BAB II TINAJUAN PUSTAKA 2.1 Pendapatan - Pengaruh Kredit Usaha Rakyat (KUR) terhadap Pendapatan Usaha Tani Kelapa Sawit di Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan

BAB II TINAJUAN PUSTAKA

2.1 Pendapatan

  Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) (2007: 23) pendapatan adalah arus masuk bruto manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode yang mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kantribusi penanaman modal.

  Menurut Baridwan (1997) dalam Buku Intermediate Accounting merumuskan “Pendapatan adalah aliran masuk atau kenaikan lain aktiva suatu badan usaha atau pelunasan utang (atau kombinasi dari keduanya) selama suatu periode yang berasal dari penyerahan atau pembuatan barang, penyerahan jasa, atau dari kegiatan lain yang merupakan kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama adan usaha”

  Menurut Hendriksen ( 2000 : 374 ) dalam Teori Akuntansi menjelaskan bahwa pendapatan adalah: “Konsep dasar pendapatan adalah pendapatan merupakan proses arus, yaitu penciptaan barang dan jasa selama jarak waktu tertentu”.

  Menurut Rahim dan Hastusi (2008) dalam Buku Pengantar, Teori dan Kasus Ekonomika Pertanian menyatakan bahwa Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya atau dengan kata lain pendapatan xx meliputi pendapatan kotor atau penerimaan total dan pendapaan bersih.

  Jadi dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendapatan adalah arus kas masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.

  Soemarso SR (2000) mengatakan bahwa pendapatan dalam perusahaan dapat diklasifikasikan sebagai pendapatan produksi dan non produksi. Pendapatan produksi adalah pendapatan yang diperoleh dari aktivitas utama perusahaan. Sedangkan, pendapatan non produksi adalah pendapatan yang diperoleh bukan dari kegiatan

  Jumlah nilai nominal aktiva dapat bertambah melalui berbagai transaksi tetapi tidak semua transaksi mencerminkan timbulnya pendapatan. Dalam penentuan laba adalah membedakan kenaikan aktiva yang menunjukkan dan mengukur pendapatan kenaikan jumlah nilai nominal aktiva dapat terjadi dari:

  1. Transaksi modal atau endapatan yang mengakibatkan adanya tambahan dana yang ditanamkan oleh pemegang saham.

  2. Laba dari penjualan aktiva yang bukan beru pa “barang dagangan” seperti aktiva tetap, surat-surat berharga, atau penjualan anak atau cabang perusahaan 3. Hadiah, sumbangan, atau penemuan.

  4. Revaluasi aktiva.

  5. Penyerahan produk perusahaan, yaitu aliran penjualan produk.

  Dari kelima sumber tambahan aktiva diatas hanya butir kelima yang harus diakui sebagai sumber pendapatan walaupun laba atau rugi mungkin timbul dalam hubungannya dengan penjualan aktiva selain produk sebagaimana yang disebutkan dalam butir ke-dua.

  Dalam PSAK No. 23,7 dinyatakan bahwa ada tiga unsur dalam pendapatan yaitu sebagai berikut:

  1. Penjualan hasil produksi barang dan jasa merupakan unsur pendapatan pokok perusahaan.

  2. Imbalan yang diterima atas penggunaan aktiva atau sumber – saumber ekonomi perusahaan oleh pihak lain dapat menjadi unsur pendapatan lain-lain

  3. Penjualan aktiva di luar barang produksi merupakan unsur pendapatan lain- lain suatu perusahaan.

2.2 Teori Produksi

  Para ekonom sering menggunakan fungsi produksi untuk menjabarkan hubungan antara jumlah input yang digunakan untuk produksi dan jumlah hasil produksi. Didalam teori ekonomi, didalam menganalisis mengenai produksi selalu dimisalkan bahwa tiga faktor produksi (tanah, modal dan keahlian keusahawanaan) adalah tetap jumlahnya (Sukirno, 2005).

  Menurut Rugles produksi adalah setiap proses yang menciptakan nilai atau memperbesar nilai suatu barang. Untuk bisa melakukan produksi, orang memerlukan tenaga manusia, sumber-sumber alam, modal dalam segala bentuknya, serta kecakapan. Semua unsur itu disebut faktor produksi. Jadi usaha penciptaan nilai atau usaha memperbesar nilai barang di sebut sebagai faktor-faktor produksi.

  Faktor-faktor produksi dikenal sebagai input dan jumlah produksi disebut sebagai output. Fungsi produksi selalu dinyatakan dalam bentuk rumus, yaitu sebagai berikut:

  Q = f (K,L,R,T ) Dimana : Q = jumlah produksi yang dihasilkan K = jumlah modal L = jumlah tenaga kerja T = teknologi

  Persamaan tersebut merupakan suatu pernyataan matematik yang pada dasarnya berarti bahwa tingkat produksi suatu barang tergantung kepada jumlah modal, jumlah tenaga kerja, jumlah kekayaan alam dan tingkat teknologi yang digunakan. Untuk satu tingkat produksi tertentu, dapat digunakan gabungan faktor produksi yang berbeda-beda. Satu Sebagai contoh untuk memproduksi hasil pertanian tertentu perlu digunakan tanah yang lebih luas apabila bibit unggul dan pupuk tidak digunakan.

  Faktor- faktor produksi terdiri atas:

  1. Tanah Tanah adalah segala sesuatu yang bisa menjadi faktor produksi dan berasal dari atau disediakan oleh alam. Segala sumber asli yang tidak berasal dari kegitan manusia.

  2. Tenaga kerja Tenaga kerja yang dimaksudkan adalah segala kemampuan manusiawi yang dapat di sumbangkan untuk memungkinkan dilakukannya produksi barang-barang atau jasa- jasa.

  3. Modal Semua jenis barang yang dapat untuk menunjang kegiatan produksi barang dan jasa.

  Teori produksi dalam ilmu ekonomi membedakan analisisnya kepada dua pendekatan, yaitu sebagai berikut: Teori ini menggambarkan tentang hubungan di antara tingkat produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan berbagai tingkat produksi suatu barang tersebut. Dalam analisis tersebut dimisalkan faktor- faktor produksi lainnya adalah tetap jumlahnya, yaitu modal dan tanah jumlahnya tidak mengalami perubahan. Satu-satunya faktor produksi yang dapat berubah jumlahnya adalah tenaga kerja.

  2. Teori produksi dengan dua faktor berubah.

  Teori ini menggambarkan tentang dua faktor produksi yang dapat diubah jumlanya. Misalkan yang dapat di ubah adalah tenaga kerja dan modal.

2.3 Kredit Usaha Rakyat

2.3.1 Pengertian dan Jenis-Jenis Kredit

  Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

  Kredit atau pembiayaan dapat berupa uang atau tagihan yang nilainya diukur dengan uang, misalnya bank membiayai kredit untuk pembelian rumah atau mobil (Kasmir, 2008).

  Secara umum jenis jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi antara lain sebagai berikut: 1) kredit investasi Kredit ini digunakan untuk perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi.

  2) kredit modal kerja Digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dala operasionalnya.

  b. Dilihat dari segi tujuan kredit 1) kredit produktif Kredit ini digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi 2) kredit konsumtif Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha.

  3) kredit perdagangan Kredit ini digunakan untuk keperluan perdagangan, biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang daganan tersebut.

  c. Dilihat dari segi jangka waktu 1. kredit jangka pendek Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja.

  Jangka waktu kreditnya berkisar antara 1 tahun sampai 3 tahun, biasanya untuk investasi.

  3. Kredit jangka panjang Kredit jangka waktu pengembaliannya di atas 3 tahun atau 5 tahun.

  d. Dilihat dari segi jaminan 1) Kredit dengan jaminan Kredit ini diberikan dengan suatu jaminan berupa barang berwujud atau tidak berwujud atau jaminan orang.

  2) Kredit tanpa jaminan Kredit ini diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu.

  e. Dilihat dari segi sector usaha 1) kredit pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau pertanian rakyat.

  2) Kredit pertenakan 3) Kredit industri, yaitu kredit untuk membiayai industry kecil, menengah atau besar.

  4) Kredit pertambangan, jenis usaha tambangyang dibiayai dalam jangka panjang, misalnya: tambang emas, minyak atau timah.

  5) Kredit pendidikan, kredit yang diberikan untuk membangun sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk para mahasiswa. dokter atau pengacara. 7) Kredit perumahan, yaitu kredit untuk membiayai pembangunan atau pembelian perumahan 8) Dan sektor-sektor lainnya.

2.3.2 Pengertian KUR dan Ruang Lingkupnya

  Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan skema kredit/ pembiayaan modal kerja dan atau investasiyang khusus diperuntukkan bagi Usaha Mikro Kecil Menengah di bidang usaha produktif dan layak, namun mempunyai keterbatasan dalam pemenuhan persyaratan yang ditetapkan perbankan. KUR merupakan pembiayaan dengan nilai dibawah Rp 500.000.000 dengan pola pinjaman oleh pemerintah dengan besarnya coverge penjaminan maksimal 80 % dari plafon kredit untuk sektor pertanian, kelautan dan perikanan, kehutanan, dan industri kecil dan 70% dari plafon kredit untuk sektor lainnya.

  Tujuan program KUR adalah mengakselerasi pengembangan kegiatan perekonomian di sektor riil dalam rangka penanggulangan dan pengentasan kemiskinan serta perluasan kesempatan kerja. Selain itu menurut PBI Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah selama ini telah menunjukkan peran strategis terutama dalam memperluas lapangan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia termasuk dalam mempertahankan dan memulihkan perekonomian pada kondisi krisis. Oleh karena itu, meskipun masih menghadapi berbagai hambatan baik yang bersifat internal maupun eksternal seperti aspek terus didorong untuk meningkatkan penyediaan Kredit atau Pembiayaan UMKM sehingga dapat memberikan nilai tambah dalam menghasilkan barang dan/atau jasa.

2.4 Pengertian dan Ruang Lingkup Ekonomi Pertanian

  Ekonomi pertanian merupakan bagian dari ilmu ekonomi umum yang mempelajari fenomena-fenomena dan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan pertanian baik mikro maupun makro. Secara tradisional, peranan pertanian dalam pembangunan ekonomi hanya di anggap pasif dan bahkan hanya dianggap sebagai unsure penunjang saja. Berdasarkan pengalaman sejarah yang di jalani oleh Negara- negara barat, apa yang di sebut sebagai pembangunan ekonomi diidentikkan dengan transformasi struktural terhadap perekonomian secara cepat, yakni dari perekonomian yang bertumpuh pada kegiatan pertanian menjadi perekonomian industri modern dan jasa-jasa yang serba lebih kompleks. Dengan demikian peranan utama pertanian di anggap hanya sebatas sebagai sumber tenaga kerja dan bahan-bahan pangan yang murah demi berkembangnya sektor-sektor industri yang dinobatkan sebagai “sektor unggulan” dinamis dalam strategi pembangunan ekonomi secara keseluruhan.

  Menurut Rahim dan Hastuti (2008) dalam buku Ekonomika Pertanian menyatakan bahwa ekonomi pertanian dapat di definisikan sebagai ilmu yang berurusan dengan azas yang mendasari keputusan petani dalam menghadapi masalah yang diproduksi, bagaimana memproduksi, apa yang dijual dan bagaimana menjual agar petani memperoleh keuntungan terbesar sesuai dengan kepentingan masyarakat keseluruhan ( Widodo, 1993:3). berikut:

  1. Lahan pertanian Lahan pertanian merupakan penentu dari pengaruh faktor produksi komoditas pertanian. Secara umum dikatakan, semakin luas lahan, semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan oleh lahan tersebut.

  2. Tenaga kerja Tenaga kerja dalam hal ini merupakan faktor penting dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi komoditas pertanian. Penggunaan tenaga kerja dapat di nyatakan sebagai curahan tenaga kerja. Curahan tenaga kerja adalah besarnya tenaga kerja efektif yang dipakai. Usaha tani yang mempunyai ukuran lahan berskala kecil biasanya menggunakan tenaga kerja keluarga. Lain halnya dengan usahatani berskala besar. Selain menggunakan tenaga kerja luar keluarga, juga memiliki tenaga kerja ahli.

  3. Modal Setiap kegiatan dalam pencapaian tujuan membutuhkan modal apalagi kegiatan proses produksi komoditas pertanian. Dalam kegiatan tersebut modal dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu modal tetap (fixed cost) dan modal tidak tetap (variabel cost). Modal tetap terdiri atas tanah, bangunan, mesin dan peralatan pertanian dimana biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi tidak habis dalam sekali proses produksi, sedangkan modal tidak tetap terdiri dari benih, pupuk, pestisida, dan upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja.

  Penelitian yang dilakukan oleh Eka (2013) yang berjudul Implikasi Kredit Pertanian Terhadap Pendapatan Petani (Studi Kasus: Program Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE) pada Petani Tebu di Kabupaten Malang) menghasilkan bahwa kemitraan belum memberikan peran yang signifikan dalam menunjang tata niaga petani tebu dan kredit pertanian dalam program KKPE belum memberikan implikasinyang signifikan terhadap pendapatan petani tebu di kabupaten Malang.

  Putra dan Saskara (2011) dalam judulnya Efektifitas dan Dampak Program Bantuan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Terhadap Pendapatan dan Kesempatan Kerja Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di kota Denpasar menunjukkan hasil yang efektif dan berdampak positif terhadap pendapatan dan peningkatan kesempatan kerja.

  Dampak Pelaksanaan program Kredit kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya (KKPA) terhadap pendapatan usaha tani kelapa sawit ( Studi : PT Sinar Kencana Inti Perkasa, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan ) yang di nyatakan oleh Perdana (2014), menunjukan hasil Pelaksanaan program KKPA sangat efektif dalam meningkatkan pendapatan petani peserta KKPA. Widodo (2012), menyatakan bahwa pengaruh pemberian kredit modal kerja terhadap penghasilan petani ikan berpanguh positif terhadap penghasilan petani ikan.

  Keempat penelitian tersebut, baik yang dilakukan oleh Eka maupun Putra dan Sastra, Perdana serta Widodo memfokuskan perhatian kepada peranan Kredit terhadap pendapatan sesuai dengan pekerjaan utama yang ada di daerah tersebut.

  Usaha tani adalah kombinasi dari faktor-faktor produksi (lahan, tenaga kerja, dan modal) yang digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan output. Agar usaha tani kelapa sawit dapat berjalan lancar sebagaimana mestinya, maka diperlukan beberapa input produksi yang dapat menunjang kegiatan usaha tani tersebut seperti Lahan, Tenaga kerja, dan modal. Ada beberapa masalah yang dihadapi petani kelapa sawit dalam penyediaan input produksi, salah satunya adalah kekurangan modal dalam melaksanakan kegiatan usaha tani. Petani kita hanya mempunyai skala usaha dan modal yang kecil. Akibatnya produksi petani belum optimal dan pendapatan petani kelapa sawit tidak dapat memberikan kontribusi yang besar kepada pendapatan keluarga. Akan tetapi Kredit merupakan salah satu alternatif yang dapat dipilih petani kelapa sawit untuk menambah kekurangan modal yang dialaminya.

  Berdasarkan alternatif yang dipilih tersebut yaitu dengan memilih kredit sebagai penambahan modal, dapat dijadikan tolak ukur bagi petani kelapa sawit tentang peran kredit terhadap pendapatan petani kelapa sawit.

  Untuk lebih jelas dapat dilihat dari skema kerangka pemikiran berikut ini: Lahan

  Modal Pendapatan

  Tenaga Kerja Hasil Produksi

  Kredit Usaha Rakyat (KUR)

  Skema 1: kerangka Pemikiran Analisis Usaha tani Kelapa Sawit

2.7 Hipotesis Penelitian

  Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang menjadi objek penelitian, yang kebenarannya masih perlu dibuktikan atau diuji secara empiris.

  Berdasarkan permasalahan, maka hipotesis penelitian ini yaitu Luas lahan, modal, tenaga kerja, hasil produksi dan KUR berpengaruh positif terhadap pendapatan usahatani di Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Audit Tenure, Audit Switching, Audit Capacity Stress, Ukuran Perusahaan, dan Independensi Komite Audit Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2009 – 2013)

0 0 11

I. IDENTITAS RESPONDEN No. Identitas Keterangan - Pengaruh Perubahan Struktur Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pada Dinas Penataan Ruang dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengorganisasian 2.1.1 Definisi Pengorganisasian - Pengaruh Perubahan Struktur Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pada Dinas Penataan Ruang dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara

0 0 17

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Perubahan Struktur Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pada Dinas Penataan Ruang dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara

0 1 10

Pengaruh Perubahan Struktur Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pada Dinas Penataan Ruang dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara

0 0 11

PENDAHULUAN Latar Belakang - Pertumbuhan Bibit Bud Chips Tebu(Saccharum officinarum L.) Pada Berbagai Umur Bahan Tanaman dengan Pemberian BAP.

0 2 10

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Transaksi Jual Beli Melalui Multi Level Marketing Pada Pt Kartika Swarna Dwipa (Kantor Distributor Tupperware)

0 0 16

BAB II KAJIAN PUSTAKA - Komunikasi Nonverbal Pada Lesbian (Studi Deskriptif Pada Organisasi Cangkang Queer Medan

0 0 21

BAB I PENDAHULUAN - Komunikasi Nonverbal Pada Lesbian (Studi Deskriptif Pada Organisasi Cangkang Queer Medan

0 0 8

Pengaruh Kredit Usaha Rakyat (KUR) terhadap Pendapatan Usaha Tani Kelapa Sawit di Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan

0 2 13