BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA dengan Menggunakan Model Mind Mapping Berbantuan Pembelajaran Berbasis Lingkungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Hasil Belajar

  Belajar merupakan suatu aktivitas mental psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap. Belajar dapat dilakukan dimana saja, di rumah, di sekolah, maupun dimasyarakat. Perubahan yang diharapkan terjadi setelah siswa belajar yaitu siswa memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum ia miliki, siswa mendapat pengalaman yang baru untuk memiliki keterampilan serta perubahan dalam sikap dan tingkah laku menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya. Dalam proses belajar harus melibatkan pikiran, kemauan, dan perasaannya agar proses belajar dapat berjalan dengan baik.

  Komponen utama yang harus ditetapkan dalam proses belajar yaitu tujuan pembelajaran. Pada dasarnya tujuan pembelajaran dalam proses belajar harus dicapai dan dimiliki siswa setelah ia menyelesaikan kegiatan belajarnya. Oleh karena itu, salah satu tugas pokok guru adalah mengevaluasi taraf keberhasilan rencana dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Untuk melihat sejauh mana taraf keberhasilan guru dan belajar peserta didik secara tepat (valid) dan dapat dipercaya (reliable) sehingga kita memerlukan informasi dari hasil belajar serta tingkah laku sehari-hari peserta didik.

  Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:27) ranah kognitif terdiri dari enam jenis perilaku yang bersifat hierarkis yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Pengetahuan merupakan perilaku yang berada ditingkat paling rendah dan evaluasi berada ditingkat paling tinggi. Perilaku yang terendah merupakan perilaku yang harus dimiliki terlebih dahulu sebelum mempelajari perilaku yang lebih tinggi, misalnya untuk dapat menganalisis, peserta didik terlebih dahulu harus memiliki pengetahuan, pemahaman, dan penerapan terhadap sesuatu. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar peserta didik adalah: 1)

  “Raw input adalah peserta didik. Peserta didik yang belajar berarti menggunakan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik terhadap lingkungannya” (Dimyati dan Mudjiono,2009:26). Sebagai raw input, “peserta didik memiliki karakteristik fisiologis dan psikologis. Karakteristik fisiologis terdiri dari faktor kesehatan dan faktor cacat tubuh, sedangkan yang menyangkut psikologis adalah inteligensi, motivasi, minat, emosi, dan bakat” (M.Sobry Sutikno, 2009).

  a) Inteligensi merupakan kecakapan yang terdiri atas tiga jenis, yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan diri dengan situasi baru dengan cepat dan efektif, mengetahui dan menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, serta mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.

  b) Motivasi adalah sejumlah proses yang bersifat internal maupun eksternal bagi seorang individu yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu. Motivasi ini merupakan daya penggerak atau pendorong untuk melakukan suatu tindakan.

  c) Minat adalah suatu rasa ketertarikan dan menyukai suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh.

d) Emosi merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar anak.

  Emosi yang sedang berlebihan membutuhkan situasi yang cukup tenang. Emosi yang berlebihan akan mengurangi dan mengganggu konsentrasi dalam belajar.

  e) Bakat adalah sebuah sifat dasar, kepandaian dan pembawaan yang dibawa sejak lahir.

  2) Environmental input adalah lingkungan, biasanya terdiri dari lingkungan alam dan lingkungan sosial. Baik itu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah

  3) Instrumental input adalah faktor yang sengaja dimanipulasi, seperti kurikulum atau bahan pelajaran, keadaan gedung, waktu sekolah, sumber atau media belajar, metode pembelajaran, interaksi antara pendidik dengan peserta didik, dan interaksi antara peserta didik dengan peserta didik.

2.1.2 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

  IPA merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat dibidang teknologi dan informasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan IPA. Untuk menguasai dan mencipta teknologi dimasa depan diperlukan penguasaan IPA yang kuat sejak dini. Mata pelajaran

  IPA perlu diberikan kepada semua peserta didik dari usia sekolah dasar karena dapat membekali peserta didik untuk mempunyai kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta meningkatkan kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi serta dapat bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.

  Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPA disusun sebagai landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan tersebut. Selain itu, kemampuan

  IPA dikembangkan dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lain. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

  Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam adalah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis yang didalam penggunaannya secara umum terlintas pada gejala-gejala alam. Mata Pelajaran IPA bersifat pengetahuan dengan melalui pengamatan ketrampilan berbagai jenis perangai lingkungan alam serta lingkungan buatan.

2.1.3 Fungsi Pembelajaran IPA

  Pendidikan IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan

  IPA diarahkan untuk “mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Maka dari itu, pendekatan yang diterapkan dalam menyajikan pendidikan IPA yaitu dengan memadukan pengalaman proses IPA, pemahaman produk, serta teknologi IPA yang disajikan dalam bentuk pengalaman langsung yang berpengaruh pada sikap peserta didik. Fungsi Mata Pelajaran IPA dalam Depdiknas (2004) yaitu:

  a) Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan yang Maha Esa.

  b) Mengembangkan keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah.

  c) Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang mengerti akan IPA dan teknologi.

  d) Menguasai konsep IPA untuk bekal hidup dimasyarakat dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

2.1.4 Hakikat Pembelajaran IPA

  Pembelajaran merupakan suatu proses penyampaian pengetahuan, yang dilaksanakan dengan menuangkan pengetahuan kepada siswa” (Oemar Hamalik, 2008:

  25). “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan sistematis dan IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep- konsep atau prinsip- prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan” (Sri Sulistyorini, 2007:39).

  Berdasarkan pendapat-pendapat diatas maka penulis menyimpulkan bahwa pembelajaran IPA merupakan ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam dengan melakukan observasi, eksperimen, penyimpulan, penyusunan teori agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar.

2.1.5 Tujuan Pembelajaran IPA di SD

  Pembelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar siswa:

  a) Mengembangkan rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap sains, teknologi dan masyarakat.

  b) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

  c) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

  d) Mengembangkan kesadaran tentang peran dan pentingnya sains dalam kehidupan sehari-hari.

  e) Mengalihkan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman ke bidang pengajaran lain.

f) Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

2.1.6 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA

  Ruang lingkup yang dipelajari dalam IPA untuk mencapai tujuan pembelajaran dapat ditetapkan melalui SK dan KD. BNSP telah melakukan penyusunan Standar Isi yang kemudian dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 22 tahun 2006 yang mencakup komponen:

  1. Standar Kompetensi (SK), merupakan ukuran kemampuan minimal yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dicapai, diketahui, dan dapat dilakukan oleh peserta didik pada setiap tingkatan dari suatu materi yang diajarkan.

2. Kompetensi Dasar (KD), merupakan penjabaran SK peserta didik yang cakupan materinya lebih sempit dibanding dengan SK peserta didik.

  Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan siswa untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas 4 SD N Klero 02, maka akan dilakukan penelitian dengan menggunakan model mind mapping pada mata pelajaran IPA tentang Pemanfaatan Sumber Daya Alam. Adapun rincian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang digunakan sebagai materi dalam pelaksanaan penelitian kelas 4 semester II dapat dilihat pada tabel 2.1 dibawah ini.

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata pelajaran

  

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) KTSP 2006

Kelas IV Semester II

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 11.

11.1 Memahami Menjelaskan hubungan antara sumber hubungan antara daya alam dengan lingkungan.

  sumber daya

  11.2 Menjelaskan hubungan antara sumber alam dengan daya alam dengan teknologi yang lingkungan, digunakan. teknologi, dan

  11.3 Menjelaskan dampak pengambilan masyarakat. bahan alam terhadap pelestarian lingkungan.

2.2 Model Pembelajaran Mind Mapping (Peta Pikiran)

2.2.1 Pengertian Mind Mapping

  Mind map dalam bahasa Indonesia berarti peta pikiran dari kata mind =

  pikiran, dan map = peta. Menurut Michael Michalko dalam buku Mind Mapping karya Tony Buzan pengertian mind map adalah alternatif pemikiran keseluruhan otak terhadap pemikiran linear, mind map menggapai ke segala arah dan menangkap berbagai pikiran dari segala sudut. Mind map merupakan cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan informasi ke luar otak. Sedangkan menurut Tony Buzan dan Barry (2004) mind map adalah suatu teknik mencatat yang menonjolkan sisi kreativitas sehingga efektif dalam yang kreatif, efektif, dan secara harafiah akan memetakan pikiran-pikiran kita. Teknik mencatat melalui mind map ini dikembangkan berdasarkan bagaimana cara otak bekerja selama memproses suatu informasi. Selama informasi disampaikan, otak akan mengambil berbagai tanda dalam bentuk beragam, mulai dari gambar, bunyi, bau, pikiran, hingga perasaan. Selanjutnya melalui pembuatan

  

mind map , informasi tadi direkam dalam bentuk simbol, garis, kata, dan warna.

Mind map yang baik akan dapat menggambarkan pola gagasan yang saling

berkaitan pada cabang-cabangnya.

  Teknik ini dikenal juga dengan nama Radiant Thinking. Sebuah mind map memiliki sebuah ide atau kata sentral, dan ada 5 sampai 10 ide lain yang keluar dari ide sentral tersebut. Mind Mapping sangat efektif bila digunakan untuk memunculkan ide terpendam yang kita miliki dan membuat asosiasi diantara ide tersebut. Bentuk diagram mind map seperti diagram pohon dan percabangannya memudahkan untuk mereferensikan satu informasi kepada informasi yang lain.

Gambar 2.1 Mind Mapping

  2.2.2 Langkah-langkah Mind Mapping

  Terlebih dahulu siapkan selembar kertas kosong yang diatur dalam posisi landscape kemudian tempatkan topik yang akan dibahas ditengah-tengah halaman kertas dengan posisi horizontal. Usahakan menggunakan gambar, simbol atau kode pada mind mapping yang dibuat. Dengan visualisasi kerja otak kiri yang bersifat rasional, numerik dan verbal bersinergi dengan kerja otak kanan yang bersifat imajinatif, emosi, kreativitas dan seni.

  Dengan mensinergikan potensi otak kiri dan kanan, siswa dapat dengan lebih mudah menangkap dan menguasai materi pelajaran. Selain itu, siswa dapat menggunakan kata-kata kunci sebagai asosiasi terhadap suatu ide pada setiap cabang pemikiran. Setiap garis-garis cabang saling berhubungan hingga ke pusat gambar dan diusahakan garis-garis yang dibentuk tidak lurus agar tidak membosankan. Garis-garis cabang sebaiknya dibuat semakin tipis begitu bergerak menjauh dari gambar utama untuk menandakan tingkat kepentingan dari masing- masing garis.

  2.2.3 Manfaat Teknik Mencatat dengan Teknik Mind Map

  Ada banyak manfaat atau keunggulan yang dapat diraih bila siswa menggunakan teknik mencatat mind map (peta pikiran) dalam kegiatan pembelajarannya, diantaranya:

  1)

Mind map meningkatkan kreativitas dan aktivitas individu maupun

kelompok

  Bila siswa terbiasa menggunakan teknik mind map (peta pikiran) ini dalam mencatat informasi pembelajaran yang diterimanya, tentu akan menjadikan mereka lebih aktif dan kreatif. Penggunaan simbol, gambar, pemilihan kata kunci tertentu untuk dilukis atau ditulis pada mind map dapat merangsang pola berpikir kreatif siswa.

  2)

Mind map memudahkan otak memahami dan menyerap informasi dengan

cepat

  Catatan yang dibuat dengan teknik mind map dapat dengan mudah dipahami siswa. Mind map dapat membuat siswa lebih cepat memahami dan

  3) Mind map meningkatkan daya ingat

  Catatan khas yang dibuat dengan mind map bersifat spesifik dan bermakna bagi siswa yang membuatnya sehingga dapat meningkatkan daya ingat mereka terhadap informasi yang terkandung didalam mind map itu.

  4)

Mind map dapat mengakomodasi berbagai sudut pandang terhadap suatu

informasi

  Setiap siswa tentu akan mempunyai beragam sudut pandang terhadap suatu informasi yang disampaikan oleh guru atau yang mereka terima dari sumber-sumber belajar lainnya. Beragamnya sudut pandang ini memungkinkan mereka untuk memaknai informasi tersebut secara berbeda-beda dan dituangkan secara khas pada mind map mereka masing-masing.

  5) Mind map dapat memusatkan perhatian siswa

  Pada saat proses pembuatan mind map perhatian siswa akan terpusat untuk memahami dan memaknai informasi yang diterimanya. Ini akan membuat kegiatan pembelajaran akan menjadi lebih efektif.

  6) Mencatat dengan teknik mind map menyenangkan

  Anak-anak usia sekolah dasar biasanya lebih menyukai pelajaran menggambar daripada pelajaran lainnya, bahkan hingga usia dewasa masih banyak beberapa orang yang suka menggambar. Teknik menggambar dan menulis menggunakan mind map tentu menyenangkan bagi siswa. Kegiatan yang menyenangkan akan menimbulkan suasana positif dalam kegiatan pembelajaran di kelas.

  7) Mind map mengaktifkan seluruh bagian otak

  Selama mencatat dengan teknik mind map kedua belahan otak akan dimaksimalkan penggunaannya. Siswa tidak hanya menggunakan belahan otak kiri terkait pemikiran logis, tetapi mereka juga dapat menggunakan belahan otak kanan dengan memunculkan emosi dan perasaan mereka dalam bentuk warna dan simbol-simbol tertentu selama membuat mind map.

  2.2.4 Kelebihan dan Kekurangan Mind Mapping Ada beberapa kelebihan saat menggunakan teknik mind mapping yaitu:

  a) Dapat mengemukakan pendapat secara bebas

  b) Dapat bekerjasama dengan teman lainnya (kerja kelompok)

  c) Catatan lebih padat dan jelas

  d) Catatan lebih terfokus pada inti materi

  e) Mudah melihat gambaran keseluruhan

  f) Membantu otak untuk mengatur, mengingat, membandingkan dan membuat hubungan.

  g) Memudahkan penambahan informasi baru

  h) Setiap peta bersifat unik

  

Ada beberapa kekurangan saat pembelajaran menggunakan teknik mind

mapping, yaitu:

  a) Hanya siswa yang aktif yang terlibat

  b) Guru terkadang kewalahan saat siswa membuat mind mapping dalam kelompok.

  c) Mind map siswa bervariasi sehingga guru akan kewalahan memeriksa mind mapp siswa.

  d) Membutuhkan waktu yang cukup banyak saat pembelajaran menggunakan mind map .

  2.2.5 Pengaruh Pembelajaran Berbasis Peta Pikiran (Mind Mapping) Terhadap Hasil Belajar Siswa

  Prestasi belajar adalah puncak hasil belajar yang dapat mencerminkan keberhasilan belajar siswa terhadap pencapaian tujuan belajar yang telah ditetapkan. Hasil belajar siswa dapat meliputi aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (tingkah laku). Salah satu tes yang dapat melihat pencapaian hasil belajar siswa adalah dengan melakukan tes prestasi belajar. Tes prestasi belajar yang dilaksanakan oleh siswa memiliki peranan penting, baik bagi guru maupun bagi siswa. Bagi guru, tes prestasi belajar dapat mencerminkan sejauh mana materi pelajaran dalam proses belajar dapat diikuti dan diserap oleh untuk mengetahui sebagaimana kelemahan-kelemahannya dalam mengikuti pelajaran. Penggunaan metode pembelajaran yang sesuai sangat menentukan keberhasilan belajar siswa. Proses belajar siswa sangat dipengaruhi oleh emosi didalam dirinya. Pembelajaran menggunakan model peta pikiran, berusaha menggabungkan kedua belahan otak yakni otak kiri yang berhubungan dengan hal yang bersifat logis dan otak kanan yang berhubungan dengan keterampilan. Pembelajaran peta pikiran ini dituangkan dalam bentuk catatan pelajaran yang menarik, sehingga siswa mempunyai minat untuk mempelajari catatan pelajaran tersebut dibandingkan dengan mempelajari catatan yang masih tradisional. Maka dari itu, dengan adanya teknik mind mapping atau pemetaan pikiran diharapkan dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar siswa.

2.2.6 Implementasi Mind Mapping No Aspek Indikator Waktu

  6. Guru mengamati dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan.

  Siswa bersama guru melakukan refleksi (Pada pertemuan kedua dilakukan evaluasi)

  3. Melakukan kegiatan penutup

  Konfirmasi:

  10. Setelah selesai, perwakilan masing- masing kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka.

  9. Siswa membuat mind map sesuai dengan kreativitasnya.

  mind mapping .

  8. Siswa bersama kelompoknya membuat rangkuman dengan menggunakan

  7. Guru mengajak siswa kembali ke kelas.

  5. Siswa membuat rangkuman sementara dibukunya.

  1. Melakukan kegiatan pendahuluan a.

  4. Guru menjelaskan materi.

  Guru menyiapkan bahan-bahan untuk membuat mind map seperti: karton, spidol warna, pensil, penghapus.

  Elaborasi: 3.

  2. Guru mengenalkan dan menjelaskan tentang teknik mind mapping.

  Siswa dibagi dalam beberapa kelompok, setiap kelompok beranggotakan 4 orang siswa.

  Eksplorasi: 1.

  2. Melakukan kegiatan inti pembelajaran

  Apersepsi c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan motivasi kepada siswa.

  Salam dan doa b.

  • Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada materi yang belum dipahami.

2.3 Pembelajaran Berbasis Lingkungan

  Pembelajaran lingkungan merupakan pembelajaran yang berusaha meningkatkan keterlibatan siswa melalui pendayagunaan lingkungan sebagai sumber belajar. Dalam pembelajaran berbasis lingkungan ini, akan dibentuk kelompok kecil yang akan digunakan untuk pelaksanaan penelitian. Menggunakan sumber belajar lingkungan juga dapat menanamkan konsep-konsep dari tingkat yang lebih mudah sampai ke tingkat yang lebih sulit. Lingkungan dapat diformat maupun digunakan sebagai sumber belajar. Dalam hal ini, guru dapat mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa sehingga dapat mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Guru juga dapat menyesuaikan sumber belajar lingkungan dengan tujuan, karakteristik siswa serta pokok bahasan dalam pembelajaran.

  Konsep-konsep sains dan lingkungan sekitar siswa dapat dengan mudah dipahami siswa melalui pengamatan pada situasi yang konkret. Dampak positif dari diterapkannya pendekatan berbasis lingkungan ini yaitu siswa dapat terpacu rasa keingintahuannya tentang sesuatu yang ada di lingkungannya. Empat pilar pendidikan yakni learning to know (belajar untuk mengetahui), learning to be (belajar untuk menjadi jati dirinya), learning to do (belajar untuk mengerjakan sesuatu) dan learning to life together (belajar untuk bekerja sama) dapat dilaksanakan melalui pembelajaran berbasis lingkungan yang dikemas sedemikian rupa oleh guru. Hal itulah yang menjadi alasan dasar dalam memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai penunjang kegiatan pembelajaran. Pembelajaran berbasis lingkungan sangat efektif diterapkan di sekolah dasar.

2.3.1 Lingkungan Sebagai Sumber Belajar

  Lingkungan yang ada disekitar anak-anak (siswa) merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dioptimalkan untuk pencapaian proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Lingkungan itu terdiri dari unsur-unsur biotik (makhluk hidup), abiotik (benda mati) dan budaya manusia. Jumlah sumber belajar yang tersedia di lingkungan ini tidaklah terbatas, sekalipun pada umumnya lingkungan ini akan semakin memperkaya wawasan dan pengetahuan siswa karena mereka belajar tidak hanya terbatas oleh empat dinding kelas. Selain itu kebenarannya lebih akurat, sebab anak dapat mengalami secara langsung dan dapat mengoptimalkan potensi panca inderanya untuk berkomunikasi dengan lingkungan sekitar mereka.

  Dalam pemanfaatan lingkungan, guru dapat membawa kegiatan-kegiatan yang biasanya dilakukan siswa di dalam ruangan kelas saja, kemudian guru membawa siswa ke alam terbuka dalam hal ini lingkungan sekitar sekolah mereka. Misalnya saja saat guru menjelaskan tentang materi sumber daya alam di dalam ruangan kelas, suasana yang terjadi di dalam kelas akan terlihat monoton dan membosankan, namun jika guru mengajak siswa belajar di luar ruangan kelas misalnya pengamatan di halaman sekolah mereka maka tentunya pembelajaran akan lebih menarik dan tidak monoton.

2.3.2 Keuntungan Memanfaatkan Media Lingkungan

  Memanfaatkan lingkungan sebagai media pembelajaran memiliki banyak keuntungan. Beberapa keuntungan tersebut antara lain: a)

  Menghemat biaya, karena memanfaatkan benda-benda yang telah ada di lingkungan sekitar.

  b) Praktis dan mudah dilakukan, tidak memerlukan peralatan khusus seperti listrik.

  c) Memberikan pengalaman langsung yang real kepada siswa, cara berpikir siswa menjadi lebih konkret dan tidak verbalistik.

  d) Karena benda-benda tersebut berasal dari lingkungan sekitar siswa, maka benda-benda tersebut akan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa.

  e) Pelajaran lebih aplikatif, maksudnya materi belajar yang diperoleh siswa melalui media lingkungan kemungkinan besar akan dapat diaplikasikan langsung, karena siswa akan sering menemui benda-benda atau peristiwa serupa dalam kehidupannya sehari-hari.

  f) Lebih komunikatif, sebab media benda atau peristiwa yang ada di lingkungan sekitar siswa biasanya lebih mudah dipahami oleh siswa dibandingkan dengan

2.3.3 Kelemahan Memanfaatkan Media Lingkungan

  Namun meskipun demikian, lingkungan yang dijadikan sebagai media pembelajaran terdapat beberapa kelemahan, diantaranya: a)

  Terkadang tujuan tidak tercapai karena cenderung siswa senang bermain sendiri sehingga tidak fokus pada pembelajaran.

b) Membutuhkan waktu yang cukup banyak.

  c) Kurangnya pemahaman guru dalam memanfaatkan lingkungan untuk media pembelajaran.

  Kelemahan diatas dapat diatasi dengan cara-cara sebagai berikut: 1)

  Membuat perencanaan yang lebih matang 2)

  Menentukan tujuan yang jelas 3)

  Menentukan cara dan teknik siswa dalam mempelajari lingkungan 4)

  Menentukan apa yang harus dipelajari 5)

  Menentukan cara memperoleh informasi

2.3.4 Prinsip-prinsip Pembuatan Media Yang Memanfaatkan Lingkungan

  Media-media yang terdapat di lingkungan sekitar, ada yang berupa benda- benda, peristiwa atau kejadian yang langsung dapat kita pergunakan sebagai sumber belajar. Selain itu ada pula media pembelajaran berupa alat peraga sederhana yang harus dibuat terlebih dahulu sebelum dapat digunakan dalam pembelajaran. Biasanya alat peraga sederhana dapat dibuat dengan menggunakan bahan-bahan yang terdapat di lingkungan sekitar tempat tinggal kita. Seandainya diharuskan membuat media belajar semacam itu, maka ada beberapa prinsip pembuatan media yang perlu diperhatikan, yaitu:

a) Media yang dibuat harus sesuai dengan tujuan dan fungsi penggunaannya.

  b) Dapat membantu memberikan pemahaman terhadap suatu konsep tertentu, terutama konsep yang abstrak.

  c) Dapat mendorong kreatifitas siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bereksperimen dan bereksplorasi (menemukan sendiri).

  d) Media yang dibuat harus mempertimbangkan faktor keamanan, tidak mengandung unsur yang membahayakan siswa.

f) Usahakan memenuhi unsur kebenaran substansial dan kemenarikan.

  g) Media pembelajaran hendaknya mudah digunakan baik oleh guru maupun siswa.

  h) Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat alat peraga hendaknya mudah diperoleh di lingkungan sekitar dengan biaya yang relatif murah. i)

  Media yang dibuat harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan sasaran peserta didik.

2.3.5 Hubungan Model Mind Mapping Dengan Pembelajaran Berbasis Lingkungan

  Pada dasarnya pembelajaran IPA ditingkat sekolah dasar membutuhkan media yang konkret, karena anak usia sekolah dasar masih berpikiran secara real/nyata. Dengan adanya pembelajaran berbasis lingkungan ini, siswa dapat lebih mengenali lingkungan sekitar yang bisa digunakan sebagai sumber belajar mereka. Siswa dapat diajak keluar kelas mengamati lingkungan sekitar mereka untuk mengamati apa saja yang ada di lingkungan sekitar, tentunya yang berkaitan dengan materi pelajaran. Dari lingkungan inilah siswa dapat berpikir secara nyata. Kemudian setelah melakukan pengamatan, siswa dapat membuat ringkasan tentang yang mereka amati, ringkasan yang mereka buat cenderung monoton dan membuat siswa malas untuk mempelajarinya. Maka dari itu, siswa dapat membuat ringkasan menarik dengan menggunakan mind map yang berupa peta pikiran. Dalam membuat peta pikiran ini materi pelajaran ditulis inti materinya saja. Mind

  

map berisi simbol-simbol, warna, atau gambar yang akan membuat siswa lebih

  tertarik untuk mempelajarinya, dan mind mapping ini dapat membantu siswa untuk lebih memahami materi yang diajarkan oleh gurunya.

  2.4 Penelitian yang Relevan

  Adapun beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah: “Peningkatan Hasil Belajar Menggunakan Model Mapping Pada Mata

  Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 01 Kaligentong Kecamatan Ampel Tahun 2012/2013”. Jenis penelitian yang dilakukan menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini dilakukan dengan 2 siklus. Siklus 1 terdiri dari 3 pertemuan, sedangkan siklus 2 terdiri dari 4 pertemuan. Hasil analisis yang dilakukan menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar dari pra siklus ke siklus 1, dan dari siklus 1 ke siklus 2 setelah dilakukannya tindakan menggunakan model mind mapping. Pada pra siklus ketika belum diadakannya tindakan, ketuntasan hasil belajar adalah 56,7%. Sedangkan pada siklus 1 ketuntasan hasil belajar mengalami peningkatan menjadi 80%, dan pada siklus 2 ketuntasan hasil belajar meningkat menjadi 93,3%. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran mind mapping dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV SD Negeri 01 Kaligentong Kec. Ampel Tahun 2012/2013.

  2.5 Penjelasan Variabel Yang Terkait

  Dalam menyampaikan materi pemanfaatan sumber daya alam, banyak guru yang hanya menggunakan metode ceramah saja. Peserta didik dipaksa untuk menghafal banyak sekali materi yang diajarkan. Sehingga banyak siswa yang belum memahami tentang materi yang diajarkan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka desain pembelajaran dicoba menggunakan model mind mapping. Kelebihan dari pengajaran dengan menggunakan model mind mapping yaitu mudah dilaksanakan karena hanya dengan membuat suatu peta konsep pemikiran yang didalamnya berisi ringkasan materi atau inti materi pelajaran sehingga siswa lebih mudah untuk mengingat dan memahami pelajaran yang diajarkan. Peserta didik juga akan merasa senang dan tidak cepat bosan saat mengikuti pelajaran

  IPA. Pada kondisi akhir kemampuan mengingat dan memahami siswa dengan menggunakan model mind mapping terhadap materi IPA diharapkan dapat

  2.6 Kerangka Berpikir (Bagan 2.2)

  Berdasarkan kerangka berpikir yang telah diuraikan, dapat dirumuskan hipotesis penelitian yaitu model mind mapping dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 4 semester II SDN Klero 02 tahun pelajaran 2014/2015.

  Kondisi Awal Pembelajaran hanya ceramah dan tidak menggunakan metode pembelajaran Hasil belajar IPA rendah

  Tindakan Guru menggunakan model mind mapping melalui pembelajaran berbasis lingkungan

  Siklus I Menggunakan model mind mapping melalui pembelajaran berbasis lingkungan, dan hasil belajar siswa meningkat Siklus II

  Menggunakan model mind mapping melalui pembelajaran berbasis lingkungan, dan hasil belajar siswa mengalami ketuntasan

  Hasil belajar siswa mengalami peningkatan Kondisi Akhir

Dokumen yang terkait

BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Disiplin dan Pengawasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan di Primkopkar “Manunggal” Damatex- Timatex Salatiga

0 1 18

3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Disiplin dan Pengawasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan di Primkopkar “Manunggal” Damatex- Timatex Salatiga

0 0 16

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Disiplin dan Pengawasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan di Primkopkar “Manunggal” Damatex- Timatex Salatiga

0 1 28

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Disiplin dan Pengawasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan di Primkopkar “Manunggal” Damatex- Timatex Salatiga

0 0 20

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Snow Ball Throwing dalam Mata Pelajaran IPS Kelas VII C SMP Kristen Satya Wacana Semester II Tahun Pelajaran 2016-2017

0 1 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA dengan Menggunakanmodel Make A Match pada Siswa Kelas III SD N Randuacir 02 Tahun 2014/2015

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA dengan Menggunakanmodel Make A Match pada Siswa Kelas III SD N Randuacir 02 Tahun 2014/2015

0 0 19

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA dengan Menggunakanmodel Make A Match pada Siswa Kelas III SD N Randuacir 02 Tahun 2014/2015

0 0 20

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA dengan Menggunakanmodel Make A Match pada Siswa Kelas III SD N Randuacir 02 Tahun 2014/2015

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA dengan Menggunakanmodel Make A Match pada Siswa Kelas III SD N Randuacir 02 Tahun 2014/2015

0 0 62