. Skor yang diperoleh siswa pada ranah afektif dan psikomotor kemudian dihitung Persentase Indeks Prestasi Kelompoknya. Persentase IPK berupa persentase dengan rentang 0 – 100% lalu diklasifikasikan berdasarkan kriteria dengan rentang kategori dari sangat tidak terampil sampai sangat terampil.
E. Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, penelitian menggunakan dua teknik pengumpulan data:
1. Tes hasil belajar ranah kognitif
Tes digunakan sebagai metode untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa kelas X SMAN salah satu SMAN di Bandung, berupa soal-soal yang sesuai dengan materi tentang Suhu dan Kalor. Tes ini terbagi dua macam yaitu pre test dan post test. Adapun pre test adalah tes yang diberikan kepada siswa mengenai bahan yang diajarkan kepadanya sebelum kegiatan belajar mengajar (Suryosubroto, 1997: 161). Pre test diberikan kepada siswa bertujuan untuk melihat tingkat penguasaan materi khususnya pada materi tentang energi dan usaha, post test adalah tes yang diberikan kepada siswa setelah proses belajar selesai (Suryasubroto, 1997:161) post test bertujuan untuk melihat hasil belajar siswa setelah diberikan treatmen atau perlakuan. Tes berupa tes soal pelihan ganda.
(25)
4
Hermansyah, 2014
Penerapan Model Levels Of Inquiry Berbantuan Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Lembar observasi dapat dilihat dari aktivitas siswa di kelas. Observasi dilakukan mencakup keterlaksanaan pembelajaran model Levels of Inquiry berbantuan Tutor Sebaya, lembar observasi ranah afektif dan ranah psikomotor.
a. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Model Levels of Inquiry berbantuan Tutor Sebaya
Lembar observasi keterlaksanaan dengan menggunakan teknik ceklis. Tanda ceklis diberikan untuk kegiatan pembelajaran yang terlaksana dan untuk kegiatan pembelajaran yang tidak terlaksana tidak diberi tanda ceklis. Lembar observasi keterlaksanaan dinilai oleh observer. Lembar observasi keterlaksanaan dipersentasekan untuk setiap level pada modelLevels of Inquiry berbantuan Tutor Sebaya.
b. Lembar Observasi Hasil Belajar Afektif
Lembar observasi hasil belajar afektif digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada ranah afektif (sikap). Ranah afektif yang diukur adalah
Receiving (Penerimaan), Responding (Pemberian Respon), Valuing
(Penilaian), Organizing (Pengorganisasian), dan Characrerization (Karakteristik). Lembar observasi hasil belajar ranah afektif dinilai oleh observer. Hasil belajar siswa pada ranah afektif diukur dengan menggunakan skala skor 1-4 (skor 4 jika semua indikator tercapai) dan dengan menggunakan teknik ceklis di skala yang dianggap cocok diberikan kepada siswa. Kemudian total skor diubah kedalam bentuk persentase.
c. Lembar Observasi Hasil Belajar Psikomotor
Lembar observasi hasil belajar psikomotor digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada ranah psikomotor. Ranah psikomotor yang diukur adalah
Manipulation (Manipulasi), Precission (Ketepatan), Articulation
(Artikulasi), dan Naturalization (Pengalamiahan). Lembar observasi hasil belajar ranah psikomotor dinilai oleh observer. Hasil belajar siswa pada ranah psikomotor diukur dengan menggunakan skala skor 1-4 (skor 4 jika semua indikator tercapai) dan dengan menggunakan teknik ceklis di skala
(26)
5
Hermansyah, 2014
Penerapan Model Levels Of Inquiry Berbantuan Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
skor yang dianggap cocok diberikan kepada siswa. Kemudian total skor diubah kedalam bentuk persentase.
F. Proses Pengembangan Instrumen
1. Uji Validitas (Ketepatan Instrumen)
Menurut Munaf (2001: 57) validitas tes adalah tingkat keabsahan atau ketepatan suatu tes.Untuk mengukur keabsahan soal tes instrument dapat dilakukan dengan rumus korelasi product moment di bawah ini.
2 2
2
2
Y Y N X X N Y X XY N rxy
………… 3.4Arikunto (2009, hlm.72)
dengan : rxy = koefisien korelasi antara variabel x dan y
x = skor siswa pada butir item yang diuji validitasnya y = skor total yang diperoleh siswa
Tabel 3.1
Klasifikasi Validitas Butir Soal
Skorrxy Interpretasi
0,80 – 1,00 Sangat tinggi
0,60 – 0,80 Tinggi
0,40 – 0,60 Cukup
0,20 – 0,40 Rendah
0,00 – 0,20 Sangat rendah
(Sumarna,2004, hlm. 58)
2. Uji Reliabilitas (Keberlakuan Instrumen)
Menurut Munaf (2001: 59) reabilitas tes adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk
(27)
6
Hermansyah, 2014
Penerapan Model Levels Of Inquiry Berbantuan Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menghasilkan skor yang ajeg/konsisten (tidak berubah-ubah).Rumus yang digunakan untuk mengetahui koefisien reliabilitas adalah dengan menggunakan persamaan K-R 20, sebagai berikut:
22 11 1 S pq S n n r
r11 = Reabilitas secara keseluruhan
p = Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q = Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah n = Jumlah butir soal uraian
S = Standar Deviasi dari tes
Tabel 3.2
Klasifikasi Reabilitas Soal
Koefisien Reabilitas Interpretasi
0,80 – 1,00 Sangat tinggi
0,60 – 0,80 Tinggi
0,40 – 0,60 Cukup
0,20 – 0,40 Rendah
0,00 – 0,20 Sangat rendah
(Arikunto, 2012)
3. Uji Daya Pembeda Soal
Menurut Munaf (2001: 63) mengatakan bahwa daya pembeda (discriminating power) suatu butir soal adalah bagaimana kemampuan butir soal itu untuk membedakan siswa yang termasuk kelompok tinggi dengan
(28)
7
Hermansyah, 2014
Penerapan Model Levels Of Inquiry Berbantuan Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
siswa yang termasuk kelompok rendah. Untuk mengukur daya pembeda suatu soal digunakan rumus:
DP = indek daya pembeda item satu butir soal tertentu SA = Jumlah peserta tes yang menjawab benar pada kelompok atas
SB = Jumlah peserta tes yang menjawab pada kelompok bawah
IA = Jumlah skor maksimum kelompok atas
IB = Jumlah skor maksimum kelompok bawah
Tabel 3.3
Klasifikasi Nilai Daya Pembeda
Daya Pembeda (D)
Kategori
1 Hanya bisa dijawab oleh kelompok tinggi
Negatif (-) kelompok rendah lebih banyak menjawab butir soal tersebut dengan benar daripada kelompok tinggi >0,70 Baik Sekali
0,41 – 0,70 Baik 0,20 – 0,40 Cukup
< 0,20 Jelek
0 Tidak mempunyai daya pembeda
(Munaf, 2001, hlm. 63-64) 4. Uji Tingkat Kemudahan
Munaf (2001:62) mendefinisikan taraf kemudahan suatu butir soal adalah proporsi dari keseluruhan siswa yang menjawab benar pada butir soal tersebut. Namun tingkat kemudahan bukanlah untuk menentukan baik atau tidaknya suatu soal melainkan untuk menunjukan mudah atau sulitnya suatu soal jika diujikan. Taraf kemudahan dihitung dengan rumus
% 100 x I S I S DP
B B
A A
(29)
8
Hermansyah, 2014
Penerapan Model Levels Of Inquiry Berbantuan Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
F= f/N
...
Persamaan 3.6Keterangan:
F: tingkat kemudahan tes
f: jumlah tingkat kemudahan semua butir soal N: jumlah butir soal
Tabel 3. 4
Klasifikasi Tingkat Kemudahan Soal
Tingkat Kemudahan Skor F
Mudah 0,76 – 1,00
Sedang 0,26 – 0,75
Susah 0,00 – 0,25
(Munaf, 2011, hlm. 63)
G. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan melalui empat tahap yaitu tahap persiapan, tahap perencanaan dan penyusunan instrumen, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. Ketika tahap tersebut dijelaskan sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan meliputi:
a. Studi literatur dan kurikulum, memperoleh informasi teori tentang permasalahan dikaji dan KI-KD yang akan dicapai.
b. Studi pendahuluan
c. Menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat pelaksanaan penelitian. d. Menghubungi pihak sekolah tempat penelitian yang akan dilaksanakan. e. Survei ke lapangan mengetahui kondisi sekolah tempat penelitian, seperti
kondisi sekolah seperti sarana dan prasarana tersedia, kondisi pembelajaran fisika di sekolah dan kondisi siswa.
f. Menentukan sampel penelitian.
(30)
9
Hermansyah, 2014
Penerapan Model Levels Of Inquiry Berbantuan Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Tahap Perencanaan dan Penyusunan Isntrumen
a. Menyusun silabus, RPP atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan skenario pembelajaran mengenai pokok bahasan yang dijadikan materi pembelajaran dalam penelitian sesuai dengan model Levels of Inquiry berbantuan Tutor Sebaya.
b. Membuat dan menyusun instrumen penelitian (instrumen tes, pedoman observasi dan instrumen eksperimen).
c. Mengkonsultasikan dan judgment instrumen penelitian kepada dosen dan guru mata pelajaran fisika yang berada di sekolah tempat penelitian. d. Mengujicobakan instrumen penelitian yang telah dijudgment di sekolah
lain yang setara/setingkat dengan sekolah tempat penelitian.
e. Mengolah hasil uji coba instrumen penelitian, kemudian menentukan soal yang layak untuk dijadikan insrumen penelitian.
3. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan ialah menerapkan Levels of Inquiry berbantuan Tutor Sebayapada saat pembelajaran. Yaitu:
a. Melaksanakan pretest
b. Menerapkan model Levels of Inquiry berbantuan Tutor Sebaya
c. Observasi untuk melihat hasil belajar siswa pada ranah afektif dan ranah psikomotor.
d. Melaksanakan posttest
4. Tahap Akhir
Pada tahapan ini, kegiatan yang akan dilakukan adalah:
a. Mengolah dan menganalisis data hasil pretest dan posttest b. Memberikan kesimpulan berdasarkan hasil pengolahan data. c. Memberikan kesimpulan dan saran.
(31)
10
Hermansyah, 2014
Penerapan Model Levels Of Inquiry Berbantuan Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Secara umum tahap penelitian yang digunakan dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut :
H. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: 1. Teknik Pengumpulan Data melalui Tes
a. Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif. 2. Teknik Pengumpulan Data melalui Non-Tes
a. Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif dan Psikomotor.
b. Keterlaksanaan model Levels of Inquiry berbantuan Tutor Sebaya.
I. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, analisis data yang dilakukan terhadap lima buah data yaitu data hasil belajar siswa ranah kognitif, hasil belajar siswa ranah afektif, hasil belajar siswa ranah psikomotor dan keterlaksanaan modelLevels of Inquiry
TAHAP
PERSIAPAN PELAKSANAAN TAHAP TAHAP AKHIR
Merumuskan Masalah Studi literatur Mencari solusi permasalahan Kegiatan model Levels Of Inquiry berbantuan Tutor
Sebaya, tiap pertemuan dari level
terendah hingga tertinggi Pretest Post test Mengolah dan menganalisis Memberikan kesimpulan dan saran TAHAP PERENCANAAN INSTRUMEN Penyusunan instrumen Merancang RPP dan Skenario Menentukan populasi dan sampel Membuat dan ujicoba instrumen Judgement instrumen Studi Pendahuluan
(32)
11
Hermansyah, 2014
Penerapan Model Levels Of Inquiry Berbantuan Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berbantuan Tutor Sebaya. Analisis data untuk kelima data yang telah didapat adalah sebagai berikut.
1. Analisis Data Tes
a. Hasil Belajar Ranah Kognitif
1) Teknik pengumpulan data untuk hasil belajar pada ranah kognitif dilakukan melalui soal berbentuk pilihan ganda. Pemberian soal dilakukan dua kali yaitu pretest yang dilakukan sebelum mulai pembelajaran dan posttest yang dilakukan setelah pembelajaran. Setelah skorpretest dan posttest didapat untuk setiap pertemuannya maka akan dilihat peningkatan dari skorpretest ke skorpottest menggunakan gain yang dinormalisasi. Cara menghitung skor gain yang dinormalisasi adalah sebagai berikut.
a) Menghitung Gain skor pretest dan skor posttest.
Gain adalah selisih antara skor pretest dan skor posttest. Gain dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
g = Spost– Spre ... Persamaan 3.8
b) Menghitung skor gain yang dinormalisasi untuk setiap siswa. Gain yang dinormalisasi dihitung dengan rumus sebagai berikut.
<
�
>=
� −�� � −� ... Persamaan 3.9
c) Menentukan skor rata-rata gain yang dinormalisasi untuk seluruh siswa. d) Menentukan kriteria skor rata-rata gain yang dinormalisasi berdasarkan
kriteria yang tercantum pada Tabel berikut. Tabel 3.5
Kriteria Skor Gain Yang dinormalisasi
(Hake, 1998) 2. Analisis Data Non-Tes
a. Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif dan Psikomotor
<g> Kriteria
<g> ≥ 0,7 Tinggi 0,7 ><g> ≥0,3 Sedang
(33)
12
Hermansyah, 2014
Penerapan Model Levels Of Inquiry Berbantuan Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Menurut Hidayat (2012) pengolahan data untuk mengukur aspek afektif diolah secara kualitatif yang dikonversi ke dalam bentuk penskoran kuantitatif. Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menghitung indeks prestasi kelompoknya (IPK) adalah sebagai berikut:
1) Menghitung skor rata-rata aspek afektif siswa dari setiap kelompok. 2) Menentukan Skor Minimal Ideal (SMI)
3) Menghitung besarnya Indeks Prestasi Kelompok (IPK) dengan menggunakan rumus:
� =
�� 100% ... Persamaan 3.10 Untuk mengukur aspek afektif pada setiap aspeknya dari data yang diperoleh diolah secara kualitatif dan dikonversi ke dalam bentuk penskoran kuantitatif kemudian dikategorikan menurut Tabel 3.6 berikut.
Tabel 3.6
Kategori Tafsiran Indeks Prestasi Kelompok
Kategori IPK Interpretasi
90,00% - 100,00% Sangat terampil 75,00% - 89,00% Terampil
55,00% - 74,00% Cukup terampil 31,00% - 54,00% Kurang terampil
0,00% - 30,00% Sangat kurang terampil (Panggabean, 1996) b. Keterlaksanaan modelLevels of Inquiry berbantuan Tutor Sebaya
Penilaian keterlaksanaan modelLevels of Inquiry berbantuan Tutor Sebaya adalah menilai urutan kegiatan yang telah dilakukan peneliti dalam menerapkan modelLevels of Inquiry berbantuan Tutor Sebayadi dalam pembelajaran. Lembar observasi keterlaksanaan menggunakan teknik ceklis, yaitu pengolahan hasil lembar keterlaksanaan pembelajaran dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
(34)
13
Hermansyah, 2014
Penerapan Model Levels Of Inquiry Berbantuan Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
% � � �� = � ℎ ��� � � � � � �
� ℎ ��� � ℎ � 100%
...
Keterlaksanaan pembelajaran setelah dihitung presentasinya, dapat dikategorikan pada Tabel 3.8.
Tabel 3.7
Interpretasi Pelaksanaan Pembelajaran Interpretasi Pelaksanaan Pembelajaran
% Kategori
pelaksanaan Interpretasi 100
75<KM<100 50<KM≤75 KM=50 25<KM≤50
0<KM≤25 0
Seluruh kegiatan terlaksana
Hampir seluruh kegiatan terlaksana Sebagian besar kegiatan terlaksana Setengah kegiatan terlaksana
Hampir setengah kegiatan terlaksana
Sebagian kecil kegiatan terlaksana Tidak satupun kegiatan terlaksana Budiarti(dalam Koswara, 2009)
(35)
1
Hermansyah, 2014
Penerapan Model Levels Of Inquiry Berbantuan Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data hasil penelitian, pengolahan data, analisis data, serta pembahasan terhadap data hasil penelitian yang dilakukan pada salah satu SMA di Kota Bandung kelas X, didapat beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1. Hasil belajar siswa pada ranah kognitif setelah diterapkannya Model Levels of Inquiry berbantuan tutor sebaya memiliki rata-rata skor pretest 14,31, skor posttest 24,38 dan mengalami peningkatan denganskor gain yang dinormalisasi 0,54 berada pada kategori sedang.
2. Hasil belajar siswa pada ranah afektif setelah diterapkannya Model Levels
of Inquiry berbantuan tutor sebayadidapatkan keterampilan siswa rata-rata
pada tingkatan menerima (A1) yang dilatihkan pada level Discovery Learning memiliki persentase IPK sebesar 95% dan termasuk dalam kategori sangat terampil. Pada tingkatan merespon (A2) yang dilatihkanpada level Interactive Demontration memilikipersentase IPK sebesar 90% dan termasuk dalam kategori sangat terampil. Padatingkatan menilai (A3) yang dilatihkan pada level Inquiry Lesson memiliki persentase IPK sebesar 88% dan termasuk dalam kategori terampil. Pada tingkatan mengorganisasi (A4) yang dilatihkan pada level Inquiry Lab memiliki persentase IPK sebesar 81% dan termasuk dalam kategori terampil. Pada tingkatan mengkarakterisasi (A5) yang dilatihkan pada level Hyphotetical Inquiry memiliki persentase IPK sebesar 84% dan termasuk dalam kategori terampil.
3.Hasil belajar siswa pada ranah psikomotor setelah diterapkannya Model
Levels of Inquiry berbantuan tutor sebayadidapatkan keterampilan siswa
(36)
2
Hermansyah, 2014
Penerapan Model Levels Of Inquiry Berbantuan Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Inquiry Lesson memiliki persentase IPK sebesar 90% dan termasuk dalam kategori sangat terampil. Pada tingkatan mempresisi (P3) yang dilatihkanpada level Inquiry Lab memilikipersentase IPK sebesar 91% dan termasuk dalam kategori sangat terampil. Padatingkatan mengartikulasi (P4) yang dilatihkan pada level Inquiry Lesson hingga Hyphotetical Inquiry memiliki persentase IPK sebesar 90% dan termasuk dalam kategori terampil. Pada tingkatan menaturalisasi (P5) yang dilatihkan pada level
Inquiry Lab memiliki persentase IPK sebesar 75% dan termasuk dalam
kategori terampil.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, saran yang diajukan untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut.
1. Memaksimalkan kembali latihan ranah kognitif terutama pada tingkatan menganalisis, agar prestasi belajar siswa pada tingkat menganalisis lebih meningkat lagi.
2. Memaksimalkan kembali latihan ranah afektif terutama tingkat mengorganisasi, agar keterampilan siswa pada tingkat mengorganisasi lebih meningkat lagi.
3. Memaksimalkan kembali latihan ranah psikomotor terutama tingkat naturalisasi, agar keterampilan siswa pada tingkat naturalisasi lebih meningkat lagi.
(37)
3
Hermansyah, 2014
Penerapan Model Levels Of Inquiry Berbantuan Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
(38)
1
Hermansyah, 2014
Penerapan Model Levels Of Inquiry Berbantuan Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, dkk. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing: A
Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives.New York: Davi
Mckay Company, Inc.
Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Benard. (1990). A Case for Peers.Portland, OR: Northwest zRegional Educational Laboratory, ED 327 755.
Dahar, R. (1989). Teori-Teori Belajar. Erlangga: Jakarta.
DePaulo. dkk. (1989). Age Difference in Reactions to Help in Peer Tutoring context.Except, Children 52: 535-542.
Depdikbud. (2012). Naskah: Dokumen Kurikulum 2013Mata Pelajaran IPA SMP. Jakarta
Depdiknas. (2007). Naskah Akademik: Kajian Kurikulum Mata Pelajaran IPA SMP.Jakarta
Depdiknas.(2005). Permendiknas No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.Jakarta
Djamarah, S., dan Zain. (2002). Strategi Belajar Mengajar.Jakarta: Rineka Cipta Dirjen Pendas dan Menengah.(2003).Taksonomi Bloom Revisi: Kata Kerja
Operasional Yang Dapat Dipakai Untuk Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor. Jakarta
Fitriyana. (2012). “Penerapan Strategi Pembelajaran Inkuiri Dipadukan Media Audio Visual untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Biologi Siswa
Kelas VII D SMP N 1 JATEN”. Jurnal Pendidikan Biologi FKIP UNS.
2-13.
Hake. (1998). Analizing Change/Gain Score. USA: Dept: Of Physics, Indiana University.
Hamalik, Oemar. (2004). Proses Belajar Mengajar.Jakarta: Bumi Aksara
Haryanti.(2008).Efektivitas Metode Pembelajaran Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri I
Karangdowo Klaten Tahun Ajaran 2006/2007. [Online]. Tersedia:
(39)
2
Hermansyah, 2014
Penerapan Model Levels Of Inquiry Berbantuan Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hidayat, R. (2012). Profil Kemampuan Berinkuiri Siswa SMP dan Hasil Belajar Siswa Setelah Diterapkan Pembelajaran Level of Inquiry. Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.
Idawati.(2012).Efektivitas Penerapan Tutor Sebaya dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa kelas XI SMAN 8 Bandung Pada Subkonsep Sistem Urinaria. Bandung: UPI.
Khan. (2009). “Teaching of heat and temperature by hypothetical inquiry
approach: A sample of inquiry teaching”. Journal of Physics Teacher
Education Online,5, (2), 43-64.
Koswara, T. (2010). Penerapan Pembelajaran Konstruktivisme dalam Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa SMP. Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI. Bandung: tidak diterbitkan.
Kuswana, W.S. (2012). Taksonomikognitif perkembangan ragam berpikir.. Bandung: tidak diterbitkan.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Krathwohl, D. (1964). Taxonomy of Educational Objectives Book. New York : Longman Inc.
McAllister. (1990). The Effectveness of Peer Tutoring in Futher and Higher Education. Article CRLA Level Three.
Munaf, S. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung: FPMIPA UPI.
Panggabean. (1996). Penelitian Pendidikan. Bandung : Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung.
Pathak. (2011). Educational Technology. India : Pearson Education.
Sanjaya. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sudijono. (1996). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Grafindo : Jakarta.
Sudjana. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Rosdakarya : 2009. Sugiyono. (2011). Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Suyadi. (2013). Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Suryosubroto.(1997). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Bandung: Rineka Cipta
(40)
3
Hermansyah, 2014
Penerapan Model Levels Of Inquiry Berbantuan Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tim Penyelenggara Tutorial UPI.(2009).Tutorial Handbook Pendidikan Agama Islam MKDU FPIPS UPI.Bandung: PT Press.
Valanides. (1997). “Formal Reasoning Abilities And School Achievement”.
Pergaamon, 169-185.
Wenning, C.J. (2010). “Levels of inquiry: Using inquiry spectrum learning
sequences to teach science”. Journal Physics Teacher of Education
Online. 5, (4), 11-19.
Wenning, C.J. (2005a). “Levels of inquiry: Hierarchies of pedagogical
practices and inquiry processes”.Journal of Physics Teacher Education
Online. 2, (3), 3-11.
Wenning, C.J. (2005). Implementing inquiry-based instruction in the science classroom: A new for solving the improvement-of-practice problem. Journal of Physics Teacher Education Online, 9-15.
Wenning, C.J. (2011). “The Levels of Inquiry of Science Teaching”.Journal of Physics Teacher Education Online. 6, (2), 9-16.
Wenning, C.J. (2013). “Intellectual and Academic Skills”.Teaching High School Physics, Chapter 7.
(1)
1
Hermansyah, 2014
Penerapan Model Levels Of Inquiry Berbantuan Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data hasil penelitian, pengolahan data, analisis data, serta pembahasan terhadap data hasil penelitian yang dilakukan pada salah satu SMA di Kota Bandung kelas X, didapat beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1. Hasil belajar siswa pada ranah kognitif setelah diterapkannya Model Levels
of Inquiry berbantuan tutor sebaya memiliki rata-rata skor pretest 14,31,
skor posttest 24,38 dan mengalami peningkatan denganskor gain yang dinormalisasi 0,54 berada pada kategori sedang.
2. Hasil belajar siswa pada ranah afektif setelah diterapkannya Model Levels
of Inquiry berbantuan tutor sebayadidapatkan keterampilan siswa rata-rata
pada tingkatan menerima (A1) yang dilatihkan pada level Discovery
Learning memiliki persentase IPK sebesar 95% dan termasuk dalam
kategori sangat terampil. Pada tingkatan merespon (A2) yang dilatihkanpada level Interactive Demontration memilikipersentase IPK sebesar 90% dan termasuk dalam kategori sangat terampil. Padatingkatan menilai (A3) yang dilatihkan pada level Inquiry Lesson memiliki persentase IPK sebesar 88% dan termasuk dalam kategori terampil. Pada tingkatan mengorganisasi (A4) yang dilatihkan pada level Inquiry Lab memiliki persentase IPK sebesar 81% dan termasuk dalam kategori terampil. Pada tingkatan mengkarakterisasi (A5) yang dilatihkan pada level Hyphotetical Inquiry
memiliki persentase IPK sebesar 84% dan termasuk dalam kategori terampil.
3.Hasil belajar siswa pada ranah psikomotor setelah diterapkannya Model
Levels of Inquiry berbantuan tutor sebayadidapatkan keterampilan siswa
(2)
2
Hermansyah, 2014
Penerapan Model Levels Of Inquiry Berbantuan Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Inquiry Lesson memiliki persentase IPK sebesar 90% dan termasuk dalam
kategori sangat terampil. Pada tingkatan mempresisi (P3) yang dilatihkanpada level Inquiry Lab memilikipersentase IPK sebesar 91% dan termasuk dalam kategori sangat terampil. Padatingkatan mengartikulasi (P4) yang dilatihkan pada level Inquiry Lesson hingga Hyphotetical Inquiry
memiliki persentase IPK sebesar 90% dan termasuk dalam kategori terampil. Pada tingkatan menaturalisasi (P5) yang dilatihkan pada level
Inquiry Lab memiliki persentase IPK sebesar 75% dan termasuk dalam
kategori terampil.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, saran yang diajukan untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut.
1. Memaksimalkan kembali latihan ranah kognitif terutama pada tingkatan menganalisis, agar prestasi belajar siswa pada tingkat menganalisis lebih meningkat lagi.
2. Memaksimalkan kembali latihan ranah afektif terutama tingkat mengorganisasi, agar keterampilan siswa pada tingkat mengorganisasi lebih meningkat lagi.
3. Memaksimalkan kembali latihan ranah psikomotor terutama tingkat naturalisasi, agar keterampilan siswa pada tingkat naturalisasi lebih meningkat lagi.
(3)
3
Hermansyah, 2014
Penerapan Model Levels Of Inquiry Berbantuan Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
(4)
1
Hermansyah, 2014
Penerapan Model Levels Of Inquiry Berbantuan Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, dkk. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives.New York: Davi Mckay Company, Inc.
Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Benard. (1990). A Case for Peers.Portland, OR: Northwest zRegional Educational Laboratory, ED 327 755.
Dahar, R. (1989). Teori-Teori Belajar. Erlangga: Jakarta.
DePaulo. dkk. (1989). Age Difference in Reactions to Help in Peer Tutoring
context.Except, Children 52: 535-542.
Depdikbud. (2012). Naskah: Dokumen Kurikulum 2013Mata Pelajaran IPA SMP. Jakarta
Depdiknas. (2007). Naskah Akademik: Kajian Kurikulum Mata Pelajaran IPA SMP.Jakarta
Depdiknas.(2005). Permendiknas No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.Jakarta
Djamarah, S., dan Zain. (2002). Strategi Belajar Mengajar.Jakarta: Rineka Cipta Dirjen Pendas dan Menengah.(2003).Taksonomi Bloom Revisi: Kata Kerja
Operasional Yang Dapat Dipakai Untuk Ranah Kognitif, Afektif, dan
Psikomotor. Jakarta
Fitriyana. (2012). “Penerapan Strategi Pembelajaran Inkuiri Dipadukan Media
Audio Visual untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Biologi Siswa
Kelas VII D SMP N 1 JATEN”. Jurnal Pendidikan Biologi FKIP UNS.
2-13.
Hake. (1998). Analizing Change/Gain Score. USA: Dept: Of Physics, Indiana University.
Hamalik, Oemar. (2004). Proses Belajar Mengajar.Jakarta: Bumi Aksara
Haryanti.(2008).Efektivitas Metode Pembelajaran Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri I
Karangdowo Klaten Tahun Ajaran 2006/2007. [Online]. Tersedia:
(5)
2
Hermansyah, 2014
Penerapan Model Levels Of Inquiry Berbantuan Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hidayat, R. (2012). Profil Kemampuan Berinkuiri Siswa SMP dan Hasil Belajar
Siswa Setelah Diterapkan Pembelajaran Level of Inquiry. Skripsi Jurusan
Pendidikan Fisika FPMIPA UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.
Idawati.(2012).Efektivitas Penerapan Tutor Sebaya dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa kelas XI SMAN 8 Bandung Pada
Subkonsep Sistem Urinaria. Bandung: UPI.
Khan. (2009). “Teaching of heat and temperature by hypothetical inquiry
approach: A sample of inquiry teaching”. Journal of Physics Teacher
Education Online,5, (2), 43-64.
Koswara, T. (2010). Penerapan Pembelajaran Konstruktivisme dalam
Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa SMP.
Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI. Bandung: tidak diterbitkan.
Kuswana, W.S. (2012). Taksonomikognitif perkembangan ragam berpikir.. Bandung: tidak diterbitkan.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Krathwohl, D. (1964). Taxonomy of Educational Objectives Book. New York : Longman Inc.
McAllister. (1990). The Effectveness of Peer Tutoring in Futher and Higher
Education. Article CRLA Level Three.
Munaf, S. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung: FPMIPA UPI.
Panggabean. (1996). Penelitian Pendidikan. Bandung : Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung.
Pathak. (2011). Educational Technology. India : Pearson Education.
Sanjaya. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sudijono. (1996). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Grafindo : Jakarta.
Sudjana. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Rosdakarya : 2009. Sugiyono. (2011). Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Suyadi. (2013). Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Suryosubroto.(1997). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Bandung: Rineka Cipta
(6)
3
Hermansyah, 2014
Penerapan Model Levels Of Inquiry Berbantuan Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tim Penyelenggara Tutorial UPI.(2009).Tutorial Handbook Pendidikan Agama
Islam MKDU FPIPS UPI.Bandung: PT Press.
Valanides. (1997). “Formal Reasoning Abilities And School Achievement”.
Pergaamon, 169-185.
Wenning, C.J. (2010). “Levels of inquiry: Using inquiry spectrum learning
sequences to teach science”. Journal Physics Teacher of Education
Online. 5, (4), 11-19.
Wenning, C.J. (2005a). “Levels of inquiry: Hierarchies of pedagogical
practices and inquiry processes”.Journal of Physics Teacher Education
Online. 2, (3), 3-11.
Wenning, C.J. (2005). Implementing inquiry-based instruction in the science
classroom: A new for solving the improvement-of-practice problem.
Journal of Physics Teacher Education Online, 9-15.
Wenning, C.J. (2011). “The Levels of Inquiry of Science Teaching”.Journal of
Physics Teacher Education Online. 6, (2), 9-16.
Wenning, C.J. (2013). “Intellectual and Academic Skills”.Teaching High School